LAPORAN PENDAHULUAN
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MANUSIA GANGGUAN MOBILISASI
Disusun untuk Memenuhi Tugas Praktik Klinik Keperawatan I Mahasiswa Semester III Prodi D-IV Keperawatan
Disusun oleh:
Nur'aini Maghfuroh (P07120213028)
Reza Mahrizal (P07120213033)
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKKES KEMENKES YOGYAKARTA
JURUSAN KEPERAWATAN
2014
ASUHAN KEPERAWATAN PEMENUHAN KEBUTUHAN DASAR MOBILISASI
Disusun oleh:
Nur'aini Maghfuroh (P07120213028)
Reza Mahrizal (P07120213033)
Telah diperiksa dan disetujui pada tanggal … Desember 2014
Mengetahui,
Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lapangan
Yustiana Olfah, APP, M.Kes ……………………………….
NIP NIP
LAPORAN PENDAHULUAN
Pengertian
Mobilisasi merupakan gerak yang beraturan, terorganisasi dan teratur.
Mobilisasi adalah suatu kemampuan individu untuk bergerak secara bebas, mudah dan teratur dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan aktifitas guna mempertahankan kesehatannya.
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. (Musrifatul Uliyah dan A. Aziz A. H., 2008; 10)
Mobilisasi adalah kemampuan seseorang untuk bergerak secara bebas dan teratur untuk memenuhi kebutuhan sehat menuju kemandirian dan mobilisasi yang mengacu pada ketidakmampuan seseorang untuk bergerak dengan bebas. (Perry dan Potter, 1994)
Sebagai suatu keadaan dimana ketika seseorang mengalami atau beresiko mengalami keterbatasan gerak fisik. (America Nursing Diagnosis Association) (Nanda)
Tujuan Mobilisasi
Untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia
Untuk mencegah terjadinya trauma
Untuk mempertahankan tingkat kesehatan
Untuk mempertahankan interaksi social dan peran sehari – hari
Untuk mencegah hilangnya kemampuan fungsi tubuh
Anatomi Fisiologi Muskuloskeletal
Muskuloskeletal terdiri dari kata Muskulo yang berarti otot dan kata Skeletal yang berarti tulang.
Otot ( Muskulus / Muscle )
Otot merupakan organ tubuh yang mempunyai kemampuan mengubah energi kimia menjadi energi mekanik/gerak sehingga dapat berkontraksi untuk menggerakkan rangka, sebagai respons tubuh terhadap perubahan lingkungan.
Otot disebut alat gerak aktif karena mampu berkontraksi, sehingga mampu menggerakan tulang. Semua sel-sel otot mempunyai kekhususan yaitu untuk berkontraksi.
Fungsi Sistem Otot
Pergerakan
Penopang tubuh dan mempertahankan postur
Produksi panas
Jenis-Jenis Otot
Berdasarkan letak dan struktur selnya, dibedakan menjadi:
Otot Rangka (Otot Lurik)
Otot rangka merupakan otot lurik, volunter (secara sadar atas perintah dari otak), dan melekat pada rangka, misalnya yang terdapat pada otot paha, otot betis, otot dada. Kontraksinya sangat cepat dan kuat.
Otot Polos
Otot polos merupakan otot tidak berlurik dan involunter (bekerja secara tak sadar). Jenis otot ini dapat ditemukan pada dinding berongga seperti kandung kemih dan uterus, serta pada dinding tuba, seperti pada sistem respiratorik, pencernaan, reproduksi, urinarius, dan sistem sirkulasi darah. Kontraksinya kuat dan lamban.
Otot Jantung
Otot Jantung juga otot serat lintang involunter, mempunyai struktur yang sama dengan otot lurik. Otot ini hanya terdapat pada jantung. Bekerja terus-menerus setiap saat tanpa henti, tapi otot jantung juga mempunyai masa istirahat, yaitu setiap kali berdenyut.
Berdasarkan gerakannya dibedakan menjadi :
Otot Antagonis, yaitu hubungan antarotot yang cara kerjanya bertolak belakang/tidak searah, menimbulkan gerak berlawanan.
Otot Sinergis, yaitu hubungan antar otot yang cara kerjanya saling mendukung/bekerjasama, menimbulkan gerakan searah. Contohnya pronator teres dan pronator kuadrus.
Mekanisme Kontraksi Otot
Dari hasil penelitian dan pengamatan dengan mikroskop elektron dan difraksi sinar X, Hansen dan Huxly (1995) mengemukakan teori kontraksi otot yang disebut model Sliding Filamens. Model ini menyatakan bahwa kontraksi terjadi berdasarkan adanya dua set filamen didalam sel otot kontraktil yang berupa filamen aktin dan miosin.
Ketika otot berkontraksi, aktin dan miosin bertautan dan saling menggelincir satu sama lain, sehingga sarkomer pun juga memendek.
Dalam otot terdapat zat yang sangat peka terhadap rangsang disebut asetilkolin. Otot yang terangsang menyebabkan asetilkolin terurai membentuk miogen yang merangsang pembentukan aktomiosin. Hal ini menyebabkan otot berkontraksi sehingga otot yang melekat pada tulang bergerak.
Rangka (skeletal)
Sistem rangka adalah bagian tubuh yang terdiri dari tulang, sendi, dan tulang rawan (kartilago) sebagai tempat menempelnya otot dan memungkinkan tubuh untuk mempertahankan sikap dan posisi.
Tulang sebagai alat gerak pasif karena hanya mengikuti kendali otot. Akan tetapi tulang tetap mempunyai peranan penting karena gerak tidak akan terjadi tanpa tulang.
Fungsi Rangka
Penyangga; berdirinya tubuh, tempat melekatnya ligamen-ligamen, otot, jaringan lunak dan organ.
Penyimpanan mineral (kalsium dan fosfat) dan lipid (yellow marrow)
Produksi sel darah (red marrow)
Pelindung; membentuk rongga melindungi organ yang halus dan lunak.
Penggerak; dapat mengubah arah dan kekuatan otot rangka saat bergerak karena adanya persendian.
Jenis Tulang
Berdasarkan jaringan penyusun dan sifat-sifat fisiknya, yaitu:
Tulang Rawan (kartilago)
Tulang Rawan Hyalin: kuat dan elastis terdapat pada ujung tulang pipa.
Tulang Rawan Fibrosa: memperdalam rongga dari cawan-cawan (tl. Panggul) dan rongga glenoid dari skapula.
Tulang Rawan Elastik: terdapat dalam daun telinga, epiglotis dan faring.
Tulang Sejati (osteon)
Tulang bersifat keras dan berfungsi menyusun berbagai sistem rangka. Permukaan luar tulang dilapisi selubung fibrosa (periosteum). Lapis tipis jaringan ikat (endosteum) melapisi rongga sumsum dan meluas ke dalam kanalikuli tulang kompak.
Berdasarkan matriksnya, yaitu:
Tulang kompak, yaitu tulang dengan matriks yang padat dan rapat.
Tulang Spons, yaitu tulang dengan matriksnya berongga.
Berdasarkan bentuknya, yaitu:
Ossa longa (tulang pipa/panjang), yaitu tulang yang ukuran panjangnya terbesar. Contohnya os humerus dan os femur.
Ossa brevia (tulang pendek), yaitu tulang yang ukurannya pendek. Contohnya tulang yang terdapat pada pangkal kaki, pangkal lengan, dan ruas-ruas tulang belakang.
Ossa plana (tulang pipih), yaitu tulang yang ukurannya lebar. Contohnya os scapula (tengkorak), tulang belikat, tulang rusuk.
Ossa irregular (tulang tak beraturan), yaitu tulang dengan bentuk yang tak tentu. Contohnya os vertebrae (tulang belakang).
Ossa pneumatica (tulang berongga udara). Contohnya os maxilla.
Organisasi Sistem Rangka
Sistem skeletal dibentuk oleh 206 buah tulang yang membentuk suatu kerangka tubuh. Rangka digolongkan kedalam tiga bagian sebagai berikut.
Rangka Aksial
Rangka Aksial terdiri dari 80 tulang yang membentuk aksis panjang tubuh dan melindungi organ-organ pada kepala, leher, dan dada.
Tengkorak (cranium), yaitu tulang yang tersusun dari 22 tulang; 8 tulang kranial dan 14 tulang fasial.
Tulang Pendengaran (Auditory) terdiri dari 6 buah
Tulang Hioid, yaitu tulang yang berbentuk huruf U, terdapat diantara laring dan mandibula, berfungsi sebagai pelekatan beberapa otot mulut dan lidah 1 buah
Tulang Belakang (vertebra), berfungsi menyangga berat tubuh dan memungkinkan manusia melakukan berbagai macam posisi dan gerakan, misalnya berdiri, duduk, atau berlari. Tulang belakang berjumlah 26 buah
Tulang Iga/Rusuk (costae), yaitu tulang yang bersama-sama dengan tulang dada membentuk perisai pelindung bagi organ-organ penting yang terdapat di dada, seperti paru-paru dan jantung. Tulang rusuk juga berhubungan dengan tulang belakang, berjumlah 12 ruas
Rangka Apendikular
Rangka apendikuler merupakan rangka yang tersusun dari tulang-tulang bahu, tulang panggul, dan tulang anggota gerak atas dan bawah terdiri atas 126 tulang.
Secara umum rangka apendikular menyusun alat gerak, tangan dan kaki. Tulang rangka apendikular dibagi kedalam 2 bagian yaitu ekstrimitas atas dan ekstrimitas bawah.
Etiologi
Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah, kekakuan otot, ketidakseimbangan, dan masalah psikologis. Osteoartritis merupakan penyebab utama kekakuan pada usia lanjut. Gangguan fungsi kognitif berat seperti pada demensia dan gangguan fungsi mental seperti pada depresi juga menyebabkan imobilisasi. Kekhawatiran keluarga yang berlebihan dapat menyebabkan orangusia lanjut terus menerus berbaring di tempat tidur baik di rumah maupun dirumah sakit (Setiati dan Roosheroe, 2007).
Penyebab secara umum:
Kelainan postur
Gangguan perkembangan otot
Kerusakan system saraf pusat
Trauma lanngsung pada system mukuloskeletal dan neuromuscular
Kekakuan otot
Patofisiologi
Mobilisasi atau kemampuan seseorang untuk bergerak bebas merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang harus terpenuhi. Tujuan mobilisasi adalah memenuhi kebutuhan dasar (termasuk melakukan aktifitas hidup sehari-hari dan aktifitas rekreasi), mempertahankan diri (melindungi diri dari trauma), mempertahankan konsep diri, mengekspresikan emosi dengan gerakan tangan non verbal. Immobilisasi adalah suatu keadaan di mana individu mengalami atau berisiko mengalami keterbatasan gerak fisik. Mobilisasi dan immobilisasi berada pada suatu rentang. Immobilisasi dapat berbentuk tirah baring yang bertujuan mengurangi aktivitas fisik dan kebutuhan oksigen tubuh, mengurangi nyeri, dan untuk mengembalikan kekuatan. Individu normal yang mengalami tirah baring akan kehilangan kekuatan otot rata-rata 3% sehari (atropi disuse).
Mobilisasi sangat dipengaruhi oleh sistem neuromuskular, meliputi sistem otot, skeletal, sendi, ligament, tendon, kartilago, dan saraf.
Otot Skeletal mengatur gerakan tulang karena adanya kemampuan otot berkontraksi dan relaksasi yang bekerja sebagai sistem pengungkit. Ada dua tipe kontraksi otot: isotonik dan isometrik. Pada kontraksi isotonik, peningkatan tekanan otot menyebabkan otot memendek. Kontraksi isometrik menyebabkan peningkatan tekanan otot atau kerja otot tetapi tidak ada pemendekan atau gerakan aktif dari otot, misalnya, menganjurkan klien untuk latihan kuadrisep. Gerakan volunter adalah kombinasi dari kontraksi isotonik dan isometrik. Meskipun kontraksi isometrik tidak menyebabkan otot memendek, namun pemakaian energy meningkat. Perawat harus mengenal adanya peningkatan energi (peningkatan kecepatan pernafasan, fluktuasi irama jantung, tekanan darah) karena latihan isometrik. Hal ini menjadi kontra indikasi pada klien yang sakit (infark miokard atau penyakit obstruksi paru kronik).
Postur dan Gerakan Otot merefleksikan kepribadian dan suasana hati seseorang dan tergantung pada ukuran skeletal dan perkembangan otot skeletal. Koordinasi dan pengaturan dari kelompok otot tergantung dari tonus otot dan aktifitas dari otot yang berlawanan, sinergis, dan otot yang melawan gravitasi. Tonus otot adalah suatu keadaan tegangan otot yang seimbang. Ketegangan dapat dipertahankan dengan adanya kontraksi dan relaksasi yang bergantian melalui kerja otot. Tonus otot mempertahankan posisi fungsional tubuh dan mendukung kembalinya aliran darah ke jantung. Immobilisasi menyebabkan aktifitas dan tonus otot menjadi berkurang.
Skeletal adalah rangka pendukung tubuh dan terdiri dari empat tipe tulang: panjang, pendek, pipih, dan ireguler (tidak beraturan). Sistem skeletal berfungsi dalam pergerakan, melindungi organ vital, membantu mengatur keseimbangan kalsium, berperan dalam pembentukan sel darah merah.
Sendi adalah hubungan di antara tulang. Ligamen adalah ikatan jaringan fibrosa yang berwarna putih, mengkilat, fleksibel mengikat sendi menjadi satu sama lain dan menghubungkan tulang dan kartilago. Tendon adalah jaringan ikat fibrosa berwarna putih, mengkilat, yang menghubungkan otot dengan tulang. Kartilago adalah jaringan penghubung pendukung yang tidak mempunyai vaskuler, terutama berada di sendi dan toraks, trakhea, laring, hidung, dan telinga.
Propriosepsi adalah sensasi yang dicapai melalui stimulasi dari bagian tubuh tertentu dan aktifitas otot. Proprioseptor memonitor aktifitas otot dan posisi tubuh secara berkesinambungan. Misalnya proprioseptor pada telapak kaki berkontribusi untuk memberi postur yang benar ketika berdiri atau berjalan. Saat berdiri, ada penekanan pada telapak kaki secara terus menerus. Proprioseptor memonitor tekanan, melanjutkan informasi ini sampai memutuskan untuk mengubah posisi.
Manifestasi Klinis
Respon fisiologik dari perubahan mobilisasi, adalah perubahan pada:
muskuloskeletal seperti kehilangan daya tahan, penurunan massa otot, atropi dan abnormalnya sendi (kontraktur) dan gangguan metabolisme kalsium
kardiovaskuler seperti hipotensi ortostatik, peningkatan beban kerja jantung, dan pembentukan thrombus
pernafasan seperti atelektasis dan pneumonia hipostatik, dispnea setelah beraktifitas
metabolisme dan nutrisi antara lain laju metabolic; metabolisme karbohidrat, lemak dan protein; ketidakseimbangan cairan dan elektrolit; ketidakseimbangan kalsium; dan gangguan pencernaan (seperti konstipasi)
eliminasi urin seperti stasis urin meningkatkan risiko infeksi saluran perkemihan dan batu ginjal
integument seperti ulkus dekubitus adalah akibat iskhemia dan anoksia jaringan
neurosensori: sensori deprivation
Respon psikososial dari antara lain meningkatkan respon emosional, intelektual, sensori, dan sosiokultural. Perubahan emosional yang paling umum adalah depresi, perubahan perilaku, perubahan dalam siklus tidur-bangun, dan gangguan koping.
Keterbatasan rentan pergerakan sendi
Pergerakan tidak terkoordinasi
Penurunan waktu reaksi ( lambat )
Faktor yang Mempengaruhi Mobilisasi
Gaya hidup
Gaya hidup seseorang tergantung dari tingkat pendidikannya. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang akan di ikuti oleh perilaku yang dapat meningkatkan kesehatannya. Demikian halnya dengan pengetahuan kesehatan tentang mobilitas seseorang akan senantiasa melakukan mobilisasi dengan cara yang sehat
Proses penyakit dan injuri
Adanya penyakit tertentu yang diderita seseorang akan mempengaruhi mobilitasnya misalnya; seorang yang patah tulang akan kesulitan untuk mobilisasi secara bebas. Demikian pula orang yang baru menjalani operasi. Karena adanya nyeri mereka cenderung untuk bergerak lebih lamban. Ada kalanya klien harus istirahat di tempat tidur karena menderita penyakit tertentu.
Kebudayaan
Kebudayaan dapat mempengaruhi pola dan sikap dalam melakukan aktifitas
Tingkat energy
Setiap orang mobilisasi jelas memerlukan tenaga atau energi, orang yang lagi sakit akan berbeda mobilitasnya di bandingkan dengan orang sehat
Usia dan status perkembangan
Seorang anak akan berbeda tingkat kemampuan mobilitasnya dibandingkan dengan seorang remaja. Anak yang selalu sakit salam masa pertumbuhannya akan berbeda pula tingkat kelincahannya dibandingkan dengan anak yang sering sakit.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Fisik
Mengkaji skelet tubuh
Adanya deformitas dan kesejajaran. Pertumbuhan tulang yang abnormal akibat tumor tulang. Pemendekan ekstremitas, amputasi dan bagian tubuh yang tidak dalam kesejajaran anatomis. Angulasi abnormal pada tulang panjang atau gerakan pada titik selain sendi biasanya menandakan adanya patah tulang.
Mengkaji tulang belakang
Skoliosis (deviasi kurvatura lateral tulang belakang)
Kifosis (kenaikan kurvatura tulang belakang bagian dada)
Lordosis (membebek, kurvatura tulang belakang bagian pinggang berlebihan)
Mengkaji system persendian
Luas gerakan dievaluasi baik aktif maupun pasif, deformitas, stabilitas, dan adanya benjolan, adanya kekakuan sendi
Mengkaji system otot
Kemampuan mengubah posisi, kekuatan otot dan koordinasi, dan ukuran masing-masing otot. Lingkar ekstremitas untuk mementau adanya edema atau atropfi, nyeri otot.
Mengkaji cara berjalan
Adanya gerakan yang tidak teratur dianggap tidak normal. Bila salah satu ekstremitas lebih pendek dari yang lain. Berbagai kondisi neurologist yang berhubungan dengan cara berjalan abnormal (mis.cara berjalan spastic hemiparesis – stroke, cara berjalan selangkah-selangkah – penyakit lower motor neuron, cara berjalan bergetar – penyakit Parkinson).
Mengkaji kulit dan sirkulasi perifer
Palpasi kulit dapat menunjukkan adanya suhu yang lebih panas atau lebih dingin dari lainnya dan adanya edema. Sirkulasi perifer dievaluasi dengan mengkaji denyut perifer, warna, suhu dan waktu pengisian kapiler.
Mengkaji fungsional klien
Kategori tingkat kemampuan aktivitas
TINGKAT AKTIVITAS/ MOBILITAS
KATEGORI
0
Mampu merawat sendiri secara penuh
1
Memerlukan penggunaan alat
2
Memerlukan bantuan atau pengawasan orang lain
3
Memerlukan bantuan, pengawasan orang lain, dan peralatan
4
Sangat tergantung dan tidak dapat melakukan atau berpartisipasi dalam perawatan
Rentang gerak (range of motion-ROM)
Fleksi merupakan gerak menekuk atau membengkokkan, sedangkan Ekstensi merupakan gerak meluruskan
Adduksi merupakan mendekati tubuh, sedangkan Abduksi merupakan gerak menjauhi tubuh
Supinasi merupakan gerak menengahkan tangan, sedangkan Pronasi merupakan gerak menelungkupkan tangan
Inversi merupakan gerak memiringkan ( membuka ) telapak kaki kea rah dalam tubuh, sedangkan Eversi merupakan gerak memiringkan (membuka) telapak kearah luar
Derajat kekuatan otot
SKALA
PERSENTASE KEKUATAN NORMAL (%)
KARAKTERISTIK
0
0
Paralisis sempurna
1
10
Tidak ada gerakan, kontraksi otot dapat di palpasi atau dilihat
2
25
Gerakan otot penuh melawan gravitasi dengan topangan
3
50
Gerakan yang normal melawan gravitasi
4
75
Gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan melawan tahanan minimal
5
100
Kekuatan normal, gerakan penuh yang normal melawan gravitasi dan tahanan penuh
Pemeriksaan Penunjang
Sinar –X tulang menggambarkan kepadatan tulang, tekstur, dan perubahan hubungan tulang.
CT scan (Computed Tomography) menunjukkan rincian bidang tertentu tulang yang terkena dan dapat memperlihatkan tumor jaringan lunak atau cidera ligament atau tendon. Digunakan untuk mengidentifikasi lokasi dan panjangnya patah tulang didaerah yang sulit dievaluasi.
MRI (Magnetik Resonance Imaging) adalah tehnik pencitraan khusus, noninvasive, yang menggunakan medan magnet, gelombang radio, dan computer untuk memperlihatkan abnormalitas.
Pemeriksaan Laboratorium:
Hb pada trauma, Ca pada imobilisasi lama, Alkali Fospat , kreatinin dan SGOT pada kerusakan otot.
ASUHAN KEPERAWATAN
Pengkajia tanggal :
Tanggal MRS :
Ruang :
Jam MRS :
No rekam medis :
Diagnosa medis :
PENGKAJIAN
Identitas klien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Suku / bangsa :
Alamat :
Status perkawinan:
PENANGGUNG JAWAB PASIEN
Identitas klien
Nama :
Umur :
Jenis kelamin :
Agama :
Pendidikan :
Pekerjaan :
Hubungan dengan pasien :
Alamt :
PENGKAJIAN RIWAYAT KESEHATAN
Keluhan utama
Riwayat penyakit sekarang
Riwayat penyakit dahulu
Riwayat kesehatan keluarga
Genogram
PEMERIKSAAN FISIK
Tanda-Tanda Vital:
S, N, T, RR
Kesadarn pasien :
Keadaan umum :
Pengkajian pernapasan
Pengkajian sirkulasi kardiovaskular
Pengkajian neuro sensori/persyarafan
Pengkajian eliminasi /perkemihan
Pengkajian makanan dan cairan / pencernaaa
Pengkajian muskoleskeletal dan integument
Pengkajian system endokrin
Pengkajian hygiene dan kebiasaan
Pengkajian psikososial
Pengkajian spiritual
Terapi obat
Pemeriksaan penunjang
CT-Scan, Rontgen, Laboratorium,
DIAGNOSA KEPERAWATAN
Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan sensori presepsi
Nyeri akut berhubungan dengan cidera fisik
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan umum
Defisit perawatan diri berhubungan dengan kerusakan neurovaskuler
Daftar Pustaka
Asmadi. 2008. Konsep Dan Aplikasi Kebutuhan Dasar Klien. Jakarta : Salemba Medika.
Perry & Potter. 2006. Buku Ajar Fundal Mental Keperawatan Konsep, Proses Dan Praktik. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Santosa, Budi. 2007. Panduan Diagnosa Keperawatan NANDA 2005-2006. Jakarta: Prima Medika
Tarwoto & Wartonah, 2003. Kebutuhan Dasar Manusia & Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.