BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Pengetahuan
tentang
pasang
laut
sangat
diperlukan
dalam transportasi
perairan, kegiatan di pelabuhan, pembangunan di daerah pesisir pantai, dan lain-lain. Karena sifat pasang laut yang periodik, maka ia dapat diramalkan. Untuk dapat meramalkan pasang laut, diperlukan data amplitudodan beda fasa dari masing-masing komponen pembangkit pasang laut. Seperti telah disebutkan, komponen-komponen utama pasang surut terdiri dari komponen tengah harian dan harian. Namun demikian, karena interaksinya dengan bentuk (morfologi) pantai, superposisi antar komponen pasang laut utama, dan faktor lainnya lainnya akan mengakibatkan terbentuk komponen komponen pasang laut baru. Pasang
laut
adalah
naik
atau
turunnya
posisi permukaan perairanatau
samudera yang disebabkan oleh pengaruh gaya gravitasi bulan danmatahari. Ada tiga sumber gaya yang saling berinteraksi: laut, matahari, dan bulan. Pasang laut menyebabkan perubahan kedalaman perairan dan mengakibatkan arus dikenal
sebagai
arus
pasang,
sehingga
perkiraan
kejadian
pusaran
yang
pasang sangat
diperlukan dalam navigasi pantai.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan dari dilaksanakannnya praktikum mengenai pasang surut air laut adalah: 1. Mahasiswa dapat melakukan pengukuran pasang surut dengan dan menentukan tipe pasang surut berdasarkan grafik pasang surut. 2. Mahasiswa dapat mengetahui jenis-jenis pasang surut berdasarkan konstantanya. 3. Mahasiswa dapat mengetahui dan menghitung beberapa kondisi muka air.
1.3 Manfaat
Manfaat dilaksanakan praktikum pengantar oseanografi mengenai pasang surut air laut ini sebagai berikut : 1. Mampu mempersiapkan alat pengukur pasang surut. 2. Mampu melakukan pengukuran pasang surut, memplotkan data pasang surut dan mengklasifikasi tipe pasang surut.
1
BAB II DASAR TEORI 2.1 Definisi Pasang Surut
Gelombang – gelombang gelombang laut yang paling panjang adalah yang berhubungan dengan pasang surut, dan dikarakterisasi oleh naik dan turunnya permukaan laut yang berirama setelah periode beberapa jam. Pasang naik biasanya disebut sebagai aliran/flow (atau flood), sedangkan sedangkan pasang turun dinamakan (ebb). Istilah surut dan aliran pada pasang surut juga biasa digunakan untuk mengartikan arus – arus arus pasang itu sendiri (dan, tentu saja, pasang ‘flood’ lebih sering digunakan daripada ‘aliran/flow’). Dari awal mulanya telah diketahui bahwa ada hubungan antara pasang surut dengan matahari dan bulan. Pasang surut dalam keadaan tertinggi pada saat bulan purnama atau baru, dan waktu – waktu – waktu waktu pasang surut yang tinggi pada lokasi tertentu dapat diperkirakan (tapi tidak tepat sekali) dihubungkan dengan posisi bulan di langit. Karena pergerakan relatif bumi, matahari, bulan cukup rumit, maka mengakibatkan pengaruh mereka akan peristiwa pasang surut menghasilkan pola – pola – pola pola kompleks yang sama. Meskipun begitu, jarak gaya – gaya yang ditimbulkan oleh pasang surut dapat dirumuskan dengan tepat, walaupun respon lautan atas gaya – gaya gaya ini dimodifikasi oleh efek – efek efek permanen topografi dan efek sementara dari pola – pola – pola pola cuaca (Dr. Agus Supangat, Pengantar Oseanografi. ITB). Pasang surut air laut adalah suatu gejala fisik yang selalu berulang dengan periode tertentu dan pengaruhnya dapat dirasakan sampai jauh masuk kearah hulu dari muara sungai. Pasang surut terjadi karena adanya gerakan dari benda benda angkasa yaitu rotasi bumi pada sumbunya, peredaran bulan mengelilingi bumi dan peredaran bulan mengelilingi matahari. Gerakan tersebut berlangsung dengan teratur mengikuti suatu garis edar dan periode yang tertentu. Pengaruh dari benda angkasa yang lainnya sangat kecil dan tidak perlu diperhitungkan. Gerakan dari benda angkasa tersebut di atas akan mengakibatkan terjadinya beberapa macam gaya pada setiap titik ti tik di bumi ini,yang disebut gaya pembangkit pasang surut. Masing masing gaya akan memberikan pengaruh pada pasang surut dan disebut komponen pasang surut, dan gaya tersebut berasal dari pengaruh matahari, bulan atau kombinasi keduanya. Puncak gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang rendah . Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang
2
pasang surut (tidal range). Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Harga periode pasang surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit. Pasang purnama ( spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada
dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang surut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama. Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk
sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang rendah yang tinggi. Pasang surut perbani ini terjadi pasa saat bulan 1/4 dan 3/4.
Gambar 2.1 Spring Tide dan Neap Tide
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari.
3
Untuk menjelaskan terjadinya pasang surut maka mula-mula dianggap bahwa bumi benar-benar bulat serta seluruh permukaannya ditutupi oleh lapisan air laut yang sama tebalnya sehingga didalam hal ini dapat diterapkan teori keseimbangan. Pada setiap titik dimuka bumi akan terjadi pasang surut yang merupakan kombinasi dari beberapa komponen yang mempunyai amplitudo dan kecepatan sudut yang tertentu sesuai dengan gaya pembangkitnya. Pada keadaan sebenarnya bumi tidak semuanya ditutupi oleh air laut melainkan sebagian merupakan daratan dan juga kedalaman laut berbeda beda. Sebagai konsekwensi dari teori keseimbangan maka pasang surut akan terdiri dari beberapa komponen yang mempunyai kecepatan amplitudo dan kecepatan sudut tertentu, sama besarnya seperti yang diuraikan pada teori keseimbangan. Kisaran pasang-surut (tidal range), yakni perbedaan tinggi muka air pada saat pasang maksimum dengan tinggi air pada saat surut minimum, rata-rata berkisar antara 1m hingga 3m. Tipe pasut ditentukan oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya. Hal ini disebabkan karena perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya pembangkit pasang surut. Jika suatu perairan mengalami satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, maka kawasan tersebut dikatakan bertipe pasut harian tunggal (diurnal tides), namun jika terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari, maka tipe pasutnya disebut tipe harian ganda ( semidiurnal tides). Tipe pasut lainnya merupakan peralihan antara tipe tunggal dan ganda disebut dengan tipe campuran ( mixed tides) dan tipe pasut ini digolongkan menjadi dua bagian yaitu tipe campuran condong harian ganda ( Mixed Tide predominantly Semi-diurnal Tide) dan tipe campuran condong harian tunggal ( Mixed Tide predominantly Diurnal Tide). (Priyana,1994).
Gambar 2.2 Tipe-Tipe Pasut
4
2.2 Faktor Penyebab Terjadinya Pasang Surut
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasut disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, dan sebagainya, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan (Wyrtki, 1961). Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, yaitu sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari (Priyana,1994). Bulan dan matahari keduanya memberikan gaya gravitasi tarikan terhadap bumi yang besarnya tergantung kepada besarnya masa benda yang saling tarik menarik tersebut. Bulan memberikan gaya tarik (gravitasi) yang lebih besar dibanding matahari. Hal ini disebabkan karena walaupun masa bulan lebih kecil dar i matahari, tetapi posisinya lebih dekat ke bumi. Gaya-gaya ini mengakibatkan air laut, yang menyusun 71% permukaan bumi, menggelembung pada sumbu yang menghadap ke bulan. Pasang surut terbentuk karena rotasi bumi yang berada di bawah muka air yang menggelembung ini, yang mengakibatkan kenaikan dan penurunan permukaan laut di wilayah pesisir secara periodik. Gaya tarik gravitasi matahari juga memiliki efek yang sama namun dengan derajat yang lebih kecil. Daerah-daerah pesisir mengalami dua kali pasang dan dua kali surut selama periode sedikit di atas 24 jam (Priyana,1994).
5
2.3 Tipe Pasang Surut
Perairan laut memberikan respon yang berbeda terhadap gaya pembangkit pasang surut,sehingga terjadi tipe pasut yang berlainan di sepanjang pesisir. Menurut Dronkers (1964), ada tiga tipe pasut yang dapat diketahui, yaitu : 1. Pasang surut diurnal Yaitu bila dalam sehari terjadi satu satu kali pasang dan satu kali surut. Biasanya terjadi di laut sekitar katulistiwa. 2. Pasang surut semi diurnal Yaitu bila dalam sehari terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang hampir sama tingginya. 3. Pasang surut campuran Yaitu gabungan dari tipe 1 dan tipe 2, bila bulan melintasi khatulistiwa (deklinasi kecil), pasutnya bertipe semi diurnal, dan jika deklinasi bulan mendekati maksimum, terbentuk pasut diurnal. Menurut Wyrtki (1961), pasang surut di Indonesia dibagi menjadi 4 yaitu : 1. Pasang surut harian tunggal (Diurnal Tide) Merupakan pasut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari, ini terdapat di Selat Karimata 2. Pasang surut harian ganda (Semi Diurnal Tide) Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama dalam satu hari, ini terdapat di Selat Malaka hingga Laut Andaman. 3. Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing Diurnal) Merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat. 4. Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi Diurnal) Merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan Indonesia Bagian Timur.
6
(AO1+AK1) F=
___________ (AM2+AS2)
Tipe pasang surut dapat ditentukan menggunakan rumus Formzahl dimana: AO1 = unsur pasut tunggal utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan AK 1 = unsur pasut tunggal yang disebabkan oleh gaya tarik matahari AM2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik bulan AS2 = unsur pasut ganda utama yang disebabkan oleh gaya tarik matahari
Dimana : F ≤ 0.25
: Pasut ganda
0.25 < F ≤ 1.5 : Pasut tunggal 1.5 < F ≤ 3.0 : Pasut campuran dominan ganda F > 3.0
: Pasut campuran dominan tunggal
2.4 Daftar Istilah pada pasang surut :
Mean Sea Level (MSL) atau Duduk Tengah adalah muka laut rata-rata pada suatu
periode pengamatan yang panjang, sebaiknya selama 18,6 tahun.
Mean Tide Level (MTL) adalah rata-rata antara air tinggi dan air rendah pada suatu
periode waktu.
Mean High Water (MHW) adalah tinggi air rata-rata pada semua pasang tinggi.
Mean Low Water (MLW) adalah tinggi air rata-rata pada semua surut rendah.
Mean Higher High Water (MHHW) adalah tinggi rata-rata pasang tertinggi dari
dua air tinggi harian pada suatu periode waktu yang panjang. Jika hanya satu air tinggi terjadi pada satu hari, maka air tinggi tersebut diambil sebagai air tinggi terttinggi.
Mean Lower High Water (MLHW) adalah tinggi rata-rata air terendah dari dua air
tinggi harian pada suatu periode waktu yang panjang. Hal ini tidak akan terjadi untuk pasut harian (diurnal).
Mean Higher Low Water (MHLW) adalah tinggi rata-rata air tertinggi dari dua air
rendah harian pada suatu periode waktu yang panjang. Hal ini tidak akan terdapat pada pasut diurnal.
7
Mean Lower Low Water (MLLW) adalah tinggi rata-rata air terendah dari dua air
rendah harian pada suatu periode waktu yang panjang. Jika hanya satu air rendah terjadi pada satu hari, maka harga air rendah tersebut diambil sebagai air rendah terendah.
Mean High Water Springs (MHWS) adalah tinggi rata-rata dari dua air tinggi
berturut-turut selama periode pasang purnama, yaitu jika tunggang (range) pasut itu tertinggi.
Mean Low Water Springs (MLWS) adalah tinggi rata-rata yang diperoleh dari dua
air rendah berturut-turut selama periode pasang purnama.
Mean High Water Neaps (MHWN) adalah tinggi rata-rata dari dua air tinggi
berturut-turut selama periode pasut perbani (neap tides), yaitu jika tunggang (range) pasut paling kecil.
Mean Low Water Neaps (MLWN) adalah tinggi rata-rata yang dihitung dari dua air
berturut-turut selama periode pasut perbani.
Highest Astronomical Tide (HAT)/Lowest Astronomical Tide (LAT) adalah
permukaan laut tertinggi/terendah yang dapat diramalkan terjadi di bawah pengaruh keadaan meteorologis rata-rata dan kombinasi keadaan astronomi. Permukaan ini tidak akan dicapai pada setiap tahun. HAT dan LAT bukan permukaan laut yang ekstrim yang dapat terjadi, storm surges mungkin saja dapat menyebabkan muka laut yang lebih tinggi dan lebih rendah. Secara umum permukaan (level) di atas dapat dihitung dari peramalan satu tahun. Harga HAT dan LAT dihitung dari data beberapa tahun.
Mean Range (Tunggang Rata-rata) adalah perbedaan tinggi rata-rata antara MHW
dan MLW.
Mean Spring Range adalah perbedaan tinggi antara MHWS dan MLWS.
Mean Neap Range adalah perbedaan tinggi antara MHWN dan MLWN.
2.5 Metode Penghitungan Pasang Surut
Adanya gaya tarik bumi dan benda langit (bulan dan matahari), gaya gravitasi bumi, perputaran
bumi
pada
sumbunya dan perputaran
bumi
mengelilingi
matahari
menimbulkan pergeseran air laut, salah satu akibatnya adalah terjadinya pasang surut laut.
8
Fenomena alam tersebut merupakan gerakan periodik, maka pasang surut yang ditimbulkan dapat dihitung dan diprediksikan (www.bakosurtanal.go.id). Dalam penelitian lebih lanjut diketahui bahwa untuk setiap tempat yang mengalami pasang surut mempunyai ciri tertentu yaitu besar pengaruh dari tiap-tiap komponen selalu tetap dan hal ini disebut tetapan pasang surut. Selama tidak terjadi perubahan pada keadaan geografinya, tetapan. tersebut tidak akan berubah. Apabila tetapan pasang surut untuk suatu tempat tertentu sudah diketahui maka besar pasang surut untuk setiap waktu dapat diramalkan.
Metode Tide Pole (Palem Pasut)
Metode yang digunakan untuk mengukur pasang surut yaitu dengan Tide Pole yang merupakan alat pengukur pasut yang paling sederhana yang berupa papan dengan tebal 1 – 2 inci dan lebar 4 – 5 inci. Sedangkan panjangnya harus lebih dari tunggang pasut. Dimana pemasangan tide pole ini haruslah pada kondisi muka air terendah (lowest water ) skala nolnya masih terendam air, dan saat pasang tertinggi skala terbesar haruslah masih terlihat dari muka air tertinggi (highest water ). Dengan demikian maka tinggi rendahnya muka air laut dapat kita ketahui dengan melihat menggunakan teropong atau melakukan pengamatan secara langsung mendekati pelem pasut tersebut, kita dapat mengetahui pola pasang surut pada suatu daerah pada waktu tertentu. Lokasi pemasangan palem pasut harus berada pada lokasi yang aman dan mudah terlihat dengan jelas, tidak bergerak-gerak akibat gelombang atau arus laut. Tempat tersebut tidak pernah kering pada saat kedudukan air yang paling surut. Oleh karena itu panjang rambu pasut yang dipakai sangat tergantung sekali pada kondisi pasut air laut di tempat tersebut. Pada prinsipnya bentuk rambu pasut hampir sama dengan rambu dipakai pada pengukuran sifat datar (leveling). Perbedaannya hanya dalam mutu rambu yang dipakai. Mengingat bagian bawah palem pasut harus dipasang terendam air laut, maka palem dituntut pula harus terbuat dari bahan yang tahan air laut. Biasanya titik nol skala rambu diletakkan sama dengan muka surutan setempat, sehingga setiap saat tinggi permukaan air laut terhadap muka surutan tersebut atau kedalaman laut dapat diketahui berdasarkan pembacaan pada rambu. Palem pasut hampir selalu digunakan pada pelabuhan-pelabuhan laut. Dengan demikian hal ini sangat membantu bagi keamanan kapal yang akan berlabuh atau meninggalkan pelabuhan.
9
Alat yang diperlukan : 1. Alat pertukangan (palu, kayu) 2. Bambu seperlunya 3. Kerung Beras Plastik 4. Palem pasut yaitu papan kayu dengan panjang 4 meter, lebar 15 cm dan tebal 3 cm yang berskala tiap 20 cm 5. Papan kayu 15 cm dan panjang 3 meter 6. Tali nylon
Gambar 2.3 Rambu Pasang Surut
Pencatatan data Pasut 1. Pengamatan tinggi air dilaksanakan setiap 30 menit sekali dengan menggunakan palm. 2. Pencatatan data pasut dilakukan dengan membaca ketinggian permukaan air yang ditunjukkan oleh skala palem. 3. Dilakukan pada malam hari, hendaknya diterangi dengan menggunakan senter.
10
BAB III METODOLOGI PEKERJAAN 3.1 Waktu dan Lokasi
Praktikum pengukuran Pasang Surut dilakukan pada: Waktu
: Jumat – Minggu
Tanggal
: 29 April – 1 Mei 2016
Lokasi
: Pantai Prigi, Trenggalek
Pasca Survei Hidrografi 2016 meliputi pengolahan data dan pembuatan laporan dilaksanakan pada: Hari
: Senin – Kamis
Tanggal
: 2-11 Mei 2016
3.2 Alat dan Bahan
Berikut merupakan alat dan bahan yang diperlukan pada saat survei di lapangan dan pengolahan data. Tabel 3.1. Alat dan Bahan Pengamatan Pasang Surut
Nama Alat
No.
Jumlah
Pengamatan Pasang Surut 1.
Rambu pasang surut
1 buah
2.
Buku pengamatan pasang surut
1 buah
3.
Senter
1 buah
4.
Karet ban
Secukupnya
3.3 Spesifikasi Alat
3.3.1. Rambu Pasang Surut
Gambar 3.1. Rambu Ukur Pasang Surut
11
Rambu ukur diperlukan untuk mempermudah/membantu mengukur beda tinggi antara garis bidik dengan permukaan tanah. Rambu pasang surut yang digunakan setinggi 3 meter terbuat dari campuran logam alumunium yg tebal dan kuat. Bahan ini digunakan karena ringan dibanding dengan rambu ukur berbahan kayu agar mudah diikatkan denga kuat dan kokoh. 3.3.2. Buku Pengamatan Pasang Surut Buku ukur pengamatan pasang surut berisi kolom no. (nomor pengukuran), waktu, dan BT (batas tengah bacaan rambu ukur). 3.3.3. Senter
Gambar 3.2. Senter
Senter digunakan untuk menerangi bacaan rambu ukur ketika pengamatan pasang surut dilakukan di malam hari. Senter yang digunakan cahayanya dapat menerangi bacaan dan dapat menembus permukaan air untuk memperkirakan ratarata air yang sejajar dengan bacaan tengah rambu. 3.3.4. Karet Ban
Gambar 3.3. Karet Ban
Karet ban yang digunakan harus yang masih ketat atau tidak lapuk. Karet ban digunakan untuk mengikat dikarenakan karet ban memiliki gaya gesek besar sehingga dapat lebih bertahan ketika tergerak oleh gelombang air laut.
12
3.4 Metodologi Pekerjaan
3.4.1 Diagram Alir Mulai
Persiapan
Orientasi Lapangan
Pemasangan Rambu Ukur
Pengamatan Pasang Surut
Pengolahan Data
Selesai Gambar 3.4. Diagram Alir Pengamatan Pasang Surut
3.4.2 Penjelasan Diagram Alir a. Persiapan Yaitu tahap persiapan anggota kelompok serta alat dan bahan yang dibutuhkan untuk pengukuran. b. Orientasi Lapangan Orientasi lokasi pengukuran dilakukan untuk mengetahui secara pasti kondisi lapangan, kondisi ombak, untuk selanjutnya dapat disusun rencana kerja pemasangan rambu. c. Pemasangan Rambu Ukur Letakkan rambu pasang surut pada lokasi dimana pada saat surut, rambu masih terkena air dan saat pasang rambu tidak tenggelam (masih terlihat). Rambu diikat kuat dengan menggunakan karet ban agar kokoh dan berada dalam keadaan stabil meskipun terhantam ombak.
13
d. Pengamatan Pasang Surut Selama pengamatan berlangsung rambu harus diamati. Catat waktu dan kedudukan muka air laut pada rambu dengan interval 15 menit. Catat pada buku pengukuran pasang surut. Pengamatan pasang surut dilakukan secara terus menerus selama survey bathimetri berlangsung, dimulai 4 jam sebelum dan 4 jam sesudah survey hidrografi dilaksanakan. Jika pengamatan pasang surut dilakukan pada malam hari dan muka air laut yang terkena rambu pasang surut tidak terlihat jelas maka gunakan senter. e. Pengolahan Data Data yang dibutuhkan dalam pengolahan data pasang surut adalah waktu pengambilan data, dan bacaan tengah rambu pasang surut. Pengolahan data pasang surut menggunakan metode Doodson untuk memperoleh tinggi muka air laut rata-rata dengan menjumlahkan semua data dan dibagi jumlah data.
3.5 Jadwal Pekerjaan
Berikut merupakan jadwal pekerjaan pengamatan pasang surut yang dilakukan tiap kelompok. Tabel 3.2. Jadwal Pengamatan Pasang Surut
Tanggal
Waktu
Pelaksana
Jum'at, 29 April 2016
07.00 - 12.00
Kelompok 5
12.00 - 17.00
Kelompok 1
17.00 - 21.00
Kelompok 8
21.00 - 24.00
Kelompok 2
00.00 - 04.00
Kelompok 1
04.00 – 07.00
Kelompok 7
07.00 - 11.00
Kelompok 8
11.00 – 13.00
Kelompok 3
13.00 - 17.00
Kelompok 6
17.00 - 21.00
Kelompok 4
21.00 - 24.00
Kelompok 3
00.00 - 04.00
Kelompok 7
04.00 – 07.00
Kelompok 2
Sabtu, 30 April 2016
Minggu, 1 Mei 2016
14
3.6 Pelaksana Pekerjaan
Pelaksana pekerjaan dilakukan dengan membagi anggota kelompok menjadi dua kloter dimana tiap kloter melakukan pengamatan pasang surut selama 2 jam dari total waktu pengamatan tiap kelompok selama 4 jam. Tabel 3.3. Pembagian Tugas Penjagaan Pasang Surut
Kloter 1
Kloter 2
Salwa Nabilah
(3513100010)
Rani Fitri Febriyanti
(3513100015)
M. Ibnu Aqil
(3513100043)
Amelia Fadhila
(3513100030)
Izhad Miftachurrozaq (3513100073)
Nurul Tazaroh
(3513100069)
Dinimiar Fitrah S.
(3513100076)
Rega Hangasta Gien P. (3513100085)
Renita Elizabeth S.
(3513100091)
Alif Fariq’an S.
(3513100098)
Berikut pembagian tugas untuk pembuatan laporan yang dilakukan kelompok 1: Tabel 3.4 Pembagian Tugas Pembuatan Laporan
Nama
Salwa Nabilah
Pembagian Tugas
(3513100010)
Kata Pengantar, Daftar Isi, Daftar Gambar, Daftar Tabel, Lampiran
M. Ibnu Aqil
(3513100043)
Bab II Tinjauan Pustaka
Izhad Miftachurrozaq (3513100073)
Bab IV (Tahap Pengolahan Data)
Dinimiar Fitrah S.
(3513100076)
Bab III Metodologi Pekerjaan
Renita Elizabeth S.
(3513100091)
Bab I Pendahuluan
Rani Fitri Febriyanti (3513100015)
Bab V Analisa
Amelia Fadhila
(3513100030)
Bab VI Penutup
Nurul Tazaroh
(3513100069)
Bab V Hasil
Rega Hangasta G.
(3513100085)
Bab V Analisa
Alif Fariq’an S.
(3513100098)
Bab IV (Pengambilan Data Pekerjaan dan Tahap Pengukuran)
15
BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN 4.1 Pengambilan Data Pekerjaan
Data-data yang diambil pada Pengamatan Pasang Surut , antara lain:: 1. Bacaan rambu pasang surut 2. Waktu pengamatan pasang surut Pengambilan data dilakukan dengan melakukan pengamatan pasang surut selama 48 jam dari tanggal 29 April 2016 – 1 Mei 2016 secara manual / dicatat pada form pengkuran yang telah disiapkan untuk data pasut (pasang surut).
4.2 Tahap Pengukuran
Pengukuran kedalaman air laut (survey bathimetri) meliputi beberapa tahapan, antara lain: 4.2.1 Diagram Alir Pelaksanaan Pengamatan Pasang Surut Orientasi Lapangan
Pengamatan Pasut Gambar 4.1 Diagram Alir Pelaksanaan Pemasangan Pasang Surut
4.2.2 Tahap Pelaksanaan Pengukuran Pengamatan Pasang Surut 1. Orientasi lapangan Orientasi lapangan dilakukan untuk penentuan lokasi pemasangan rambu ukur yang digunakan untuk pengamatan pasang surut. Rambu pasang surut harus dipasang menempel dasar laut dan dipasang tidak boleh sampai tenggelam seluruhnya dibawah permukaan air laut. Maka sebelum memasang rambu, mahasiswa harus mengetahui data pasang tertinggi pada laut tersebut, agar jika terjadi pasang tertinggi rambu tersebut tidak tenggelam. 2. Pengamatan Pasut Setelah memasang rambu pasang surut sesuai lokasi yang telah ditentukan, selanjutnya yaitu melakukan pengamatan pasang surut yaitu mengamati rambu
16
pasang surut selama 3 hari mulai 29 April 2016 pukul 07.00 sampai 1 Mei 2016 pukul 07.00 dengan selang waktu pengamatan setiap 15 menit.
4.3 Tahap Pengolahan Data
4.3.1 Pengolahan data pasang surut ( pasut ) Data pasang surut ini diolahguna mementukan nilai MSL. Pegolahan data pasut ini menggunakan metode Doodson. Metode ini merupakan metode yang paling memungkinkan digunakan untuk pengolahan data pasang surut yang datanya dari hasil pengamatan hanya selama 48 jam, karena untuk menggunakan metode Doodson hanya dibutuhkan data pengamatan pasang surut selama 39 jam saja dengan pengamatan setiap satu jamnya. Sehingga dari data pengamatan selama 48 jam tersebut hanya diambil 39 jam saja dari tengah-tengah hari. Menurut metode ini, data yang diambil adalah pukul 12.00 , 19 jam sebelum pukul 12.00, dan 19 jam sesudah pukul 12.00 , maka totalnya adalah 39 jam. Makayang memungkinkan
adalah pukul 12.00 tanggal 30 A pri l 2016 , sehingga dapat mengambil data 19 jam sebelum dan sesudahnya. Pada metode Doodson, data pasut dihitung dengan mengalikan tinggi pasut satu persatu dengan M etri k Pengali (F ) , berikut metrik pengali nya:
Kemudian hasil perkalian tersebut di jumlah, lalu dibagi 30 (jumlah metrik pengali) sehingga didapatkan nilai MSL. Berikut rumus yang digunakan untuk menentukan nilai MSL menggunakan metode Doodson : MSL = Σ(HxF)/ΣF
Keterangan: MSL
: Mean Sea Level ( nilai ketinggian permukaan laut rata-rata)
H
: Bacaan tinggi rambu pasang surut
F
: Metrik pengali.
17
BAB V HASIL DAN ANALISA 5.1 Hasil Pengamatan Pasang Surut
Adapun hasil pengamatan pasang surut selama 39 jam (Jumat, 29 April 2016 pukul 17.00 WIB s/d Minggu, 1 Mei 2016 pukul 07.00 WIB) dengan hari tengah pengukuran adalah Sabtu, 17 Mei 2014 pukul 12.00 WIB adalah sebagai berikut. Tabel 5.1 Data Hasil Pengamatan Pasang Surut DATA PASUT
NO
TGL
WAKTU
TINGGI PASUT (H)
METRIK PENGALI (F)
HASIL (HxF)
1
4/29/2016
17
0.66
1
0.66
2
18
0.44
0
0
3
19
0.4
1
0.4
4
20
0.35
0
0
5
21
0.55
0
0
6
22
0.8
1
0.8
7
23
1.06
0
0
0
1.31
1
1.31
9
1
1.36
1
1.36
10
2
1.38
0
0
11
3
1.18
2
2.36
12
4
1.01
0
0
13
5
0.8
1
0.8
14
6
0.72
1
0.72
15
7
0.685
0
0
16
8
0.81
2
1.62
17
9
0.9
1
0.9
18
10
1.15
1
1.15
19
11
1.41
2
2.82
20
12
1.585
0
0
21
13
1.66
2
3.32
22
14
1.628
1
1.628
23
15
1.465
1
1.465
24
16
1.16
2
2.32
25
17
0.95
0
0
26
18
0.678
1
0.678
27
19
0.495
1
0.495
28
20
0.43
0
0
29
21
0.49
2
0.98
8
4/30/2016
18
30
22
0.67
0
0
31
23
0.855
1
0.855
0
1.02
1
1.02
33
1
1.195
0
0
34
2
1.35
1
1.35
35
3
1.254
0
0
36
4
1.15
0
0
37
5
1.11
1
1.11
38
6
0.97
0
0
39
7
0.91
1
0.91
32
4/1/2016
Untuk mendapatkan nilai Mean Sea Level (MSL), data pengukuran tersebut dilakukan perhitungan dengan metode Doodson. Metode ini memiliki matriks pengali untuk waktu pengamatan 1-19 jam. Adapun nilai matriks pengali pada metode Doodson adalah sebagai berikut. Tabel 5.2 Matriks Pengali Data Pasang Surut
Adapun perhitungan MSL ( Mean Sea Level ) menggunakan Metode Dodsoon adalah sebagai berikut. MSL = {(1x0,66)+(0x0,44)+(1x0,4)+(0x0,35)+(0x0,55)+(1x0,8)+(0x1,06)+(1x1,31)+(1x1,36)+( 0x1,38)+(2x1,18)+(0x1,01)+(1x0,8)+(1x0,72)+(0x0,685)+(2x0,81)+(1x0,9)+(1x1,15)+(2 x1,41)+(0x1,585)+(2x1,66)+(1x1,628)+(1x1,465)+(2x1,16)+(0x0,95)+(1x0,678)+(1x0,49 5)+(0x0,43)+(2x0,49)+(0x0,67)+(1x0,855)+(1x1,02)+(0x1,195)+(1x1,35)+(0x1,254)+(0x 1,15)+(1x1,11)+(0x0,97)+(1x0,91) = 1.03436667
Tabel 5.3 HWL, MSL dan LWL
MSL = Σ(HxF)/ΣF =
1.03436667
LWL
0.35 1.66
HWL
19
1.8 1.6 1.4 1.2 1 0.8 0.6 0.4 0.2
Series1
0 1
2
3
4
5
6
7
8
9
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Gambar 5.1 Grafik Pasang Surut Pantai Prigi 29 April -1 Mei 2016
Tabel 5.4 Data ketinggian BM Pasut (Levelling)
5.2 Analisa Hasil Pasang Surut
Dari data pengamatan pasang surut yang telah dilakukan perhitungan di atas. Maka di dapatkan data pasang surut Pantai Prigi tanggal 29 April – 1 Mei 2016 adalah sebagai berikut :
Pasang Tertinggi (HWL) adalah 1.980 m
Mean Sea Level (MSL) adalah 1.034566667 m
Surut terendah (LWL) adalah 0.35 m
20
Pengolahan data pasang surut dilakukan dengan metode Doodson 39 jam untuk mendapatkan nilai permukaan air laut rata-rata (MSL), pasang tertinggi (HWL), dan surut terendah (LWL). Ketika pengamatan pasang surut dilakukan pada tanggal 29 April-1 Mei 2016 dengan selang waktu pengamatan yakni 15 menit, dihasilkan dua kali pasang dan dua kali surut dengan selang tinggi dan selang periode yang hampir sama, sehingga dapat disimpulkan hal ini termasuk dalam tipe pasang surut harian ganda ( semi diurnal tide). Yang penjelasannya dapat dilihat di bawah ini :
Diagram Pasang Surut 2
1.5
1
0.5 Series1 0 1
2
3
4
5
6
7
8
9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
Gambar 5.2 Diagram Pasang Surut
Tabel 5.5 Tabel Pasang dan Surut
Pukul
Bacaan (m)
02.30
1.360
07.00
0.685
13.30
1.640
20.15
0.425
Selain itu, dari data yang diperoleh pada saat pengukuran, pasang tertinggi terjadi pada tanggal 29 April 2016 pada pukul 12:45 dengan nilai 1.980 m sedangkan surut terendah terjadi pada tanggal 29 April 2016 pada pukul 20.00 dengan nilai 0.35 m. Dapat disimpulkan bahwa pada daerah pantai prigi mengalami pasang tertinggi pada siang hari dan surut terendah pada malam hari.
21
BAB VI PENUTUP 6.1 Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat setelah melakukan pengamatan pasang surut air laut pada Jumat, 29 April 2016 pukul 17.00 WIB s/d Minggu, 1 Mei 2016 pukul 07.00 WIB adalah sebagai berikut : 1. Dalam pengamatan pasang surut tinggi muka air tertinggi adalah 1.980 m, terendah adalah 0.35 m dan tinggi pasut rata-rata adalah 1.034566667 m dan dianggap sebagai MSL. 2. Pengamatan pasang surut dilakukan selama 39 jam dengan interval pengamatan setiap 15 menit. 3. Tipe pasang surut di Pantai Prigi adalah pasang surut harian ganda karena dalam satu hari terjadi dua kali pasang surut secara berurutan.
6.2 Saran
Adapun saran untuk laporan sebagai berikut : 1. Sebelum dilakukan pengamatan pasut harus ada persiapan terlebih dahulu seperti pengecekan rambu ukur apakah rambu sudah sesuai. 2. Jika pengamatan pasang surut dilakukan pada malam hari dan muka air laut yang terkena rambu pasang surut tidak terlihat jelas maka gunakan senter dan kamera digital. 3. Agar pemasangan rambu pasang surut harus benar-benar kuat dan tidak bergesergeser. Maka, rambu pasang surut harus diikat kuat dengan karet ban.
22
DAFTAR PUSTAKA
Adiatman. 2014. Laporan Pasang Surut . dawrenlee.blogspot.co.id, diakses pada 10 Mei 2016 pukul 8:00 Akhmad,
Nur.
2013.
Macam-macam
Tipe
Pasang
Surut
di
Indonesia.
natachaniago.wordpress.com, diakses pada 10 Mei 2016 pukul 21.15 Anggraini. 2010. Laporan praktikum Oseanografi Fisik . dhamadharma.wordpress.com, diakses pada 10 Mei 2016 pukul 8:30 Anonim. 1985. Manual on Sea Level Measurement and Interpretation Volume I- Basic Procedures. Intergovermental Oceanographic Commision. UNESCO.
23
LAMPIRAN
Rambu Pasang Surut
Menunggu Waktu Mengukur Pasut
Personil Kelompok 1
Personil Kelompok 1
24
DATA PERHITUNGAN PASUT DI EXCEL
25
26