GRAFIK PASANG SURUT PERAIRAN
BELANGBELANG - MAMUJU SULAWESI BARAT
TAHUN 2014
Tanggal 4 November 2014 - 2 Desember 2014
MSL
234 CM
7373
73
73
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Indonesia merupakan negara maritim dengan luas perairan laut yang diperkirakan sebesar 5,1 juta kilo meter persegi dan garis pantai sepanjang kurang lebih 80.791 kilo meter. (Soeprapto, 2001). Dalam kondisi wilayah perairan ini banyak aktivitas masyarakat yang terfokus pada bidang kelautan, tetapi aktivitas tersebut senantiasa menuntut ketersediaan sumber informasi kelautan yang akurat. Salah satu bentuk dari informasi kelautan adalah pasang surut (pasut). Data pasang surut di Indonesia disediakan oleh dua instansi pemerintah yaitu Badan Informasi Geospasial (BIG) dan Dinas Hidro-Oseanogtafi (DISHIDROS) TNI AL. Kejadian pasang surut ini dalam sehari rata-rata akan terjadi dua kali pasang dan dua kali surut. Pasang dan surut air laut dipengaruhi oleh gaya gravitasi bulan, bumi dan matahari.
Indonesia merupakan salah satu Negara yang dilintasi oleh garis khatulistiwa (equator). Pada garis khatulistiwa (equator) pasang surut harian ganda adalah tetap, pada titik I adalah air pasang dan pada J meridian 90º adalah air surut. Pada titik K dengan meridian 180º jauh daripada titik I adalah pasang dan ketinggiannya hampir sama seperti dititik I. Jangkauan untuk pasang surut ini tidak sebesar jangkauan sewaktu bulan berada pada deklinasi 0º. Pasang surut harian ganda akan selalu melintas kebelakang, karena pasang surut ini menghasilkan gaya akibat pergeseran dan inersial air laut. (Priyana,1994).
Gambar 1.1. Contoh pengaruh bulan pada titik deklinasi 20˚
Di Indonesia, kota Pontianak merupakan salah satu kota yang dilintasi oleh garis khatulistiwa (equator). Menurut data pasang surut dengan kurun waktu 1988-1992, kota Pontianak berada pada elevasi +1.437 meter dan surut terendah –0,263 meter. Dari kondisi ini, maka saat hujan dengan intensitas tinggi akan menyebabkan genangan pada sebagian besar Kota Pontianak. (UGM, 2004).
Pengetahuan tentang pasang surut ini dapat dimanfaatkan untuk berbagai kegiatan kelautan. Dalam hal perencanaan pengelolaan wilayah pesisir seperti pembuatan pelabuhan, bangunan pemecah gelombang, jembatan laut, pemasangan pipa bawah laut dan lain sebagainya, bahkan dalam kegiatan penangkapan ikan sampai peluncuran satelit. Berikut metode kerja dalam pengamatan atau pengukuran data pasang surut :
Pengamatan data pasang surut air laut dilakukan setiap 1 jam sekali.
Kemudian dicatat data ketinggian muka air laut rata-ratanya kedalam bentuk tabel sesuai dengan tanggal dan waktu pengamatan.
Setelah data terkumpul semua sesuai dengan periode waktu yang ditentukan, maka data tersebut dihitiung menggunakan metode perhitungan yang diminta dan dibuat laporan hasil pratikum sebagai pertanggungjawaban.
Dalam pelaksanaan perhitungan pasang surut air laut terdapat beberapa metode yang dapat digunakan untuk menentukan konstanta harmonik pasang surut selama periode waktu tertentu diantaranya adalah metode Admiralty dan metode Least Square. Konstanta harmonik yang dihasilkan kedua metode ini dapat digunakan dalam melakukan prediksi pasang surut untuk waktu yang akan datang. Perhitungan metode Admiralty menghasilkan 9 komponen pasang surut, yaitu komponen Diurnal (K1, P1 dan O1), komponen semi-diurnal (M2, K2, S2 dan N2) dan komponen kuarter-diurnal (M4 dan MS4), komponen-komponen tersebut mempresentasikan jenis pasang surut. Perhitungan metode Least Square dilakukan dengan mengabaikan faktor meteorologis, namun dapat diturunkan dengan menggunakan nilai persamaan yang telah ditetapkan. Dalam penelitian ini, analisa harmonik pasut metode Least Square dapat juga dilakukan dengan menggunakan software Microsoft Excel. (Ongkosongo, 1989).
1.1.1 Sejarah Dinas Hidro-Oseanografi (DISHIDROS) TNI AL
Sejarah berdirinya dishidros diawali dengan dibentuknya panitia perbaikan pemetaan di Netherland East Indies pada tahun 1821. Selang 3 tahun tepatnya pada tahun 1823 Angkatan Laut Belanda mendirikan Depo Peta yang berfungsi sebagai penyedia peta laut dan buku nautis untuk kepentingan umum. Selanjutnya pada tahun 1850, dibentuklah Geografische Dients (Dinas Hidrografi) dibawah kepemimpinan angkatan laut Belanda yang melaksanakan kegiatan pengamatan posisi geografis di berbagai tempat di Indonesia dengan cara pengamatan bintang. Pada tahun 1874, pemerintah kolonial Belanda membentuk Burenau Hydrografie yang merupakan bagian dari departemen Der Marine Kerajaan Belanda, untuk melaksanakan kegiatan survey dan pemetaan guna keperluan keselamatan pelayaran kapal-kapal perang dan kapal dagang Belanda.
Perang dunia ke I pada tahun 1914 menyebabkan terjadinya kekurangan personil pada kapal-kapal pemetaan Angkatan Laut Belanda, sehingga pada waktu itu, mulai ditugaskan perwira dari Gouvernement Marine (Jawatan Pelayaran), dan selanjutnya pada tahun 1918 Gouvernement Marine membentuk organisasi yang melaksanakan pemetaan laut sendiri yang sejak tahun 1922 Gouvernement Marine dapat membantu angkatan laut belanda melaksanakan pemetaan dengan menggunakan kapal sendiri. Dengan demikian sejak itu terdapat dua rganisasi yang melaksankan pemetaaan di Indonesia. Pada periode penjajahan Jepang (1941 – 1945), kegiatan survey dan penelitian dilakukan untuk kepentingan perang pertahanan militer jepang di Indonesia. Pada periode awal kemerdekaan keberadaan kedua organisasi hidrografi pada masa penjajahan belanda tersebut dipertahankan, namun karena pemerintah Indonesia belum memiliki failitas dan personil Hidrografi, maka kegiatan pemetaan mengalami kesulitan, sehingga Negara Belanda pada tahun 1951 masih memberikan bantuan tenaga ahli hidrografi kepada Indonesia. Mengingat adanya dua kepentingan, yakni kepentingan pelayaran sipil dan kepentingan pertahanan, beberapa peraturan perundangan yang diberlakukan antara lain:
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1951 tentang pembentukan Bagian Hidrografi Angkatan Laut dan Bagian Hidrografi Jawatan Pelayaran.
Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 164 Tahun 1960 tentang Penggabungan Pejabatan Hidrografi Jawatan Pelayaran ke dalam Jawatan Hidrografi Angkatan Laut Jawatan Hidrografi Angkatan Laut (Janhidral).
Keputusan Kasal Nomor KEP/20/VII/1997, Tanggal 31 Juli 1997 tentang organisasi dan prosedur Dinas Hidro-Oseanografi (DISHIDROS) TNI AL, menetapkan bahwa Dinas Hidro-Oseanografi (DISHIDROS) TNI AL bertugas membina dan melaksanakan fungsi Hidro-Oseanografi untuk kepentingan TNI maupun untuk kepentingan umum.
Dalam perkembangannya, Jawatan Hidrografi Angkatan Laut mengalami beberapa kali perubahan nama, yaitu berdasarkan Surat Keputusan Menteri Panglima Angkatan Laut (Menpangal) No. 5402.46 Tanggal 20 Desember 1965, Jawatan Hidrografi Angkatan Laut menjadi Direktorat Hidrografi Angkatan Laut (Dithidral). Kemudian berdasarkan keputusan Menhankam atau pangab No. Kep/A/39/VII/1971 Tanggal 23 Juli 1971, menjadi Dinas Hidrografi Angkatan Laut (Dishadral). Selanjutnya berdasarkan keputusan menhankam atau Pangab No. Kep/11/IV/1976 pasal 23, dalam pelaksanaannya sesuai juklak kasal Nomor juklak/40/VIII/1979, Dinas Hidrografi Angkatan Laut berubah menjadi Jawatan Hidro-oseanografi Angkatan Laut (JANHIDROS). Sejak tahun 1984, berdasarkan keputusan Kasal No. Kep/23/XI/1984 Tanggal 10 November 1984, menjadi Dinas Hidro-Oseanografi (DISHIDROS) TNI Angkatan Laut sampai tahun sekarang. Adapun Dinas Hidro-Oseanografi (DISHIDROS) TNI AL mempunyai tugas melaksanakan kegiatan survey pemetaan laut untuk menetukan jalur pelayaran kapal di perairan Negara Kesatuan Republik Indonesia, salah satunya adalah penyelenggaraan survey pasang surut air laut yang meliputi pengumpulan data, pengolahan data, penyimpanan data, dan penggunaan informasi secara berkala. (Praktikum di DISHIDROS : Samsul Arifin, 2014)
Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan sebelumnya, maka dalam melaksanakan kerja praktek ini penulis akan mempelajari dan mengkaji bagaimana proses perhitungan data pasang surut air laut dengan menggunakan metode Admiralty. Dari perhitungan tersebut akan menghasilkan konstanta harmonik pasang surut air laut untuk daerah Dermaga Belangbelang – Mamuju Sulawesi Barat.
Maksud dan Tujuan Kerja Praktek
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, penulis bermaksud untuk melaksanakan perhitungan data pasang surut air laut untuk menentukan konstanta harmonik pasang surut air laut dengan menggunakan metode Admiralty. Adapun tujuan dari pelaksanaan kerja praktek ini adalah :
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan pendidikan Strata-1 Program Studi Teknik Geodesi Fakultas Teknik Universitas Pakuan Bogor.
Mengetahui teori mengenai pasang surut.
Mengetahui cara perhitungan data pasang surut air laut dengan metode Admiralty.
Mengetahui bentuk dan fungsi tabel perhitungan data pasang surut air laut metode Admiralty.
Menentukan nilai konstanta harmonik pasang surut air laut air laut pada lokasi studi kasus.
Batasan Masalah
Dalam pelaksanaan kerja praktek ini penulis membatasi pekerjaan sebagai berikut:
Lokasi studi kasus yang dijadikan tempat pengambilan data pasang surut terletak di Dermaga Belangbelang – Mamuju Sulawesi Barat.
Penulis tidak melakukan pengamatan data di lapangan secara langsung, melainkan menggunakan data sekunder milik Dinas Hidro-Oseanografi (DISHIDROS) TNI AL.
Data yang digunakan adalah hasil pengamatan palem pasang surut selama 30 hari atau biasa disebut dengan 29 piantan.
Perencanaan dan pengolahan data akan dilaksanakan secara perhitungan manual dan menggunakan program komputer sebagai pembantu:
Tabel perhitungan metode Admiralty
Konstanta pengali atau konstanta ketetapan yang digunakan.
Software Microsoft Excel
Metodologi
Metodologi yang digunakan dalam kerja praktek ini ditempuh dengan langkah-langkah sebagai berikut :
Mempelajari teori yang berkaitan dengan pasang surut air laut, teori pengolahan data pasang surut metode Admiralty.
Melaksanakan proses input data secara manual kedalam tabel perhtiungan metode Admiralty, mengitung data secara manual maupun dengan program komputer.
Secara umum, metodologi penulisan laporan kerja praktek ini digambarkan seperti diagram di bawah ini :
Gambar 1.2 Metodologi Pelaksanaan Kerja Praktek
Tempat Pelaksanaan Kerja Praktek
Kerja praktek ini dilaksanakan di Dinas Hidro-Oseanografi (DISHIDROS) TNI AL, yang beralamat di Jl. Pantai Kuta V No. 1, Ancol Timur, Jakarta Utara, DKI Jakarta. Dan Wilayah studi kasus terletak di Dermaga Belangbelang – Mamuju Sulawesi Barat. Dibawah ini tabel jadwal pelaksanaan kerja praktek :
Tabel 1.1 Jadwal Pelaksanaan Kerja Praktek
2015
2016
NO
KEGIATAN
OKTOBER
NOVEMBER
DESEMBER
JANUARI
1
2
3
4
1
2
3
4
1
2
3
4
5
1
2
3
4
1
Pengurusan Administrasi
2
Pengajuan Proposal
3
Pengumpulan Data
4
Proses Pengolahan Data
5
Bimbingan
6
Pembuatan Laporan
Sistematika Penulisan Laporan
Hasil kegiatan Kerja Praktek ini disusun dalam sebuah karya tulis ilmiah yang disebut laporan, dan laporan ini adalah sebuah bentuk rasa tanggungjawab mahasiswa atas pekerjaan yang telah dilakukan. Berikut sistematika penyusunan laporan hasil Kerja Praktek :
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini membahas secara umum mengenai latar belakang, maksud dan tujuan, batasan masalah, metodologi pekerjaan, serta sistematika penulisan laporan.
BAB II : DASAR TEORI
Bab ini membahas konsep umum, definisi-definisi, metode yang digunakan dan juga pengertian dari beberapa istilah lainnya yang menjadi dasar dalam pembuatan, perhitungan, pengolahan dan analisis data pasang surut (pasut).
BAB III : PELAKSANAAN PEKERJAAN
Bab ini merupakan tahapan proses pengumpulan data, pengelompokan data, perhitungan data, pengolahan dan analisis data. Data yang diperoleh harus dihitung dan diolah melalui proses manual maupun digital sehingga data-data tersebut dapat menghasilkan informasi tentang posisi permukaan air laut rata-rata.
BAB IV : PEMBAHASAN
Bab ini berisikan tentang uraian dari pekerjaan yang telah dilaksanakan, termasuk kendala-kendala yang terjadi dalam proses pelaksanaan pekerjaan, baik kendala teknis ataupun non-teknis, serta pembahasan hasil dari pengolahan data.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini merupakan kesimpulan yang diperoleh dari pelaksanaan pekerjaan dan saran yang dapat menjadi sebuah acuan kedepan agar lebih baik.
Daftar Pustaka
Lampiran
BAB II
DASAR TEORI
Pasang Surut
Menurut (Pariwono, 1989) fenomena pasang surut diartikan sebagai naik turunnya muka air laut secara berkala akibat adanya gaya tarik benda-benda angkasa terutama matahari dan bulan terhadap massa air dibumi. Sedangkan menurut (Dronkers, 1964) pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi dan bulan.
Pasang surut air laut merupakan hasil dari gaya tarik-menarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi (Triatmodjo, 1999). Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari matahari, gaya tarik gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik matahari dalam membangkitkan pasang surut air laut karena jarak bulan lebih dekat daripada jarak matahari ke bumi.
Gambar 2.1. Gaya gravitasi dan efek sentrifugal
Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan pasang surut gravitasi di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari. Pasang-surut tidak hanya mempengaruhi lapisan dibagian teratas saja, melainkan seluruh massa air dan energinya pun sangat besar. Diperairan pantai, teluk dan selat yang sempit, gerakan naik-turunnya muka air akan menimbulkan terjadinya arus pasang-surut yang cukup kuat. Arus pasang surut terkuat yang tercatat di Indonesia terletak pada selat Capalulu atau antara pulau Taliabu dan pulau Mangole (Kepulauan Sula), yang kekuatannya bisa mencapai 5 meter per detik. Pada selat dan pulau Nusa Tenggara kekuatannya bisa mencapai 2,5 sampai dengan 3 meter per detik pada saat pasang purnama. Serta pada daerah lainnya kekuatan arus pasang surut biasanya kurang dari 1,5 meter per detik, sedangkan pada laut terbuka diwilayah Indonesia kekuatannya kurang dari 0,5 meter per detik. Berbeda dengan arus yang disebabkan oleh angin yang hanya terjadi pada air lapisan tipis dipermukaan, arus pasang surut bisa mencapai lapisan yang lebih dalam. Ekspedisi Snellius I (1929-1930) diperairan Indonesia bagian Timur dapat menunjukkan bahwa arus pasang-surut masih dapat diukur pada kedalaman lebih dari 600 meter. (Nontji, 1987).
Teori Pasang Surut
Secara umum terdapat dua teori dasar pasang surut yaitu Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory) dan Teori Dinamik (Dynamical Theory). Pembahasan mengenai teori pasang surut tersebut dapat diketahui pada penjelasan dibawah ini :
Teori Kesetimbangan (Equilibrium Theory)
Teori kesetimbangan pertama kali diperkenalkan oleh (Sir Isaac Newton, 1642-1727). Teori ini menerangkan sifat-sifat pasang surut secara kualitatif. Teori ini terjadi pada bumi ideal yang seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman (inertia). Teori ini menyatakan bahwa naik-turunnya permukaan air laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut air laut.
Untuk memahami gaya pembangkit pasang surut dilakukan dengan memisahkan pergerakan sistem bumi, bulan dan matahari menjadi 2 (dua) yaitu sistem bumi - bulan dan sistem bumi - matahari. Pada teori kesetimbangan bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman dan densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut atau GPP (Gaya Penggerak Pasut) yaitu Resultant gaya tarik bulan dan gaya sentrifugal, teori ini berkaitan dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan, dan matahari. Gaya pembangkit pasang surut ini akan menimbulkan air tinggi pada dua lokasi dan air rendah pada dua lokasi. (Gross, 1987).
2.1.1.2 Teori Dinamik (Dynamical Theory)
(Pond dan Pickard, 1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang homogen masih diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang konstan, tetapi gaya-gaya tarik periodik dapat membangkitkan gelombang dengan periode sesuai dengan konstituen-konstituennya. Gelombang pasang surut yang terbentuk dipengaruhi oleh GPP (Gaya Penggerak Pasut), kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi dan pengaruh gesekan dasar. Teori ini pertama kali dikembangkan oleh (Laplace, 1796-1825). Menurut teori dinamik ini, gaya pembangkit pasang surut menghasilkan gelombang pasang surut (tide wive) yang periodenya sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut. Karena terbentuknya gelombang, maka terdapat faktor lain yang perlu diperhitungkan selain GPP (Gaya Penggerak Pasut). Berikut faktor-faktor tersebut adalah :
Kedalaman perairan dan luas perairan.
Pengaruh rotasi bumi.
Gesekan dasar.
Rotasi bumi menyebabkan semua benda yang bergerak di permukaan bumi akan berubah arah (Coriolis Effect). Di belahan bumi utara benda membelok ke kanan, sedangkan dibelahan bumi selatan benda membelok ke kiri. Pengaruh ini tidak terjadi diequator, tetapi semakin meningkat sejalan dengan garis lintang dan mencapai maksimum pada kedua kutub, besarnya juga bervariasi tergantung pada kecepatan pergerakan benda tersebut. Menurut (Mac Millan, 1966) berkaitan dengan dengan fenomeana pasang surut, gaya coriolis mempengaruhi arus pasang surut. Faktor gesekan dasar dapat mengurangi tunggang pasang surut dan menyebabkan keterlambatan fase (phase lag) serta mengakibatkan persamaan gelombang pasang surut menjadi non-linier, semakin dangkal perairan maka semaikin besar pengaruh gesekannya.
2.1.2 Faktor Penyebab Pasang Surut
Faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya pasang surut berdasarkan teori kesetimbangan adalah rotasi bumi pada sumbunya, revolusi bulan terhadap matahari, revolusi bumi terhadap matahari. Sedangkan berdasarkan teori dinamis adalah kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi bumi (gaya coriolis), dan gesekan dasar. Selain itu juga terdapat beberapa faktor lokal yang dapat mempengaruhi pasang surut disuatu perairan seperti, topogafi dasar laut, lebar selat, bentuk teluk, sehingga berbagai lokasi memiliki ciri pasang surut yang berlainan. (Wyrtki, 1961).
2.1.3 Gaya Pembangkit Pasang Surut
Bulan dan matahari memberikan gaya gravitasi terhadap bumi yang besarnya tergantung pada besar massa benda yang saling tarik-menarik tersebut. Massa bulan jauh lebih kecil dari massa matahari, tetapi karena jaraknya terhadap bumi jauh lebih dekat, maka pengaruh gaya tarik bulan terhadap bumi lebih besar dari pada pengaruh gaya tarik matahari. Gaya tarik bulan yang mempengaruhi pasang surut adalah 2,2 kali lebih besar dari pada gaya tarik matahari. (Triatmodjo, 1999). Pasang surut air laut merupakan hasil dari gaya tarik gravitasi dan efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar pusat rotasi. Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi berbanding terbalik terhadap jarak. Gaya tarik gravitasi menarik air laut ke arah bulan dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan (bulge) pasang surut gravitasional di laut. Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi sudut antara sumbu rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari. (Triatmodjo, 1999). Gaya-gaya ini mengakibatkan air laut yang menyusun 71% permukaan bumi, menggelembung pada sumbu yang menghadap ke bulan. Pasang surut terbentuk karena rotasi bumi yang berada di bawah muka air yang menggelembung ini, yang mengakibatkan kenaikan dan penurunan permukaan laut di wilayah pesisir secara periodik. Daerah-daerah pesisir mengalami dua kali pasang dan dua kali surut selama periode sedikit diatas 24 jam. (Priyana,1994). Pasangan matahari dan bumi akan menghasilkan fenomena pasang surut yang mirip dengan fenomena yang diakibatkan oleh pasangan bumi dan bulan. Perbedaan yang utama adalah GPP (Gaya Penggerak Pasut) yang disebabkan oleh matahari hanya sebesar separuh kekuatan yang disebabkan oleh bulan. (Pariwono, 1981).
2.1.4 Proses Pasang Surut
Untuk menjelaskan terjadinya pasang surut maka mula-mula dianggap bahwa bumi benar-benar bulat serta seluruh permukaannya ditutupi oleh lapisan air laut yang sama tebalnya sehingga didalam hal ini dapat diterapkan teori kesetimbangan. Pada setiap titik dimuka bumi akan terjadi pasang surut yang merupakan kombinasi dari beberapa komponen yang mempunyai amplitudo dan kecepatan sudut yang tertentu sesuai dengan gaya pembangkitnya. Pada keadaan sebenarnya bumi tidak semuanya ditutupi oleh air laut melainkan sebagian merupakan daratan dan juga kedalaman laut berbeda-beda. Sebagai konsekuensi dari teori kesetimbangan, maka pasang surut akan terdiri dari beberapa komponen yang mempunyai amplitudo dan kecepatan sudut tertentu, sama besarnya seperti yang diuraikan pada teori kesetimbangan. (www.digilib.itb.ac.id).
2.1.5 Jenis Pasang Surut
Menurut (Nontji, 1987) terdapat empat jenis tipe pasang surut yang didasarkan pada periode dan keteraturannya. Dalam satu bulan, variasi harian dari rentang pasang surut berubah secara sistematis terhadap siklus bulan. Rentang pasang surut juga bergantung pada bentuk perairan dan konfigurasi lantai samudera. Beikut dibawah ini pasang surut air laut di Indonesia dibagi menjadi 4 tipe yaitu:
Pasang surut harian tunggal beraturan (diurnal tide), merupakan pasang surut yang hanya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dalam satu hari. Ini terdapat di Selat Karimata.
Gambar 2.2 Pola gerak pasang surut
harian tunggal beraturan (diurnal tide)
Pasang surut harian ganda beraturan (semi diurnal tide), merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut yang tingginya hampir sama dalam satu hari. Ini terjadi di Selat Malaka dan Laut Andaman.
Gambar 2.3 Pola gerak pasang surut
harian ganda beraturan (semi diurnal tide)
Pasang surut campuran condong ke harian tunggal (mixed – diurnal), merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat berbeda dalam tinggi dan waktu. Ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan Pantai Utara Jawa Barat.
Gambar 2.4 Pola gerak pasang surut campuran condong
ke harian tunggal (mixed – diurnal)
Pasang surut campuran condong ke harian ganda (mixed semi – diurnal), merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki tinggi dan waktu berbeda. Ini terjadi di Pantai Selatan Jawa dan Bagian Timur Indonesia.
Gambar 2.5 Pola gerak pasang surut
campuran condong ke harian ganda (mixed semi – diurnal)
2.1.6 Pasang Surut Purnama dan Perbani
Berdasarkan faktor pembangkitnya, pasang surut dapat dibagi dalam dua kategori yaitu:
Pasang purnama (spring tide)
Pasang purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang sangat tinggi dan pasang surut yang sangat rendah. Pasang laut purnama ini terjadi pada saatbulan baru dan bulan purnama.
Pasang perbani (neap tide).
Pasang laut perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang naik yang rendah dan pasang surut yang tinggi. Pasang laut perbani ini terjadi pada saat bulan seperempat dan tigaperempat.
Pada setiap sekitar tanggal 1 dan 15 (saat bulan mati dan bulan purnama). Posisi bulan, bumi dan matahari berada pada satu garis lurus, sehingga gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi saling memperkuat. Dalam keadaan ini terjadi pasang purnama dimana tinggi pasang sangat besar dibanding pada hari-hari yang lain.
Gambar 2.6 Pasang purnama
Sedangkan pada sekitar tanggal 7 dan 21, dimana bulan dan matahari membentuk sudut siku-siku terhadap bumi, maka gaya tarik bulan dan matahari terhadap bumi saling mengurangi. Dalam keadaan ini terjadi pasang perbani, dimana tinggi pasang yang terjadi lebih kecil dibanding dengan hari-hari yang lain.
Gambar 2.7 Pasang perbani
Sehingga dapat disimpulkan bahwa, pasang purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari berada dalam suatu garis lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang sangat tinggi dan pasang rendah yang sangat rendah. Pasang surut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama. Pasang perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan dan matahari membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan dihasilkan pasang tinggi yang rendah dan pasang rendah yang tinggi, pasang surut perbani ini terjadi pasa saat bulan 1 per 4 dan 3 per 4. (Priyana,1994).
2.1.7 Arus Pasang Surut
Menurut (King, 1962) arus yang terjadi di laut, teluk dan lainnya adalah akibat massa air mengalir dari permukaan yang lebih tinggi ke permukaan yang lebih rendah, yang disebabkan oleh pasang surut. Arus pasang surut adalah arus yang cukup dominan pada perairan teluk yang memiliki karakteristik pasang dan surut. Pada waktu gelombang pasang surut merambat memasuki perairan dangkal, seperti muara sungai atau teluk, maka badan air kawasan ini akan bereaksi terhadap aksi dari perairan lepas. Pada daerah-daerah di mana arus pasang surut cukup kuat, tarikan gesekan pada dasar laut menghasilkan potongan arus vertikal, dan resultan turbulensi menyebabkan bercampurnya lapisan air bawah secara vertikal. Pada daerah lain, di mana arus pasang surut lebih lemah, dengan demikian stratifikasi (lapisan-lapisan air dengan kepadatan berbeda) dapat terjadi.
2.1.8 Alat Ukur Pasang Surut
Dalam pelaksanaan pengamatan data pasang surut secara umum terdapat dua jenis alat ukur pasang surut yaitu tide staff dan tide gauge. Berikut dibawah ini pembahasan lebih detail mengenai alat ukur pasang surut tersebut, yaitu :
2.1.8.1 Tide Staff
Alat ini berupa papan yang telah diberi skala dalam meter atau senti meter. Biasanya digunakan pada pengukuran pasang surut di lapangan. Tide Staff (papan pasang surut) merupakan alat pengukur pasang surut paling sederhana yang umumnya digunakan untuk mengamati ketinggian muka air laut atau tinggi gelombang air laut. Bahan yang digunakan biasanya terbuat dari kayu, aluminium atau bahan lain yang dicat anti karat. (Duha Ohara, 2014, http://oharaduha.blogspot.co.id/). Berikut beberapa syarat dalam pemasangan papan pasang surut yaitu :
Saat air laut berada pada pasang tertinggi tidak tenggelam dan pada saat air laut surut terendah masih terendam oleh air.
Jangan dipasang pada gelombang pecah karena akan menimbulkan bias dan jangan dipasang pada daerah aliran debit air tinggi.
Jangan dipasang didaerah dekat kapal bersandar atau aktivitas yang menyebabkan air bergerak secara tidak teratur.
Dipasang pada daerah yang terlindung dan pada tempat yang mudah untuk diamati serta dipasang tegak lurus.
Cari tempat yang mudah untuk pemasangan, misalnya daerah dermaga sehingga papan mudah dikaitkan.
Dekat dengan benchmark atau titik tetap sebagai referensi yang ada sehingga data pasang surut mudah untuk diikatkan terhadap titik referensi tersebut.
Tanah dan dasar laut atau sungai tempat didirikannya papan harus stabil.
Tempat didirikannya papan harus dibuat pengaman dari arus tinggi dan sampah.
2.1.8.2 Tide Gauge
Merupakan perangkat untuk mengukur perubahan muka laut secara mekanik dan otomatis. Alat ini memiliki sensor yang dapat mengukur ketinggian permukaan air laut yang kemudian direkam ke dalam komputer. (Duha Ohara, 2014, http://oharaduha.blogspot.co.id/). Tide gauge terdiri dari dua jenis yaitu :
Floating tide gauge (self registering)
Prinsip kerja alat ini berdasarkan naik turunnya permukaan air laut yang dapat diketahui melalui pelampung yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit). Pengamatan pasang surut dengan alat ini banyak dilakukan, namun yang lebih banyak dipakai adalah dengan cara rambu pasang surut (tide staff).
Pressure tide gauge (self registering)
Prinsip kerja pressure tide gauge hampir sama dengan floating tide gauge, namun perubahan naik-turunnya air laut direkam melalui perubahan tekanan pada dasar laut yang dihubungkan dengan alat pencatat (recording unit). Alat ini dipasang sedemikian rupa sehingga selalu berada di bawah permukaan air laut tersurut, namun alat ini jarang sekali dipakai untuk pengamatan pasang surut.
2.1.9 Pasang Surut di Perairan Indonesia
Indonesia merupakan negara kepulauan yang dikelilingi oleh dua lautan yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik serta posisinya yang berada di garis katulistiwa sehingga kondisi pasang surut, angin, gelombang, dan arus laut cukup besar. Hasil pengukuran tinggi pasang surut di wilayah laut Indonesia menunjukkan beberapa wilayah lepas laut pesisir daerah Indonesia memiliki pasang surut cukup tinggi. Keadaan pasang surut di perairan Indonesia ditentukan oleh penjalaran pasang surut dari Samudra Pasifik dan Samudra Hindia serta morfologi pantai dan batimeri perairan yang kompleks dimana terdapat banyak selat, palung dan laut yang dangkal dan laut dalam. Keadaan perairan tersebut membentuk pola pasang surut yang beragam. (Sumotarto, 2003).
2.1.10 Istilah Pada Pasang Surut
Terdapat banyak istilah pada pasang surut air laut, berikut dibawah ini akan dijelaskan mengenai singkatan beserta arti dari istilah pasang surut yang dapat diketahui, yaitu :
Mean Sea Level (MSL) atau Duduk Tengah Sementara adalah muka laut rata-rata pada suatu periode pengamatan yang panjang, sebaiknya selama 18,6 tahun.
Mean Tide Level (MTL) adalah rata-rata antara air tinggi dan air rendah pada suatu periode waktu.
Mean High Water (MHW) adalah tinggi air rata-rata pada semua pasang naik tinggi.
Mean Low Water (MLW) adalah tinggi air rata-rata pada semua pasang turun rendah.
Mean Higher High Water (MHHW) adalah tinggi rata-rata pasang naik tertinggi dari dua air tinggi harian pada suatu periode waktu yang panjang. Jika hanya satu air tinggi terjadi pada satu hari, maka air tinggi tersebut diambil sebagai air tinggi terttinggi.
Mean Lower High Water (MLHW) adalah tinggi rata-rata air terendah dari dua air tinggi harian pada suatu periode waktu yang panjang. Hal ini tidak akan terjadi untuk tipe pasang diurnal tides.
Mean Higher Low Water (MHLW) adalah tinggi rata-rata air tertinggi dari dua air rendah harian pada suatu periode waktu yang panjang. Hal ini tidak akan terjadi untuk tipe pasang diurnal tides.
Mean Lower Low Water (MLLW) adalah tinggi rata-rata air terendah dari dua air rendah harian pada suatu periode waktu yang panjang. Jika hanya satu air rendah terjadi pada satu hari, maka harga air rendah tersebut diambil sebagai air rendah terendah.
Mean High Water Springs (MHWS) adalah tinggi rata-rata dari dua air tinggi berturut-turut selama periode pasang purnama, yaitu jika tunggang (range) pasang laut itu tertinggi.
Mean Low Water Springs (MLWS) adalah tinggi rata-rata yang diperoleh dari dua air rendah berturut-turut selama periode pasang purnama.
Mean High Water Neaps (MHWN) adalah tinggi rata-rata dari dua air tinggi berturut-turut selama periode pasut perbani (neap tides), yaitu jika tunggang (range) pasang laut paling kecil.
Mean Low Water Neaps (MLWN) adalah tinggi rata-rata yang dihitung dari dua air berturut-turut selama periode pasang laut perbani.
Highest Astronomical Tide (HAT) atau Lowest Astronomical Tide (LAT) adalah permukaan laut tertinggi/terendah yang dapat diramalkan terjadi di bawah pengaruh keadaan meteorologis rata-rata dan kombinasi keadaan astronomi. Permukaan ini tidak akan dicapai pada setiap tahun. HAT dan LAT bukan permukaan laut yang ekstrim yang dapat terjadi, storm surges mungkin saja dapat menyebabkan muka laut yang lebih tinggi dan lebih rendah. Secara umum permukaan (level) di atas dapat dihitung dari peramalan satu tahun. Harga HAT dan LAT dihitung dari data beberapa tahun.
Mean Range (Tunggang Rata-rata) adalah perbedaan tinggi rata-rata antara MHW dan MLW.
Mean Spring Range adalah perbedaan tinggi antara MHWS dan MLWS.
Mean Neap Range adalah perbedaan tinggi antara MHWN dan MLWN.
Low Water Spring (LWS) adalah muka air laut surut terendah. LWS nantinya akan dikaitkan dengan data hasil survey topografi dan penggambaran peta batimetri. Peta inilah nantinya yang akan digunakan untuk merencanakan penempatan dermaga pada kedalaman tertentu (sesuai spesifikasi kapal yang bersandar).
High Water Spring (HWS) adalah muka air laut pasang tertinggi. Sebagai catatan bahwa perbedaan antara LWS dengan HWS disebut pasang surut rencana.
Mean Sea Level (MSL) adalah muka air laut rerata.
(Sumber : http://febrian-tekniksipil.blogspot.co.id/2012/02/pasang-laut.html)
2.2 Metode Admiralty
Admiralty adalah metode yang digunakan untuk menghitung konstanta harmonik pasang surut dari pengamatan pasang surut muka air laut tiap jam selama 15 piantan atau 15 hari pengamatan dan 29 piantan atau 30 hari pengamatan. Metode Admiralty merupakan metode perhitungan pasang surut untuk menghasilkan dua konstanta harmonik yaitu berupa amplitudo dan kecepatan sudut. (Suyarso, 1989). Metode Admiralty dikembangkan oleh A.T. Doodson, Direktur Tidal Institute di Liverpool dan digunakan untuk keperluan kantor hidrografi Inggris, yaitu British Admiralty. Doodson mengembangkan sistematika pengolahan data pengamatan pasang surut dengan bantuan skema dan tabel-tabel perkalian.
Analisis konstanta harmonik pasang surut metode Admiralty telah lama digunakan dan dikenal luas semenjak berkembangnya analisis harmonik oleh Doodson pada tahun 1921. Kelebihan utama metode ini yaitu dapat menganalisis data pasang surut jangka waktu pendek yaitu 15 piantan dan 29 piantan. Adapun perhitungan yang telah dikembangkan Doodson untuk jangka pendek diperlukan tabel-tabel untuk mempermudah perhitungan. Adapaun kelemahan dari metode Admiralty ini hanya digunakan untuk pengolahan data berjangka waktu pendek dan hasil perhitungan yang dihasilkan relatif sedikit yaitu hanya menghasilkan 9 komponen pasang surut utama. Namun perhitungan metode Admiralty saat ini dapat dilakukan dengan bantuan komputer dimana masalah tabel yang semula terbatas menjadi terpenuhi. (Sjachulie, 1999 dalam Kusdwihariawan, 2001).
Pengolahan data metode Admiralty untuk penelitian ini terdapat dua parameter, yaitu parameter tetap dan parameter berubah terhadap waktu sebagai berikut :
Parameter Tetap
Perhitungan metode Admiralty dimulai dengan serangkain proses perhitungan parameter tetap, yaitu perhitungan proses harian, proses bulanan dan perhitungan matrik.
Proses Harian
Perhitungan proses harian dilakukan untuk menyusun kombinasi dari tinggi muka air laut perjam dari setiap hari pengamatan, sehingga dari kombinasi ini akan dikelompokkan besarnya pasang surut berdasarkan tipenya. Dimana n = 1, n = 2, n = 4, yang masing-masing mempresentasikan tipe pasang diurnal, semidiurnal dan kuarterdiurnal.
Proses Bulanan
Perhitungan proses bulanan bertujuan untuk mengelompokkan dalam beberapa grup berdasarkan osilasi periode perbulan.
Proses Matrik
Proses perhitungan matrik ini dilakukan dengan menyusun kombinasi sedemikain rupa sehingga pemisahan setiap komponen dapat diperbesar lagi, dengan cara menyusun kombinasi yang tepat dari pengaruh tiap komponen kedua menjadi sangat kecil terhadap komponen utamanya, sehingga secara numerik komponen sekundernya dapat diabaikan.
Parameter yang berubah terhadap Waktu
Parameter yang bergantung waktu dihitung berdasarkan waktu pengamatan dan besarnya tidak dipengaruhi oleh data pasang surut seperti pada proses harian dan bulanan. Parameter ini dihitung berdasarkan teori pengembangan pasang surut setimbang, dimana dalam teori pengembangan pasang surut parameter tersebut merupakan fungsi dari parameter orbital bulan dan matahari yaitu s, h, p, N. Dimana parameter orbital ini mempresentasikan posisi bulan dan matahari dalam bola langit yang mempengaruhi keadaan pasang surut dan setiap parameter orbital menghasilkan komponen pasang surut yang berbeda-beda. Dalam prakteknya perhitungan pasang surut hanya berbagai komponen terpenting saja yang diperhitungkan, yaitu :
s = menyatakan longitude rata-rata dari bulan semu
h = menyatakan longitude rata-rata dari matahari semu
p = menyatakan longitude rata-rata dari titik perigee dari orbital bulan semu
N = menyatakan longitude rata-rata dari Ascending Node (titik nodal)
Harga absolut masing-masing parameter orbital tersebut adalah
s = 277,025 + 129,38481 (Y – 1900) + 13,17640 (D + i)
h = 280,190 – 0,23872 (Y – 1900) + 0,98565 (D + i)
p = 334,385 + 40,66249 (Y – 1900) + 0,11140 (D +i)
N = 259,157 – 19,32818 (Y – 1900) – 0,05295 (D + i)
Dimana Y adalah tahun pengamatan, 1900 adalah tahun kabisat, D adalah jumlah hari yang berlalu dari jam 00.00 pada tanggal 1 januari tahun pengamatan sampai jam 00.00 tanggal pertengahan pengamatan, ditentukan dari kalender tahun kabisat, dan i adalah jumlah tahun non kabisat dari tahun 1900 sampai Y.
Parameter f dan u
Dari beberapa parameter orbila yang dijelaskan, kita akan menghubungkan beberapa komponen harmonik yang sebagian besar bergantung pada faktor N (mean longitude ascending node). Diantaranya adalah parameter f dan u.
Parameter f dan u merupakan besarnya koreksi amplitudo dan phasa yang timbul akibat adanya variasi nodal yang memiliki periodes 18,6 tahun. Dalam praktek analisa pasang surut, harga f dan u diambil harga rata-rata pertahun.
Besaran parameter f dihitung dengan :
fS2 = 1
fM2 = 1.004 – 0.0373 Cos N + 0.0002 Cos (2N)
fK2 = 1.0241 + 0.2863 Cos N + 0.0083 Cos (2N) – 0.00015 Cos (3N)
fK1 = 1.006 + 1.005 Cos N – 0.0088 Cos (2N) + 0.0006 Cos (3N)
fO1 = 1.0089 + 0.1871 Cos N – 0.0147 Cos (2N) + 0.0014 Cos (3N)
fP1 = 1
fN2 = fM1
fM4 = (fM2)²
fMS4 = fM2
Sedangkan untuk besaran parameter u dihitung dengan :
uS2 = 1
uM2 = -2.14 Sin N
uK2 = -17.74 Sin N + 0.68 Sin (2N) – 0.07 Sin (3N)
uK1 = -8.86 Sin N + 0.68 Sin (2N) – 0.07 Sin (3N)
uO1 = 10.80 Sin N – 1.34 Sin (2N) + 0.19 Sin (3N)
uMS4 = uM2
uM4 = (uM2)²
Parameter V
Parameter V menyatakan phasa komponen pasang surut. Parameter V ini juga dihitung dari kombinasi parameter orbital bulan dan matahari. Berikut besaran parameter V dihitung dengan :
VS2 = 0
VM2 = -2s + 2h
VN2 = -3s + 2h + p
VK1 = h + 90˚
VO1 = -2s + h + 270˚
VM4 = (VM2)²
VMS4 = VM2
VP1 = -h + 270˚
Parameter w dan 1 + W
Parameter w dan 1 + W merupakan besaran gangguan atau koreksi amplitudo dan phasa dari komponen mayor terhadap komponen minornya. Dimana setiap grup terdapat komponen mayor dan minor. Komponen mayor dianggap sebagai komponen utama dari grup,yaitu terdiri dari S2, K1 dan N2
2.2.1 Cara Perhitungan Metode Admiralty
Proses perhitungan metode Admiralty dihitung dengan bantuan tabel perhitungan sistem formula dengan bantuan perangkat lunak Microsoft Excel, sehingga perhitungan pada metode ini akan menjadi efisien dan memiliki keakuratan yang cukup tinggi serta fleksibel untuk waktu kapanpun. Perhitungan dengan cara metode Admiralty harus melakukan interpolasi dengan bantuan tabel konstanta pengali yang telah ditetapkan, setelah proses interpolasi dilakukan, maka akan diperoleh konstanta harmonik yang akan dilanjutkan dengan analisa data konstanta harmonik tersebut dengan menggunakan bilangan Formzahl untuk menentukan jenis pasang surut pada lokasi studi kasus.
2.2.1.1 Penyusun Skema I
Sebelum dilakukan pengolahan data pasang surut terlebih dahulu dilakukan proses smoothing data lapangan yang diperoleh dari pengamatan alat, hal ini dilakukan untuk menghilangkan kesalahan (noise), kemudian data tersebut dimasukkan ke dalam kolom-kolom pada skema I. Pada skema I ke arah kanan menunjukkan waktu pengamatan dari pukul 00:00 sampai 23:00 dan ke bawah adalah tanggal pengamatan, misalnya dimulai pada tanggal 4 November 2014 sampai dengan 2 Desember 2014. Berikut dibawah ini bentuk skema I :
WAKTU
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
TANGGAL
11/4/2014
11/5/2014
11/6/2014
11/7/2014
11/8/2014
11/9/2014
11/10/2014
11/11/2014
11/12/2014
11/13/2014
11/14/2014
11/15/2014
11/16/2014
11/17/2014
11/18/2014
11/19/2014
11/20/2014
11/21/2014
11/22/2014
11/23/2014
11/24/2014
11/25/2014
11/26/2014
11/27/2014
11/28/2014
11/29/2014
11/30/2014
12/1/2014
12/2/2014
SKEMA I
Tabel 2.1 Betuk Tabel skema I
2.2.1.2 Penyusun Skema II
Pengisian tiap kolom-kolom pada skema II dibantu dengan bantuan konstanta pengali yang telah ditetapkan yaitu dengan mengalikan nilai pengamatan dengan harga konstanta pengali tersebut untuk setiap hari pengamatan. Karena pengali dalam daftar hanya berisi bilangan 1 dan -1 kecuali untuk X4 ada bilangan 0 yang dimasukkan dalam perkalian, maka lakukan perhitungan dengan menjumlahkan bilangan yang harus dikalikan dengan 1 dan diisikan pada kolom yang bertanda (+) di bawah kolom X1, Y1, X2, Y2, X4, dan Y4. Lakukan hal yang sama untuk pengali -1 dan isikan ke kolom di bawah tanda (-). Berikut dibawah ini bentuk skema II :
Tabel 2.2 Bentuk tabel skema II
X1
Y1
X2
Y2
X4
Y4
+
-
+
-
+
-
+
-
+
-
+
-
SKEMA II
2.2.1.3 Penyusun Skema III
Pengisian kolom-kolom pada skema III merupakan hasil penjumlahan dari perhitungan pada kolom-kolom pada skema II.
Untuk Xo (+) merupakan penjumlahan antara X1 (+) dengan X1 (-) tanpa melihat tanda (+) dan (-) mulai tanggal 4 November 2014 sampai dengan 2 Desember 2014.
Untuk X1, Y1, X2, Y2, X4, dan Y4 merupakan penjumlahan dengan melihat tanda (+) dan (-), untuk mengatasi hasilnya tidak ada yang berjumlah negatif, maka harus ditambahkan dengan ketentuan nilai 2000. Hal ini dilakukan juga untuk kolom X1, Y1, X2, Y2, X4, dan Y4. Berikut dibawah ini bentuk skema III :
Tabel 2.3 Bentuk tabel skema III
X0
X1
Y1
X2
Y2
X4
Y4
+
2000
2000
2000
2000
2000
2000
SKEMA III
2.2.1.4 Penyusun Skema IV
Pengisian seluruh kolom-kolom pada skema IV merupakan penjumlahan dari hasil perhitungan skema III dibantu dengan konstanta pengali yang telah ditetapka. Arti indeks pada skema IV :
Indeks 00 untuk X berarti Xoo, Xo pada skema III dan indeks 0 pada tabel konstanta pengali.
Indeks 00 untuk Y berarti Yoo, Yo pada skema III dan indeks 0 pada tabel konstanta pengali. Berikut dibawah ini bentuk skema IV :
Tabel 2.4 Bentuk tabel skema IV
INDEX
TANDA
X
Y
X
Y
TAMBAHAN
JUMLAH
00
+
10
+
-
12
+
-
(29)
(-) (+)
1b
+
-
13
+
-
(29)
(-) (+)
1c
+
-
20
+
-
22
+
-
(29)
(-) (+)
2b
+
-
23
+
-
(29)
(-) (+)
2c
+
-
42
+
-
(29)
(-) (+)
4b
+
-
44
+
-
(29)
(-) (+)
4d
+
-
SKEMA IV
2.2.1.5 Penyusun Skema V dan Skema VI
Untuk menyusun skema V yaitu pengurangan dari nilai X (jumlah) dan Y (jumlah) pada skema IV dan dibantu dengan konstanta pengali yang telah ditetapkan. Begitu pula untuk mengisi kolom dan baris pada skema VI yaitu penjumlahan dari nilai X (jumlah) dan Y (jumlah) pada skema IV dan dibantu dengan konstanta pengali yang telah ditetapkan. Penyusunan skema V dan skema VI sudah memperhatikan data untuk menghitung sembilan unsur utama pembangkit pasang surut (M2, S2, K2, N2, K1, O1, P1, M4 dan MS4). Berikut dibawah ini bentuk skema V dan Skema VI :
Tabel 2.5 Bentuk tabel skema V dan skema VI
SKEMA V
X00 =
X10 =
X12 - Y1b =
X13 - Y1c =
X20 =
X22 - Y2b =
X23 - Y2c =
X42 - Y4b =
X44 - Y4d =
SKEMA VI
Y10 =
Y12 + X1b =
Y13 + X1c =
Y20 =
Y22 + X2b =
Y23 + X2c =
Y42 + X4b =
Y44 + X4d =
S0
M2
S2
N2
K1
O1
M4
MS4
2.2.1.6 Penyusun Skema VII
Untuk menyusun skema VII yaitu merupakan penjumlahan dari skema V dan skema VI dan dibantu dengan konstanta pengali yang telah ditetapkan, serta nilai hasil perhitungan f, V, u dan r. Berikut dibawah ini bentuk skema VII :
Tabel 2.6 Bentuk tabel skema VII
SKEMA VII
S0
M2
S2
N2
K1
O1
M4
MS4
V : PR cos r =
VI : PR sin r =
PR =
Tabel 3 : P =
Tabel Nilai : f =
Skema VIII : 1 + W =
Tabel Nilai : V =
Tabel Nilai : u =
Skema VIII : w =
Tabel 3 : p =
Tabel 4 : r =
Jumlah = g
n x 360° =
g =
A = PR/((Px f x(1+W)) =
2.2.1.7 Penyusun Skema VIII
Untuk menyusun skema VIII merupakan perhitungan dari nilai V dan nilai u pada skema VII dibantu dengan konstanta pengali yang telah ditetapkan dan hasil perhitungan f, V, u dan r. Berikut dibawah ini bentuk skema VIII :
Tabel 2.7 Bentuk tabel skema VIII
w dan (1+W) untuk S2 , MS4
VII : K1 : V =
VII : K1 : u =
Jumlah : V + u =
Tabel 5 : S2 : w/f =
Tabel 5 : S2 : W/f =
Nilai : K2 : f =
w/f * f = w =
W/f * f = W =
1 + W =
W dan (1 + W) untuk K1
VII : K1 : 2V =
VII : K1 : u =
Jumlah : 2V + u =
Tabel 5 : K1 : w/f =
Tabel 5 : K1 : W/f =
Nilai : K1 : f =
w/f : f = w =
W/f : f = W =
1 + W =
w dan (1+W) untuk N2
VII : M2 : 3V =
VII : N2 : 2V =
Selisih (M2 - N2) =
Tabel 5 : N2 : w =
Tabel 5 : N2 : 1+W =
SKEMA VIII
2.2.1.8 Penyusun Hasil Akhir
Pada skema ini berisikan hasil akhir dari perhitungan metode Admiralty yaitu berupa nilai konstanta harmonik utama pasang surut. Berikut dibawah ini bentuk skemanya :
Tabel 2.8 Bentuk tabel skema hasil konstanta harmonik
HASIL AKHIR
S0
M2
S2
N2
K1
O1
M4
MS4
K2
P1
A Cm
g °
2.2.1.9 Penentuan Jenis Pasang Surut
Pada tahap ini penentuan jenis pasang surut pada lokasi studi kasus berdasarkan rumus Formzahl hasil perhitungan konstanta Harmonik metode Admiralty. Berikut ini adalah perhitungan rumus Formzahl data pasang surut di DISHIDROS TNI AL :
F = (AK1+AO1) / (AM2+AS2)
Keterangan :
F = bilangan Formzahl.
AK1 = amplitudu komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan gaya tarik matahari.
AO1 = amplitudu komponen pasang surut tunggal utama yang disebabkan gaya tarik bulan.
AM2 = amplitudu komponen pasang surut tunggal ganda yang disebabkan gaya tarik bulan.
AS2 = amplitudu komponen pasang surut tunggal ganda yang disebabkan gaya tarik matahari.
Tabel 2.9 Tabel penentuan analisa jenis pasang surut
0 < 0,25
= Harian Ganda Beraturan (Semi Diurnal)
0,25 < 1,50
= Campuran Condong ke Harian Ganda (Mixed Semi – Diurnal)
1,50 < 3,00
= Campuran Condong ke Harian Tunggal (Mixed – Diurnal)
3,00 < ~
= Harian Tunggal Beraturan (Diurnal)
2.3 Komponen dalam Perhitungan Metode Admiralty
Dalam prakteknya perhitungan pasang surut metode Admiralty mengandung sembilan (9) komponen penting berupa konstanta K1, O1, P1, S2, M2, N2, K2, M4 dan MS4 yang harus diperhitungkan, berikut penjelasan komponen tersebut dibawah ini :
Tabel 2.10 Komponen Konstanta Harmonik
KONSTANTA HARMONIK UTAMA PASANG SURUT
Nama
Konstanta
Keterangan
Kelompok
K1
Konstanta ini dipengaruhi oleh deklinasi bulan dan deklinasi matahari
Harian Tunggal
O1
Konstanta ini dipengaruhi oleh deklinasi bulan
Harian Tunggal
P1
Konstanta ini dipengaruhi oleh deklinasi matahari
Harian Tunggal
S2
Konstanta ini dipengaruhi oleh matahari
Harian Ganda
M2
Konstanta ini dipengaruhi oleh bulan
Harian Ganda
N2
Konstanta ini dipengaruhi oleh perubahan jarak, akibat lintasan bulan yang berbentuk ellips
Harian Ganda
K2
Konstanta ini dipengaruhi oleh perubahan jarak, akibat lintasan matahari yang berbentuk ellips
Harian Ganda
M4
Kecepatan sudutnya dua kali kecepatan sudut M2
Perairan Dangkal
MS4
Dihasilakn oleh interaksi M2 dan S2 kecepatan sudutnya sama dengan jumlah kecepatan sudut M2 dan S2
Perairan Dangkal
Komponen lain yang terdapat dalam perhitungan pasang surut metode Admiralty sebagai berikut :
S0 = muka air laut rata-rata
T = waktu yang dinyatakan dalam satuan abad (36525 hari surya rata-rata), dihitung dari waktu asal yakni 00.00 GMT (Greenwich Mean Time) tanggal 1 Januari 1900.
r = jarak antara pusat bulan atau matahari ke bumi
A = amplitude komponen harmonik pasang surut
g = kecepatan sudut pasang surut (phase)
F = bilangan Formzahl
Tabel 2.11 Konstanta pengali (tabel 1)
KONSTANTA PENGALI SKEMA II (TABEL 1)
WAKTU (JAM)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
X1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
Y1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
X2
1
1
1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
1
1
1
1
1
1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
1
1
1
Y2
1
1
1
1
1
1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
1
1
1
1
1
1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
X4
1
0
-1
-1
0
1
1
0
-1
-1
0
1
1
0
-1
-1
0
1
1
0
-1
-1
0
1
Y4
1
1
1
-1
-1
-1
1
1
1
-1
-1
-1
1
1
1
-1
-1
-1
1
1
1
-1
-1
-1
Tabel 2.12 Konstanta pengali (tabel 2)
KONSTANTA PENGALI TABEL IV (TABEL II)
INDEX KEDUA
0
2
b
3
c
4
d
KONSTANTA PERKALIAN UNTUK 29 HARI
-29
-1
0
-1
0
-1
0
KONSTANTA PERKALIAN UNTUK 15 HARI
-15
1
0
5
0
1
0
UNTUK 29 HARI
1
1
0
-1
1
1
0
1
1
-1
-1
1
1
-1
1
1
-1
1
1
-1
-1
1
1
-1
1
1
-1
-1
1
-1
-1
1
1
-1
1
1
-1
-1
1
-1
-1
1
1
-1
-1
1
-1
1
1
UNTUK 15 HARI DIGUNAKAN PERTENGAHAN 15 BARIS
1
-1
0
-1
-1
1
0
1
-1
1
-1
-1
1
-1
1
-1
1
-1
-1
-1
-1
1
-1
1
-1
1
-1
-1
1
1
1
-1
1
-1
1
1
1
1
1
1
-1
1
1
1
1
1
1
1
1
HARI TENGAH-TENGAH
1
1
0
1
0
1
0
1
1
-1
1
-1
1
-1
1
1
-1
1
-1
-1
-1
1
1
-1
-1
-1
-1
-1
1
-1
-1
-1
-1
-1
1
1
-1
-1
-1
-1
-1
1
1
-1
-1
-1
1
1
1
UNTUK 15 HARI DIGUNAKAN PERTENGAHAN 15 BARIS
1
-1
0
-1
1
1
0
1
-1
1
1
1
1
-1
1
-1
1
1
1
1
-1
1
-1
1
1
-1
-1
-1
1
1
1
1
-1
-1
1
1
1
1
1
-1
-1
1
1
1
1
-1
-1
1
1
UNTUK 29 HARI
1
1
0
-1
-1
1
0
Tabel 2.13 Konstanta pengali (tabel 3)
SKEMA V
KONSTANTA PENGALI UNTUK SEKAM V dan SKEMA VI (TABEL 3)
X00 =
1
X10 =
1
-0.01
X12 - Y1b =
0.07
-0
1
0.020
X13 - Y1c =
X20 =
-0.03
1.0
-0.03
X22 - Y2b =
1
0.02
0.038
0
-0.06
-0.035
X23 - Y2c =
-0.06
1
X42 - Y4b =
0.03
1
X44 - Y4d =
1
0.08
SKEMA VI
Y10 =
1
-0.08
Y12 + X1b =
0.07
-0.02
1
Y13 + X1c =
Y20 =
-0.03
1
-0.03
Y22 + X2b =
1
0.02
0.032
-0.06
-0.035
Y23 + X2c =
-0.06
1
Y42 + X4b =
0.03
0.01
1
Y44 + X4d =
1
0.08
S0
M2
S2
N2
K1
O1
M4
MS4
UNTUK SKEMA VII KONSTANTA P
696
559
488
566
439
565
507
535
UNTUK SKEMA VII KONSTANTA p
333
345
327
173
160
307
318
Tabel 2.14 Konstanta pengali (tabel 4)
NILAI KONSTANTA PENGALI UNTUK NILAI r PADA SKEMA VII (TABEL 4)
± tg r
r (˚)
± tg r
r (˚)
0.000
0
180
180
360
1.000
45
135
225
315
0.017
1
179
181
359
1.035
46
134
226
314
0.035
2
178
182
358
1.072
47
133
227
313
0.052
3
177
183
357
1.111
48
132
228
312
0.070
4
176
184
356
1.150
49
131
229
311
0.087
5
175
185
355
1.192
50
130
230
310
0.105
6
174
186
354
1.235
51
129
231
309
0.123
7
173
187
353
1.280
52
128
232
308
0.141
8
172
188
352
1.372
53
127
233
307
0.138
9
171
189
351
1.376
54
126
234
306
0.176
10
170
190
350
1.428
55
125
235
305
0.194
11
169
191
349
1.483
56
124
236
304
0.213
12
168
192
348
1.540
57
123
237
303
0.231
13
167
193
347
1.600
58
122
238
302
0.249
14
166
194
346
1.664
59
121
239
301
0.268
15
165
195
345
1.732
60
120
240
300
0.287
16
164
196
344
1.804
61
119
241
299
0.306
17
163
197
343
1.881
62
118
242
298
0.325
18
162
198
342
1.963
63
117
243
297
0.344
19
161
199
341
2.050
64
116
244
296
0.364
20
160
200
340
2.140
65
115
245
295
0.384
21
159
201
339
2.250
66
114
246
294
0.404
22
158
202
338
2.360
67
113
247
293
0.424
23
157
203
337
2.480
68
112
248
292
0.445
24
156
204
336
2.61
69
111
249
291
0.466
25
155
205
335
2.75
70
110
250
290
0.488
26
154
206
334
2.90
71
109
251
289
0.510
27
153
207
333
3.08
72
108
252
288
0.532
28
152
208
332
3.27
73
107
253
287
0.554
29
151
209
331
3.49
74
106
254
286
0.577
30
150
210
330
3.73
75
105
255
285
0.601
31
149
211
329
4.01
76
104
256
284
0.625
32
148
212
328
4.33
77
103
257
283
0.649
33
147
213
327
4.70
78
102
258
282
0.675
34
146
214
326
5.14
79
101
259
281
0.700
35
145
215
325
5.67
80
100
260
280
0.727
36
144
216
324
6.31
81
99
261
279
0.754
37
143
217
323
7.12
82
98
262
278
0.781
38
142
218
322
8.14
83
97
263
277
0.810
39
141
219
321
9.51
84
96
264
276
0.839
40
140
220
320
11.4
85
95
265
275
0.869
41
139
221
319
14.3
86
94
266
274
0.900
42
138
222
318
19.1
87
93
267
273
0.933
43
137
223
317
28.6
88
92
268
272
0.966
44
136
224
316
57.3
89
91
269
271
1.000
45
135
225
315
>
90
90
270
270
PR cos r
+
-
-
+
PR cos r
+
-
-
+
PR sin r
+
+
-
-
PR sin r
+
+
-
-
Tabel 2.15 Konstanta pengali (tabel 5)
KONSTANTA PENGALI UNTUK SKEMA VII (TABEL 5)
S2, MS4, 2MS6
K1, MK3
N2, MN4, 2MN6
Angle
w/f
W/f
wf
Wf
w
1+W
Angle
o
o
o
0
0.7
-0.214
0.0
0.331
0.0
1.184
0
10
-6.6
-0.192
-2.5
0.327
1.6
1.182
10
20
-12.3
-0.131
-4.9
0.316
3.1
1.174
20
30
-15.5
-0.046
-7.3
0.297
4.6
1.163
30
40
-16.5
0.047
-9.6
0.271
5.9
1.147
40
50
-15.6
0.134
-11.8
0.239
7.2
1.127
50
60
-13.4
0.207
-13.8
0.201
8.3
1.104
60
70
-10.3
0.258
-15.6
0.157
9.2
1.077
70
80
-6.6
0.284
-17.1
0.107
9.9
1.048
80
90
-2.6
0.284
-18.3
0.053
10.4
1.017
90
100
1.6
0.256
-19.1
-0.003
10.6
0.984
100
110
5.6
0.204
-19.3
-0.060
10.4
0.953
110
120
9.2
0.131
-19.0
-0.118
10.0
0.922
120
130
12.0
0.041
-17.8
-0.173
9.1
0.893
130
140
13.7
-0.058
-15.9
-0.224
7.8
0.807
140
150
13.6
-0.157
-13.1
-0.268
6.2
0.846
150
160
11.2
-0.245
-9.3
-0.302
4.3
0.830
160
170
6.0
-0.307
-4.9
-0.323
2.2
0.819
170
180
-0.9
-0.330
0.0
-0.331
0.0
0.816
180
190
-7.8
-0.308
4.9
-0.323
-0.2
0.819
190
200
-12.6
-0.247
9.3
-0.302
-4.3
0.830
200
210
-14.9
-0.163
13.1
-0.268
-6.2
0.846
210
220
-14.8
-0.067
15.9
-0.224
-7.8
0.867
220
230
-13.0
0.029
17.8
-0.173
-9.1
0.893
230
240
-9.8
0.115
19.0
-0.118
-10.0
0.922
240
250
-6.0
0.186
19.3
-0.060
-10.4
0.953
250
260
-1.8
0.236
19.1
-0.003
-10.6
0.984
260
270
2.6
0.263
18.3
0.053
-10.4
1.017
270
280
6.9
0.265
17.1
0.107
-9.9
1.048
280
290
10.8
0.241
15.6
0.157
-9.2
1.077
290
300
14.1
0.192
13.8
0.201
-8.3
1.104
300
310
16.5
0.124
11.8
0.239
-7.2
1.127
310
320
17.5
0.039
9.6
0.271
-5.9
1.147
320
330
16.8
-0.051
7.3
0.297
-4.6
1.163
330
340
13.7
-0.133
4.9
0.316
-3.1
1.174
340
350
8.0
-0.193
2.5
0.327
-0.6
1.182
350
360
0.7
-0.214
0.0
0.331
0.0
1.184
360
Angle is (V+u)
for K1
Angle is (2V+u)
for K1
Angle is (3V for M2)
minus (2V for N2)
f is f (K2)
f is f (K1)
(2V for N2)
2.16 Kalender tahun kabisat
Bulan
Bukan Tahun Kabisat
Tahun Kabisat
Januari
0
0
Februari
31
31
Maret
59
60
April
90
91
Mei
120
121
Juni
151
152
Juli
181
182
Agustus
212
213
September
243
244
Oktober
273
274
November
340
305
Desember
334
335
BAB III
PELAKSANAAN PEKERJAAN
Pada bab ini dibahas tentang rangkaian kegiatan pelaksanaan dalam melakukan perhitungan data pasang surut dengan menggunakan metoda Admiralty untuk menentukan konstanta harmonik utama pasang surut air laut. Berikut dibawah ini diagram alir pengolahan data pasang surut air laut dengan menggunakan metode Admiralty :
Gambar 3.1 Diagram alir Pengolahan Data Pasang Surut
Metode Admiralty
Data Hasil Pengamatan Pasang Surut
Sebelum dilakukan input data pasang surut kedalam tabel perhitungan, terlebih dahulu kita harus melakukan studi kasus yaitu pengambilan data sekunder berupa hasil pengamatan pasang surut daerah Dermaga Belangbelang - Mamuju Sulawesi Barat yang posisinya terletak pada koordinat 02˚ 40' 30.0" S ; 118˚ 52' 03.7" T, dan waktu pengamatannya berdasarkan waktu standar GMT+8 (Greenwich Mean Time) atau dalam waktu lokal WITA (waktu Indonesia bagian tengah), serta tanggal pengamatannya dimulai dari tanggal 4 November 2014 sampai dengan tanggal 2 Desember 2014. Kemudian data yang diperoleh dimasukkan kedalam tabel perhitungan metoda Admiralty.
Pada tabel perhitungan data pasang surut metode Admiralty ini terdapat bagian baris dan kolom, dimana bagian baris menunjukkan waktu pengamatan dari pukul 00.00 sampai 23.00 dan bagian kolom menunjukkan tanggal selama 29 piantan atau 30 hari pengamatan.
Perhitungan Metode Admiralty
Proses perhitungan metode Admiralty ini penulis lakukan dengan menggunakan pengembangan perhitungan sistem formula atau dengan bantuan perangkat lunak Microsoft Excel, sehingga perhitungan pada metode ini akan menjadi lebih efisien dan memiliki keakuratan yang lebih baik serta fleksibel untuk waktu kapanpun.
Pelaksanaan perhitungan data pasang surut metode Admiralty yaitu data yang telah diperoleh harus dihitung dengan rumus ketetapan dan mengalikannya dengan konstanta pengali yang juga telah ditetapkan, hasil dari perhitungan tersebut selanjutnya dimasukkan ke dalam skema pada tabel metode Admiralty yang telah tersedia. Berikut langkah kerja perhitungan data pasang surut metoda Admiralty :
Penyusun Skema I
Pada tahap ini akan diperoleh nilai bacaan tertinggi yang menunjukkan kedudukan air tertinggi dan nilai bacaan terendah menunjukkan kedudukan air terendah yang posisinya terletak pada koordinat 02˚ 40' 30.0" S ; 118˚ 52' 03.7" T, dan waktu pengamatannya berdasarkan waktu standar GMT+8 (Greenwich Mean Time) atau dalam waktu lokal WITA (waktu Indonesia bagian tengah), serta tanggal pengamatannya dimulai dari tanggal 4 November 2014 sampai dengan tanggal 2 Desember 2014. Data tersebut disusun pada skema I.
Penyusun Skema II
Isi tiap kolom dan baris pada skema II ini dengan bantuan konstanta pengali pada tabel I yaitu dengan mengalikan nilai pengamatan pada skema I dengan nilai konstanta pengali pada tabel 1 untuk setiap hari pengamatan. Karena nilai pengali dalam tabel I hanya berisi nilai 1 dan -1 kecuali untuk X4 ada bilangan 0 (nol) yang tidak dimasukkan dalam perkalian, maka dapat dilakukan perhitungan dengan menjumlahkan saja bilangan yang harus dikalikan dengan 1 dan di isikan pada kolom yang bertanda (+) dibawah kolom X1, Y1, X2, Y2, X4 dan Y4. Lakukan hal yang sama untuk pengali -1 dan diisikan pada kolom yang bertanda (-) dibawah kolom X1, Y1, X2, Y2, X4 dan Y4. Berikut dibawah ini konstanta pengali untuk skema II dan cara perhitungannya :
Tabel 3.1 Konstanta Pengali untuk Menyusun Skema II (Tabel 1)
KONSTANTA PENGALI SKEMA II (TABEL 1)
WAKTU (JAM)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
X1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
Y1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
X2
1
1
1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
1
1
1
1
1
1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
1
1
1
Y2
1
1
1
1
1
1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
1
1
1
1
1
1
-1
-1
-1
-1
-1
-1
X4
1
0
-1
-1
0
1
1
0
-1
-1
0
1
1
0
-1
-1
0
1
1
0
-1
-1
0
1
Y4
1
1
1
-1
-1
-1
1
1
1
-1
-1
-1
1
1
1
-1
-1
-1
1
1
1
-1
-1
-1
Mengisi kolom X1 (+) pada tanggal 4 November 2014 :
X1 (+) = (252 x 1) + (227 x 1) + (203 x 1) + (182 x 1) + (175 x 1) + (185 x 1) + (204 x 1) + (237 x 1) + (270 x 1)+ (286 x 1) + (292 x 1) + (284 x 1) = 2797
Keterangan :
Angka 1 merupakan nilai konstanta pengali pada tabel 1 yang bernilai positif.
Angka 252, 227, 203, 182, 175, 185, 204, 237, 270, 286, 292 dan 284 merupakan nilai hasil pengamatan pada tanggal 4 November 2014 yang harus dikalikan dengan konstanta angka 1 pada tabel 1.
Angka 2797 merupakan hasil perkalian untuk mengisi kolom X1 (+).
Mengisi kolom X1 (-) pada tanggal 4 November 2014 :
X1 (-) = (210 x -1) + (230 x -1) + (251 x -1) + (268 x -1) + (276 x -1) + (272 x -1) + (265 x -1) + (240 x -1) + (216 x -1) + (199 x -1) + (194 x -1) + (199 x -1) = 2872
Keterangan :
Angka -1 merupakan nilai konstanta pengali pada tabel 1 yang bernilai negatif.
Angka 210, 230, 251, 268, 276, 272, 265, 240, 216, 199, 194, dan 199 merupakan nilai hasil pengamatan pada tanggal 4 November 2014 yang harus dikalikan dengan konstanta angka -1 pada tabel 1.
Angka 2872 merupakan hasil perkalian untuk mengisi kolom X1 (-).
Cara perhitungan diatas juga berlaku untuk mengisi kolom-kolom X1 (+) dan X1 (-) pada tanggal 5 November 2014 sampai dengan tanggal 2 Desember 2014.
Mengisi kolom Y1 (+) pada tanggal 4 November 2014 :
Y1 (+) = (204 x 1) + (237 x 1) + (270 x 1) + (286 x 1) + (292 x 1) + (284 x 1) + (265 x 1) + (240 x 1) + (216 x 1) + (199 x 1) + (194 x 1) + (199 x 1) = 2886.
Mengisi kolom Y1 (-) pada tanggal 4 November 2014 :
Y1 (-) = (210 x -1) + (230 x -1) + (251 x -1) + (268 x -1) + (276 x -1) + (272 x -1) + (252 x -1) + (227 x -1) + (203 x -1) + (182 x -1) + (175 x -1) + (185 x -1) = 2731
Cara perhitungan pada nomor 4 dan 5 juga berlaku untuk mengisi kolom-kolom Y1 (+) dan Y1 (-) pada tanggal 5 November 2014 sampai dengan tanggal 2 Desember 2014.
Mengisi kolom X2 (+) pada tanggal 4 November 2014 :
X2 (+) = (210 x 1) + (230 x 1) + (251 x 1) + (182 x1 ) + (175 x 1) + (185 x 1) + (204 x 1) + (237 x 1) + (270 x 1) + (199 x 1) + (194 x 1) + (199 x 1) = 2536.
Mengisi kolom X2 (-) pada tanggal 4 November 2014 :
X2 (-) = (268 x -1) + (276 x -1) + (272 x -1) + (252 x -1) + (227 x -1) + (203 x -1) + (286 x -1) + (292 x -1) + (284 x -1) + (265 x -1) + (240 x -1) + (216 x -1) = 3081
Cara perhitungan pada nomor 7 dan 8 juga berlaku untuk mengisi kolom-kolom X2 (+) dan X2 (-) pada tanggal 5 November 2014 sampai dengan tanggal 2 Desember 2014.
Mengisi kolom Y2 (+) pada tanggal 4 November 2014 :
Y2 (+) = (210 x 1) + (230 x 1) + (251 x 1) + (268 x 1) + (276 x 1) + (272 x 1) + (204 x 1) + (237 x 1) + (270 x 1) + (286 x 1) + (292 x 1) + (284 x 1) = 3080
Mengisi kolom Y2 (-) pada tanggal 4 November 2014 :
Y2 (-) = (252 x -1) + (227 x -1) + (203 x -1) + (182 x -1) + (175 x -1) + (185 x -1) + (265 x -1) + (240 x -1) + (216 x -1) + (199 x -1) + (194 x -1) + (199 x -1) = 2537.
Cara perhitungan pada nomor 10 dan 11 juga berlaku untuk mengisi kolom-kolom Y2 (+) dan Y2 (-) pada tanggal 5 November 2014 sampai dengan tanggal 2 Desember 2014.
Mengisi kolom X4 (+) pada tanggal 4 November 2014 :
X4 (+) = (210 x 1) + (272 x 1) + (252 x 1) + (185 x 1) + (204 x 1) + (284 x 1) + (265 x 1) + (199 x 1) = 1871.
Mengisi kolom X4 (-) pada tanggal 4 November 2014 :
X4 (-) = (251 x -1) + (268 x -1) + (203 x -1) + (182 x -1) + (270 x -1) + (286 x -1) + (216 x -1) + (199 x -1) = 1875.
Cara perhitungan pada nomor 13 dan 14 juga berlaku untuk mengisi kolom-kolom X4 (+) dan X4 (-) pada tanggal 5 November 2014 sampai dengan tanggal 2 Desember 2014.
Mengisi kolom Y4 (+) pada tanggal 4 November 2014 :
Y4 (+) = (210 x 1) + (230 x 1) + (251 x 1) + (252 x 1) + (227 x 1) + (203 x 1) + (204 x 1) + (237 x 1) + (270 x 1) + (265 x 1) + (240 x 1) + (216 x 1) = 2805
Mengisi kolom Y4 (-) pada tanggal 4 November 2014 :
Y4 (-) = (268 x -1) + (276 x -1) + (272 x -1) + (182 x -1) + (175 x -1) + (185 x -1) + (286 x -1) + (292 x -1) + (284 x -1) + (199 x -1) + (194 x -1) + (199 x -1) = 2812
Cara perhitungan pada nomor 16 dan 17 juga berlaku untuk mengisi kolom-kolom Y4 (+) dan Y4 (-) pada tanggal 5 November 2014 sampai dengan tanggal 2 Desember 2014.
Dari hasil perhitungan data pada tanggal 4 November 2014 tersebut di atas didapatkan nilai X1 (+) = 2797 ; nilai X1 (-) = 2820, nilai Y1 (+) = 2886 ; nilai Y1 (-) = 2731, nilai X2 (+) = 2536 ; nilai X2 (-) = 3081, nilai Y2 (+) = 3080 ; nilai Y2 (-) = 2537, nilai X4 (+) = 1871 ; nilai X4 (-) = 1875, nilai Y4 (+) = 2805 ; nilai Y4 (-) = 2812. Lakukan hal yang sama seperti cara perhitungan diatas untuk menentukan nilai X2 (+/-), Y2 (+/-), X4 (+/-) dan Y4 (+/-) pada tanggal 5 November 2014 sampai dengan 2 Desember 2014, namun sesuaikan dengan nilai konstanta Xn (+/-) dan Yn (+/-) pada tabel 1 yang telah ditetapkan.
Penyusun Skema III
Untuk mengisi kolom dan baris pada skema III yaitu merupakan penjumlahan dari skema II. Berikut dibawah ini contoh cara perhitungannya dilakukan pada tanggal 4 November 2014 :
Untuk nilai Xo (+) pada skema III merupakan penjumlahan antara X1 (+) dengan X1 (-) pada skema II tanpa melihat tanda (+) dan (-), jadi langsung dijumlahkan saja.
Jadi Xo (+) = 2797 + 2810 = 5617
Selanjutnya cara perhitungan diatas berlaku juga untuk nilai Xo (+) mulai dari tanggal 5 November 2014 sampai dengan tanggal 2 Desember 2014 pada skema III.
Untuk nilai X1 pada skema III merupakan penjumlahan dari nilai X1 (+) dengan X1 (-) pada skema II dengan melihat tanda positif (+) dan negatif (-) nya, jadi untuk mengatasi hasilnya berjumlah negatif (-), maka hasilnya harus ditambah dengan nilai konstanta yang telah ditetapkan yaitu 2000.
Jadi X1 = 2797 + (-2820) + 2000 = 1977
Selanjutnya cara perhitungan diatas berlaku juga untuk nilai X1 mulai dari tanggal 5 November 2014 sampai dengan tanggal 2 Desember 2014 pada skema III.
Untuk nilai Y1 pada skema III merupakan penjumlahan dari nilai Y1 (+) dengan Y1 (-) pada skema II dengan melihat tanda positif (+) dan negatif (-) nya, jadi untuk mengatasi hasilnya berjumlah negatif (-), maka hasilnya harus ditambah dengan nilai konstanta yang telah ditetapkan yaitu 2000.
Jadi Y1 = 2886 + (-2731) + 2000 = 2155
Selanjutnya cara perhitungan diatas berlaku juga untuk nilai Y1 mulai dari tanggal 5 November 2014 sampai dengan tanggal 2 Desember 2014 pada skema III.
Untuk nilai X2 pada skema III merupakan penjumlahan dari nilai X2 (+) dengan X2 (-) pada skema II dengan melihat tanda positif (+) dan negatif (-) nya, jadi untuk mengatasi hasilnya berjumlah negatif (-), maka hasilnya harus ditambah dengan nilai konstanta yang telah ditetapkan yaitu 2000.
Jadi X2 = 2536 + (-3081) + 2000 = 1455
Selanjutnya cara perhitungan diatas berlaku juga untuk nilai X2 mulai dari tanggal 5 November 2014 sampai dengan tanggal 2 Desember 2014 pada skema III.
Untuk nilai Y2 pada skema III merupakan penjumlahan dari nilai Y2 (+) dengan Y2 (-) pada skema II dengan melihat tanda positif (+) dan negatif (-) nya, jadi untuk mengatasi hasilnya berjumlah negatif (-), maka hasilnya harus ditambah dengan nilai konstanta yang telah ditetapkan yaitu 2000.
Jadi Y2 = 3080 + (-2537) + 2000 = 2543
Selanjutnya cara perhitungan diatas berlaku juga untuk nilai Y2 mulai dari tanggal 5 November 2014 sampai dengan tanggal 2 Desember 2014 pada skema III.
Untuk nilai X4 pada skema III merupakan penjumlahan dari nilai X4 (+) dengan X4 (-) pada skema II dengan melihat tanda positif (+) dan negatif (-) nya, jadi untuk mengatasi hasilnya berjumlah negatif (-), maka hasilnya harus ditambah dengan nilai konstanta yang telah ditetapkan yaitu 2000.
Jadi X4 = 1871 + (-1875) + 2000 = 1996
Selanjutnya cara perhitungan diatas berlaku juga untuk nilai X4 mulai dari tanggal 5 November 2014 sampai dengan tanggal 2 Desember 2014 pada skema III.
Untuk nilai Y4 pada skema III merupakan penjumlahan dari nilai Y4 (+) dengan Y4 (-) pada skema II dengan melihat tanda positif (+) dan negatif (-) nya, jadi untuk mengatasi hasilnya berjumlah negatif (-), maka hasilnya harus ditambah dengan nilai konstanta yang telah ditetapkan yaitu 2000.
Jadi Y4 = 2805 + (-2812) + 2000 = 1993
Selanjutnya cara perhitungan diatas berlaku juga untuk nilai Y4 mulai dari tanggal 5 November 2014 sampai dengan tanggal 2 Desember 2014 pada skema III.
Penyusun Skema IV
Untuk mengisi kolom dan baris pada skema IV yaitu merupakan penjumlahan dari skema III dibantu dengan konstanta pengali pada tabel 2. Berikut dibawan ini konstanta pengali untuk skema IV (tabel 2) :
Tabel 3.2 Konstanta Pengali untuk Menyusun Skema IV (Tabel 2)
KONSTANTA PENGALI TABEL IV (TABEL II)
INDEX KEDUA
0
2
b
3
c
4
d
KONSTANTA PERKALIAN UNTUK 29 HARI
-29
-1
0
-1
0
-1
0
KONSTANTA PERKALIAN UNTUK 15 HARI
-15
1
0
5
0
1
0
UNTUK 29 HARI
1
1
0
-1
1
1
0
1
1
-1
-1
1
1
-1
1
1
-1
1
1
-1
-1
1
1
-1
1
1
-1
-1
1
-1
-1
1
1
-1
1
1
-1
-1
1
-1
-1
1
1
-1
-1
1
-1
1
1
UNTUK 15 HARI DIGUNAKAN PERTENGAHAN 15 BARIS
1
-1
0
-1
-1
1
0
1
-1
1
-1
-1
1
-1
1
-1
1
-1
-1
-1
-1
1
-1
1
-1
1
-1
-1
1
1
1
-1
1
-1
1
1
1
1
1
1
-1
1
1
1
1
1
1
1
1
HARI TENGAH-TENGAH
1
1
0
1
0
1
0
1
1
-1
1
-1
1
-1
1
1
-1
1
-1
-1
-1
1
1
-1
-1
-1
-1
-1
1
-1
-1
-1
-1
-1
1
1
-1
-1
-1
-1
-1
1
1
-1
-1
-1
1
1
1
UNTUK 15 HARI DIGUNAKAN PERTENGAHAN 15 BARIS
1
-1
0
-1
1
1
0
1
-1
1
1
1
1
-1
1
-1
1
1
1
1
-1
1
-1
1
1
-1
-1
-1
1
1
1
1
-1
-1
1
1
1
1
1
-1
-1
1
1
1
1
-1
-1
1
1
UNTUK 29 HARI
1
1
0
-1
-1
1
0
Berikut dibawah ini akan dijelaskan mengenai arti index pada skema IV dan cara perhitungannya :
Index 00 untuk X (tambahan) berarti X00 positif (+) (tambahan), yaitu nilai perkalian antara X0 pada skema III dan konstanta 0 pada tabel 2, lalu dijumlahkan. Berikut dibawah ini cara perhitungannya :
Jadi X00 (+) tambahan = (5617 x 1) + (5708 x 1) + (5673 x 1) + (5729 x 1) + (5667 x 1) + (5600 x 1) + (5597 x 1) + (5581 x 1) + (5579 x 1) + (5619 x 1) + (5654 x 1) + (5608 x 1) + (5623 x 1) + (5612 x 1) + (5571 x 1) + (5564 x 1) + (5595 x 1) + (5617 x 1) + (5699 x 1) + (5713 x 1) + (5643 x 1) + (5643 x 1) + (5631 x 1) + (5559 x 1) + (5578 x 1) + (5629 x 1) + (5593 x 1) + (5604 x 1) + (5647 x 1) = 163153
Index 00 untuk Y (tambahan) berarti Y00 positif (+) (tambahan), yaitu nilai perkalian antara Y0 pada skema III dan konstanta 0 pada tabel 2. Dikarenakan nilai Y0 tidak ada pada skema III, jadi nilai untuk Y00 positif (+) (tambahan) = tidak ada.
Index 10 untuk X (tambahan) berarti X10 positif (+) dan negatif (-) (tambahan), yaitu nilai perkalian antara X1 pada skema III dan konstanta 0 pada tabel 2.
Jadi X10 (+) tambahan = (1977 x 1) + (2022 x 1) + (2005 x 1) + (1897 x 1) + (1849 x 1) + (1734 x 1) + (1701 x 1) + (1677 x 1) + (1667 x 1) + (1677 x 1) + (1746 x 1) + (1826 x 1) + (1941 x 1) + (1946 x 1) + (1991 x 1) + (2034 x 1) + (2053 x 1) + (2117 x 1) + (1969 x 1) + (1923 x 1) + (1817 x 1) + (1705 x 1) + (1691 x 1) + (1639 x 1) + (1708 x 1) + (1791 x 1) + (1899 x 1) + (2016 x 1) + (2105 x 1) = 54123
Dikarenakan konstanta 0 pada tabel 2 tidak ada yang bernilai negatif (-), maka nilai X10 negatif (-) = tidak ada.
Tetapi jika nilai index untuk X10 negatif (-) (tambahan) tidak mempunyai nilai negatif (-) pada konstanta pengali di tabel 2, maka pengisiannya dilakukan dengan cara mengalikan nilai 2000 dengan jumlah hari pengamatan yaitu 29 piantan.
Jadi X10 (-) tambahan = 29 x 2000 = 58000
Index 10 untuk Y (tambahan) berarti Y10 positif (+) dan negatif (-) (tambahan), yaitu nilai perkalian antara Y1 pada skema III dan konstanta 0 pada tabel 2.
Jadi Y10 (+) tambahan = (2155 x 1) + (2224 x 1) + (2389 x 1) + (2507 x 1) + (2491 x 1) + (2536 x 1) + (2521 x 1) + (2413 x 1) + (2325 x 1) + (2257 x 1) + (2176 x 1) + (2118 x 1) + (2139 x 1) + (2106 x 1) + (2141 x 1) + (2226 x 1) + (2313 x 1) + (2437 x 1) + (2527 x 1) + (2579 x 1) + (2619 x 1) + (2605 x 1) + (2477 x 1) + (2413 x 1) + (2316 x 1) + (2219 x 1) + (2175 x 1) + (2192 x 1) + (2287 x 1) = 67883
Dikarenakan konstanta 0 pada tabel 2 tidak ada yang bernilai negatif (-), maka nilai Y10 negatif (-) = tidak ada.
Tetapi jika nilai index untuk Y10 negatif (-) (tambahan) tidak mempunyai nilai negatif (-) pada konstanta pengali di tabel 2, maka pengisiannya dilakukan dengan cara mengalikan nilai 2000 dengan jumlah hari pengamatan yaitu 29 piantan.
Jadi Y10 (-) tambahan = 29 x 2000 = 58000
Index 12 untuk X (tambahan) berarti X12 positif (+) dan negatif (-) (tambahan), yaitu nilai perkalian antara X1 pada skema III dan konstanta 2 pada tabel 2.
Jadi Y12 (+) tambahan = (1977 x 1) + (2022 x 1) + (2005 x 1) + (1897 x 1) + (1826 x 1) + (1941 x 1) + (1946 x 1) + (1991 x 1) + (2034 x 1) + (2053 x1) + (2117 x 1) + (1791 x 1) + (1899 x 1 ) + (2016 x 1) + (2105 x 1) = 29620
Jadi Y12 (-) tambahan = (1849 x -1) + (1734 x -1) + (1701 x -1) + (1677 x -1) + (1667 x -1) + (1677 x -1) + (1746 x -1) + (1969 x -1) + (1923 x -1) + (1817 x -1) + (1705 x -1) + (1691 x -1) + (1639 x -1) + (1708 x -1) = 24503
Index (29) untuk X positif (+) negatif (-) (tambahan) dan untuk Y positif (+) negatif (-) (tambahan) yaitu konstanta ketetapan bernilai 2000.
Jadi (29) (+) (-) X = 2000 dan (29) (+) (-) Y = 2000
Begitu seterusnya cara perhitungan index (n) untuk Xn (tambahan) dan Yn (tambahan), selalu perhatikan nilai konstanta pengali yang diminta.
Index 00 untuk X (jumlah) berarti X00 positif (+) (jumlah), yaitu nilai index X00 positif (+) (tambahan). Dikarenakan tidak ada nilai pengurangnya, jadi hasilnya tetap yaitu = 163153
Index 00 untuk Y (jumlah) berarti Y00 positif (+) (jumlah), yaitu nilai index Y00 (tambahan). Tetapi nilai Y00 (tambahan) tidak ada, karena tidak ada perhitungannya.
Index 10 untuk X (jumlah) berarti X10 positif (+) (jumlah), yaitu nilai index X10 positif (+) (tambahan) dikurangi dengan nilai index X10 negatif (-) (tambahan).
Jadi X10 (+) (jumlah) = 54123 – 58000 = -3877
Index 10 untuk Y (jumlah) berarti Y10 positif (+) (jumlah), yaitu nilai index Y10 positif (+) (tambahan) dikurangi dengan nilai index Y10 negatif (-) (tambahan).
Jadi Y10 (+) (jumlah) = 67883 – 58000 = 9883
Index 12 untuk X (jumlah) berarti X12 positif (+) (jumlah), yaitu nilai index X12 positif (+) (tambahan) dikurangi dengan nilai index X12 negatif (-) (tambahan) dan dikurangi lagi dengan index (29) yang bernilai 2000 (tambahan).
Jadi X12 (+) (jumlah) = 29620 – 24503 – 2000 = 3117
Index 12 untuk Y (jumlah) berarti Y12 (jumlah), yaitu nilai index Y12 positif (+) (tambahan) dikurangi dengan nilai index Y12 negatif (-) (tambahan) dan dikurangi lagi dengan index (29) yang bernilai 2000 (tambahan).
Jadi Y12 (+) ( jumlah) = 33628 – 34255 – 2000 = -2627
Untuk index (29) X (jumlah) dan Y (jumlah) dikosongkan saja.
Perhitungan X (jumlah) dan Y (jumlah) hanya dilakukan pada kolom yang memiliki index bertanda positif (+).
Begitu seterusnya cara perhitungan untuk menentukan nilai index (n) untuk Xn (jumlah) dan Yn (jumlah).
Penyusun Skema V dan Skema VI
Untuk mengisi kolom dan baris pada skema V yaitu pengurangan dari nilai X (jumlah) dan Y (jumlah) pada skema IV dan dibantu dengan konstanta pengali pada tabel 3 yang telah ditetapkan. Begitu pula untuk mengisi kolom dan baris pada skema VI yaitu penjumlahan dari nilai X (jumlah) dan Y (jumlah) pada skema IV dan dibantu dengan konstanta pengali pada tabel 3 yang telah ditetapkan. Dibawah ini konstanta pengali pada tabel 3 tersebut :
Tabel 3.3 Konstanta Pengali untuk Menyusun Skema V dan VI (Tabel 3)
SKEMA V
KONSTANTA PENGALI UNTUK SKEMA V dan SKEMA VI (TABEL 3)
X00 =
1
X10 =
1
-0.01
X12 - Y1b =
0.07
-0
1
0.020
X13 - Y1c =
X20 =
-0.03
1.0
-0.03
X22 - Y2b =
1
0.02
0.038
0
-0.06
-0.035
X23 - Y2c =
-0.06
1
X42 - Y4b =
0.03
1
X44 - Y4d =
1
0.08
SKEMA VI
Y10 =
1
-0.08
Y12 + X1b =
0.07
-0.02
1
Y13 + X1c =
Y20 =
-0.03
1
-0.03
Y22 + X2b =
1
0.02
0.032
-0.06
-0.035
Y23 + X2c =
-0.06
1
Y42 + X4b =
0.03
0.01
1
Y44 + X4d =
1
0.08
S0
M2
S2
N2
K1
O1
M4
MS4
UNTUK SKEMA VII KONSTANTA P
696
559
488
566
439
565
507
535
UNTUK SKEMA VII KONSTANTA p
333
345
327
173
160
307
318
Berikut dibawah ini cara perhitungan untuk mengisi skema V dan skema VI :
Nilai X00 pada skema V adalah nilai index X00 (jumlah) pada skema IV.
Jadi X00 = 163153
Nilai X10 pada skema V adalah nilai index X10 (jumlah) pada skema IV.
Jadi X10 = -3877
Nilai X12 – Y1b pada skema V adalah hasil pengurangan antara index X12 (jumlah) dikurangi dengan index Y1b (jumlah) pada skema IV.
Jadi X12 – Y1b = 3117 – (-2456) = 5573
Nilai X13 – Y1c pada skma V adalah hasil pengurangan antara index X13 (jumlah) dikurangi dengan index Y1c (jumlah) pada skema IV.
Jadi X13 – Y1c = (-365) – 254 = -619
Nilai X20 pada skema V adalah nilai index X20 (jumlah) pada skema IV.
Jadi X20 = -13523
Nilai X22 - Y2b pada skema V adalah hasil pengurangan antara index X22 (jumlah) dikurangi nilai index Y2b (jumlah) pada skema IV.
Jadi X22 – Y2b = 4271 – (-4738) = 9009
Nilai X23 – Y2c pada skema V adalah hasil pengurangan antara index X23 (jumlah) dikurangi nilai index Y2c (jumlah) pada skema IV.
Jadi X23 – Y2c = 121 – (-100) = -1007
Nilai X42 – Y4b pada skema V adalah hasil pengurangan antara index X42 (jumlah) dikurangi nilai index Y4b (jumlah) pada skema IV.
Jadi X42 – Y4b = 122 – (-100) = 222
Nilai X44 – Y4d pada skema V adalah hasil pengurangan antara index X44 (jumlah) dikurangi nilai index Y4d (jumlah) pada skema IV.
Jadi X44 – Y4d = (-74) – 102 = -176
Nilai Y00 pada skema VI adalah nilai index Y00 (jumlah) pada skema IV.
Jadi Y00 = 9883
Nilai Y12 + X1b pada skema VI adalah hasil penjumlahan antara index Y12 (jumlah) ditambah dengan index X1b (jumlah) pada skema IV.
Jadi Y12 + X1b = (-2627) + (-1574) = -4201
Nilai Y13 + X1c pada skema VI adalah hasil penjumlahan antara index Y13 (jumlah) ditambah dengan index X1c (jumlah) pada skema IV.
Jadi Y13 + X1c = 55 + (-164) = -109
Nilai Y20 pada skema V adalah nilai index Y20 (jumlah) pada skema IV.
Jadi Y20 = -5155
Nilai Y22 + X2b pada skema VI adalah hasil penjumlahan antara index Y22 (jumlah) ditambah dengan index X2b (jumlah) pada skema IV.
Jadi Y22 + X2b = 10967 + 9974 = 20941
Nilai Y23 + X2c pada skema VI adalah hasil penjumlahan antara index Y23 (jumlah) ditambah dengan index X2c (jumlah) pada skema IV.
Jadi Y23 + X2c = (-271) + (-2584) = -2855
Nilai Y42 + X4b pada skema VI adalah hasil penjumlahan antara index Y42 (jumlah) ditambah dengan index X4b (jumlah) pada skema IV.
Jadi Y42 + X4b = 319 + 12 = 331
Nilai Y44 + X4d pada skema VI adalah hasil penjumlahan antara index Y44 (jumlah) ditambah dengan index X4d (jumlah) pada skema IV.
Jadi Y44 + X4d = 15 + (-6) = 9
Nilai X00 untuk S0 pada skema V yaitu nilai X00 pada skema V dikali dengan konstanta pengali X00 untuk S0 pada tabel 3.
Jadi X00 (S0) = 163153 x 1 = 163153
Nilai X10 untuk K1 pada skema V yaitu nilai X10 pada skema V dikali dengan konstanta pengali X10 untuk K1 pada tabel 3.
Jadi X10 (K1) = -3877 x 1 = -3877
Nilai X10 untuk O1 pada skema V yaitu nilai X10 pada skema V dikali dengan konstanta pengali X10 untuk O1 pada tabel 3.
Jadi X10 (O1) = -3877 x (-0.008) = 31.02
Nilai X12 – Y1b untuk M2 pada skema V yaitu nilai pengurangan dari X12 – Y1b dikali dengan konstanta pengali X12 – Y1b untuk M2 pada tabel 3.
Jadi X12 – Y1b (M2) = 5573 x 0.07 = 390.11
Nilai X12 – Y1b untuk K1 pada skema V yaitu nilai pengurangan dari X12 – Y1b dikali dengan konstanta pengali X12 – Y1b untuk K1 pada tabel 3.
Jadi X12 – Y1b (K1) = 5573 x (-0.002) = -111.46
Nilai X12 – Y1b untuk O1 pada skema V yaitu nilai pengurangan dari X12 – Y1b dikali dengan konstanta pengali X12 – Y1b untuk O1 pada tabel 3.
Jadi X12 – Y1b (O1) = 5573 x 1 = 5573
Nilai X12 – Y1b untuk MS4 pada skema V yaitu nilai pengurangan dari X12 – Y1b dikali dengan konstanta pengali X12 – Y1b untuk MS4 pada tabel 3.
Jadi X12 – Y1b (MS4) = 5573 x 0.020 = 111.46
Nilai X20 untuk M2 pada skema V yaitu nilai X20 pada skema V dikali dengan konstanta pengali X20 untuk M2 pada tabel 3.
Jadi X20 (M2) = (-13523) x (-0.03) = 405.7
Nilai X20 untuk S2 pada skema V yaitu nilai X20 pada skema V dikali dengan konstanta pengali X20 untuk S2 pada tabel 3.
Jadi X20 (S2) = (-13523) x 1 = -13523
Nilai X20 untuk N2 pada skema V yaitu nilai X20 pada skema V dikali dengan konstanta pengali X20 untuk N2 pada tabel 3.
Jadi X20 (N2) = (-13523) x (-0.03) = 405.7
Nilai X22 – Y2b untuk M2 pada skema V yaitu nilai pengurangan dari X22 – Y2b dikali dengan konstanta pengali X22 – Y2b untuk M2 pada tabel 3.
Jadi X22 x Y2b (M2) = 9009 x 1 = 9009
Nilai X22 – Y2b untuk S2 pada skema V yaitu nilai pengurangan dari X22 – Y2b dikali dengan konstanta pengali X22 – Y2b untuk S2 pada tabel 3.
Jadi X22 x Y2b (S2) = 9009 x 0.015 = 135.1
Nilai X22 – Y2b untuk N2 pada skema V yaitu nilai pengurangan dari X22 – Y2b dikali dengan konstanta pengali X22 – Y2b untuk N2 pada tabel 3.
Jadi X22 x Y2b (N2) = 9009 x 0.038 = 342.3
Nilai X22 – Y2b untuk K1 pada skema V yaitu nilai pengurangan dari X22 – Y2b dikali dengan konstanta pengali X22 – Y2b untuk K1 pada tabel 3.
Jadi X22 x Y2b (K1) = 9009 x 0.002 = 18
Nilai X22 – Y2b untuk O1 pada skema V yaitu nilai pengurangan dari X22 – Y2b dikali dengan konstanta pengali X22 – Y2b untuk O1 pada tabel 3.
Jadi X22 x Y2b (O1) = 9009 x (-0.058) = -522.2
Nilai X22 – Y2b untuk MS4 pada skema V yaitu nilai pengurangan dari X22 – Y2b dikali dengan konstanta pengali X22 – Y2b untuk MS4 pada tabel 3.
Jadi X22 - Y2b (MS4) = 9009 x (-0.035) = -315.3
Nilai X23 – Y2c untuk M2 pada skema V yaitu nilai pengurangan dari X23 – Y2c dikali dengan konstanta pengali X23 – Y2c untuk M2 pada tabel 3.
Jadi X23 - Y2c (M2) = (-1007) x (-0.06) = 60.42
Nilai X23 – Y2c untuk N2 pada skema V yaitu nilai pengurangan dari X23 – Y2c dikali dengan konstanta pengali X23 – Y2c untuk N2 pada tabel 3.
Jadi X23 - Y2c (N2) = (-1007) x 1 = -1007
Nilai X42 – Y4b untuk M2 pada skema V yaitu nilai pengurangan dari X42 – Y4b dikali dengan konstanta pengali X42 – Y4b untuk M2 pada tabel 3.
Jadi X42 - Y4b (M2) = 222 x 0.03 = 6.66
Nilai X42 – Y4b untuk MS4 pada skema V yaitu nilai pengurangan dari X42 – Y4b dikali dengan konstanta pengali X42 – Y4b untuk MS4 pada tabel 3.
Jadi X42 - Y4b (MS4) = 222 x 1 = 222
Nilai X44 – Y4d untuk M4 pada skema V yaitu nilai pengurangan dari X44 – Y4d dikali dengan konstanta pengali X44 – Y4d untuk M4 pada tabel 3.
Jadi X44 - Y4d (M4) = (-176) x 1 = -176
Nilai X44 – Y4d untuk MS4 pada skema V yaitu nilai pengurangan dari X44 – Y4d dikali dengan konstanta pengali X44 – Y4d untuk MS4 pada tabel 3.
Jadi X44 - Y4d (MS4) = (-176) x 0.08 = -14.1
Nilai Y10 untuk K1 pada skema V yaitu nilai Y10 pada skema V dikali dengan konstanta pengali Y10 untuk K1pada tabel 3.
Jadi Y10 (K1) = 9883 x 1= 9883
Nilai Y10 untuk O1 pada skema V yaitu nilai Y10 pada skema V dikali dengan konstanta pengali Y10 untuk O1 pada tabel 3.
Jadi Y10 (O1) = 9883 x (-0.08) = -790.6
Nilai Y12 + X1b untuk M2 pada skema V yaitu nilai penjumlahan dari Y12 + X1b dikali dengan konstanta pengali Y12 + X1b untuk M2 pada tabel 3.
Jadi Y12 + X1b (M2) = (-4201) x 0.01 = -294.1
Nilai Y12 + X1b untuk K1 pada skema V yaitu nilai penjumlahan dari Y12 + X1b dikali dengan konstanta pengali Y12 + X1b untuk K1 pada tabel 3.
Jadi Y12 + X1b (K1) = (-4201) x (-0.02) = 84
Nilai Y12 + X1b untuk O1 pada skema V yaitu nilai penjumlahan dari Y12 + X1b dikali dengan konstanta pengali Y12 + X1b untuk O1 pada tabel 3.
Jadi Y12 + X1b (O1) = (-4201) x 1 = -4201
Nilai Y20 untuk M2 pada skema V yaitu nilai Y20 pada skema V dikali dengan konstanta pengali Y20 untuk M2 pada tabel 3.
Jadi Y20 (M2) = (-5155) x (-0.03) = 154.65
Nilai Y20 untuk S2 pada skema V yaitu nilai Y20 pada skema V dikali dengan konstanta pengali Y20 untuk S2 pada tabel 3.
Jadi Y20 (S2) = (-5155) x 1 = -5155
Nilai Y20 untuk N2 pada skema V yaitu nilai Y20 pada skema V dikali dengan konstanta pengali Y20 untuk N2 pada tabel 3.
Jadi Y20 (S2) = (-5155) x (-0.03) = 154.65
Nilai Y22 + X2b untuk M2 pada skema V yaitu nilai penjumlahan dari Y22 + X2b dikali dengan konstanta pengali Y22 + X2b untuk M2 pada tabel 3.
Jadi Y22 + X2b (M2) = 20941 x 1 = 20941
Nilai Y22 + X2b untuk S2 pada skema V yaitu nilai penjumlahan dari Y22 + X2b dikali dengan konstanta pengali Y22 + X2b untuk S2 pada tabel 3.
Jadi Y22 + X2b (S2) = 20941 x 0.015 = 314.1
Nilai Y22 + X2b untuk N2 pada skema V yaitu nilai penjumlahan dari Y22 + X2b dikali dengan konstanta pengali Y22 + X2b untuk N2 pada tabel 3.
Jadi Y22 + X2b (N2) = 20941 x 0.032 = 670.1
Nilai Y22 + X2b untuk O1 pada skema V yaitu nilai penjumlahan dari Y22 + X2b dikali dengan konstanta pengali Y22 + X2b untuk O1 pada tabel 3.
Jadi Y22 + X2b (O1) = 20941 x (-0.058) = -1214.6
Nilai Y22 + X2b untuk MS4 pada skema V yaitu nilai penjumlahan dari Y22 + X2b dikali dengan konstanta pengali Y22 + X2b untuk MS4 pada tabel 3.
Jadi Y22 + X2b (MS4) = 20941 x (-0.035) = -732.9
Nilai Y23 + X2c untuk M2 pada skema V yaitu nilai penjumlahan dari Y23 + X2c dikali dengan konstanta pengali Y22 + X2b untuk M2 pada tabel 3.
Jadi Y23 + X2c (M2) = (-2855) x (-0.06) = 171.3
Nilai Y23 + X2c untuk N2 pada skema V yaitu nilai penjumlahan dari Y23 + X2c dikali dengan konstanta pengali Y22 + X2b untuk N2 pada tabel 3.
Jadi Y23 + X2c (N2) = (-2855) x 1 = -2855
Nilai Y42 + X4b untuk M2 pada skema V yaitu nilai penjumlahan dari Y42 + X4b dikali dengan konstanta pengali Y22 + X2b untuk M2 pada tabel 3.
Jadi Y42 + X4b (M2) = 331 x 0.03 = 9.9
Nilai Y42 + X4b untuk M4 pada skema V yaitu nilai penjumlahan dari Y42 + X4b dikali dengan konstanta pengali Y22 + X2b untuk M4 pada tabel 3.
Jadi Y42 + X4b (M4) = 331 x 0.01 = 3.3
Nilai Y42 + X4b untuk MS4 pada skema V yaitu nilai penjumlahan dari Y42 + X4b dikali dengan konstanta pengali Y22 + X2b untuk MS4 pada tabel 3.
Jadi Y42 + X4b (MS4) = 331 x 1 = 331
Nilai Y44 + X4d untuk M4 pada skema V yaitu nilai penjumlahan dari Y44 + X4d dikali dengan konstanta pengali Y22 + X2b untuk M4 pada tabel 3.
Jadi Y44 + X4d (M4) = 9 x 1 = 9
Nilai Y44 + X4d untuk MS4 pada skema V yaitu nilai penjumlahan dari Y44 + X4d dikali dengan konstanta pengali Y22 + X2b untuk MS4 pada tabel 3.
Jadi Y44 + X4d (MS4) = 9 x 0.08 = 0.7
Penyusun Skema VII
Untuk mengisi kolom dan baris pada skema VII yaitu merupakan penjumlahan dari skema V dan skema VI dan dibantu dengan konstanta pengali pada tabel 3 dan tabel 4 yang telah ditetapkan, serta data hasil perhitungan f, V, u dan r. Dibawah ini konstanta pengali pada tabel 3 dan tabel 4, serta cara perkalian untuk menyusun skema VII dan menghitung f, V, u dan r :
Tabel 3.4 Konstanta Pengali untuk Menyusun Skema VII (Tabel 3)
SKEMA V
KONSTANTA PENGALI UNTUK SKEMA V dan SKEMA VI (TABEL 3)
X00 =
1
X10 =
1
-0.01
X12 - Y1b =
0.07
-0
1
0.020
X13 - Y1c =
X20 =
-0.03
1.0
-0.03
X22 - Y2b =
1
0.02
0.038
0
-0.06
-0.035
X23 - Y2c =
-0.06
1
X42 - Y4b =
0.03
1
X44 - Y4d =
1
0.08
SKEMA VI
Y10 =
1
-0.08
Y12 + X1b =
0.07
-0.02
1
Y13 + X1c =
Y20 =
-0.03
1
-0.03
Y22 + X2b =
1
0.02
0.032
-0.06
-0.035
Y23 + X2c =
-0.06
1
Y42 + X4b =
0.03
0.01
1
Y44 + X4d =
1
0.08
S0
M2
S2
N2
K1
O1
M4
MS4
UNTUK SKEMA VII KONSTANTA P
696
559
488
566
439
565
507
535
UNTUK SKEMA VII KONSTANTA p
333
345
327
173
160
307
318
Tabel 3.5 Konstanta Pengali untuk Menyusun Skema VII (Tabel 4)
NILAI KONSTANTA PENGALI UNTUK NILAI r PADA SKEMA VII (TABEL 4)
± tg r
r (˚)
± tg r
r (˚)
0.000
0
180
180
360
1.000
45
135
225
315
0.017
1
179
181
359
1.035
46
134
226
314
0.035
2
178
182
358
1.072
47
133
227
313
0.052
3
177
183
357
1.111
48
132
228
312
0.070
4
176
184
356
1.150
49
131
229
311
0.087
5
175
185
355
1.192
50
130
230
310
0.105
6
174
186
354
1.235
51
129
231
309
0.123
7
173
187
353
1.280
52
128
232
308
0.141
8
172
188
352
1.372
53
127
233
307
0.138
9
171
189
351
1.376
54
126
234
306
0.176
10
170
190
350
1.428
55
125
235
305
0.194
11
169
191
349
1.483
56
124
236
304
0.213
12
168
192
348
1.540
57
123
237
303
0.231
13
167
193
347
1.600
58
122
238
302
0.249
14
166
194
346
1.664
59
121
239
301
0.268
15
165
195
345
1.732
60
120
240
300
0.287
16
164
196
344
1.804
61
119
241
299
0.306
17
163
197
343
1.881
62
118
242
298
0.325
18
162
198
342
1.963
63
117
243
297
0.344
19
161
199
341
2.050
64
116
244
296
0.364
20
160
200
340
2.140
65
115
245
295
0.384
21
159
201
339
2.250
66
114
246
294
0.404
22
158
202
338
2.360
67
113
247
293
0.424
23
157
203
337
2.480
68
112
248
292
0.445
24
156
204
336
2.61
69
111
249
291
0.466
25
155
205
335
2.75
70
110
250
290
0.488
26
154
206
334
2.90
71
109
251
289
0.510
27
153
207
333
3.08
72
108
252
288
0.532
28
152
208
332
3.27
73
107
253
287
0.554
29
151
209
331
3.49
74
106
254
286
0.577
30
150
210
330
3.73
75
105
255
285
0.601
31
149
211
329
4.01
76
104
256
284
0.625
32
148
212
328
4.33
77
103
257
283
0.649
33
147
213
327
4.70
78
102
258
282
0.675
34
146
214
326
5.14
79
101
259
281
0.700
35
145
215
325
5.67
80
100
260
280
0.727
36
144
216
324
6.31
81
99
261
279
0.754
37
143
217
323
7.12
82
98
262
278
0.781
38
142
218
322
8.14
83
97
263
277
0.810
39
141
219
321
9.51
84
96
264
276
0.839
40
140
220
320
11.4
85
95
265
275
0.869
41
139
221
319
14.3
86
94
266
274
0.900
42
138
222
318
19.1
87
93
267
273
0.933
43
137
223
317
28.6
88
92
268
272
0.966
44
136
224
316
57.3
89
91
269
271
1.000
45
135
225
315
>
90
90
270
270
PR cos r
+
-
-
+
PR cos r
+
-
-
+
PR sin r
+
+
-
-
PR sin r
+
+
-
-
Berikut dibawah ini akan dijelaskan cara perhitungan untuk mengisi skema VII dan cara perhitungan menentukan nilai f, V dan u sebagai berikut :
Baris 1 pada skema VII untuk V : PR cos r pada kolom (M2) yaitu penjumlahan semua nilai dalam kolom pada skema V (M2). Penjumlahan dilakukan dari kolom atas sampai kolom bawah pada skema V (M2).
Jadi V : PR cos r (M2) = 390.1 + 405.7 + 9009 + 60.42 + 6.66 = 9871.9
Baris 1 pada skema VII untuk V : PR cos r pada kolom (S2) yaitu penjumlahan semua nilai dalam kolom pada skema V (S2). Penjumlahan dilakukan dari kolom atas sampai kolom bawah pada skema V (S2).
Jadi V : PR cos r (S2) = (-13523) + 135.1 = -13387.9
Baris 1 pada skema VII untuk V : PR cos r pada kolom (N2) yaitu penjumlahan semua nilai dalam kolom pada skema V (N2). Penjumlahan dilakukan dari kolom atas sampai kolom bawah pada skema V (N2).
Jadi V : PR cos r (N2) = (-13523) + 135.1 = -13387.9
Baris 1 pada skema VII untuk V : PR cos r pada kolom (K1) yaitu penjumlahan semua nilai dalam kolom pada skema V (K1). Penjumlahan dilakukan dari kolom atas sampai kolom bawah pada skema V (K1).
Jadi V : PR cos r (K1) = (-3877) + (-111.46) + 18 = -3970.4
Baris 1 pada skema VII untuk V : PR cos r pada kolom (O1) yaitu penjumlahan semua nilai dalam kolom pada skema V (O1). Penjumlahan dilakukan dari kolom atas sampai kolom bawah pada skema V (O1).
Jadi V : PR cos r (O1) = 31.02 + 5573 + (-522.5) = 5081.52
Baris 1 pada skema VII untuk V : PR cos r pada kolom (M4) yaitu penjumlahan semua nilai dalam kolom pada skema V (M4). Penjumlahan dilakukan dari kolom atas sampai kolom bawah pada skema V (M4).
Jadi V : PR cos r (M4) = -176
Baris 1 pada skema VII untuk V : PR cos r pada kolom (MS4) yaitu penjumlahan semua nilai dalam kolom pada skema V (MS4). Penjumlahan dilakukan dari kolom atas sampai kolom bawah pada skema V (MS4).
Jadi V : PR cos r (MS4) = 111.46 + (-315.3) + 222 + (-14.1) = 4.1
Baris 2 pada skema VII untuk VI : PR sin r pada kolom (M2) yaitu penjumlahan semua nilai dalam kolom pada skema VI (M2). Penjumlahan dilakukan dari kolom atas sampai kolom bawah pada skema VI (M2)
Jadi VI : PR sin r (M2) = (-294.1) + 154.65 + 20941 + 171.3 + 9.9 = 20982.8
Baris 2 pada skema VII untuk VI : PR sin r pada kolom (S2) yaitu penjumlahan semua nilai dalam kolom pada skema VI (S2). Penjumlahan dilakukan dari kolom atas sampai kolom bawah pada skema VI (S2)
Jadi VI : PR sin r (S2) = (-5155) + 314.1 = -4840.9
Baris 2 pada skema VII untuk VI : PR sin r pada kolom (N2) yaitu penjumlahan semua nilai dalam kolom pada skema VI (N2). Penjumlahan dilakukan dari kolom atas sampai kolom bawah pada skema VI (N2)
Jadi VI : PR sin r (N2) = 154.65 + 670.1 + (-2855) = -2030.2
Baris 2 pada skema VII untuk VI : PR sin r pada kolom (K1) yaitu penjumlahan semua nilai dalam kolom pada skema VI (K1). Penjumlahan dilakukan dari kolom atas sampai kolom bawah pada skema VI (K1)
Jadi VI : PR sin r (K1) = 9883 + 84 = 9967
Baris 2 pada skema VII untuk VI : PR sin r pada kolom (O1) yaitu penjumlahan semua nilai dalam kolom pada skema VI (O1). Penjumlahan dilakukan dari kolom atas sampai kolom bawah pada skema VI (O1)
Jadi VI : PR sin r (O1) = (-790.6) + (-4201) + (-1214.6) = -6206.2
Baris 2 pada skema VII untuk VI : PR sin r pada kolom (M4) yaitu penjumlahan semua nilai dalam kolom pada skema VI (M4). Penjumlahan dilakukan dari kolom atas sampai kolom bawah pada skema VI (M4)
Jadi VI : PR sin r (M4) = 3.3 + 9 = 12.3
Baris 2 pada skema VII untuk VI : PR sin r pada kolom (MS4) yaitu penjumlahan semua nilai dalam kolom pada skema VI (MS4). Penjumlahan dilakukan dari kolom atas sampai kolom bawah pada skema VI (MS4)
Jadi VI : PR sin r (MS4) = (-126) + (-732.9) + 331 + 0.7 = -527.2
Baris 3 pada skema VII untuk PR dicari dengan rumus : PR = (PR sin r)² + (PR cos r)². Berikut dibawan ini cara perhitungannya :
Untuk PR (SO) yaitu nilai S0 pada skema V, nilai ini langsung di turunkan saja karena tidak ada perhitungannya.
Jadi PR (SO) = 163153
Untuk PR (M2) pada skema VII yaitu merupakan perhitungan dari akar nilai V : PR sin r (M2) pada skema VII dipangkatkan ² ditambah VI : PR cos r (M2) pada skema VII dipangkatkan ².
Jadi PR (M2) = (9871.9)² + (20982.8)² = 23189.1
Untuk PR (S2) pada skema VII yaitu merupakan perhitungan dari akar nilai V : PR sin r (S2) pada skema VII dipangkatkan ² ditambah VI : PR cos r (S2) pada skema VII dipangkatkan ².
Jadi PR (S2) = (-13387.9)² + (-4840.9)² = 14236.2
Untuk PR (N2) pada skema VII yaitu merupakan perhitungan dari akar nilai V : PR sin r (N2) pada skema VII dipangkatkan ² ditambah VI : PR cos r (N2) pada skema VII dipangkatkan ².
Jadi PR (N2) = (-259)² + (-2030.2)² = 2046.7
Untuk PR (K1) pada skema VII yaitu merupakan perhitungan dari akar nilai V : PR sin r (K1) pada skema VII dipangkatkan ² ditambah VI : PR cos r (K1) pada skema VII dipangkatkan ².
Jadi PR (K1) = (-3970.4)² + (9967)² = 10728.7
Untuk PR (O1) pada skema VII yaitu merupakan perhitungan dari akar nilai V : PR sin r (O1) pada skema VII dipangkatkan ² ditambah VI : PR cos r (O1) pada skema VII dipangkatkan ².
Jadi PR (O1) = (5081.5)² + (-6206.2)² = 8021.1
Untuk PR (M4) pada skema VII yaitu merupakan perhitungan dari akar nilai V : PR sin r (M4) pada skema VII dipangkatkan ² ditambah VI : PR cos r (M4) pada skema VII dipangkatkan ².
Jadi PR (M4) = (-176)² + (12.3)² = 176.4
Untuk PR (MS4) pada skema VII yaitu merupakan perhitungan dari akar nilai V : PR sin r (MS4) pada skema VII dipangkatkan ² ditambah VI : PR cos r (MS4) pada skema VII dipangkatkan ².
Jadi PR (MS4) = (4.1)² + (-527.2)² = 527.3
Baris 4 pada skema VII untuk P didapat dari nilai konstanta pengali pada tabel 3 yang telah ditetapkan nilainya.
Baris 5 pada skema VII untuk f didapat dengan menggunakan perhitungan sebagai berikut :
Dapatkan nilai : i, D, (Y-1900), (D+i), S, h, P, N terlebih dahulu. Dibawah ini akan dijelaskan cara perhitungan dan persamaannya :
i = (Y-1901) / 4 (tahun pengamatan) dikurang (tahun kabisat) dibagi 4.
Jadi i = (2014-1901) / 4 = 28
D = 304 (hari non kabisat pada bulan November) + 18 (hari pertengahan dari pengamatan pasang surut pada bulan November 2014).
Jadi D = 3014 + 18 = 322
(Y-1900) = (tahun pengamatan) dikurang (bukan tahun kabisat).
Jadi (Y-1900) = 2014 – 1900 = 114
(D + i) = 322 + 28 = 350
S = 277,025 + 129,38481 (Y-1900) + 13,17640 (D+i).
Jadi S = 277,025 + (129,38481 x 114) + (13,17640 x 350) = 19638, 633
h = 280,190 – 0,23872 (Y-1900) + 0.98565 (D+i)
Jadi h = 280,190 – (0,23872 x 144) + (0.98565 x 350) = 597,953
P = 344,385 + 40,66249 (Y-1900) + 0.11140 (D+i).
Jadi P = 344,385 + (40,66249 x 114) + (0.11140 x 350) = 5008,898
N = 259,157 – 19,32818 (Y-1900) – 0.05295 (D+i).
Jadi N = 259,157 – (19,32818 x 114) – (0,05295 x 350) = -34,257
Setelah tahapan diatas selesai, maka pencarian nilai f untuk M2, K2, O1, K1, S2, P1, N2, M4, dan MS4 pada skema VII dapat dilakukan denggan menggunakan persamaan yang telah ditentukan sebagai berikut :
Nilai f :
fM2 = 1,0004 – 0,0373 cos N + 0,0002 cos 2N
Jadi fM2 = 1,0004 – (0,0373 x cos -34,257) + ((0,0002 x cos (2 x -34,257)) = 1,0362
fK2 = 1,0241 + 0,2863 cos N + 0,0083 cos 2N – 0,0015 cos 3N
Jadi fM2 = 1,0241 + (0,2863 cos -34,257) + (0.0083 x cos (2 x -34,257)) – (0,0015 x cos (3 x -34,257) = 0,758
fO1 = 1,0089 + 0,1871 cos N + -0,0147 cos 2N + 0,0014 cos 3N
Jadi fO1 = 1,0089 + (0,1871 x cos 34,257) + (-0,0147 x cos (2 x 34,257)) + (0,0014 x cos (3 x 34,257)) = 0,817
fK1 = 1,0060 + 0,1150 cos N – 0,0088 cos 2N + 0,0006 cos 3N
Jadi fK1 = 1,0060 + (0,1150 x (cos 34,257) – (0,0088 x cos (2 x 34,257) + (0,0006 cos (3 x 34,257) = 0,888
fS2 = 1,0 (tetap)
fP1 = 1,0 (tetap)
fN2 = fM2 = 1,0362
fM4 = (fM2)² = 1,0362² = 1.073
fMS4 = fM2 = 1,0362
Baris 6 pada skema VII untuk (1+W) dapat dilihat pada skema VIII, karena pengisiannya merupakan hasil dari perhitungan pada skema VIII.
Baris 7 untuk V diperoleh dari persamaan berikut ini :
Nilai V
VM2 = -2s + 2h
Jadi VM2 = (-2 x 19638, 633) + (2 x 597,953) = -38081,360
Karena nilainya negatif (-), diusahakan agar nilainya positif (+) dengan cara menambahkan jumlah nilai VM2 dengan kelipatan 360. Disini nilai kelipatan yang digunakan adalah 106 x 360 = 38160.
Jadi nilai VM2 = -38081,360 + 38160 = 78,640
VK1 = h + 90
Jadi VK1 = 597,953 + 90 = 687,953
Karena nilainya terlalu besar, diusahakan agar nilainya menjadi lebih kecil dengan cara mengurangi jumlah nilai VM2 dengan kelipatan 360. Disini nilai kelipatan yang digunakan adalah 1 x 360 = 360.
Jadi nilai VK1 = 687,953 – 360 = 327,953
VO1 = -2s + h + 270
Jadi VO1 = (-2 x 19638, 633) + 597,953 + 270 = -38409,313
Karena nilainya negatif (-), diusahakan agar nilainya positif (+) dengan cara menambahkan jumlah nilai VO1 dengan kelipatan 360. Disini nilai kelipatan yang digunakan adalah 107 x 360 = 38520.
Jadi nilai VO2 = -38409,313 + 38520 = 110,687
VN2 = -3s + 2h + p
Jadi VN2 = (-3 x 19638, 633) + (2 x 597,953) + 5008,898 = -52711,094
Karena nilainya negatif (-), diusahakan agar nilainya positif (+) dengan cara menambahkan jumlah nilai VN2 dengan kelipatan 360. Disini nilai kelipatan yang digunakan adalah 147 x 360 = 52920.
Jadi nilai VN2 = -52711,094 + 52920 = 208,906
VK2 = 2h
Jadi VK2 = 2 x 597,953 = 1195,907
Karena nilainya terlalu besar, diusahakan agar nilainya menjadi lebih kecil dengan cara mengurangi jumlah nilai VK2 dengan kelipatan 360. Disini nilai kelipatan yang digunakan adalah 3 x 360 = 1080.
Jadi nilai VK2 = 1195,907 – 1080 = 115,907
VP1 = -h + 270
Jadi VP1 = -597,953 + 270 = -327,953
Karena nilainya negatif (-), diusahakan agar nilainya positif (+) dengan cara menambahkan jumlah nilai VP1 dengan kelipatan 360. Disini nilai kelipatan yang digunakan adalah 1 x 360 = 360.
Jadi nilai VN2 = -327,953 + 360 = 32,047
VM4 = 2(VM2)
Jadi VM4 = 2 x -38081,360 = -76162,720
Karena nilainya negatif (-), diusahakan agar nilainya positif (+) dengan cara menambahkan jumlah nilai VM4 dengan kelipatan 360. Disini nilai kelipatan yang digunakan adalah 212 x 360 = 76320
Jadi nilai VN2 = -76162,720 + 76320 = 157,280
VMS4 = VM2 = 78,640
VS2 = 0 (tetap)
Baris 8 pada skema VII untuk u diperoleh dari persamaan berikut ini :
Nilai u :
uM2 = -2,14 sin N
Jadi uM2 = -2,14 x sin -34,257 = 0,633
uK2 = -17,74 sin N + 0,68 sin 2N – 0,04 sin 3N
Jadi uK2 = -17,74 x sin -34,257 + (0,68 x sin (2 x -34,257)) – (0,04 x sin (3 x -34,257)) = 5,665
uK1 = -8,86 sin N + 0,68 sin 2N – 0,07 sin 3N
Jadi uK1 = -8,86 x sin -34,257 + (0,68 x sin (2 x -34,257)) – (0,07 x sin (3 x -34,257)) = 3,061
uO1 = 10,80 sin N – 1,34 sin 2N + 0,19 sin 3N
Jadi uO1 = 10,80 x sin -34,257 – (1,34 x sin (2 x -34,257)) + (0,19 x sin (3 x -34,257)) = -4,102
uS2 = 0 (tetap)
uP1 = 0 (tetap)
uM4 = 2(uM2)
Jadi uM4 = 2 x 0,633 = 1,266
uMS4 = uM2 = 0,633
uN2 = uM2 = 0,633
Baris 9 pada skema VII untuk w dapat dilihat pada skema VIII, karena pengisiannya merupakan hasil dari perhitungan pada skema VIII.
Baris 10 pada skema VII untuk p didapat dari nilai konstanta pengali pada tabel 3 yang telah ditetapkan nilainya.
Baris 11 pada skema VII untuk r ditentukan dari perhitungan tangen r = PR sin r / PR cos r. Berikut dibawah ini cara perhitungan untuk menentukan nilai tangen r pada skema VII :
tangen r (S0) pada skema VII = tidak ada
tangen r (M2) pada skema VII yaitu tangen r = PR sin r pada skema VII dibagi dengan PR cos r pada skema VII, jadi tangen r = 28982,88 / 9871,81 = 2,126. Setelah itu nilai hasil pembagian tersebut dicari pendekatan tangen r-nya untuk menentukan nilai r pada tabel 4 yang telah ditetapkan. Penentuan nilai r pada tabel 4 dilihat dari masing-masing tanda positif (+) atau negatif (-) yang terdapat pada nilai PR cos r dan PR sin r pada skema VII tersebut. Dari hasil perhitungan r untuk M2 ini didapat nilai r = 65.
tangen r (S2) pada skema VII yaitu tangen r = PR sin r pada skema VII dibagi dengan PR cos r pada skema VII, jadi tangen r = -13387,87 / -4840.89 = 0.3616. Setelah itu nilai hasil pembagian tersebut dicari pendekatan tangen r-nya untuk menentukan nilai r pada tabel 4 yang telah ditetapkan. Penentuan nilai r pada tabel 4 dilihat dari masing-masing tanda positif (+) atau negatif (-) yang terdapat pada nilai PR cos r dan PR sin r pada skema VII tersebut. Dari hasil perhitungan r untuk S2 ini didapat nilai r = 200.
tangen r (N2) pada skema VII yaitu tangen r = PR sin r pada skema VII dibagi dengan PR cos r pada skema VII, jadi tangen r = -258,97 / -2030,24 = 7,8397. Setelah itu nilai hasil pembagian tersebut dicari pendekatan tangen r-nya untuk menentukan nilai r pada tabel 4 yang telah ditetapkan. Penentuan nilai r pada tabel 4 dilihat dari masing-masing tanda positif (+) atau negatif (-) yang terdapat pada nilai PR cos r dan PR sin r pada skema VII tersebut. Dari hasil perhitungan r untuk N2 ini didapat nilai r = 262,5.
tangen r (K1) pada skema VII yaitu tangen r = PR sin r pada skema VII dibagi dengan PR cos r pada skema VII, jadi tangen r = -3970,44 / 9967,02 = -2,5103. Setelah itu nilai hasil pembagian tersebut dicari pendekatan tangen r-nya untuk menentukan nilai r pada tabel 4 yang telah ditetapkan. Penentuan nilai r pada tabel 4 dilihat dari masing-masing tanda positif (+) atau negatif (-) yang terdapat pada nilai PR cos r dan PR sin r pada skema VII tersebut. Dari hasil perhitungan r untuk K1 ini didapat nilai r = 111,5.
tangen r (O1) pada skema VII yaitu tangen r = PR sin r pada skema VII dibagi dengan PR cos r pada skema VII, jadi tangen r = -5360,64 / -6206,22 = -1,1577. Setelah itu nilai hasil pembagian tersebut dicari pendekatan tangen r-nya untuk menentukan nilai r pada tabel 4 yang telah ditetapkan. Penentuan nilai r pada tabel 4 dilihat dari masing-masing tanda positif (+) atau negatif (-) yang terdapat pada nilai PR cos r dan PR sin r pada skema VII tersebut. Dari hasil perhitungan r untuk O1 ini didapat nilai r = 311.
tangen r (M4) pada skema VII yaitu tangen r = PR sin r pada skema VII dibagi dengan PR cos r pada skema VII, jadi tangen r = -176 / 12,31 = -0.0699. Setelah itu nilai hasil pembagian tersebut dicari pendekatan tangen r-nya untuk menentukan nilai r pada tabel 4 yang telah ditetapkan. Penentuan nilai r pada tabel 4 dilihat dari masing-masing tanda positif (+) atau negatif (-) yang terdapat pada nilai PR cos r dan PR sin r pada skema VII tersebut. Dari hasil perhitungan r untuk M4 ini didapat nilai r = 176.
tangen r (MS4) pada skema VII yaitu tangen r = PR sin r pada skema VII dibagi dengan PR cos r pada skema VII, jadi tangen r = 4,06 / -527,25 = -129,7036. Setelah itu nilai hasil pembagian tersebut dicari pendekatan tangen r-nya untuk menentukan nilai r pada tabel 4 yang telah ditetapkan. Penentuan nilai r pada tabel 4 dilihat dari masing-masing tanda positif (+) atau negatif (-) yang terdapat pada nilai PR cos r dan PR sin r pada skema VII tersebut. Dari hasil perhitungan r untuk MS4 ini didapat nilai r = 270.
Baris 12 pada skema VII untuk jumlah g ditentukan dari perhitungan g = V + u + w + p + r. Berikut cara perhitungannya setelah dilakukannya perhitungan w pada skema VIII.
Jumlah g (M2) = 78,6 + 0,6 + 0 + 333 + 65 = 477,3
Jumlah g (S2) = 0 + 0 + 12,5 + 345 + 200 = 557,5
Jumlah g (N2) = 208,9 + 0,6 + 0,4 + 327 + 262,5 = 799,5
Jumlah g (K1) = 328 + 3,1 + 15,7 + 173 + 111,5 = 631,3
Jumlah g (O1) = 110,7 + (-4,1) + 0 + 160 + 311 = 577,6
Jumlah g (M4) = 157,3 + 1,3 + 0 + 307 + 176 = 641,5
Jumlah g (MS4) = 78,6 + 0,6 + 12,5 + 318 + 270 = 679,8
Baris 13 pada skema VII untuk (n x 360) ditentukan dari kelipatan 360, hal ini dimaksudkan untuk mengurangi nilai pada jumlah g yang nilainya lebih dari angka 360 dan menambah nilai pada jumlah g yang nilainya negatif, namun tetap tidak lebih dari angka 360.
Baris 14 pada skema VII untuk g ditentukan dari hasil pengurangan dari jumlah g dan (n x 360) pada skema VII.
g (M2) = 477,3 – (1 x 360) = 117,3
g (S2) = 557,5 – (1 x 360) = 197,5
g (N2) = 799,5 – (2 x 360) = 79,5
g (K1) = 631,3 – (1 x 360) = 271,3
g (O1) = 577,6 – (1 x 360) = 217,6
g (M4) = 641,5 – (1 x 360) = 281,5
g (MS4) = 679,8 – (1 x 360) = 319,8
Baris 15 pada skema VII untuk A = PR / (P x f x (1+ W)) yaitu hasil dari perhitungan dari PR / (P x f x (1 + W)). Berikut cara perhitungannya setelah dilakukannya perhitungan (1 + W) pada skema VIII.
A (S0) = 163153 / 696 = 234,42
A (M2) = 23189,1 / (599 x 1 x 1) = 40
A (S2) = 14236,2 / (448 x 1 x 1) = 33,3
A (N2) = 2046,7 / (566 x 1 x 0,8) = 4,3
A (K1) = 10728,7 / (439 x 0,9 x 1,2 ) = 22,5
A (O1) = 8021,1 / (565 x 0,8 x 1) = 17,4
A (M4) = 176,4 / (507 x 1,1 x 1) = 0,3
A (MS4) = 572,2 / (535 x 1 x 1) = 1
Penyusun Skema VIII
Untuk mengisi kolom dan baris pada skema VIII yaitu merupakan perhitungan dari nilai V dan nilai u pada skema VII dibantu dengan konstanta pengali pada tabel 5 dan data hasil perhitungan f, V, u dan r. Dibawah ini konstanta pengali pada tabel 5 tersebut :
Tabel 3.6 Konstanta Pengali untuk Menyusun Skema VIII (Tabel 5)
KONSTANTA PENGALI UNTUK SKEMA VII (TABEL 5)
S2, MS4, 2MS6
K1, MK3
N2, MN4, 2MN6
Angle
w/f
W/f
wf
Wf
w
1+W
Angle
o
o
o
0
0.7
-0.214
0.0
0.331
0.0
1.184
0
10
-6.6
-0.192
-2.5
0.327
1.6
1.182
10
20
-12.3
-0.131
-4.9
0.316
3.1
1.174
20
30
-15.5
-0.046
-7.3
0.297
4.6
1.163
30
40
-16.5
0.047
-9.6
0.271
5.9
1.147
40
50
-15.6
0.134
-11.8
0.239
7.2
1.127
50
60
-13.4
0.207
-13.8
0.201
8.3
1.104
60
70
-10.3
0.258
-15.6
0.157
9.2
1.077
70
80
-6.6
0.284
-17.1
0.107
9.9
1.048
80
90
-2.6
0.284
-18.3
0.053
10.4
1.017
90
100
1.6
0.256
-19.1
-0.003
10.6
0.984
100
110
5.6
0.204
-19.3
-0.060
10.4
0.953
110
120
9.2
0.131
-19.0
-0.118
10.0
0.922
120
130
12.0
0.041
-17.8
-0.173
9.1
0.893
130
140
13.7
-0.058
-15.9
-0.224
7.8
0.807
140
150
13.6
-0.157
-13.1
-0.268
6.2
0.846
150
160
11.2
-0.245
-9.3
-0.302
4.3
0.830
160
170
6.0
-0.307
-4.9
-0.323
2.2
0.819
170
180
-0.9
-0.330
0.0
-0.331
0.0
0.816
180
190
-7.8
-0.308
4.9
-0.323
-0.2
0.819
190
200
-12.6
-0.247
9.3
-0.302
-4.3
0.830
200
210
-14.9
-0.163
13.1
-0.268
-6.2
0.846
210
220
-14.8
-0.067
15.9
-0.224
-7.8
0.867
220
230
-13.0
0.029
17.8
-0.173
-9.1
0.893
230
240
-9.8
0.115
19.0
-0.118
-10.0
0.922
240
250
-6.0
0.186
19.3
-0.060
-10.4
0.953
250
260
-1.8
0.236
19.1
-0.003
-10.6
0.984
260
270
2.6
0.263
18.3
0.053
-10.4
1.017
270
280
6.9
0.265
17.1
0.107
-9.9
1.048
280
290
10.8
0.241
15.6
0.157
-9.2
1.077
290
300
14.1
0.192
13.8
0.201
-8.3
1.104
300
310
16.5
0.124
11.8
0.239
-7.2
1.127
310
320
17.5
0.039
9.6
0.271
-5.9
1.147
320
330
16.8
-0.051
7.3
0.297
-4.6
1.163
330
340
13.7
-0.133
4.9
0.316
-3.1
1.174
340
350
8.0
-0.193
2.5
0.327
-0.6
1.182
350
360
0.7
-0.214
0.0
0.331
0.0
1.184
360
Angle is (V+u)
for K1
Angle is (2V+u)
for K1
Angle is (3V for M2)
minus (2V for N2)
f is f (K2)
f is f (K1)
(2V for N2)
Untuk data hasil perhitungan f, V, u dan r bisa didapat dari cara perhitungan pada tahap penyusun skema VII. Dalam pelaksanaan perhitungannya, skema VIII dibagi menjadi 3 (tiga) kelompok perhitungan, yaitu :
Menghitung (1 + W) dan w untuk S2 dan MS4 pada baris 6 dan 9 di skema VII.
Menghitung (1 + W) dan w untuk K1 pada baris 6 dan 9 di skema VII.
Menghitung w dan (1 + W) untuk N2 pada baris 6 dan 9 di skema VII.
Berikut cara perhitungan penyusun skema VIII :
Menghitung (1 + W) dan w untuk S2 dan MS4 pada baris 6 dan 9 di skema VII :
Baris 1 adalah harga V (K1) pada skema VII.
Jadi V (K1) = 328
Baris 2 adalah harga u (K1) pada skema VII.
Jadi u (K1) = 3,1
Baris 3 adalah nilai penjumlahan atara harga V dan harga u.
Jadi V + u = 328 + 3,1 = 331,1
Baris 4 adalah nilai w/f (S2) diperoleh dengan cara interpolasi menggunakan konstanta pada tabel 5. Berikut cara perhitungannya:
w/f (S2) = (konstanta W/f di sudut 330 pada konstanta pengali tabel 5) ditambah ((jumlah V + u) dikurang (sudut 330 pada konstanta pengali tabel 5)) dibagi (10) dikali ((konstanta W/f di sudut 340 pada konstanta pengali tabel 5) dikurang (konstanta W/f di sudut 330 pada konstanta pengali tabel 5)).
Jadi W/f (S2) = -0.051 + (331,014 – 330) / 10 x (-0.133 – (-0.051)) = -0,059
Baris 5 adalah nilai W/f (S2) diperoleh dengan cara interpolasi menggunakan konstanta pada tabel 5. Berikut cara perhitungannya:
W/f (S2) = (konstanta W/f di sudut 330 pada konstanta pengali tabel 5) ditambah ((jumlah V + u) dikurang (sudut 330 pada konstanta pengali tabel 5)) dibagi (10) dikali ((konstanta W/f di sudut 340 pada konstanta pengali tabel 5) dikurang (konstanta W/f di sudut 330 pada konstanta pengali tabel 5)).
Jadi W/f (S2) = -0.051 + (331,014 – 330) / 10 x (-0.133 – (-0.051)) = -0,059
Baris 6 adalah harga f (K2) yang telah dihitung.
Jadi f (K2) = 0,8
Baris 7 adalah harga w untuk skema VII pada baris 9 (S2). Berikut cara perhitungannya :
w (S2) dan w (MS4) = (nilai w/f yang telah dihitung) dikali (nilai f (K2))
Jadi w (S2) dan w (MS4) = 16,485 x 0.8 = 12.5
Baris 8 adalah harga W. Berikut cara perhitungannya :
W = (nilai W/f yang telah dihitung) dikali (nilai f untuk K2)
Jadi W = -0,059 x 0.8 = 0,0
Baris 9 adalah harga (1 + W) untuk skema VII pada baris 9 (S2). Berikut cara perhitungannya :
(1 + W) (S2) = 1 + (harga W pada baris 8)
Jadi (1 + W) (S2) = 1 + 0,0 = 1
Menghitung (1 + W) dan w untuk K1 pada baris 6 dan 9 di skema VII :
Baris 1 adalah harga 2V (K1) pada skema VII.
Jadi 2V (K1) = 2 x 328,0 = 655,9
Baris 2 adalah harga u (K1) pada skema VII.
Jadi u (K1) = 3,1
Baris 3 adalah nilai penjumlahan atara harga 2V dan harga u.
Jadi 2V + u = 655,9 + 3,1 = 659
Karena nilainya terlalu besar, diusahakan agar nilainya menjadi lebih kecil dengan cara mengurangi jumlah nilai 2V + u tersebut dengan kelipatan 360. Disini nilai kelipatan yang digunakan adalah 1 x 360 = 360. Jadi nilai 2V + u = 659 – 360 = 299
Baris 4 adalah nilai w/f (K1) diperoleh dengan cara interpolasi menggunakan konstanta pada tabel 5. Berikut cara perhitungannya:
w/f (K1) = (konstanta w/f di sudut 290 pada konstanta pengali tabel 5) ditambah ((jumlah 2V + u) dikurang (sudut 290 pada konstanta pengali tabel 5)) dibagi (10) dikali ((konstanta w/f di sudut 300 pada konstanta pengali tabel 5) dikurang (konstanta w/f di sudut 290 pada konstanta pengali tabel 5)).
Jadi w/f (K1) = 15,6 + (299,0 – 290) / 10 x (13,8 – 15,6) = 13,985.
Baris 5 adalah nilai W/f (K1) diperoleh dengan cara interpolasi menggunakan konstana pada tabel 5. Berikut cara perhitungannya :
W/f (K1) = (konstanta W/f di sudut 290 pada konstanta pengali tabel 5) ditambah ((jumlah 2V + u) dikurang (sudut 290 pada konstanta pengali tabel 5)) dibagi (10) dikali ((konstanta W/f di sudut 300 pada konstanta pengali tabel 5) dikurang (konstanta W/f di sudut 290 pada konstanta pengali tabel 5)).
Jadi W/f (K1) = 0.157 + (299,0 – 290) / 10 x (0.201 – 0,157) = 0,196.
Baris 6 adalah harga f (K1) yang telah dihitung pada skema VII.
Jadi f (K1) = 0,9
Baris 7 adalah harga w untuk skema VII pada baris 9 (K1). Berikut cara perhitungannya :
w (K1) = (nilai w/f yang telah dihitung) dikali (nilai f (K1))
Jadi w (K1) = 13,985 x 0.9 = 15,7
Baris 8 adalah harga W. Berikut cara perhitungannya :
W = (nilai W/f yang telah dihitung) dikali (nilai f untuk K1)
Jadi W = 0,196 x 0.9 = 0,2
Baris 9 adalah harga (1 + W) untuk skema VII pada baris 9 (K1). Berikut cara perhitungannya :
(1 + W) (K1) = 1 + (harga W pada baris 8)
Jadi (1 + W) (K1) = 1 + 0,2 = 1,2
Menghitung w dan (1 + W) untuk N2 pada baris 6 dan 9 di skema VII.
Baris 1 adalah harga 3V (M2) pada skema VII.
Jadi 3V (M2) = 3 x 78,6 = 235,9
Baris 2 adalah harga 2V (N2) pada skema VII.
Jadi 2V (N2) = 2 x 208,9 = 417,8
Baris 3 adalah selisih antara 3V dan 2V.
Jadi 3V – 2V = 235,9 – 417,8 = -181,9
Karena nilainya negatif (-), diusahakan agar nilainya positif (+) dengan cara menambahkan jumlah nilai 3V – 2V dengan kelipatan 360. Disini nilai kelipatan yang digunakan adalah 1 x 360 = 360.
Jadi 3V – 2V = -181,9 + 360 = 178,1
Baris 4 adalah nilai w (N2) diperoleh dari cara interpolasi menggunakan konstanta pada tabel 5. Berikut cara perhitungannya:
w (N2) = (konstanta w di sudut 170 pada konstanta pengali tabel 5) ditambah ((selisih 3V – 2V) dikurang (sudut 170 pada konstanta pengali tabel 5) dibagi (10) dikali ((konstanta w di sudut 180 pada konstanta pengali tabel 5) dikurang (konstanta w di sudut 170 pada konstanta pengali tabel 5)).
Jadi w (N2) = 2,2 + (178,1 – 170) / 10 x (0 – 2,2) = 0,415
Baris 5 adalah nilai (1+ W) (N2) diperoleh dari cara interpolasi menggunakan konstanta pada tabel 5. Berikut cara perhitungannya:
(1 + W) (N2) = (konstanta (1 + W) di sudut 170 pada konstanta pengali tabel 5) ditambah ((selisih 3V – 2V) dikurang (sudut 170 pada konstanta pengali tabel 5) dibagi (10) dikali ((konstanta (1 + W) di sudut 180 pada konstanta pengali tabel 5) dikurang (konstanta (1 + W) di sudut 170 pada konstanta pengali tabel 5)).
Jadi (1 + W) (N2) = 0,819 + (178,1 – 170) / 10 x (0,816 – 0,819) = 0,816
Penyusun Hasil Akhir
Pada tahap ini berisikan hasil akhir dari perhitungan metode Admiralty yaitu berupa nilai konstanta harmonik utama pasang surut, namun sebelum itu penulis harus menghitung terlebih dahulu nilai untuk K2 dan P1 yang terdapat pada tabel hasil terakhir. Berikut cara perhitungannya nya dibawah ini :
Untuk A (K2) yaitu nilai A (S2) dikali 0,27
Jadi A (K2) = 33,3 x 0,27 = 8,98
Untuk g (K2) yaitu nilai g (S2)
Jadi g (K2) = 197,50
Untuk A (P1) = yaitu nilai A (K1) dikali 0,33
Jadi A (P1) = 22,5 x 0,33 = 7,43
Untuk g (P1) yaitu nilai g (K1)
Jadi g (P1) = 271,26
Penentuan Jenis Pasang Surut
Pada tahap ini akan ditentukan jenis pasang surut pada lokasi studi kasus berdasarkan hasil perhitungan konstanta harmonik metode Admiralty. Penentuan pasang surut tersebut didasarkan pada tabel yang telah ditetapkan dibawah ini :
Tabel 3.7 Analisa Jenis Pasang Surut
0 < 0,25
= Harian Ganda Beraturan (Semi Diurnal)
0,25 < 1,50
= Campuran Condong ke Harian Ganda (Mixed Semi – Diurnal)
1,50 < 3,00
= Campuran Condong ke Harian Tunggal (Mixed – Diurnal)
3,00 < ~
= Harian Tunggal Beraturan (Diurnal)
Berikut analisa penentuan jenis pasang surut dapat dihitung dengan rumus bilangan Formzahl dibawah ini :
F = (AK1 + AO1) / (AM2 + AS2) =
Jadi, F = (23 + 17) / (40 + 33) = 0,544
Berdasarkan dari perhitungan analisa jenis pasang surut diatas, maka didapatkan hasil jenis pasang surut untuk daerah Dermaga Belangbelang – Mamuju Sulawesi Barat adalah Campuran Condong ke Harian Ganda (Mixed Semi – Diurnal).
Penentuan Sketsa Kedudukan Benchmark (BM) Pasang Surut
Pada tahap ini akan ditentukan sketsa kedudukan BM pasang surut terhadap muka air pada lokasi studi kasus berdasarkan hasil perhitungan konstanta harmonik metode Admiralty. Penentuan sketsa kedudukan BM tersebut didasarkan pada hasil perhitungan komponen-komponen dibawah ini :
MSL (mean sea level) atau DT (duduk tengah)
MSL = AS0 = 234
LLWL (lower low water level)
LLWL = AS0 – (AM2 + AS2 + AN2 + AK1 + AO1 + AM4 + AMS4 + AK2 + AP1) =
Jadi LLWL = 234 – (40 + 33 + 4 + 23 + 17 + 0 + 1 + 9 + 7) = 99
HHWL (high higher water level)
HHWL = AS0 + AM2 + AS2 + AN2 + AK1 + AO1 + AM4 + AMS4 + Jadi HHWL = 234 + 40 + 33 + 4 + 23 + 17 + 0 + 1 + 9 + 7 = 370
Z0 (muka surutan)
Z0 = HHWL – LLWL
Jadi Z0 = 370 – 99 = 135
3.2.11 Penentuan Grafik Pasang Surut
Pada tahap ini akan ditentukan bentuk grafik pasang surut air laut pada lokasi studi kasus di Dermaga Belangbelang - Mamuju Sulawesi Barat. Penentuan grafik pasang surut air laut ini dibentuk dengan menggunakan data asli dari pengamatan pasang surut air luat per setiap jamnya selama 29 piantan menggunakan sistem grafik pada software Microsoft Excel. Adapaun data yang digunakan, yaitu :
Data pasang surut air laut selama 29 piantan.
Data S0 atau MSL (mean sea level) hasil perhitungan metode Admiralty.
Data tanggal pengamatan.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dalam BAB ini akan diterangkan mengenai hasil dari suatu pekerjaan Perhitungan data pasang surut metode Admiralty yang dilakukan selama pelaksanaan Kerja Praktek. Maksud dari pembahasan ini merupakan evaluasi dari hasil pekerjaan. Sedangkan tujuannya adalah untuk menentukan konstanta harmonik pasang surut air laut diwilayah Dermaga Belangbelang – Mamuju Sulawesi Barat. Yang posisinya terletak pada koordinat 02˚ 40' 30.0" S ; 118˚ 52' 03.7" T, dan waktu pengamatannya berdasarkan waktu standar GMT+8 (Greenwich Mean Time) atau dalam waktu lokal WITA (waktu Indonesia bagian tengah), serta tanggal pengamatannya dimulai dari tanggal 4 November 2014 sampai dengan tanggal 2 Desember 2014.
4.1 Hasil Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan oleh Dinas Hidro-Oseanografi (DISHIDROS) TNI AL, seluruh data pasang surut ini merupakan hasil dari pengamatan palem atau rambu pasang surut di lokasi studi kasus yang sudah dilakukan instalasi sebelumnya, Data-data tersebut telah tersedia sehingga dalam pekerjaan perhitungan menggunakan metode Admiralty ini penulis tidak melakukan pengambilan data langsung di lapangan. Berikut data hasil pengamatan tersebut :
Tabel 4.1 Data Pengamatan Pasang Surut 29 Piantan
WAKTU
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
TANGGAL
11/4/2014
210
230
251
268
276
272
252
227
203
182
175
185
204
237
270
286
292
284
265
240
216
199
194
199
11/5/2014
211
231
252
268
278
271
253
228
204
183
176
187
205
237
271
297
312
312
292
261
226
198
179
176
11/6/2014
175
205
232
259
275
280
263
236
206
178
165
168
187
221
262
299
323
331
319
286
247
208
180
168
11/7/2014
169
183
209
240
266
280
276
254
220
191
165
158
172
200
240
282
320
335
331
318
286
246
208
180
11/8/2014
167
169
183
209
240
264
280
276
252
220
174
154
153
173
207
249
292
328
344
341
311
269
225
187
11/9/2014
164
161
173
198
227
256
273
270
249
218
185
158
149
152
190
234
275
314
340
347
328
290
246
203
11/10/2014
174
162
170
187
213
242
264
270
259
231
197
169
154
157
182
214
256
296
324
342
335
307
267
225
11/11/2014
192
172
173
188
206
232
252
263
261
243
215
187
165
158
170
202
236
277
304
326
331
309
278
241
11/12/2014
208
188
183
190
206
228
245
255
258
245
223
198
176
169
175
195
227
257
285
306
319
307
283
253
11/13/2014
222
202
197
201
207
225
238
248
253
248
230
210
192
181
186
196
219
247
271
294
302
300
285
265
11/14/2014
241
221
210
206
215
223
235
244
246
243
235
220
210
200
200
207
221
239
257
271
282
284
278
266
11/15/2014
250
234
222
214
213
220
227
232
237
237
232
227
222
217
214
217
223
232
240
249
260
265
266
258
11/16/2014
252
240
231
224
218
217
220
224
225
227
230
234
236
238
239
239
236
234
235
238
242
245
249
250
11/17/2014
251
248
245
241
234
227
219
215
214
216
219
224
231
242
248
252
251
248
242
234
229
225
226
231
11/18/2014
237
244
249
250
243
235
223
212
204
202
206
210
223
242
257
268
270
264
251
235
220
212
206
208
11/19/2014
220
231
245
253
254
246
231
209
198
190
191
201
220
241
264
280
288
286
269
245
219
200
191
192
11/20/2014
200
217
237
253
260
259
245
221
200
184
179
186
206
234
265
292
306
306
289
263
233
203
182
175
11/21/2014
169
183
207
234
258
274
264
244
215
193
177
172
190
219
256
293
318
326
313
287
252
215
188
170
11/22/2014
169
183
207
234
257
271
264
244
215
193
177
172
181
205
244
285
318
336
336
318
280
236
200
174
11/23/2014
166
171
190
217
245
265
270
256
232
203
182
170
173
192
225
268
310
337
349
330
299
259
217
187
11/24/2014
164
159
177
202
230
254
266
259
238
210
185
168
164
176
205
245
290
324
347
341
318
278
240
203
11/25/2014
179
166
171
190
215
242
258
260
246
222
196
174
164
168
190
224
265
307
334
343
331
302
266
230
11/26/2014
194
178
174
185
208
231
255
263
254
235
212
188
172
167
181
206
243
285
315
335
329
306
273
242
11/27/2014
211
190
179
184
198
217
240
254
252
237
215
196
181
174
180
194
221
255
289
312
321
313
288
258
11/28/2014
230
207
189
185
193
214
229
246
249
245
232
212
198
192
190
197
213
240
266
289
303
301
289
269
11/29/2014
247
224
206
198
198
209
222
236
244
247
242
232
221
212
206
209
213
226
246
265
283
288
285
270
11/30/2014
254
236
222
207
200
204
212
221
231
237
242
243
237
230
225
221
222
225
231
245
254
263
267
264
12/1/2014
253
244
233
222
212
208
206
210
218
225
234
241
249
253
252
247
241
234
230
230
231
237
245
249
12/2/2014
250
248
241
232
222
212
206
201
204
210
220
234
248
260
272
278
276
267
249
234
221
218
218
226
4.2 Hasil Pengolahan Data Metode Admiralty
Proses pengolahan data pasang surut ini menggunakan tabel metode Admiralty dilakukan dengan perhitungan secara manual dan menggunakan program Microsoft Excel 2013 sebagai pembantu perhitungan pormula dan tampilan tabelnya. Proses pengolahan data pasang surut ini melibatkan jumlah data selama 30 hari pengamatan atau biasa disebut 29 piantan dan konstanta pengali yang telah ditetapkan, selanjutnya data dan konstanta pengali tersebut akan di analisa dengan perhitungan metode Admiralty sehinggal menjadi konstanta harmonik pasang surut air laut pada lokasi studi kasus yang telah dilaksanakan.
Pelaksanaan perhitungan ini membutuhkan tabel Admiralty dengan spesifikasi dimensi yang cukup besar, karena dalam pelaksanaan perhitungannya memakan kolom pada tabel metode Admiralty yang relatif sangat banyak, waktu pelaksanaan perhitungannyapun akan relatif lama karena penulis harus memperhatikan nilai konstanta pengali yang telah ditetapkan tersebut. Hal ini juga bergantung pada perangkat komputer berspesifikasi yang mendukung perhitungan.
Dibawah ini merupakan data hasil yang didapat dari komponen pada setiap skema dalam perhitungan metode Admiralty yang telah dilakukan dengan tampilan tabel Microsoft Excel :
4.2.1 Hasil Penyusun Skema I
Penyusun skema I yaitu menunjukkan nilai kedudukan air tertinggi dan nilai bacaan air terendah, dan disusun berdasarkan tanggal pengamatan dan waktu standar GMT+8 (Greenwich Mean Time) atau dalam waktu lokal WITA (waktu Indonesia bagian tengah).
Tabel 4.2 Penyusun Skema I
WAKTU
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
TANGGAL
11/4/2014
210
230
251
268
276
272
252
227
203
182
175
185
204
237
270
286
292
284
265
240
216
199
194
199
11/5/2014
211
231
252
268
278
271
253
228
204
183
176
187
205
237
271
297
312
312
292
261
226
198
179
176
11/6/2014
175
205
232
259
275
280
263
236
206
178
165
168
187
221
262
299
323
331
319
286
247
208
180
168
11/7/2014
169
183
209
240
266
280
276
254
220
191
165
158
172
200
240
282
320
335
331
318
286
246
208
180
11/8/2014
167
169
183
209
240
264
280
276
252
220
174
154
153
173
207
249
292
328
344
341
311
269
225
187
11/9/2014
164
161
173
198
227
256
273
270
249
218
185
158
149
152
190
234
275
314
340
347
328
290
246
203
11/10/2014
174
162
170
187
213
242
264
270
259
231
197
169
154
157
182
214
256
296
324
342
335
307
267
225
11/11/2014
192
172
173
188
206
232
252
263
261
243
215
187
165
158
170
202
236
277
304
326
331
309
278
241
11/12/2014
208
188
183
190
206
228
245
255
258
245
223
198
176
169
175
195
227
257
285
306
319
307
283
253
11/13/2014
222
202
197
201
207
225
238
248
253
248
230
210
192
181
186
196
219
247
271
294
302
300
285
265
11/14/2014
241
221
210
206
215
223
235
244
246
243
235
220
210
200
200
207
221
239
257
271
282
284
278
266
11/15/2014
250
234
222
214
213
220
227
232
237
237
232
227
222
217
214
217
223
232
240
249
260
265
266
258
11/16/2014
252
240
231
224
218
217
220
224
225
227
230
234
236
238
239
239
236
234
235
238
242
245
249
250
11/17/2014
251
248
245
241
234
227
219
215
214
216
219
224
231
242
248
252
251
248
242
234
229
225
226
231
11/18/2014
237
244
249
250
243
235
223
212
204
202
206
210
223
242
257
268
270
264
251
235
220
212
206
208
11/19/2014
220
231
245
253
254
246
231
209
198
190
191
201
220
241
264
280
288
286
269
245
219
200
191
192
11/20/2014
200
217
237
253
260
259
245
221
200
184
179
186
206
234
265
292
306
306
289
263
233
203
182
175
11/21/2014
169
183
207
234
258
274
264
244
215
193
177
172
190
219
256
293
318
326
313
287
252
215
188
170
11/22/2014
169
183
207
234
257
271
264
244
215
193
177
172
181
205
244
285
318
336
336
318
280
236
200
174
11/23/2014
166
171
190
217
245
265
270
256
232
203
182
170
173
192
225
268
310
337
349
330
299
259
217
187
11/24/2014
164
159
177
202
230
254
266
259
238
210
185
168
164
176
205
245
290
324
347
341
318
278
240
203
11/25/2014
179
166
171
190
215
242
258
260
246
222
196
174
164
168
190
224
265
307
334
343
331
302
266
230
11/26/2014
194
178
174
185
208
231
255
263
254
235
212
188
172
167
181
206
243
285
315
335
329
306
273
242
11/27/2014
211
190
179
184
198
217
240
254
252
237
215
196
181
174
180
194
221
255
289
312
321
313
288
258
11/28/2014
230
207
189
185
193
214
229
246
249
245
232
212
198
192
190
197
213
240
266
289
303
301
289
269
11/29/2014
247
224
206
198
198
209
222
236
244
247
242
232
221
212
206
209
213
226
246
265
283
288
285
270
11/30/2014
254
236
222
207
200
204
212
221
231
237
242
243
237
230
225
221
222
225
231
245
254
263
267
264
12/1/2014
253
244
233
222
212
208
206
210
218
225
234
241
249
253
252
247
241
234
230
230
231
237
245
249
12/2/2014
250
248
241
232
222
212
206
201
204
210
220
234
248
260
272
278
276
267
249
234
221
218
218
226
SKEMA I
4.2.2 Hasil Penyusun Skema II
Setelah data pasang surut telah disusun kedalam skema I, barulah penulis dapat menyusun skema II dengan cara perkalian antara data pada skema I dengan nilai konstanta pengali pada tabel 1 yang telah tersedia untuk setiap hari pengamatan. Namun sesuaikan dengan nilai konstanta pengali pada tabel 1 yang telah ditetapkan.
Tabel 4.3 Hasil Perhitungan Skema II
X1
Y1
X2
Y2
X4
Y4
+
-
+
-
+
-
+
-
+
-
+
-
2797
2820
2886
2731
2536
3081
3080
2537
1871
1875
2805
2812
2865
2843
2966
2742
2506
3202
3145
2563
1907
1899
2871
2837
2839
2834
3031
2642
2349
3324
3049
2624
1891
1891
2839
2834
2813
2916
3118
2611
2321
3408
2896
2833
1901
1914
2858
2871
2758
2909
3079
2588
2281
3386
2634
3033
1877
1900
2856
2811
2667
2933
3068
2532
2289
3311
2493
3107
1857
1880
2796
2804
2649
2948
3059
2538
2395
3202
2407
3190
1848
1885
2793
2804
2629
2952
2997
2584
2503
3078
2371
3210
1850
1877
2767
2814
2623
2956
2952
2627
2608
2971
2402
3177
1850
1872
2767
2812
2648
2971
2938
2681
2718
2901
2475
3144
1870
1883
2786
2833
2700
2954
2915
2739
2808
2846
2593
3061
1891
1878
2817
2837
2717
2891
2863
2745
2844
2764
2678
2930
1876
1866
2804
2804
2782
2841
2881
2742
2871
2752
2804
2819
1878
1872
2820
2803
2779
2833
2859
2753
2806
2806
2918
2694
1873
1870
2818
2794
2781
2790
2856
2715
2696
2875
2982
2589
1851
1862
2797
2774
2799
2765
2895
2669
2586
2978
3028
2536
1865
1849
2792
2772
2824
2771
2954
2641
2468
3127
3035
2560
1866
1867
2810
2785
2867
2750
3027
2590
2339
3278
2927
2690
1878
1865
2799
2818
2834
2865
3113
2586
2341
3358
2890
2809
1903
1894
2846
2853
2818
2895
3146
2567
2335
3378
2759
2954
1917
1893
2853
2860
2730
2913
3131
2512
2329
3314
2590
3053
1890
1873
2814
2829
2674
2969
3124
2519
2428
3215
2481
3162
1888
1876
2810
2833
2661
2970
3054
2577
2522
3109
2424
3207
1882
1870
2817
2814
2599
2960
2986
2573
2622
2937
2384
3175
1847
1860
2783
2776
2643
2935
2947
2631
2754
2824
2448
3130
1858
1859
2788
2790
2710
2919
2924
2705
2880
2749
2569
3060
1873
1881
2812
2817
2746
2847
2884
2709
2920
2673
2683
2910
1870
1860
2798
2795
2810
2794
2898
2706
2915
2689
2848
2756
1870
1865
2809
2795
2876
2771
2967
2680
2845
2802
3006
2641
1892
1876
2834
2813
SKEMA II
4.2.3 Hasil Penyusun Skema III
Setelah perhitungan pada skema II terselesaikan, barulah penulis dapat melanjutkan perhitungan untuk mengisi tabel pada skema III, dimana nilai pada skema III ini merupakan penjumlahan dari nilai pada skema II.
Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Skema III
X0
X1
Y1
X2
Y2
X4
Y4
+
2000
2000
2000
2000
2000
2000
5617
1977
2155
1455
2543
1996
1993
5708
2022
2224
1304
2582
2008
2034
5673
2005
2389
1025
2425
2000
2005
5729
1897
2507
913
2063
1987
1987
5667
1849
2491
895
1601
1977
2045
5600
1734
2536
978
1386
1977
1992
5597
1701
2521
1193
1217
1963
1989
5581
1677
2413
1425
1161
1973
1953
5579
1667
2325
1637
1225
1978
1955
5619
1677
2257
1817
1331
1987
1953
5654
1746
2176
1962
1532
2013
1980
5608
1826
2118
2080
1748
2010
2000
5623
1941
2139
2119
1985
2006
2017
5612
1946
2106
2000
2224
2003
2024
5571
1991
2141
1821
2393
1989
2023
5564
2034
2226
1608
2492
2016
2020
5595
2053
2313
1341
2475
1999
2025
5617
2117
2437
1061
2237
2013
1981
5699
1969
2527
983
2081
2009
1993
5713
1923
2579
957
1805
2024
1993
5643
1817
2619
1015
1537
2017
1985
5643
1705
2605
1213
1319
2012
1977
5631
1691
2477
1413
1217
2012
2003
5559
1639
2413
1685
1209
1987
2007
5578
1708
2316
1930
1318
1999
1998
5629
1791
2219
2131
1509
1992
1995
5593
1899
2175
2247
1773
2010
2003
5604
2016
2192
2226
2092
2005
2014
5647
2105
2287
2043
2365
2016
2021
SKEMA III
4.2.4 Hasil Penyusun Skema IV
Setelah perhitungan pada skema III terselesaikan, barulah penulis dapat melanjutkan perhitungan untuk mengisi tabel pada skema VI. Dimana nilai pada skema IV ini merupakan penjumlahan dari skema III dan dibantu dengan konstanta pengali pada tabel 2, nilai konstanta pengali ini ditujukan untuk menentukan posisi perkalian dari nilai positif dan nilai negatif yang harus diisikan pada skema IV tersebut.
Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Skema IV
INDEX
TANDA
X
Y
X
Y
TAMBAHAN
JUMLAH
00
+
163153
163153
10
+
54123
67883
-3877
9883
-
58000
58000
12
+
29620
33628
3117
-2627
-
24503
34255
(29)
(-) (+)
2000
2000
1b
+
21547
26913
-1574
-2456
-
23121
29369
13
+
27879
34969
-365
55
-
26244
32914
(29)
(-) (+)
2000
2000
1c
+
25984
32998
-164
254
-
26148
32744
20
+
44477
52845
-13523
-5155
-
58000
58000
22
+
25374
32906
4271
10967
-
19103
19939
(29)
(-) (+)
2000
2000
2b
+
23247
19163
9974
-4738
-
13273
23901
23
+
23299
27287
121
-271
-
21178
25558
(29)
(-) (+)
2000
2000
2c
+
20036
25790
-2584
1128
-
22620
24662
42
+
30050
30142
122
319
-
27928
27823
(29)
(-) (+)
2000
2000
4b
+
24002
23949
12
-100
-
23990
24049
44
+
29952
29990
-74
15
-
28026
27975
(29)
(-) (+)
2000
2000
4d
+
23993
24050
-6
102
-
23999
23948
SKEMA IV
4.2.5 Hasil Penyusun Skema V dan VI
Setelah perhitungan pada skema IV terselesaikan, barulah penulis dapat melanjutkan perhitungan untuk mengisi tabel pada skema V dan skema VI. Untuk mengisi tabel pada skema V ini dilakukan perhitungan dengan cara pengurangan dari nilai X (jumlah) dan Y (jumlah) pada skema IV dan dibantu dengan konstanta pengali pada tabel 3 yang telah ditetapkan. Begitu pula untuk mengisi tabel pada skema VI dilakukan perhitungan dengan cara penjumlahan dari nilai X (jumlah) dan Y (jumlah) pada skema IV dan dibantu dengan konstanta pengali pada tabel 3 yang telah ditetapkan. Konstanta pengali pada tabel 3 tersebut ditujukan untuk mengalikan hasil dari pengurangan dan penjumlahan pada skema IV, lalu hasil perkalian dengan konstanta pengali pada tabel 3 tersebut dapat diisikan pada skema V dan skema VI.
Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Skema V dan Skema VI
SKEMA V
X00 =
163153
163153
X10 =
-3877
-3877
31.0
X12 - Y1b =
5573
390.1
-111.46
5573
111.46
X13 - Y1c =
-619
X20 =
-13523
405.7
-13523
405.7
X22 - Y2b =
9009
9009
135.1
342.3
18.0
-522.5
-315.3
X23 - Y2c =
-1007
60.42
-1007
X42 - Y4b =
222
6.66
222
X44 - Y4d =
-176
-176
-14.1
SKEMA VI
Y10 =
9883
9883
-790.6
Y12 + X1b =
-4201
-294.1
84.0
-4201
-126.0
Y13 + X1c =
-109
Y20 =
-5155
154.65
-5155
154.7
Y22 + X2b =
20941
20941
314.1
670.1
-1214.6
-732.9
Y23 + X2c =
-2855
171.3
-2855
Y42 + X4b =
331
9.9
3.3
331
Y44 + X4d =
9
9
0.7
S0
M2
S2
N2
K1
O1
M4
MS4
4.2.6 Hasil Penyusun Skema VII
Setelah perhitungan pada skema V dan skema VI terselesaikan, barulah penulis dapat melanjutkan perhitungan untuk mengisi tabel pada skema VII. Untuk mengisi tabel pada skema VII ini dilakukan perhitungan dengan cara penjumlahan dari skema V dan skema VI, dan dibantu dengan konstanta pengali pada tabel 3 dan tabel 4 yang telah ditetapkan, serta data hasil perhitungan f, V, u dan r yang telah dilakukan. Konstanta pada tabel 3 ini berfungsi untuk menentukan nilai konstanta P dan p, sedangkan konstanta pada tabel 4 ini berfungsi sebagai penentuan nilai r.
Tabel 4.7 Data Hasil Perhitungan f, V dan u untuk Menyusun Skema VII
f
V
u
1.04
78.64
0.63
1.00
0.00
0.00
1.04
208.91
0.63
0.76
115.91
5.67
0.89
327.95
3.06
0.82
110.69
-4.10
1.00
32.05
0.00
1.07
157.28
1.27
1.04
78.64
0.63
Tabel 4.8 Data Nilai r untuk Menyusun Skema VII
S0
M2
S2
N2
K1
O1
M4
MS4
V : PR cos r
9871.880
-13387.865
-258.968
-3970.442
5360.638
-176.000
4.065
VI : PR sin r
20982.810
-4840.885
-2030.238
9967.020
-6206.218
12.310
-527.245
tg r
2.126
0.362
7.840
-2.510
-1.158
-0.070
-129.704
r
65.000
200.000
262.500
111.500
311.000
176.000
270.000
r = DIDAPAT DARI TABEL 4
Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Skema VII
SKEMA VII
S0
M2
S2
N2
K1
O1
M4
MS4
V : PR cos r =
9871.9
-13387.9
-259.0
-3970.4
5081.5
-176.0
4.1
VI : PR sin r =
20982.8
-4840.9
-2030.2
9967.0
-6206.2
12.3
-527.2
PR =
163153
23189.1
14236.2
2046.7
10728.7
8021.1
176.4
527.3
Tabel 3 : P =
696
559
448
566
439
565
507
535
Tabel Nilai : f =
1.0
1.0
1.0
0.9
0.8
1.1
1.0
Skema VIII : 1 + W =
1.0
1.0
0.8
1.2
1.0
1.0
1.0
Tabel Nilai : V =
78.6
0.0
208.9
328.0
110.7
157.3
78.6
Tabel Nilai : u =
0.6
0.0
0.6
3.1
-4.1
1.3
0.6
Skema VIII : w =
0.0
12.5
0.4
15.7
0.0
0.0
12.5
Tabel 3 : p =
333
345
327
173
160
307
318
Tabel 4 : r =
65.0
200.0
262.5
111.5
311.0
176.0
270.0
Jumlah = g
477.3
557.5
799.5
631.3
577.6
641.5
679.8
n x 360° =
360
360
720
360
360
360
360
g =
117.3
197.5
79.5
271.3
217.6
281.5
319.8
A = PR/((Px f x(1+W)) =
234.42
40.0
33.3
4.3
22.5
17.4
0.3
1.0
Untuk nilai w dan nilai (1 + W) pada skema VII diatas sebenarnya belum dapat ditentukan, karena pengisiannya merupakan hasil dari perhitungan pada skema VIII, tetapi disini penulis telah menampilkan untuk nilai dari w dan n (1 + W) tersebut karena penulis telah melakukan perhitungan sampai dengan selesai, dan telah melaksanakan perhitungan tersebut pada skema VIII.
4.2.7 Hasil Penyusun Skema VIII
Setelah perhitungan pada skema VII terselesaikan, barulah penulis dapat melanjutkan perhitungan untuk mengisi tabel pada skema VIII. Untuk mengisi tabel pada skema VIII ini dilakukan perhitungan dengan cara penentuan dan perkalian nilai f, V dan u, serta menentukan nilai w/f dan W/f pada konstanta pengali tabel 5 untuk mendapatkan nilai w dan (1 + W).
Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Skema VIII
w dan (1+W) untuk S2 , MS4
VII : K1 : V =
328.0
VII : K1 : u =
3.1
Jumlah : V + u =
331.0
Tabel 5 : S2 : w/f =
16.5
Tabel 5 : S2 : W/f =
-0.1
Nilai : K2 : f =
0.8
w/f * f = w =
12.5
W/f * f = W =
0.0
1 + W =
1.0
W dan (1 + W) untuk K1
VII : K1 : 2V =
655.9
VII : K1 : u =
3.1
Jumlah : 2V + u =
299.0
Tabel 5 : K1 : w/f =
14.0
Tabel 5 : K1 : W/f =
0.2
Nilai : K1 : f =
0.9
w/f : f = w =
15.7
W/f : f = W =
0.2
1 + W =
1.2
w dan (1+W) untuk N2
VII : M2 : 3V =
235.9
VII : N2 : 2V =
417.8
Selisih (M2 - N2) =
178.1
Tabel 5 : N2 : w =
0.4
Tabel 5 : N2 : 1+W =
0.8
SKEMA VIII
4.2.8 Hasil Akhir
Setelah perhitungan pada skema I, skema II, skema III, skema IV, skema V, skema VI, skema VII dan skema VIII terselesaikan, maka hasil akhir dari perhitungan metode Admiralty akan didapatkan yaitu berupa nilai konstanta harmonik utama pasang surut. Namun sebelum itu penulis harus melakukan perhitungan untuk menetukan nilai K2 dan P1 terlebih dahulu yang terdapat pada tabel hasil terakhir.
Tabel 4.11 Data Hasil Perhitungan K2 dan P1
M2 , O1 , M4 =
W = 0 : w = 0
S2 =
f = 1 : V, u = 0
N2 , MS4 =
f, u sama dengan M2
M4 =
f = (f M2) ^ 2
= 1.07
V = (VM2) x 2
= 157,28
u = (u M2) x 2
= 1,27
MS4 =
V = V M2
= 78,64
K2 =
A = A S2 x 0,27
= 8,98
S = g S2
= 197,50
P1 =
A = A K1 x 0,33
= 7,43
g = g K1
= 271,26
Tabel 4.12 Konstanta Harmonik Pasang Surut
HASIL AKHIR
S0
M2
S2
N2
K1
O1
M4
MS4
K2
P1
A Cm
234
40
33
4
23
17
0
1
9
7
g °
117
198
79
271
218
282
320
198
271
4.2.9 Hasil Jenis Pasang Surut
Setelah didapatkan hasil akhir dari perhitungan data pasang surut air laut metode Admiralty ini, maka berdasarkan konstanta harmonik pasang surut tersebut dapat dibuat analisa pasang surut air laut tersebut. Jadi jenis pasang surut untuk daerah Dermaga Belangbelang – Mamuju Sulawesi Barat adalah Campuran Condong ke Harian Ganda (Mixed Semi – Diurnal).
Tabel 4.13 Hasil Analisa Jenis Pasang Surut
-
= Harian Ganda Beraturan (Semi Diurnal)
0.544
= Campuran Condong ke Harian Ganda (Mixed Semi – Diurnal)
-
= Campuran Condong ke Harian Tunggal (Mixed – Diurnal)
-
= Harian Tunggal Beraturan (Diurnal)
4.2.10 Sketsa Kedudukan Benchmark (BM) Pasang Surut
Setelah didapatkan analisa jenis pasang surut air laut metode Admiralty, maka berdasarkan konstanta harmonik pasang surut tersebut dapat ditentukan sketsa kedudukan benchmark (BM) pasang surut air laut pada wilayah Dermaga Belangbelang – Mamuju Sulawesi Barat. Berikut dibawah ini nilai kedudukan Benchmark (BM) dan sketsa kedudukan Benchmark (BM) tersebut :
Tabel 4.14. Hasil perhitungan untuk menentukan kedudukan Benchmark (BM)
F (Formzahl)
0,544
MSL / DT
234 cm
LLWL
99 cm
HHWL
370 cm
Z0
135 cm
Gambar 4.1. Sketsa kedudukan Benchmark (BM) terhadap MSL (mean sea level)
4.2.11 Grafik Pasang Surut
Setelah perhitngan metode Admiralty dilaksanakan sampai dengan selesai dan didapatkan nilai S0 atau MSL (mean sea level), maka dapat dibentuk grafik pasang surut pada lokasi studi kasus di Dermaga Belangbelang – Mamuju Sulawesi Barat. Berikut dibawah ini bentuk grafik pasang surut tersebut :
TINGGI AIR (CM)TINGGI AIR (CM)
TINGGI AIR (CM)
TINGGI AIR (CM)
Gambar 4.2 Grafik pasang surut
4.3 Penyajian Data
Hasil akhir dari perhitungan data pasang surut air laut menggunakan metoda admiralty untuk menentukan konstanta harmonik pasang surut air laut adalah berupa konstanta harmonik pasang surut, analisa jenis pasang surut dan grafik pasang surut pada lokasi studi kasus yang dilaksanakan. Adapun informasi data yang akan ditampilkan yaitu berupa tabel perhitungan metode Admiralty dan keterangannya dapat dilihat pada lampiran 1.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari hasil perhitungan data pasang surut air laut menggunakan metoda Admiralty untuk menentukan konstanta harmonik pasang surut air laut dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
Perhitungan dengan metode Admiralty yaitu hitungan untuk mencari harga amplitudo (A) dan beda fase (g0) dari data pengamatan selama 29 piantan atau selama 30 hari pengamatan dan muka air laut rata rata atau mean sea level (S0) yang sudah terkoreksi. Secara garis besar tahapan perhitungan dengan menggunakan metode Admiralty adalah sebagai berikut :
Kelompok hitungan 1
Pada hitungan kelompok ini ditentukan pertengahan pengamatan, bacaan tertinggi dan terendah. Bacaan tertinggi menunjukkan kedudukan muka air laut tertinggi dan bacaan terendah menunjukkan kedudukan muka air laut terendah.
Kelompok hitungan 2
Menentukan bacaan positif (+) dan negatif (-) untuk kolom X1, Y1, X2, Y2, X4 dan Y4 dalam setiap hari pengamatan.
Kelompok hitungan 3
Menentukan pengisian pada kolom X0, X1, Y1, X2, Y2, X4 dan Y4 dalam setiap hari pengamatan. Kolom X0 berisi perhitungan mendatar dari hitungan X1 pada kelompok hitungan 2 tanpa memperhatikan tanda (+) dan (-). Kolom X1, Y1, X2, Y2, X4 dan Y4 merupakan penjumlahan mendatar dari X1, Y1, X2, Y2, X4 dan Y4 pada kelompok hitungan 2 dengan memperhatikan tanda (+) dan (-) harus ditambah dengan besaran konstanta ketentuan.
Kelompok hitungan 4
Untuk pengamatan 29 piantan, besaran yang telah ditambah dengan besaran konstanta ketentuan dapat selanjutnya menghitung X00, Y00 sampai dengan X4d, Y4d. Dimana arti index sebagai contoh :
Indeks 00 untuk X berarti X00
Indeks 00 untuk Y berarti Y00
Indeks 4d untuk X berarti X4d
Indeks 4d untuk Y berarti Y4d
Kelompok hitungan 5 dan kelompok hitungan 6
Perhitungan pada kelompok ini sudah memperhatikan sembilan unsur utama pembangkit pasang surut (M2, S2, K2, N2, K1, O1, P1, M4 dan MS4). Untuk perhitungan kelompok hitungan 5 mencari nilai X00, X10, selisih X12 dan Y1b, selisih X13 dan Y1c, X20, selisih X22 dan Y2b, selisih X23 dan Y2c, selisih X42 dan Y4b dan selisih X44 dan Y4d. Serta untuk perhitungan kelompok hitungan 6 mencari nilai Y10, jumlah Y12 dan X1b, jumlah Y13 dan X1c Y20, jumlah Y22 dan X2b, jumlah Y23 dan X2c, jumlah Y42 dan X4d dan jumlah Y44 dan X4d.
Kelompok hitungan 7 dan 8
Pada kelompok ini akan dilakukan penentuan besarnya P.R cos r, P.R sin r, menentukan besaran p, besaran f, menentukan harga V untuk tiap unsur utama pembangkit pasang surut (M2, S2, K2, N2, K1, O1, P1, M4 dan MS4), dan menentukan harga u serta harga p dan harga r. Akhirnya dari perhitungan ini juga akan ditentukan harga w dan (1+W), besaran g, kelipatan dari 3600 serta amplitudo (A) dan beda fase (g0).
MSL (mean sea level) atau DT (duduk tengah) adalah permukaan air laut yang didefinisikan sebagai nilai tinggi permukaan air laut rata-rata. MSL (mean sea level) ini diperoleh melalui perhitungan data pasang surut air laut menggunakan metode Admiralty, pada area pengukuran studi kasus diwilayah Dermaga Belangbelang – Mamuju Sulawesi Barat berdasarkan pengamatan pasang surut air laut selama 29 piantan didapat nilai MSL (mean sea level) yaitu 234 cm.
Dari nilai konstanta harmonik pasang surut air laut yang telah dihitung, maka didapatkan hasil analisa jenis pasang surut pada lokasi studi kasus daerah Dermaga Belangbelang – Mamuju Sulawesi Barat yang posisinya terletak pada koordinat 02˚ 40' 30.0" S ; 118˚ 52' 03.7" T, dan waktu pengamatannya berdasarkan waktu standar GMT+8 (Greenwich Mean Time) atau dalam waktu lokal WITA (waktu Indonesia bagian tengah), serta tanggal pengamatannya dimulai dari tanggal 4 November 2014 sampai dengan tanggal 2 Desember 2014 adalah Campuran Condong ke Harian Ganda (Mixed Semi – Diurnal).
Saran
Selama penulis melakukan perhitungan data pasang surut air laut menggunakan metode Admiralty guna menentukan konstanta harmonik pasang surut air laut sampai dengan penyusunan laporan ini, ada beberapa saran yang didasarkan pada kesulitan penulis dalam pelaksanaan perhitungan tersebut. Adapun saran-saran yang dapat penulis berikan dalam penyusunan laporan Kerja Praktek ini sebagai berikut :
Untuk mempercepat dan memudahkan dalam melakukan perhitungan data pasang surut air laut dengan metode Admiralty sebaiknya menggunakan bantuan perhitungan bahasa pemrograman formula yang tersedia pada software Microsoft Excel. Selain karena proses editing data yang dapat diatur secara sistematis, bantuan software Microsoft Excel juga dapat sepenuhnya menampilkan tabel perhitungan metode Admiralty ini, dikarenakan tabel metode Admiralty yang berukuran besar.
Dibutuhkan modul praktikum Analisa Harmonik Pasang Surut Air Laut dengan Metode Admiralty selama 15 atau 29 piantan yang lebih spesifik sehingga dapat menunjang dalam pelaksanaan perhitungan.
Karena begitu banyaknya rumus dan konstanta-konstanta pengali yang dilakukan, maka perlu ketelitian yang maksimal dalam pelaksanaan perhitungan ini.
Perlu lebih banyak lagi kegiatan belajar dan mengajar yang harus dilakukan pada instansi belajar terkait dengan perhitungan data pengamatan pasang surut air laut menggunakan metode Admiralty.