1
BAB I PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Untuk melengkapi kebutuhan kurikulum yang ada di Fakultas Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Palembang , yang mewajibkan mahasiswa untuk melaksanakan kerja praktek. Sebagai syarat untuk melengkapi tugas sarjana. Juga untuk menerapkan mata kuliah yang telah kami pelajari selama duduk di bangku kuliah kedalam dunia kerja, dan kami dapat mengetahui secara langsung bagaimana cara kerja dilapangan. Kami juga dapat mengaplikasikan ilmu yang kami dapat di bangku kuliah kelapangan, sebagai pengalaman kami kelak dimasa depan dalam mencari lapangan pekerjaan dibidang teknik sipil. Dalam melaksanakan kerja praktek kami mengamati pembangunan Pabrik PT. Pupuk Sriwidjaja 2B, Jl. Mayor Zen Palembang Mengingat kompleksnya permasalahan diatas, maka dalam menyusun laporan Kerja Praktek ini kami mengamati pelaksanaan Pemancangan Pondasi Tiang Pancang Di Titik 30C4144 Filterd Water Stroge Tank sebagai pengamatan. Pondasi merupakan salah satu elemen struktural dari suatu bangunan karena pondasi sebagai bangunan yang meneruskan beban tersebut kedalam tanah.
2
1.2
Maksud dan Tujuan Kerja Praktek
Kerja Praktek ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara nyata kepada mahasiswa tentang teori-teori yang telah diterima diperkulihan. Sehingga mahasiswa dapat lebih memahami dan menerapakannya dalam pelaksanaan proyek yang akan diterima nantinya. Dapat membandingkan antara teori dengan prakteknya di lapangan, mengambil manfaat dan kesimpulan dari kerja prakek itu sendiri. Praktikan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman agar mampu melaksanakan kegiatan yang sama kelak setelah bekerja atau terjun kelapangan. Langkah-langkah pengamatan, hasil-hasil perhitungan, teknik-teknik pelaksanaan, penyimpangan-penyimpangan penyimpangan-penyimpang an yang dilakukan, keunggulan-keunggulannya, keunggulan-keunggulannya, dan data lain yang disajikan dalam laporan Kerja Pratek ini dapat berfungsi sebagai bahan masukan dan bahan bandingan, bandingan, kelak dalam melakukan kegitan kegitan yang sama. Adapun tujuan dari pelaksanaan kerja praktek untuk mahasiswa adalah sebagai berikut: 1.
Sebagai syarat agar dapat menempuh Skripsi pada persyaratan tugas sarjana
Fakultas
Teknik
Jurusan
Teknik
Sipil
Universitas
Muhammadiyah Palembang. 2.
Agar dapat mengatahui tindakan yang diambil bila pelaksanaan di lapangan membutuhkan tindakan yang seefisien mungkin.
3.
Mengetahui prosedur pengerjaan di lapangan.
4.
Mengatahui permasalahan – permasalahan yang terjadi di lapangan. Mendapat pengalaman yang sebenarnya tentang pemakaian bahan
2
1.2
Maksud dan Tujuan Kerja Praktek
Kerja Praktek ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran secara nyata kepada mahasiswa tentang teori-teori yang telah diterima diperkulihan. Sehingga mahasiswa dapat lebih memahami dan menerapakannya dalam pelaksanaan proyek yang akan diterima nantinya. Dapat membandingkan antara teori dengan prakteknya di lapangan, mengambil manfaat dan kesimpulan dari kerja prakek itu sendiri. Praktikan dapat menambah pengetahuan dan pengalaman agar mampu melaksanakan kegiatan yang sama kelak setelah bekerja atau terjun kelapangan. Langkah-langkah pengamatan, hasil-hasil perhitungan, teknik-teknik pelaksanaan, penyimpangan-penyimpangan penyimpangan-penyimpang an yang dilakukan, keunggulan-keunggulannya, keunggulan-keunggulannya, dan data lain yang disajikan dalam laporan Kerja Pratek ini dapat berfungsi sebagai bahan masukan dan bahan bandingan, bandingan, kelak dalam melakukan kegitan kegitan yang sama. Adapun tujuan dari pelaksanaan kerja praktek untuk mahasiswa adalah sebagai berikut: 1.
Sebagai syarat agar dapat menempuh Skripsi pada persyaratan tugas sarjana
Fakultas
Teknik
Jurusan
Teknik
Sipil
Universitas
Muhammadiyah Palembang. 2.
Agar dapat mengatahui tindakan yang diambil bila pelaksanaan di lapangan membutuhkan tindakan yang seefisien mungkin.
3.
Mengetahui prosedur pengerjaan di lapangan.
4.
Mengatahui permasalahan – permasalahan yang terjadi di lapangan. Mendapat pengalaman yang sebenarnya tentang pemakaian bahan
3
yang standar, Perhitungan konstruksi dan sistematika pelaksanaan suatu bangunan di lapangan. 5.
Menerapkan ilmu yang diperoleh di bangku perkuliahan ke dalam bentuk praktek kerja lapangan.
6.
Melatih disiplin dan tanggung jawab dalam menyelesaikan tugas yang diberikan.
7.
Menempa diri menjadi tenaga kerja yang lebih handal dan profesional yang dapat bermanfaat di dunia kerja kelak. Dengan mengikuti Kerja Praktek, diharapkan lulusan program study
Teknik Sipil Universitas Muhammadiyah Palembang akan lebih berpengalaman dan dapat menerapkan teori yang dapat diperkuliahan dan yang didapat dari lapangan sehingga siap melaksanakan tugasnya tugasnya dengan baik sebagai pelaksana maupun pengelola.
1.3
Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penulisan laporan ini adalah pelaksanaan pekerjaan pemancangan tiang pancang. Untuk itu dalam pembuatan laporan ini, penulis hanya membahas pelaksanaan pekerjaan pemancangan tiang pancang.
1.4
Metodologi Metodologi Penelitian
Dalam pelaksanaan Kerja Praktek pada proyek pembangunan Pabrik PT. Pupuk Sriwidjaja 2B ini kami mengumpulkan data-data yang berhubungan dengan proyek ini, kami dibimbing oleh pengawas lapangan yang memberi
4
pengarahan tentang bagian pekerjaan yang harus kami pelajari dan cermati. Sebagai penunjang penyusun laporan kerja praktek ini, kami mengambil langkahlangkah sebagai berikut : 1. Observasi, yaitu pengamatan yang dilakukan secara langsung di lapangan. Penulis mengadakan pengamatan dilokasi selama kurang lebih 1 (satu) bulan. 2. Wawancara, yaitu melakukan tanya jawab dengan para pelaksana pekerja di lapangan. Penulis mengadakan tanya jawab mengenai pekerjaan yang dilaksanakan di lapangan dan membandingkannya dengan teori yang didapatkan di bangku kuliah. 3. Gambar kerja dan data-data lainnya yang didapat dari kontraktor. Mempelajari gambar rencana pekerjaan, rencana kerja, spesifikasi kerja, rencana anggaran biaya dan data pendukung lainnya. 4. Studi literatur, yaitu mengumpulkan data dari pustaka yang ada sebagai pembanding.
1.5
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan laporan yang dipilih adalah sistem penulisan yang bersifat kronologis, yaitu penulisan yang didasarkan atas kejadian di lapangan sesuai dengan urutan waktu pekerjaan di lapangan.
Bab 1.
Pendahuluan Berisi tentang latar belakang, maksud dan tujuan, ruang lingkup masalah, batasan masalah, metode penulisan, dan sistematika penulisan.
5
Bab 2. Gambaran Umum Proyek Memberikan gambaran umum mengenai proyek pembangunan pabrik PT. Pupuk Sriwidjaja 2B, yang berisikan latar belakang proyek, maksud dan tujuan proyek, proyek, struktur organisasi proyek, proyek, kondisi eksisting proyek, dan data umum proyek yang meliputi fasilitas – fasilitas – fasilitas fasilitas yang ada di dalam proyek. Bab 3.
Tijauan Pustaka Menjelaskan tentang pondasi, persiapan lokasi dan fasilitas yang dilakukan sebelum pekerjaan-pekerjaan tanah maupun structural dimulai. Pekerjaan pendahuluan meliputi survei lokasi, penyelidikan tanah serta teknis pelaksanaan tiang pancang.
Bab 4.
Tinjauan Pelaksanaan Pekerjaan Pondasi Tiang Pancang Menjelaskan aspek perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi dari pekerjaan-pekerjaan struktur bawah. Pekerjaan ini dimulai dari proses pemancangan hingga pengecoran pengecoran pondasi selesai.
Bab 5.
Penutup Berisi
kesimpulan
dan
saran
yang
dapat diberikan
proses pengamatan lapangan kerja praktek selesai.
setelah
6
BAB II TINJAUAN UMUM
2.1
Gambaran Umum Pelaksanaan
Proyek Pembangunan Pabrik PT. Pupuk Sriwidjaja 2B bersumber dari pihak PT. Pupuk Sriwidjaja. Pemilihan kontraktor untuk melaksanakan Proyek Pembangunan Pabrik PT. Pupuk Sriwidjaja 2B ini bekerja sama langsung dengan PT. Rekayasa Industri serta Subkontraktor PT. Toyo dan PT. Waskita untuk melaksanakan
pemancangan
tiang
pancang
sebagai
awal
dari
proses
pembangunan. Waktu yang diberikan kepada kontraktor untuk menyelesaikan pekerjaan Pembangunan Pabrik PT. Pupuk Sriwidjaja 2B ini selama kurang lebih 2,5 tahun. Dalam pelaksanaan pemancangan ini kami meninjau tit ik yang akan di pancang pada pembangunan Filtered Water Storage Tank detail nya pada titik 30C4144 yang bersebelahan dengan Demin Water Storage Tank. Pada pembangunan Filtered Water Storage Tank ini memiliki 69 sembilan tiang pancang yang di tancapkan untuk menahan beban di atasnya. Serta memiliki diameter 16,5 m.
2.1.1 Unsur Pengendalian Proyek
Pada pelaksanaan pembangunan ini pihak kontraktor berusaha untuk mencapai unsur-unsur pengendalian proyek yaitu :
7
a. Pengendalian Kualitas Bahan dan Pekerjaan Pengendalian kualitas bahan dilakukan dengan cara pemeriksaan dan pengujian bahan bangunan yang dipakai dalam proyek. Sebagai contoh adalah pengujian mutu beton yang digunakan dalam pengecoran dengan compression test . b. Pengendalian Biaya Pengendalian biaya dimaksudkan agar biaya yang dikeluarkan proyek tersebut sesuai dengan anggaran yang telah direncanakan dan telah disetujui. Pengendalian biaya ini dilakukan dengan cara pengontrolan masing-masing bagian pekerjaan dengan perhitungan dari analisa harga satuan. Dari perhitungan dan pengontrolan setiap saat maka akan terlihat jika ada penyimpangan yang tidak sesuai dengan anggaran yang direncanakan. c. Pengendalian Waktu Pelaksanaan suatu proyek harus tepat waktu sesuai dengan rencana sehingga mempunyai nilai ekonomis yang tinggi, Pengendalian waktu dimaksudkan untuk mengetahui apakah proyek berjalan sesuai dengan waktu yang telah direncanakan. Pengendalian waktu dilakukan dengan menggunakan Time Schedule, Bar Chart dan Network Planning . Secara rinci dapat dijabarkan sebagai berikut : 1. Time Schedule Time schedule adalah suatu pembagian waktu terperinci yang disediakan untuk masing-masing bagian pekerjaan, mulai dari permulaan sampai dengan pekerjaan berakhir. Time schedule diperlukan oleh semua pihak sebagai pedoman koordinasi dan kerjasama antar bagian pelaksana proyek
8
di lapangan. Dalam time schedule waktu pekerjaan diatur sedemikian rupa sehingga setiap pekerjaan dapat berjalan baik dan lancar. Sebelum proyek dilaksanakan pelaksana harus mengetahui rencana kerja yang telah dicantumkan dalam time schedule agar waktu yang tersedia benar-benar efektif dan efisien untuk pekerjaan tersebut. Time schedule digunakan sebagai dasar pertimbangan penambahan personalia sesuai dengan perkembangan pelaksanaan pekerjaan. Dalam hubungan dengan bahan dan alat yang digunakan, time schedule ini akan mencegah penyimpangan bahan yang tepat diperoleh, serta menjaga keefektifan pemakaian alat-alat berat yang disewa, dengan demikian penghematan biaya dan waktu akan lebih baik.Tetapi pelaksanaan time schedule secara umum sering mengalami hambatan-hambatan yang disebabkan oleh:
Keadaan cuaca yang tidak memungkinkan dilaksanakan pekerjaan.
Kesalahan yang dibuat pelaksana.
Ketidakteraturan penyediaan bahan.
Perubahan-perubahan yang diinginkan pemberi tugas.
2. Bar Chart Bar chart merupakan metode yang bersifat praktis dan sederhana yang berfungsi untuk pengendalian proyek, sangat memudahkan pelaksana proyek dalam mengerjakan bagian pekerjaannya. Bar chart yang dibuat kontraktor harus diperiksa dan disetujui Direksi. Hal-hal yang dapat dilihat pada suatu bar chart adalah :
Jenis-jenis pekerjaan yang ada di proyek.
9
Waktu yang disediakan untuk setiap jenis pekerjaan.
Kapan waktu pekerjaan harus dimulai dan dilaksanakan.
3. Network Planning Network planning adalah gambar yang memperlihatkan susunan urutan pekerjaan dan logika ketergantungan antara kegiatan yang satu dengan yang lainnya serta rencana waktu pelaksanaannya berupa lintasan kritis maupun yang bukan lintasan kritis. Lintasan kritis adalah lintasan terpanjang yang menentukan waktu pelaksanaan pekerjaan proyek yang apabila salah satu kegiatan terlambat, maka pelaksanaan pekerjaan yang lain ikut terlambat.
Dalam pelaksanaan suatu proyek, suatu ketika dapat menyimpang dari rencana, maka pengawasan dan pengendalian proyek sangat diperlukan agar kejadian-kejadian yang menghambat tercapainya tujuan proyek dapat segera diselesaikan dengan baik.
Pengawasan (supervising) adalah suatu proses pengevaluasian atau perbaikan terhadap pelaksanaan kegiatan dengan pedoman pada standar dan peraturan yang berlaku dengan bertujuan agar hasil dari kegiatan tersebut sesuai dengan perencanaan proyek.
Pengendalian (controlling) adalah usaha yang sistematis untuk menentukan standart yang sesuai dengan sasaran perencanaan, merancang system informasi,
membandingkan
kemungkinan
adanya
pelaksanaan
penyimpangan
dengan
antara
standart,
pelaksanaan
menganalisis dan
standart,
10
kemungkinan mengambil tindakan perbaikan yang diperlukan agar sumber daya digunakan secara efektif dan efisien dalam rangka mencapai sasaran.
Bertitik tolak pada definisi-definisi diatas, maka proses pengawasan dan pengendalian proyek dapat diuraikan menjadi langkah-langkah sebagai berikut: 1. Menentukan sasaran. 2. Menentukan standart dan criteria sebagai acuan dalam rangka mencapai sasaran. 3. Merancang atau menyusun system informasi, pemantauan, dan laporan hasil pelaksanaan pekerjaan. 4. Mengumpulkan data info hasil implementasi (pelaksanaan dari apa yang telah direncanakan). 5. Pelaksanaan pekerjaan sesuai dengan perencanaan. 6. Mengkaji dan menganalisa hasil pekerjaan dengan standart, criteria, dan sasaran yang telah ditentukan.
2.1.2 Sistem Koordinasi dan Laporan Pekerjaan
Untuk mengetahui kemajuan suatu proyek perlu diadakan rapat koordinasi dan prestasi pekerjaan (reporting ). 1. Rapat Koordinasi Rapat koordinasi membahas permasalahan yang ada yaitu permasalahan yang dapat menghambat berlangsungnya pelaksanaan pekerjaan proyek. Rapat
11
koordinasi yang dilakukan bersifat insidentil, yaitu rapat diadakan jika timbul masalah dalam pelaksanaan proyek dan harus segera dipecahkan. 2. Reporting Reporting (Laporan Prestasi Kerja) yang dilakukan dalam proyek ini adalah laporan harian, laporan mingguan dan laporan bulanan.
Laporan Harian merupakan segala kegiatan pekerj aan yang dilakukan pada hari tersebut.
Laporan Mingguan berisi kegiatan harian selama satu minggu dan masalah-masalah atau hambatan yang terjadi.
Laporan Bulanan merupakan rekapitulasi dari Laporan Mingguan yang disertai laporan visual yang berupa foto-foto proyek.
2.5
Skema Bagan Organisasi Proyek
Dalam tahap pelaksanaan konstruksi dari suatu proyek terdapat tiga organisasi dengan fungsinya masing-masing sebagai berikut : 1. Employer, yaitu pihak pemberi pekerjaan (dalam istilah lama lazim disebut dengan BOUWHER ). Untuk proyek Pembangunan Pabrik PT. Pusri 2B, maka Employernya adalah PT. Pupuk Sriwidjaja, dilokasi proyek yang sebagai reprensentatif dari Employer adalah Pimpro ( Pimpinan Bagian Proyek ). 2. Konsultan Pengurus atau lazim disebut dengan Engineering, adalah suatu team atau badan yang di tugaskan untuk melaksanakan pengawasan suvervisi yang mempunyai wewenang penuh atas nama Employer didalam pengawasan supervisi terhadap pelaksanaan pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh
12
pelaksana ( Kontraktor Pelaksana ). Didalam hubungan menurut bagan struktur konsultan pengurus (Engineering) bertanggung jawab kepada Employer. 3. Kontraktor adalah pihak yang secara kontraktual disebut dengan dipercayai untuk
melaksanakan
pekerjaan-pekerjaan
konstruksi.
Hubungan
antara
kontraktor dengan Employer secara administrasidan yuridis terikat sepenuhnya, dan diatur didalam kontrak kerja. Secara skematis hubungan antara ketiga organisasi diatas dapat dilihat pada skema organisasi Proyek Pembangunan Pabrik PT. Pusri 2B.
13
Skema Organisasi Proyek Pembangunan Pabrik PT. Pupuk Sriwidjaja 2B Kotamadya Palembang
EMPLOYER
KONSULTAN
KONTRAKTOR
KETERANGAN : : Pelayanan Employer yang secara administrasi dan legal diatur sepenuhnya dalam kontrak. ..........................
: Pengawasan Supervisi atas Pelaksanaan konstruksi.
Pada Proyek Pembangunan Pabrik PT. Pusri 2B ini ketiga unsur tersebut pula, telah menyusun struktur organisasi masing – masing agar pelaksanaan tugas yang diserahkan kepada masing – masing pihak dapat diselesaikan dengan baik, tanpa pengorganisasian yang baik sudah dapat dipastikan tujuan yang hendak dicapai tidak akan terwujud.
14
BAB III TINJAUAN PUSTAKA
3.1
Pondasi
Pondasi adalah suatu bagian dari konstruksi bangunan yang berfungsi untuk menempatkan bangunan dan meneruskan beban yang disalurkan dari struktur atas ke tanah dasar pondasi yang cukup kuat menahannya tanpa terjadinya differential settlement pada sistem strukturnya. Untuk memilih tipe pondasi yang memadai, perlu diperhatikan apakah pondasi itu cocok untuk berbagai keadaan di lapangan dan apakah pondasi itu memungkinkan untuk diselesaikan secara ekonomis sesuai dengan jadwal kerjanya. Hal-hal berikut perlu dipertimbangkan dalam pemilihan tipe pondasi : 1. Keadaaan tanah pondasi. 1. Batasan-batasan akibat konstruksi di atasnya (upper structure). 2. Keadaan daerah sekitar lokasi. 3. Waktu dan biaya pekerjaan. 4. Kokoh, kaku dan kuat. Umumnya kondisi tanah dasar pondasi mempunyai karakteristik yang bervariasi, berbagai parameter yang mempengaruhi karakteristik tanah antara lain pengaruh muka air tanah mengakibatkan berat volume t anah terendam air berbeda dengan tanah tidak terendam air meskipun jenis tanah sama.
15
Jenis tanah dengan karakteristik fisik dan mekanis masing-masing memberikan nilai kuat dukung tanah yang berbeda-beda. Dengan demikian pemilihan tipe pondasi yang akan digunakan harus disesuaikan dengan berbagai aspek dari tanah di lokasi tempat akan dibangunnya bangunan tersebut. Suatu pondasi harus direncanakan dengan baik, karena jika pondasi tidak direncanakan dengan benar akan ada bagian yang mengalami penurunan yang lebih besar dari bagian sekitarnya. Ada tiga kriteria yang harus dipenuhi dalam perencanaan suatu pondasi, yakni : 1.
Pondasi harus ditempatkan dengan tepat, sehingga tidak longsor akibat pengaruh luar.
2.
Pondasi harus aman dari kelongsoran daya dukung.
3.
Pondasi harus aman dari penurunan yang berlebihan.
3.2
Pekerjaan Pendahuluan
Pada sebuah proyek konstruksi, pekerjaan paling awal yang dilakukan adalah pekerjaan pendahuluan. Pekerjaan pendahuluan bertujuan untuk mempersiapkan lokasi dan fasilitas yang akan digunakan dalam kegiatan proyek konstruksi tersebut. Setiap proyek akan memiliki jenis dan volume pekerjaan persiapan yang berbeda-beda,
karena setiap proyek memiliki spesifikasi yang
beragam. Pekerjaan pendahuluan pada Proyek Pembangunan Pabrik PT. Pupuk Sriwidjaja 2B meliputi survey lokasi dan penyelidikan tanah.
16
3.2.1
Survei Lokasi
Pekerjaan
survei
lokasi
merupakan
pekerjaan
pendahuluan
proyek yang bertujuan untuk : - mengetahui kondisi lahan proyek - menghitung luas lahan proyek secara menyeluruh - mengetahui kondisi geografis lokasi proyek - membuat titik-titik referensi untuk proses konstruksi - menentukan elevasi dan kontur muka tanah lokasi proyek - mengetahui faktor teknis lainnya yang diperlukan untuk kegiatan proyek Kegiatan
survei
menjadi
kegiatan
pengawal
dari
pekerjaan
pendahuluan dan dapat terus dilakukan selama berjalannya proyek. Pekerjaan survei dilakukan oleh tim surveyor PT. Rekayasa Industri. Pekerjaan survei lokasi dilakukan setelah gambar design recana awal proyek telah dikeluarkan. Dari gambar ini, para surveyor PT. Rekayasa Industri melakukan kegiatan penandaan (marking) dan peninjauan lokasi proyek bedasarkan rencana proyek. Tim surveyor memastikan bahwa gambar denah lokasi dari proyek yang akan dibangun sudah sesuai dengan keadaan lapangan. Peralatan konstruksi yang umumnya digunakan pada fase pekerjaan ini adalah: theodolit, total station, rambu, waterpass, pita ukur dan peralatan survei lainnya. Pekerjaan survei biasanya melibatkan sistem koordinat lokal dan global. Dengan keluarnya denah situasi ini, pihak surveyor PT. Rekayasa Industri
17
dapat melakukan kalkulasi terhadap koordinat lokasi proyek dan memenuhi syarat administrasi.
3.2.2
Penyelidikan Tanah
Proses Peneyelidikan dan peninjauan tanah merupakan tahap yang sangat penting dalam proses persiapan. Proses ini sangat menentukan proses konstruksi yang akan dilakukan selanjutnya, terutama bagian pondasi. Proses penyelidikan tanah bertujuan untuk: a. mengetahui jenis dan tebal lapisan-lapisan tanah lokasi b. mengetahui kedalaman lapisan tanah keras c. mengetahui karakteristik dan perilaku tanah d. mengetahui letak muka air tanah Tanah di sondir untuk mengetahui ada apa saja yang berada dilapisan tanah atau bumi sehingga baru bisa ditentukan pondasi apakah yang pantas untuk tanah di area ini. Dengan telah di sondir nya tanah diarea ini sehingga ada dua metode pondasi yang bisa di pakai untuk area ini yaitu dengan metode tiang pancang atau metode bor pile. Karena tanah di daerah ini lembek atau rawa dan menghemat biaya maka di pilih metode tiang pancang, selain itu tidak ada nya batu dan fosil yang berada di bumi atau tanah. Pada lokasi proyek Pembangunan Pabrik PT. Pusri 2B, lapisan 2-4 meter pertama merupakan lapisan hasil urugan, sedangkan tanah aslinya sendiri merupakan tanah rawa yang cukup lunak, hal ini menyebabkan dibutuhkannya
18
penyelidikan tanah yang teliti. Pada daerah sekitar lokasi terdapat bangunan tinggi sehingga terdapat referensi hasil penyelidikan tanah sekitar. Pengujian sondir bertujuan untuk mengetahui tahanan friksi dari tanah dan tahanan ujung dari tanah. Dengan pengujian sondir, dapat diketahui kedalaman tanah keras yang merupakan tempat bertumpunya pondasi.
3.3
Teknis Pelaksanaan Pondasi Tiang Pancang
3.3.1
Pengangkatan
Pengangkatan ini harus lah dengan cara yang benar tidak asal-asalan cara pengangkatan nya. Hal – hal yang harus diperhatikan dalam pengangkatan : 1. Titik angkat
: perhatikan tanda titik angkat (gambar rantai)
dengan sudut angka ≥ 1 : 1 2. Sling pengangkat
: Diharuskan mempunyai faktor keamanan
(FS) ≥ 3, bebas karat dan bebas rantas 3. Diperhatikan kapasitas angkat harus lebih besar dari berat tiang Pada gambar di jelaskan bagaimana cara mengangkat yang benar dan mana yang salah. Pada gambar juga terdapat table panjang “a”. Lihat pada Manual Tiang Pancang Wika Beton halaman 1.
19
3.3.2
Pengangkutan
Pengangkutan ini memiliki dua metode yaitu dengan menggunakan Truk Gandeng atau dengan Ponton kedua nya harus lah diikat dengan kuat dan kencang, rantai harus mempunyai factor keamanan (FS) ≥ 3 dan jarak ganjal dan jarak tumpuan yang aman untuk tiang pancang, untuk Ponton pengganjal dapat berupa sekam padi dan dipastikan mampu menahan benturan anatara tiang atau kapal. Pada gambar menjelaskan pengangkutan dengan cara yang benar tidak mengangkut dengan cara salah, digambar terlihat tidak boleh nya tiang pancang yang panjang ditumpuk pada tiang pancang yang pendek, yang benar adalah tiang pancang berukuran pendek ditumpukkan di tiang pancang yang berukuran lebih panjang. Pada pengangkutan dengan menggunakan Ponton terlihat digambar pengganjalan tiang harus diganjal setiap tiga tiang. Serta tiang pancang dilarang ditumpuk dengan benda yang berat diatas nya. Lihat pada Manual Tiang Pancang Wika Beton halaman 2, 3 dan 4.
20
3.3.3 Penurunan
Penurunan tiang pancang memiliki alternative selain menggunakan Crane dapat dengan menggunakan kayu peluncur dan tiang penahan untuk tiang pancang haruslah kuat dan stabil harus ditangani oleh tenaga ahli agar tak terjadi kecelakaan dan kerugian yang fatal. Cara penurunan yang benar pada alternative penurunan tiang pancang ini dengan cara tiang untuk menahan tiang pancang haruslah kuat dan stabil agar kendaraan tidak terguling. Kemudian tiang diluncurkan dengan menggunakan kayu peluncur. Kayu peluncur yang akan digunakan untuk penurunan tiang ini haruslah kuat dan tidak mudah hancur atau patah. Pada
gambar
dilihatkan
juga
bagaiman
penurunan
dengan
menggunakan mesin dengan cara yang benar. Pada penurunan ini, tali tambang peluncur yang akan dipakai untuk penurunan tiang pancang ini haruslah fleksibel digunakan dan tidak kaku. Lihat pada Manual Tiang Pancang Wika Beton halaman 5.
21
3.3.4
Penumpukan Di Site
Tanah dasar pada penumpukan di site ini harus rata dan padat agar tak terjadi retak-retak dan kerusakan pada tiang pancang, kayu ganjal harus kuat dan tidak mudah lapuk atau hancur dengan tinggi tumpukan tiang pancang maksimal dua lapis rapi dan teratur. Pada penumpukan tiang pancang tidak boleh melebihi dua tumpukan maksimum tumpukan adalah dua tumpukan, ganjalan pada pinggir tiang dengan pengganjal terbuat dari kayu. Tanah haruslah rata jika tanah tidak rata maka diberi pengganjal tiang pada bagian bawah tiang pancang sebagai perata tanah. Penumpukan di site yang salah seperti ketika tanah tidak rata tiang pancang diletakkan begitu saja tanpa pengganjal perata tiang. Tiang juga tidak boleh ditaruh menyilang pada tumpukan ke dua pada penumpukan tiang. Tiang juga tidak boleh ditaruh pada bantaran sungai. Lihat pada Manual Tiang Pancang Wika Beton halaman 6 dan 7.
22
3.3.5
Rumus Pancang
Rumus pancang digunakan untuk mengetahui daya dukung tiang pancang. Dengan rumus sebagai berikut :
Ru =
2
+ P
+
+
Dimana : H = Ram Stroke S = Penetration Per Blow K = Rebound W = Berat Ram P = Berat Tiang e = Koefisien Restitusi = 0,25 Dengan rumus ini maka diketahui daya dukung tiang pancang tetapi rumus pancang ini bukan merupakan keharusan hanya sebagai pedoman. Lihat pada Manual Tiang Pancang Wika Beton halaman 14 dan 15.
23
3.3.6
Pemancangan Tiang Pancang
Pemilihan jenis hammer sebaiknya yang tepat dan sesuai kebutuhan, dengan kondisi hammer dalam keadaan baik dan terawatt, serta as hammer harus segaris dengan as tiang pancang. Alat angkat haruslah tetap stabil dan mampu menahan beban-beban pada saat pemancangan. Lihat pada Manual Tiang Pancang Wika Beton halaman 9 dan 10. Sebelum dilakukan nya pemancangan ada beberapa tahapan yang akan dilakukan.
1.
Pengangkatan Pada Saat Konstruksi
Pada saat penarikan tiang pancang jarak tidak boleh terlalu jauh dan bebas dari benda-benda yang mengganggu karena dapat membahayakan serta merugikan pemancangan. Sling pengangkat harus mempunyai factor keamanan (FS) ≥ 3, yang bebas karat dan bebas rantas. Lihat pada Manual Tiang Pancang Wika Beton halaman 8.
2.
Penempatan Theodolit
Pada penempatan theodolit ini, penempatan sumbu tiang pancang harus segaris dengan hammer dan leader serta setelah ada penetrasi maka operator theodolit tidak diperkenankan mengarahkan kelurusan tiang pancang. Ada dua metode yang di gunakan untuk melihat kelurusan tiang pancang dengan meggunakan unting-unting ditambah theodolit atau dua buah theodolit. Lihat pada Manual Tiang Pancang Wika Beton halaman 12.
24
3.3.7 Cushion
Pile cushion ini memiliki ketebalan minimum 10 cm, terbuat dari papan kayu lunak atau multiplek. Jika pile cushion terbakar atau rusak maka harus di ganti. Cushion ini digunakan sebagai pelingdung antara Hammer cushion dengan Pile Cushion agar tak terjadi benturan langsung besi dengan besi yang membuat percikan api. Lihat pada Manual Tiang Pancang Wika Beton halaman 13.
25
3.3.8
Las Sambungan Tiang Pancang
Sambungan las ini plat sambungan haruslah bebas karat dan bersih dari kotoran atau tanah, dengan material las berdiameter dan klas las harus sesuai, alat las yang digunakan sebaiknya sesuai dengan spesifikasi dan pada posisi segmen sumbu tiang harus segaris. Pekerjaan pengelasn ini dilakukan oleh operator yang membantu melakukan pemancangan, sebelum dilakukan pengelasan operator ini harus menggunakan penutup mata dan muka agar terhindar dari silaunya serta api pengelasan. Peralatan yang digunakan pada pengelasan adalh sebagai berikut : 1. Mesin las 2. Kawat baja 3. Kaca mata las 4. Kabel 5. Martil lancip 6. Sarung tangan Masing-masing tiang pancang mempunyai plat sambung yang berguna untuk menyambung antara tiang Upper dan Bottom, pada saat pengelasan tiang bagian Upper tetap dipegang oleh Crane, setelah itu barulah dilakukan pengelasan. Contoh- contoh pengelasan pada tiang pancang yang mungkin terjadi. Diperlukan persyaratan kualifikasi welder (minimum) untuk kondisi pengelasan dilapangan. Toleransi kemiringan adalah 15 0. Lihat pada Manual Tiang Pancang Wika Beton halaman 16, 17 dan 18.
26
3.3.9
Pemotongan Tiang Pancang
Peralatan pemotongan tiang pancang ini dengan menggunakan : gurinda, palu, pahat dan sikat kawat. Pemotongan tiang pancang yang sembarangan dapat mengakibatkan beton pada badan tiang pecah atau retak yang dapat mengakibatkan kecelakaan kerja. Pertama-tama potong bagian atas tiang dengan menggunakan pahat atau gurinda lakukan pemotongan pada cut off level sampai-sampai terlihat PC Wire kemudian beton dipecah dengan menggunakan pahat dan palu sampai panjang stek yang disyaratkan terakhir bersihkan sisa pemotongan dan pemotongan selesai dilakukan. Pemotongan tiang ini dilarang sekali memotong tiang pancang sembarangan karena dapat menyebabkan beton pada badan tiang pecah atau retak. Pemotongan pada tiang yang terlalu panjang atau tinggi diperlukan bantuan berupa Crane. Pada saat pemotongan tidak boleh sampai PC Wire nya putus. Lihat pada Manual Tiang Pancang Wika Beton halaman 19 dan 20.
27
3.3.10 Tipe-Tipe Kegagalan Pada Saat Pemancangan
Beberapa tipe-tipe kegagalan pada saat pemancangan adalah sebagai beriktu : 1. Pecah Atas
: diakibatkan tiang pancang miring atau cushion tidak rata, tidak elastic atau berubah bentuk.
2. Pecah Badan
: Diakibatkan
oleh over
axial force,
over
driving, over combine shear moment dan axial, pecah saat pemancangan ditambah dorongan. 3. Pecah Sepatu
: Diakibatkan karena over axial force, over driving, adanya bolder atau batu.
4. Retak Kepala
: Diakibatkan over axial force.
5. Retak Badan
: Diakibatkan over combine shear moment dan axial atau retak saat pemancangan ditambah dorongan, dan akibat handling.
Penyebab terjadinya kegagalan pada tiang pancang ini juga memiliki solusi untuk memperbaiki tiang pancang yang rusak atau pecah. Lihat pada Manual Tiang Pancang Wika Beton halaman 21 dan 22.
.
28
3.3.11 Metode Perbaikan
Jika terjadi kerusakan pada tiang pancang maka akan dilakukan perbaikan. Tahapan metode perbaikan ini adalah sebagai berikut : 1. Siapkan crane, lalu tahan tiang dengan menggunakan crane tersebut. 2. Kemudian potong tiang kurang lebih 25 cm. 3. Ratakan PC wire (siku terhadap badan tiang). 4. Pasangkan form work atau bekisting seng dan stopper multiplek, selanjutnya pasang plat sambung khusus yang telah diberi angkur dan spiral, kemudian grout dengan material non shrinkage dicampur agregat. 5. Setelah umur grouting mencapai 3 hari minimal sama dengan kuat tekan tiang pancang, pemancangan dapat dilanjutkan sampai kedalaman rencana. Begitulah tahapan-tahapan cara memperbaiki kerusakn pada tiang pancang yang terjadi retak atau pecah. Lihat pada Manual Tiang Pancang Wika Beton halaman 23.
29
BAB IV PELAKSANAAN PEKERJAAN PONDASI TIANG PANCANG
Pada bab ini penyusun akan menguraikan proses pelaksanaan pekerjaan pondasi dilapangan dan peralatan yang menunjang untuk pelaksanaan pemancangan pondasi. Pekerjaan pelaksanaan ini kami meninjau pada titik 30C4144, yang memakai tiang pancang Diameter 400 mm, panjang tiang pancang 12 m ( Bottom) dan untuk tiang pancang sambungan 9 m (upper ). Daerah yang kami tinjau ini bernama Filtered Water Storage Tank.
4.1
Pekerjaan Persiapan
4.1.1
Persiapan Pondasi Tiang Pancang
Pancang yang di gunakan pada proyek ini ada 6 jenis yaitu tiang pancang beton Diameter 300 mm, Diameter 350 mm, Diameter 400 mm, Diameter 500 mm dan Diameter 600 mm. Tiang pancang yang kami tinjau berdimeter 400 mm. Panjang tiang pancang 12 m ( Bottom) dan untuk tiang pancang sambungan 9 m (Upper ). Tiang pancang ini menggunakan beton k500, tiang pancang didesain oleh PT. Wijaya Karya Beton dan diproses serta di cetak pabrik.
30
Gambar 4.1. Kode Tiang Pancang
4.1.2
Persiapan Pemancangan
1. Pemilihan alat pancang sesuai dengan petunjuk Direksi yaitu: - Diesel Hammer Model
: IHI
Seri
: IDH - 25
Berat Total
: 7500 kg
Berat Piston
: 2500 kg
Kekuatan Maksimal : 10000 kg - Leader dan Tripot - Mesin Las
31
Gambar 4.2. Hammer IDH 25 2.
Tenaga Kerja
3.
Penentuan Titik Pancang
4.
Penyetelan Alat Pancang
5.
Tiang-Tiang yang siap Dipancang
32
Gambar 4.3. Persiapan Pemancangan
4.2
Peralatan dan Tenaga Kerja yang Digunakan
Untuk melakukan pemancangan tiang pancang maka digunakan alatalat pancang dan operator sebagai berikut : 1. Piling Machines Piling Machines adalah peralatan yang dipergunakan dalam pemancangan tiang. Fungsi Piling Machines adalah berintegrasi mengangkat dan memancang tiang. Dalam eksekusi pemancangan tiang, kontraktor utama PT. Rekayasa Industri. mempercayakannya pada subkontraktor yaitu: PT. Waskita. alat berat yang digunakan yaitu: Mobile Crane dan Hydraulic Drop Hammer. Mobile Crane digunakan untuk mengangkut tiang pancang dari tempat ia diturunkan ke titik pemancangan. Saat mengangkat beban (tiang pancang), Mobile Crane mengeluarkan semacam lengan baja dari keempat rodanya agar tidak mudah
33
terguling. Sedangkan Hydraulic Drop Hammer digunakan untuk memancang tiang. Dalam memancang tiang, Hydraulic Drop Hammer harus be rpijak di atas pelat baja sebagai alasnya agar ia tidak amblas ketika memancang tiang. Jumlah pekerja dalam satu titik pemancangan tiang terdiri atas: satu orang operator Hydraulic Drop Hammer. satu orang administrator pencatat laporan harian pemancangan. dua orang welder / pengelas sambungan tiang pancang. satu orang rigger / pekerja pembantu. Waktu operasional Piling Machines di proyek ini adalah sejak pukul 08:00 WIB hingga pukul 17:00 WIB. Jika terjadi hujan, operasional Piling Machines harus dihentikan karena adanya potensi sambaran petir terhadap Piling Machines. 2. Leader dan Tripot Adalah bagian yang merupakan truck untuk menggerakkan pemukul hammer keatas dan kebawah. 3. Pemukul (Hammer) Bagian yang terbuat dari baja yang berfungsi sebagai palu untuk memukul tiang pancang hingga masuk ke dalam tanah. 4. Tali / Kabel / Seling Digunakan untuk menarik pemukul hammer keatas sampai pada titik tinggi jatuh tertentu, selain dari pada itu seling ini dipergunakan juga untuk mengangkat tiang pancang.
34
5. Mesin Diesel Adalah mesin untuk menggerakkan pemukul (hammer) 6. Mesin Las Adalah mesin yang digunakan untuk menyambung atau memotong tiang pancang baja.
Gambar 4.4. Mesin Las Listrik 7. Tenaga Kerja Tenaga kerja disesuaikan dengan pekerjaan yang dilakukan dan keahlian perorangan. Dalam setiap pemancangan tiang biasanya digunakan tenaga kerja maksimal 5 orang.
35
Gambar 4.5. Tenaga Kerja yang Ada Dilapangan
4.3
Pelaksanaan Pemancangan
4.3.1
Penentuan Titik Tiang Pancang
Pada pelaksanaan penentuan titik tiang pancang ini pekerjaan pertama adalah menentukan pile 0,00 (titik pancang 0,00) dengan menggunakan Theodolit, selanjutnya dengan mengacu pada gambar ditentukan titik-titik berikutnya. Pelaksanaan pengukuran dilakukan oleh lima orang pekerja, satu orang mengoperasikan Theodolit, dan seorang lagi mencatat hasil pengukuran, dua orang memegang rambu ukur dan seorang mengukur jarak antara titik 1 dengan titik lainnya dengan menggunakan meteran. Hasil dari pengukuran diserahkan kepada Pimpinan Proyek sebagai acuan untuk melaksanakan pemancangan.
36
Penentuan titik pancang ini termasuk dalam pekerjaan persiapan dan sesuai
dengan
rencana
kerja,
pekerjaan
selanjutnya
adalah
persiapan
pemancangan, kontraktor mendatangkan alat pancang beserta operator dan perlengkapan pemancangan.
Gambar 4.6. Theodolit (Penentuan Titik Pancang)
4.3.2
Pemberian Ukuran Pada Tiang Pancang
Pemberian garis atau tanda dengan menggunakan cat meni pada tiang pancang di setiap 25 cm dan setiap 1 meternya di beri angka 1 ( pada 1 meter pertama), di beri angka 2 ( pada dua meter kedua ) dan seterusnya, pemberian ukuran ini untuk memudahkan operator penghitung pukulan tiang pancang, agar mengetahui di setiap meternya berapa kali pukulan yang terjadi.
37
Gambar 4.7. Pemberian Ukuran atau Tanda Tiang Pancang
4.3.3
Penyetelan Alat Pancang
Waktu penyetelan alat pancang ini memerlukan sedikitnya 5 orang tenaga kerja, sebelum melakukan pemancangan harus dipasang bantalan yang terbuat dari papan yang berbentuk lingkaran yang berdiameter 50 cm dengan ketebalan lapisan papan sekitar 30 cm sebagai alat untuk landasan atau penahan Leader dan Tripot agar tidak menyentuh tanah. Setelah pemasangan bantalan, tiang pancang kemudian diangkat dengan menggunakan tali besi untuk dimasukkan ke dalam pipa yang telah disiapkan diberi bantalan pada ujung tiang yang akan ditumbuk dan ditarik keatas dengan memperhatikan aba-aba dari mandor untuk meletakkan tiang diatas titik yang akan dipancang. Setelah tepat diatas titik dan tegak lurus maka pemancangan tiang siap dilaksanakan.
38
Gambar 4.8. Penyetelan Alat Pancang
4.3.4
Pengangkatan Tiang Pancang
Untuk mengangkat tiang pancang ini hanya menggunakan dua titik angkat (pada pelaksanaan dilapangan). Hal ini sebenarnya dapat dilakukan dengan menggunakan dua titik tumpu untuk memindahkan pengangkatan tiang pendek ( 5 - 20 meter) sedangkan untuk pemindahan pengangkatan tiang yang panjang (20 – 50 meter ) digunakan empat titik tumpuan. Pada pelaksanaan pengangkatan tiang pancang pada tahap ini tiang pancang yang akan ditancapkan diangkat dan ditegakkan oleh Crane pada titik yang akan dipancang. Sementara itu, posisi tegaknya tiang ini harus diperhatikan apakah telah tegak lurus ( dengan menggunakan dua buah Theodolit ) karena bila pemancangan tidak tegak lurus akan membahayakan konstruksi tersebut.
39
Tiang – tiang yang akan diangkat atau dipindahkan hanya menurut kebutuhan pemancangan, artinya tidak semua tiang diangkat kedekat lokasi pemancangan.
Gambar 4.9. Proses Pengangkatan Tiang yang Akan Di pancang
4.3.5
Penempatan Tiang Pada Titik Pancang
Sebelum pelaksanaan pemancangan tiang pancang, terlebih dahulu tiang pancang diangkat dan diletakkan diatas titik yang akan dipancang. Pada saat tiang diangkat dengan menggunakan crane, tiang pancang diangkat dan diletak kan di atas titik, sebelum tiang pancang dipukul dengan hammer terlebih dahulu diukur apakah tiang sudah benar tegak lurus, dengan menggunakan Waterpass atau dua buah Theodolit. Apabilah sudah benar-benar lurus maka proses pemancangan siap dilakukan.
40
Gambar 4.10. Penempatan Tiang Pada Titik Pancang
Gambar 4.11. Pengukuran Tiang Pancang Dengan Waterpas
4.3.6
Pemukulan Tiang Pancang Bagian Bawah (Bottom)
Kemudian Diesel Hammer dapat dihidupkan, tumbukan pertama dilakukan perlahan untuk menentukan tiang benar-benar berada pada posisinya.
41
Bila posisi sudah tepat maka tumbukan dapat kembali dilakukan sampai tiang masuk kedalam tanah lebih kurang 11 meter, dari panjang tiang 12 meter.
Gambar 4.12. Pemancangan Tiang Bagian Bawah (Bottom)
4.3.7
Penyambungan Tiang Pancang
Kemudian pekerjaan dilanjutkan dengan penyambungan tiang bagian atas yang berukuran 9 meter dan berdiameter sama dengan tiang yang bawah, tiang yang akan disambung diangkat dengan menggunakan Crane lalu diletakkan di atas tiang pertama, setelah posisi tiang sudah tepat seorang pengelas memakai helm yang tertutup dengan kaca di sekitar mata untuk melindungi mata dari sinar las kemudian barulah sambungan di las dengan menggunakan Las Listrik dengan pengelasan sumbu tiang harus segaris, plat sambungan harus bebas karat dan bersih dari kotoran atau tanah dan setelah di las sambungan tersebut di cat meni atau cat yang disyaratkan.
42
Gambar 4.13. Penempatan Posisi Tiang yang Akan di Las
Gambar 4.14. Penyambungan Dengan Las
4.3.8
Pemancangan Tiang Pancang Bagian Atas (Upper)
Setelah penyambungan selesai maka pekerjaan pemukulan tiang bagian atas dapat dilanjutkan, tiang bagian atas panjangnya 9 meter dan
43
berdiamater sama dengan tiang pancang bagian bawah. Pemukulan tiang pancang ini prosesnya hampir sama dengan pemancangan tiang bagian bawah. Tetapi proses pemancangan tiang atas ini mulai terlihat perlawanan terhadap tanah dan jumlah pukulannya lebih banyak. Saat terlihat perlawanan terhadap tanah ( Rebound ) yang cukup besar maka harus ada pengambilan data kalendring. Kelancaran pelaksanaan pemukulan tiang pancang ini terletak pada alat pancang yang digunakan, apabila terjadi kerusakan pada mesin pemukul Diesel Hammer maka pekerjaan dapat tertunda sampai alat Diesel Hammer bisa digunakan kembali dengan cara mengganti alat atau memperbaiki bagian alat yang rusak. Pemukulan tiang pancang dapat dihentikan jika tiang telah mencapai lapisan tanah keras, sesuai dengan perencanaan.
Gambar 4.15. Pemancangan Tiang Bagian Atas (Upper)
44
4.3.9
Pengambilan Data Kalendering
Dalam satu titik tiang pancang setelah dilakukan penyambungan tiang pancang bagian atas harus dilakukannya pengukuran kalendering yang diambil ketika sepuluh pukulan terakhir
dan terlihat perlawanan terhadap tanah
(Rebound). Pengambilannya juga dapat dilakukan ketika rebound hammer telah tinggi karna mencapai tanah keras. Pengambilan data kalendering harus berdasarkan tinggi pukulan Hammer pada saat tanah sudah dianggap keras maka data kalendering dapat diambil dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : 1. Pada tinggi pukulan sudah mencapai angka E pada Hammer jenis IDH-25. 2. Pada ketinggian pukulan tersebut Hammer terletak pada 1,9 m diatas kepala tiang yang siap dipukul. 3. Setelah Hammer mencapai ketinggian tersebut maka data kalendering dapat diambil. 4. Pengambilan data kalendering diambil maksimal pada saat 10 pemukulan terakhir. 5. Apabila setelah diambil data kalendering dan tanah masih dianggap masih belum keras maka tidak ada pemancangan kembali karena ketentuan dari PT. PUSRI bahwa tiang pancang ditanam 21 m, apabila tiang pancang dianggap kurang memenuhi daya dukung maka diselipkan tiang pancang.
45
Pengambilan data kalendering ini digunakan untuk menghitung daya dukung maksimal masing-masing tiang terhadap beban yang akan dipikul.
Gambar 4.16. Pengambilan Data Kalendering
Gambar 4.17. Data Kalendering
46
4.4
Pemotongan Kepala Tiang
Pemotongan kepala tiang dilakukan setelah pemukulan semua tiang pancang untuk menopang beban yang berada diatas selesai, maka tidak dapat dihindari sebagian tiang pancang pada posisi kepala tiang terjadi kerusakan (kepala tiang rusak atau pecah), hal tersebut tidak mempengaruhi kekuatan tiang atau tingkat kelayakan tiang. Kerusakan kepala tiang ini sudah sewajarnya dan tidak dapat dihindari, selain kerusakan kepala tiang pemotongan tiang juga dilakukan pada tiang yang telah mencapai lapisan tanah keras sehigga kepala masih berada diatas permukaan tanah. Pemotongan kepala tiang dapat dilakukan dengan menggunakan peralatan las listrik atau dengan melakukan pengikiran pada beton setelah terlihat pembesian yang berada di dalam beton maka pemotongan dapat dilakukan dengan menggunakan gergaji besi ( cutter ).
4.5
Pekerjaan Form Work (Bekisting)
Sebeleum pekerjaan form work ini dilakukan lean concrete yang ketebalanya 9 cm, lean concrete ini berguna untuk melindungi besi agar tak menyentuh lapisan tanah setelah itu baru dilakukan pekerjaan form work atau begisting. Pekerjaan form work merupakan suatu jenis pekerjaan yang memerlukan ketelitian dan kecermatan. Hal ini dikarenakan struktur form work atau bekisting akan menahan beban berat dan menentukan bentuk akhir dari beton yang sudah mengeras. Jika pekerjaan pemasangan form work mengalami kesalahan, maka dapat
dipastikan pekerjaan penulangan dan pengecoran akan
47
mengalami kegagalan pula, terutama dari segi bentuknya. Sebagai
konsekuensi
terburuknya, pekerjaan pengecoran yang sudah selesai mungkin saja dibongkar dan diulang lagi dari awal karena kesalahan bentuk hasil akhir. Sehingga dapat mengakibatkan kehilangan waktu dan biaya.
Gambar 4.18. Form Work (Bekisting)
4.6
Landasan Pondasi ( Poor )
Pekerjaan ini dilakukan setelah semua tiang pancang sudah masuk kedalam permukaan tanah. Kemudian dibentuk lingkaran sesuai dengan gambar kerja. Pondasi ini berdiameter 16,5 m dengan luas lingkaran 213,72 m 2. Pembesian dan adukan beton di kerjakan setelah landasan pondasi selesai.
4.6.1
Pembesian Pondasi
Pekerjaan pembesian meliputi antara lain : Membuat bestart (daftar memotong besi).
48
Memotong tulangan sesuai dengan ukuran yang dibutuhkan. Menyusun tulangan pada tempatnya sesuai dengan gambar rencana. Membentuk tulangan sesuai dengan yang dibutuhkan, seperti kait dan sengkang. Mengikat tulangan
yang berhubungan satu sama lain dengan memakai
kawat. Sebelum memulai pekerjaan pembesian, kepala pelaksana harus daftar
rencana
pembesian
yang
mendetail
membuat
berdasarkan gambar
rencana konstruksi yang lengkap, seperti diameter tulangan, panjang tulangan, banyak tulangan yang dibutuhkan, panjang bengkokan, jarak antar tulangan, tempat penghentian dan penyambungan tulangan. Pada saat pekerjaan pemotongan dan pembengkokan tulangan, dilakukan di lokasi proyek. Pekerjaan ini memerlukan gambar konstruksi dan daftar rencana pembesian karena kebutuhan tulangan yang bervariasi. Karena tingginya harga besi tulangan, maka pekerjaan pemotongan dan pembengkokan tulangan harus diusahakan seefisien mungkin dengan mengusahakan agar sisa potongan tulangan sesedikit mungkin. Oleh karena itu, pekerja dituntut mengusahakan pemanfaatan sepenuhnya dari batang besi tulangan karena jumlah besi mempunyai persentase yang bertulang.
tulangan
yang diperlukan
cukup besar dalam
pembuatan beton
49
Gambar 4.19. Pembesian Poor
Gambar 4.20. Pembesian Poor
4.6.2
Pekerjaan Pengecoran (Mass Concrete)
Setelah pembesian selesai maka dilakukan pengecoran dengan ketebalan 850 mm, Pengertian mass concrete adalah setiap konstruksi beton berdimensi
50
besar yang memerlukan penanganan khusus terhadap timbulan panas akibat hidrasi semen dan terhadap perubahan volume untuk meminimalisasi terjadinya keretakan. Keuntunga yang didapat saat menggunakan mass concrete terhadap pengerjaan proyek, yaitu dalam hal berkurangnya jumlah joint (sambungan) secara signifikan sehingga mengurangi rembesan air laut atau air sungai ke dalam struktur pondasi karena sendi atau joint merupakan wilayah yang rentan rembesan.
Gambar 4.21. Persiapan Pengecoran
51
BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Saat pekerjaan pondasi tiang pancang pada Proyek Pembangunan Pabrik PT. PUSRI 2B, ada beberapa masalah yang timbul diantaranya adalah sebagai berikut : 1.
Penghitungan Kalendering Karena pada saat pemancangan tiang penghitungan data kalendering pada saat menemukan tanah keras. Tetapi jika selagi pemancangan, tanah keras tidak terdapat di kedalaman tanah yang telah disondir maka pemancangan tidak dilakukan kembali tetapi di hentikan dikedalaman 21 m, hanya ketika pada PDA Test apakah daya dukung tiang pancang memenuhi syarat.
2.
Kendala Pada Alat Pancang Terkadang pada alat pancang mengalami kerusakan pada roda alat (track) yang mengakibatkan pekerjaan harus berhenti dan harus menunggu sampai alat dapat digunakan kembali, sehingga merugikan waktu.
3.
Perubahan Cuaca Pada saat pemancangan keadaan cuaca sangat mempengaruhi, karena apabila hujan pekerjaan tidak dapat dilanjutkan dikarenakan keadaan tanah akan basah sehingga pemancangan menjadi sulit dilakukan.