L amp ampi r an 10 10 SOP TERAPI RELAKSASI OTOT PROGRESIF ssi ve M uscle R elaxat laxatii on) (P r og r essive 1. Definisi Terapi Relaksasi Otot Progresif Teknik relaksasi otot progresif adalah teknik relaksasi otot dalam yang tidak memerlukan imajinasi, ketekunan, atau sugesti.Tehnik relaksasi otot progresif memusatkan perhatian pada suatu aktivitas otot dengan mengidentifikasi otot yang tegang kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi untuk mendapatkan perasaan relaks.Salah satu terapi relaksasi adalah dengan terapi relaksasi otot progresif yang dapat membuat tubuh dan pikiran terasa senang dan relaks, dan memudahkan untuk tidur (Setyoadi dan Kushariyadi,2011). Jadi terapi relaksasi otot progresif ini banyak manfaatnya bagi tubuh, dan terapi ini bisa dilakukan secara mandiri dan termurah tanpa ada efek sampingnya. Terapi ini hanya menggunakan otot dengan cara ditegangkan. 2. Tujuan Terapi Relaksasi Otot Progresif Menurut Herodes (2010), Alim (2009), dan Potter (2005), tujuan dari teknik relaksasi ini adalah untuk : 1. Menurunkan ketegangan otot, kecemasan, nyeri leher dan punggung, tekanan darah tinggi, frekuensi jantung, laju metabolik 2. Mengurangi distrimia jantung, kebutuhan oksigen 3. Meningkatkan gelombang alfa otak yang tgerjadi ketika klien sadar dan tidak fokuskan perhatian serta relaks 4. Meningkatkan rasa kebugaran, konsentrasi 5. Memperbaiki kemampuan untuk mengatasi stress 6. Mengatasi Insomnia, depresi, kelelahan, iribilitas, spasme otot, fobia ringan, gagap ringan, dan 7. Membangun emosi positif dari emosi negatif 3. Indikasi Terapi relaksasi Otot Progresif Indikasi dari terapi relaksasi otot progresif menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011), yaitu: 1. Lansia yang mengalami gangguan tidur ( Insomnia) 2. Lansia yang sering mengalami stress 3. Lansia yang mengalami kecemasan 4. Lansia yang mengalami depresi. 4. Kontraindikasi Ada hal-hal yang perlu diperhatikan sebelum melakukan tindakan teknik terapi relaksasi otot progresif menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011), yaitu sebagai berikut : 1. Lansia yang mengalami keterbatasan gerak, misalnya tidak bisa menggerakkkan badannya. 2. Lansia yang menjalani perawatan tirah baring ( bed rest ). ).
5. Hal-hal yang perlu diperhatikan Berikut adalah hal – hal yang perlu diperhatikan dalam melakukan kegiatan terapi relaksasi otot progresif (Setyoadi dan Kushariyadi,2011) : 1. Jangan terlalu menegangkan otot berlebihan karena dapat melukai diri sendiri. 2. Dibutuhkan waktu sekitar 20-50 detik untuk membuat otot – otot relaks. 3. Perhatikan posisi tubuh. Lebih nyaman dengan mata tertutup. Hindari dengan posisi berdiri. 4. Menegangkan kelompok otot dua kali tegangan. 5. Melakukan pada bagian kanan tubuh dua kali, kemudian bagian kiri dua kali. 6. Memeriksa apakah klien benar – benar relaks. 7. Terus – menerus memberikan instruksi. 8. Memberikan intruksi tidak terlalu cepat dan tidak terlalu lambat. 6. Prosedur Terapi Relaksasi Otot Progresif Persiapan untuk melakukan teknik ini yaitu: 1. Persiapan Persiapan alat dan lingkungan : kursi, bantal serta lingkungan yang tenang dan sunyi Persiapan Klien : a. Jelaskan tujuan, manfaat dan prosedur dan pengisian lembar persetujuan terapi kepada klien. b. Posisikan tubuh klien secara nyaman yaitu berbaring dengan mata tertutup menggunakan bantal di bawah kepala dan lutut atau duduk di kursi dengan kepala ditopang, hindari posisi berdiri. c. Lepaskan asesoris yang digunakan seperti kacamata, jam dan sepatu. d. Longgarkan ikatan dasi, ikat pinggang atau hal lain sifatnya mengikat ketat. 2. Prosedur NO 1
GERAKAN DAN TUJUAN Gerakan 1 : ditujukan untuk melatih otot tangan a. Genggam tangan kiri sambil membuat suatu kepalan. b. Buat kepalan semakin kuat sambil merasakan sensasi ketegangan yang terjadi. c. Pada saat kepalan dilepaskan, rasakan relaksasi selama 10 detik. d. Gerakan pada tangan kiri ini dilakukan dua kali sehingga dapat membedakan perbedaan antara ketegangan otot dan keadaan relaks yang dialami. e. Lakukan gerakan yang sama pada tangan kanan.
GAMBAR
2
3
Gerakan 2 : ditujukan untuk melatih otot tangan bagian belakang a. Tekuk kedua lengan ke belakang pada pergalangan tangan sehingga otot di tangan bagian belakang dan lengan bawah menegang. b. Jari-jari menghadap ke langitlangit. Gerakan 3 : ditujukan untuk melatih otot biseps (otot besar pada bagian atas pangkalan lengan) a. Genggam kedua tangan sehingga menjadi kepalan. b. Kemudian membawa kedua kapalan ke pundak sehingga otot biseps akan menjadi tegang.
4
Gerakan 4 :ditujukan untuk melatih otot bahu supaya mengendur a. Angkat kedua bahu setinggitingginya seakan-akan hingga menyentuh kedua telinga. b. Fokuskan perhatian gerekan pada kontrak ketegangan yang terjadi di bahu punggung atas, dan leher.
5
Gerakan 5 dan 6 : ditujukan untuk melemaskan otot-otot wajah (seperti otot dahi, mata, rahang dan mulut) a. Gerakan otot dahi dengan cara mengerutkan dahi dan alis sampai otot terasa kulitnya keriput. b. Tutup keras-keras mata sehingga dapat dirasakan ketegangan di sekitar mata dan otot-otot yang mengendalikan gerakan mata. Gerakan 7 : ditujukan untuk mengendurkan ketegangan yang dialami oleh otot rahang. Katup rahang, diikuti dengan mengigit gigi sehingga terjadi ketegangan di sekitar otot rahang Gerakan 8 : ditujukan untuk mengendurkan otot-otot sekitar mulut. Bibir di moncongkan sekuat-kuatnya sehingga akan dirasakan ketegangan di sekitar mulut
6
Gerakan 9 : ditujukan untuk merilekskan otot leher bagian depan maupun belakang a. Gerakan diawali dengan otot leher bagian belakang baru kemudian otot leher bagian depan. b. Letakkan kepala sehingga dapat beristirahat. c. Tekan kepala pada permukaan bantalan kursi sedemikian rupa sehingga dapat merasakan ketegangan di bagian belakang leher dan punggung atas.
7
Gerakan 10 : ditujukan untuk melatih otot leher bagian depan a. Gerakan membawa kepala ke muka. b. Benamkan dagu ke dada, sehingga dapat merasakan ketegangan di daerah leher bagian muka.
8
Gerakan 11 : ditujukan untuk melatih otot punggung a. Angkat tubuh dari sandaran kursi. b. Punggung dilengkungkan c. Busungkan dada, tahan kondisi tegang selama 10 detik, kemudian relaks. d. Saat relaks, letakkan tubuh kembali ke kursi sambil membiarkan otot menjadi lurus.
9
10
11
7.
Gerakan 12 : ditujukan untuk melemaskan otot dada a. Tarik napas panjang untuk mengisi paru-paru dengan udara sebanyak banyaknya. b. Ditahan selama beberapa saat, sambil merasakan ketegangan di bagian dada sampai turun ke perut, kemudian dilepas. c. Saat tegangan dilepas, lakukan napas normal dengan lega. d. Ulangi sekali lagi sehingga dapat dirasakan perbedaan antara kondisi tegang dan relaks Gerakan 13 : ditujukan untuk melatih otot perut a. Tarik dengan kuat perut ke dalam. b. Tahan sampai menjadi kencang dan keras selama 10 detik, lalu dilepaskan bebas. c. Ulangi kembali seperti gerakan awal untuk perut.
Gerakan 14-15 : ditujukan untuk melatih otot-otot kaki (seperti paha dan betis) a. Luruskan kedua telapak kaki sehingga otot paha terasa tegang. b. Lanjutkan dengan mengunci lutut sedemikian rupa sehingga ketegangan pindah ke otot betis. c. Tahan posisi tegang selama 10 detik, lalu dilepas. d. Ulangi setiap gerakan masingmasing dua kali.
Kriteria Evaluasi Kriteria evaluasi menurut Setyoadi dan Kushariyadi (2011), adalah : 1. Klien tidak mengalami gangguan tidur ( Insomnia) dan tidak stres. 2. Kebutuhan dasar klien terpenuhi. 3. Tanda – tanda vital dalam batas normal.