KRISIS PT. SINAR MAS
Latar Belakang Masalah
Sinar Mas Group adalah salah satu konglomerasi terbesar di Indonesia. Perusahaan ini dibentuk tahun 1962 dan memiliki banyak anak perusahaan seperti Asia Pulp & Paper dan produsen minyak sawit PT SMART Tbk.Sinar Mas Group didirikan oleh seorang pengusaha keturunan Tionghoa, Eka Tjipta Widjaja. Bisnis utamanya ialah pulp dan kertas, agribisnis, properti dan jasa keuangan. Eka Tjipta Widjaja datang ke Indonesia pada usia 9 tahun bersama orang tuanya ketika negara asal mereka sedang bergejolak. Perusahaan ini mendirikan anak perusahaan di India pada 1990-an yang kemudian dijual kepada Ballarpur Industries Limited tahun 2001.
Sinar Mas mengawali kiprah pada sektor perkebunan dengan mendirikan Pabrik Bitung Manado Oil Ltd. pada tahun 1968 yang dikenal sebagai pabrik pertama yang memproduksi minyak goreng setelah sebelumnya hanya bergerak pada bidang penjualan minyak goreng dan kopra. Belakangan, juga hadir pabrik Sayang Heulang di Bandung dan Mulyorejo di Surabaya untuk memperkuat lini produksi. Tahun 1980 seluruh fasilitas produksi telah mampu menghasilkan minyak goreng berbahan dasar sawit. Pembangunan perkebunan kelapa sawit yang dirintis sejak awal dikemudian hari berkembang menjadi pilar utama divisi agribisnis dan makanan sebagai sebuah industri terintegrasi yang menopang kehidupan banyak orang di Indonesia
Krisis yang di hadapi oleh pt sinarmas yaitu krisis kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap perusahaan karena isu penghancuran hutan yang di lakukan oleh supplier minyak kelapa sawit PT. Sinar mas yang menimbulkan polemik di masyarakat, khususnya bagi para aktivis lingkungan seperti green peace. Pemberitaan yang di sampaikan oleh media semuanya negatif bagi pt sinar mas baik di media cetak maupun elektronik.
Dari kebanyakan berita yang di sampaikan yaitu agar masyarakat tidak memebeli produk nestle, karena nestle bekerjasama dengan PT. Sinar Mas padahal tidak ada keterkaitannya dengan nestle, dan ini juga berdampak pada perusahaan yang bekerja sama dengan PT. Sinar Mas, itu disebabkan karena masyarakat percaya bahwa PT. Sinar Mas menghancurkan hutan karena di setujui oleh perusahaan yang bekerjasama dengan PT. Sinar Mas.
Sehingga perusahaan yang menjadi stakeholder dari PT. Sinar Mas menjadi memutuskan kontrak akibat dorongan dari aktivis lingkungan tersebut. Hal tersebut menjadi kerugian bagi PT. Sinar Mas karena sebagian pemasukan berasal PT. Nestle dan Unilever. Mereka sebagai konsumen merasa dirugikan akibat isu yang masyarakat tidak percaya kepada perusahaan tersebut.
Rumusan Masalah
Isu negatif yang disebarkan oleh media
Penanggulan krisis akibat isu yang sudah menyebar
Pembahasan
PT. Sinar Mas mengalami miss communication dengan aktivis lingkungan yaitu greenpeace mengenai pengalih fungsian hutan menjadi perkebunan sawit. Lahan yang dialih fungsikan berada di kalimantan barat dan merupakan lahan gambut yang kaya karbon dan habitat dari orang utan kalimantan. Aktivis lingkungan greenpeace menganggap PT. Sinar Mas telah melanggar perjanjian tentang lingkungan yang telah disepakati.
Dari kasus PT. Sinarmas ini, kita bisa melihat bahwa kasus ini sesuai dengan "teori A Matrix of Contingecy Factors", yang termasuk di dalam kategori External threats karena kasus ini berkembang di external perusahaan dan kasus ini termasuk the issues under consideration karena isu negatif ini disebarkan oleh media dan didukung oleh greenpeace, kemudian menjadi perbincangan hangat di masyarakat sekitar, yang mana isu ini membuat Image PT. Sinarmas menjadi jatuh.
Untuk mengatasi krisis yang di alami PT. Sinar Mas ini kami menggunakan Stategic Conflict ManagementYaitu strategic , management , competiton , dan conflict sebagai berikut
kami akan meluruskan isu isu yang salah yang beredar di maysarakat dengan di awali dengan mengadakan gathering dengan LSM Greenpeace , Greenpeace adalah suatu lembaga swadaya masyarakat, organisasi lingkungan global, yang memiliki cabang di lebih dari 40 negara . Dalam gathering tersebut kami sebagai PR PT Sinar mas akan menjelaskan tentang isu isu yang beredar di masyarakat , isu yang beredar di masyarakat adalah pengalihan fungsi lahan tanpa menghiraukan ekosistem yang ada, masyarakat hanya mengetahui bahwa apa yang PT Sinar Mas lakukan adalah melanggar kesepaktan dengan Green Peace mengenai Perusakan Ekosistem , Padahal Perusahaan kami tidak melakukan itu, semua tidakan yang kami lakukan sudah kami pertimbangkan dan ukur masak masak agar keseimbangan ekosistem tetap berjalan lancar, kami pun sudah mengantongi ijin dari pihak WALHI (Wahana Lingkungan Hidup Indonesia ) yaitu organisasi yang menangani lingkungan hidup, dan juga mendapatkan ijin dari pihak RSPO ( Roundtable On Sustainable Palm Oil)yaitu asosiasi yang terdiri dari berbagai organisasi dari sektor industri kelapa sawit , dan kami akan mengklarifikasi hal ini kepada pihak LSM GreenPeace.
Setelah melakukan klarifikasi dan berdiskusi bersama pihak LSM Green Peace , lalu kami akan melakukan klarifikasi dengan Masyarakat sekitar dan menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya dengan salah satu perwakilan dari LSM Green Peace , Kami mengundang serta pihak LSM Green Peace dengan maksud agar masyarakat lebih percaya dan dapat melihat bahwa LSM Green Peach pun sudah memahami bahwa yang di lakukan perusahaan kami tidak merusak alam ataupun ekosistem .Dengan begitu di harapkan bahwa masyarakat tidak lagi salah paham atas isu yang selama ini beredar.
Selanjutnya kami akan membuat Press Realise yang di tujukan Kepada beberapa Media cetak ,elektronik, dan online agar dapat memberitahukan ke masyarakat bahwa isu yang selama ini beredar adalah kesalah pahaman dari pihak Green Peace ke PT Sinar Mas, dan kami telah mengklarifikasi dan berdiskusi dengan pihak green Peace bahwa isu yang berkembang di masyarakat tersebut tidak benar adanya.
Pada tahap terakhir kami mendapatkan strategi selanjutnya dari teori The Conflict Management Life Cycle. Dalam teori ini terdapat 4 fase yaitu, proactive, strategic, reactive, recovery. Proactive yaitu merencanakan untuk menghadapi isu dan krisis. Dalam tahap ini PR dapat mengumpulkan beberapa data yang ada di media massa. Dalam fase strategik, isu yang sudah menjadi masalah mengkhawatirkan, butuh tindakan yang serius dari seorang PR. Setelahnya , fase reactive yaitu seorang PR harus bisa menyeselaikan konflik tersebut dengan berdiskusi atau bernegosiasi. Pada tahap terakhir recovery, yaitu mengembalikan citra positif perusahaan dengan berbagai cara, misalnya membuat program baru.
Belajar dari kasus krisis kepercayaan tersebut, kami PT Sinar Mas akan membuat beberapa program kerja untuk membina hubungan baik antara kami dengan para stakeholder dan para pihak ekstenal kami. Berikut ini beberapa program :
Media gathering
Media gathering bertujuan untuk menjalin hubungan baik antara PT Sinar Mas dengan penggiat media
Membuat program CSR
Program CSR ini selain sebagai Rasa Tanggung jawab sosial perusahaan, CSR juga digunakan untuk mendekatkan hubungan antara perusahaan kami dengan masyarakat sekitar.
Community Relations
Community relations bertujuan untuk merekatkan hubungan PT. Sinar mas dengan komunitas komunitas yang ada, sehingga dengan adanya kedekatan yang mendalam diharapkan tidak akan terjadi lagi miss communication dengan komunitas2.
DAFTAR PUSTAKA
Chapter 10, Public Opinion and Persuation
Cutlip, Scott M Allen H center and Glen M Broom. 2006. Effective Public Relation (terj). Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
BAGAIMANA PR ORANISASI / PERUSAHAAN MERESPON DAN MENGKOMUNIKASIKAN KRISIS
MATA KULIAH MANAJEMEN ISU DAN KRISIS
Disusun oleh:
Doni Irawan (20130530002)
Farid Wajdi (20130530060)
Dessy Ratna A (20130530070)
Hilda Faradina (20130530071)
Dwiga Satriawan (20130530078)
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
JURUSAN ILMU KOMUNIKASI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
2015