12
2
UNIVERSITAS INDONESIA
KONSEP GERIATRIK, GERONTOLOGI, DAN GERONTIK SERTA PERAN PERAWAT GERONTIK
KELAS A
Focus Group 1
Anggun Laellatul 1506689811
Kartika 1506690151
Nurma Rizqiana 1506690164
Nurul Fatimah 1506689856
Shafa Dwi Anzani 1506690063
Verawati Dewi Susanti 1506690050
(Kontribusi setiap anggota kelompok sama)
Tugas Makalah Pertama Focus Group pada Mata Kuliah Keperawatan Gerontik
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA
DEPOK
2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur tim penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga tim penulis dapat menyelesaikan pembuatan makalah yang berjudul "Konsep Geriatrik, Gerontologi, dan Gerontik serta Peran Perawat Gerontik" dengan baik dan tepat waktu. Makalah ini disusun berdasarkan hasil diskusi focus group untuk memenuhi salah satu tugas dalam Mata Kuliah Keperawatan Gerontik. Tim penulis menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, sangat sulit untuk menyelesaikan tugas ini. Oleh karena itu, tim penulis mengucapkan terima kasih kepada:
Ns. Dwi Nurviyandari K, S.Kep., MN selaku Fasilitator Kelas A Keperawatan Gerontik yang membantu dan mengarahkan dalam penulisan makalah ini;
Teman-teman focus group 1, Anggun Laellatul, Kartika, Nurma Rizqiana, Nurul Fatimah, Shafa Dwi Anzani dan Verawati Dewi Susanti yang telah bekerjasama dengan baik; dan
Siepend Kelas A Keperawatan Gerontik, Fanny Anwar Fauziani dan teman-teman kelas A lainnya yang telah membantu mengingatkan dan menyemangati.
Tim penulis juga menyadari bahwa makalah ini belumlah sempurna dan masih perlu banyak perbaikan karena keterbatasan tim penulis. Oleh karena itu, tim penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk pengembangan makalah ini. Tim penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Depok, Februari 2018
Tim Penulis
ABSTRAK
Perawatan lansia saat ini menjadi salah satu fokus yang harus diperhatikan dalam keperawatan. Hal tersebut didasarkan pada kebutuhan dasar manusia yang komprehensif dan perubahan kondisi dimana penyakit akut pada orang dewasa dapat menjadi penyakit kronik pada lansia sehingga diperlukan perawatan khusus pada lansia. Dalam hal ini, terdapat beberapa istilah yang menjelaskan tentang konsep perawatan pada lansia itu sendiri, mulai dari istilah geriatrik, gerontologi hingga gerontik. Seiring berjalannya waktu, ketiga istilah tersebut mengalami transformasi. Selain itu, perawat juga memiliki peran yang sangat strategis dalam perawatan lansia. Beberapa peran perawat yang dapat diaplikasikan diantaranya sebagai care giver, advokat, care manager, konselor, edukator, kolaborator, praktisi mandiri dan peneliti. Maka dari itu, tujuan penulisan makalah ini adalah untuk menjelaskan dua hal yakni konsep geriatrik, gerontologi, dan gerontik serta menentukan istilah yang sesuai dengan peran, tugas dan wewenang perawat dan menjelaskan peran perawat yang banyak diaplikasikan pada perawatan lansia. Metode yang digunakan adalah menggunakan studi literatur baik dari e-book, jurnal dan internet serta diskusi kelompok. Berdasarkan hasil analisis kelompok, istilah gerontik merupakan istilah yang paling sesuai untuk menjelaskan konsep perawatan lansia yang sesuai dengan peran, tugas dan wewenang perawat dan care giver merupakan peran yang banyak mendominasi dan dibutuhkan pada perawatan lansia.
Kata kunci: geriatrik; gerontologi; gerontik; peran perawat; perawatan lansia
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
ABSTRAK iii
DAFTAR ISI iv
1.PENDAHULUAN 1
1.1 Latar Belakang 1
1.2 Rumusan Masalah 2
1.3 Tujuan Penulisan 2
1.4 Metode Penulisan 2
1.5 Sistematika Penulisan 2
2. TINJAUAN PUSTAKA 3
2.1 Pengertian Geriatrik, Gerontologi, dan Gerontik 3
2.1.1 Pengertian Geriatrik 3
2.1.2 Pengertian Gerontologi 3
2.1.3 Pengertian Gerontik 3
2.2 Sejarah Penamaan Istilah Keperawatan Lanjut Usia dari Geriatrik, Gerontologi, menjadi Gerontik 4
2.3 Peran Perawat dalam Ranah Keperawatan Gerontik 5
2.3.1 Perawat sebagai Direct Care Giver 5
2.3.2 Perawat sebagai Advokator 5
2.3.3 Perawat sebagai Edukator 6
2.3.4 Perawat sebagai Manajer 7
2.3.5 Perawat sebagai Praktisi Independen 8
2.3.6 Perawat sebagai Konselor 8
2.3.7 Perawat sebagai Kolabolator 8
2.3.8 Perawat sebagai Peneliti 9
3. PENUTUP 10
3.1 Kesimpulan 10
3.2 Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada zaman dahulu ilmu keperawatan yang berfokus pada pelayanan kesehatan terhadap lansia masih belum dikenal. Selama masa perkembangannya, ilmu keperawatan ini memiliki nama yang berbeda-beda. Permasalahan pemilihan kata ini menjadi sebuah perdebatan dikalangan para ahli. Awalnya ilmu keperawatan ini menggunakan kata geriatrik dan gerontologi sebelum akhirnya berubah menjadi gerontik seperti sekarang ini. Kata geriatrik, gerontologi, dan gerontik tentu memiliki makna yang berbeda satu sama lain. Dalam dunia keperawatan sekarang ini, lebih dikenal dengan istilah keperawatan gerontik daripada keperawatan geriatrik maupun gerontologi.
Geriatik lebih dikenal dengan suatu ilmu yang berhubungan dengan penyakit dan kecacatan pada orang tua (Touhy & Jett, 2014). Sedangkan, gerontologi bersifat multidisiplin yaitu berisi tentang ilmu keperawatan, psikologi, medis, dan lain-lain (Miller, 2012). Sehingga para ahli menyimpulkan kata gerontik adalah kata yang paling tepat untuk digunakan dibidang ilmu keperawatan ini karena gerontik memiliki arti sebagai spesialisasi keperawatan tentang praktik mengasuh, merawat, dan menghibur orang dewasa yang lebih tua (Flaherty, n.d). Peran dari seorang perawat dalam keperawatan gerontik pun masih kurang diketahui.
Bagaimana cara seorang perawat untuk melakukan intervensi dengan sasaran lansia masih kurang diketahui karena peminat ilmu gerontik belum sebanyak bidang keperawatan yang lain. Maka dari itu, dalam makalah ini akan dibahas mengenai "Konsep Geriatrik, Gerontologi, dan Gerontik serta Peran Perawat Gerontik" yaitu tentang terminologi kata geriatrik, gerontologi, dan gerontik untuk mengetahui kata yang paling tepat dalam ilmu keperawatan, serta akan dijelaskan mengenai peran perawat dalam ilmu keperawatan yang berfokus pada sasaran lansia.
1.2 Rumusan Masalah
Pengertian geriatrik, gerontologi, dan gerontik
Perkembangan keperawatan geriatrik, gerontologi dan gerontik
Hubungan antara geriatrik, gerontologi dan gerontik
Peran perawat gerontik dalam asuhan keperawatan
1.3 Tujuan Penulisan
Mahasiswa mampu memahami pengertian geriatrik, gerontologi dan gerontik
Mahasiswa mampu memahami perkembangan keperawatan geriatrik, gerontologi dan gerontik
Mahasiswa mampu memahami hubungan antara geriatrik, gerontologi dan gerontik
Mahasiswa mampu memahami peran perawat gerontic dalam asuhan keperawatan
1.4 Metode Penulisan
Penulisan makalah ini menggunakan metode Questions Based Learning dengan studi literature dan kajian pustaka seperti buku, jurnal dan sumber informasi lain terkait pengertian, perkembangan dan hubungan geriatrik, gerontologi dan gerontik serta peran perawat gerontik.
1.5 Sistematika Penulisan
Bab I Pendahuluan terdiri dari latar belakang, rumusan masalah, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab 2 Tinjauan Pustaka terdiri dari pembahasan mengenai pengertian, perkembangan dan hubungan dari geriatrik, gerontologi dan gerontik serta peran perawat gerontik. Bab 3 Penutup terdiri dari kesimpulan dan saran.
BAB 2
ISI
2.1 Pengertian Geriatrik, Gerontologi, dan Gerontik
2.1.1 Pengertian Geriatrik
Geriatrik berasal dari kata Yunani yaitu "geras" yang berarti usia tua. Hal ini mengacu pada cabang kedokteran yang terdiri dari diagnosis, pengobatan penyakit, dan sindrom yang terjadi terutama pada kalangan dewasa tua (Flaherty, 2004). Menurut Miller (2012) geriatrik sangat berakaitan dengan penyakit dan kecacatan orang tua sehingga dapat dimaknai bahwa istilah geriatrik berfokus pada subspesisialisasi pengobatan penyakit dan praktik keluarga. Seiring dengan berjalannya waktu, terdapat pergeseran orientasi yaitu fokus geriatrik ini mencakup masalah kualitas hidup, intervensi mempertahankan fungsi optimal dan promosi kesehatan.
2.1.2 Pengertian Gerontologi
Gerontologi ialah studi tentang penuaan dan orang dewasa yang lebih tua, yang bersifat multidisiplin berbagai bidang seperti keperawatan, psikologi, pekerjaan sosial dan profesi kesehatan tertentu (Miller, 2012). Sedangkan, menurut Tabloski (2014) gerontologi merupakan studi holistik tentang proses penuaan dan individu sepanjang kehidupan mereka untuk mengetahui perubahan fisik, mental, sosial, analisis perubahan masayarakat dan penerapan pengetahuan ini ke kebijakan dan program pengembangan. Fokus dari keperawatan gerontologi adalah untuk mempelajari, mendiagnosis, dan mengobati penyakit (Tabloski, 2014).
2.1.3 Pengertian Gerontik
Gerontik berasal dari bahasa Yunani yaitu "geron" yang memiliki arti orang tua atau usia tua. Gerontik didefinisikan sebagai spesialisasi keperawatan tentang praktik mengasuh, merawat, dan menghibur orang dewasa yang lebih tua. Keperawatan gerontik memiliki tujuan yaitu untuk memenuhi kenyamanan lansia, mempertahankan fungsi tubuh, dan membantu lansia menghadapi kematian dengan tenang dan damai (Mauk, 2014).
2.2 Sejarah Penamaan Istilah Keperawatan Lanjut Usia dari Geriatrik, Gerontologi, menjadi Gerontik
Geriatrik merupakan istilah pertama dari kedokteran yang memiliki makna yaitu pengobatan penyakit pada lansia. Perawat geriatrik pertama kali disebut pada tahun 1925 dalam American Journal of Nursing. Lalu, pada tahun 1942 terbentuk The American Geriatrics Society dan penerbitan jurnal edisi pertama yaitu Geriatrics (Miller, 2012). Tahun 1953, masyarakat mengubah nama jurnal tersebut menjadi Journal of the American Geriatrics Society dan fokus dari geriatrik menjadi semakin luas, yakni tentang berbagai masalah kesehatan lansia, intervensi yang dapat mempertahankan fungsi optimal, serta promosi kesehatan yang bertujuan untuk menunda kecacatan pada lansia (Miller, 2012). Perawat geriatrik sudah terbentuk dan diusulkan sejak 1925, namun baru pada tahun 1950 perawat geriatrik pertama kali disarankan sebagai "care of aged" dalam American Journal of Nursing.
Kelahiran perawat geriatrik yang sebenarnya ialah pada tahun 1962 diawali oleh American Nurses Association (ANA) yang membentuk kelompok Konferensi Praktik Keperawatan Geriatrik. Kemudian, pada tahun 1966, ANA membentuk divisi Perawatan Geriatrik (Flaherty, 2004; Mauk, 2014). Pada tahun 1968, ANA menerbitkan standar geriatrik yang pertama dan memberikan sertifikasi keperawatan geriatrik. Dapat dikatakan bahwa keperawatan geriatrik adalah spesialisasi pertama yang menetapkan standar praktik dalam ANA. Namun, istilah penggunaan nama "Keperawatan Geriatrik" tidak berlangsung lama karena dirasa kurang dalam menggambarkan keperawatan.
Pada pertengahan tahun 1970-an, ANA menganjurkan untuk mengubah istilah keperawatan geriatrik menjadi keperawatan gerontologi (Miller, 2012). Perubahan ini disebabkan oleh penekanan pada istilah geriatrik cenderung hanya pada masalah kesehatan yang dihadapi seperti dalam bidang medis dan tidak terdapat nilai-nilai keperawatan. Sehingga, pada tahun 1976 nama geriatik resmi berubah menjadi gerontologi dan divisi perawatan geriatrik berubah menjadi divisi perawatan gerontologi (Tabloski, 2014). Proses perubahan nama ini diharapkan dapat membuat istilah keperawatan spesialisasi yang lebih baik dari sebelumnya. Hal ini dikarenakan keperawatan gerontologi berperan erat dalam pengembangan pengetahuan sebagai dasar praktik terbaik dalam merawat dewasa lanjut usia (Touhy & Jett, 2014).
Keperawatan gerontologi juga diakui oleh American Nurses Credentialing Center (ANCC) sebagai spesialisasi dengan menawarkan sertifikasi sebagai perawat gerontologi, spesialis klinis pada keperawatan gerontologi atau praktisi perawat gerontologi. Namun, perdebatan istilah untuk spesialisasi keperawatan dewasa usia lanjut masih belum berakhir. Menurut beberapa pandangan, penggunaan kata "ology" sangat tidak relevan dengan praktik keperawatan (klinik), karena makna dari "ology" menunjuk ke arah ilmu pengetahuan dan scientific (Flaherty, 2004). Lalu, pada tahun 1979, Gunter dan Estes menyarankan istilah baru yaitu gerontik untuk menggantikan gerontologi.
Keperawatan gerontik lebih sesuai secara filosofi dibandingkan dengan keperawatan geriatrik dan lebih bersifat linguistik daripada keperawatan gerontologi (Flaherty, 2004). Hal ini dikarenakan keperawatan gerontik juga dapat mencakup seni, praktik mengasuh, merawat dan menghibur dewasa lanjut. Sehingga, pada istilah gerontik ini sudah mencakup pengetahuan dan praktik keperawatan dan dianggap mampu menggambarkan ilmu keperawatan secara menyeluruh (Touhy & Jett, 2014).
2.3 Peran Perawat dalam Ranah Keperawatan Gerontik
2.3.1 Perawat sebagai Direct Care Giver
Peran perawat dalam hal ini memberikan perawatan langsung kepada lansia diberbagai situasi kondisi. Umumnya, lansia sering menunjukkan gejala khas namun terasa sulit dimengerti ucapannya yang menjadi tantangan bagi perawat dalam menentukan diagnosis dan penangan yang tepat. Oleh karenanya, perawat sebagai penyedia perawatan harus mengatahui segala proses penyakit dan gejala yang biasa terlihat pada lansia mencakup pengetahuan tentang faktor risiko, tanda dan gejala, penangan medis yang biasa dilakukan, rehabilitasi, serta perawatan yang dibutuhkan pada akhir usia (Hindle & Coates, 2011).
2.3.2 Perawat sebagai Advokator
Perawat dalam hal ini bertindak memihak atau memastikan lansia untuk mendapatkan haknya, pelayanan yang layak, memperkuat otonomi klien dalam pengambilan keputusan, dan mendidik orang lain mengenai stereotip negative dari penuaan (Miller, 2012). Contoh kecilnya seperti menjelaskan prosedur medis atau perawatan kepada anggota keluarga pada tingkat unit. Selain itu, perawat juga dapat membantu anggota keluarga untuk memilih panti werdha terbaik bagi anggota keluarga yang dicintainya atau mendukung anggota keluarga yang berada dalam peran pengasuhan. Hal yang perlu diingat, apapun situasinya peran advokator tidak berarti membuat keputusan untuk lansia, tetapi memberdayakan mereka untuk tetap independen dan bermartabat bahkan dalam situasi sulit sekalipun (Stanley & Beare, 2006).
2.3.3 Perawat sebagai Edukator
Perawat yang berperan sebagai edukator memiliki kewajiban untuk memberi informasi mengenai status kesehatan klien kepada klien serta keluarga klien dan membantu klien mencapai perawatan diri sesuai kemampuannya (Potter, Perry, Stockert & Hall, 2013). Hal ini dapat dilakukan dengan cara menunjukkan prinsip, prosedur, dan teknik dalam pemeliharaan kesehatan kepada lansia. Menurut Tabloski (2014), perawat dapat melakukan edukasi mengenai beberapa hal kepada lansia seperti deteksi penyakit, memberikan edukasi tentang penuaan yang sehat, pengobatan terhadap penyakit, dan rehabilitasi kepada lansia serta keluarganya. Selain itu, perawat edukator dapat juga berpartisipasi dalam ranah pendidikan hingga memberikan pelatihan untuk perawat.
Memberikan edukasi kepada lansia menjadi tantangan tersendiri bagi perawat. Hal ini dikarenakan lansia mengalami cognitive aging yang mempengaruhi proses belajar (Miller, 2012). Sehingga, perawat perlu menyesuaikan metode dan bahan edukasi agar edukasi yang diberikan dapat dimengerti dengan baik oleh lansia. Apabila lansia tidak dapat di berikan edukasi, maka edukasi diberikan kepada keluarganya. Namun, jika lansia masih memiliki kognitif yang baik, terdapat lima hal yang perlu dilakukan agar edukasi yang diberikan dapat dipahami dengan baik menurut Miller (2012), antara lain:
(1) Memberikan waktu yang cukup untuk lansia menyerap informasi, artinya pemberian informasi dilakukan dengan tidak terburu-buru
(2) Memberikan sejumlah kecil informasi dalam beberapa sesi, artinya tidak diberikan banyak informasi pada satu pertemuan
(3) Membuat rujukan kepada perawat untuk melakukan perawatan di rumah dengan salah satunya follow up pengajaran yang diberikan
(4) Membuat lingkungan pembelajaran nyaman dengan menghilangkan berbagai hal yang dapat menjadi distraksi.
(5) Mengaitkan informasi yang diberikan dengan pengalaman masa lalu klien agar mudah diserap klien.
2.3.4 Perawat sebagai Manajer
Perawat sebagai manajer bertanggung jawab dalam memberikan lingkungan yang positif serta profesional di rumah sakit atau komunitas agar terwujudnya pelayanan yang berkualitas. Selain itu, perawat sebagai manajer juga harus mampu memimpin dan mengelola tim klinis yang dibentuk. Mauk (2014), mengemukakan bahwa perawat manajer dalam keperawatan gerontik perlu memiliki kemampuan dalam beberapa hal antara lain:
(1) Membangun dan meningkatkan kemampuan serta keterampilan anggota tim keperawatan gerontik. Dalam hal ini, seorang perawat gerontik harus memiliki standar dalam memberikan asuhan keperawatan kepada lansia. Standar tersebut antara lain, pengetahuan dan keterampilan untuk menjaga kesehatan lansia, mencegah penyakit, mengelola penyakit kronis yang kompleks, penurunan fungsi fisik dan mental, hingga perawatan paliatif (ANA, 2010 dalam Touhy & Jett, 2014). Sehingga, manajer perlu memfasilitasi pelatihan atau workshop agar kemamuan anggota tim dapat meningkat
(2) Menentukan prioritas dan tujuan yang realistis, dapat terukur serta memiliki batasan waktu.
(3) Membuat keputusan dalam menyelesaikan masalah baik masalah internal antar anggota tim dan masalah klien.
(4) Mendelegasikan tugas kepada seseorang yang dianggap dapat menjalankan tugas dengan baik.
(5) Mampu memberikan dorongan, arahan yang jelas, dan harapan terhadap stafnya.
2.3.5 Perawat sebagai Praktisi Independen
Praktisi independen artinya perawat melakukan praktik keperawatan secara mandiri. Menurut Tabloski (2014), parameter praktik keperawatan dapat berbeda di setiap negara namun perawat harus memiliki kode etik profesi dan standar praktik keperawatan yang berlaku untuk menunjukkan kompetensi perawat. Menurut Undang-Undang No. 38 tahun 2014, untuk membuka praktik keperawatan mandiri, perawat harus memiliki Surat Izin Praktik Perawat (SIPP) yang berlaku selama STR masih berlaku. Contoh praktik mandiri dalam keperawatan gerontik ialah membuka praktik perawatan luka, menerima kontrol perawatan untuk lansia, dan lain-lain.
2.3.6 Perawat sebagai Konselor
Perawat gerontik sebagai konselor bertugas membantu pasien mengidentifikasi dan mengklarifikasi masalah kesehatan dan memilik tindakan-tindakan yang tepat untuk menyelesaikan masalah tersebut (Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2013). Contoh peran ini, yaitu perawat membantu mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah kesehatan lansia melalui konsultasi kesehatan berkelanjutan, membantu keluarga pasien memutuskan apakah perlu lansia dimasukkan ke panti, memberikan arahan terkait biaya perawatan lansia yang sesuai dengan kebutuhan dan lain-lain. Seperti halnya pada peran sebagai advokator, seorang perawat konselor tidak membuat keputusan untuk klien namun membiarkan klien memilih keputusan terbaiknya.
2.3.7 Perawat sebagai Kolabolator
Kolaborasi atau bekerja dalam upaya gabungan dengan semua pihak yang terlibat dalam perawatan perlu mengembangkan rencana yang dapat diterima bersama demi tercapainya tujuan bersama (Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2013). Contoh peran ini, seperti praktisi perawat berada pada tim perawatan berbasis rumah yang berkolaborasi dengan dokter untuk memberikan layanan perawatan primer kepada pasien lansia yang berisiko tinggi (Touhy & Jett, 2014).
2.3.8 Perawat sebagai Peneliti
Perawat peneliti adalah pemimpin dalam memperluas pengetahuan dalam bidang keperawatan dan disiplin perawatan kesehatan lainnya. Tugas mereka adalah memberikan bukti praktik untuk memastikan perawat memiliki bukti terbaik untuk mendukung praktik mereka. Selain itu perawat peneliti juga menyelidiki masalah untuk memperluas asuhan keperawatan, mengurangi atau memperluas cakupan praktik keperawatan (Potter, Perry, Stockert, & Hall, 2013). Contoh peran ini, yaitu perawat mengembangkan penelitian mengenai metode perawatan yang cocok untuk pasien lansia dengan penyakit kronik tertentu, membantu mengembangkan teori keperawatan modern yang sesuai dengan kondisi saat ini, dan lain-lain.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Geriatrik, gerontologi, dan gerontik merupakan bukti adanya sejarah lahirnya keperawatan untuk lanjut usia. Perjalanan penamaan istilah keperawatan dari geriatrik, lalu diubah menjadi gerontologi, dan terakhir menjadi gerontik memakan waktu kurang lebih 54 tahun dari tahun 1925 sampai 1979. Geriatrik dianggap cenderung lebih tepat untuk menggambarkan istilah kedokteran sehingga kata tersebut diganti menjadi gerontologi pada tahun 1976. Namun, seiring berjalannya waktu, para peneliti menyadari bahwa istilah gerontologi dimana terdapat kata "logy" hanya menggambarkan sebuah "ilmu pengetahuan". Sedangkan, keperawatan bukan hanya tentang pengetahuan, namun juga berfokus pada praktik dalam pemberian asuhan keperawatan. Sehingga, istilah ini diubah kembali berdasarkan saran dari Gunter dan Estes pada tahun 1979 yang menyarankan istilah baru yaitu gerontik untuk menggantikan gerontologi. Kata "gerontik" dianggap sebagai kata yang paling tepat untuk menggambarkan ilmu keperawatan yang mengandung ilmu dan seni atau praktik dalam keperawatan itu sendiri.
Perdebatan yang terjadi antar peneliti untuk memberikan nama terbaik bagi ranah keperawatan lanjut usia ini membuktikan bahwa pemilihan kata yang tepat untuk dapat memaknai sesuatu merupakan hal yang tidak mudah. Namun, terdapat hal yang lebih tidak mudah lagi yaitu bertanggung jawab terhadap apa yang sudah dimaknai dari kata "gerontik". Hal ini berarti bahwa seorang perawat dalam menjalankan tugas harus dapat mengetahui dan memahami ilmu mengenai keperawatan gerontik dan menjalankan praktik keperawatan sesuai standar asuhan yang berlaku.Tugas sebagai seorang perawat gerontik tidak hanya sebagai pemberi asuhan kepada lansia namun juga dapat berperan sebagai advokator, edukator, manajer, konselor, kolaborator, praktisi independen, hingga peneliti keperawatan.
Saran
Perawat perlu memahami makna dari gerontik. Perawat harus memberikan pelayanan secara holistik sesuai kebutuhan lansia dan mempersiapkannya menghadapi kematian dengan baik. Perawat pun perlu meyakinkan keluarga untuk ikut berpartisipasi selama perawatan tersebut. Lalu, lansia sebagai klien juga diharapkan untuk dapat bekerja sama demi tercapainya tujuan perawatan. Kemudian, masyarakat perlu memahami permasalahan yang sering terjadi pada lansia, khususnya bagi keluarga dengan lansia. Dengan begitu lansia dapat menjalani masa tuanya dengan baik, nyaman, dan damai.
Walaupun peran perawat sangat banyak, perawat merupakan profesi yang ideal untuk menjalankan semua peran tersebut karena perawat memandang klien secara holistik. Namun, hal yang paling penting ialah perawat harus menyadari tujuan utama sebagai perawat gerontik adalah untuk membuat klien mencapai tingkat optimal secara fisik, mental, dan psikososial. Sehingga, dapat tercapai kesejahteraan dan peningkatan derajat kesehatan untuk klien secara optimal.
DAFTAR PUSTAKA
Flaherty, E. (2004). Geriatric. Ensyclopedia of Nursing Research, 230–232.
Hindle, A., and Coates, A. (2011). Nursing care of older people. New York: Oxford University Press.
Mauk, K, L. (2014). Gerontological nursing competencies for care, 3rd edition. USA:
Jones & Bartlett
Miller, C. A. (2012). Nursing for Wellnes in Older Adults, 6th edition. Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.
Potter, P, A., Perry, A, G., Stockert, P, A., & Hall, A, M. (2013). Fundamental of Nursing,
8th edition. Canada: Elsevier
Stanley, M &Beare, PG. (2009). Gerontological Nursing: A Health Promotion/ Protection Approach, 2nd edition. Philadelphia: Davis Company.
Tabloski, P. A. (2014). Gerontological Nursing, 3rd edition. New Jersey: Pearson.
Touhy, T.A & Jett, K.F (2014). Ebersole and Hess Gerontological Nursing & Healthy Aging, 4th edition. Missouri: Elsevier Mosby.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 tahun 2014. Retrieved from
https://ppniqatar.files.wordpress.com/2015/12/uu-38-tentang-keperawatan.pdf On Feb 18, 2018
3
7
9
11
ii
1
10