Laporan Praktikum Teknologi Pengolahan dan Pemanfaatan Limbah Domestik dan Industri
Praktikum ke Kelas/Kelompok Tanggal Dosen Asisten Dosen
: 13 (tiga belas) : B-1/1 : Kamis / 11 Desember 2014 : Ir. Haruki Agustina, M.Eng, Env, Sc. : Bramtamawijaya Siahaan, A.Md Frisca Rahmadina, A.Md
PEMBUATAN DAN PENGUJIAN PUPUK KOMPOS CAIR
Oleh: Kelompok 1
Yuvina Kurnia Rahman Muhammad Ichsan Rahma Diani Kurnia Nalasari Dana Isnawati
(J3M112004) (J3M112016) (J3M112032) (J3M112014) (J3M112037) (J3M212135)
PROGRAM KEAHLIAN TEKNIK DAN MANAJEMEN LINGKUNGAN LI NGKUNGAN PROGRAM DIPLOMA INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2014
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Sampah dapat membawa dampak yang buruk pada kondisi kesehatan manusia. Bila sampah dibuang secara sembarangan atau ditumpuk tanpa ada pengelolaan yang baik, maka akan menimbulkan berbagai dampak kesehatan yang serius. Tumpukan sampah rumah tangga yang dibiarkan begitu saja akan mendatangkan tikus got dan serangga (lalat, kecoa, lipas, kutu, dan lain-lain) yang membawa kuman penyakit. Bahan baku pupuk cair yang sangat bagus dari sampah organik yaitu bahan organik basah atau bahan organik yang mempunyai kandungan air tinggi seperti sisa buah-buahan atau sayur- sayuran. Selain mudah terkomposisi, bahan ini juga kaya akan nutrisi yang dibutuhkan tanaman. Semakin besar kandunganselulosa dari bahan organik (C/N rasio) maka proses penguraian oleh bakteri akan semakin lama (Purwendrodan dan Nurhidayat 2006). Menurut
Indriani
(2004)
bahwa
dengan
bertambahnya
jumlah
mikroorganisme diharapkan proses pengomposan akan lebih cepat. Pada proses pengomposan
terjadi
penguraian
(perubahan)
yang
menyebabkan
kadar
karbohidrat akan hilang atau turun dan senyawa N yang larut (amonia) meningkat. Dengan demikian, C/N semakin rendah dan relatif stabil mendekati C/N tanah. Murbondo juga menguatkan hal ini bahwa kadar senyawa N yang larut (amoniak) akan meningkat. Penigkatan ini tergantung pada perbandingan C/N asal. Perbandingan C/N bahan yang semakin kecil berarti bahan tersebut mendekati C/N tanah. Djuarni dkk (2005) mengatakan bahwa derajat keasaman pada awal proses pengomposan akan mengalami penurunan karena sejumlah mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan mengubah bahan organik menjadi asam organik.Pada proses selanjutnya, mikroorganisme dari jenis yang lain akan mengkonversikan asam organik yang telah terbentuk sehingga bahan memiliki derajat keasaman yang tinggi dan mendekati netral
1.2
Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk memelajari pembuatan kompos cair dari sisa sampah domestik dan mengujinya dengan tanaman kacang hijau (Vigna radiata R. Wilczek).
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
Limbah organik tidak hanya bisa dibuat menjadi kompos atau pupuk padat. Limbah organik juga bisa dibuat pupuk cair . Pupuk cair mempunyai banyak manfaat. Selain untuk pupuk, pupuk cair juga bisa menjadi aktivator untuk membuat kompos. Pupuk cair sepertinya lebih mudah dimanfaatkan oleh tanaman karena unsure-unsur di dalamnya sudah terurai dan tidak dalam jumlah yang terlalu banyak sehingga manfaatnya lebih cepat terasa. Bahan baku pupuk cair dapat berasal dari pupuk padat dengan perlakuan perendaman. Setelah beberapa minggu dan melalui beberapa perlakuan, air rendaman sudah dapat digunakan sebagai pupuk cair, sedangkan limbah padatnya dapat digunakan sebagai kompos Penggunaan pupuk cair dapat memudahkan dan menghemat tenaga (Pancapalaga 2013).
2.1
Defini Pupuk atau Kompos Cair
Pupuk organik cair Rite Grow-1 merupakan pupuk organik cair yang mengandung unsur hara makro maupun mikro, zat perangsang tumbuh alami, asam humik dan seaweed (ganggang laut) yang dapat meningkatkan pertumbuhan, perkembangan dan produksi tanaman secara optimal. Pemberian pupuk ini pada tanaman umbi seperti kentang dan bawang merah, dapat meningkatkan produksi umbi (Anonim 2007 dalam Sumihar 2009). Pupuk organik cair merupakan salah satu jenis pupuk yang banyak beredar di pasaran. Jenis pupuk ini kebanyakan diaplikasikan melalui daun atau disebut sebagai pupuk cair foliar yang mengandung hara makro dan mikro esensial (N, P, K, S, Ca, Mg, B, Mo, Cu, Fe, Mn, dan bahan organik). Menurut Salisbury dan Ross (1995) dalam Djufry dan Ramlan (2013), selain mengandung unsur nitrogen
yang berfungsi menyusun semua protein, asam amino dan klorofil, pupuk organik cair juga mengandung unsur hara mikro yang berfungsi sebagai katalisator dalam proses
sintesis
protein
dan
pembentukan
klorofil.
Beberapa
penelitian
menunjukkan penggunaan pupuk organik cair memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan tanaman.
2.2
Manfaat Pupuk atau Kompos Cair
Pupuk organik cair mempunyai beberapa manfaat diantaranya dapat mendorong dan meningkatkan pembentukan klorofil daun dan pembentukan bintil akar pada tanaman leguminosae sehingga meningkatkan kemampuan fotosintesis tanaman dan penyerapan nitrogen dari udara, dapat meningkatkan vigor tanaman sehingga tanaman menjadi kokoh dan kuat, meningkatkan daya tahan tanaman terhadap kekeringan, cekaman cuaca dan serangan pathogen penyebab penyakit, merangsang pertumbuhan cabang produksi, serta meningkatkan pembentukan bunga dan bakal buah, serta mengurangi gugurnya daun, bunga dan bakal buah (Anonim 2004 dalam Djufry dan Ramlan 2013).
2.3
Keuntungan Pupuk atau Kompos Cair
Menurut Harjono (2000) dalam Pancapalaga (2013) keuntungan pupuk atau kompos cair adalah sebagai berikut: a. Pengerjaan pemupukan akan lebih cepat b. Penggunaanya sekaligus melakukan perlakuan penyiraman sehingga dapat menjaga kelembaban tanah c. Aplikasinya bersama pestisida organic berfungsi sebagai pencegah dan pemberantas penggangu tanaman. d. Jenis tanaman pupuk hijau yang sering digunakan untuk pembuatan pupuk cair misalnya daun johar, gamal, dan lamtorogung.
2.4
Pengaplikasian Pupuk atau Kompos Cair
Penggunaan pupuk organik cair harus memperhatikan konsentrasi atau dosis
yang
diaplikasikan
terhadap
tanaman.
Dari
beberapa
penelitian
menunjukkan bahwa pemberian pupuk organik cair melalui daun memberikan
pertumbuhan dan hasil tanaman yang lebih baik dari pada pemberian melalui tanah (Hanolo 1997 dalam Djufry dan Ramlan 2013). Semakin tinggi dosis pupuk yang diberikan maka kandungan unsur hara yang diterima oleh tanaman akan semakin tinggi, begitu pula dengan semakin seringnya aplikasi pupuk daun yang dilakukan pada tanaman, maka kandungan unsur hara juga semakin tinggi. Namun, pemberian dengan dosis yang berlebihan justru akan mengakibatkan timbulnya gejala kelayuan pada tanaman (Suwandi & Nurtika 1987 dalam Djufry dan Ramlan 2013). Oleh karena itu, dosis yang tepat perlu diketahui. Kualitas hasil pembuatan pupuk cair pada prinsipnya ditentukan oleh bahan baku, mikroorganisme pengurai, proses pembuatan , produk akhir dan pengemasan. Bahan baku dengan konsisi yang masih segar dan semakin beragamnya jenis mikroorganisme maka akan membuat kualitas pupuk cair organik yang dihasilkan menjadi semakin baik kandungannya. ( Widyatmoko dan Sitorini 2001 dalam Pancapalaga 2013). Mutu pupuk cair dapat ditapsirkan dari nisbah antar jumlah karbon dan nitrogen ( C/N ratio ) . Jika C/N ratio Tinggi berarti bahan penyusun pupuk cair belum terurai\ secara sempurna. Bahan baku dengan C/N ratio tinggi akan terurai atau membusuk lebih lama dibandingkan dengan bahan baku C/N rendah . Kualitas pupuk cair dianggap baik jika memiliki C/N ratio antara 12 – 15. Kandungan Unsur hara di dalam pupuk cair tergantuing dari jenis bahan asal yang digunakan dan cara pembuatannya .
BAB III METODELOGI 3.1
Alat dan Bahan
Alat – alat yang dibutuhkan untuk praktikum pembuatan kompos cair adalah drum (20 liter), solatip, pH indicator, gelas ukur 100 mL, gelas ukur 1000 mL, ember, botol minum 600 mL, saringan, tissue dan pengaduk. Bahan yang dibutuhkan adalah limbah kantin, starter EM4, larutan gula merah. 3.2
Cara Kerja
3.2.1
Pembuatan kompos cair
Pertama – tama yang dilakukan adalah menyiapkan semua alat – alat terlebih dulu. Pada praktikum pembuatan kompos cair yaitu dilakukan terlebih
dahulu pemisahan padatan limbah kantin, setelah itu masukkan semua bahan kedalam drum yang telah disediakan dengan komposisi limbah kantin sebanyak 20 mL dicampurkan dengan EM4 sebanyak 200 mL dan larutan gula merah sebanyak 100 mL lalu drum diaduk merata. Drum ditutup hingga rapat dengan selotip sampai hari ke-3, pada hari ke-4 buka penutup drum dan dilakukan pengukuran parameter yaitu pH, suhu, warna, bau, penutup drum dibuka hingga hari ke-7 lalu dilakukan pengukuran kembali. Pada hari ke-8 hingga hari ke-14 tutup drum ditutup rapat kembali dan pada hari ke-14 kompos cair siap dipanen.
3.2.2
Pengujian Kompos Cair
Pada hari ke-14 kompos cair siap dipanen, terlebih dahulu dilakukan parameter seperti pH, suhu, warna, dan bau. Selanjutnya kompos cair akan diujikan dengan tanaman kedelai, langkah pertama yaitu pengenceran kompos cair dengan perbandingan 1:100. Kemudian media pertumbuhan kedelai disiapkan yaitu botol minum yang telah dimodifikasi dan diatasnya diletakkan tissue sebagai media tumbuhnya dan terakhir biji kedelai disebarkan sebanyak 10 biji dan di beri kompos cair yang telah diencerkan, pengamatan dilakukan setiap minggunya.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1
Hasil
Tabel 1. Data pengamatan Kompos Cair limbah kantin No.
Suhu
pH
Warna
Bau
1
24
5
Kuning Kecoklatan
Asam
2
29
4
Kuning Kecoklatan
Asam
3
23
4
Kuning Kecoklatan
Alkohol
4
24
4
Kuning Kecoklatan
Asam
4.2
Pembahasan
Pada pembuatan kompos cair yang dilakukan oleh kelompok 1 menggunakan limbah cair kantin, limbah kantin yang diambil adalah kantin masakan padang. Pada limbah cair asakan padang pada umumnya lebih banyak mengandung minyak pada sisa buangannya, selain itu juga sisa sambal. Agar tidak menghalangi proses pengomposan sebelum dikomposkan limbah terlebih dahulu disaring dengan menggunakan saringan yang dilapisi dengan tisu. Tujuan pelapisan saringan dengan tisu ialah agar sisa minyak yang terdapatdalam air limbah dapat diserap oleh tisu sehingga tidak masuk ke dalam limbah yang akan di komposkan. Minyak pada pengolahan limbah cair dapat mengganggu prosesnya, karena minya dapat menutupi permukaan air sehingga udara tidak bisa masukke dalam air dan menyebabkan mikroorganisme yang akan menguraikan limbah tidak dapat bekerja dengan optimal. Pada pembuatan kompos cair ini, parameter yang diamati adalah suhu, pH, warna kompos dan bau kompos. Suhu dan pH pada kompos sangat mempengaruhi proses pengomposan, karena mikroorganisme yang akan menguraikan limbah akan bekerja opimal pada suhu dan pH yang tertentu saja yaitu suhu dan pH yang optimal bagi kehidupan mikroorganisme tersebut. Pada proses pengomposan limbah kantin ini mikroorganisme yang bekerja biasanya adalah mikroorganisme pendegradasi bahan-bahan organik seperti karbohidrat, protein dan lemak. Sedangkan warna dan bau pada proses pengomposan hanya sebagai indikator perubahan yang menandakan proses pengomposan berjalan dengan baik atau tidak. Warna limbah sebelum dilakukan pengomosan dan penambahan starter dan nutrisi untuk starter ialah bening kekeruhan. Setelah dilakukan penambahan starter yaitu EM4 dan penambahan nutrisi bagi starter yaitu gula merah yang telah dienceran.
Penambahan
starter
dilakukan
untuk
memperlancar
proses
pengomposan agar mikroorganisme yang mendegradasi lmbah lebih optimal. Dan penambahan gula merah yang tlah diencerkan bertujuan sebagai penambahan nutrisi bagi mikroorganisme yang ada untuk mendeegradasi l imbah. Suhu pada pembuatan kompos cair ini berjalan cukup baik, suhu kompos dari pengamatan pertama dan hingga pengamatan keempat merupakan suhu optimal pada proses pengomposan. Begitu jugadengan pH pada kompos cair, pH
kompos berkisar dari 4-5 yang bersifat asam, pH awal kompos 5 dan kemudian turun menjadi 4. Kompos bersifat asam karena kompos bersal dari limbah kantin, limbah kantin yang bersal dari bahan-bahan organik biasanya bersifat asam. Dan penurunan pH dari 5 ke 4 menandakan terjadinya proses fermentasi dari bahan bahan organik, dan pada saat proses pengomposan selesai prosesefermentasi juga selsai dan pH kompos akan naik kembali. Sehubungan dengan terjadinya proses fermentasi pada pengomposan, bau limbah juga akan mengalami perubahan. Limbah awalnya akan berbau asam dan saat prose s fermentasi berlangsung limbah akan berbau alkohol.
Untuk proses pengomposan dipengaruhi oleh beberapa
faktor yaitu: 1. Perbandingan karbon-nitrogen atau rasio C/N Nitrogen dan karbon adalah zat yang dibutuhkan mikroorganisme untuk tumbuh dan berkembangbiak terutama mikroorgansme yang berperan dalam proses anaerok. Rasio C/N adalah perbandingan kadar karbon dengankadar nitrogen dalam suatu bahan yang dikomposkan. Semua makhuk hidup terbuat dari sejumlah besar bahan karbon dan nitrogen dal jumlah kecil. Pada limbah kantin karbon ada pada karbohidrat dan nitrogrn ada pada protein dan lemak. Unsur karbon digunakan untuk energi dan nitrogen untuk membangun struktur sel bakteri. Bakteri memakan habis unsur C 30 kali lebh cepat dari memakan unsur N. Pembuatan kompos yang optimal membutuhkan rasio C/N 25:1 sampai 30:1 (Yuwono, 2006) 2. Ukuran bahan Semakin kecil ukuran bahan proses pengomposan akan lebih cepat dan lebih baik karena mikroorganisme lebih mudah beraktivitas pad bahan yang lembut daripad bahan dengan ukuran yang lebig besar. Pada proses pengomposan anaerob sangat dianjurkan untuk menghaluskan bahan hingga sangat halus.hal ini untuk mempercepat proses penguraian oleh bakteri dan memperudah pencampuran bahan (Yuwono, 2006) 3. Kelembaban Untuk mikrorganisme dapat berkerja engan kelembaban sekitar 40-60% dan kondisi tersebut perlu dijaga.
4. Suhu Faktor suhu sangat berpengaruh terhadap proses pengomposan karena berhubungan dengan jenis mikroorganisme yang terlibat. Suhu optimim bagi pengomosan bahan cair adalah suhu ruang sekitar 22-30 0C. Jika suhu terlalu tingi mikroorganisme akan mati dan suhu relatif rendah mikroorganisme akan tidak dapat bekrja atau dalam keadaan dorman. 5. Keasaman (pH) Keasaman dalam proses pengomposan juga mempengaruhi aktivitas mikroorganisme. kisaran pH kompos yang baik adalah 6,5 – 7,5 (netral).
Pengamatan pada pembuatan kompos yang dilakukan selama tiga minggu dan sebanyak empat kali yaitu yang pertama pada hari keempat setelah pengomposan. Pengomposan ini berlangsung secara semiaerob, suhu kompos sebesar 24 0C dan pH sebesar 5 . Kemudian dibiarkan dengan kondisi anaerok higga hari ketujuh yang terhitung sebagai minggu pertama. Pada hari ketujuh terjadi kenaikan suhu menjadi 29
0
C dan penurunan pH menjadi 4,
sedangkanwarna dan bau kompos masih sama dengan sebelumnya. Warna kompos kuning kecoklatan dan bau kompos berbau asam yaitu masih tercium bau asli limbah kantin dengn bau yang dominan yaitu bau makanan dengan campuran bau sambal dan minyak. Untuk pengamatan selanjutnya dilakukan setiap seminggu setelahnya selama dua minggu yaitu pada minggu kedua dan ketiga. Pada minggu kedua suhu kompos kembali turun menjadi 23 0C dan pH tetap 4, sedangkn bau kompos sudah berbau alkohol yang identik dengan bau wangi gula merah. Pada minggu ketiga ini kompos baru setengah jadi, dengan suhu kompos naik menjadi 24 0C dan pH tetap 4. Warna kompos tetap seperti sebelumnya dan bau kompos sudah kembali asam yang lebih pekat dari sebelumnya dan tidak tercium lagi bau makanan dan gula merah. Derajat keasaman pada awal pengomposan akanmengalami penurunan karena sejumlah mikroorganisme yang terlibat dalam pengomposan merubah bahan organik menjadi asam organik. Pada proses selanjutnya, mikroorganisme dari jenis lain akan mengkonversikan asam organik yang telah terbentuk sehingga bahan memilki derajat keasaman yang tinggi dan mendekati normal (Djuarnani,
dkk, 2005). Kondisi asam pada prose pengomposan biasanya diatasi dengan pemberian kapur. Namun dengan pemantauan suhu bahn komps secara tepat waktu dan benar sudah dapat mempertahankan kondisi pH tetap pada titik netral tanpa pemberian kapur (Yuwono, 2006). Untuk pengujian kompos dilakukan pada perkecambahan kacang hijau. Pengujian dilakukan selama satu minggu yaitu pada minggu kedua hingga minggu keempat. Pengujian dilakukan dengan menggunakan kompos cair dan dicampur dengan air. Pencampuran kompos cair dengan air dilakukan dengan perbandingan sebesar 1:100. Kompos yang diambil untuk pengujian ialah kompos yang sudah terjadi fermentasi selama dua minggu yaitu pada pengamatan ketiga. Penyemaian dilakukan ddengan mennggunakan botol minuman bekas 1500 ml dengan kapas sebagai media tumbuh. Untuk perkecambahan berjalan dengan baik dilakukan penyiraman dengan kompos dan air yang telah di campurka sebelumnya dengan perbandingan 1:100 setiap harinya. Kecambah sudah mulai tumbuh pada hari kedua setelah penyemaian. Perkecamabahan kacang hijau berjalan dengan baik dan kecambah dapat tumbuh dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Djufry Fadjry dan Ramlan. 2013. Uji Efektivitas Pupuk Organik Cair Plus HiTech
19
pada
Tanaman
Sawi
Hijau
di
Sulsel.
[jurnal].
http://kalsel.litbang.pertanian.go.id/ind/images/pdf/prosiding/40%20fadjry. pdf diakses pada 17 Desember 2014. Pancapalaga Wehandaka. 2013. Pengaruh Rasio Penggunaan Limbah Ternak dan Hijauan
Terhadap
Kualitas
Pupuk
Cair.
ejournal.umm.ac.id/index.php/gamma/article/view/1422/1531
[Jurnal]. diakses
pada 17 Desember 2014. Sumihar Susana Tabah Trina. 2009. Aplikasi Pupuk Organik Cair dan Kompos Tandan Kosong Kelapa Sawit (Tks) pada Budidaya Tanaman Jahe ( Zingiber
officinale
roscoe)
http://akademik.nommensen-
Secara
Organik.
[jurnal].
id.org/portal/public_html/JURNAL/TULISAN%20SUSANA%20TTS_pdf /Penelitian%20Jahe.pdf diakses pada 17 Desember 2014. Purwendro. S., dan Nurhidayat. 2006.Mengolah Sampah untuk Pupuk dan Pestisida Organik. Seri Agritekno. Penebar Swadaya, Jakarta. Djuarnani, N., Kristian, B.S., Setiawan, 2005. Cara Tepat Membuat Kompos. Agromedia Pustaka, Jakarta Indriani, Y.H., 2004. Membuat Kompos Secara Kilat . Penebar Swadaya, Jakarta. Djuarnani, N., Kristian, B.S., Setiawan. 2005. Cara tepat membuat kompos. Jakarta: agromedia pustaka. Yuwono, D. 2006. Kompos dengan cara aaerob maupun anaerob untuk menghasilkan kompos yang berkualitas. Jakarta: penebar swadaya.
LAMPIRAN
Tabel 1. Data Pengamatan Kompos Cair dengan Bahan Limbah Kantin (Kelompok 1)
Pengamatan
pH
Hari ke-0
5
Hari ke-4
Suhu
Warna
Bau
26
Bening kekeruhan
Asam
4
24
Kuning kecoklatan
Asam
Hari ke-7
5
29
Kuning kecoklatan
Asam
Hari ke-14
4
23
Kuning kecoklatan
Alkohol
Hari ke-21
4
24
Kuning kecoklatan
Asam
(0C)
Tabel 2. Data Pengamatan Kompos Cair dengan Bahan Limbah Kantin (Kelompok 2)
Suhu
Pengamatan
pH
Warna
Bau
Hari ke-0
4
24
Bening keruh dan
Bau sabun dan
berminyak
minyak
Hari ke-4
4
24
Kuning kecoklatan
Asam
Hari ke-7
4
36
Kuning kecoklatan
Asam
Hari ke-14
4
23
Kuning kecoklatan
Asam
0
( C)
dan lebih gelap Hari ke-21
5
24
Kuning kecoklatan dan lebih gelap
Asam
Tabel 3. Data Pengamatan Kompos Cair dengan Bahan Limbah Selokan (Kelompok 3)
Pengamatan
pH
Hari ke-0
4
Hari ke-4
Suhu
Warna
Bau
27
Kuning-bening
Asam
4
27
Kuning-keruh
Asam
Hari ke-7
4
28
Kuning-keruh
Alkohol
Hari ke-14
5
26
Kuning kecoklatan
Asam
(0C)
Tabel 4. Data Pengamatan Kompos Cair dengan Bahan Limbah Selokan (Kelompok 4)
Pengamatan
pH
Hari ke-0
4
Hari ke-4
Suhu
Warna
Bau
24
Kuning
Asam
3
25
Coklat kuning
Sedikit asam
Hari ke-7
4
25
Kuning pekat
Asam
Hari ke-14
4
25
Orange kekuningan
Sangat asam
(0C)
Tabel 5. Data Pengamatan Kompos Cair dengan Bahan Limbah Jus (Kelompok 5)
Pengamatan
pH
Hari ke-0
4
Hari ke-4
Suhu
Warna
Bau
24
Kuning-bening
Bau buah
4
25
Kuning-keruh
Agak asam
Hari ke-7
4
29
Kuning-jingga
Asam
Hari ke-14
6
26
Jingga
Asam
(0C)
Tabel 6. Data Pengamatan Kompos Cair dengan Bahan Limbah Jus (Kelompok 6)
Pengamatan
pH
Hari ke-0
5
Hari ke-4
Suhu
Warna
Bau
26
Kuning kecoklatan
Bau sari buah
4
28
Kuning kecoklatan
Kecut asam
Hari ke-7
4
25,5
Coklat
Kecut asam
Hari ke-14
5
25
Coklat tua
(0C)
Kecut menyengat