PAPER MIKOLOGI (T) KLASIFIKASI PENYAKIT JAMUR
Disusun oleh : Kelompok 3
Nurotuljannah
P27903116022 P27903116022
Pupung Komalasari
P27903116024 P27903116024
Rika Amelia
P27903116029 P27903116029
JURUSAN D-III AHLI TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIK POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN BANTEN 2018
KLASIFIKASI PENYAKIT JAMUR
A. Penyakit Jamur
Mikosis adalah infeksi oleh jamur yang pertumbuhannya dipengaruhi oleh lingkungan dan kondisi fisiologis. Inhalasi spora jamur atau pembentukan koloni jamur pada kulit dapat menyebabkan infeksi persisten. Mikosis dapat terjadi pertama kali di kulit atau di paru-paru.
Gambar 1 : contoh mikosis Sumber : http://nyllaambar.blogspot.co.id/2011/06/mikosis.html
B. Penyebab Mikosis
Orang yang menggunakan antibiotika kuat dalam jangka panjang beresiko tinggi untuk terinfeksi jamur karena antibiotika juga membunuh bakteri yang menguntungkan kesehatan. Gangguan keseimbangan mikroorganisme dapat terjadi di rongga mulut, vagina, usus dan tempat lain pada tubuh manusia sehingga jamur berkembang biak berlebihan. Individu dengan sistem imun yang lemah mempunyai resiko mengalami infeksi jamur, misalnya penderita HIV/AIDS dan pengguna obat-obat steroid. Penderita diabetes, anak kecil dan bayi serta orang lanjut usia juga beresiko mengalami infeksi jamur.
C. Klasifikasi Mikosis
Berdasar
pada
jaringan
tempat
koloni
jamur
ditemukan,
mikosis
dikelompokkan menjadi mikosis superficial, mikosis kutan, mikosis subkutan, mikosis sistemik dan mikosis oportunistik.
a. Mikosis Superfisial Jamur hanya menginfeksi lapisan paling luar dari kulit dan rambut. Misalnya pada Tinea versicolor, infeksi jamur yang sering diderita orang berusia muda, pada kulit dada, punggung, lengan atas dan kaki. Jamur jarang dijumpai pada wajah. Kulit yang terserang jamur menimbulkan bercak berwarna putih atau cokelat muda. Bercak kulit akan lebih nyata terlihat pada kulit yang lembab. Gangguan hormonal dan imunitas serta kesehatan penderita juga merupakan factor pendukung terjadinya infeksi jamur.
Gambar 2. Mikosis Superfisial
b. Mikosis Kutan Pada mikosis kutan, jaringan yang terserang adalah epidermis dan dapat menyerang rambur serta kuku. Penyakit ini terbatas menyebabkan infeksi pada lapisan kulit yang mengandung keratin, rambut dan kuku. Karena menyerang lapisan kulit yang lebih dalam, respon imun dapat terjadi. Organisme yang menjadi penyebab penyakit ini adalah dermatophyte, sedangkan mikosis yang ditimbulkannya disebut ringworm atau tinea. Jamur yang menjadi penyebab mikosis kutan (cutaneous mycosis) adalah Microsporum, Trichophyton dan Epidermophyton. Salah satu penyakit yang umum dijumpai adalah athlete,s foot yang banyak diderita anak sebelum puber.
Gambar 3. Mikosis Kutan
c. Mikosis Subkutan Infeksi jamur biasanya diawali dengan terjadinya luka tusuk, yang menyebabkan jamur dapat masuk ke dalam jaringan. Infeksi sukar diobati sehingga membutuhkan tindakan pembedahan, misalnya debridement untuk membersihkan jaringan yang rusak.
d. Mikosis Sistemik oleh Patogen Primer Sumber patogen primer beerasal dari paru yang kemudian menyebar ke berbagai sistem organ. Umumnya patogen primer penyebab mikosis sistemik adalah jamur dimorphic.Contoh jamur dimorfik adalah Histoplasma.
e. Mikosis Sistemik oleh Patogen Opotunistik Pada penderita dengan defisiensi system imun, patogen oportunistik dapat menyebabkan penyakit mikosis sitemik. Keadaan dengan immunocompromised ini terjadi pada penderita AIDS, flora normal yang berkembang akibat pemakaian antibiotika lama, orang yang mendapatkan terapi imunosupresif dan penderita kanker metastatic. Contoh infeksi jamur oportunistik adalah kandidiasis, kriptokokosis dan aspergilosis. Candida adalah ragi berdinding tipis berukuran 4-6 mikron yang melakukan reproduksi dengan membentuk tunas (budding). Organisme ini merupakan organisme komensal yang membentuk koloni pada orang sehat maupun sakit. Banyak ditemukan di tanah, benda-benda mati, makanan dan lingkungan rumah sakit. Dalam keadaan tertentu dapat terjadi infeksi oportunistik kandidiasis. Infeksi kandidiasis orofaringeal dan vulvovaginitis sebagian besar disebabkan oleh Candida albicans.
D. Klasifikasi Penyakit Jamur
Penyakit jamur dapat dibagi menjadi : 1. Berdasarkan Geografis Yaitu menurut letak penyebarannya, penyakit jamur yang menyerang seluruh dunia atau beberapa tempat di dunia. Contoh :
a. Jamur yang tersebar luas, yang dapat menyerang seluruh permukaan bumi, misalnya :
Trikopitosis
Histoplasmosis
b. Jamur yang hanya menyerang beberapa bagian di dunia ini, misalnya :
Blastomikosis Amerika Utara
Blastomikosis Amerika Selatan
2. Berdasarkan Morfologi Koloni a. Jamur yang berfilamen, yaitu jamur yang pada pembiakan memberikan koloni filamen, misalnya :
Trikofiton
Mikrosporon
b. Jamur ragi, yaitu jamur yang pada pembiakan memberikan koloni ragi, misalnya :
Kandida
c. Jamur yang mempunyai 2 bentuk (jamur ganda), yaitu jamur yang pada pembiakan temperature
370C menghasilkan koloni ragi, tetapi pada
temperature kamar akan memberikan koloni filament, misalnya :
Sporotrikosis
3. Berdasarkan Etiologi Pembagian ini sukar karena kita harus sampai pada spesies jamur sebagai penyebab penyakitnya, misalnya : a. Trikropitosis : Penyebabnya Trikofiton b. Aspergilosis : Penyebabnya spesies Aspergilus c. Epidermofitosis : Penyebabnya spesies Epidermofiton
4. Berdasarkan Topografi (Bentuk Klinis) a. Mikosis Superfisialis Yaitu jamur-jamur yang menyerang lapisan luar pada kulit, kuku dan rambut. Dibagi dalam 2 bentuk, yakni :
Dermafitosis, terdiri dari :
Tinea Kapitis
Tinea Kruris
Tinea korporis
Tinea pedis atau manus
Tinea unguim (onikomikosis)
Tinea interdigitalis
Tinea imbrikata
Tinea favosa
Tinea barbae
Nondermatofitosis, terdiri dari :
Tinea versikolor
Piedra Hitam
Piedra Putih
Perbedaan antara dermatofitosis dan nondermatofitosis terletak pada infeksi di kulit. Golongan dermatofitosis menyerang atau menimbulkan kelainan di dalam epidermis, mulai dari stratum korneum sampai stratum basalis, sedangkan golongan nondermatofitosis hanya pada bagian superfisalis dari epidermis. Hal ini disebabkan dermatofitosis mempunyai afinitas terhadap keratin yang terdapat pada epidermis, rambut, dan kuku sehingga infeksinya lebih dalam. b. Mikosis Intermediate Yaitu jamur-jamur yang meyerang kulit, mukosa, subkutis, dan alat-alat dalam, terutama yang disebabkan oleh spesies candida sehingga penyakitnya disebut kandidiasis, seperti Candida albicans.
c. Mikosis Dalam Yaitu jamur-jamur yang menyerang subkutis dan alat-alat dalam. Adapun jamur yang termasuk dalam golongan ini, yaitu :
Aktinomikosis Nokardiosis
Fikomikosis subkutis
Aspergilosis
Histoplasmosis
Sporotrikosis
Blastomikosis Amerika Utara dan Amerika Selatan
Misetoma “Madura Foot”
Gambar 4. Macam-Macam Mikosis Sumber : http://febriatilaili.blogspot.co.id/2013/05/tulisan-ini-adalahhasil-rangkuman-saya.html
E. Karakteristik Penyakit Mikosis
Terdapat empat tipe penyakit jamur, yaitu hipersensitivitas (reaksi alergi terhadap spora dan kapang), mikotoksikosis (keracunan makanan yang tercemar toksin jamur dari substrat beras dan padi-padian), mycetismus: akibat termakan toksin (keracunan jamur) dan infeksi yang merupakan invasi jamur pada jaringan yang menyebabkan terjadinya respon hospes.
F. Patogenesis Penyakit Jamur
Kemampuan jamur dalam menyebabkan penyakit merupakan fenomena kebetulan, kecuali pada dermatophyte, yang tidak memerlukan pertumbuhan atau penyebaran spesies jamur. Pada tubuh manusia, pertumbuhan jamur dihambat secara fisiologik oleh temperature dan potensial redox. Sebagian besar jamur adalah mesofilik dan tidak
dapat berkembang pada suhu 37 0C. Jamur juga banyak yang hidup secara saprofitik yang fungsi jalur enzimatiknya lebih efisien pada potensial redox pada substrat benda mati daripada di lingkungan metabolism jaringan hidup. Selain itu tbuh hospes system pertahanan seluler yang efisien untuk mealawan proliferasi jamur. Karena itu dasar patogenesis penyakit jamur adalah kemampuan jamur untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan jaringan hospes dan melawan kemampuan sel hospes untuk menyebabkan lisis pada jamur. Secara umum, mikosis pada manusia lebih ditentukan oleh status imunitas hospes dan paparan lingkungan, dan bukan oleh organisme yang menginfeksi. Sejumlah kecil jamur mampu menyebabkan infeksi pada orang sehat karena mempunyai kemampuan enzimatik khusus, menunjukkan sifat dimorfisme termal dan mampu menghambat system pertahanan imun hospes. Selain itu terdapat jamur oportunistik (yang virulensinya rendah) yang dapat menyebabkan infeksi pada individu yang mengalami gangguan mekanisme pertahanan tubuh. Infeksi jamur oportunistik
yang
meningkat
prevalansinya
antara
lain
adalah
kandidiasis,
kriptokokosis, aspergilosis, dan zigomikosis.
DAFTAR PUSATAKA
Siregar, R.S. 2012. Penyakit Jamur Kulit Edisi 2. Jakarta : EGC Soedarto. 2015. MIKROBIOLOGI KEDOKTERAN. Jakarta : Sagung Seto