KEWAJIBAN MENUNTUT ILMU Diajukan untuk Memenuhi Tugas Terstruktur Mata Kuliah Masodir Tarbiyah Dosen Pengampu: Maman Rusman, M.Pd.
Disusun oleh : 1. Anggi Prayoga
(1414161004)
2. Arifah Hawa
(1414161007)
3. Koimah
(1414161024)
KELOMPOK 7 BIOLOGI A/3
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) SYEKH NURJATI CIREBON 2015
BAB I PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Manusia diciptakan Allah dengan berbagai potensi yang dimilikinya, tentu dengan alasan yang sangat tepat potensi itu harus ada pada diri manusia, sebagaimana sudah diketahui manusia diciptakan untuk menjadi khalifatullah fil ardh. Potensi yang dimiliki manusia tidak ada artinya kalau bukan karena bimbingan dan hidayah Allah yang terhidang di alam ini. Namun manusia tidak pula begitu saja mampu menelan mentah-mentah apa yang dia lihat, kecuali belajar dengan megerahkan segala tenaga yang dia miliki untuk dapat memahami tanda-tanda yang ada dalam kehidupannya. Tidak hanya itu, manusia setelah mengetahui wajib mengajarkan ilmunya agar fungsi kekhalifahan manusia tidak terhenti pada satu masa saja, Dan semua itu sudah diatur oleh Allah SWT. Menuntut ilmu merupakan kewajiban dan kebutuhan manusia. Tanpa ilmu manusia akan tersesat dari jalan kebenaran. Tanpa ilmu manusia tidak akan mampu merubah suatu peradaban. Bahkan dirinyapun tidak bisa menjadi lebih baik.
2. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa rumusan masalah dalam penulisan makalah ini, yaitu : 1. Apa pengertian belajar dan mengajar ? 2. Mengapa menuntut ilmu (belajar) sebagai kewajiban ? 3. Apa ayat yang mewajibkan kewajiban belajar dan mengajar ? 4. Bagaiamana kaitan hadis dengan kewajiban belajar mengajar ?
3. Tujuan Pembahasan Berdasarkan latar belakang di atas, terdapat beberapa tujuan dalam penulisan makalah ini, yaitu : 1. Untuk mengetahui pengertian belajar dan mengajar.
1
2. Untuk mengetahui alasan menuntut ilmu (belajar) sebagai kewajiban. 3. Untuk mengetahui ayat-ayat Al-Qur’an yang mewajibkan kewajiban belajar dan mengajar. 4. Untuk mengetahui hadis yang mewajibkan belajar mengajar.
2
BAB II PEMBAHASAN 1. Pengertian Belajar dan Mengajar Banyak definisi yang menjelaskan tentang belajar, dari definisi yang sederhana hingga definisi yang kompleks. Berikut ini, beberapa pendapat para ahli tentang belajar, yaitu : 1. Dalam The Guidance of Learning Activities W.H Burton (1984) mengemukakan bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku pada diri individu karena adanya interaksi dengan individu yang lain dan individu dengan lingkungannya sehingga mereka lebih mampu berinteraksi dengan lingkungannya. 2. Gage Berlinger mendefinisikan belajar sebagai suatu proses dimana suatu organisme berubah perilakunya sebagai akibat dari pengalaman. 3. Ernest R. Hilgard dalam Introduction to Psychology mendefinisikan belajar sebagai suatu proses perubahan kegiatan, reaksi terhadap lingkungan.1 4. Menurut Gagne (1984), belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses di mana suatu organisasi berubah perilakunya sebagai akibat pengalaman. Menurut beberapa pendapat para ahli di atas dapat di simpulkan bahwa belajar adalah sebuah proses yang kompleks yang di dalamnya terkandung beberapa aspek. Aspek-aspek tersebut adalah : 1. Bertambahnya jumlah pengetahuan 2. Adanya kemampuan mengingat dan mereproduksi 3. Adanya penerapan pengetahuan 4. Menyimpulkan makna 5. Menafsirkan dan mengaitkannya dengan realitas dan 6. Adanya perubahan sebagai pribadi
1 Azami, Muhammad Mustofa. Metodologi Kritik Hadits. Terj. A. Yamin. Jakarta: Pustaka Hidayah. 1992.
3
Sehingga dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu aktivitas mental (psikis) yang berlangsung dalam interaksi dengan lingkungannya yang menghasilkan perubahan yang bersifat relatif konstan. Sedangkan seseorang dikatakan telah belajar kalau sudah terdapat perubahan tingkah laku dalam dirinya. Sedangkan pengertian mengajar lebih identik kepada proses mengarahkan seseorang agar lebih baik. Didalam ilmu pendidikan islam adalah setiap orang dewasa yang karena kewajiban agamanya bertanggung jawab atas pendidikan dirinya dan orang lain. Atau konsekuensi dari pada pengetahuan yang didapat.
2. Alasan Menuntut Ilmu (Belajar) Menuntut ilmu merupakan kewajiban dan kebutuhan manusia. Tanpa ilmu manusia akan tersesat dari jalan kebenaran. Tanpa ilmu manusia tidak akan mampu merubah suatu peradaban. Bahkan dirinyapun tidak bisa menjadi lebih baik. Karena menuntut ilmu merupakan sesuatu yang sangat penting dan merupakan kewajiban bagi setiap muslim. Dari urian tadi sudah menjadi keseharusan dalam menuntut ilmu. 1. Awal Perintah Membaca Mengingat hal diatas sangat tepat jika wahyu pertama turun kepada nabi SAW mengisyaratkan tentang perintah membaca (menuntut ilmu). Yakni Surat Al-Alaq ayat 1
َۡۡ ۡ َ َ ذ َ َ َ ۡ١ۡٱقرۡأۡبۡٱسمۡۡربكۡٱَّليۡخلق
Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama tuhanmu yang menciptakan.” Kata Iqra’ terambil dari kata kerja kara’a yang pada mulanya berarti menghimpun. Apabila kita merangkai huruf kemudian mengucapkan rangkaian tersebut maka kita sudah menghimpunnya yakni membacanya. Dengan demikinan, realisasi perintah tersebut tidak mengharuskan adanya suatu teks tertulis sebagai objek bacaan, tidak pula harus diucapkan sehingga terdengar oleh orang lain. Karena dalam kamus-kamus ditemukan aneka ragam arti dari kata tersebut adalah bisa menyampaikan, menela’ah, membaca, meneliti, mendalami.
4
3. Ayat-ayat Yang Menjelaskan Kewajiban Menuntut Ilmu 1. Tafsiran surat Al-Alaq 1- 5
َۡۡ ۡ َ َ ذ َ َ ۡ َ َٰ َ ۡ َ َ َ َ َ ۡ َ ۡ َ ُّ َ َ ۡ َ ۡ َ َ ۡۡ٣ۡ ۡ ۡۡٱقرۡأ ۡوربك ۡٱۡلكرم٢ۡ ن ۡمن ۡعل ٍق ۡ ۡۡخلق ۡٱۡلنس١ۡ ٱقرۡأ ۡبۡٱسمۡ ۡربك ۡٱَّلي ۡخلق ذ َ َ َٰ َ ۡ َ َ ذ َ َ َۡ َ ذ ۡ ۡ٥ۡنۡ َماۡل ۡم َۡي ۡعل ۡم ۡ ۡعل ۡمۡٱۡلنس٤ۡۡٱَّليۡع ۡل َمۡبۡٱلقلم
Artinya : “Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan. Dia Telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”.(Al-Alaq:1-5) Bahwa Nabi Muhammad saw. mendatangi gua Hira’ untuk tujuan beribadah beberapa hari, beliau kembali kepada istrinya (Siti Khadijah) untuk mengambil bekal secukupnya. Hingga pada suatu hari di dalam gua, beliau dikejutkan oleh malaikat pembawa wahyu Ilahi. Malaikat berkata kepadanya, “Bacalah!” beliau menjawab “saya tidak bisa membaca”. Perawi mengatakan bahwa untuk kedua kalinya malaikat memegang Nabi dan menekan-nekannya hingga Nabi kepayahan dan setelah itu dilepaskan. Malaikat berkata lagi kepadanya, “Bacalah!” kemudian Nabi menjawab dengan jawaban yang sama. Kemudian Nabi kembali ke rumah Khadijah dengan keadaan gemetar seraya mengatakan “Selimutilah aku, Selimutilah aku”. Khadijah menyelimuti beliau hingga rasa takutnya hilang, lalu beliau berkata “Aku merasa khawatir terhadap diriku”. Khadijah menjawab”Jangan, gembiralah! Demi Allah, Sesungguhnya engkau adalah orang yang menyambungkan silaturahim, benar dalam berkata, menanggung beban, gemar menyuguhi tamu dan gemar menolong orang yang tertimpa bencana. Kemudian Khadijah mengajak Nabi untuk menemui Waraqh ibnu Naufal ibnu ‘Abdill-‘Uzza (anak paman Khadijah) dan menceritakannya.2 Sesungguhnya Zat Yang Menciptakan makhluk mampu membuatmu membaca, sekalipun engkau tidak pernah belajar membaca sebelumnya. Allah menciptakan manusia dari segumpal darah, kemudian membekalinya dengan
2 Ghoffar, M. ‘Abdul,2008. Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: Pustaka Imam As-Syafi’i
5
kemampuan berfikir, sehingga bisa menguasai seluruh makhluk di bumi. Perintah membaca diulang-ulang, sebab membaca tidak bisa meresap kedalam jiwa, melainkan setelah berulang-ulang dan dibiasakan. Hal ini agar manusia menyadari bahwa dirinya diciptakan dari sesuatu yang hina, hingga ia mencapai kesempurnaan kemanusiaannya dengan pengetahuan tentang hakekat segala sesuatu. 3 Surat Al-Alaq tema utamanya adalah pengajaran kepada Nabi Muhammad SAW. serta penjelasan tentang Allah dalam sifat dan perbuatan-Nya, dan bahwa Dia adalah sumber ilmu pengetahuan. Menurut Al-Baiqa’i tujuan utamanya adalah perintah kepada manusia untuk menyembah Allah SWT. sang pencipta Yang Maha Kuasa, sebagai tanda syukur kepada-Nya. Kata iqra’ terambil dari kata kerja qara’a yang pada mulanya berarti menghimpun. Iqra’ digunakan dalam arti membaca, menelaah, menyampaikan dan sebagainya. Dan karena objeknya bersifat umum, objek kata tersebut mencakup segala yang dapat terjangkau, baik itu merupakan bacaan suci yang bersumber dari Tuhan maupun bukan, baik ia menyangkut ayat-ayat tertulis maupun yang tidak tertulis. Perintah iqra’ mencakup telaah terhadap alam raya, masyarakat dan diri sendiri, serta bacaan tertulis maupun tidak.4 Jika dikaitkan dengan kewajiban belajar mengajar, maka terdapat beberapa titik temu sebagai berikut: 1. Dalam surat ini, Muhammad SAW berperan sebagai seorang murid sebab beliau adalah orang yang mencari suatu petunjuk dengan jalan kontemplasi dengan semangat yang tinggi. Kesimpulannya sebagai seorang
murid
harus
mempunyai
semangat
mencari
ilmu
dan
mengawalinya dengan upaya penyucian jiwa, sehingga muncul dalam dirinya
sikap
tawadhu
yang
akan
memudahkan
dirinya
dalam
pembelajaran. 2. Malaikat dalam surat ini berperan sebagai guru yang bertugas mengajar nabi Muhammad SAW, jibril AS tidak begitu saja memberikan pengajaran
3 Mustafa, Ahmad, 1993. Al-Maraghi. Semarang: PT. Karya Toha Putra.
4 Djamarah, Syaiful Bahri, 2008. Rahasia Sukses Belajar, Jakarta: RT. Rineka: Cipta.
6
kepada Rasulullah, tetapi ia memberi pertanyaan dengan tujuan agar beliau betul-betul menyadari bahasa dirinya dalam keadaan terjaga. Sehingga ketika Muhammad menerima pengajaran tersebut beliau akan merasa yakin bahwa apa yang diterimanya merupakan kebenaran. Jika dikaitkan dengan pendidikan disini terlihat bahwa inti dari peristiwa tersebut adalah menuntut agar seorang guru tidak langsung memberikan pengajaran kepada murid. Terlebih dahuli guru harus mencairkan suasana sehingga memudahkan murid dalam mencerna pelajaran yang disampaikan oleh seorang guru. 2.
Tafsiran surat Al-Ghaasyiyah ayat 17-20
ۡ َ َ َََ َ ۡ ٱلس َمآءۡ ۡ َك ۡي َف ۡرف َع ۡ ون ۡإ ََل ۡ ۡٱۡلبلۡ ۡ َك ۡي َف ۡخل َق ِإَوَل ۡ ذ ِۡۡإَوَل ۡٱۡل َبال ۡ ۡ ١٨ۡ ت ۡۡ ١٧ۡ ت ل ۡيَنظر ۡ أف َۡ َ ََۡ َ ۡ ۡ َك ۡي َفۡنص َب ۡ ۡ٢٠ِۡۡۡإَوَلۡٱۡلۡرضۡۡكيفۡسطحت١٩ۡت
Artinya : “Maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan. Dan langit, bagaimana ia ditinggikan?. Dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan?. Dan bumi bagaimana ia dihamparkan?.”(AlGaasyiyah:17-20) Allah berfirman guna memperintahkan kepada para abdinya untuk memperhatikan makhluk-makhluknya yang menunjukkan kepada kekuasaan dan keagungannya: maka apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana dia diciptakan? Unta dikemukakan karena dia merupakan ciptaan yang menakjubkan, susunan tubuhnya sungguh memikat. Dan unta itu sendiri mempunyai kekuatan dan kekokohan yang luar biasa. Dia ditundukkan untuk menanggung beban yang berat dan menuntun kusir yang payah, dapat dimakan, bulunya dapat digunakan, dan susunya dapat diminum. Dan langit, bagaimana dia di tinggikan? Yaitu bagaimana Allah Ta’ala meninggikan langit dari bumi, ini merupakan peninggian yang sangat agung. Dan gunung-gunung bagaimana dia di tegakkan? Yaitu dengan menjadikannya tertancap sehingga menjadi kokoh. Dan teguh sehingga bumi menjadi tidak miring bersama penghuninya: dan telah menjadikan berbagai macam manfaat dan barang-barang tambang padanya.
7
Dan bumi bangaimana dia dihamparkan? Yaitu bagaimana dia dibentangkan, dipanjangkan dan dihamparkan. Maka ayat ini mengingatkan orang-orang arab badui tentang apa yang sering disaksikan oleh mereka berupa unta, langit, gunung, dan bumi agar mereka dapat mengambil pengajaran dari semua ini tentang kekuasaan dia yang telah menciptakan. Dan bahwa Dia adalah Rabb Yang Maha pencipta, pemilik, dan pengatur. Dialah yang tidak ada tuhan selain Dia semata.5 Seseorang yang melakukan pembelajaran haruslah bersikap tabah dan kuat dalam menjalani prosesnya, karena kemanfaatan dalam menjalani ketabahan tersebut sangatlah banyak, diantaranya untuk kemaslakhatan umum. Ketika seseorang sudah memiliki ilmu yang tinggi secara tidak langsung dia juga mempunyai pemikiran yang tinggi dari orang-orang pada umumnya sebagaimana seseorang yang sudah mempunyai ilmu dan iman akan menjadi kokoh dan teguh dalam pendiriannya kepada dasar-dasar yang dikembalikan kepada Al-qur’an dan hadits yang telah menjadi berbagai macam manfaat untuk seorang muslim, ketika seseorang sudah memiliki ilmu, seseorang tersebut akan mengakui dari semua ilmu yang telah diambil semua berasal dari Allah. Apakah kaum musyrikin mengingkari apa yang telah Kami ceritakan kepada mereka tentang hari kebangkitan dan apa yang berkaitan dengannya tentang kebahagiaan dan kesengsaraan ? Tidakkah mereka memperhatikan perihal kejadian binatang unta yang menakjubkan dan selalu ada dihadapan mereka serta selalu mereka pergunakan pada setiap kesempatan ? Jika mereka mau memikirkan perihal penciptaan unta tersebut, niscaya mereka akan mendapatkan bahwa di dalam penciptan unta terdapat suatu keajaiban diantara binatang-binatang lain. Unta yang bertubuh besar, berkekuatan prima serta memiliki ketahanan yang tinggi dalam menanggung lapar dan dahaga. Unta sangat tahan dalam melakukan kerja berat, berjalan di terik matahari sahara tanpa berhenti dan menempuh perjalanan sepanjang ribuan kilometer, sehingga binatang ini patut menyandang gelar istimewa sebagai perahu sahara.3
3 Mustafa, Ahmad, 1993. Al-Maraghi. Semarang: PT. Karya Toha Putra.
5 Shihab, M. Quraish,2002. Tafsir Al Misbah. Jakarta: Lentera Hati
8
Ciri khas lain dari unta adalah wataknya yang penurut, baik anak kecil maupun dewasa. Iapun tetap bersabar disakiti oleh keduanya. untuk memberi makan kepadanya, cukuplah apa yang ada di padang penggembalaan berupa daundaunan dan pohon berduri. Di kalangan orang Arab, unta di anggap sebagai binatang yang menakjubkan, karena mereka sudah kenal betul dengan watak dan tabiatnya. Ayat ini dipaparkan dalam kalimat istifham (bertanya) yang mengandung pengertian sanggahan terhadap keyakinan kaum kuffar dan sekaligus merupakan celaan atas sikap keingkaran mereka kepada hari kebangkitan. Sanggahan tersebut berupa argumen dengan dassar-dasar ilmu pengetahuan islam yang didapatkan orang muslim dari Rasulnya, sehingga secara tidak langsung terjadi proses belajar mengajar sebagai landasan orang muslim, baik itu ilmu pengetahuan, filsafat, dan ilmu-ilmu lainnya. Apakah mereka tidak memperhatikan kejadian langit yang terangkat demikian tingginya tanpa memakai tiang penyangga ? Dengan demikian, seseorang yang menginginkan derajat yang tinggi di sisi Allah , maka ia wajib menuntut ilmu setinggi-tingginya. Apakah mereka tidak memperhatikan kepada kejadian gunung- gunung, bagaimana gunung- gungung tersebut di pancangkan sedemikian kokohnya sehingga tidak goyah atau goncang? Demikian juga seperti orang yang sudah memiliki ilmu pengetahuan maka ia mempunyai landasan yang kuat, dan tidak terpengaruh oleh hal-hal yang bertentangan. Dan dengan dihamparkannya bumi sedemikian rupa, ia sangat cocok untuk kebutuhan para penghuninya. Mereka bisa memanfaatkan apa-apa yang ada di permukaan bumi dan apa-apa yang ada di dalam perut bumi berupa aneka jenis tambang dan mineral yang memberi faedah bagi kehidupan mereka Dengan demikian, ibarat manusia yang sudah mempunyai ilmu ataupun iman dengan landasan yang kuat, ilmu tersebut dapat digunakan atau dimanfaatkan ilmunya dengan baik. Jika mereka yang ingkar dan ragu mau menggunakan akalnya untuk memikirkan seluruh kejadian-kejadian itu (penciptaan Allah) maka mereka akan mengetahui bahwa kesemuanya itu diciptakan dan dipelihara oleh Yang Maha Agung dan Maha Kuasa. Mereka juga akan mengetahui, bahwa ia mampu menghidupkan kembali manusia setelah kematiannya kelak dihari kiamat dan dia
9
mampu menghidupkan manusia tanpa seorangpun mengetahui caranya. Oleh sebab itu, hendaknya ketidaktahuan mereka terhadap hakikat hari kiamat tidak dijadikan alasan untuk mengingkarinya. Allah sengaja memaparkan semua ciptaannya secara khusus, sebab bagi orang yang berakal dan mau belajar tentu akan mau memikirkan apa-apa yang ada disekitarnya. Seseorang akan mau mempelajari bagaimana memperhatikan unta yang dimilikinya. Pada saat ia mengangkat pandangannya ke atas–ia melihat langit. Jika ia memalingkan pandangannya ke kiri dan ke kanan, tampak di sekelilingnya gunung-gunung. Dan jika meluruskan pandangannya atau menunduk – ia akan melihat bumi yang terhampar. Bagi orang-orang arab dalam kesehariannya mereka tentu akan melihat kesemuanya itu. Sebab itu Allah memerintahkan mereka agar mau belajar memikirkan seluruh kejadian benda-benda di alam semesta. Dengan seperti itu manusia dapat mempelajari hal-hal yang telah diciptakan oleh Allah dari penciptaan yang fakta. Manusia dapat melihat lalu menggerakkan otaknya untuk berfikir bagaimana Allah menciptakan semuanya semesta alam.6 Apabila mereka telah mempelajari dan memperhatikan semua tentang ciptaan Allah dengan seksama, tentu mereka akan mengakui bahwa penciptanya dapat membuktikan manusia pasti akan kembali pada hari kiamat nanti, dengan bertujuan beriman kepada Allah. 3.
Tafsiran surat Ali Imran ayat 190 -191
َۡ َ َ َ ذ ذ ذ َۡ ۡ ْ ۡ َ َ ۡ َ ذ َ َ َ َ َۡين ذ ۡ َٰ َٰ َٰ ۡ ۡٱَّل١٩٠ۡۡتۡۡلوِلۡٱۡللبب ۡإ ٖ نِۡفۡخلقۡٱلسمَٰوَٰتۡۡ ۡوٱۡلۡرضۡۡ ۡوٱختلفۡۡٱَّللۡۡ ۡوٱنلهارۡۡٓأَلي
َۡ ۡ َ ۡ ََََ ذ ٗ َ ٗ َٰ َ َ َ ذ َ ۡخ ۡلق ۡ ذ َ ود َٰ َ َ اۡو ۡٱلس َم َٰ َوَٰتۡۡ َۡوٱۡلۡرضۡۡ َر ذب َنا كرونِۡف ۡ لَع ۡجنوبهم ۡويتف ٱّللۡقيماۡوقع ۡ ۡيَذكرون َ َ َ َ َ َٰ َ ۡ ٗ َٰ َ َ َٰ َ َ ۡ َ َ َ َ اۡع َذ ۡ ۡ١٩١ۡۡابۡٱنلذار ماۡخلقتۡهذاۡبطلۡسبحنكۡفقن Artinya : Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
6 Nata, Abuddin, 2002. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
10
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka. (Ali Imran 190-191) Maksudnya yaitu pada ketinggian dan keluasan langit dan juga pada kerendahan bumi sertapada kepadatannya. Dan juga tanda- tanda kekuasaan- Nya yang terdapat pada ciptaan- Nya yang dapat dijangkau oleh indra manusia pada keduanya (langit dan bumi), baik yang berupa: bintang-bintang, komet, daratan dan lautan, pegunungan, dan pepohonan, tumbuh- tumbuhan, tanaman, buahbuahan,binatang, barang tambang, serta berbagai macam warna dan aneka ragam makanan dan bebauan. Silih bergantinya malam dan siang, yakni, silih bergantinya, susul menyusulnya, panjang pendeknya. Terkadang ada dalam yang lebih panjang dan siangnya yang pendek. Lalu masing- masing menjadi seimbang. Setelah itu, salah satunya mengambil masa dari yang lainnya, sehingga yang terjadi pendek menjadi lebih panjang, dan yang diambil menjadi pendek yang sebelumnya panjang. Terdapat tanda- tanda bagi orang- orang yang berakal (Ulul Albab), Semuanya itu merupakan ketetapan Allah yang Maha perkasa lagi Maha mengetahui, dan hanya mereka yang mempunyai akal yang sempurna lagi bersih, yang mengetahui hakikat banyak hal secara jelas dan nyata. Orang yang berakal (Ulul Albab) adalah orang yang melakukan dua hal yaitu tazakkur yakni mengingat Allah, dan tafakkur yakni memikirkan (ciptaan Allah). Imam Abi al- Fida Ismail mengatakan bahwa orang yang berakal adalah orang-orang yang akalnya sempurna dan bersih yang dengannya dapat ditemukan berbagai keistimewaan dan keagungan mengenai sesuatu, tidak seperti orang buta dan gagu yang tidak dapat berfikir.57 Dengan melakukan dua hal tersebut ia sampai kepada hikmah yang berada di balik proses mengingat (tazakkur) dan berfikir (tafakkur), yaitu mengetahui, memahami dan menghayati bahwa di balik fenomena alam dan segala sesuatu yang ada di dalamnya menunjukkan adanya Sang Pencipta Allah SWT.
5 Shihab, M. Quraish,2002. Tafsir Al Misbah. Jakarta: Lentera Hati
11
Muhammad Abduh mengatakan bahwa dengan merenungkan penciptaan langit dan bumi, pergantian siang dan malam akan membawa manusia menyaksikan tentang keesaan Allah, yaitu adanya aturan yang dibuat- Nya serta karunia dan berbagi manfaat yang terdapat di dalamnya. Hal ini memperlihatkan kepada fungsi akal sebagai alat untuk mengingat dan berfikir.68 “Orang- orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring, merupakan penyifatan tentang Ulul Albab dari Allah.”Sebagaimana hadits yang diriwayatkan Imam Al- Bukhari dan Imama Muslim dari ‘Imran bin Hushain, bahwa Rasulullah SAW bersabda yang artinya:“Shalatlah dengan berdiri, jika kamu tidak mampu, maka lakukanlah sambil duduk, jika kamu tidak mampu, maka lakukanlah sambil berbaring”. Dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi, maksudnya, mereka memahami apa yang terdapat pada keduanya (langit dan bumi) dari kandungan hikmah yang menunjukkan kekuasaan Allah. Sungguh Allah mencela orang yang tidak mengambil pelajaran tentang makhluk-makhluk-Nya yang menunjukkan kepada dzat-Nya, sifat-Nya, syari’at-Nya, kekuasaan-Nya.2 Ya Rabb kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia- sia, maksudnya Engkau tidak menciptakan semuanya ini dengan sia- sia, tetapi dengan penuh kebenaran, agar Engkau memberikan balasan kepada orang- orang yang beramal buruk terhadap apa- apa yang telah mereka kerjakan dan juga memberikan balasan orang- orang yang beramal baik dengan balasan yang lebih baik (Surga). Maha suci Engkau,Yakni ungkapan penyucian manusia kepada Allah dari perbuatan sia-sia dan penciptaan yang bathil. Maka peliharalah kami dari siksa neraka, Wahai Rabb yang menciptakan makhluk ini dengan sungguh-sungguh dan adil. Wahai dzat yang jauh dari kekurangan, aib dan kesia- siaan, peliharalah kami dari adzab Neraka dengan daya dan kekuatan-Mu. Dan berikanlah taufik kepada kami dalam menjalankan amal 2 Ghoffar, M. ‘Abdul,2008. Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: Pustaka Imam As-Syafi’i
6 Nata, Abuddin, 2002. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
12
shalih yang dapat mengantarkan kami ke Surga serta menyelamatkan kami dari adzab- Mu yang sangat pedih. Intinya surat Ali Imran ayat 190-191 adalah Semua ciptaan Allah sebagai wujud kekuasaan- Nya dapat dijadikan objek pembelajaran dan ilmu pengetahuan oleh orang yang berfikir. 4.
Tafsiran surat At-Taubah ayat 122
ٞ َ ٓ َ ۡ ۡ َۡ ََ َ ََ ْٗ َ ذ َ ۡ ۡ َ َ َ ۡۡطائفة ون َّۡلَنفروا ۡكٓافة ۚٗۡفل ۡوَل ۡنف َر ۡمن ۡك ۡفرقةٖ ۡمنهم ۡ ۞و َما َۡكن ۡٱلمؤمن َ ْ َ َ َۡ َ ذ َ َّلَ َت َف ذقهواِْۡفۡٱلينۡۡ َوَّلنذرواْۡقَ ۡو َمه ۡمۡإ َذ ۡ ۡ١٢٢ۡاۡر َجع ٓواۡإ َّۡله ۡمۡل َعله ۡمَۡيذرون Artinya : Tidak sepatutnya bagi mukminin itu pergi semuanya (ke medan perang). mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan di antara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya. Pemahaman terhadap ayat ini hubungannya dengan pengembangan ilmu pengetahuan
tersebut
amat
erat
dengan
pendidikan,
khususnya
untuk
memperdalam ilmu pengetahuan. “Mengapa tidak pergi dari setiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan tentang agama”. Artinya, menganjurkan dengan gencarnya, untuk memperdalam pengetahuan agama, sehingga manusia dapat memperoleh manfaat untuk dirinya sendiri dan orang lain. Disebutkan dalam tafsir al-mishbah ayat ini menuntun kaum muslim untuk membagi tugas dengan menegaskan bahwa tidak sepatutnya bagi orang-orang mukmin yang selama ini dihancurkan agar bergegas menuju medan perang. Mereka pergi semua ke medan perang sehingga tidak tersisa lagi yang melaksanakan tugas-tigas lain. Jika memang tidak ada panggilan yang bersifat mobilisasi umum. Maka mereka tidak pergi dari setiap golongan, yakni kelompok besar diantara mereka beberapa orang dari golongan itu untuk bersungguhsungguh memperdalam pengetahuan tentang agama sehingga mereka dapat memperoleh manfaat untuk diri mereka dan untuk orang lain dan juga untuk memberi peringatan kepada kaum mereka yang menjadi anggota pasukan yang
13
ditugaskan Rasulullah SAW itu apabila nanti telah selesainya tugas mereka yakni anggota pasukan itu telah kembali kepada mereka yang ,memperdalam pengetahuan itu, supaya mereka yang jauh dari Rasulullah SAW karena tugasnya dapat berhati-hati dan menjaga diri mereka.79 5.
Tafsir Surat Al-Ankabut ayat 19-20
ۡ َۡ ذ َ َ ۡ َ َ ْ ذ َ َ ََ ذ ۡل ۡ ۡق١٩ۡٞٱّللۡيَسري ۡ ۡ قۡث ذمۡيعيدهۡ ۚٗ ٓۡۥۡإن ۡذَٰلكۡلَع َۡ ٱۡلل ۡٱّلل ۡ ۡأ َۡوۡل ۡمۡيَ َر ۡواۡك ۡيفۡي ۡبدۡئ
َۡ ْ َ ََ ذ ْ َ ۡ َ َ َ َ َۡ ۡ َ ذ ذ ََ ۡ ذ ۡٱّلل ۡينشئ ۡٱلنشأ ۡة ۡٱٓأۡلخرۡة ۚٗۡإن ۡ ۡ ق ۚٗۡثم ۡ وا ۡكيف ۡبدأ ۡٱۡلل ۡ سريوا ِۡف ۡٱۡلۡرضۡ ۡ ۡفٱنظر
ذ ٞ َۡش ٖءۡقَد ۡ َ لَعۡك َٰ َ َ ۡٱّلل ۡ ۡ٢٠ۡير َۡ
Artinya : dan Apakah mereka tidak memperhatikan bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian mengulanginya (kembali). Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. Katakanlah: "Berjalanlah di (muka) bumi, Maka perhatikanlah bagaimana Allah menciptakan (manusia) dari permulaannya, kemudian Allah menjadikannya sekali lagi. Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. Surat al-Ankabut ayat 19-20, menjelaskan tentang kewajiban yang seharusnya dijalankan umat Islam untuk mengadakan perjalanan, dalam arti penelitian di muka bumi ini. Sehingga umat Islam dapat menemukan suatu kesimpulan dengan cara mengambil I'tibar baik atas penciptaan alam, hingga sejarah perjalanan manusia dan alam di masa lampau. Apa yang diperoleh dari penelaahan itu, kemudian akan dijadikan bahan refleksi dalam meniti kehidupan di dunia yang akan mengantarkannya selamat dalam kehidupan di akhirat kelak. Allah SWT menyuruh Nabi Muhammad SAW untuk menerangkan kepada kaumnya yang kafir agar kiranya mereka berjalan di atas bumi ini sambil merenungkan bagaimana bumi ini diciptakan pada awalnya dan kemudian
7 Departemen Agama RI, 1996 Al Qur’an Al Karim Dan Terjemahnya, PT. Karya Toha Putra : Semarang
14
dikembalikan lagi sebagaimana pada awal kejadiannya; dari ada kemudian tidak ada, kemudian manusia dibangkitkan kembali; dari tidak ada menjadi ada dan dari ada dikembalikan lagi kepada ada, yaitu pada hari kebangkitan yang dikenal dengan yaumu al Ba’tsi. Semua itu harus di yakini bahwa tak seorangpun dapat melakukannya, kecuali Allah SAW Yang Maha Kuasa.
4. Hadits-Hadits Ilmu merupakan kunci untuk menyelesaikan segala persoalan, baik persoalan yang berhubungan dengan kehidupan beragama maupun persoalan yang berhubungan dengan kehidupan duniawi. Ilmu diibaratkan dengan cahaya, karena ilmu memiliki pungsi sebagai petunjuk kehidupan manusia, pemberi cahaya bagi orang yang ada dalam kegelapan. Orang yang mempunyai ilmu mendapat kehormatan di sisi Allah dan Rasul-Nya. Banyak ayat Al-Qur’an yang mengarah agar umatnya mau menuntut ilmu, seperti yang terdapat dalam QS : Al-Mujadalah ayat 11 :
ۡ ْ َ َ ُّ َ ذ َ َ َ ٓ ْ َ َ َ ۡ َ َ ذ َۡ ْ َ ۡ َ ذ َ َ ۡۡۡۖٱّللۡلَكم َ َٰ َٰٓ ۡ ۡ واۡيفسح ۡ ينۡءامنواۡإذاۡقيلۡلكمۡتفسحواِۡف ۡٱلمجلسۡۡ ۡفٱفسح ۡ يأيها ۡٱَّل ۡ َ ذ ْ ََۡ ذ ذ ْ َ ْ َ َ َ ََ َۡ ۡ ْ ۡت َۡ ۡوٱَّل ۡ ين ۡ َء َامنوا ۡمنكم َۡ ٱّلل ۡٱَّل ۡ ۡ وا ۡيرفع ۡ وا ۡ ۡفٱنُش ۡ ِإَوذاۡقيل ۡٱنُش ٖۚ ٖ َٰ ين ۡأوتوا ۡٱلعل ۡم ۡدرج َ ذ َ َ ۡ ۡ١١ۡٞٱّللۡب َماۡت ۡع َملونۡخبري ۡ َۡو Artinya : Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orangorang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan. (Q.s. al-Mujadalah : 11) Selain itu banyak hadits Nabi Saw yang mendorong agar umat Islam bersungguh-sungguh dalam menuntut ilmu. Di bawah ini terdapat hadits Nabi Saw yang berkenaan dengan kewajiban menuntut ilmu diantaranya:
a. Hadits tentang keharusan meniru orang yang banyak ilmu
15
َ َ َ َ َ ْ َ ۡ:ۡ النبۡ ۡصىل ۡاّلل ۡعليه ۡوسلم ِال ۡ ذ ۡ ۡق:ۡ ال ۡ ن ۡعبْدۡ ۡاّللۡ ۡبْنۡ ۡ َم ْسع ْو ٍۡد ۡريض ۡاّلل ۡعنه ۡق ۡع
َ َ َ ََ َ َ َ َ َ ا ََ ََ ْ َْ َ َ ۡۡۡ ۡوۡرجلۡۡأتاه,ِۡۡلَعۡهلكتهۡ ِۡفۡۡاَلق ۡ ۡلط ۡ ِ َلۡفس ۡ ۡۡ َرجلۡۡأتاهۡۡاّللۡۡما:ۡي ۡ َلِۡفۡۡاثن َت ۡ َل َح َس َۡدۡإ َْ َ َ َ ْ ْ َ َ َ َ (مةۡفه ۡوۡيقضِۡۡبهاۡويعلمهاۡ(رواهۡابلجاري ۡ اّللۡۡاَلك Sebelum menterjemahkan secara keseluruhan hadits tersebut, marilah kita lihat terlebih dahulu terjemahannya secara harfiyah (kata-perkata) berikut ini :
Arti Harfiah
Cara Membaca
Janganlah hasud
Laa hasada
Tulisan Arab َ َل َح َس َۡد
kecuali seperti dua orang ini.
Illa fitsnataini
َ ْ َْ َۡلِۡفۡۡاثن َتي ۡإ
orang yang diberi Allah
Rojulun ataahullohu
ََ ۡأتاهۡۡاّللۡۡ َرجل
kekayaan berlimpah
Malaan
ا َۡماَۡل
dan ia membelanjakannya
Fasullitho
َ ِفَس ۡلط
Dengan benar
Fil Haqqi
ِفۡاَلق
Hikmah
Al-Hikmata
ْ ْ اَلكمة ۡ
ia berprilaku sesuai dengannya Fa Huwa Yaqdhi dan mengajarkannya
Wayu’allimuha
َ ْ ۡفه َۡوۡ َيقض َوي َعلم َها
Artinya : Dari Abdullah bin Mas’ud r.a. Nabi Muhamad pernah bersabda :”Janganlah ingin seperti orang lain, kecuali seperti dua orang ini. Pertama orang yang diberi Allah kekayaan berlimpah dan ia membelanjakannya secara benar, kedua orang yang diberi Allah al-Hikmah dan ia berprilaku sesuai dengannya dan mengajarkannya kepada orang lain (HR Bukhari) Hadits di atas mengandung pokok materi yaitu seorang muslim harus merasa iri dalam beberapa hal. Memang iri atau perbuatan hasud adalah perbuatan
16
yang dilarang dalam ajaran Islam, tetapi ada dua hasud yang harus ada pada diri seorang muslim, yaitu pertama menginginkan banyak harta dan harta itu dibelanjakan di jalan Allah seperti dengan berinfaq, shadaqah dan lainnya. Harta ini tidak digunakan untuk berbuat dosa dan maksiat kepada Allah, kedua menginginkan ilmu seperti yang dimiliki orang lain, kemudian ilmu itu diamalkan dalam kehidupan sehari-hari, juga diajarkan kepada orang lain dengan ikhlash. Hukum mencari ilmu itu wajib, dengan rincian, pertama hukumnya menjadi fardhu ‘ain untuk mempelajari ilmu agama seperti aqidah, fiqih, akhlak serta Al-Qur’an. Ilmu-ilmu ini bersipat praktis, artinya setiap muslim wajib memahami dan mempraktekkan dalam pengabdiannya kepada Allah. Fardu ‘ain artinya setiap orang muslim wajib mempelajarinya, tidak boleh tidak. Dan kedua hukumnya menjadi fardu kifayah untuk mempelajari ilmu pengetahuan umum seperti : ilmu sosial, kedokteran, ekonomi serta teknologi. Fardu Kifayah artinya tidak semua orang dituntut untuk memahami serta mempraktekkan ilmu-ilmu tersebut, boleh hanya sebagian orang saja. Kewajiban menuntut ilmu ini ditegaskan dalam hadits nabi, yaitu :
ََ َ ْ ْ َ ۡمۡ َۡوۡم ْسل َم ٍة ٍۡ لَعۡكۡۡم ْسل ۡ َۡۡطلبۡۡالعل َۡمۡفريْضة ))رواهۡإبنۡعبدۡالرب
Artinya : Mencari ilmu itu hukumnya wajib bagi muslimin dan muslimat” (HR. Ibnu Abdil Bari) Secara jelas dan tegas hadits di atas menyebutkan bahwa menuntut ilmu itu diwajibkan bukan saja kepada laki-laki, juga kepada perempuan. Tidak ada perbedaan bagi laki-laki ataupun perempuan dalam mencari ilmu, semuanya wajib. Hanya saja bahwa dalam mencari ilmu itu harus tetap sesuai dengan ketentuan Islam. Kewajiban menuntut ilmu waktunya tidak ditentukan sebagimana dalam shalat, tetapi setiap ada kesempatan untuk menuntutnya, maka kita harus menuntut ilmu. Menuntut ilmu tidak saja dapat dilaksanakan di lembaga-lembaga formal, tetapi juga dapat dilakukan lembaga non formal. Bahkan, pengalaman kehidupanpun merupakan guru bagi kita semua, di mana kita bisa mengambil
17
pelajaran dari setiap kejadian yang terjadi di sekeliling kita. Begitu juga masalah tempat, kita dianjurkan untuk menuntut ilmu dimana saja, baik di tempat yang dekat maupun di tempat yang jauh, asalkan ilmu tersebut bermanfaat bagi kita. Nabi pernah memerintahkan kepada umatnya untuk menuntut ilmu walaupun sampai di tempat yang jauh seperti negeri China. Selain itu menuntut ilmu itu tidak mengenal batas usia, sejak kita terlahir sampai kita masuk kuburpun kita senentiasa mengambil pelajaran dalam kehidupan, dengan kata lain Islam mengajarkan untuk menuntut ilmu sepanjang hayat dikandung badan. Sebagaimana tercantum dalam hadits nabi :
ْ ْ َ َ َْ ْ َ ذ (َۡلۡالل ْهد (رواهۡمسلم ۡ نۡالمحدۡۡإ ۡ أ ْطلبۡۡالعل ۡمۡم Artinya “Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat”(HR. Muslim) b. Hadits yang menjelaskan keutamaan orang yang menuntut ilmu Rasulullah bersabda tentang keutamaan menuntut ilmu sebagai berikut :
ْ ْ َ َ َ َ َ ا َ َ ا َ ْ إَلۡا (ۡل ذنةۡۡ (رواهۡمسلم َۡ ِۡلۡ َطريْقا ۡ ۡۡلۡاّلل ۡ َِيل َتمسۡۡفيْهۡۡعۡل اماۡ َس ذه ۡكۡطريقا ۡ منۡسل
Perhatikan terjemahan secara harfiah dibawah ini : Arti Harfiah
Cara Membaca
Barang siapa yang menempuh Man salaka
Tulisan Arab َ َمنۡ َسلك
suatu jalan
Thoriiqon
ا َطريقا
Ilmu
‘ilman
ْ عل اۡما
Allah akan memudahkan
Sahhalalloohu
َ ۡلۡاّلل ۡ َس ذه
Baginya
Lahu
َ ۡل
Jalan menuju surga
Thoriiqon ilal jannah
ا َ ْ إَلۡا ۡل ذن ۡة َۡ َِۡطريْقا
Terjemah secara lengkap :
18
Barang siapa yang menempuh suatu jalan untuk menuntut ilmu, Allah akan memudahkan baginya jalan ke surga (HR Muslim) Hadits di atas memberi gambaran bahwa dengan ilmulah surga itu akan didapat. Karena dengan ilmu orang dapat beribadah dengan benar kepada Allah Swt dan dengan ilmu pula seorang muslim dapat berbuat kebaikan. Oleh karena itu orang yang menuntut ilmu adalah orang yang sedang menuju surga Allah. Mencari ilmu itu wajib, tidak mengenal batas tempat, dan juga tidak mengenal batas usia, baik anak-anak maupun orang tua. Kewajiban menuntut ilmu dapat dilaksanakan di sekolah, pesantren, majlis ta’lim, pengajian anak-anak, belajar sendiri, penelitian atau diskusi yang diselenggrakan oleh para remaja mesjid. Ilmu merupakan cahaya kehidupan bagi umat manusia. Dengan ilmu, kehidupan di dunia terasa lebih indah, yang susah akan terasa mudah, yang kasar akan terasa lebih halus. Dalam menjalankan ibadah kepada Allah, harus dengan ilmu pula. Sebab beribadah tanpa didasarkan ilmu yang benar adalah sisa-sia belaka. Oleh karena itu dengan mengamalkan ilmu di jalan Allah merupakan ladang amal (pahala) dalam kehidupan dan dapat memudahkan seseorang untuk masuk ke dalam surga Allah. Allah sangat mencintai orang-orang yang berilmu, sehingga orang yang berilmu yang didasarkan atas iman akan diangkat derajatnya oleh Allah, sebagaimana firman-Nya di atas dalam Q.S Al-Mujadallah : 11 Keutamaan lainnya dari ilmu adalah dapat mencapai kebahagiaan baik di dunia ataupun di akhirat. Hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadits nabi :
َ َ َ َ َ ََ ْ َ َ ْ ْ ََْ َ َ َ َ َ ْ َ َ ْ ْ ْ َ َ َ َ ْ ُّ َ َ َ ْ َ ْ ۡۡادۡهماۡف ۡعليه ۡ ن ۡأ ر ۡ ادِْۡاآلخرةۡۡفعليهۡۡبالعلمۡۡ ۡوۡم ۡ نۡأر ۡ ادۡالنياۡفعليهۡۡبالعلمۡۡ ۡوۡم ۡ نۡأر ۡم ْ ْ ۡۡبالعلم (ۡۡ)رواهۡالطبراني Artinya :
19
Barangsiapa yang menginginkan kehidupan dunia, mak ia harus memiliki ilmu, dan barang siapa yang menginginkan kehidupan akhirat maka itupun harus dengan ilmu, dan barang siapa yang menginginkan keduanya maka itupun harus dengan ilmu (HR. Thabrani) Kebahagian di dunia dan akhirat akan dapat diraih dengan syarat memiliki ilmu yang dimanfa’tkan. Manfa’at ilmu pengetahun bagi kehidupan manusia, antara lain : 1. Ilmu merupakan cahaya kehidupan dalam kegelapan, yang akan membimbimg manusia kepada jalan yang benar 2. Orang yang berilmu dijanjikan Allah akan ditinggikan derajatnya menjadi orang yang mulia beserta orang-orang yang beriman 3. Ilmu dapat membantu manusia untuk meningkatkan taraf hidup menuju kesejahteraan, baik rohani maupun jasmani 4. Ilmu merupakan alat untuk membuka rahasia alam, rahasia kesuksesan hidup baik di dunia maupun di akhirat.
20
BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan a. Belajar merupakan suatu proses kegiatan dan bukan suatu hasil atau tujuan. Belajar bukan hanya mengiat, akan tetapi lebih luas daripada itu, yakni mengalami perubahan perilaku dari pengalaman. b. Mengajar lebih identik kepada proses mengarahkan seseorang agar lebih baik c. Seorang muslim dibolehkan merasa iri dalam hal pertama melihat orang yang mempunyai harta kemudian menafkahkan hartanya di jalan Allah, dan kedua, orang yang mempunyai ilmu kemudian diamalkan dan diajarkan kepada orang lain. d. Menuntut ilmu itu hukumnya wajib bagi setiap muslim laki-laki dan perempuan, dari mulai sejak lahir sampai sebelum masuk kubur e. Ilmu yang harus dicari adalah ilmu agama dan ilmu pengetahuan umum yang bermanfaat f. Kewajiban orang yang memiliki ilmu adalah mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari dan mengajarkannya kepada orang lain
2. Saran Demikianlah makalah dari kami, pembahasan tentang Kewajiban Belajar dan Mengajar. Dan kami merasa bahwasanya masih terdapat kekurangan dalam penyajian makalah kami ini. Untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah ini dan berikutnya. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
21
DAFTAR PUSTAKA
Abuddin Nata. 2002. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada. Al-Qur’an karim Ar Rifa’i, Muhammad Nasib, 2000. Tafsir Ibnu Katsir Gema Insani Press: Jakarta Azami, Muhammad Mustofa. Metodologi Kritik Hadits. Terj. A. Yamin. Jakarta: Pustaka Hidayah. 1992. Departemen Agama RI, 1996 Al Qur’an Al Karim Dan Terjemahnya, PT. Karya Toha Putra : Semarang Departemen Agama RI,2010. Al-Qur’an dan Tafsirnya, Jakarta: Lentera Abadi Djamarah, Syaiful Bahri, 2008. Rahasia Sukses Belajar, Jakarta: RT. Rineka Cipta. Ghoffar, M. ‘Abdul,2008. Tafsir Ibnu Katsir, Jakarta: Pustaka Imam As-Syafi’i Mustafa, Ahmad, 1993. Al-Maraghi. Semarang: PT. Karya Toha Putra Nashiruddin al-Albani, Muhammad. 2003. Ringkasan Shahih Muslim Jakarta : Pustaka Azzam. Nata, Abuddin, 2002. Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan.Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. Shihab, M. Quraish,2002. Tafsir Al Misbah. Jakarta: Lentera Hati Solahudin, Muhammad; Agus Suyadi. 2009 Ulumul Hadis. Bandung: Pustaka Setia. Umar, Bukhari. 2012. Hadis Tarbawi Pendidikan dalam Perspektif Hadis. Jakarta : AMZAH Bumi Aksara. Yusuf al-Qardawi, 2001.Sunnah, Ilmu Pengetahuan dan Peradaban, terj. Abad Badruzzaman, Yogyakarta: PT. Tiara Wacana Yogya.
22