Makalah Kewajiban Menuntut Ilmu BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Islam diturunkan sebagai rahmatan lil ‘alamin. Untuk itu, maka diutuslah Rasulullah SAW untuk memperbaiki manusia melalui pendidikan. Pendidikanlah yang mengantarkan manusia pada derajat yang tinggi, yaitu orang-orang yang berilmu. Ilmu yang dipandu dengan keimanan inilah yang mampu melanjutkan warisan berharga berupa ketaqwaan kepada Allah SWT. Dengan pendidikan yang baik, tentu akhlak manusia pun juga akan lebih baik. Tapi kenyataan dalam hidup ini, banyak orang yang menggunakan akal dan kepintaraannya untuk maksiat. Banyak orang yang pintar dan berpendidikan justru akhlaknya lebih buruk dibanding dengan orang yang tak pernah sekolah. Hal itu terjadi karena ketidakseimbangannya ilmu dunia dan akhirat. Ilmu pengetahuan dunia rasanya kurang kalau belum dilengkapi dengan ilmu agama atau akhirat. Oleh karena itu, kita sebagai umat Islam diwajibkan untuk menuntuk ilmu baik ilmu dunia maupun ilmu akhirat. B. Rumusan Masalah 1. Apa yang dimaksud dengan ilmu? 2. Apa yang dimaksud dengan menuntut ilmu ? 3. Mengapa manusia wajib menuntut ilmu ? 4. Apakah keutamaan orang yang berilmu ? C. Tujuan Penulisan 1. Untuk mengetahui pengertian dari ilmu 2. Untuk mengetahui pengertian menuntut ilmu 3. Untuk mengetahui kewajiban menuntut ilmu 4. Untuk mengetahui keutamaan orang yang berilmu
BAB II PEMBAHASAN A. Pengertian ilmu Ilmu berasal dari kata علمممما- يعلمممم- علممممyang artinya mengetahui, lawan dari kata جهلyang artinya bodoh. Ilmu pengetahuan adalah terjemahan dari kata bahasa Inggris, Science, yang berarti pengetahuan. Kata science itu sendiri berasal dari bahasa Yunani Scientia yang berarti pengetahuan. Namun pengertian yang umum digunakan ilmu pengetahuan adalah
himpunan pengetahuan manusia yang dikumpulkan melalui proses pengkajian dan dapat diterima oleh rasio. Imam Raghib al- Ashfahani dalm kitabnya, Mufradat Al –Qur’an, berkata, “ ilmu adalah mengetahui sesuatu sesuai dengan hakikatnya. Ia terbagi dua: pertama, mengetahi inti sesuatu itu (oleh ahli logika dinamakan ahli tashawwur). Kedua, menghukum adanya sesuatu pada sesuatu yang ada (oleh ahli ligika dinamakan tashdiq, maksudnya mengetahui hubungan sesuatu dengan sesuatu).” Az-Zubaidi berkata dalam kamus Tajul-‘Arus, “Mayoritas ahli membedakan masingmasing term itu. Bagi mereka ilmu adalah yamg paling tinggi karena ilmu itulah yang mereka perkenankan untuk dinisbatkan kepada allah swt. Sementara, mereka tidak mengataknan: ‘Allah arif’ atau ‘Allah syair’. Perbedaan-perbedaaan tersebut disebut dalahm karangan-karangan ahli basaha. Al Manawi dalam kitab At-taufiq berkata , “ ilmu adalah keyakinan kuat yang tetap sesuai dengan realita. Bisa juga bersifat yang membuat perbedaan tanpa kritik. Atau, ilmu adalah tercapainya bentuk sesuatu dalam akal.”
B. Pengertian menuntut ilmu Menuntut ilmu adalah suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang untuk merubah tingkah laku dan perilaku kearah yang lebih baik,karena pada dasarnya ilmu menunjukkan jalan menuju kebenaran dan meninggalkan kebodohan. Seseorang harus memulai dengan ilmu sebelum beramal.Maksud dari beramal adalah melakukan kegiatan atau melakukan suatu pekerjaan. Dalam melakukan pekerjaan manusia dituntut mengetahui ilmunya dari pekerjaan tersebut. Karena dengan mengetahui ilmunya pekerjaan akan lebih terarah dan tidak berantakan. MenuntutilmumerupakanibadahsebagaimasabdaNabi Muhammad Saw. Artinya : Mu’adz bin Jabbal berkata : “Tuntutlah ilmu, karena mempelajari ilmu karena mengharapkan wajah Allah itu mencerminkan rasa Khasyyah, mencarinya adalah ibadah, mengkajinya adalah tasbih, menuntutnya adalah Jihad, mengajarnya untuk keluarga adalah Taqarrub.” Dengan demikian perintah menuntut ilmu tidak di bedakan antara laki-laki dan perempuan. Hal yang paling di harapkan dari menuntut ilmu ialah terjadinya perubahan pada diri individu ke arah yang lebih baik yaitu perubahan tingkah laku, sikap dan perubahan aspek lain yang ada pada setiap individu. Perbedaan Orang yang Berilmu dengan Orang Bodoh Dalam Al- Qur’an Allah SWT. Berfirman, Artinya: "(apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung) ataukah orang yang beribadah di waktu waktu malam dengan sujud dan berdiri, sedang dia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya? Katakanlah: "Adakah sama orangorang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?" Sesungguhnya orang-orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran."(Az-Zumar:9)
Allah SWT membedakan antara orang yang berilmu dan orang yang jahil.Keduanya tidak sama. Terlepas dari substansi ilmu pengetahuan, yang terpenting adalah antara orang yang berilmu dengan orang yang bodoh jelas tidaklah sama.Seperti halnya antara orang yang buta dan orang yang melihat,kegelapan dan cahaya, orang yang hidup dana mati, manusia dan hewan, serta antara penghuni surga dan penghuni neraka.[3] C. Kewajiban Menuntut Ilmu Dasar hukum menuntut ilmu yaitu berdasarkan Al-Qur’an dan Hadits nabi Muhammad saw. Banyak sekali hadits dan ayat Al-Qur’an yang menerangkan tentang menuntut ilmu. Di dalam Islam, menuntut ilmu merupakan perintah sekaligus kewajiban. Manusia diperintahkan untuk menuntut ilmu, karena dengan ilmu pengetahuan kita bisa mencapai apa yang dicita-citakan baik di dunia maupun di akhirat. Apalagi sebagai seorang muslim itu wajib hukumnya seperti dalam sebuah hadits disebutkan bahwa : Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi setiap muslim.” (Hadits sahih, diriwayatkan dari beberapa sahabat diantaranya: Anas bin Malik, Ibnu Abbas, Ibnu Umar, Ali bin Abi Thalib, dan Abu Sa’id Al-Khudri Radhiallahu Anhum. Lihat: Sahih al-jami: 3913) Maka jelas kiranya bahwa menuntut ilmu pengetahuan memang diwajibkan. Dengan ilmu kita bisa meraih dunia, dengan ilmu kita dapat meraih akhirat dan dengan ilmu pula kita bisa meraih kedua-duanya. Firman Allah pada surat Al-Alaq ayat 1-5 , berbunyi :
Artinya : “ Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu Yang menciptakan , Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Maha Pemurah, Yang mengajarkan (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.” ( Al-Alaq : 1-5) Ini ayat pertama yang turun kepada Rasulullah. Ayat ini berisi perintah untuk membaca,menulis, dan juga belajar. Allah telah memberikan manusia sifat fitrah dalam dirinya untuk bisa belajar dan menggapai bermacam ilmu pengetahuan dan keterampilan hingga dapat menambah kemampuannya untuk mengembanamana[4]t kehidupan di muka bumi ini. Rasulullah sering berbicara tentang keutamaan ilmu dan bahkan mewajibkan umatnya untuk menuntut ilmu. Perintah untuk menuntut ilmu ini merupakan salah satu pusat perhatian Islam bagi para pemeluknya. Manusia diwajibkan untuk menuntut ilmu karena hal ini sebenarnya telah dijawab oleh Al-Qur’an sendiri. Dimana menurut Al-Qur’an, Allah menciptakanmanusia dalam keadaan vakum dari ilmu, lalu Allah memberinya perangkat ilmu agar mampu menggali ilmu dan mempelajarinya. Karena memang ilmu itu harus digali, dipelajari, dan diamalkan sebagaimana firman-Nya:
Artinya : "Dan Allah mengeluarkan kalian dari perut ibu kalian dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun. Dan Dia memberi kalian pendengaran, penglihatan dan hati agar kalian bersyukur”.(Q.S. An Nahl: 78) Pendengaran, penglihatan dan hati atau akal adalah merupakan perangkat atau alat untuk menuntut ilmu. Perangkat ilmu yang Allah berikan kepada manusia merupakan sebuah potensi yang tiada ternilai harganya, dengan penglihatan, pendengaran dan hati (akal) manusia mampu menggali ilmu. Karena kemampuannya menalar dan mempunyai bahasa untuk mengkomunikasikan hasil pemikiran yang abstrak.. Pengetahuan itu diperoleh manusia bukan hanya dengan penalaran, melainkan juga dengan kegiatan berfikir lainnya, dengan perasaan dan intuisi. Lain halnya dengan hewan yang tidak memiliki potensi tersebut karena hewan tidak mampu berbuat seperti apa yang dapat dicapai oleh manusia. Maka sangat beralasan jika Allah memerintahkan manusia untuk menggali lautan ilmu-Nya. Seberapapun tingginya ilmu dan pengetahuan manusia, hanyalah merupakan sebagian kecil saja dari ilmu Allah. Namun kesempatan untuk memperoleh sebagiansebagian dari ilmu Allah yang lain tetaplah ada selama manusia mempunyai kemauan, kemampuan dan usaha. Dalam mencari ilmu pengetahuan, hendaklah yang dapat memberikan manfaat bagi kebaikan di dunia dan di akhirat baik untuk diri kita sendiri maupun untuk orang lain.Mengajarkan ilmu kepada orang lain merupakan sadaqoh, sesuai dengan sabda Nabi, Selagi ada kesempatan untuk mencari ilmu dan sebelum Allah mencabut atau mengangkat ilmu dari manusia, maka carilah ilmu sebanyak-banyaknya untuk kita manfaatkan serta kita amalkan di jalanNya. Sebab ilmu yang bermanfaat merupakan salah satu amal jariyah yang tak akan terputus. “Sesungguhnya dunia adalah terkutuk dan terkutuklah semua penghuninya kecuali orang-orang yang mengingat Allah,para wali Allah,para orang-orang yang berilmu dan juga orang orang yang belajar untuk mendatkan ilmu” (HR Tirmidzi dari Abu Hurairah) Rosulullah selalu antusias dalam menyebut ilmu dan orang-orang yang mempelajarinya dengan gigih. Rosulullah selalu menyerukan kepada semua kaum muslimin untuk mempelajari berbagai macam ilmudan mengajarkannya kepada manusia sebagaimana diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud bahwa rosulullah bersabda Artinya belajarlah akan suatu ilmu dan lalu ajarkanlah (ilmu tersebut) kepada manusia. Pelajarilah ilmu faroidh (ilmu waris) dan lalu ajarkan kepada manusia. Pelajarilah al-qur’an dan lalu ajarkanlah kepadda manusia. D. Keutamaan ilmu
Selain Al-Qur’an banyak sekali hadits yang menjelaskan keutamaan ilmu dan kedudukan ulama, baik dimata Allah maupun dimata manusia, di dunia maupun di akhirat. Ulama di hargai demikian tingginya tak tertandingi oleh siapapun, dan tak mungkin dapat dikejar, kecuali melalui ilmu. Berikut beberapa keutamaan ilmu yang disebutkan didalam Al-qur’an dan AsSunnah: 1. kelebihan ilmu dibanding ibadah Salah satu fadhilah ilmu dari ibadah adalah bahwa kebanyakan manfaat ibadah terbatas pada pelakunya. Orang yang melakukan salat atauberpuasa, haji, zikir dan ibadah yang lai, akan mendapat kebaikan-kebaikan amal perbuatannya dan peningkatan derajatnya. Tetapi, masyarakat lain tidak akan mndapat ganjaran mereka sedikitpun secara langsung. Berbeda dengan ilmu; ia bermanfaat jauh melampui si pilaku itu sendiri, sampai pada orang yang mendengarnya, atau membacanya. Ilmu tidak mengenal ikatan, tidak pula mengakui adanya dinding dan jurang pemisah. Lebih-lebih pada zaman kita sekarang, ketika ilmu tersebar luas melalui radio dan televisi yang dapat ditangkap dalam beberapa detik dan bahkan dalam seketika itu juga para pendengar dan para pemirsa yang ada diberbagai tempat. 2. Ilmu tidak terputus lantaran berahirnya hayat Ilmu tidak terputus lantaran berahirnya hayat, dan ilmu tidak mati dengan kematian pemiliknya. Tetapi bagi orang yang salat, atau berpuasa, atau membayar zakat,berhaji, berumroh, bertasbih, bertahlil, berzikr, dan bertakbir, semua amal ini mendapat balasandari allah, tetapi balasan itu terputus lantaran selesai atau berakhirnya amala tertentu. Adapun ilmu, ia terus berpengaruh selama orang masih memanfaatkanya.[6] Dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda: "Apabila seorang keturunan Adam meninggal dunia maka terputuslah amalnya kecuali dari tiga hal: shadaqah jariyyah, atau ilmu yang bermanfaat, atau seorang anak shalih yang mendo'akannya." (HR. Muslim no.1631) Betapa besarnya kebaikan yang akan didapatkan oleh orang yang berilmu berupa pahala dan kebaikan-kebaikan yang banyak. Dan pahala tadi akan terus mengalir kepadanya tanpa terputus selama ilmunya disampaikan oleh murid-muridnya dari generasi ke generasi berikutnya, dan selama kitab-kitabnya dan tulisan-tulisannya dimanfaatkan oleh para hamba di berbagai negeri, dan seperti inilah pahala dan ganjaran orang yang berilmu akan tetap sampai kepadanya setelah kematiannya dengan sebab ilmu yang telah dia tinggalkan untuk manusia, di mana mereka mengambil manfaat terhadap ilmunya. 3. Ilmu merupakan tanda kebaikan seorang hamba Ketika seorang hamba diberi kemudahan untuk memahami dan mempelajari ilmu syar’i, itu menunjukkan bahwa Allah menghendaki kebaikan bagi hamba tersebut, dan membimbingnya menuju kepada hal-hal yang diridhai-Nya.
Kehidupannya menjadi berarti, masa depannya cemerlang, dan kenikmatan yang tak pernah dirasakan di dunia pun akan diraihnya. Rasulullah Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda: “Siapa yang Allah kehendaki kebaikan kepada seorang hamba maka Ia akan difahamkan tentang agamanya.” (Muttafaq Alaihi dari Muawiyah bin Abi Sufyan Radhiallahu anhuma) 4. Orang yang berilmu akan ditinggian derajatnya Sesungguhnya allah akan meningkatkan derajat orang-orang yang mau menuntut ilmu sebagaimana firmannya: Artinya :Hai orang orang yang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu: “ Berlapang lapanglah dalam majelis”, maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan berdirilah kamu maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan” ( Q.S Al-Mujaadalah:11) Ditinggikannya derajat dengan beberapa derajat, ini menunjukkan atas besarnya keutamaan, dan ketinggian di sini mencakup ketinggian maknawiyyah di dunia dengan tingginya kedudukan dan bagusnya suara (artinya dibicarakan orang dengan kebaikan) dan mencakup pula ketinggian hissiyyah (yang dirasakan oleh tubuh dan panca indera) di akhirat dengan tingginya kedudukan di jannah. (Fathul Baarii 1/141) Allah pun akan meninggikan derajat orang orang yang berilmu sebagaimana diri-Nya memuliakan diri-Nya dan mengagungkan kekuasaan-Nya, lalu setelahnya Dia memuliakan malaikat dan kemudian memuliakan orang orang yang berilmu, sebagaimana firman-Nya: Artinya :“ Allah menyatakan bahwasannya tidak ada Tuhan(yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana” Q.S Ali Imran:18 5. menuntut ilmu merupakan ibadah dan akan dipermudah jalan menuju syurga Menuntut ilmu adalah ibadah, bahkan merupakan Ibadah yang paling agung dan paling utama, sehingga Allah menjadikannya sebagai bagian dari jihad fisabilillah, sebagaimana firmanNya dalam surat At Taubah 122 Artinya :tidak sepatutnya bagi mu’min itu pergi semuanya (medan perang), mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk member peringatan pada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya supaya mereka itu dapat menjaga dirinya Rosulullah bersabda Artinya: barang siapa menempuh jalan demi mengharapkan suatu ilmu, maka allah akan mempermudah jalan baginya menuju syurga. Sesungguhnya malaikat akan meletakkan sayap-sayapnya karena keridhaannya akan pencari ilmu. Sesungguuhnya semua yang ada di langit dan di bumi dan bahkan lumba-lumba di lautan sekalipun, akan selaly memintakan ampunan bagi orang yang berilmu 6. ilmu adalah kehidupan dan cahaya
Dalam banyak ayat, Al qur’an menganggap ilmu sebagai kehidupan dan cahaya, sedangkan kebodohan merupakan kematian dan kegelapa. Seperti diketahui semua bentuk kejahatan disebabkan oleh ketiadaan kehidupan dan cahaya,dan semua kebaikan disebabkan oleh cahaya dan kehidupan. Syarat-syarat menuntut ilmu Dalam kitab “Ta’lim al-Muta’allim” yang ditulis oleh Imam Al-Zarnuji, beliau menulis bahwa syarat-syarat mencari ilmu itu ada 6 yaitu: 1. Cerdas (Dzakaun) Kecerdasan merupakan syarat pertama yang harus dipenuhi oleh thalibul ilmi. Imam Ghazali pernah mengatakan bahwa orang yang pintar adalah orang yang mengetahui bahwa ia tidak tahu akan sesuatu dan karenanya dia mau belajar. Maksud cerdas disini bukanlah tingkatan kepintaran, melainkan tidak gila. Orang tersebut haruslah waras, dapat membedakan mana angka satu dan dua, mana hitam dan putih, mana baju dan celana. 2.
3.
4.
Rakus (hirsun) Rakus adalah (punya kemauan dan semangat untuk berusaha mencari ilmu) menurut Imam as-Syafi’i, dalam menuntut ilmu janganlah langsung merasa puas terhadap apa yang telah didapat dan jangan hanya menuntut ilmu di satu daerah saja. “Tidak cukup teman belajar di dalam negeri atau dalam satu negeri saja, tapi pergilah belajar di luar negeri, di sana banyak teman-teman baru pengganti teman sejawat lama, jangan takut sengsara, jangan takut menderita, kenikmatan hidup dapat dirasakan sesudah menderita.” (diambil dari kitab Sejarah Hidup dan Silsilah Syekh Kiyai Muhammad Nawawi Tanara Banten yang ditulis oleh H. Rofiuddin. Hal. 4). Sabar Seorang yang menuntut ilmu sudah barang tentu akan menghadapi macam-macam gangguan dan rintangan. Selain berusaha maka bersabarlah untuk menghadapi semua itu, dan perlu diketahui bahwa sabar adalah sebagian dari Iman, “As-Shobru mina al-iman”. Dan Sabar disini mengandung arti tabah, tahan menghadapi cobaan atau menerima pada perkara yang tidak disenangi atau tidak mengenakan dengan ridha dan menyerahkan diri kepada Allah Swt, akan tetapi kesabaran disini harus diartikan dalam pengertian yang aktif bukan dalam pengertian yang pasif. Artinya nrimo (menerima) apa adanya tanpa usaha untuk memperbaiki keadaan. Modal/bekal Seperti dijelaskan sebelumnya bahwa pendidikan wajib hukumnya bagi setiap muslim, dan dijelaskan lagi dalam hadis “Tuntutlah ilmu mulai dari rahim ibu sampai liang lahat”. Dari hadis tersebut kita bisa mengetahui bahwa, seumur hidup kita wajib menuntut ilmu. Pendidikan bukan hanya pendidikan formal tetapi non formal pun ada. Rasul menjanjikan kepada para penuntut ilmu, “Sesungguhnya Allah pasti mencukupkan rezekinya bagi orang yang menuntut ilmu” Dan yakinkanlah bagi para penuntut ilmu walaupun dengan segala kekurangan (biaya) pasti mampu atau bisa menyelesaikan pendidikan. Karena pasti akan ada jalan lain selama manusia berusaha dan yakin terhadap kekuasaan dan pertolongan Allah Al-Yaqinu Lâ Yuzâlu bi as-Syak Artinya: ”keyakinan tidak bisa dihilangkan oleh keragu-raguan”.
Dan akhirnya maka tidak ada alasan orang tidak bisa menuntut ilmu karena biaya, seperti keterangan sebelumnya carilah jalan lain, solusi lain untuk bisa menuntut ilmu. 5.
6.
Petunjuk guru Banyak orang yang tersesat karena belajar tanpa guru, seoarng tholibul ilmi hendaklah mempunyai seorang guru sebagai petunjuk, walaupun ada yang mengatakan bahwa buku adalah guru yang besar, tapi buku tidak bisa mituturi (memberi nasihat) Karena ilmu sangat luas dan tidak memiliki akhir maka sudah barang tentu membutuhkan waktu yang sangat lama. Pepatah Arab mengatakan :”Tuntutlah ilmu dari buaian sampai ke liang lahat” seorang pelajar harus mengulang-ulang pelajaran yang telah didapat, jadi dalam mencari ilmu tidaklah cukup dalam waktu yang singkat.Seperti contoh seorang untuk menjadi Doktor harus melalui SD, SMP, SMA, hingga perguruan tinggi, dan itu bukanlah waktu yang singkat.
Adab mencari ilmu 1. Niat Niat dalam menuntut ilmu adalah untuk mencari ridho Allah. Hendaknya diringi dengan hati yang ikhlas benar-benar karena Allah. Bukan untuk menyombongkan diri, menipu orang lain ataupun pamer kepandaian, tetapi untuk mengeluarkan diri dari kebodohan dan menjadikan diri kita bermanfaat bagi orang lain 2. Bersungguh-sungguh Dalam menuntut ilmu haruslah bersungguh-sungguh dan tidak pernah berhenti. Allah mengisyaratkan dalam firman-Nya yang berbunyi : “Dan orang-orang yang berjuang di jalan Kami pastilah akan Kami tunjukkan kepada mereka jalan Kami.” 3. Terus menerus Hendaklah kita jangan mudah puas atas ilmu yang kita dapatkan sehingga kita enggan untuk mencari lebih banyak lagi. Seperti pepatah yang disampaikan oleh Sofyan bin Ayyinah : “Seseorang akan tetap pandai selama dia menuntut ilmu. Namun jika ia menganggap dirinya telah berilmu (cepat puas) maka berarti ia bodoh.” Allah lebih menyukai amalan yang sedikit tapi dilakukan secara terus menerus dibandingkan amalan yang banyak tetapi hanya dilakukan sehari saja. 4. Sabar dalam menuntut ilmu Salah satu kesabaran terpuji yang harus dimiliki oleh seorang penuntut ilmu adalah sabar terhadap gurunya seperti kisah Nabi Musa as dan Nabi Khidr as (QS Al Kahfi : 66-70). Kita jangan cepat putus asa dalam menuntut ilmu jika mendapatkan kesulitan dalam memahami dan mempelajari ilmu. 5. Menghormati dan memuliakan orang yan menyampaikan ilmu Di antara penghormatan murid terhadap gurunya adalah berdiam diri maupun bertanya pada saat yang tepat dan tidak memotong pembicaraan guru, mendengarkan dengan penuh khidmat, dan memperhatikan ketika beliau menerangkan, dan sebagainya. 6. Baik dalam bertanya Bertanya hendaknya untuk menghilangkan keraguan dan kebodohan diri kita, bukan untuk meremehkan, menjebak, mengetes, mempermalukan guru kita dan sebagainya.l Aisyah ra tidak pernah mendengar sesuatu yang belum diketahuinya melainkan sampai
beliau mengerti. Orang yang tidak mau bertanya berarti menyia-nyiakan ilmu yang banyak bagi dirinya sendiri. Allah pun memerintahkan kita untuk bertanya kepada orang yang berilmu seperti dalam firman-Nya dalam QS An-Nahl:43 Artinya : dan kami tidak mengutus sebelum kamu, kecuali orang-orang lelaki yang kami beri wahyu kepada mereka; maka bertanyalah pada orang-orang yang memiliki pengetahuan jika kamu tidak mengetahui. Untuk itu, menuntut ilmu merupakan jalan menuju kebahagiaan yang abadi. Seorang muslim diwajibkan untuk menuntut ilmusyar’i. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa salam bersabda : E. 1.
Kandungan Hadits Hadits tentang hukum menuntut ilmu Hadits tentang hukum menuntut ilmu merupakan penjelasan tentang hukum mencari ilmu bagi setiap orang Islam laki laki maupun perempuan, yang telah diriwayatkan oleh Imam Ibnu Majah dan lain lain. Akan tetapi hadits tersebut diberi tanda lemah oleh imam Syuyuti. Adapun hukum menuntut ilmu menurut hadits tersebut adalah wajib. Karena melihat betapa pentingnya ilmu dalam kehidupan dunia maupun akhirat. Manusia tidak akan bisa menjalani kehidupan ini tanpa mempunyai ilmu. Bahkan dalam kitab taklimul muta’allim dijelaskan bahwa yang menjadikan manusia memiliki kelebihan diantara makhluk – makhluk Allah yang lain adalah karena manusia memilki ilmu.[3] Apabila kita memperhatikan isi Al-Quran dan Al-Hadits, maka terdapatlah beberapa suruhan yang mewajibkan bagi setiap muslim baik laki-laki maupun perempuan, untuk menuntut ilmu, agar mereka tergolong menjadi umat yang cerdas, jauh dari kabut kejahilan dan kebodohan. Menuntut ilmu artinya berusaha menghasilkan segala ilmu, baik dengan jalan menanya, melihat atau mendengar. Perintah kewajiban menuntut ilmu terdapat dalam hadits Nabi Muhammad saw. Dan janganlah memberikan ilmu kepada orang yang enggan menerimanya, karena orang yang enggan menerima ilmu tidak akan mau untuk mengamalkan ilmu itu bahkan mereka akan menertawakannya.[4] Dalam hadits lain juga telah disebutkan bahwa : ( )رواه مسلم0 اطلب العلم من المحد الى اللهد “Carilah ilmu dari buaian sampai liang lahat” (H. R. Muslim)
2.
Hadits tentang anjuran menjaga ilmu Rosulullah mengucapkan hadits ini pada saat Haji Wada’. Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Ahmad dan Tabrani dari hadits Abu Umamah bahwa pada saat haji Wada’ Nabi bersabda :“Pelajarilah ilmu sebelum datang masa punahnya ilmu”. Arabi berkata “Bagaimanakah cara ilmu itu datang dan dimusnahkan? Beliau bersabda : “Punahnya ilmu itu dengan punahnya para ulama ( orang yang menguasai ilmu)” Hadits ini berisi anjuran menjaga ilmu, peringatan bagi pemimpin yang bodoh, dan peringatan bahwa yang berhak mengeluarkan fatwa adalah pemimpin yang benar – benar
mengetahui dan larangan bagi orang-orang yang berani mengeluarkan fatwa tanpa berdasarkan ilmu pengetahuan. Hadits ini juga dijadikan alasan oleh para ulama bahwa pada zaman sekarang ini tidak ada lagi seorang mujtahid.[5] Dalam hadits lain juga disebutkan anjuran untuk memelihara ilmu pengetahuan, diantaranya yaitu hadits yang diriwayatkan oleh Bukhori Muslim: .م. انظممر ممما كممان مممن حممديث رسممول المم ص:و كتب عمر بن عبد العزيز الى ابى بكر ابن حزم و. و التفشو العلممم.م. و ل تقبل ال حديث النبي ص.فاكتبه فانى خفت دروس العلم و ذهب العلمآء ( )متفق عليه. فأن العلم ل يهلك حتى يكون سرا.التجلس حتى يعلم من ل يعلم Umar bin Abdul aziz menulis surat kepada Abu bakr bin Hazm” kumpulkan hadits – hadits Nabi yang kau temukan dan tulislah, aku khawatir akan hilangnya ilmu dan perginya para ulama (meninggal)janganlah engkau terima selain hadits Nabi. Pelajarilah ilmu dengan seksama sampai mengetahui sesuatu yang tidak diketahui,ilmu tidak akan rusak kecuali setelah menjadi rahasia (H.R. Bukhori-Muslim).[6] 3.
Hadits tentang keutamaan menuntut ilmu Adapun munasabah yang berkaitan tentang keutamaan menuntut ilmu yaitu, Dari Anas bin Malik Rasulallah SAW bersabda:“barang siapa keluar untuk mencari ilmu maka ia berada di jalan Allah sehingga ia kembali. (HR. Tirmidzi). Dalam hadits yang kedua Rasulullah menegaskan bahwa menuntut ilm itu dinilai sebagaai berjuang di jalan Allah, sehingga barang siapa yang mencari ilmu dengan sungguh-sungguh dia akan mendapatkan pahala yang berlipat ganda bahkan bila sesorang meninggal dunia saat mencari ilmu dia akan mendapatkan surganya Allah karena dinilai sama dengan mati syahid. 4. Hadits tentang peran ilmu terhadap pendidikan Rosulullah SAW memerintahkan untuk mendidik anak-anaknya dengan tiga perangai : a. Cinta terhadap Nabinya, karena cinta terhadap Nabi adalah lebih utama dari pada cinta terhadap kedua orang tuanya bahkan terhadap dirinya sendiri, sebagaimana dijelaskan dalam sebuah hadits : ل يمؤمن احمدكم: قال النبي ص لى الم عليمه وسملم. عن انس بن مالك رضى ال عنه انه قال ( )رواه البخممارى.حممتى اكممون احممب اليممه مممن والممده وولممده والنمماس اجمعيممن Dari Anas r.a. bahwasanya dia berkata, Nabi SAW bersabda,” Seseorang diantara kamu tidak beriman, sehingga aku lebih dicintai daripada orang tua, anak-anak dan manusia seluruhnya.” ( H.R. Bukhori )[7] b. Cinta kepada keluarga Nabi, karena barang siapa cinta kepada seseorang maka ia akan cinta kepada apa yang dicintai oleh seseorang tersebut dan keturunanya. Sesungguhnya keluarga Nabi adalah lebih berhak mendapatkan cinta, sebagaimana Allah berfirman dalam surat Al Ahzab ayat 33 : انما يريد ال ليذهب عنكم الرجس اهل البيت و يطهركم تطهيرا
Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan membersihkan kamu sebersih-bersihnya. c. Memberikan pengajaran Al-Qur’an terhadap anak, belajar Al-Qur’an dan mengamalkanya adalah yang paling penting dan utama, karena dengan Al-Qur’an manusia menjadi umat yang paling mulya, sebagaimana dalam sebuah hadits riwayat Imam Bukhari dari sahabat Ustman r.a. Rosulullah SAW bersabda : عن عثمان بن عفان رضى ال عنه عن النبى صلى ال عليه وسمملم قممال ان افضمملكم مممن تعلممم ( )رواه البخارى.القراان و علمه Dari Ustman bin Affan r.a., dari Nabi SAW,beliau bersabda : Sesungguhnya orang termulia diantara kamu adalah orang yang belajar dan mengajarkan Al-Qur’an. (H.R. Bukhari)
BAB III PENUTUP A.
Kesimpulan Dari penjelasan hadits – hadits diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa: 1. Menuntut ilmu agama adalah wajib bagi setiap muslim dan jangan memberikan ilmu agama kepada orang yang enggan menerima ilmu 2. Ilmu akan musnah jika sudah tidak ada lagi para ulama sehingga banyak para pemimpin yang memberi fatwa tanpa menggunakan ilmu pengetahuan, sehingga mereka saling menyesatkan satu sama lain 3. Bahwa dengan ilmu manusia akan mendapatkan kebahagiaan didunia maupun diakherat. Orang yang menempuh perjalanan untuk mencari ilmu sama dengan orang yang sedang menempuh perjalanan menuju surga, Hal ini merupakan kemuliaan yang diberikan Allah kepada orang yang mencari ilmu.
4. Ilmu mempunyai peranan sangat penting dalam dunia pendidikan, yang mana pendidikan adalah Universal, ada keseimbangan antara aspek intelektual dan spiritual, antara sifat jasmani dan rohani. Dengan pendidikan yang benar dan akhlak yang kuat, maka akan tumbuh generasi penerus bangsa yang beradab dan bermartabat. B.
Penutup Kita sebagai golongan terpelajar jangan hanya menjadikan kitab- kitab hadits sebagai buku hiasan saja atau buku pelengkap referensi, tetapi hendaklah kita baca, maknai, dan ditafsiri dengan baikdan selanjutnya di amalkan dengan segenap kemampuan. Dan kiranya makalah kami ini sangat jauh dari kesempurnaan, kritik dan saran dari pembaca sangat kami harapkan demi meningkatkan kesempurnaan makalah yang kami tulis ini.
DAFTAR PUSTAKA Abu Abdillah Muhammad Bin Ismail al-bukhori al-Jufri, Shohih Bikhori. Abu ar-Rahman Ahmad Bin Syu’aib al-Nisa’i, Sunan al-Nisa’i Abu Daud Sulaiman Ibn al-Asy’as al-Sjastani al-Azdi, SunanAbu Daud. Al Qur’an Al Karim Al-asqolani, Ibnu Hajar. 2002. Fathul Baari Syarah. Jakarta. Pustaka Azzam Al-Mundiri Hafidz. 2000. Terjemah Attarghib wat tarhib. Surabaya. Al-Hidayah As Shobuni, Muhammad ‘Ali, 1420 H-1999 M, Min Kunuz As Sunnah, Jakarta, Dar Al Kutub Al Islamiyah. Az-zarnuzi. Ta’limul Muta’allim. Surabaya: Al-Hidayah [1] Abuddin Nata. Al-Qur’an dan Hadits,( Jakarta: Lembaga Studi Islam dan Kemasyarakatan,1992),h.117 [2] Yusuf Qardhawi. Al-Qur’an berbica akal dan ilmu pengetahuan, (Jakarta:Gema Insani,1998),h.88 [3]Yusuf Qardhawi. Al-Qur’an berbicara tentang Akal dan Ilmu Pengetahuan,(Jakarta : Gema Insani),h.93s [4] [5]Musfir bin Said Az-zahrani.Konseling terapi,(Jakarta:Gema Insani,2005)h.295 [6] Saifuddin.Metode dan Etika Pengembangan Ilmu. (Bandung:CV Rosda.1989). h24BAB I
Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan dan Mengamalkannya MAKALAH Al Islam Kemuhammadiyahan (AIK) IV “Kewajiban Menuntut Ilmu, Mengembangkan dan Mengamalkannya”
Oleh : Kelompok 3 Arfiani :10536 4622 13 Nurjannah :10536 4623 13 Rasnah :10536 4624 13
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR 2015 KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah AIK IV ini dengan tepat waktu. Dalam menulis makalah ini, tidak sedikit masalah dan rintangan yang dihadapi oleh penulis, namun berkat bantuan dari berbagai pihak yang telah berpartisipasi dalam pembuatan makalah ini, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini walaupun dengan banyak kekurangan. Terima kasih yang sebesar-
besarnya penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Tasming Tangngareng, M.Ag. selaku dosen pembimbing mata kuliah AIK IV yang telah banyak membimbing penulis dalam pembuatan makalah ini. Terimah kasih yang sebesar-besarnya juga penulis ucapkan kepada berbagai pihak yang tidak\ bisa penulis ucapkan satu-persatu. Akhir kata penulis sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sebagai bahan perbaikan dalam menyusun makalah kedepannya, dan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Makassar, 13 Maret 2015
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i KATA PENGANTAR ii DAFTAR ISI iii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang 1 B. Rumusan Masalah 2 C. Tujuan Penulisan 2 BAB II PEMBAHASAN A. Perintah Menuntut Ilmu 3 B. Keutamaan Orang yang Berilmu 7 C. Kedudukan Ulama dalam Islam 10 BAB III PENUTUP A.
Kesimpulan 18
B.
Saran 19
DAFTAR PUSTAKA 20
BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak tegak dan tidak
akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada cara dan jalan untuk mengenal Allah dan sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah menunjukan jalan yang paling dekat dan mudah untuk sampai kepada-Nya. Barangsiapa yang menempuh jalan tersebut, tidak akan menyimpang dari tujuan yang dicita-citakannya. Mencari ilmu merupakan kewajiban setiap manusia. Tanpa ilmu kita tidak bisa menjalani hidup ini dengan baik. Orang yang tidak memiliki ilmu biasanya akan di manfaatkan oleh orang lain. Bahkan, orang yang tak berilmu itu akan dibodohi oleh orang lain. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang diberi akal dan pikiran carilah ilmu demi kelangsungan hidup yang lebih baik. Menuntut ilmu dalam Islam hukumnya wajib (fardhu). Para ahli fiqih mengelompokannya dua bagian, yaitu 1). Fardhu ‘ain; dan 2). Fardhu kifayah. Orang yang berilmu sangat dimuliakan oleh Allah SWT dan akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT. Sehingga Dengan ilmunya para ulama menjadi tinggi kedudukan dan martabatnya, menjadi agung dan mulia kehormatannya. Para ulama bagaikan lentera penerang dalam kegelapan dan menara kebaikan, juga pemimpin yang membawa petunjuk dengan ilmunya, mereka mencapai kedudukan al-Akhyar (orang-orang yang penuh dengan kebaikan) serta derajat orang-orang yang bertaqwa.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, adapun rumusan masalah dari makalah ini adalah : 1.
Bagaimana perintah menuntut ilmu dalam islam ?
2.
Bagaimana keutamaan orang yang berilmu dalam islam ?
3.
Bagaimana kedudukan Ulama dalam islam ?
C.
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah : 1.
Untuk memahami perintah menuntut ilmu dalam islam.
2.
Untuk menjelaskan keutamaan orang yang berilmu dalam islam.
3.
Untuk menjelaskan kududukan Ulama dalam islam.
BAB II PEMBAHASAN
A.
Perintah Menuntut Ilmu Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak tegak dan tidak
akan ada kecuali dengan ilmu. Tidak ada cara dan jalan untuk mengenal Allah dan sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah menunjukan jalan yang paling dekat dan mudah untuk sampai kepada-Nya. Barangsiapa yang menempuh jalan tersebut, tidak akan menyimpang dari tujuan yang dicita-citakannya.
Jumhur ulama sepakat, tidak ada dalil yang lebih tepat selain wahyu pertama yang disampaikan Allah SWT kepada Rasul-Nya, Nabi Muhammad saw sebagai landasan utama perintah untuk menuntut ilmu. Dijelaskannya pula sarana untuk mendapatkannya, disertai bagaimana nikmatnya memiliki ilmu, kemuliaannya, dan urgensinya dalam mengenal ke-Maha Agung-an Sang Khalik dan mengetahui rahasia penciptaan serta menunjukkan tentang hakikat ilmiah yang tetap. Sebagaimana firman-Nya :“Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah Yang Paling Pemurah. Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam (baca tulis). Dia mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya”. (Q.S. Al ‘Alaq [96]: 1-5). Dalam ayat yang lain, Allah SWT juga berfirman : “…Katakanlah : “ Adakah sama orang-orang yang mengetahui (ilmu agama Islam) dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran”. (Q.S. Az Zumar [39]: 9). Para mufasir menyimpulkan firman Allah di atas, bahwa : 1). Tidaklah sama antara hamba Allah yang memahami ilmu agama Allah, yaitu yang menyadari dirinya, memahami tanda-tanda kekuasaan Allah, dan mentaati segala perintah dan larangan-Nya, dengan orangorang yang mendustakan nikmat-nikmat Allah, yang tidak mau mempelajari ilmu agama Allah; 2). Hanya orang-orang yang berakal sehatlah yang dapat mengambil hikmah atau pelajaran dari tanda-tanda kekuasaan Allah. Terkait hal tersebut, Rasulullah saw menandaskan bahwa menuntut, memahami dan mendalami ilmu agama Islam itu, merupakan kewajiban utama setiap muslim. Sebagaimana hadis yang diriwayatkan Abi Sufyan r.a., ia mendengar Rasulullah Saw telah bersabda : “siapa yang dikehendaki menjadi orang baik oleh Allah, Allah akan memberikan kepahaman kepadanya dalam agama Islam”. (H.R. Bukhari, Muslim). Memahami ilmu agama akan membuat seorang muslim, baik dan benar dalam beribadah kepada Allah SWT, jauh dari Bid’ah
atau hal-hal lain yang membatalkan ibadah kita. Serta mampu membentengi diri dan keluarga dari aqidah berbahaya. Menuntut ilmu dalam Islam hukumnya wajib (fardhu). Para ahli fiqih mengelompokannya dua bagian, yaitu 1). Fardhu ‘ain; dan 2). Fardhu kifayah. 1). Fardhu ‘ain, adalah setiap ilmu yang harus dipelajari oleh setiap muslim tentang Ilmu Agama Islam, agar akidahnya selamat, ibadahnya benar, mu’amalahnya lurus dan sesuai dengan yang disyariatkan Allah Azza wa Jalla, yang tertuang dalam Al Qur’an dan Sunah Nabi-Nya yang sahih. Inilah yang diperintahkan Allah dalam firman-Nya, “Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (yang hak) Melainkan Allah”. (Q.S. Muhammad [47]: 19). Juga yang dimaksudkan oleh Rasulullah Saw dalam haditsnya, “ Mencari ilmu itu wajib bagi setiap muslim”. (H.R. Ibnu Majah). Pengertian mencari ilmu di sini, adalah mencari ilmu agama Islam, hukumnya wajib bagi laki-laki dan perempuan. 2). Fardhu kifayah : adalah ilmu yang memperdalam ilmu-ilmu syariat dengan mempelajari, menghafal, dan membahasnya. Misalnya spesialisasi dalam ilmu-ilmu yang dibutuhkan umat Islam, seperti sistem pemerintahan, hukum, kedokteran, perekonomian, dan lain-lain. Tapi jika sebagian dari mereka ada yang mengerjakannya, maka gugurlah kewajiban dari yang lainnya. Sedangkan jika tidak ada seorang pun yang melakukannya, maka semua menanggung resikonya. Inilah yang diserukan Allah SWT dalam firman-Nya, “Tidak sepatutnya bagi orangorang mukmin pergi semuanya (ke medan perang). Mengapa tidak pergi dari tiap-tiap golongan diantara mereka beberapa orang untuk memperdalam pengetahuan mereka tentang agama dan untuk memberi peringatan kepada kaumnya apabila mereka telah kembali kepadanya, supaya mereka itu dapat menjaga dirinya”. (Q.S. At-Taubah [9]: 122). Bahwa tidak ada jalan untuk mengenal Allah, meraih ridha-Nya serta menggapai keuntungan dan kedekatan dengan-Nya, kecuali dengan ilmu. Ilmu adalah cahaya yang dengannya Allah mengutus para Rasul, menurunkan kitab-kitab, dan dengannya pula memberi petunjuk dari kesesatan dan kebodohan. Dengan ilmu terungkaplah seluruh keraguan, khurafat dan kerancuan. (Q.S. Al Maidah [5]: 15-16) dan (Q.S. Al-A’raf [7] : 157).
Allah SWT dan Rasul-Nya telah pula menentukan pedoman bagi kita hingga akhir zaman, barangsiapa yang berpegang teguh kepada Al Qur’an dan As Sunnah (Hadis) Sahih, tidak akan sesat selamanya. Sebagaimana firman Allah SWT : “Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan Taatilah Rasul(Nya), dan ulil amri di antara kamu, kemudian jika kamu berlainan pendapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al Qur’an) dan Rosul (sunnahnya), jika kamu benar-benar beriman kepada Allah dan hari kemudian, yang demikian itu lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya “. (Q.S. An Nisa [4] : 59). Dan hadits nabi Saw. “ Sesungguhnya aku telah meninggalkan sesuatu bagimu, jikalau kamu berpegang teguh dengannya, maka kamu tidak akan sesat selamanya, (yaitu) Kitab Allah (Al Qur’an) dan Sunnah Nabi-Nya”. (H.R. Hakim; at-Targhib, 1 : 60). Banyak jalan untuk menuntut ilmu agama. Antara lain mengikuti majelis taklim yang istiqomah mengkaji Al Qur’an dan As Sunnah sahih di berbagai tempat dan media. Ilmu agama ada di Qur’an , Tafsir Qur’an, juga hadis-hadis sahih, yang sudah diterjemahkan. Jika kita tidak memahami ilmu agama Islam, bagaimana kita bisa tahu mana perintah dan larangan Allah ? Bagaimana kita bisa tahu ibadah yang kita lakukan itu sah dan diterima Allah ? Tapi umat Islam juga jangan sembarangan menimba ilmu. Salah-salah memilih sumber ilmu, maka kelak ilmu yang dimiliki itu akan tersesat.
B.
Keutamaan Orang Berilmu Mencari ilmu merupakan kewajiban setiap manusia. Tanpa ilmu kita tidak bisa menjalani
hidup ini dengan baik. Orang yang tidak memiliki ilmu biasanya akan di manfaatkan oleh orang lain. Bahkan, orang yang tak berilmu itu akan dibodohi oleh orang lain. Oleh karena itu, kita sebagai manusia yang diberi akal dan pikiran carilah ilmu demi kelangsungan hidup yang lebih baik.
Ilmu menurut Imam Al Ghozali, dibagi menjadi 2 yaitu : 1. Ilmu yang bersifat Syariat 2. Ilmu yangbersifat Akal Dari keduanya ada yang berupa Ilmiah Teoritis, dan ada yang Ilmiah Praktis 1.
Ilmu Syari’at
Ilmu Syariat ini terbagi menjadi 2 : 1. Ilmu Ushul (Pokok) atau Ilmu Tauhid ( Merupakan Ilmiah Teoritis) 2. Ilmu Furu' atau Cabang ( Merupakan Ilmiah Praktis ), hal ini ada yang menyangkut Hak Alloh Ta'ala seperti segala yang terkait Ibadah, Hak Hamba Alloh terkait dengan tata pergaulan manusia yang terdiri 2 aspek, yaitu Aspek Mu'amalah dan Aspek Mu'aqodah, serta Hak Jiwa (Akhlak/Budi pekerti) sifat / akhlak baik harus dibina, dimiliki, dikembangkan dan sifat / akhlak jelek harus dihindari, dibuang. 2.
Ilmu Akal Ilmu Akal itu bersifat berdiri sendiri, yang melahirkan komposisi
keseimbangan. Ilmu Akal ini menurut beliau dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu : 1.Tingkat Kesatu ialah Matematika dan Logika 2.Tingkat kedua ialah Ilmu Alamiah ( Aksi dan Reaksi Alam ) 3.Tingkat ketiga, adalah Ilmu Teori tentang Realitas, berujung pada ilmu Kenabian, Mukjijat, Teori Jiwa yang Suci. Ilmu memiliki banyak keutamaan, diantaranya: 1. Ilmu adalah amalan yang tidak terputus pahalanya sebagaimana dalam hadits: ”jika manusia meninggal maka terputuslah amalnya, kecuali tiga perkara: shodaqoh jariahnya, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh yang mendoakan kedua orang tuanya,” (HR Bukhori dan Muslim)
2. Menjadi saksi terhadap kebenaran sebagaimana dalam firman Allah SWT: (Allah menyatakan bahwasanya tidak ada ilah yang berhak disembah kecuali dia. Yang menegakkan keadilan. para malaikat dan orang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu,). (QS. Ali Imran 18) 3. Allah memerintahkan kepada nabinya Muhammad SAW untuk meminta ditambahkan ilmu sebagaimana dalam firman Allah, (… dan katakanlah: Ya Rabb ku, tambahkanlah kepadaku ilmu) (QS.Thahaa 114) 4. Allah mengangkat derajat orang yang berilmu. Sebagaimana firman Allah, (… Allah mengangkat orang beriman dan memiliki ilmu diantara kalian beberapa derajat dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan). (QS. Mujadilah 11) 5. Orang berilmu adalah orang yang takut Allah SWT, sebagaimana dalam firmannya: (…. sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara hambanya hanyalah orang-orangyang berilmu). (QS. Fathir 25). 6. Ilmu adalah anugerah Allah yang sangat besar, sebagaimana firman-Nya: (Allah menganugerahkan al-hikmah (kefahaman yang dalam tentang Al-Quran dan As-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman Allah)). ( QS. Al-Baqarah 269) 7. Ilmu merupakan tanda kebaikan Allah kepada seseorang ”Barang siapa yang Allah menghendaki kebaikan padanya, maka Allah akan membuat dia paham dalam agama,” (HR Bukhari dan Muslim). 8. Menuntut ilmu merupakan jalan menuju surga, ”Barang siapa yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga,” (HR Muslim) 9. Diperbolehkannya ”hasad” kepada ahli ilmu,”Tidak hasad kecuali dalam dua hal, yaitu terhadap orang yang Allah beri harta dan ia menggunakannya dalam kebenaran dan orang yang Allah beri hikmah lalu ia mengamalkannya dan mengajarkannya,” (HR Bukhari )
10. Malaikat akan membentangkan sayap terhadap penuntut ilmu,”Sesungguhnya para malaikat benar-benar membentangkan sayapnya karena ridho atas apa yang dicarinya,” (HR. Ahmad dan Ibnu majah).
C.
Kedudukan Ulama dalam Islam Tidak samar bagi setiap muslim akan kedudukan ulama dan tokoh agama, serta tingginya
kedudukan, martabat dan kehormatan mereka dalam hal kebaikan mereka sebagai teladan dan pemimpin yang diikuti jalannya serta dicontoh perbuatan dan pemikiran mereka. Para ulama bagaikan lentera penerang dalam kegelapan dan menara kebaikan, juga pemimpin yang membawa petunjuk dengan ilmunya, mereka mencapai kedudukan al-Akhyar (orang-orang yang penuh dengan kebaikan) serta derajat orang-orang yang bertaqwa. Dengan ilmunya para ulama menjadi tinggi kedudukan dan martabatnya, menjadi agung لو هن ع قم ع dan mulia kehormatannya. Sebagaimana Allah Ta’ala berfirman: نو نو يو ال ل ذ منو ن لو ي ن ع نو ي نععل ن م ذي ن ست ن ذ ن و نوال ل ذKatakanlah, “Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orangمنو ن نو نلو ي نععل ن م ذي ن orang yang tidak mengetahui?” (QS. az-Zumar: 9) Dan firman-Nya Azza wa Jalla: هو ي نعرفنذعو الل ل م ال لذينو آ نمننواو منك ممو وال لذي مNiscaya Allah akan mengangkat (derajat) orangت جتا ت ذ ن ن م مو د ننر ن نو أومتنواو ال ععذل ع ن ذ ع ع ن ذ ن orang yang diberi ilmu beberapa derajat.” (QS. al-Mujadilah: 11) Diantara keutamaannya adalah para malaikat akan membentangkan sayapnya karena tunduk akan ucapan mereka, dan seluruh makhluk hingga ikan yang berada di airpun ikut memohonkan ampun baginya. Para ulama itu adalah pewaris Nabi, dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar tidak juga dirham, yang mereka wariskan hanyala ilmu, dan pewaris sama kedudukannya dengan yang mewariskannya, maka bagi pewaris mendapatkan kedudukan yang sama dengan yang mewariskannya itu. Di dalam hadits Abi Darda radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda: “Barangsiapa yang meniti suatu jalan untuk menuntut ilmu, maka Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga. Sesungguhya para malaikat akan membuka sayapnya
untuk orang yang menuntut ilmu karena ridha dengan apa yang mereka lakukan. Dan sesungguhnya seorang yang alim akan dimohonkan ampun oleh makhluk yang ada di langit maupun di bumi hingga ikan yang berada di air. Sesungguhnya keutamaan orang alim atas ahli ibadah seperti keutamaan bulan purnama atas seluruh bintang. Sesungguhnya para ulama itu pewaris para Nabi. Dan sesungguhnya para Nabi tidak mewariskan dinar tidak juga dirham, yang mereka wariskan hanyalah ilmu. Dan barangsiapa yang mengambil ilmu itu, maka sesungguhnya ia telah mendapatkan bagian yang paling banyak.” (Shahih, HR Ahmad (V/196), Abu Dawud (3641), at-Tirmidzi (2682), Ibnu Majah (223) dan Ibnu Hibban (80/al-Mawarid). Para ulama telah mewarisi ilmu yang telah dibawa oleh para Nabi, dan melanjutkan peranan dakwah di tengah-tengah umatnya untuk menyeru kepada Allah dan ketaatan kepadaNya. Juga melarang dari perbuatan maksiat serta membela agama Allah. Mereka berkedudukan seperti rasul-rasul antara Allah dan hamba-hamba-Nya dalam memberi nasehat, penjelasan dan petunjuk, serta untuk menegakkan hujjah, menepis alasan yang tak berdalih dan menerangi jalan. Muhammad bin al-Munkadir berkata, “Sesungguhnya orang alim itu perantara antara Allah dan hamba-hamba-Nya, maka perhatikanlah bagaimana dia bisa masuk di kalangan hamba-hambaNya.” Sufyan bin ‘Uyainah berkata, “Manusia yang paling agung kedudukannya adalah yang menjadi perantara antara Allah dengan hamba-hamba-Nya, yaitu para Nabi dan ulama.” Sahl bin Abdullah berkata, “Barangsiapa yang ingin melihat majlisnya para Nabi, maka hendaklah dia melihat majelisnya para ulama, dimana ada seseorang yang datang kemudian bertanya, ‘Wahai fulan apa pendapatmu terhadap seorang laki-laki yang bersumpah kepada istrinya demikian dan demikian?’ Kemudian dia menjawab, ‘Istrinya telah dicerai.’ Kemudian datang orang lain dan bertanya, ‘Apa pendapatmu tentang seorang laki-laki yang bersumpah pada istrinya demikiandemikian?’ Maka dia menjawab, ‘Dia telah melanggar sumpahnya dengan ucapannya ini.’ Dan ini tidak dimiliki kecuali oleh Nabi atau orang alim. (maka cari tahulah tentang mereka itu).”
Maimun bin Mahran berkata, “Perumpamaan seorang alim disuatu negeri itu, bagaikan mata air yang tawar di negeri itu.” Jikalau para ulama memiliki kedudukan dan martabat yang tinggi seperti itu, maka wajib atas orang-orang yang awam untuk menjaga kehormatan serta kemuliaannya. Dari Ubadah bin Ashomit radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda, “Bukan termasuk umatku orang yang tidak memuliakan orang yang lebih tua, tidak menyayangi yang lebih muda, dan tidak tahu kedudukan ulama.” Dan di antara hak para ulama adalah mereka tidak diremehkan dalam hal keahlian dan kemampuannya, yaitu menjelaskan tentang agama Allah, serta penetapan hukum-hukum dan yang semisalnya dengan mendahului mereka, atau merendahkan kedudukannya, serta sewenang-wenang dengan kesalahannya, juga menjauhkan manusia darinya atau perbuatan-perbuatan yang biasa dilakukan oleh orang-orang jahil yang tidak tahu akan kedudukan dan martabat para ulama. Satu hal yang sudah maklum bagi setiap orang, bahwa mempercayakan setiap cabangcabang ilmu tidak dilakukan kecuali kepada para ahli dalam bidangnya. Jangan meminta pendapat tentang kedokteran kepada makanik, dan jangan pula meminta pendapat tentang senibena kepada para dokter, maka janganlah meminta pendapat dalam suatu ilmu kecuali kepada para ahlinya. Maka bagaimana dengan ilmu syariah, pengetahuan tentang hukum-hukum dan fiqh kontemporer? Bagaimana kita meminta pendapat kepada orang yang tidak terkenal alim mengenainya dan tidak pula punya kemampuan memahaminya jauh sekali sebagai ulama yang mujtahid dan para imam yang kukuh ilmunya serta ahli fiqh yang memiliki keupayaan sebagai ahli istimbath? Allah Ta’ala berfirman: "Dan apabila sampai kepada mereka suatu berita tentang keamanan ataupun ketakutan, mereka (langsung) menyiarkannya, (padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan ulil amri). Sekiranya bukan karena karunia dan rahmat Allah kepadamu, tentulah kamu mengikuti setan, kecuali sebagian kecil saja (di antara kamu). (QS. an-Nisa`: 83)
Dan yang dimaksud dengan Ulil Amri dalam ayat ini adalah para ulama yang 'Alim dan cermat dalam beristimbath hukum-hukum syariat baik dari kitab maupun sunnah, karena nashnash yang jelas tidaklah cukup untuk menjelaskan seluruh permasalahan kontemporer dan hukum-hukum terkini, dan tidaklah begitu mahir untuk beristimbath serta mengerluarkan hukum-hukum dari nash-nash kecuali para ulama yang berkelayakan. Abul ‘aliyah mengatakan tentang makna “Ulil Amri” dalam ayat ini, “Mereka adalah para ulama, tidakkah kamu tahu Allah berfirman, ‘(Padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka, tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan Ulil Amri)’.” Dari Qatadah, “(Padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri di antara mereka”, dia mengatakan, “Kepada ulamanya.” “Tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka (Rasul dan Ulil Amri).”, tentulah orang-orang yang membahas dan menyelidikinya mengetahui akan hal itu. Dan dari Ibu Juraij, “(Padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada Rasul” sehingga beliaulah yang akan memberitakannya “dan kepada Ulil Amri” orang yang faqih dan faham agama. Al-Hafidz Ibnu Hajar mengatakan dalam Fath al-Bari: Ibnu Attin menukil dari ad-Dawudi, bahwasanya beliau menafsirkan firman Allah Ta’ala “Dan Kami turunkan az-Zikir (al-Qur`an) kepadamu, agar engkau menerangkan kepada manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka.” An-Nahl : 44, berkata: Allah Ta’ala banyak menurunkan perkara-perkara yang masih bersifat global, kemudian ditafsirkan oleh Nabi-Nya apa-apa yang diperlukan pada waktu itu, sedangkan apa-apa yang belum terjadi pada saat itu, penafsirannya di wakilkan kepada para ulama. Sebagaimana firman Allah Ta’ala : (padahal) apabila mereka menyerahkannya kepada Rasul dan ulil amri di antara mereka, tentulah orangorang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka. (QS. an-Nisa`: 83) Al-’Allamah Abdurrahman bin Sa’di rahimahullahu menafsirkan ayat ini: Ini merupakan pelajaran tentang adab dari Allah untuk para hamba-Nya, bahwa perbuatan mereka tidak layak, maka sewajarnya bagi mereka, apabila ada urusan yang penting, juga untuk kemaslahatan umum, yang berkaitan dengan keamanan dan kebahagiaan kaum mukminin, atau
ketakutan yang timbul dari suatu musibah, maka wajib bagi mereka untuk memperjelas dan tidak tergesa-gesa untuk menyebarkan berita itu, bahkan mereka menyerahkannya kepada Rasul dan Ulil Amri dikalangan mereka, yang ahli dalam hal pemikiran ilmu, dan nasehat , yang faham akan permasalahan, kemaslahatan dan mafsadatnya. Jikalau mereka memandang pada penyebaran berita itu ada maslahat dan sebagai penyemangat bagi kaum mukminin, yang membahagiakan mereka, serta dapat melindungi dari musuh-musuhnya maka hal itu dilakukan, dan apabila mereka memandang hal itu tidak bermanfaat, atau ada manfaatnya akan tetapi mudhorotnya lebih besar dari manfaatnya maka tidak menyebarkan berita itu, oleh karena itu Allah berfirman : “tentulah orang-orang yang ingin mengetahui kebenarannya (akan dapat) mengetahuinya (secara resmi) dari mereka.” Yaitu: mengerahkan pikiran dan pandangannya yang lurus serta ilmunya yang benar. Dan dalam hal ini ada kaidah tentang etika (adab) yaitu: apabila ada pembahasan dalam suatu masalah hendaknya di berikan kepada ahlinya dan tidak mendahului mereka, karena itu lebih dekat dengan kebenaran dan lebih selamat dari kesalahan. Juga ada larangan untuk tergesa-gesa menyebarkan berita tatkala mendengarnya, yang patut adalah dengan memperhatikan dan merenungi sebelum berbicara, apakah ada maslahat maka disebarkan atau mudharat maka dicegah. Selesai ucapan syaikh rahimahullahu. Dengan penjelasan ini diketahui wahai teman-teman semua, bahwa perkara yang sulit dan hukum-hukum yang kontemporer serta penjelasan hukum-hukum syariatnya tidak semua orang boleh campur tangan dalam masalah itu, kecuali para ulama yang memiliki bashirah dalam agama. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullahu berkata, “Jabatan dan kedudukan tidaklah menjadikan orang yang bukan alim menjadi orang yang alim, kalau seandainya ucapan dalam ilmu dan agama itu berdasarkan kedudukan dan jabatan niscaya khalifah dan sulthan (pemimpin negara) lebih berhak untuk berpendapat dalam ilmu dan agama. Juga dimintai fatwa oleh manusia, dan mereka kembali kepadanya pada permasalahan yang sulit difahami baik dalam ilmu ataupun agama.
Apabila pemimpin negara saja tidak mengaku akan kemampuan itu pada dirinya, dan tidak memerintahkan rakyatnya untuk mengikuti suatu hukum dalam satu pendapat tanpa mengambil pendapat yang lain, kecuali dengan al-Qur`an dan as-Sunnah, maka orang yang tidak memiliki jabatan dan kedudukan lebih tidak dianggap pendapatnya.” Selesai ucapan Ibnu Taimiyah. Dan kita memohon kepada Allah Ta’ala agar memberkati kita, dengan adanya para ulama, juga memberikan kita manfaat dengan ilmu mereka, serta membalas mereka dengan sebaik-baik balasan. Sesungguhnya Allah Maha mendengar dan mengabulkan permintaan.
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan Sesungguhnya Islam adalah syarat keselamatan di sisi Allah. Islam tidak tegak dan tidak
akan ada kecuali dengan ilmu. . Tidak ada cara dan jalan untuk mengenal Allah dan sampai kepada-Nya kecuali dengan ilmu. Allah lah yang telah menunjukan jalan yang paling dekat dan mudah untuk sampai kepada-Nya. Barangsiapa yang menempuh jalan tersebut, tidak akan menyimpang dari tujuan yang dicita-citakannya. Menuntut ilmu dalam Islam hukumnya wajib (fardhu). Para ahli fiqih mengelompokannya dua bagian, yaitu 1). Fardhu ‘ain; dan 2). Fardhu kifayah. Ilmu memiliki banyak keutamaan, diantaranya: 1. Ilmu adalah amalan yang tidak terputus pahalanya.
2. Menjadi saksi terhadap kebenaran. 3. Allah memerintahkan kepada nabinya Muhammad SAW untuk meminta ditambahkan ilmu. 4. Allah mengangkat derajat orang yang berilmu. 5. Orang berilmu adalah orang yang takut Allah SWT. 6. Ilmu adalah anugerah Allah yang sangat besar. 7. Ilmu merupakan tanda kebaikan Allah kepada seseorang. 8. Menuntut ilmu merupakan jalan menuju surge. 9. Diperbolehkannya ”hasad” kepada ahli ilmu. 10. Malaikat akan membentangkan sayap terhadap penuntut ilmu Tidak samar bagi setiap muslim akan kedudukan ulama dan tokoh agama, serta tingginya kedudukan, martabat dan kehormatan mereka dalam hal kebaikan mereka sebagai teladan dan pemimpin yang diikuti jalannya serta dicontoh perbuatan dan pemikiran mereka. Para ulama bagaikan lentera penerang dalam kegelapan dan menara kebaikan, juga pemimpin yang membawa petunjuk dengan ilmunya, mereka mencapai kedudukan al-Akhyar (orang-orang yang penuh dengan kebaikan) serta derajat orang-orang yang bertaqwa. Dengan ilmunya para ulama menjadi tinggi kedudukan dan martabatnya, menjadi agung dan mulia kehormatannya.
B.
Saran Sebagai seorang muslim kita sudah semestinya bersungguh-sungguh dalam menuntut
ilmu, karena dalam islam orang yang berilmu itu sangat di muliakan dan akan diangkat derajatnya oleh Allah SWT. Selain dari itu, ilmu juga memiliki banyak keutamaan. Maka dari itu, setelah kta memahami tentang perintah menuntut ilmu dalam islam, keutamaan ilmu dan kedudukan orang yang berilmu, kita sebagai ummat muslim diharapkan dapat mengamalkannya dalam kehidupan kita sehari-hari.
DAFTAR PUSTAKA Riyanto, Prof. 2010. Ceramah Kultum. Diakses pada tanggal13 Maret Admin. 2013. Al-qur’an dan Hadits. Diakses pada tanggal 13 Maret 2015 Indra, Dodi. 2013. Keutamaan Ilmu. Diakses pada tanggal 14 Maret 2015. Monica. 2014. Kedudukan Ulama dalam Islam. Diakses pada tanggal 14
2015. Maret
2015.
HUKUM وMENUNTUT وILMU وAGAMA, وMENGAJARKAN وDAN وKEUTAMAANNYA
A. وHUKUM وMENUNTUT وILMU وDAN وMENGAJARKANNYA 1. و وHukum وMenuntut وIlmu
Apabila وkita وmenelaah وisi وAl-Qur'an وdan وAl-Hadis, وniscaya وkita وakan menemukan وbeberapa وnas وyang وmenjelaskan وkewajiban وmenuntut وilmu, وbaik وbagi laki-laki وataupun وperempuan. وTujuan وdiwajibkannya وmencari وilmu وtiada وlain وyaitu agar وkita وmenjadi وumat وyang وcerdas, وjauh وdari وkabut وkejahilan وatau وkebodohan. Menuntut وilmu وartinya وberusaha وmenghasilkan وsegala وilmu, وbaik وdengan وjalan bertanya, وmelihat, وataupun وmendengar. وPerintah وkewajiban وmenuntut وilmu وterdapat dalam وhadis وNabi وMuhammad وsaw.:
ط نل ن م ع ع ةو ع نل لسس ىو ك مسس ل و )رواه. مةتو ضسس ة مو فنرذي ع ن م ع م ع سسسل ذ ن مو ون م لو م سسسل ذ ت بو العذل ذ (ابنو عبدو البر "Menuntut ilmu adalah fardhu bagi maupun perempuan." (HR. وIbn وAbdul وBarr)
tiap-tiap
muslim,
baik
laki-laki
Dari وhadis وdi وatas وdapat وkita وambil وpengertian, وbahwa وIslam وmewajibkan pemeluknya وuntuk وmenuntut وilmu, وbaik وbagi وlaki-laki وataupun وperempuan. وDengan ilmu وyang وdimilikinya, وseseorang وdapat وmengetahui وsegala وbentuk وkemaslahatan dan وjalan وkemanfaatan. وDengan وilmu وpula, وia وdapat وmenyelami وhakikat وalam, mengambil وpelajaran وdari وpengalaman وyang وdidapati وoleh وumat وterdahulu, وbaik yang وberhubungan وdengan وmasalah-masalah وakidah, وibadah, وataupun وyang berhubungan وdengan وpersoalan وkeduniaan. و وNabi وMuhammad وsaw. وbersabda:
ع ع خسسنر ن دو اعلل ذ ةو فنعنل ني عسسهذ نو ا ننراندو السسد دن عنيتاو فنعنل ني عسس ذ نو ا ننرا ن و ون ن، م ن مسس ع مسس ع هو ب ذسستالعذل ذ متاو فنعنل ني ع ذ ع ع ع ع (و )متفقو عليه.م نو ا ننرا ن دو هم ن و ون ن، م م ع هو ذبتالعذل ذ ذبتالعذل ذ "Barang siapa menginginkan soal-soal yang berhubungan dengan dunia, wajiblah ia memiliki ilmunya; dan barang siapa yang ingin (selamat dan berbahagia) di akhirat, wajiblah ia memiliki ilmunya pula; dan barang siapa yang menginginkan keduaduanya, wajiblah ia memiliki ilmu kedua-keduanya pula." (وHR.Bukhari وdan وMuslim)
Islam وmewajibkan وkita وuntuk وmenuntut وberbagai وmacam وilmu وdunia وyang memberi وmanfaat وdan وdapat وmenuntun وkita وmengenai وhal-hal وyang وberhubungan dengan وkehidupan وdunia. وHal وtersebut وdimaksudkan وagar وtiap-tiap وmuslim وtidak picik, وdan وagar وsetiap وmuslim وdapat وmengikuti وperkembangan وilmu وpengetahuan yang وdapat وmembawa وkemajuan وbagi وsegenap وmanusia وyang وada وdi وdunia وini وdalam batasan وyang وdiridhai وoleh وAllah وswt.
Demikian وpula وIslam وmewajibkan وkita وmenuntut وilmu وakhirat, وkarena وdengan mengetahuinya وkita وdapat وmengambil وdan وmenghasilkan وsuatu وnatijah, وyakni وilmu yang وdapat وdiamalkan وsesuai وdengan وperintah وsyara'.
Seorang وmukallaf وwajib وmenuntut وilmu وyang وbersifat‘ain, وyaitu وpada وmasalah yang وberkenaan وdengan وakidah. وHal وini وdikarenakan وdengan وmengetahui وilmunya, maka وakidah وyang وmelenceng وdapat وdiluruskan. وSelain وitu, وseorang وmukallaf وjuga wajib وmenuntut وilmu وyang وberkaitan وdengan وkewajiban-kewajiban وlain وseperti وsalat, puasa, وzakat وdan وhaji. وDi وsamping وitu, وwajib وpula وbagi وseorang وmukallaf وmempelajari ilmu وakhlak, وyang وmana وdengannya وia وdapat وmengetahui وadab وdan وsopan وsantun yang وharus وdilaksanakan, وdan وtingkah وlaku وburuk وyang وharus وditinggalkan. وAdapun ilmu وlain وyang وtidak وkalah وpentingnya وdimiliki وoleh وseorang وmukallaf وyaitu وilmu keterampilan, وyang وdapat وmenjadi وtonggak وhidupnya.
Adapun وilmu وyang وtidak وberkaitan وdengan وaktifitas وkeseharian, وmaka وyang wajib وdipelajari وhanya وpada وbatas وyang وdibutuhkan وsaja. وSebagai وcontoh, وseseorang yang وhendak وmemasuki وgapura وpernikahan, وmaka وia وwajib وmengetahui وsyaratsyarat وdan وrukun-rukunnya وserta وsegala وsesuatu وyang وdiharamkan وdan وdihalalkan dalam وmenggauli وistrinya.
Sedang وilmu وyang وwajib وkifayah, وmaka وhukum وmempelajarinya وtidaklah diwajibkan وbagi وsetiap وmukallaf. وKewajiban وmempelajarinya وgugur وapabila وsalah satu وdari وmereka وsudah وada وyang وmempelajarinya. وHal وtersebut وdikarenakan وilmuilmu وyang وwajib وkifayah وhanya وbersifat وsebagai وpelengkap, وseperti وilmu وtafsir, وilmu hadis وdan وsebagainya.
2. و وHukum وMengajarkan وIlmu
Seseorang وyang وtelah وmempelajari وdan وmemiliki وilmu, وmaka وyang وmenjadi kewajibannya وadalah وmengamalkan وsegala وilmu وyang وdimilikinya, وsehingga وilmunya menjadi وilmu وyang وmanfaat; وbaik وmanfaat وbagi وdirinya وsendiri وataupun وmanfaat وbagi orang وlain.
Agar وilmu وyang وkita وmiliki وbermanfaat وbagi وorang وlain, وmaka وhendaklah وkita mengajarkannya وkepada وmereka. وMengajarkan وilmu-ilmu وkepada وorang وlain وberarti memberi وpenerangan وkepada وmereka, وbaik وdengan وuraian وlisan, وatau وdengan melaksanakan وsesuatu وamal وdan وmemberi وcontoh وlangsung وdi وhadapan وmereka atau وdengan وjalan وmenyusun وdan وmengarang وbuku-buku وuntuk وdapat وdiambil manfaatnya.
Mengajarkan وilmu وmemang وdiperintah وoleh وagama, وkarena وtidak وbisa وdisangkal وlagi, وbahwa وmengajarkan وilmu وadalah وsuatu وpekerjaan وyang وssangat mulia. وNabi وdiutus وke وdunia وini وpun وdengan وtugas وmengajar, وsebagaimana sabdanya:
(و )رواهو البيهق ى.متا تو ذل نك منوع ن معنل ل م نو م ب معذث ع م " Aku diutus ini, untuk menjadi pengajar." (وHR. وBaihaqi)
Sekiranya وAllah وtidak وmengutus وrasul وuntuk وmenjadiguru وbagi وmanusia, وguru dunia, وtentulah وmanusia وtinggal وdalam وkebodohan وsepanjang وmasa. Walaupun وakal وdan وotak وmanusia وmungkin وdapat وmenghasilkan وberbagai ilmu وpengetahuan, وnamun وdisisi وlain وmasih وada وjuga وhal-hal وyang وtidak وdapat
dijangkaunya, وyaitu وhal-hal وyang وberada وdi وluar وakal وmanusia. وUntuk وitulah Rasulullah وdiutus وdi وdunia وini.
Mengingat وpentingnya وpenyebaran وilmu وpengetahuan وkepada وmanusia وsecara luas, وagar وmereka وtidak وberada وdalam وkebodohan وdan وkegelapan, وmaka وdiperlukan kesadaran وbagi وpara وmu‘allim (وguru), وdan وulama وuntuk وberingan وtangan وmenuntun mereka وmenuju وkebahagiaan وdunia وdan وakhirat. وHal وtersebut وdikarenakan و وpara guru وdan وulama وyang وsuka وmenyembunyikan وilmunya, وmaka وmereka وakan mendapatkan وancaman, وsebagaimana وsabda وNabi وsaw.:
نو ذ ع سئ ذ ن ن مو ذ م ذ مو ال ع ذ ةو ب ذل ذ ن هو ا نل ع ن هو ي ننوع ن نو م قنيتا ن هو الل م م م ج ن م م مو فنك نت ن ن ن مسس ن لو ع ن ع م ع جتا ت عل ت (و )رواهو احمد.اللنتاذر " Barang siapa ditanya tentang sesuatu ilmu, kemudian menyembunyikan (tidak mau memberikan jawabannya), maka Allah akan mengekangnya (mulutnya), kelak di hari kiamat dengan kekangan (kendali) dari api neraka." (HR. وAhmad)
Oleh وkarena وitu, وmarilah وkita وmenuntut وilmu وpengetahuan, وsesempat وdan sedapat وmungkin وdengan وtidak وada وhentinya, وtanpa وabsen وsampai وke وliang وkubur, dengan وikhlas وdan وtekad وakan وmengamalkan وdan وmenyumbangkannya وkepada masyarakat, وagar وkita وsemua وdapat وmengenyam وhasil وdan وbuahnya.
B. وKEDUDUKAN وORANG وYANG وBERILMU
Jika وditinjau وdari وsegi وorang وyang وmemiliki وilmu وdengan وorang وyang وtidak memiliki وilmu, وmaka وsungguh وjauh وsekali وperbedaannya. وBaik وdari وsegi وnilainya maupun وderajatnya, وsebagaimana وfirman وAllah وswt.:
لو هن ع قم ع مسستا مسسنوع ن مسسنوع ن لو ي ن ع نو ا ذن ل ن نو نلو ي نععل ن م نو ي نععل ن م نو نوال لسسذ ذي ع ن نو ىو ال لسسذ ذي ع ن سسست ن ذ (۹:و و )الزمر.ب ي نت نذ نك لمرو ماوملنواو اعل نل عنبتا ذ
" Katakanlah, 'Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?' Sebenarnya hanya orang yang berakal sehat yang dapat menerima pelajaran." (و وQS. وAz-Zumar/39: و9)
Dalam وayat وyang وlain وAllah وswt. وberfirman:
.ت جسس ت نواو ذ مو د ننر ل نو ا موعت مسسنواو ال ععذل عسس ن من عك م ع نو ا ل ن مو نوال لذ ذي ع ن من م ع ي نعرفنذعو اللهمو ال لذ ذي ع ن (۱۱ و:)المجتادلة " Niscaya Allah akan mengangkat (derajat) orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu beberapa derajat." (و وQS. وAl-Mujãdalah/58: و11)
Ayat-ayat وtersebut وmenggambarkan, وbetapa وtingginya وnilai وdan وderajat وorang yang وberilmu. وDengan وilmu وmanusia وakan وmemperoleh وsegala وkebaikan, وdan dengan وilmu وpula وmanusia وakan وmemperoleh وkedudukan وyang وmulia. وWalaupun dimungkinkan وpada وsuatu وketika وpandangan وmanusia وterhadap وilmu وatau وpemilik ilmu وmenjadi وkabur, وkarena وkerasnya وpengaruh وbenda-benda وdan وpergeseran وnilai kehidupan وyang وlain, وtetapi وkita وyakin وpada وsuatu وketika وmanakala وbahaya وyang ditimbulkan وoleh وbenda-benda وatau وlainnya وtelah وmenghebat, وniscaya وorang وakan kembali وlagi وmencari وilmu وuntuk وmengatasi وmasalah وyang وada وsebagai pengobatnya.
C. وMENUNTUT وILMU وSEBAGAI وIBADAH
Dilihat وdari وderajat وdan وkedudukan وilmu, وsungguh وmenuntut وilmu وitu وmemiliki nilai وdan وpahala وyang وsangat وmulia وdisisi وAllah وswt. وSelain وitu, وmenuntut وilmu وjuga bernilai وibadah وsebagaimana وsabda وNabi وMuhammad وsaw.:
.ة هو ن نو ذ مو ا لي ن م سن ن ت عنبتاد ن ذ خي عةرو ذ بو الل ذ ةو ذ ذل ن ع ةو ن نو ت نغعد منوو فنت نعنل ل ن نو ك ذنتتا ذ م ع م ع " Sungguh sekiranya engkau melangkahkan kaki di waktu pagi (maupun petang), kemudian mempelajari satu ayat dari Kitab Allah (Al-Qur'an), maka pahalanya lebih baik daripada ibadah satu tahun. "
Dalam وhadis وlain وdinyatakan:
يو ط نل ن ذ ع ع .ع نو ن لو الل ذ ج ن هو ن خنر ن يو ن حلتت ىو ي نعر ذ ن سب ذي ع ذ نوو فذ ع مو فنهم ن جو فذ ع م ع بو العذل ذ ()رواهو الترمذ ى " Barang siapa yang pergi untuk menuntut ilmu, maka dia telah termasuk golongan sabilillah (orang yang menegakkan agama Allah) hingga ia pulang kembali. " (HR. Tirmidzi)
Mengapa وmenuntut وilmu وitu وsangat وtinggi وnilainya وdilihat وdari وsegi وibadah? Karena وamal وibadah وyang وtidak وdilandasi وdengan وilmu وyang وberhubungan وdengan itu, وakan وsia-sialah وamalnya. وSyaikh وIbnu وRuslan وdalam وhal وini وmenyatakan:
رو ذ ع قب ن م م م ونك م د .ل ةو نلو ت م ع معرد موعد ن ة هو ن متال م م لو و ا نع ع ن مو ي نعع ن لو ن م ع نو ب ذغني ع ذ عل ت " Siapa saja yang beramal (melaksanakan amal ibadah) tanpa dilandasi ilmu, maka segala amalnya akan ditolak, yakni tidak diterima. "
Demikian وsemoga وbermanfaat. Baca وJuga وArtikel وTerkait: