MAKALAH TEORI AKUNTANSI
D I S U S U N OLEH :
Baskoro Arief Kurniawan
[7143342009]
Jayus Muji Ismoyo
[7143342019]
[A Non Reguler Pendidikan Akuntansi 2014]
FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS NEGERI MEDAN T.A 2017/2018
KATA PENGANTAR Puji syukur kehadirat Tuhan yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya Kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan baik. Makalah yang membahas tentang Konsep elemen laporan keuangan khususnya Kewajiban (Liabilitas)untuk melengkapi tugas perkuliahan mata kuliah teori akuntansi Dalam penulisan makalah ini kami banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulisan makalah ini. Kami sadar bahwa dalam makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, Hal itu di karenakan keterbatasan kemampuan dan pengetahuan kami. Oleh karena itu, kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari para pembaca. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita. Akhir kata, kami memohon maaf apabila dalam penulisan makalah ini terdapat banyak kesalahan.
Medan,
April 2017
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Seperti aset, kewajiban merupakan elemen neraca yang akan membentuk informasi sematik berupa posisi keuangan bila dihubungkan dengan elemen yang lain yaitu aset dan ekuitas atau pos-pos rinciannya. Kewajiban merespresentasikan sebagian sumber dana dari aset badan usaha berupa potensi jasa (manfaat) fisik dan non-fisik yang memampukannya untuk menyediakan barang dan jasa. Kewajiban dapat dipaksakan menurut hukum sebagai konsekuensi dari kontrak mengingat atau atau peraturan perundangan. Tugas atau tanggung jawab untuk bertindak atau melakukan sesuatu pengorbanan ekonomis yang harus dilakukan perusahaan karena tindakan atau transaksi sebelumnya. Pengorbanan ekonomis dapat berbentuk penyerahan utang, aktifa lain jasa-jasa, atau melakukan pekerjaan tertentu.tindakan atau transaksi sebelumnya itu dapat berupa uang, barang atau jasa, diakuinya suatu beban atau kerugian
1.2 Rumusan Masalah Beberapa masalah yang akan dibahas pada makalah ini, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5.
Apa pengertian dari kewajiban ? Apa saja karakteristik utama dari kewajiban? Bagaimana konsep dari Hak – Kewajiban tak bersyarat? Apa saja karakteristik Pendukung (Tidak membatalkan objek sebagai kewajiban)? Bagaimana konsep dari Pengakuan, Pengukuran, Penilaian, dan Pengungkapan?
1.3 Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini, yaitu: 1. Untuk mengetahui karakteristik kewajiban. 2. Untuk mengetahui cara mengukur dan menentukan jumlah rupiah pada saat penanggungan, peneusuran, dan pelunasan 3. Untuk mengetahui atribut dalam penilaian kewajiban. 4. Untuk mengetahui kriteria dari pengakuan kewajiban.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Kewajiban a) Menurut FASB (SFAC No. 6, Prg. 35) : Kewajiban adalah pengorbanan manfaat ekonomi masa datang yang cukup pasti yang timbul dari keharusan sekarang suatu kesatuan usaha untuk mentransfer aset atau menyediakan/ menyerahkan jasa kepada kesatuan lain dimasa datang sebagai akibat transaksi atau kejadian masa lalu. b) Menurut IASC : Liabilitas adalah kewajiban kini dari perusahaan yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaian yang diharapkan dapat menghasilkan arus keluar dari sumber daya peusahaan dalam mewujudkan manfaat ekonomi. c) Menurut AASB (SAC No. 4) : Kewajiban adalah pengorbanan masa depan atas potensi jasa atau manfaat ekonomi masa depan bahwa entitas saat ini wajib kepada entitas lain sebagai akibat transaksi masa lalu atau peristiwa masa lalu lainnya. d) Menurut APB : Kewajiban adalah kewajiban ekonomi perusahaan yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Kewajiban juga mencakup kredit tangguhan tertentu yang tidak kewajiban tapi yang diakui dan diukur sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. e) Menurut IFRS (PSAK 57) : Liabilitas adalah kewajiban kini dari perusahaan yang timbul dari peristiwa masa lalu, penyelesaian yang diharapkan dapat menghasilkan arus keluar dari sumber daya peusahaan dalam mewujudkan manfaat ekonomi.
2.2 Karakteristik Utama Kewajiban secara umum dapat dikatakan bahwa kewajiban mempunyai 3 karakterisitik utama, yaitu : 1. Pengorbanan Manfaat Ekonomi Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu objek harus memuat suatu tugas atau tanggung jawab kepada pihak lain yang mengharuskan kesatuan usaha untuk melunasi, menunaikan atau melaksanakan dengan cara mengorbankan manfaat ekonomi yang cukup pasti dimasa datang. Pengorbanan manfaat ekonomi diwujudkan dalam bentuk transfer atau penggunaan aset kesatuan usaha. Transfer manfaat ekonomi kepada pemilik (pemegang saham) tidak termasuk dalam pengertian pengorbanan sumber ekonomik masa datang yang membentuk kewajiban karena untuk menjadi kewajiban pengorbanan tersebut harus bersifat memaksa dan bukan atas dasar kebijakan atau keleluasaan manajemen untuk memutuskan baik dalam hal jumlah rupiah maupun dalam saat transfer.
Secara umum, keharusan mengorbankan sumber ekonomik masa datang tidak dapat menjadi kewajiban kalau keharusan tersebut bersifat terbuka atau tidak pasti. Kesatuan usaha tidak mempunyai keharusan untuk mentransfer aset ke pemilik kecuali dalam hal kesatuan usaha dilikuidasi. Walaupun secara konseptual ekuitas juga merupakan kewajiban bagi perusahaan, pengorbanan sumber ekonomiknya tidak cukup pasti baik dalam jumlah maupun saat sehingga kewajiban harus dibedakan dan dilaporkan secara terpisah dengan ekuitas. 2. Keharusan Sekarang untuk mentransfer asset Untuk dapat disebut sebagai kewajiban, suatu pengorbanan ekonomik masa datang harus timbul akibat keharusan sekarang. Pengertian “sekarang” dalam hal ini mengacu pada 2 hal: waktu dan adanya. Waktu yang dimaksud adalah tanggal pelaporan (neraca). Artinya : pada tanggal neraca kalau perlu atau kalau dipaksakan secara yuridis, etis, atau rasional pengorbanan sumber ekonomik harus dipenuhi karena keharusan itu telah ada. Keharusan kewajiban mencakupi keharusan kontraktual, keharusan konstruktif atau bentukan, keharusan demi keadilan dan keharusan bergantung atau bersyarat. a) Keharusan Kontraktual, Keharusan yang timbul akibat perjanjian atau peraturan hukum yang di dalam nya kewajiban bagi suatu kesatuan usaha di nyatakan secara eksplit atau implicit dan mengikat. Contoh : utang pajak, utang bunga, utang usaha, utang wesel, dan utang obligasi. b) Keharusan Konstruktif, Keharusan yang timbul akibat kebijakan kesatuan usaha dalam rangka menjalankan dan memajukan usahanya untuk memenuhi apa yang disebut praktik usaha yang baik atau etika bisnis dan bukan untuk memenuhi kewajiban yuridis. Contoh : servis gratis sepeda motor yang dijanjikan oleh dealer sepeda motor, pengembalian uang untuk barang yang ternyata cacat atau rusak, dan tunjangan hari raya c) Keharusan Demi Keadilan, Keharusan yang ada sekarang yang menimbulkan kewajiban bagi perusahaan semata-mata karena panggilan etis atau moral karena peraturan hukum atau praktik bisnis yang sehat. Contoh : kewajiban memberikan donasi untuk badan amal tiap akhir tahun dan kewajiban member hadiah kepada penduduk yang tinggal di sekitar pabrik karena ketidaknyamanan yang ditimbulkannya. d) Keharusan Bergantung atau bersyarat, Keharusan yang pemenuhannya tidak pasti karena bergantung pada kejadian masa datang atau terpenuhinya syarat – syarat tertentu dimana datang.
3. Akibat Transaksi atau Kejadian Masa Lalu Sama seperti definisi aset, kriteria ini sebenarnya menyempurkan kriteria keharusan sekarang dan sekaligus sebagai tes pertama pengakuan suatu pos sebagai kewajiban tetapi tidak cukup untuk mengakui secara resmi dalam system pembukuan. Untuk mengakui sebagai kewajiban, selain definisi, kriteria yang lain seperti keterukuran, keberpautan, dan keterandalan juga harus dipenuhi. Transaksi atau kejadian masa lalu adalah kriteria untuk memenuhi definisi tetapi bukan kriteria untuk pengakuan. Jadi, adanya pengorbanan manfaat ekonomik masa datang tidak cukup untuk mengakui suatu objek ke dalam kewajiban kesatuan usaha untuk dilaporkan via statemen keuangan.
2.3 Hak – Kewajiban tak bersyarat Konsep hak – kewajiban tak bersyarat menyatakan bahwa walaupun kontrak telah ditandatangani, salah satu pihak tidak mempunyai kewajiban apapun sebelum pihak lain memenuhi apa yang menjadi hak pihak lain. Jadi, konsep hak – kewajiban tak bersyarat menyatakan “tidak ada hak tanpa kewajiban dan sebaliknya tidak ada kewjiban tanpa hak. Kontrak – kontrak semacam ini dikenal dengan nama kontrak saling – mengimbangi tak bersyarat atau kontrak eksekuatori. Contoh : bila seseorang pembeli menandatangani order pembelian, pada saat itu pembeli tidak mempunyai kewajiban apapun sampai barang yang dipesan datang dan dikuasai pembeli walaupun jenis, kuantitas, harga, waktu pengiriman barang sudah jelas. Masalah timbul dalam kontrak pembelian yang tidak dapat dibatalkan. Ada dua pendapatan mengenai hal ini, pendapat pertama tetap memperlakukan kontrak tersebut sebagai eksekutori.sehingga kewajiban tidak perlu diakui. Alasannya, aset atau manfaat ekonomik masa datang belum dikuasai secara nyata. Pendapatan kedua, menganjurkan bahwa kewajiban diakui pada saat penandatanganan kontrak bersamaan dengan aset yang terlibat. Alasannya pada saat itu, pada dasarnya ketiga criteria kewajiban telah di penuhi. Transaksi atau kejadian yang dapat dijadikan dasar untuk menandai saat, titik, atau tanggal pengakuan hak dan kewajiban dalam suatu kontrak. Hukum perikatan atau kontrak juga cukup kompleks untuk menentukan timbulnya hak dan kewajiban yuridis. Dalam Most menunjukkan bahwa titik atau saat tersebut dapat berupa : 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Tanggal kontraj ditandatangani Tanggal objek kontrak telah diperoleh salah satu pihak Tanggal objek kontrak telah siap digunakan oleh salah satu pihak Tanggal objek kontrak telah dipisahkan untuk digunakan oleh pihak lain Tanggal objek kontak telah diserahkan Tanggal telah diterima / dibayarnya uang muka, bila ada Dalam kasus kontrak konstruksi jangka panjang : a) Suatu titik selama konstruksi berjalan b) Pada saat konstruksi dimulai
Saat penentuan transaksi masa lampau perlu dipertimbangkan dengan seksama memperhatikan kondisi yang melingkupi suatu kontraj. Most mengemukakan hal yang harus dipertimbangkan untuk memilih saat yang tepat : a) Pemenuhan definisi aset dan kewajiban b) Kekuatan mengikat yaitu seberapa kuat bahwa pelaksanaan kontrak tidak dapat dibatalkan c) Kebermanfaatan bagi keputusan 2.4 Karakteristik Pendukung (Tidak membatalkan objek sebagai kewajiban) FASB menyebutkan beberapa karakteristik pendukung selain karakteristik yang tersebut di atas, yaitu: 1. Keharusan membayar kas, Pelunasan kewajiban pada umumnya dilakukan dengan pembayaran kas. Keharusan membayar kas pada waktu dan jumlah rupiah tertentu di masa datang merupakan petunjuk yang kuat atau jelas mengenai adanya kewajiban. Akan tetapi, untuk menjadi kewajiban, penyerahan aset ( kas ) bukan satu – satunya kriteria tetapi meliputi pula penyerahan jasa. Esensi kewajiban lebih terletak pada pengorbanan manfaat ekonomik masa datang dari pada terjadinya pengeluaran kas. 2.
Identitas terbayar jelas, Jika identitas terbayar sudah jelas, maka hal tersebut hanya sekedar menguatkan bahwa kewajiban memang ada tetapi untuk menjadi kewajiban identitas terbayar tidak harus dapat ditentukan pada saat keharusan terjadi. Jadi yang penting adalah bahwa keharusan sekarang pengorbanan sumber ekonomik di masa datang telah ada dan bukan siapa yang harus dilunasi atau dibayar.
3. Berkekuatan hukum, Memang ada pada umumnya, keharusan suatu entitas untuk mengorbankan manfaat ekonomik timbul akibat klaims yuridis yang mempunyai kekuatan memaksa. Definisi kewajiban sebenarnya merupakan bayangan cermin aset.
2.4 Pengakuan, Pengukuran, Penilaian, dan Pengungkapan 2.4.1 Pengukuran Pengukuran yang paling objektif untuk menentukan kos kewajiban pada saa terjadinya adalah penghargaan sepakatan dalam transaksi- transaksi tersebut dan bukan jumlah rupiah pengorbanan ekonomik masa datang. Hal ini berlaku khususnya untuk kewajiban jangka panjang. Untuk kewajiban jangka pendek, kos penundaan dianggap tidak cukup material sehingga jumlah rupiah kewajiban yang diakui akan sama dengan jumlah rupiah pengorbanan sumber ekonomik (kas) msa datang. Dengan kata lain, untuk kewajiban jangka pendek, kos pendanaan atau kos penundaan dianggap tidak material.
Penghargaan sepakatan suatu kewajiban merefleksi nilai setara tunai atau nilai sekarang kewajiban yaitu jumlah rupiah pengorbanan sumber ekonomik seandainya kewajiban dilunasi pada saat terjadinya. a) Kewajiban dalam pembelian kredit. Dasar pengukuran asset yang paling objektif adalah kos tunai atau kos tunai implisit. Karena kewajiban merupakan bayangan cermin asset, pengukuran juga mengikuti pengukura asset.Pada umumnya,atas dasar kepraktisan,perusahaan tidak berusaha untuk menentukan kos tunaiimplisit baik dengan cara menanyakan langsung ketoko penjual barang ataupun dengan cara mendiskusikan nilai kontrak dengan tarif bunga yang berlaku. b) Diskon dan premium utang obligasi Nilai nominal atau jatuh tempo utang obligasi sering dianggap sebagai jumlah rupiah kesepakatan pada saat penerbitan obligasi baik bagi penerbit maupun kreditor. Dasar pengukuran demikian sebenarnya tidak tepat. Untuk suatu kontrak utang dengan ketentuan pembayaran bunga periodik dan pokok pinjaman pada akhir jangka kontrak, pengukuran jumlah rupiah (kos) utang dan aset untuk dasar pencatatan pertama kali yang tepat adalah kos tunai implisit. Dalam hal obligasi jangka panjang,jumlah rupiah uang yang diterima oleh penerbit dan yang dibayarkan oleh kreditor pada saat penerbitan hanyalah merupakan bagian kecil dari jumlah rupiah total yang terlibat dalam kontrak obligasi.Jumlah rupiah total ini adalah sseluruh jumlah rupiah pembayaran-pembayaran masa datang. c) Makna harga efektif obligasi Selisih nominal dengan penghargaan sepakatan merupakan diskun obligasi. Bagi penerbit obligasi, perhitungan biaya bunga menjadi tidak lengkap (tepat) apabilatidak memperhatikan perhitungan bunga periodik dan akumulasi diskun. Jumlahrupiah utang obligasi tiap saat (keharusan saat itu) sebelum jatuh tempo akanterlalu besar apabila dinyatakan sebesar nominalny d) Diskon obligasi Diskon utang obligasu pada waktu penerbitan adalah suatu jumlah rupiah debit yang menunjukkan biaya bunga yang harus dibayar pada tanggal jatuh tempo. Dengan demikian, diskon tersebut harus dilaporkan dalam neraca sebagai pengurang nilai nominal (jatuh tempo) utang obligasi. e) Premium obligasi Mengartikan premium obligasi sebagai “pendapatan tangguhan” (deferredincome) jelas tidak tepat karena secara konseptual pendapatan atau laba tidak timbul dari proses pemerolehan utang.
f) Kewajiban Moneter dan Nonmoneter Kewajiban moneter adalah kewajiban yang pengorbanan sumber ekonomik masa datangnya berupa kas dengan jumlah rupiah dan saat yang pasti (baik jumlah tunggal maupun beberapa pembayaran secara berkala). Kewajiban Nonmoneter keharusan untuk menyediakan barang dan jasa dengan jumlah dan saat yang cukup pasti yang biasanya timbul karena timbul karena penerimaan pembayaran di muka untuk barang dan jasa tersebut.
2.4.2 Pengakuan Pada prinsipnya, kewajiban diakui pada saat keharusan telah mengikat akibat transaksi yang sebelumnya telah terjadi. Mengikatnya suatu keharusan harus dievaluasi atas dasar kaidah pengakuan (recognition rules). kriteria pengakuan lebih berkaitan dengan pedoman umum dalam rangka memenuhi karakteristik kualitatif informasi sehingga elemen statemen keuangan hanya dapat diakui bila kriteria definisi, keberpautan, keterandalan, dan keterukuran dipenuhi. Kriteria umum ini tidak operasional sehingga diperlukan kaidah pengakuan sebagai penjabaran teknis kriteria pengakuan umum. Dalam hal kewajiban, kaidah pengakuan berkaitan dengan saat atau apa yang menandai bahwa kewajiban dapan diakui (dibukukan). Kriteria pengakuan kewajiban: a) Ketersediaan dasar hukum Kaidah ini terkait dengan kualitas keterandalan dan keberpautan informasi. Faktur pembelian (invoice) dan tanda penerimaan barang (receiving report) merupakan dasar hukum yang cukup meyakinkan untuk mengakui kewajiban. Telah disebutkan bahwa ketersediaan dasar hukum yang menimbulkan daya paksa hanya merupakan karateristik pendukung definisi kewajiban. Jadi, kaidah ini tidak mutlak sehingga kewajiban juga dapat diakui bila terdapat bukti substantif adanya keharusan konstruktif atau demi keadilan. b) Keterterapan konsep dasar Kaidah ini merupakan penjabaran teknis kriteria keterandalan. Keadaan-keadaan tertentu yang menjadikan konsep konservatisma terterapkan dapat memicu pengakuan kewajiban. Implikasi dianutnya konsep konservatisma adalah rugi dapat segera diakui tetapi tidak demikian dengan untung. Ini berarti kewajiban dapat diakui segera sedangkan aset tidak. c) Ketertentuan substansi ekonomik transaksi Kaidah ini berkaitan dengan masalah relevansi informasi. Utang sewaguna (lease obligations) dapat diakui pada saat transaksi meskipun tidak ada transfer hak milik dalam transaksi sewaguna tersebut. Dalam hal ini, kewajiban dapat atau bahkan harus diakui kalau secara substantif sewaguna tersebut sebenarnya adalah pembelian angsuran (yaitu memenuhi salah satu kriteria kapitalisasi).
d) Keterukuran nilai kewajiban Keterukuran merupakan salah satu syarat untuk mencapai kualitas keterandalan informasi. Definisi kewajiban mengandung kata cukup pasti (probable) yang mengacu tidak hanya pada terjadinya pengorbanan sumber ekonomik masa datang tetapi juga pada jumlah rupiahnya. Kaidah Pengakuan Kewajiban : a) Pada saat penandatanganan kontrak bila pada saat itu hak dan kewajiban telah mengikat. Dalam hal kontrak eksekutori, pengakuan menunggu sampai salah satu pihak memanfaatkan/ menguasai manfaat yang diperjanjikan atau memenuhi kewajibannya (to perform). b) Bersamaan dengan pengakuan biaya bila barang dan jasa yang menjadi biaya belum dicatat sebagai aset sebelumnya. c) Bersamaan dengan pengakuan aset. Kewajiban timbul ketika hak untuk menggunakan barang dan jasa diperoleh. d) Pada akhirnya periode karena penggunaan asas akrual melalui proses penyesuaian. Pengakuan ini menimbulkan pos utang atau kewajiban akrual (accrued liabilities). Kriteria Pengakuan Kewajiban Bergantung a) b) c) d)
Aset cukup pasti turun nilainya Kewajiban cukup pasti timbul Kejadian yang menjadikan kewajiban bergantung cukup pasti terjadi Jumlah keharusan dapat diestimasikan dengan cukup layak
2.4.3 Penilaian Jika pengukuran mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang pada saat terjadinya, penilaian mengacu pada penentuan nilai keharusan sekarang pada setiap saat terjadinya kewajiban sampai dilunasinya kewajiban. Makin mendekati saat jatuh tempo, nilai kewajiban akan makin mendekati nilai nominal. Jadi, penilaian kewajiban pada saat tertentu adalah penentuan jumlah rupiah yang harus dikorbankan seandainya pada saat tersebut kewajiban harus dilunasi. Atribut Penilaian Menurut FASB a) Nilai pasar sekarang (current market value) b) Nilai pelunasan neto (net settlement value) c) Nilai diskunan aliran kas masa datang (discounted value of future cash flows)
Basis (atribut) Penilaian
Harga pasar sekarang
Nilai pelunasan neto
Keterangan
Contoh Pos Yang Berpaut
Kewajiban penerbit opsi Berbagai kewajiban yang sebelum jangka opsi habis melibatkan komoditas dan dan beberapa kewajiban surat- surat berharga. pedagang efek. Berbagai kewajiban yang melibatkan jumlah rupiah yang Utang usaha, utang garansi, cukup pasti tetap waktu dan utang wesel jangka pelunasannya tidak cukup pendek. pasti.
Kewajiban moneter jangka Nilai diskunan aliran kas Utang obligasi, dan utang panjang jumlah rupiah maupun masa datang wesel jangka panjang. saat pembayaran cukup pasti. 2.5 Penyajian Pengungkapan Secara umum, kewajiban disajikan dalam neraca berdasarkan urutan kelancarannya sejalan dengan aset. PSAK No. 1 menggariskan bahwa aset lancar disajikan menurut urutan likuiditas sedangkan kewajiban disajikan menurut urutan jatuh tempo. Ini berarti kewajiban jangka pendek disajikan lebih dahulu daripada kewajiban jangka panjang. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan pembaca untuk mengevaluasi likuiditas perusahaan. PSAK No. 1 menentukan bahwa semua kewajiban yang tidak memenuhi kriteria sebagai kewajiban jangka pendek diklasifikasikan sebagai kewajiban jangka panjang. Kriteria tersebut adalah (a) diperkirakan akan diselesaikan dalam jangka waktu siklus normal operasi perusahaan, atau (b) jatuh tempo dalam jangka waktu dua belas bulan dari tanggal neraca. a) Penyajian Kewajiban Lancar, dalam praktek, kewajiban lancar biasanya dicatat dalam catatan akuntansi dan dilaporkan dalam laporan keuangan pada nilai penuh jatuh temponya. Karena singkatnya priode waktu yang terlibat, yang sering kali kurang dari satu tahun. Akun kewajiban lancar biasanya disajikan sebagai klasifikasi pertama dalam kelompok kewajiban dan ekuitas pemegang saham di neraca. Dalam kelompok kewajiban lancar akun-akun itu dapat dicantumkan menurut jatuh temponya, dalam jumlah yang menurun, atau menurut prefensi likuiditasnya. b) Penyajian hutang jangka panjang, perusahaan yang mempunyai banyak terbitan hutang jangka panjang dalam jumlah besar seringkali hanya melaporkan satu akun dalam neraca dan mendukungnya dengan komentar serta skedul dalam catatan yang menyertainya. Pengungkapan catatan umumnya berisi dari kewajiban, tanggal jatuh tempo, suku bunga, provisi penarikan, pembatasan yang dilakukan oleh kreditor, dan aktiva yang disepakati atau digadaikan sebagai jaminan.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Kewajiban mempunyai tiga karakteristik utama yaitu pengorbanan manfaat ekonomi masa datang, menjadi keharusan sekarang dan timbul akibat transaksi ataukejadian masa lampau Pengertian kewajiban merupakan bayangan cermin pengertian aset. Transaksi atau kejadian masa lalu menimbulkan penguasaan sekarang perolehan manfaat ekonomik masa datang untuk aset sedangkan untuk kewajiban hal tersebutmenimbulkan keharusan sekarang pengorbanan manfaat ekonomik masa datang
DAFTAR PUSTAKA
Maryanti, Dwi. 2009. Pokok Bahasan Teori Akuntansi Kewajiban. http://dwiermayanti.wordpress.com/pokok-bahasan-teori-akuntansi/kewajiban/. Puci. 2012. Tugas Teori Akuntansi Liabilitas. http://mariberlajarbersama.blogspot.com/2012/11/tugas-teori-akuntansiliabilitas.html. Riahi, Ahmed. Teori Akuntansi 2, Ed 6. Salemba Empat. http://yenni-effendi.blogspot.co.id/2016/05/malah-kewajiban-teori-akuntansi.html