BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Syok merupakan suatu keadaan dimana terjadinya ketidak cukupan pada pemenuhan oksigen pada sel tubuh kegagala n pada perfusi ini akan menyebabkankematian sel secara progresif yang akan meyebabkan terjadinya gangguan pada fungsiorgan. terdapat beberapa jenis syok baik hipovolemik, kardiogenik, dan neurogenik,salah satu bentuk syok adalah syok neurogenik, syok neurogenik ini sering terjadiakibat trauma spinal, nyeri yang tak terhingga akibat fraktur, maupun trauma kepala.Syok neurogenik disesbabkan oleh terjadinya kegagalan pusat vasomotor sehinggaterjadi penimbunan darah pada pembuluh darah tampung. hal ini terjadi akibatkerusakan alur simpatik di spinal cord, syok neurogenik merupakan syok distributif. Diseluruh dunia terdapat 6-20 juta kematian tiap tahun, meskipun penyebab nya berbeda beda tiap negara. Jumlah insiden syok semakin semakin meningkat di Indonesia. Tidak jarang kita temui insiden seperti ini. Sebuah studi menyebutkan bahwa prevalensi insiden trauma di Amerika diperkirakan mencapai 700 hingga 900 kasus tiap satu juta penduduk (200.000 hingga 250.000 orang). Enam puluh persen yang cedera berusia antara 16 sampai 30 tahun dan 80% berusia antara 16 sampai 45 tahun. Laki-laki mengalami cedera empat kali lebih banyak daripada perempuan. Faktor etiologi yang paling sering adalah kecelakaan kendaraan bermotor (45%), terjatuh (21,5%), luka tembak atau kekerasan (15,4%), dan kecelakaan olah raga, biasanya menyelam (13,4%). Lebih kurang 53% dari cedera itu adalah kuadriplegi. Pada kasus neuregonik manifesasi yang muncul adalah Hampir sama dengan syok pada umumnya tetapi pada syok neurogenik terdapat tanda tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bahkan dapat lebih lambat (bradikardi) kadang disertai dengan adanya defisit neurologis berupa quadriplegia atau paraplegia . Sedangkan pada keadaan lanjut, sesudah pasien menjadi tidak sadar, barulah nadi bertambah cepat. pada gejala syok neurogenik manifestasi yang muncul dengan penurunan denyut nadi yang lama menyebabkan pasien dengan syok neurogenik sulit untuk diidentifikasi . Pada saat seseorang dengan keadaan syok maka penanganan awal sangat diperlukan untuk mengatasi keadaan syok pada pasien, masalah utama pada syok adalah adanya gangguan peredaran darah dan penurunan perfusi jaringan. sehingga penatalaksanaan yang tepat buat kasus syok adalah dengan pemberian resusitasi pada pasien, resusitasi resusitasi bertujuan untuk memenuhi kebutuhan peredaran pada pasien sehingga perfusi pasien akan membaik
1.2 Rumusan Masalah
Bagaimanakah konsep dan Asuhan Keperawatan pada klien dengan Syok Neurogenik) ?
1.3 Tujuan 1.3.1 Tujuan Umum
Menjelaskan konsep Syok Neurogenik dan Neurogenik dan asuhan keperawatan pada klien dengan Syok Neurogenik 1.3.2 Tujuan Khusus
1. Menjelaskan definisi Syok Neurogenik 2. Menjelaskan etiologi Syok Neurogenik 3. Menjelaskan manifestasi Syok Neurogenik 4. Menjelaskan patofisiologi Syok Neurogenik 5. Menjelaskan WOC Syok Neurogenik 6. Menjelaskan pemeriksaan penunjang Syok Neurogenik 7. Menjelaskan penatalaksanaan pasien dengan Syok Neurogenik 8. Menjelaskan komplikasi Syok Neurogenik 9. Menjelaskan prognosis dari Syok Neurogenik 10. Menjelaskan asuhan keperawatan pasien dengan Syok Neurogenik
1.4 Manfaat
1. Mengetahui dan memahami definisi Syok Neurogenik 2. Mengetahui dan memahami etiologi Syok Neurogenik 3. Mengetahui dan memahami manifestasi klinis dari Syok Neurogenik 4. Mengetahui dan memahami patofisiologi Syok Neurogenik 5. Mengetahui dan memahami WOC Syok Neurogenik 6. Mengetahui dan memahami pemeriksaan penunjang Syok Neurogenik 7. Mengetahui dan memahami penatalaksanaan klien dengan Syok Neurogenik 8. Mengetahui dan memahami komplikasi dari Syok S yok Neurogenik 9. Mengetahui dan memahami prognosis dari Syok S yok Neurogenik 10. Mengetahui dan memahami asuhan keperawatan pasien dengan Syok Neurogenik
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Hasil dari perubahan resistensi pembuluh darah sistemik ini diakibatkan oleh cidera pada sistem saraf (seperti: trauma kepala, cidera spinal, atau anestesi umum yang dalam). Syok neurogenik, merupakan tipe lain dari syok distributif, yaitu akibat hilangnya tonus simpatik. Kekurangan hantaran toinus simpatik menyebabkan penurunan perfusi jaringan dan inisiasi dari responsyok umum (Linda D. Urden, 2008). Syok neurogenik disebabkan oleh kerusakan alur simpatik di spinal cord. Alur system saraf simpatik keluar dari torakal vertebrae pada daerah T6. Kondisi pasien dengan syok neurogenik : Nadi normal, tekanan darah rendah ,keadaan kulit hangat, normal, lembab Kerusakan alur simpatik dapat menyebabkan perubahan fungsi autonom normal (Elaine cole, 2009) Syok neurogenik merupakan kegagalan pusat vasomotor sehingga terjadi hipotensi dan penimbunan darah pada pembuluh tampung (capacitance vessels). Syok neurogenik terjadi karena hilangnya tonus pembuluh darah secara mendadak di seluruh tubuh (Corwin, 2000). Syok neurogenik juga disebut sinkope. Syok neurogenik terjadi karena reaksi vasovagal berlebihan yang mengakibatkan vasodilatasi menyeluruh di regio splanknikus sehingga perdarahan otak berkurang. Reaksi vasovagal umumnya terjadi pada suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut atau nyeri (Jong, 2004).
2.2 Etiologi
Neurogenik syok disebabkan oleh beberapa faktor yang menganggu SNS. Masalah ini terjadi akibat transmisi impuls yang terhambat dan hambatan hantaran simpatik dari pusat vasomotor pada otak. Dan penyebab utamanya adalah SCI . Syok neurogenik keliru disebut juga dengan syok tulang belakang. Kondisi berikutnya mengacu pada hilangnya aktivitas neurologis dibawah tingkat cedera tulang belakang, tetapi tidak melibatkan perfusi jaringan tidak efektif (Linda D. Urden, 2008). Syok neurogenik merupakan kondisi syok yang terjadi karena hilangnya kontrol saraf simpatis terhadap tahanan vaskular sehingga sebagai akibatnya, muncul dilatasi arteriol dan vena di seluruh tubuh (Duane, 2008). Penyebab lain antara lain : 1. Trauma medula spinalis dengan quadriplegia atau paraplegia (syok spinal). 2. Rangsangan hebat yang kurang menyenangkan seperti rasa nyeri hebat pada fraktur tulang.
3. Rangsangan pada medula spinalis seperti penggunaan obat anestesi spinal/lumbal. 4. Trauma kepala (terdapat gangguan pada pusat otonom). 5. Suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut. 6. Syok neurogenik bisa juga akibat letupan rangsangan parasimpatis ke jantung yang memperlambat kecepatan denyut jantung dan menurunkan rangsangan simpatis ke pembuluh darah. Misalnya pingsan mendadak akibat gangguan emosional
2.3 Manifestasi Klinis
Syok distributif yang terjadi dalam bentuk syok neurogenik memiliki manifestasi yang hampir sama dengan syok pada umumnya. Pada syok neurogenik juga ditemukan hipotensi, hanya saja akibat dari berbagai disfungsi saraf otonom (khususnya saraf simpatis) nadi tidaklah bertambah cepat (takikardi), bahkan dapat lebih lambat (bradikardi). Kadang gejala ini disertai dengan adanya defisit neurologis dalam bentuk quadriplegia atau paraplegia. Sedangkan pada keadaan lanjut, sesudah pasien menjadi tidak sadar, barulah nadi bertambah cepat. Karena terjadinya pengumpulan darah di dalam arteriol, kapiler dan vena, maka kulit terasa agak hangat dan cepat berwarna kemerahan (Duane, 2008). Hampir sama dengan syok pada umumnya tetapi pada syok neurogenik terdapat tanda tekanan darah turun, nadi tidak bertambah cepat, bahkan dapat lebih lambat (bradikardi) kadang disertai dengan adanya defisit neurologis berupa quadriplegia atau paraplegia . Sedangkan pada keadaan lanjut, sesudah pasien menjadi tidak sadar, barulah nadi bertambah cepat. Karena terjadinya pengumpulan darah di dalam arteriol, kapiler dan vena, maka kulit terasa agak hangat dan cepat berwarna kemerahan. (Smeltzer, 2001)
2.4 Patofisiologi
Syok neurogenik termasuk syok distributif dimana penurunan perfusi jaringan dalam syok distributif merupakan hasil utama dari hipotensi arterial karena penurunan resistensi pembuluh darah sistemik (systemic vascular resistance). Sebagai tambahan, penurunan dalam efektifitas sirkulasi volume plasma sering terjadi dari penurunan venous tone, pengumpulan darah di pembuluh darah vena, kehilangan volume intravaskuler dan intersisial karena peningkatan permeabilitas kapiler. Akhirnya, terjadi disfungsi miokard primer yang bermanifestasi sebagai dilatasi ventrikel, penurunan fraksi ejeksi, dan penurunan kurva fungsi ventrikel. Pada keadaan ini akan terdapat peningkatan aliran vaskuler dengan akibat sekunder terjadi berkurangnya cairan dalam sirkulasi. Syok neurogenik mengacu pada hilangnya tonus simpatik (cedera spinal). Gambaran klasik pada syok neurogenik adalah hipotensi tanpa takikardi atau vasokonstriksi kulit. Syok neurogenik terjadi karena reaksi vasovagal berlebihan yang mengakibatkan vasodilatasi menyeluruh di regio splanknikus, sehingga perfusi ke otak
berkurang. Reaksi vasovagal umumnya disebabkan oleh suhu lingkungan yang panas, terkejut, takut atau nyeri. Syok neurogenik bisa juga akibat rangsangan parasimpatis ke jantung yang memperlambat kecepatan denyut jantung dan menurunkan rangsangan simpatis ke pembuluh darah. Misalnya pingsan mendadak akibat gangguan emosional. Pada penggunaan anestesi spinal, obat anestesi melumpuhkan kendali neurogenik sfingter prekapiler dan menekan tonus venomotor. Pasien dengan nyeri hebat, stress, emosi dan ketakutan meningkatkan vasodilatasi karena mekanisme reflek yang tidak jelas yang menimbulkan volume sirkulasi yang tidak efektif dan terjadi sinkop, syok neurogenik disebabkan oleh gangguan persarafan simpatis descendens ke pembuluh darah yang mendilatasi pembuluh darah dan menyebabkan terjadinya hipotensi dan bradikardia. (Ristari, 2012) Syok neurogenik disebabkan oleh hilangnya kontrol saraf simpatis terhadap tahanan vaskular, sehingga sebagai hasilnya, terjadilah vasodilatasi arteriol dan venula secara besar besaran di seluruh tubuh (Cheatham dkk, 2003). Bagian terpenting sistem saraf otonom bagi pengaturan sirkulasi adalah sistem saraf simpatis. Secara anatomis, serabut-serabut saraf vasomotor simpatis meninggalkan medula spinalis melalui semua saraf spinal toraks dan melalui satu atau dua saraf spinal lumbal pertama. Serabut-serabut ini segera masuk ke dalam rantai simpatis yang berada di tiap sisi korpus vertebra, kemudian menuju sistem sirkulasi melalui dua jalan utama :
Melalui saraf simpatis spesifik yang terutama mempersarafi pembuluh darah organ visera interna dan jantung Hampir segera memasuki nervus spinalis perifer yang mempersarafi pembuluh darah perifer
Di sebagian besar jaringan, semua pembuluh darah kecuali kapiler, sfingter prekapiler, dan sebagian besar metarteriol diinervasi oleh saraf simpatis. Tentunya inervasi ini memiliki tujuan tersendiri. Sebagai contoh, Inervasi arteri kecil dan arteriol menyebabkan rangsangan simpatis untuk meningkatkan tahanan aliran darah dan dengan demikian menurunkan laju aliran darah yang melalui jaringan. Inervasi pembuluh darah besar, terutama vena, memungkinkan rangsangan simpatis untuk menurunkan volume pembuluh darah ini. Keadaan tersebut dapat mendorong darah masuk ke jantung dan dengan demikian berperan penting dalam pengaturan pompa jantung. Selain serabut saraf simpatis yang menyuplai pembuluh darah, serabut simpatis juga pergi secara langsung menuju jantung. Perlu diingat kembali bahwa rangsangan simpatis jelas meningkatkan aktivitas jantung, meningkatkan frekuensi jantung, dan menambah kekuatan serta volume pompa jantung. Hubungan antara saraf simpatis dan sistem sirkulasi yang baru saja dijabarkan secara singkat, sebenarnya membawa serabut saraf vasokonstriktor dalam jumlah yang banyak sekali dan hanya sedikit serabut vasodilator. Serabut tersebut pada dasarnya didistribusikan ke seluruh segmen sirkulasi dan efek vasokonstriktornya terutama sangat kuat di ginjal, usus, limpa dan kulit tetapi kurang kuat di otot rangka dan otak.
Dalam keadaan normal, daerah vasokonstriktor di pusat vasomotor terus menerus mengantarkan sinyal ke serabut saraf vasokonstriktor seluruh tubuh, menyebabkan serabut ini mengalami cetusan yang lambat dan kontinu dengan frekuensi sekitar satu setengah sampai dua impuls per detik. Impuls ini, mempertahankan keadaan kontraksi parsial dalam pembuluh darah yang disebut tonus vasomotor. Tonus inilah yang mempertahankan tekanan darah dalam batas normal, sehingga fungsi sirkulasi tetap terjaga untuk kebutuhan jaringan. Melemahnya tonus vasomotor, secara langsung menimbulkan manifestasi klinis dari syok neurogenik. Sebagai contoh, trauma pada medula spinalis segmen toraks bagian atas akan memutuskan perjalanan impuls vasokonstriktor dari pusat vasomotor ke sistem sirkulasi. Akibatnya, tonus vasomotor di seluruh tubuh pun menghilang. Efeknya (vasodilatasi), paling jelas terlihat pada vena-vena juga arteri kecil. Dalam vena kecil yang berdilatasi, darah akan tertahan dan tidak kembali bermuara ke dalam vena besar. Karena faktor ini, aliran balik vena maupun curah jantung akan menurun, dan dengan demikian tekanan darah secara otomatis jatuh hingga nilai yang sangat rendah. Di momen yang bersamaan, dilatasi arteriol menyebabkan lemahnya tahanan vaskular sistemik yang seharusnya membantu memudahkan kerja jantung sebagai pompa yang mengalirkan darah ke seluruh tubuh. Pada saat ini, didapatkanlah tanda-tanda syok neurogenik yang jalur akhirnya tidak jauh berbeda dengan syok tipe lain. Konsekuensi akhir dari gangguan perfusi dalam berbagai bentuk syok distributif dapat berbeda pada tiap pasien, tergantung dari derajat dan durasi hipoperfusi, jumlah sistem organ yang terkena, serta ada tidaknya disfungsi organ utama. Harap ditekankan bahwa apapun tipenya, sekali syok terjadi, cenderung memburuk secara progresif. Sekali syok sirkulasi mencapai suatu keadaan berat yang kritis, tidak peduli apa penyebabnya, syok itu sendiri akan menyebabkan syok menjadi lebih berat. Artinya, aliran darah yang tidak adekuat menyebabkan jaringan tubuh mulai mengalami kerusakan, termasuk jantung dan sistem sirkulasi itu sendiri, seperti dinding pembuluh darah, sistem vasomotor, dan bagian-bagian sirkulasi lainnya (Guyton & Hall, 2008).
2.6 Pemeriksaan Diagnostik Diagnosis Banding
Tanda dan gejala serupa dengan syok hipovolemik tapi kelainan neurologik seperti quadriplegia atau paraplegia harus ada. Diagnosis bandingnya syok neurogenik adalah vasovagal. Keduanya sama-sama menyebabkan hipotensi karena kegagalan pusat pengaturan vasomotor tetapi pada sinkop vasovagal hal ini tidak sampai menyebabkan iskemia jaringan menyeluruh dan menimbulkan gejala syok. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan laboratorium tidak membantu diagnosis. Rontgen cervik, thorax, dan lumbosakral spinal merupakan sangat penting untuk menentukan adanya patah tulang atau tidak. CT scan dan MRI akan berguna untuk menentukan bagian medulla spinalis yang menyebabkan kompresi medulla spinalis. (Duane, 2008)
2.7 Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan Medis Pengobatan syok neurogenik termasuk memulihkan tonus simpatis baik melalui penstabilan cedera medulla spinalis atau dalam kasus anastesi spinal, dengan memposisikan pasien secara tepat. Pengobatan syok neurogenik tergantung pada penyebabnya. (Smeltzer, 2001) 2. Penatalaksanaa Keperawatan Syok neurogenik dapat dicegah pada pasien yang mendapatkan anastesi spinal atau epidural dengan meninggikan bagian kepalatempat tidur 15 sampai 20 derajat untuk mencegah penyebaran anastetikke medulla spinalis.Pada kecurigaan cedera medulla spinalis, syok neurogenik dapat dicegah melalui imobilisasi pasien dengan hati-hati untuk mencegah kerusakan medulla spinalis lebih lanjut. (Smeltzer, 2001) Pada pasien dengan syok neurogenik, intervensi keperawatan diarahkan pada mendukung fungsi kardiovaskuler dan neurologis sampai episode transien syok neurologic menghilang. Stoking elastic dan meninggikan bagian kaki tempat tidur dapat meminimalkan pengumpulan darah pada tungkai. (Smeltzer, 2001) Pasien yang mengalami cedera medulla spinalis mungkin tidak melaporkan nyeri yang disebabkan oleh cedera internal. Karenanya, pada periode langsung pasca cedera, perawat harus memantau pasien dengan ketat terhadap resiko tanda perdarahan internal yang dapat menyebabkan syok hipovolemik. Selain itu posisi syok juga akan membantu mengalirkan darah ke organ jantung (Smeltzer, 2001)
Pemberian heparin, pemasangan stoking kompresi, dan kompresi pneumatic pada tungkai dapat mencegah pembentukan thrombus. Rentang gerak pasif ekstremitas yang imobil juga meningkatkan sirkulasi. (Smeltzer, 2001)
Konsep dasar untuk syok distributif adalah dengan pemberian vasoaktif seperti fenilefrin dan efedrin, untuk mengurangi daerah vaskuler dengan penyempitan sfingter prekapiler dan vena kapasitan untuk mendorong keluar darah yang berkumpul ditempat tersebut. 1. Baringkan pasien dengan posisi kepala lebih rendah dari kaki (posisi syok). 2. Pertahankan jalan nafas dengan memberikan oksigen, sebaiknya dengan menggunakan masker. Pada pasien dengan distress respirasi dan hipotensi yang berat, penggunaan endotracheal tube dan ventilator mekanik sangat dianjurkan. Langkah ini untuk menghindari pemasangan endotracheal yang darurat jika terjadi distres respirasi yang berulang. Ventilator mekanik juga dapat menolong menstabilkan hemodinamik dengan menurunkan penggunaan oksigen dari otot-otot respirasi. 3. Untuk keseimbangan hemodinamik, sebaiknya ditunjang dengan resusitasi cairan. Cairan kristaloid seperti NaCl 0,9% atau Ringer Laktat sebaiknya diberikan per infus secara cepat 250-500 cc bolus dengan pengawasan yang cermat terhadap perubahan tekanan darah, akral, turgor kulit, dan urin output untuk menilai respon terhadap terapi. 4. Bila tekanan darah dan perfusi perifer tidak segera pulih, berikan obat-obat vasoaktif (adrenergik; agonis alfa yang indikasi kontra bila ada perdarahan seperti ruptur lien) :
Dopamin
Merupakan obat pilihan pertama. Pada dosis > 10 mcg/kg/menit, berefek serupa dengan norepinefrin. Jarang terjadi takikardi.
Norepinefrin
Efektif jika dopamin tidak adekuat dalam menaikkan tekanan darah. Monitor terjadinya hipovolemi atau cardiac output yang rendah jika norepinefrin gagal dalam menaikkan tekanan darah secara adekuat. Pada pemberian subkutan, diserap tidak sempurna jadi sebaiknya diberikan per infus. Obat ini merupakan obat yang terbaik karena pengaruh vasokonstriksi perifernya lebih besar dari pengaruh terhadap jantung (palpitasi). Pemberian obat ini dihentikan bila tekanan darah sudah normal kembali. Awasi pemberian obat ini pada wanita hamil, karena dapat menimbulkan kontraksi otot-otot uterus.
Epinefrin
Pada pemberian subkutan atau im, diserap dengan sempurna dan dimetabolisme cepat dalam badan. Efek vasokonstriksi perifer sama kuat dengan pengaruhnya terhadap jantung Sebelum pemberian obat ini harus diperhatikan dulu bahwa pasien tidak mengalami syok hipovolemik. Perlu diingat obat yang dapat menyebabkan vasodilatasi perifer tidak boleh diberikan pada pasien syok neurogenik
Dobutamin
Berguna jika tekanan darah rendah yang diakibatkan oleh menurunnya cardiac output. Dobutamin dapat menurunkan tekanan darah melalui vasodilatasi perifer. Pasien-pasien yang diketahui/diduga mengalami syok neurogenik harus diterapi sebagai hipovolemia. Pemasangan kateter untuk mengukur tekanan vena sentral akan sangat membantu pada kasus-kasus syok yang meragukan
2.8 Komplikasi
1. Kegagalan multi organ akibat penurunan aliran darah dan hipoksia jaringan yang berkepanjangan 2. Sindrome disstres pernafasan dewasa akibat destruksi pertemuan alveolus kapiler karena hipoksia. 3. DIC (Koagulasi Intravaskuler Diseminasi) akibat hipoksia dan kematian jaringan yang luas sehingga terjadi pengaktivan berlebihan jenjang koagulasi
2.9 Prognosis
Prognosis syok neurogenik tergantung penyebab syok tersebut. Berhasil tidaknya penanggulangan syok terghantung kemampuan mengenal gejala-gejala syok, mengetahui, dan mengantisipasi penyebab syok serta efektivitas dan efisiensi kerja kita pada saat-saat pertama pasien mengalami syok.
BAB 3 ASUHAN KEPERAWATAN
3.1 PENGKAJIAN Penanganan Gawat Darurat di UGD
AIRWAY : Menajmin jalan nafas pasien BEATHING : Memberikan oksigen -> pertahankan SaO2 > 95% CIRCULATION : Hentikan perdarahan erksternal dengan penekanan langsung o o Pasang akses IV berukuran besar (No. 14 atau 16) Pemberian cairan hangat dengan tetesan cepat o Dosis awal 1 – 2 liter pada dewasa dan 20 ml/kg pada anak o
Pada Pasien Trauma Tidak hanya ABC tapi ABCDEFG
DISABILITY : Periksa tingkat kesadaran, respon pupil dan fungsi sensorik & motoric EXPOSURE : Periksa seluruh permukaan tubuh. P eriksa DOTS : D : Deformity o O : Open Wounds (luka terbuka) o T : Tenderness (nyeri tekan) o S : Swelling (bengkak) o FOLLY CATHETER : Kateter urine untuk penilaian produksi urine GASTRIC TUBE : NGT untuk dekompresi lambung -> minimalkan aspirasi
Penanganan Spesifik Syok Neurogenik
Stabilisasi spinal (misal cervical collar) -> mencegah bertambahnya spinal cord Vasopressor (phenylephrine ) -> mempertahankan TD dan perfusi organ Antropine -> mengatasi pradikardi Hati – hati pemberian cairan karena hipotensi bukan akibat kehilangan cairan Pantau hiportemia akibat disfungsi hipotalamus Methylpednisolon -> cegah kerusakan skunder spinal cord akibat pelepasan mediator kimia
3.4 PENGKAJIAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah: Hb, Hmt, Leukosit, dan golongan darah Kadar elektrolit, kadar ureum, kreatinin, dan glukosa darah Analisa gas darah EKG Rontgen toraks Kultur darah
3.4 DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Perfusi jaringan cerebral tidak efektif b/d gangguan afinitas Hb oksigen, penurunan konsentrasi Hb, Hipervolemia, Hipoventilasi, gangguan transport O2, gangguan aliran arteri dan vena Penurunan curah jantung b/d gangguan irama jantung, stroke volume, pre load dan afterload, kontraktilitas jantung. Bersihan Jalan Nafas tidak efektif berhubungan dengan: Infeksi, disfungsi neuromuskular, hiperplasia dinding bronkus, alergi jalan nafas, o asma, trauma Obstruksi jalan nafas : spasme jalan nafas, sekresi tertahan, banyaknya mukus, o adanya jalan nafas buatan, sekresi bronkus, adanya eksudat di alveolus, adanya benda asing di jalan nafas. Resiko Aspirasi berhubungan dengan ketidakbersihan jalan napas, penurunan tingkat kesadaran, kaku rahang Hipertermia berhubungan dengan penyakit/ trauma, peningkatan metabolisme, aktivitas yang berlebih, dehidrasi Kecemasan berhubungan dengan Faktor keturunan, Krisis situasional, Stress, perubahan status kesehatan, ancaman kematian, perubahan konsep diri, kurang pengetahuan dan hospitalisasi
3.5 RENCANA KEPERAWATAN Diagnosa Keperawatan
Rencana keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil
Penurunan curah jantung
b/d
perubahan
irama
NOC :
NIC : Cardiac Pump
jantung,perubahan pre load
effectiveness
dan afterload, kontraktilitas
dengan indikator :
jantung.
-
Intervensi
Tanda tanda Vital(Tekanan
Cardiac care
Evaluasi adanya nyeri dada
Catat adanya disritmia jantung
darah, Nadi, respirasi) (5)
Catat adanya tanda dan
-
Intoleransi Aktivitas (5)
-
Kelelahan (5)
gejala penurunan cardiac
-
Pucat (5)
putput
-
Edema paru (5)
Monitor status pernafasan yang
Circulation Status dengan
menandakan gagal
indikator :
jantung
-
Penurunan kesadaran (5)
Monitor balance cairan
-
Distensi vena leher (5)
Monitor respon pasien
-
Warna kulit (5)
terhadap efek
-
Pingsan (5)
pengobatan antiaritmia
Atur periode latihan dan
Keterangan :
istirahat untuk
1 = Berat
menghindari kelelahan
2 = Cukup berat
aktivitas pasien
3 = Sedang 4 = Ringan
Monitor toleransi
Monitor adanya dyspneu, fatigue, tekipneu dan
5 = Tidak ada / kisaran normal
ortopneu
Anjurkan untuk menurunkan stress
Monitor tanda tanda vital
Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
Monitor VS saat pasien berbaring, duduk, atau berdiri
Auskultasi TD pada kedua lengan dan bandingkan
Monitor TD, nadi, RR, sebelum, selama, dan setelah aktivitas
Monitor jumlah, bunyi dan irama jantung
Monitor frekuensi dan irama pernapasan
Monitor pola pernapasan abnormal
Monitor suhu, warna, dan kelembaban kulit
Monitor sianosis perifer
Monitor adanya cushing triad (tekanan nadi yang melebar, bradikardi, peningkatan sistolik)
Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign
Jelaskan pada pasien tujuan dari pemberian oksigen
Sediakan informasi untuk mengurangi stress
Kelola pemberian obat anti aritmia, inotropik,
nitrogliserin dan vasodilator untuk mempertahankan kontraktilitas jantung Minimalkan stress
lingkungan Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan
NOC:
dengan:
Fisiologis :
-
Infeksi, disfungsi
NIC
Respiratory status :
Airway suction
Ventilation dengan indikator
tracheal suctioning.
Penggunaan otot bantu nafas (5)
Auskultasi suara nafas
neuromuskular,
-
Suara nafas tambahan (5)
sebelum dan sesudah
hiperplasia dinding
-
Restraksi dinding dada (5)
suctioning.
bronkus, alergi jalan
-
Sianosis dan dyspneu (5)
nafas, asma, trauma
Pastikan kebutuhan oral /
Obstruksi jalan nafas :
istirahat dan napas dalam
spasme jalan nafas,
Respiratory status : Airway
-
Ansietas (5)
banyaknya mukus,
-
Tersedak (5)
adanya jalan nafas
-
Frekuensi pernafasan (5)
buatan, sekresi
-
Irama pernafasan (5)
bronkus, adanya
-
Kemampuan untuk
eksudat di alveolus,
jalan nafas.
Batuk (5)
-
Saturasi O2 (5)
Airway management
Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Lakukan fisioterapi dada jika perlu
Keluarkan sekret dengan batuk atau suction
Keterangan : 1 = Berat
Ajarkan keluarga bagaimana cara suksion
mengeluarkan sekret (5)
-
Monitor status oksigen pasien
patency dengan indikator :
sekresi tertahan,
adanya benda asing di
Anjurkan pasien untuk
Auskultasi suara nafas,
2 = Cukup berat
catat adanya suara
3 = Sedang
tambahan
4 = Ringan
Berikan bronkodilator
5 = Tidak ada / kisaran normal
Berikan antibiotik
Atur intake untuk cairan mengoptimalkan
keseimbangan.
Monitor respirasi dan status O2
Pertahankan hidrasi yang adekuat untuk mengencerkan sekret
Jelaskan pada pasien dan keluarga tentang penggunaan peralatan : O2, Suction, Inhalasi.
-
Diagnosa Keperawatan
NOC
NIC
Hipertermia
NOC:
NIC :
Berhubungan dengan
Thermoregulasi
Temperature regulation
penyakit/ trauma,
dengan indikator :
peningkatan metabolisme,
-
Hipertermia (5)
aktivitas berlebihan,
-
Hipotermia (5)
dehidrasi.
-
Sakit kepala (5)
-
Perubahan warna kulit (5)
-
Peningkatan suhu kulit (5)
-
Penurunan suhu kulit (5)
Monitor suhu sesering mungkin
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tekanan darah, nadi dan RR
Monitor
penurunan
tingkat kesadaran Keterangan :
1 = Berat 2 = Cukup berat
Hct
3 = Sedang 4 = Ringan 5 = Tidak ada / kisaran normal
Monitor WBC, Hb, dan
Monitor
intake
dan
output
Berikan anti piretik
Selimuti pasien
Berikan cairan intravena
Kompres
pasien
pada
lipat paha dan aksila
Tingkatkan
sirkulasi
udara
Tingkatkan intake cairan dan nutrisi
Monitor hidrasi seperti turgor kulit, kelembaban membran mukosa)
Diagnosa Keperawatan Ansietas berhubungan
dengan Faktor keturunan,
NOC NOC :
Krisis situasional, Stress, perubahan status kesehatan,
-
NIC : Kontrol kecemasan diri
Anxiety Reduction
dengan indikator :
(penurunan kecemasan)
Mampu mengidentifikasi
ancaman kematian,
dan mengungkapkan gejala
perubahan konsep diri.
cemas (5)
-
-
-
NIC
Gunakan pendekatan yang menenangkan
Nyatakan dengan jelas
Mengurangi penyebab
harapan terhadap pelaku
kecemasan (5)
pasien
Menggunakan teknik
Jelaskan semua prosedur
relaksasi untuk mengurangi
dan apa yang dirasakan
kecemasan (5)
selama prosedur
Mencari informasi untuk
memberikan keamanan
mengurangi kecemasan (5)
dan mengurangi takut
Keterangan : 1 = Tidak pernah dilakukan
Temani pasien untuk
Berikan informasi
2 = Jarang dilakukan
faktual mengenai
3 = Kadang – kadang dilakukan
diagnosis, tindakan
4 = Sering dilakukan
prognosis
5 = Dilakukan secara konsisten
Libatkan keluarga untuk mendampingi klien
-
Koping
untuk menggunakan
Mengidentifikasi pola
tehnik relaksasi
Identifikasi tingkat kecemasan
Melaporkan pengurangan stress (5)
Dengarkan dengan penuh perhatian
Menyatakan perasaan akan kontrol diri (5)
-
Instruksikan pada pasien
dengan indikator :
koping yang efektif (5)
-
Bantu pasien mengenal situasi yang menimbulkan kecemasan
Keterangan : 1 = Tidak pernah menunjukkan
Dorong pasien untuk mengungkapkan
2 = Jarang menunjukkan
perasaan, ketakutan,
3 = Kadang – kadang menunjukkan
persepsi
4 = Sering menunjukkan 5 = Secara konsisten menunjukkan
Diagnosa Keperawatan Risiko
Aspirasi
faktor
resiko
tingkat
dengan
penurunan
NOC NOC :
kesadaran,
peningkatan
tekanan
intragastrik,
peningkatan
NIC NIC:
Respiratory Status :
Aspiration percaution
Ventilation
Monitor tingkat
dengan indikator :
kesadaran, reflek batuk
-
Frekuensi pernafasan (5)
dan kemampuan menelan
residu lambung, gangguan
-
Irama pernafasan (5)
Monitor status paru
menelan.
-
Kedalaman inspirasi (5)
Pelihara jalan nafas
Lakukan suction jika
Keterangan :
diperlukan
1 = Deviasi berat dari kisaran normal
makan
2 = Deviasi yang cukup berat dari kisaran normal
Haluskan obat sebelumpemberian
5 = Tidak ada deviasi dari kisaran normal
Potong makanan kecil kecil
4 = Deviasi ringan dari kisaran normal
Hindari makan kalau residu masih banyak
3 = Deviasi sedang dari kisaran normal
Cek nasogastrik sebelum
Naikkan kepala 30-45 derajat setelah makan
Pencegahan aspirasi
dengan indikator :
-
Mengidentifikasi faktor – faktor resiko (5)
-
Menghindari faktor – faktor resiko (5)
-
Memilih makanan sesuai
dengan kemampuan menelan (5)
Keterangan : 1 = Tidak pernah dilakukan 2 = Jarang dilakukan 3 = Kadang – kadang dilakukan 4 = Sering dilakukan 5 = Dilakukan secara konsisten
3.6 Evaluasi
Hasil yang diharapkan setelah pasien Syok Neurogenik mendapatkan intervensi adalah sebagai berikut. Perfusi jaringan adekuat Curah jantung normal Hiperthermi teratasi
BAB 4 PENUTUPAN
4.1 Kesimpulan
Berhasil tidaknya penanggulangan syok tergantung dari kemampuan mengenal gejalagejala syok, mengetahui, dan mengantisipasi penyebab syok serta efektivitas dan efisiensi kerja kita pada saat-saat/menit-menit pertama pasien mengalami syok. Syok adalah gangguan sistem sirkulasi dimana sistem kardiovaskuler (jantung dan pembuluh darah) tidak mampu mengalirkan darah ke seluruh tubuh dalam jumlah yang memadai yang menyebabkan tidak adekuatnya perfusi dan oksigenasi jaringan. Syok terjadi akibat berbagai keadaan yang menyebabkan berkurangnya aliran darah, termasuk kelainan jantung (misalnya serangan jantung atau gagal jantung), volume darah yang rendah (akibat perdarahan hebat atau dehidrasi) atau perubahan pada pembuluh darah (misalnya karena reaksi alergi atau infeksi)
4.2 Saran Dengan mempelajari materi ini mahasiswa keperawatan yang nantinya menjadi seorang perawat professional agar dapat lebih peka terhadap tanda dan gejala ketika menemukan pasien yang mengalami syock sehingga dapat melakukan pertolongan segera. Mahasiswa dapat melakukan tindakan-tindakan emergency untuk melakukan pertolongan segera kepada pasien yang mengalami syock.
DAFTAR PUSTAKA
http://nuzulul-fkp09.web.unair.ac.id/artikel_detail-175797-Kep%20MuskuloskeletalAskep%20Syok%20Hipovolemik%20dan%20Neurogenik%20Part2.html#popup https://www.academia.edu/19304314/ISI_MAKALAH_SYOK_NEUROGENIK