PENERAPAN KURIKULUM INTERPROFESIONAL EDUCATION ( IPE ) SEBAGAI DASAR AWAL TERBENTUKNYA INTERPROFESIONAL COLABORATION
DI INDONESIA
Kesehatan merupakan salah satu hal yang paling penting dalam kehidupan manusia. Saat ini orang-orang yang bekerja di bidang kesehatan atau yang biasa disebut dengan praktisi kesehatan sangat dibutuhkan oleh masyarakat awam pada umumnya untuk menambah wawasan mereka terhadap masalah atau penyakit kesehatan yang pada dewasa ini sudah berkembang dengan sangat pesat. Hal ini memicu adanya sistem pendidikan yang baik bagi bakal calon praktisi kesehatan yang akan terjun ke masyarakat. Karena pentingnya praktisi kesehatan bagi masyarakat, maka pendidikan bagi calon praktisi atau tenaga kesehatan juga harus diperhatika karena Pendidikan adalah kunci untuk mengembangkan dan mengubah metode serta kualitas pelayanan kesehatan (Majumdar et al., 1998 cit Steinert, 2005). Mengingat sedikitnya jumlah praktisi kesehatan bauk di Indonesia tetapi juga hampir di seluruh dunia telah menjadi bumerang untuk dewasa ini. WorlD Health Organization atau WHO telah mengeluarkan suatu keluaran tentang Framework for Action on Interprofessional Education and Collaborative Practice. Global Health Workforce menjadi salah satu kebutuhan untuk memperkuat sistem kesehatan, yang membina kolaborasi kerja sama yang baik dan sukses serta dapat diaplikasikan ke dalam sistem kesehatan lokal. Penerapan dari hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah, praktisi atau tenaga kesehatan, dan masyarakat dunia.
Banyak hal yang menyebabkan adanya krisis dan masalah dalam bidang kesehatan. Adapun contoh yang dapat dilihat yaitu pertama, sekitar 4,3 juta praktisi atau tenaga kesehatan telah secara disepakati secara aklamatis sebagai penghalang terbesar untuk mencapai Millenium Development Goals yang berhubungan dengan masalah kesehatan. Kedua, masalah yang terjadi dalam skala nasional yaitu sentralisasi perencanaan kesehatan dalam kurun waktu yang panjang, berdampak pada ketidakberhasilan dalam usaha mencapai tujuan pembangunan kesehatan, yakni peningkatan status derajat kesehatan masyarakat. Ketiga, bahwa pelayanan kesehatan selama ini masih belum dapat berkolaborasi dan bekerjasama dengan baik, sehingga hasil yang didapat belum optimal dan mengeluarkan biaya yang tidak sedikit.
Dalam hal ini, perlu adanya inovasi, solusi, dan tranformasi sistem yang dapat menjamin suplai praktisi kesehatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Salah satu dari sekian banyak pilihan yang menjanjikan, adalah adanya Interprofessional Colaboration. Karena dengan adanya Interprofesional Colaboration atau Kolaborasi Interprofesi dinilai penting serta dapat meningkatkan kualitias dan efektivitas pada sistem pelayanan kesehatan di masyarakat. Kolaborasi interprofesi dalam pelayanan kesehatan terhadap masyarakat memiliki potensi yang komprehensif dalam hal menawarkan perawatan pasien dengan biaya yang sedikit atau hemat biaya dan adanya inovasi baru pada promosi kesehatan serta pencegahan penyakit di masyarakat. Kolaborasi interprofesi juga merupakan penerapan dari Undang-Undang Nomor 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah pada sektor kesehatan, yang isinya mengenai kebutuhan sebuah tim medis dalam pelayanan kesehatan. Tim yang dimaksud tidak hanya terdiri dari para dokter, tetapi juga terdiri dari beberapa praktisi kesehatan dari bidang-bidang yang terkait, seperti misalnya perawat, ahli gizi, fisioterapis, para teknisi kesehatan dan lain sebagainya.
Karena hal itulah, untuk menciptakan adanya Kolaborasi Interprofesi atau Interprofesional Colaboration khususnya di Indonesia, perlu adanya penerapan sistem atau kurikulum pendidikan bagi calon praktisi atau tenaga kesehatan yang mencakup mengenai Kolaborasi Interprofesi.
Pendidikan Interprofesi yang disebut Interprofesional education atau disingkat dengan IPE adalah sebuah inovasi yang sedang dikembangkan dan dalam dunia pendidikan profesi kesehatan baik di Indonesia ataupun di dunia. Interprofessional education merupakan suatu proses dimana sekelompok mahasiswa atau profesi kesehatan yang memiliki perbedaan latar belakang profesi melakukan pembelajaran bersama dalam periode tertentu, berinteraksi sebagai tujuan yang utama, serta untuk berkolaborasi dalam upaya promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan jenis pelayanan kesehatan yang lain (WHO, 1988).
Keberadaan IPE tidak dapat dilepaskan dari pencetusnya. Bermula dari ide besar Paulo Freira, dengan konsepsinya mengenai Pendidikan sebagai Praktek Pembebasan (Liberatory Education) dan Mangunwijaya dengan konsepsinya tentang Pendidikan Berbasis Realitas Sosial (Problem Possing Education), dapat kita temukan wadah/bentuk pendidikan sejati yang diimplementasikan dalam bentuk Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) dengan Problem Based Learning (PBL). Pendidikan para calon praktisi kesehatan telah sampai pada tahap kesadaran untuk menjadikan masalah sebagai bahan dalam pembelajaran. Namun, kita membutuhkan adanya kolaborasi yang tercipta dengan baik antar profesi kesehatan dengan disiplin ilmu yang berbeda dapat bekerja sama secara kolaboratif dalam sebuah tim. Tentu saja kerjasama ini nantinya akan memberikan efek yang baik dari kinerja KBK dan PBL dalam dunia pendidikan kesehatan kita.
Pendidikan Interprofesional atau Interprofessional Education bertujuan untuk menghasilkan kolaborasi tim praktisi kesehatan yang baik dalam pelayanan kesehatan. Interprofessional Education atau yang dalam bahasa Indonesia berarti Pendidikan Interprofesional, adalah model atau kurikulum pendidikan yang diterapkan untuk mencapai target kesehatan yang sesuai dengan Millenium Development Goals dan juga dapat menjadi aplikasi atau penerapan dari Undang-undang Nomor 22 tahun 1999. Interprofessional Education (IPE) tidak hanya melibatkan peserta didik tetapi juga para pendidik yang berasal dari dua atau lebih profesi kesehatan, yang nantinya secara bersama-sama akan menciptakan dan memelihara lingkungan belajar yang kolaboratif. Kerjasama antar anggota tim sangat penting dalam penyediaan layanan kesehatan. Pembagian tugas kerja antara tenaga medis, para perawat, dan anggota praktisi kesehatan mencerminkan bahwa seorang profesional yang dapat memberikan pelayanan kesehatan yang lengkap melainkan harus dikerjakan secara tim.
Interprofesional Education (IPE) sendiri memiliki banyak manfaat dan tujuan baik bagi para mahasiswa atau bagi pihak yang terlibat di dalamnya. Profesi-profesi kesehatan yang dihasilkan melalui melalui sistem pendidikan Interprofesional education (IPE) ini diharapkan mampu menjunjung tinggi profesionalisme dari masing-masing profesi kesehatan yang berbasis kolaborasi. Di sisi lain, Sistem pendidikan Interprofesional education (IPE) ini tidak akan berjalan lancar tanpa adanya dukungan dari SDM pendidik, sistem kurikulum, fasilitas, dan antusiasme para mahasiswa didalam penerapannya.
Adapun tujuan dari Interprofesional Education atau IPE bagi para calon sarjana kesehatan adalah untuk belajar bagaimana peran dalam tim interprofesional dan untuk menambah pengetahuan, keterampilan, dan nilai dalam praktik kerja masa depan mereka, yang pada akhirnya nanti menyediakan layanan kesehatan perawatan kepada pasien sebagai bagian dari sebuah tim interprofesional yang kolaboratif dan focus terhadap peningkatan hasil kesehatan pasien. Untuk tim interprofesional itu sendiri memiliki anggota yang terdiri dari profesi kesehatan yang berbeda dan memiliki pengetahuan khusus, keterampilan, dan kemampuan pada disiplin ilmunya masing-masing.
Adapun contoh dari penerapan Interprofesional Education dapat dilihat dari penelitian yang diakukan oleh Larson (1995) dan diperkuat penelitian lebih lanjut oleh American Association of Colleges of Nursing, pada tahun 1995 ditemukan bahwa 15% dari institusi pendidikan keperawatan dan kedokteran di Amerika Serikat berhasil melakukan program interdisiplin yang terdiri dari disiplin ilmu yang berbeda. Penelitian yang dilakukan Stewart et al. (2010) menujukkan bahwa setelah dilakukan workshop pendekatan interprofesional pengobatan pediatrik terhadap 48 mahasiswa kedokteran dan 20 mahasiswa keperawatan terdapat peningkatan pengetahuan dan kesadaran tentang keamanan pengobatan dan penyebab-penyebab kesalahan medikasi pada pediatrik. Mahasiswa melaporkan bahwa belajar membuat resep dan administrasi obat pada pediatrik akan lebih efektif jika dilakukan bersama profesi kesehatan dari disiplin ilmu lain dibandingkan dengan hanya dengan satu disiplin ilmu. Hal tersebut menjadi bukti pentingnya penerapan Interprofesional Education (IPE) untuk meningkatkan kemampuan kolaborasi antar profesional di bidang kesehatan.
Menurut CIHC (2009), manfaat dari Interprofessional Education antara lain dapat meningkatkan praktik antar praktisi kesehatan dari disiplin ilmu yang berbeda yang dapat meningkatkan pelayanan dan membuahkan hasil yang positif dalam melayani klien atau pasien; meningkatkan pemahaman tentang pengetahuan dan keterampilan yang memerlukan kerja secara kolaborasi; membuat lebih baik dan nyaman terhadap pengalaman dalam belajar bagi peserta didik; secara fleksibel dapat diterapkan dalam berbagai setting. Hal tersebut juga dijelaskan oleh WHO (2010) tentang salah satu manfaat dari pelaksanaan praktek IPE dan kolaboratif yaitu strategi ini dapat mengubah cara berinteraksi petugas kesehatan dengan profesi lain dalam memberikan perawatan.
Dengan penerapan sistem Interprofesional education (IPE) ini nantinya diharapkan berbagai profesi yang bergerak di bidang kesehatan mampu menumbuhkan kemampuan antarprofesi, mampu merancang hasil dalam pembelajaran sehingga menghasilkan kemampuan berkolaborasi, meningkatkan praktik pada masing-masing profesi dengan cara mengaktifkan peningkatan praktik kerja sehingga dapat saling melengkapi, membentuk suatu aksi secara bersama tim kolaborasi untuk meningkatkan pelayanan kesehatan dan menghasilkan perubahan; menerapkan analisis kritis untuk berlatih kolaboratif, adanya peningkatan hasil untuk individu, keluarga, dan masyarakat; menanggapi sepenuhnya kebutuhan masyarakat, para mahasiswa kesehatan dapat berbagi pengalaman dan memberikan kontribusi aktif untuk kemajuan dan sikap saling menghormati dalam belajar antarprofesi dalam menanggapi pertanyaan, baik yang terdapat di konferensi dan/atau melalui literatur atau referensi profesional dan antar profesi.
Namun, penerapan Interprofesional Education (IPE) di Indonesia baru memasuki tahap awal dan membutuhkan adanya kerjasama dari berbagai pihak dan berbagai bidang yang terdapat di dalam dunia pendidikan kesehatan. Untuk sosialisasi penerapan Interprofesional education (IPE) belum dapat menjangkau seluruh instansi pendidikan kesehatan yang ada yang ada di Indonesia. Dan di lain sisi, tenaga pendidik dalam Interprofesional education (IPE) masih belum memiliki kemampuan yang cukup/ mumpuni untuk penerapan sistem ini, serta adanya isu, masih adanya ego dari masing-masing profesi yang terlibat di dalam sistem ini yang sebagian masih tetap ada.
Untuk lebih fokus terhadap masalah ini, organisasi mahasiswa ilmu kesehatan yang terdiri dari Center for Indonesian Medical Students' Activities (CIMSA), Ikatan Senat Mahasiswa Kesehatan dan Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Gizi Indonesia (ILMAGI) Ikatan Lembaga Mahasiswa Ilmu Keperawatan Indonesia (ILMIKI), Masyarakat Indonesia (ISMKMI), Persatuan Mahasiswa Kedokteran Gigi Indonesia (PSMKGI), Ikatan Mahasiswa Kebidanan (IMABI), Ikatan Senat Mahasiswa Kedokteran Indonesia (ISMKI), Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia (ISMAFARSI), bersama-sama dengan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti), Kementrian Pendidikan Nasional (Kemendiknas) melalui Health Professional Education Quality (HPEQ) Project memandang perlu diadakannya pengkajian dan penelitian lebih lanjut terkait dengan penerapan sistem Interprofesional Education (IPE) terhadap para mahasiswa dan pendidik ilmu kesehatan di Indonesia. Adapun Kajian lebih lanjut yang akan dilakukan adalah berupa pengukuran kesiapan dan persepsi dari para mahasiswa dan para dosen pengajar ilmu kesehatan di Indonesia yang berasal dari 7 disiplin ilmu kesehatan yang berbeda terhadap sistem Interprofesional Education (IPE), mencari informasi mengenai harapan para mahasiswa dan dosen pengajar ilmu kesehatan di Indonesia terhadap metode pembelajaran Interprofesional Education (IPE) yang memungkinkan untuk diterapkan pada sistem pendidikan calon sarjana di Indonesia , serta menilai efektifitas pembelajaran Interprofesional Education (IPE) dengan cara melakukan simulasi terhadap sistem tersebut.
Dari uraian yang sudah dijelaskan dapat diketahui bahwa penerapan Interprofesional Education (IPE) sangat bermanfaat bagi para calon sarjana kesehatn di Indonesia terutama untuk menciptakan adanya Interprofesional Colaboration atau Kolaborasi Interprofesional antar praktisi kesehatan yang berasal dari disiplin ilmu yang berbeda. Semoga nanti sistem pembelajaran Interprofesional Education (IPE) ini dapat diterapkan sepenuhnya di Indonesia sehingga dapat menghasilkan kolaborasi antar praktisi kesehatan yang nantinya akan memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik kepada masyarakat.