Nama: Sania Anindita NPM: 1706983295 1706983295 Kelas: IPE 22 Kuis Flipped Classroom Modul Kolaborasi dan Kerjasama Tim Kesehatan 1 Tahun 2018 A. Tim medis reaksi cepat (TMRC)
1. Sebutkan peranan Tim Medis Reaksi Cepat (TMRC) dalam simulasi bencana RSUPN Dr. Cipto Mangunkusumo! Pada simulasi di video 1b, ditunjukkan adanya dua dokter TMRC yaitu TMRC wilayah dan TMRC pusat. Awal mula diberikannya code blue oleh perawat, dokter TMRC wilayah yang merupakan dokter umum yang bertugas dan mengatur keberlangsungan Sistem Reaksi Cepat di RSCM akan segera datang dan memeriksa kondisi pasien. Setelah itu, dokter TMRC wilayah akan menginformasikan kepada keluarga pasien mengenai tindakan yang akan dilakukan sebelum akhirnya melakukan tindakan berupa pertolongan pertama kepada pasien. TMRC pusat akan datang 0-5 menit setelah adanya panggilan. TMRC pusat setelah sampai ke lokasi akan menggantikan posisi dokter jaga yang pada awalnya merupakan pemimpin tindakan di ruangan pasien. Apabila setelah tindakan pasien tidak menunjukkan perbaikan, maka dapat disarankan untuk memindahkan pasien ke ICU namun harus dengan persetujuan keluarga. Apabila pemindahan dilakukan, pastikan pasien dalam keadaan sudah stabil. Setelah sampai di ICU untuk memberikan perawatan yang lebih intensif pada pasien, TMRC pusat akan mengevaluasi mengenai pertolongan yang diberikan agar dapat ada perbaikan pada pertolongan-pertolongan selanjutnya.
2. Sebutkan peranan perawat saat terjadi code blue! Code blue adalah suatu keadaan dimana pasien yang sedang dirawat di rumah sakit mengalami perburukan. Dalam hal ini, tentu perawat berperan besar sebarai profesi yang selalu mengamati perkembangan pasien dari waktu ke waktu. Apabila tanda-tanda adanya code blue mulai terlihat, maka perawat akan memberi kode kepada para tenaga kesehatan
lainnya dengan peralatan medis yang lengkap untuk segera datang. Peran perawat lebih khususnya lagi pada keadaan code blue adalah memeriksa tanda vital pada pasien berdasarkan tabel code blue yang terdiri dari beberapa komponen seperti airway, breathing, circulation, neurologic, dan komponen lainnya. Pasien bisa saja membaik setelah didatangkan tenaga kesehatan lain namun dapat juga tidak menunjukkan peningkatan sehingga dapat dipertimbangkan untuk diberikan perawatan intensif pada pasien seperti di ICU.
3. Dalam bentuk apakah kolaborasi Tim Medis Reaksi Cepat (TMRC) dengan Diklat RSCM dilaksanakan? TMRC telah berkoaborasi dengan tim diklat dalam mengadakan pelatihan bantuan hidup lanjut kepada 10 gelombang perawat (1.000 orang perawat). Telah dilakukan juga
pelatihan bantuan hidup dasar kepada 6.000 petugas medis dan non-medis. Terdapat juga pelatihan bantuan hidup lanjut anak dan pelaksanaan pelatihan bantuan hidup dasar dan bantuan hidup lanjut pada para dokter penanggung jawab pasien. 4. Sebutkan dua pihak yang berperan dalam pemantauan bulanan troli emergensi di TMRC!
Terdapat dua instrument yang ada di troli emergensi yaitu, obat dan alat kesehatan dan alat kedokteran. Dua instrument ini akan dipatau oleh pihak yang berbeda, obat dan alat kesehatan yang telah dipakai akan dicatat dan diserahkan kepada dokter di TMRC Unit, lalu akan dimasukkan kedalam peresepan elekrtonik yang di pantau oleh petugas farmasi dengan proses kurang dari 3 jam. Penyiapan kembali alat kedokteran akan dipantau oleh instalasi sterilisasi pusat oleh unit, setelah alat digunakan, alat tersebut harus didata dalam
nota lalu diantarkan ke pemantau yang ada, terdapat 2 pilihan yaitu menggunakan alat kedokteran cadangan atau diambil kembali oleh unit. 5. Apakah perbedaan antara kolaborasi yang terjadi pada TMRC Pusat, TMRC Wilayah, dan TMRC Unit? Perbedaan kolaborasi yang terjadi antara TMRC Pusat, TMRC Wilayah, dan TMRC Unit berada pada anggotanya. Anggota TMRC Pusat adalah dokter anestesi PPDS intermediate yang bertugas memimpin pertolongan. Anggota TMRC Wilayah adalah dokter umum yang bertugas saat terjadi code blue dan mnegatur keberlangsungan Sistem Reaksi Cepat.
Sementara itu, TMRC Unit terdiri atas dokter jaga ruangan dan perawat unit yang bertugas sebagai penanggungjawab pasien. Sebelum TMRC Pusat/Wilayah datang, TMRC unit harus membagi tugas. Skema pembagian tugasnya adalah dokter jaga unit/perawat unit yang berperan sebagai team leader sekaligus melakukan bantuan pernapasan/jalan napas, perawat 2 yang bertugas memberi kompresi dada (apabila dibutuhkan), perawat 3 yang bertugas memberikan obat dan IV line, serta
perawat
4
yang
bertugas
dalam
dokumentasi
dan
pencatatan
kronologis
kegawatdaruratan. Sementara itu, pembagian tugas saat code blue dengan tim lengkap akan berbeda. Team leader dipegang oleh TMRC Pusat/Wilayah, sementara dokter jaga unit/TMRC wilayah bertugas memberikan bantuan pernapasan/jalur napas. Tugas perawat 1 adalah memberikan bantuan jalan napas cepat, perawat 2 bertugas memberikan kompresi dada, perawat 3 bertugas memberikan pasokan obat-obatan, dan perawat 4 bertugas mendokumentasi kronologis kegawatdaruratan. Posisi troli emergensi juga harus diperhatikan, yaitu di antara perawat 3 dan 4 sehingga akan optimal dalam proses pertolongan. B. Penanggulangan TB berbasis tempat kerja
1. Faktor-faktor apa sajakah yang berperan penting untuk kolaborasi penanggulangan TB di tempat kerja?
Komitmen perusahaan untuk menanggulangi TB agar perusahaan mendukung program sehingga program dapat berjalan dengan baik
Dukungan asuransi untuk membiayai kontribusi pemeriksaan BTA di pu skesmas. Obat dapat gratis dari dinas kesehatan, namun untuk pemeriksaan laboratorium / BTA harus membayar uang kontribusi
Komitmen pemerintah untuk menanggulangi TB melalui dukungan pendanaan Global Fund
Tersedianya layanan pemeriksaan BTA yang sudah terakreditasi dan tersedia penyediaan obat TB di puskesmas
Fasilitas berkelanjutan dari LSM agar kolaborasi dapat terus berkelanjutan
2. Sebutkan faktor-faktor penyebab tingginya kasus TB d i Indonesia!
Kemiskinan
Ketidaktahuan
Pendidikan rendah
Sanitasi, perumahan, status gizi rendah
3. Kendala apa saja yang muncul dalam kolaborasi penanggulangan TB di tempat kerja?
Waktu
Komitmen Pimpinan Perusahaan
Belum terbukanya pekerja terhadap masalah TB
Masih ada sarana pelayanan kesehatan yang belum menerapkan DOTS
BPJS : layanan pasien TB dan data
Situasi politik
4. Jelaskan rangkaian kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan kolaborasi dengan perusahaan dalam penanggulangan tuberkulosis ditempat kerja!
1. Baseline survey
Karena kondisi para pekerja di perusahaan belum diketahui dengan tepat, maka dilakukan survey tentang sejauh mana karyawan perusahaan mengetahui tentang masalah TB. 2. Lobbying/Sosialisasi ke Perusahaan
Hasil survey dilaporkan ke perusahaan dan berusaha me mbuat perusahaan setuju untuk melakukan kegiatan ini. 3. Executive Brief
Dibuat sesi executive brief khusus dengan pimpinan untuk menjelaskan masalah TB. 4. Pelatihan 5. Penyuluhan & KIE 6. Penjaringan, Suspect, pemeriksaan BTA
Dari hasil penyuluhan, didoronglah karyawan dengan gejala TB melakukan pemeriksaan di klinik atau puskesmas.
7. Pengobatan, Konseling, dan Pengawasan Pengobatan
Karyawan yang positif terkena TB akan mendapatkan pengobatan. Kemudian agar karyawan paham tentang pentingnya pengobatan, maka dilakukan konseling sehingga mereka paham bahwa mereka harus erotab secara teratur. 8. Analisis Hasil
Dari pelaksanaan ini maka diperoleh data berapa orang yang terdeteksi terkena TB dan harus menjalani pengobatan.
5. Jelaskan skema kolaborasi dalam penanggulangan tuberrkulosis ditempat kerja!
PERUSAHAAN
INSTANSI
PERUSAHAAN
TERKAIT
ASURANSI
YAYASAN KUSUMA BUANA
Empat unsur dari skema kolaborasi penanggulangan TB di perusahaan yang terdiri dari perusahaan, perusahaan asuransi, instansi terkait, dan yayasan Kusuma buana bekerja sama dalam penanggulangan TB. Instansi terkait terdiri dari Apindo, Dinas Kesehatan, Dinas Tenaga Kerja, Puskesmas, dan Serikat Pekerja. Dalam sk ema tersebut, perusahaan asuransi berperan sebagai yang membiayai upaya-upaya dalam penanggulangan TB. Yayasan Kusuma Buana yang
merupakan LSM, menjadi fasilitator dalam kolaborasi penanggulangan TB, LSB berperan dalam memfasilitasi seperti memberikan konseling kepada karyawan atau tenag a kerja di perusahaan. Instansi terkait berperan sebagai pihak yang bekerja sama dalam menanggulangi TB pada tingkat pemerintahan seperti menyertakan Dinkes, Disnaker, dan Puskesmas.