kBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi (Efendy,1998). Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan skala prioritas dan rencana perawatan (Suprajitmo, 2004). Intervensi keperawatan keluarga atau perencanaan adalah proses menetapkan tujuan, mengidentifikasi sumber-sumber dalam keluarga untuktindakan keperawatan , membuat alternative-alternatif pendekatan kepada keluarga, merancang intervensi , dan menetapkan prioritas terapi keperawatan. Tujuan jangka panjang dalam asuhan keperawatan keluraga merupakan arah untuk menghilangkan penyebab atau etiologi. Tujuan jangka pendek ditetapkan melalui pelaksanaan lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan. Tahap intervensi dan evaluasi keperawatan merupakan tahap lanjut dari proses keperawatan keluarga. Setelah menyususn rencana keperawatan, perawat mencoba untuk mengimplementasikannya dalam bentuk tindakan secara nyata didalam keluarga dengan mengarahkan segala kemampuan profesional yang dimiliki untuk mendapatkan perubahan kondisi kesehatan keluarga yang lebih baik deri sebelumnya. Pada tahap intervensi, perawat diharapkan dapat memobilisasi sumber-sumber yang ada didalam dan diluar keluarga untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam rencana keperawatan. Kemampuan perawat dalam 1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian dari intervensi keperawatan keluarga 2. Apa saja Indikasi untuk intervensi keperawatan keluarga 3. Apa saja Tingkat intervensi keperawatan keluarga 4. Apa saja Klasifikasi intervensi keperawatan keluarga 5. Intervensi keperawatan keluarga spesifik 6. Apa saja perencanaan keperawatan keluarga 7. Apa saja hambatan-hambatan dalam intervensi keperawatan keluarga
1.3 Tujuan 1. Untuk mengetahui pengertian dari intervensi keperawatan keluarga
2. 3. 4. 5. 6. 7.
Untuk mengetahui indikasi intervensi keperawatan keluarga Untuk mengetahui tingkat intervensi keperawatan keluarga Untuk mengetahui klasifikasi intervensi keperawatan Untuk mengetahui intervensi keperawatan keluarga Untuk mengetahui perencanaan keperawatan keluarga Untuk mengetahui hambatan-hambatan dalam intervensu keperawatan keluarga
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Intervensi Keperawatan Keluarga Ada beberapa definisi intervensi keperawatan dalam literature. ANA’s social polyci statement (1995) mendefinisikan intervensi keperawatan keluarga sebagai tindakan perawat untuk kepentingan pasien, keluarga atau komunitas dengan tujuan untuk meningkatkan dan memperbaiki kondisi fisik, emosional, psikososial, spiritual, budaya serta lungkungan tempat mereka mencari bantuan. Selain itu, Bhuleck dan McCloskey (1994)mendefinisikan intervensi keperawatan sebagai penanganan perawatan langsung yang perawat lakukan untuk kepentingan klien. Intervensi keperawatan meliputi tindakan yang di prakarsai oleh perawat dan tindakan yang di prakarsai oleh dokter. Menurut Whrigt dan Bell (1994), intervensi keperawatan adalah tindakan atau drespon dari perawat yang meliputi hubungan tindakan terapeutik yang terjadi dalam konteks hubungan – perawat klien untuk mempengaruhi individu, keluarga dan fungsi komunitas yang merupakan tanggung jawab perawat. Intervensi keperawatan keluarga atau perencanaan adalah proses menetapkan tujuan, mengidentifikasi sumber-sumber dalam keluarga untuktindakan keperawatan , membuat alternative-alternatif pendekatan kepada keluarga, merancang intervensi , dan menetapkan prioritas terapi keperawatan. Tujuan jangka panjang dalam asuhan keperawatan keluraga merupakan arah untuk menghilangkan penyebab atau etiologi. Tujuan jangka pendek ditetapkan melalui pelaksanaan lima tugas keluarga dalam bidang kesehatan. Tahap intervensi dan evaluasi keperawatan merupakan tahap lanjut dari proses keperawatan keluarga. Setelah menyususn rencana keperawatan, perawat mencoba untuk mengimplementasikannya dalam bentuk tindakan secara nyata didalam keluarga dengan mengarahkan segala kemampuan profesional yang dimiliki untuk mendapatkan perubahan kondisi kesehatan keluarga yang lebih baik deri sebelumnya. Pada tahap intervensi, perawat diharapkan dapat memobilisasi sumber-sumber yang ada didalam dan diluar keluarga untuk mencapai tujuan yang diharapkan dalam rencana keperawatan. Kemampuan perawat dalam
mengimplementasikannya rencana keperawatan keluarga dihadapkan dengan berbagai factor-faktor yang ada di dalam keluarga, seperti keterbatasan pengetahuan keluarga, keterbatasan sumber daya dan dana keluarga, serta pengaruh sosial budaya masyarakat. Berbagai bentuk intervensi keperawatan keluarga dapat dilakukan mulai dari intervensi yang sederhana sampai kompleks yang memerlukan kemampuan khusus dalam berbagai tatanan kondisi kesehatan keluarga. Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam asuhan keperawatan keluarga, perawat perlu melakukan evaluasi terhadap asuhan keperawatan yang dapat dilaksanakan secara bertahap atau pada akhir asuhan keperawatan keluarga. Hasil evaluasi ini sangat bermanfaat sebagai bahan untuk pengambilan keputusan, apakah asuhan keperawatan keluarga perlu diakhiri atau di modifikasi terhadap rencana keperawatan yang telah disusun. 2.2 Indikasi Untuk Intervensi Keperawatan Keluarga Wright & Leahey dalam Friedman (1998) menganjurkan untuk melakukan intervensi keperawatan keluarga pada kondisi-kondisi berikut. 1. Adanya keluarga dengan suatu masalah yang berhubungan diantara anggota keluarga yang dipengaruhi. 2. Adanya anggota keluarga dengan penyakit yang memliki dampak yang merugikan secara nyata terhadap anggota keluarga yang lain. 3. Anggota keluarga mendukung permasalahan atau gejala pada individu 4. Salah satu anggota keluarga menunjukan perbaikan dari gejala, sedangkan anggota keluarga yang lain megalami kemunduran. 5. Seorang anggota keluarga didiagnosis penyakitnya untuk pertama kali 6. Perkembangan anak atau remaja secara emosional, tingkah laku, atau fisik dalam konteks anggota keluarga yang sakit. 7. Salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit kronis pulang atau pindah dari suatu institusi ke komunitas. 8. Anggota keluarga mengalami penyakit yang mematikan
2.3 Tingkat Intervensi Keperawatan Keluarga
Ada perbedaan tingkatan intevensi keperawatan keluraga yang berkenaan dengan kompleksitas intervensi keperawatan mereka. Wright & Leahey dalam Friedman (1998) menggambarkan adanya dua tingkat keahlian dalam keperawatan ekluarga, yaitu generalis dan spesialis. Menurut Wright & Leahey, konsep keahlian generalis memandang keluarga sebagai konteks untuk bekerja dengan pasien secra individual. Konsep keahlian spesialis memandang keluarga sebgaia unit asuhan dengan kompetensi wawancara kinik dan pengetahuan sistem teori keluarga, penelitian keluarga dan model pengkajian, serta intervensi keluarga. Freedman (1992) menyatakan bahwa lulusan DIII biasanya lebih efektif bekerja dengan keluarga sebagai unit. Untuk keluarga dengan permasalahan lebih kompleks, biasanya dirujuk ke spesialis. 2.4 Klasifikasi Intervensi Keperawatan Menurut Freeman dan Freedman (1998), secara umum, intervensi keperawatan dapat diklasifikasikan sebagai berikut. 1. Supplemental, perawat secara langsung memberikan pelayanan keperawatan yang tidak dapt di lakukan oleh keluarga. 2. Facilitativ. Perawat membantu mengatasi hambatan dari keluarga dalam memperoleh pelayanan medis, kesejahteraan sosial, transportasi, atau pelayanan perawatan kesehatan dirumah. 3. Developmental. Perawat membantu keluarga untuk menolong diri sendiri sesuai kemampuan (misalnya, meningkatkan kemampuan perawat diri dalam keluarga dan tanggung jawab diri sendiri). Perawat juga membantu keluarga untuk memanfaatkan fasilitas kesehatan yang bersumber dari diri sendiri, seperti dukungan sosial internal dan ekternal.
Tabel intervensi keluarga dan definisi aktivitas Label Dukungan keluarga Mempertahankan proses
Definisi Aktifitas Meningkatnya minat keluarga dan tujuan Meminimalkan efek gangguan proses keluarga
keluarga Promosi integritas keluarga Keterlibatan keluarga Mobilitas keluarga
Meningkatkan daya ikat dan kesatuan keluarga Partisipati keluarga dalam perawatan fisik dan emosi pasien Penggunaan kekuatan keluarga yang memengaruhi kesehatan pasien melalui petunjuk positif Interaksi dengan keluarga sebagai agen pengubah yang
Terapi keluarga
bergerak menuju cara hidup yang lebih produktif Meningkatkan keterlibatan saudara kandung pada saat
Dukungan saudara kandung
saudara laki-laki atau perempuan mengalami sakit Penyedian bantan untuk orang tua dalam memahami dan
Dukungan orang tua,remaja
membantu anak-anak remajanya
2.5 Intervensi keperawatan keluarga spesifik Strategi intervensi spesifik pelayanan kesehatan yang profesional di dalam keluarga bergantung pada tingkatan fungsi keluarga. Selanjutnya, bentuk intervensi keperawatan khusus adalah sebagai berikut : 1. Modifikasi tingkah laku 2. Kontrak 3. Manajemen kasus, meliputi koordinasi dan advokasi 4. Kolaborasi 5. Konsultasi 6. Konseling, meliputi dukungan, umapn balik kognitif, intervensi krisis, dan bekerja dalam kelompok. 7. Strategi pemberdayaan 8. Modifikasi lingkungan 9. Advokasi keluarga 10. Modifikasi gaya hidup, meliputi manajemen stres 11. Hubungan antartetangga (misalnya, dasawisma) yang meliputi penggunaan swabantu dan dukungan sosial. 12. Merujuk 13. Model peran
14. Peran tambahan , misalnya peran sebagai kader kesehatan , pokjakes, PKK, dan posyandu 15. Strategi pengajaran 16. Klarifikasi nilai-nilai 2.6 Perencanaan Keperawatan Keluarga Perencanaan adalah sekumpulan tindakan yang ditentukan perawat untuk dilaporkan dalam memecahkan masalah kesehatan dan keperawatan yang telah diidentifikasi (Efendy,1998). Penyusunan rencana perawatan dilakukan dalam 2 tahap yaitu pemenuhan skala prioritas dan rencana perawatan (Suprajitmo, 2004). a. Skala prioritas Prioritas didasarkan pada diagnosis keperawatan yang mempunyai skor tinggi dan disusun berurutan sampai yang mempunyai skor terendah. Dalam menyusun prioritas masalah kesehatan dan keperawatan keluarga harus didasarkan beberapa criteria sebagai berikut : 1. Sifat masalah (actual, risiko, potensial) 2. Kemungkinan masalah dapat diubah 3. Potensi masalah untuk dicegah 4. Menonjolnya masalah Skoring dilakukan bila perawat merumuskan diagnosa keperawatan telah dari satu proses skoring menggunakan skala yang telah dirumuskan oleh Bailon dan Maglay (1978) dalam Effendy (1998). Proses scoring dilakukan untuk setiap diagnosa keperawatan :
Tentukan skornya sesuai dengan kriteria yang dibuat perawat Skor dibagi dengan angka tertinggi dan dikaitkan dengan bobot Jumlahkan skor untuk semua criteria Skor tertinggi berarti prioritas (skor tertinggi 5)
b. Rencana Langkah pertama yang dilakukan adalah merumuskan tujuan keperawatan. Tujuan dirumuskan untuk mengetahui atau mengatasi serta meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel, pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan sekunder, dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan tersier (Anderson & Fallune, 2000).
Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Tujuan jangka panjang mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di keluarga. Sedangkan penetapan tujuan jangka pendek mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi yang berorientasi pada lima tugas keluarga. Adapun bentuk tindakan yang akan dilakukan dalam intervensi nantinya adalah sebagai berikut : 1. Menggali tingkat pengetahuan atau pemahaman keluarga mengenai masalah 2. Mendiskusikan dengan keluarga mengenai hal-hal yang belum diketahui dan meluruskan mengenai intervensi/interpretasi yang salah. 3. Memberikan penyuluhan atau menjelaskan dengan keluarga tentang faktor-faktor penyebab, tanda dan gejala, cara menangani, cara perawatan, cara mendapatkan pelayanan kesehatan dan pentingnya pengobatan secara teratur. 4. Memotivasi keluarga untuk melakukan hal-hal positif untuk kesehatan. 5. Memberikan pujian dan penguatan kepada keluarga atas apa yang telah diketahui dan apa yang telah dilaksanakan. Tahap berikutnya setelah menemukan diagnosis keperawatan keluarga adalah melakukan perencanaan. Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin dicapai serta rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ada. Tujuan dirumuskan untuk mengatasi atau meminimalkan stressor dan intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan. Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan sekunder dan pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan resisten (Anderson & Farlane, 2000) Tujuan terdiri dari tujuan jangka panjang dan tujuan jangka pendek. Penetapan tujuan jangka panjang (tujuan umum) mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di keluarga, sedangkan penetapan tujuan jangka pendek (tujuan khusus) mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi (E). Tujuan jangka pndek harus SMART (S = spesifiks, M = measurable / dapat di ukur, A = achievable / dapat dicapai, R = reality, T = time limited / punya limit waktu). Contoh pembuatan rencana keperawatan keluarga seperti tabel 2.3. Tabel 2.3 Rencana Keperawatan Keluarga Bapak A DIAGNOSIS KEPERAWATAN
Gangguan rasa nyaman, nyeri haid pada keluarga
TUJUAN
Tujuan umum: Setelah dilakukan
KRITERIA EVALUASI
STANDAR EVALUASI
RENCANA INTERVENSI
Bapak A khususnya Anak L berhubungan dengan ketidakmampuan keluarga merawat anggota keluarga yang mengalami nyeri haid.
tindakan keperawatan selama 6 minggu, diharapkan nyeri haid berkurang
Tujuan khusus : Setelah pertemuan 6x45 menit, keluarga mampu : 1. Mengenal masalah nyeri haid dengan : a. Menjelaskan apa yang dimaksud nyeri haid b. Menjelaskan tanda/gejala haid
c. Menjelaskan penyebab nyeri haid
Respon verbal
Haid adalah peristiwa meluruhnya lapisan dinding rahim yang banyak mengandung pembuluh darah
Diskusikan dengan keluarga pengertian haid. Anjurkan keluarga untuk mengungkap kembali pengertian haid.
Respon verbal
Menyebutkan 5 dari 8 tanda/gejala yang terjadi sebelum haid, malas beraktivitas, lemas, mudah lelah, emosi labil, kram perut, nyeri kepala, pingsan, sakit pada payudara Menyebutkan 3 dari 4 penyebab nyeri haid : Hormon, posisi rahim, penyakit infeksi rahim, faktor psikis seperti stress
Diskusikan tanda dan gejala yang biasanya terjadi pada anak L. Anjurkan keluarga untuk menyebutkan kembali tanda sebelum haid.
Respon verbal
Beri pujian atas jawaban yang benar. Diskusikan bersama keluarga penyebab nyeri haid. Motivasi keluarga untuk mengulang kembali penyebab nyeri haid. Jelaskan kembali
2. Mengambil keputusan untuk mengatasi masalah nyeri haid: a. Menjelask an akibat yang terjadi bila nyeri haid tidak diatasi. b. Mengambi l keputusan untuk mencegah nyeri haid agar tidak bertambah parah
Respon verbal
Menyebutkan akibat bila nyeri haid tidak diatasi seperti syok, TD/N/RR, meningkat.
Respon verbal
Keputusan keluarga untuk mengatasi nyeri haid agar tidak bertambah berat
3. Merawat Respon keluarga verbal dengan nyeri : a. Menjelask an cara perewatan nyeri haid
tentang hal-hal yang telah didiskusikan. Identifikasi akibat nyeri haid yang lalu. Motivasi keluarga untuk mengungkapkan kembali akibat nyeri haid bila tidak diatasi.
Diskusikan dengan keluarga tentang rentangan nyeri yang dialami remaja untuk mengambil keputusan selanjutnya. Gali pendapat keluarga bagaimana cara mengatasi nyeri haid
1. 2. 3. 4.
Cara perawatan nyeri haid : Kompres dengan air hangat Mandi air hangat Minum hangat Kurangi makan
Motivasi keluarga untuk memutuskan mengatasi nyeri haid secara cepat. Beri reinforcement atas keputusan yang diambil keluarga Gali pengetahuan keluarga dalam mengatasi nyeri haid. Diskusikan dengan keluarga cara perawatan nyeri
5. 6.
7.
8.
9.
b.Mendemonstr asikan cara perawatan nyeri haid
Respon psikomotor
beragam Posisi menungging Menggosok pinggang/perut yang sakit Kurangi makanan yang mengandung cafein/coklat Minum air putih, juice buahbuahan, teh chamomile Jika banyak mengeluarkan darah, makan suplemen zat besi Meluarga mendemonstrasik an kembali cara perawatan nyeri haid seperti yoga, imagery guidence, tehnik nafas dalam, relaksasi, obat tradisional. Keluarga dapat menilai keberhasilan pelaksanaan tindakan yang dilakukan dengan menggunakan self control yang disediakan dengan mengobservasi adanya penurunan
haid. Motivasi keluarga untuk mengungkapkan kembali apa yang telah disampaikan.
Demontrasikan cara perawatan nyeri haid seperti yoga, imagery guidance, nafas dalam, relaksasi, obat tradisional. Motivasi keluarga redemontrasi. Beri pujian positif atas upaya keluarga dalm menilai keberhasilan terapi modalitas yang dilakuakn.
4. Keluarga mampu memodifikasi lingkungan dalam perawatan nyeri haid:
Respon verbal
5. Keluarga mampu memanfaatka n pelayanan kesehatan bila nyeri haid berlanjut : a. Menyebutk an manfaat fasilitas kesehatan.
Respon verbal
denyut nadi, penurunan skala nyeri dan lamanya nyeri terjadi. Menciptakan suasana rumah yang tenang, kembangkan komunikasi yang terbuka, menyediakan waktu dan menjadi pendengar yang baik bagi remaja. Menjelaskan manfaat fasilitas kesehatan yang dapat digunakan untuk mengatasi nyeri bila haid berlanjut.
Diskusikan dengan keluarga tentang lingkungan dan komunikasi yang efektif untuk mengurangi nyeri haid. Beri kesempatan keluarga untuk bertanya tentang hal yang belum jelas. Klarifikasi pengetahuan keluarga tentang manfaat fasilitas kesehatan. Diskusikan dengan keluarga tentang manfaat pelayanan kesehatan. Anjurkan keluarga untuk periksa ke pelaynaan kesehatan bila haid lebih dari 1 kali sebulan dengan jumlah banyak dan rasa nyeri hebat. Tanyakan perasaan keluarga setelah mengunjungi fasilitas kesehatan.
Respon psikomotor b.
Memanfaat kan fasilitas pelayanan kesehatan
Kunjungan keluarga ke fasilitas kesehatan bila haid lebih dari satu kali sebulan.
2.7 Hambatan-Hambatan Dalam Intervensi Keperawatan Keluarga Menurut Bailon & Maglaya (1978), ada berbagai hambatan yang sering dihadapi perawat dalam melakukan intevensi keperawatan keluarga. Hambatan-hambatan ini dapat disebabkan oleh beberapa faktor berikut : 1. Informasi yang diperoleh keluarga mungkin kurang atau keliru 2. Informasi yang diperoleh oleh keluarga tidak menyeluruh sehingga keluarga hanya melihat sebagian dari masalah. 3. Keluarga memperoleh informasi yang diperlukan, tetapi mereka tidak dapat mengaitkan 4. 5. 6. 7. 8.
dengan situasi mereka. Keluarga tidak mau menghadapi situasi Anggota-aggota keluarga tidak mau melawan tekanan dari keluarga atau sosial. Keluarga ingin mempertahankan suatu pola tingakh laku Kegagalan dalm mengaitkan antara tindakan dan sasaran keluarga Keluarga kurang percaya terhadap tindakan yang diusulkan. BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Keluarga adalah bagian terkecil dari masyarakat. Selain itu keluarga juga mempunyai tahap perkembangan salah satunya keluarga dengan anak dewasa pertengahan. Kondisi keluarga usia dewasa pertengahan berkisar antara usia 40-60 tahun dan anak terakhirnya telah meninggalkan rumah atau sudah menikah. Tugas yang harus terpenuhi pada keluarga dengan usia ini adalah mampu menyediakan lingkungan yang meningkatkan kesehatan, mempertahankan hubungan-hubungan yang memuaskan dan penuh arti dengan para orangtua lansia dan anak-anak, memperkokoh hubungan perkawinan.
Peran perawat keluarga dengan anak usia dewasa pertengahan adalah pelayanan kesehatan yang ditujukan pada keluarga sebagai suatu inti pelayanan untuk mewujudkan keluarga sehat serta membantu keluarga untuk menyelesaikan masalah kesehatan dengan cara meningkatkan kesanggupan keluarga melakukan fungsi dan tugas perawatan kesehatan keluarga. Selain itu peran atau tugas perawat yang lain ialah sebagai pendidik, coordinator, pelaksanaan, pengawas kesehatan, konsultan, kolaborasi, fasilitator, penemu kasus, modifikasi lingkungan. 3.2 Saran 1. Perawat Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan, hal pertama yang harus dilakukan adalah membangun hubungan saling percaya dengan didasarkan sifat empati bukan simpati, dan mengetahu tugas perkembangan keluarga khususnya keluarga dengan 2.
anak usia dewasa pertengahan. Keluarga Keluarga memahami tugas perkembangan khususnya pada keluarga dengan usia dewasa pertengahan dan mampu mengaplikasikannya terhadap keluarganya.
DAFTAR PUSTAKA