2. 1. DEFINISI.
Should Shoulder er imping impingeme ement nt adalah adalah menyem menyempit pitny nyaa celah celah dianta diantara ra acromio acromion n dan tube tubero rosit sitas as mayo mayorr caput caput hume humeru russ sehin sehingg ggaa meny menyeb ebabk abkan an inser inserti tio o dari dari tend tendon on supr suprasp aspin inat atus us,, bice biceps ps caput caput long longum um serta serta bursa bursa suba subacr crom omial ialis is pada pada shou should lder er (Shoulder impingement ) terjepit. terjepit. Sedangkan Sedangkan syndrome syndrome adalah kumpulan kumpulan dari gejalagejala. gejala. Maka Maka jika jika dihubu dihubungk ngkan, an, shoulder impingement syndrome adalah kumpulan dari gejala-gejala akibat dari menyempitny menyempitnyaa celah diantara acromion dan tuberositas tuberositas mayor mayor caput caput humeru humeruss sehingg sehinggaa menye menyebab babkan kan inserti insertio o dari dari tendon tendon suprasp supraspina inatus tus,, biceps caput longum serta bursa subacromialis pada shoulder terjepit (Aimie, Beth, dkk, 2!).
2.2. ETIOLOGI.
Should Shoulder er imping impingeme ement nt syndro syndrome me terjadi terjadi apabil apabilaa rotato rotatorr cu"" cu"" atau atau bursa bursa mengal mengalami ami perada peradanga ngan n yang yang bisa bisa diseba disebabka bkan n oleh oleh penggu penggunaa naan n berleb berlebiha ihan n atau atau cedera. cedera. #edera #edera paling paling sering sering terjadi terjadi pada pada orang orang yang yang melak melakuka ukan n geraka gerakan n keatas keatas mele$ati kepala secara berulang-ulang (abduksi)
2. 3. DIAGNOSIS. 2. 3. 1. Anamnesis.
%ada penderita shoulder impingement syndrome, nyeri merupakan gejala yang paling umum ditemukan. &ipe nyeri biasanya terjadi pada malam hari dan nyeri pada $aktu siang hari berhubungan dengan penggunaan berlebihan pada bahu. 'arakteristik nyeri pada shoulder impingement syndrome adalah nyeri yang hebat pada antero-posterior dan lateral bahu, sepanjang deltoid dan area biceps. 'elemahan dan kaku sendi bahu merupakan gejala nomor dua setelah nyeri.
2. 3. 2. Pemeriksaan fisik
Shoulder impingement syndrome roen shoulder merupakan gangguan pada bursa atau tendon rotator cu"". %ada pemeriksaan "ungsi gerak dasar (%*+) akti", pasi" dan isometrik abduksi bahu maka akan ditemukan nyeri meningkat akibat adanya pro"okasi pada jaringan subacromial yang mengalami peradangan. Selain itu ada pemeriksaan khusus Neer impingement sign (passive painful arc manuever). %rinsip test ini adalah memaksa tuberkulum major untuk mendekat ke acromion anterior. Merotasikan tendon rotator cu"" posterior (in"raspinatus dan teres minor) ke ba$ah acromion. %emeriksaan ini juga dapat digunakan untuk menentukan derajat impingement (Solomon et al., 2) Neer impingement sign: . Mengekstensikan siku lengan dengan penuh. 2. Merotasikan lengan ke arah dalam (rotasi interna) dengan posisi ibu jari menyentuh sisi dari kaki. . Secara pasi" pemeriksa mem"leksikan bahu penderita secara perlahan keatas hingga mencapai sudut o. +erajat impingement dinilai jika penderita merasakan nyeri pada derajat ke / (ringan), derajat ke 0-! (sedang), derajat ke 1 3 (berat). Selain itu ada juga pemeriksaan khusus lainnya Hawkin impingement sign. %rinsip test ini adalah menusuk tendon agar mendekat ke lengkung coracoacromial. Hawkin impingement sign: . 4engan di "leksikan ke arah depan hingga / o. 2. Siku di "leksikan hingga /o. . %emeriksa memegang siku pasien dengan satu tangan dan tangan lainnya memegang pergelangan tangan pasien.
. Secara pasi" pemeriksa merotasikan bahu ke arah luar (rotasi eksterna). (mendekatkan m. Subscapularis ke lengkung coracoacromial) 3. Secara pasi" pemeriksa merotasikan bahu ke arah dalam (rotasi interna). (mendekatkan m. Supraspinatus, m. &eres minor dan m. 5n"raspinatus) 5nterpretasi6 7yeri yang dirasakan saat bahu dirotasikan menunjukkan otot rotator cu"" mana yang terkena.
*ambar 2. 7eer 5mpingement Sign dan 8a$kins Sign
2. 4. DIAGNOSIS BANDING. 2. 4. 1. BURSITIS.
9mumnya merupakan akibat dari trauma, degenerati", deposit kalsium dari :rotator cu"":. Bursa subakromion yang paling sering terkena, kemudian subdeltoid. %ada gerakan akti" abduksi terbatas. +idaerah tersebut dijumpai nyeri tekan. *ambaran radiologis, terdapat perubahan pada tulang, deposit kalsium ,atau pelebaran bursa.
2. 4. 2. RUPTUR DARI ROTATOR CUFF.
;tiologi 6 adanya trauma akut, kronis atau idiopatik. *ambaran klinis 6 bila ruptur total maka timbul nyeri hebat, sedangkan bila parsial maka nyeri bersi"at ringan. +rop arm tes positi", yaitu lengan sukar di abduksikan secara akti" (secara pasi" dapat dikerjakan) tetapi dengan tahanan yang ringan saja lengan akan jatuh keba$ah.
2. 4. 3. TENDINITIS BISIPITALIS.
%enyebabnya adalah iritasi dan in"lamasi tendon biseps. %ada umumnya penderita mengeluh nyeri bahu sepanjang otot biseps yang menjalar kelengan ba$ah, nyeri tekan pada daerah sulkus bisipitalis. &es spesi"ik < &es =ergason menunjukkan tanda yang positi". 4engan dalam posisi abduksi dan "leksi pada siku, lakukan eksorotasi dari lengan ba$ah serta diberi tahanan, maka rasa sakit akan timbul pada tendon biseps.
2. . PENATALA!SANAAN. 2. . 1. !ONSER"ATIF.
5mpingement syndrome biasanya di terapi secara konser>ati". 7amun untuk beberapa kasus perlu dilakukan arthroscopic surgery atau open surgery. &erapi konser>ati" meliputi istirahat, penghentian akti"itas yang menyakitkan, dan terapi "isik. %engobatan terapi "isik biasanya akan "okus pada mempertahankan Range of movement , meningkatkan postur, memperkuat otot bahu, dan mengurangi rasa sakit. ?bat-obatan 7SA5+ dan kompres es dapat digunakan untuk menghilangkan rasa sakit. *abungan terapi suntikan kortikosteroid dan anestesi lokal dapat digunakan untuk impingement syndrome yang persisten. 7amun jumlah total suntikan umumnya dibatasi maksimal tiga kali karena kemungkinan e"ek samping dari kortikosteroid tersebut (Solomon et al,. 2).
La#i$an mem%er#a$ankan Ran&e 'f (')emen#
*ambar . @eighted ?M #odman pendulum stretch
La#i$an *en&an ')er $ea* %+,,e-s ka#r', /.
Bila diajarkan dengan benar, sistem katrol sangat e"ekti" untuk membantu mencapai lingkup gerak sendi bahu dengan penuh. %eralatan 6 dua buah katrol digantungkan pada tiang dengan seutas tali dihubungkan dengan kedua katrol tersebut. 'edua ujung tali diberi alat agar tangan dapat menggenggam dengan baik. %osisi penderita bisa duduk, berdiri atau berbaring telentang dengan bahu terletak diba$ah katrol tersebut. +engan menarik tali pada salah satu sisi tali yang lain akan terangkat. Sendi siku diusahakan tetap dalam posisi ekstensi dan penderita tidak boleh mengangkat bahu maupun mengangkat tubuh. *erakan dilakukan perlahan-lahan ( gambar ).
*ambar 6 4atihan dengan o>erhead pulley ( katrol ).
La#i$an +n#+k mem%erk+a# '#'# 0a$+
*ambar 3. 4atihan Memperkuat ?tot Bahu
La#i$an menin&ka#kan P's#+re
*ambar 0 6 4atihan meningkatkan %osture.
2. . 2. OPERATIF.
&erapi operati" (? pen Surgery 6 nterior cromioplasty dan !oracoacromial "igamen Ressection) dan ( rthroscopic : cromioplasty). 7amun jika dengan terapi koser>ati" tidak ada perbaikan selama 0 bulan maka boleh dilakukan terapi operati". (Solomon et sl., 2)
+a"tar pustaka
Aimie, Beth, et al, 2! #!omparasion of $anual %herapy %echni&ues with %herapeutic 'ercise in the %reatment of Shoulder mpingement#, A andomied #ontrolled %ilot #linical, &he ournal o" Manual C manipulati>e &herapy, Dol 0, 7o . Allen ;. ongemie, M+., +aniel +. Buss, M.+., dand Sharon . olnick, %h.+., Minneapolis, Minnesota. //. Management o" Shoulder 5mpingement Syndrome and otator #u"" &ears. American
Academy
o"
amily
%hysicians.
8al6
00!-0!.
http6EE$$$.aa"p.orgEa"pE//E23Ep00!.html Solomon, @ar$ick et al, 2 :ApleyFs System o" ?rthopaedic and ractures /th edition :.8odder Arnold64ondon. pp -!