22
2
2
IDENTIFIKASI STRATEGI RESIKO
(STUDI KASUS PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk)
Disusun Oleh :
Angga Irfani Aham
Elga Desiliana
Hendry Fitriansyah
Maria Wulandari
Dewi Muntohharoh
Jurusan Akuntansi
UNIVERSITAS TRILOGI
JAKARTA
2014
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.......................................................................................... 2
BAB I : PENDAHULUAN................................................................... 3
Latar Belakang................................................................................... 3
Rumusan Masalah............................................................................... 6
BAB II : LANDASAN TEORI............................................................. 7
BAB III : PEMBAHASAN.................................................................... 12
3.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran dari
PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk................................................... 12
3.2 Resiko Operasi yang mungkin dihadapi oleh PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk di masa mendatang...................................................................... 13
3.3 Penyebab kerugian dan penurunan
PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk.................................................... 14
3.4 Belief System maupun Strategic Boundry System yang dilakukan PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk...................................................................... 16
BAB IV : PENUTUP................................................................................ 20
4.1 Kesimpulan............................................................................................ 20
DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 21
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
PT Elang Mahkota Teknologi merupakan perusahaan yang bergerak di bidang media dan siaran. Selain itu, EMTEK juga menjalankan usaha dalam bidang perdagangan umum, perindustrian, jasa, pembangunan, pertambangan, percetakan, agrobisnis, dan transportasi. Pada tahun 1983, Emtek didirikan oleh Eddy Kusnadi Sariaatmadja sebagai perusahaan layanan komputer pribadi dan pernah menjadi distributor produk Compaq di Indonesia. Bisnis Emtek berkembang pesat. Emtek menguasai Surya Citra Media (induk SCTV) melalui PT. Abhimata Mediatama sejak 2001. Pada 2008, SCM dikuasai langsung oleh Emtek. Pada 1 Agustus 2004, Emtek bersama PT Mugi Rekso Abadi mendirikan stasiun televisi lokal Jakarta yakni O Channel yang memfokuskan siarannya di wilayah Jabodetabek dan pada tahun 2009, Kepemilikan O Channel telah 100 persen dimiliki oleh Emtek.
Pada 1 Agustus 2010, Emtek meluncurkan rumah produksi Screenplay Productions. Pada 13 Mei 2011, Emtek resmi membeli saham Indosiar Karya Media 27,24% dari PT. Prima Visualindo. Pada akhir penawaran tender wajib, Emtek resmi menguasai Indosiar dengan saham 84,77%. Pada November 2011 Emtek berhasil meluncurkan televisi berlangganan bermerek Nexmedia. Nexmedia sendiri adalah televisi berlangganan yang bisa dipasang dengan antena televisi biasa. Pada 6 Mei 2013, Emtek resmi bergabung dengan Indosiar Karya Media dengan penggabungan inilah yang menyebabkan perusahaan ini menguasai SCTV dan Indosiar yang diperusahaan oleh Surya Citra Media.
Grup Emtek mencatat pertumbuhan kuat sebesar 432,0% dalam pencapaian laba bersih pada tahun 2012 terutama ditopang oleh bisnis intinya di bidang media dan siaran televisi, serta keuntungan dari penjualan saham Entitas Anak, SCM dan IDKM. Laporan Tahunan ini menjabarkan tren pertumbuhan Grup Emtek yang menjanjikan, melalui bidang usaha siaran televisi, khususnya SCTV, Indosiar, O Channel, dan NexMedia. Emtek menyelenggarakan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada bulan Januari 2012 untuk menyetujui pemakaian beberapa aset tertentu Perseroan sebagai jaminan atas fasilitas pinjaman bank senilai Rp2,5 triliun. Emtek mendirikan studio animasi pertama yang mengkhususkan pada produk animasi visual, PT Animasi Kartun Indonesia, untuk menangkap pasar animasi yang besar yang belum disentuh di Indonesia saat ini. Emtek meluncurkan KMK Online, versi dot-com dari program berita SCTV yang populer, Liputan-6. Peyajian secara online dari Liputan6 dibawah naungan entitas anak Grup yaitu PT Kreatif Media Karya.
Pada umumnya tujuan dilakukannya merger dan akuisisi adalah mendapatkan sinergi atau nilai tambah. Nilai tambah yang dimaksud adalah lebih bersifat jangka panjang dibanding nilai tambah yang bersifat sementara saja. Oleh karena itu, ada tidaknya sinergi suatu merger dan akuisisi tidak bisa dilihat sesaat setelah merger dan akuisisi itu terjadi, tetapi diperlukan waktu lebih dari satu tahun untuk melihat hasilnya. Sinergi yang terjadi sebagai akibat dari penggabungan usaha bisa berupa turun naiknya skala ekonomis, maupun sinergi keuangan yang berupa kenaikan modal. PT. Indosiar Karya Media Tbk. (IDKM) yang mengelola stasiun televise berniat melakukan penggabungan usaha atau merger dengan dua perusahaan sejenis, yaitu PT. Elang Mahkota Teknologi Tbk. (EMTK) dan PT. Surya Citra Media Tbk. (SCMA) sempat terganjal dengan berbagai macam masalah, mulai dari melanggar UU penyiaran, UU persaingan usaha dan lain- lain. Berita penggabungan usaha tersebut sempat membuat Bursa Efek Indonesia menghentikan sementara perdagangan saham atas saham IDKM, SCMA dan EMTEK pada tanggal 22 Februari 2011 terkait dengan rencana penggabungan ketiga perusahaan tersebut mengalami kenaikan saham yang dinilai tidak wajar oleh Bursa Efek Indonesia.
Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) menilai akuisisi yang dilakukan IDKM, SCMA dan IDKM melanggar UU No. 32 Tahun 2002 mengenai penyiaran. Sebagaimana ditegaskan melalui pandangan hokum KPI atas rencana aksi korporasi PT. Indosiar Karya Media Tbk. oleh PT. Elang Mahkota Teknologi Tbk. tanggal 8 Juni 2011 memungkinkan potensi pelanggaran peraturan perundangundangan bidang penyiaran yakni UU No. 32 Tahun 2002 mengenai penyiaran dan Peraturan Pemerintah No. 50 Tahun 2005.
Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) tidak ketinggalan mengeluarkan pendapat atas aksi korporasi tersebut. Pendapat KPPU dengan nomor A11911 mengenai pengambilalihan saham perusahaan PT. Indosiar Karya Media Tbk. oleh PT. Elang Mahkota Teknologi Tbk. yang memberikan kesimpulan berdasarkan UU Nomor 5 Tahun 1999 tentang Larangan Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat jo PP Nomor 57 Tahun 2010 tentang Penggabungan atau Peleburan Badan Usaha dan Pengambilalihan Saham Perusahaan yang Dapat Mengakibatkan Terjadinya Praktik Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak Sehat dan Peraturan Komisi No. 10 Tahun 2011 menilai bahwa pengambilalihan saham IDKM oleh EMTEK tidak terdapat dugaan adanya praktik monopoli atau persaingan usaha tidak sehat yang diakibatkan oleh pengambilalihan saham tersebut.
Berdasarkan pemaparan diatas, terlihat bahwa strategi PT. Elang Mahkota Teknologi untuk meningkatkan pengambilalihan bisnis media informasi dapat juga meningkatkan resiko bagi perusahaan dan akan berdampak pada keseuruhan kegiatan bisnis perusahaan. Oleh karena itu, penulis akan memaparkan analisis strategi dan resiko-resiko PT. Elang teknologi tersebut agar strategi yang ditetapkan dapat tercapai dan resiko tersebut dapat diminimalisir atau bahkan dihindari.
Rumusan Masalah
Apa Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran dari PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk ?
Apa Resiko Operasi yang mungkin dihadapi oleh PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk di masa mendatang ?
Apa penyebab kerugian dan penurunan PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk?
Apakah PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk mengerjakan belief system maupun strategic boundry system
BAB II
LANDASAN TEORI
Risiko strategis dikelola terutama dengan komunikasi yang efektif batas-baik perilaku bisnis dan sistem pengendalian internal strategis dan menginstalnya baik. Sistem Boundary dirancang untuk mengkomunikasikan risiko yang harus dihindari dan menghilangkan kemampuan untuk merasionalisasi tindakan yang dapat mengekspos perusahaan ke tingkat yang tidak terdapat risiko atu minim resiko. Sistem pengendalian internal yang dirancang untuk melindungi aset dan untuk menghilangkan kesempatan untuk kesalahan sengaja atau kesalahan yang disengaja dalam proses transaksi dan pengukuran kinerja. Bersama-sama, kedua sistem ini menyediakan kontrol yang diperlukan untuk memastikan bahwa kesalahan disengaja atau tidak disengaja membahayakan kemampuan perusahaan untuk menciptakan nilai bagi pelanggan, pemegang saham dan karyawan
Keyakinan dan batas-batas
Mereka (karyawan) harus menyeimbangkan ketegangan antara profit, pertumbuhan, dan kontrol, ketegangan antara jangka pendek dan tujuan jangka panjang, dan ketegangan antara kepentingan diri sendiri dan keinginan untuk berkontribusi kesuksesan organisasi. Jika dikelola dengan baik, ketegangan ini dapat menghasilkan inovasi yang meningkatkan nilai dan strategi perusahaan. Pikirkan kembali selama 10 tahun terakhir untuk semua inovasi yang bisnis telah dibawa ke pasar dan pasar baru yang individu telah menciptakan: telepon seluler, sistem satelit global positioning, produk keuangan derrivative, internet, dan ekspansi geografis di cina dan estern eropa. Potensi bagi orang untuk mengidentifikasi dan menciptakan keberuntungan di pasar berubah hampir tak terbatas.
Kadang-kadang orang dapat mengejar peluang dengan cara yang sebenarnya dapat merugikan perusahaan. Mereka mungkin mengejar peluang yang tidak sesuai dengan strategi yang diinginkan dari bisnis. Kapanpun karyawan diminta untuk membuat pilihan, rem yang baik diperlukan untuk memastikan bahwa bisnis tidak jatuh dan terbakar.
Untuk memastikan bahwa karyawan terlibat dalam jenis kegiatan yang tepat, manajer harus terlebih dahulu menginspirasi komitmen yang jelas dari nilai-nilai inti. Nilai-nilai inti adalah keyakinan yang mendefinisikan prinsip-prinsip dasar, tujuan, dan arah. Sering berakar pada nilai-nilai pribadi dari masyarakat setempat, dan pemegang saham. Mereka secara eksplisit menentukan pandangan manajemen puncak pada perdagangan - offs seperti kinerja jangka pendek dibandingkan dengan tanggung jawab jangka panjang.
Kita tahu dari pekerjaan dalam perilaku organisasi bahwa para pemimpin inspirasional 1) artikulasi visi yang membahas nilai-nilai dari para peserta, 2) memungkinkan setiap individu untuk menghargai bagaimana ia dapat berkontribusi untuk prestasi visi, 3) memberikan dukungan antusias untuk usaha, dan 4) mendorong pengakuan publik dan penghargaan untuk semua keberhasilan. Tanpa komitmen untuk tujuan organisasi, orang tidak akan dapat berpartisipasi penuh dalam pengambilan keputusan yang mempengaruhi pertumbuhan dan profitabilitas.
Dalam perusahaan kecil, nilai-nilai komunikasi inti dapat dicapai secara informal. Sebagai organisasi menjadi lebih besar, bagaimanapun, manajer harus memformalkan proses ini dengan mengartikulasikan dan mengkomunikasikan sistem keyakinan formal. Sistem Keyakinan adalah set explisit definisi organisasi dimana manajer senior berkomunikasi secara formal dan sistematis untuk memperkuat pemberian nilai-nilai dasar, tujuan, dan arah bagi organisasi. Nilai-nilai inti dan pernyataan tujuan secara aktif dikomunikasikan untuk memberikan kompas untuk tindakan. Ini adalah strategi sebagai perspektif - salah satu dari empat Ps strategi.
Manajer tidak boleh mendelegasikan penyusunan misi dan kredo. Manajer harus mengambil setiap kesempatan - baik secara tertulis maupun lisan - secara pribadi memperkuat nilai-nilai inti dan kepentingan mereka. Untuk semakin meningkat ROME, bagaimanapun, pekerjaan mendistribusikan dokumen, merancang program educatinal, dan melakukan survei organizsasi untuk menguji kesadaran bisa dan harus didelegasikan kepada staf groups.
Karena misi dan credos dirancang untuk menarik semua tingkat organisasi - dari supir truk ke perusahaan presiden mereka harus ditulis pada tingkat tinggi abstraksi dan generalisasi. Oleh karena itu, mereka tidak pernah bisa cukup spesifik untuk memberitahu orang-orang menghadapi pilihan yang sulit bagaimana untuk bersaing atau bagaimana memilih tindakan yang tepat dalam guidance.hoe beton, maka , bisa manajer menghindari tindakan-tindakan karyawan tertentu yang dapat mengekspos bisnis untuk risiko?
Batas Perilaku Bisnis
Batas paling mendasar dari perilaku bisnis adalah mereka yang mendefinisikan dan mengkomunikasikan standar perilaku bisnis untuk semua karyawan. Ini disebut kode etik bisnis. Seperti sepuluh perintah, kode etik bisnis dinyatakan dalam istilah negatif, mereka menentukan tindakan yang dilarang. Perilaku terlarang biasanya meliputi:
Konflik kepentingan
Kegiatan yang bertentangan dengan undang-undang anti trust
Disclousure informasi rahasia perusahaan
Perdagangan saham perusahaan berdasarkan informasi non publik
pembayaran ilegal kepada pejabat pemerintah dalam
Dalam semangat mereka untuk mencapai tujuan kinerja dan/atau melindungi perusahaan, yang bermaksud baik, karyawan kadang-kadang membuat keputusan yang dapat merusak kesehatan bisnis jangka panjang. Sepuluh Perintah mengingatkan kita semua baris yang tidak boleh dilanggar sebagai upaya kita untuk berurusan dengan tekanan dan godaan yang merupakan bagian tak terhindarkan dari kehidupan sehari-hari. Tekanan dan godaan juga sangat besar dalam bisnis berkinerja tinggi. Survei telah berulang kali mengungkapkan bahwa mayoritas manajer dan karyawan merasakan tekanan pada suatu waktu dalam karir mereka ketika mereka berkompromi dengan standar integritas pribadi untuk mencapai tujuan perusahaan.
Seperti yang kita bahas dalam bab sebelumnya, orang lebih cenderung menyerah pada tekanan dan godaan jika mereka dapat menemukan alasan untuk merasionalisasi perilaku mereka sendiri. Manajer dari seluruh bisnis berkinerja tinggi di mana biasanya ada banyak tekanan baik kinerja dan kebebasan harus memastikan bahwa karyawan tidak dapat kembali jatuh dengan mudah pada rasionalisasi ini. Kode etik yang jelas harus digunakan sebagai alat komunikasi untuk menghilangkan ambiguitas tentang bagaimana karyawan diharapkan untuk merespon dalam menghadapi tekanan dan godaan.
Insentif Untuk Pemenuhan
Seperti kebanyakan system pengendalian lainnya, penghargaan dan hukuman harus dihubungkan dengan batas tingkat bisnis. Tetapi bagaimana insentif tersebut harus di design? Di situasi bisnis terdapat sedikit alas an untuk penghargaan pegawai dalam tidakan dengan integritas. Manajer harus sedikit mneduga daripada melengkapi integritas dari semua bawahan. Faktanya kebanyakan mayoritas dari karyawan akan bermasalah terhadap prinsip pribadi, memilih apa yang akan dilakukan adalah benar tanpa membutuhkan insentif dan penghargan yang jelas. Penghargan dan integritas akan mendatangkan biaya tanpa menaikkan kinerja dalam suatu organisasi.
Bagaimanapun juga, didalam pengharagaan kelakuan yang baik, manajer secara umum memilih hukuman yang langka, tetapi signifikan terhadap kejadian tidak pemenuhan. Sanksi untuk lebih efektif adalam ancaman hukuman harus dikomunikasikan sebagai tindakan yang melekat pada bagian bisnis. Pegawai harus memahami batasan garis pelanggaran adalah lingkaran kedisplinan dan termasuk pemecatan. Manajer harus dengan jelas memberikan sanksi yang akan dijalankan tanpa terkecuali.
Perilaku Batasan Dalam Bisnis Dan Kebebasan Organisasi
Memimpin batasan dalam bisnis adalah cara yang kuat bagi manajer untuk mengkomunikasikan keyainan mereka tentang pentingnya intritas. Seperti garis pedoman yang bisa member kuasa kepada pegawai untuk menolak apa yang meraka yakini menjadi salah, bahkan kalau menawarkan apa yang akan dilakukan oleh keunggulan. Level menengah unggul adalah mereka sering dibawah tekanan kinerja yang intens dan bisa menggunakan tekanan dalam bawahan untuk menikung peraturan untuk meyakinkan bahwa kunci dalam target diagnostic adalah penghargaan.
Pengendalian Internal
Kepercayaan system dan batasan system melukiskan bagian nilai dan melarang tingkah laku, tetapai menejemen harus menjaga larangan keduanya , kekerasan yang disengaja dan keselahan yang tidak disengajadalam proses perusahaan ( kesalahan omisi dan komisi). Data yang berasal dari keuntungan , ROI dan EVA pengukuran balance scorecard dan pengukuran system lainnya dapat di yakini bahwa manajerlah yang hanya mempunyai kepercayaan dalam akurasi nomor. Kesalahan dapat terjadi dalam banyak cara, staaf yang todak terlatih yang melakukan proses transaski yang salah ata pengalaman pegawai yang mungkin membuat kesalahan yang tidak disengaja. Ini memang langka tetapi biaya potensial , pegawai mungkin tidak pantas pada asset perusahaan dalam pendapatan individu dan memalsukan pencatatan akuntansi untuk menghindarkan deteksi.
Karena resiko tersebut tidak dapat dihindarkan , manajer bahkan bisnis paling kecil harus memasngkan pengendalian dan usaha perlindungan untuk meyakinkan semua transaksi unformasi seperti penerimaan penjualan dalam penghitungan properly dan pegawai harus menolak kesempatan utnk ketidakcocockan menggelapkan aseetuntuk penggunaan pribadi, system dan prosedur disebut pengendalian internal yang mana sebagai kebijakan dan design.
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Visi, Misi, Tujuan, dan Sasaran dari PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk ?
Visi
Menjadi penyedia hiburan dan informasi terkemuka bagi masyarakat Indonesia dan mitra pilihan dalam layanan penyediaan solusi informasi, komunikasi dan teknologi bagi para pelanggan kami.
Misi
Kami berupaya setiap hari untuk menjadi pilihan utama dalam penyediaan konten berkualitas bagi masyarakat Indonesia dan membangun reputasi sebagai penyedia layanan terpercaya untuk ragam solusi lengkap dalam rangka memenuhi kebutuhan para pelanggan kami.
Kami akan menjadi pilihan utama melalui upaya penyediaan konten yang menarik, pemberian layanan yang unggul dan pengembangan sumber daya manusia kami secara berkelanjutan.
Dengan mewujudkan pencapaian tersebut kami akan menciptakan bisnis yang menguntungkan secara berkelanjutan bagi para pemangku kepentingan kami.
Tujuan
Meningkatkan pertumbuhan jangka panjang yang berkesinambungan.
3.2 Resiko Operasi PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk di masa mendatang
Emtek menghadapi tantangan terkait dengan risiko bisnisnya. Upaya manajemen risiko Emtek difokuskan pada faktor risiko yang berhubungan dengan bisnis media, solusi dan konektivitas. Dilihat dari ketiga divisi tersebut, terdapat faktor faktor yang dapat menimbulkan resiko operasi di masa yang akan datang di antaranya adalah
1. Divisi media
Untuk divisi Media terdapat tiga stasiun televisi nasional yaitu SCTV, INDOSIAR dan O-CHANNEL. Resiko operasional terjadi pada saat produksi program televisi yang telah dibuat oleh screenplay tidak diterima oleh stasiun televisi lain. Hal ini dapat di tanggulangi dengan menayangkan produksi film tersebut di SCTV, indosiar atau O Channel yang merupakan media yang dimiliki oleh PT. Elang Mahkota Teknologi.
Selain itu gelombang pancaran saluran O-Channel hanya menjangkau area Jakarta Raya, sehingga rating penonton sedikit dibanding stasiun televisi Indosiar dan SCTV. Sehingga jika terjadi gangguan gelombang saluran di Jakarta, maka stasiun televisi O Channel akan terkena dampaknya.
Penayangan program televisi yang tidak sesuai dengan jam tayangnya, sehingga program tersebut tidak efektif.
2. Divisi Solusi
Bisnis Solusi masih merupakan tantangan bagi Grup Emtek, dimana untuk kegiatan operasionalnya mencakup: Solusi infrastruktur dan layanan, Solusi terintegrasi VSAT, dan Solusi distribusi ritel telekomunikasi. Resiko operasional dilihat dari kurang mampunya untuk menyediakan pengembangkan infrastruktur teknologi dan informasi.
Resiko desain infrastruktur sistem yang tidak sesuai dengan perusahaan, dapat menimbulkan pengoperasian sistem berjalan tidak sesuai target.
3. Divisi Konektivitas
Karena layanan nextmedia menggunakan set-topbox sebagai decoder sinyal digital. Maka koneksi yang tersedia tidak dapat berfungsi dengan semestinya, misalnya saat hujan besar signal hilang sehingga gambar kadang-kadang jadi kotak-kotak. Ini mengakibatkan pelanggan kecewa dan akhirnya terjadi penurunan permintaan akan nextmedia.
Untuk Divisi Konektivitas, pada tahun 2012 Induk Perusahaan Emtek dan Anak Perusahaan lainnya secara kolektif mencatat kerugian laba usaha sebesar Rp179,5, kerugian tersebut terutama berasal dari peningkatan beban usaha operasional akibat divisi koneksi. Sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan biaya operasional ditahun selanjutnya.
3.3 Apa penyebab kerugian dan penurunan PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk?
Setelah dilakukannya akuisisi oleh PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk. terhadap PT. Indosiar Karya Media, Tbk. dengan landasan data laporan keuangan pada periode sebelum dan sesudah akuisisi, yaitu pada tahun 2010 dan 2011 ditemukan hal – hal yang tidak seharusnya terjadi. Hal ini adalah menurunnya kinerja PT. Indosiar Karya Media, Tbk. dimana nampak dari kemampuan untuk menghasilkan keuntungan yang semakin menurun. PT. Elang Media Teknologi, Tbk. sebagai perusahaan yang melakukan akuisisi terhadap PT. Indosiar Karya Media, Tbk. ternyata mengalami penurunan dalam hal rasio likuiditas dan kemampuan menghasilkan keuntungan (laba) kotor, dimana rasio likuiditas menurun sangat signifikan dan kemampuan menghasilkan keuntungan (laba) kotornya menurun tidak terlalu signifikan. Rasio hutang juga meningkat, namun tidak signifikan. Upaya mengakuisisi PT. Indosiar Karya Media, Tbk. pembiayaannya dilakukan dengan penggadaian saham sebesar 1,6 miliar saham anak usahanya, PT. Surya Citra Media, Tbk. (SCMA) kepada Standard Charter Bank dan Citibank N.A . senilai Rp. 1,5 triliun. Dapat dikatakan bahwa upaya akuisisi ini dilakukan melalui cara kombinasi antara kas, hutang, dan saham kepada bank dengan sistem gadai atau jaminan dengan persentase penggunaan hutang yang terbanyak. Return on Total Assets (ROA/ROI) dan Return on Common Equity (ROE) milik PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk. mengalami penurunan yang cukup besar. Penyebab menurunnya kinerja PT. Indosiar Karya Media, Tbk. adalah jumlah beban yang meningkat tajam antara tahun 2010 dengan tahun 2011. Peningkatan beban ini dapat diakibatkan karena perusahaan pengakuisisi melimpahkan beban usahanya kepada perusahaan yang diakuisisi dimana jumlah peningkatan beban jauh lebih besar dibandingkan jumlah peningkatan pendapatan.
Di lain sisi, PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk. sebagai perusahaan yang melakukan akuisisi mengalami peningkatan dalam jumlah aset sebagai akibat adanya tambahan kepemilikan aset – aset baru yang berasal dari perusahaan yang diakuisisi. Akuisisi yang dilakukan oleh PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk. terhadap PT. Indosiar Karya Media, Tbk. tidak menghasilkan sinergi. Hal ini dikarenakan tidak terjadi prinsip sinergi dimana seharusnya perusahaan yang melakukan akuisisi dan perusahaan yang diakuisisi dapat meningkatkan kinerja perusahaannya. Jelas nampak bahwa PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk. sebagai perusahaan pengakuisisi dapat lebih unggul dibandingkan PT. Indosiar Karya Media, Tbk. Perusahaan yang dapat meningkatkan kinerjanya nampak dari analisa rasio keuangan yang menjadi semakin baik setelah dilaksanakan akuisisi. Banyak faktor yang menjadi alasan suatu perusahaan mengakuisisi perusahaan lain, namun seharusnya tujuan yang hendak dicapai adalah sama antar kedua perusahaan yaitu untuk meningkatkan dan memaksimalkan kinerja kedua perusahaan tersebut
Hal yang demikian terlihat dari kinerja PT. Indosiar Karya Media, Tbk yang mengalami penurunan setelah melakukan akuisisi. Kinerja PT. Indosiar Karya Media, Tbk semakin memburuk yang nampak dari Earning Per Share yang menjadi negatif. Penyebab menurunnya kinerja PT. Indosiar Karya Media, Tbk. adalah jumlah beban yang meningkat tajam antara tahun 2010 dengan tahun 2011. Peningkatan beban ini dapat diakibatkan karena perusahaan pengakuisisi melimpahkan beban usahanya kepada perusahaan yang diakuisisi, dimana jumlah peningkatan beban jauh lebih besar dibandingkan jumlah peningkatan pendapatannya. Sedangkan PT. Elang Media Teknologi, Tbk. sebagai perusahaan yang melakukan akuisisi terhadap PT. Indosiar Karya Media, Tbk. ternyata juga tidak memperoleh keuntungan positif setelah mengakuisisi. PT. Elang Media Teknologi, Tbk. justru mengalami penurunan dalam hal rasio likuiditas dan kemampuan menghasilkan keuntungan (laba) kotor.
Tidak hanya merugi dalam hal itu saja, akuisisi yang dilakukan oleh PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk. terhadap PT. Indosiar Karya Media, Tbk. juga tidak menghasilkan sinergi. Ada pihak yang lebih unggul, yaitu perusahaan pengakuisisi Hal ini terjadi karena setelah melakukan akuisisi, kinerja yang diperoleh oleh kedua perusahaan itu tidak sesuai dengan prinsip sinergi yang ada. Dimana seharusnya tujuan yang akan dicapai bersama antar kedua perusahaan adalah untuk menghasilkan sinergi, meningkatkan dan memaksimalkan kinerja kedua perusahaan tersebut. Kejadian seperti ini seharusnya dapat dihindarkan, dimana sebenarnya perusahaan yang mengakuisisi dan diakuisisi dapat bekerjasama dengan baik.
3.4 Belief System maupun Strategic Boundry System yang dilakukan PT. Elang Mahkota Teknologi, Tbk
Dalam mengerjakan belief system maupun strategic boundry system, perusahaan harus memiliki pengamanan berupa pengendalian internal untuk mencegah kejahatan maupun kesalahan yang dapat mengganggu proses kegiatan perusahaan . Contoh konkrit yang ada pada PT.ELANG MAHKOTA TEKLOGI melalui pengendalian internal yang terbagi dalam 3 katagori pengamanan adalah sebagai berikut :
Perlindungan Struktural
Kategori pertama pengendalian internal - dirancang untuk memastikan definisi yang jelas dari otoritas untuk individu penanganan aset dan pencatatan transaksi akuntansi. Perlindungan struktural meliputi:
Pemisahan tugas
Di PT.ELANG MAHKOTA TEKNOLOGI salah 1 nya yaitu pemisahan tugas. Pemisahan tugas adalah kardinal aturan pengendalian internal adalah bahwa satu orang tidak harus menangani semua aspek aset perusahaan transaksi berharga. Secara khusus, akuntansi untuk aset harus dilakukan oleh orang lain selain orang yang memiliki fisik pertahanan aset tersebut. Pemisahan tugas memerlukan satu orang untuk memeriksa atau mendamaikan pekerjaan lain. Kemudian, jika seseorang membuat kesalahan, orang kedua akan menangkap inkonsistensi saat ia menyatukan catatan akuntansi dengan aset di tangan atau tanda terima transaksi. Seperti Pemisahan secara jelas antara tugas dewan komisaris dan tugas direksi ,tanggung jawab serta kemandirian masing-masing dewan komisaris dan direksi,pembentukan dan peranan komite, kebijakan penyebaran informasi melalui sekretaris perusahaan serta kode etik.
Sistem keamanan
Sistem keamanan di disain untuk memastikan proses transaksi sesuai prosedur yang memadai ,meliputi:
Menjaga pencatatan yang akurat dan lengkap
Kami telah meriview laporan keuangan konsolidasi interim PT.ELANG MAHKOTA TEKNOLOGI Tbk dan entitas anaknya terlampir yang terdiri dari laporan posisi keuangan konsoslidasi interim tanggal 30 juni 2013 serta laporan laba rugi komprehensif, laporan arus kas konsolidasi interim untuk periode 6bulan yang berakhir pada tanggal tersebut dan satu ikhtisar kebijakan akuntansi signifikan dan catatan penjelasan lainnya. Manajemen bertanggung jawab atas penyusunan dan penyajian wajar laporan keuangan konsolidasi interim ini sesuai dengan standar akuntansi keuangan di indonesia. Tanggung jawab kami adalah untuk menyatakan suatu kesimpulan atas laporan keungan konsolidasi interim ini berdasarkan review kami.
Staff Keamanan
Staff keamanan di disain untuk memastikan staff yang menangani proses transaksi akuntansi sesuai dengan tingkat keahlian ,pelatihan dan sumberdayanya, meliputi:
Keahlian yang memadai
Kami melaksanakan review kami berdasarkan standar perikatan review "review atas informasi keuangan interim yang dilaksanakan oleh auditor independen entitas yang di terapkan oleh institusi akuntan publik indonesia. Suatu review atas informasi keuangan interim terdiri dari pengajuan pertanyaan terutama kepada pihak yang bertanggung jawab atas bidang keuangan dan akuntansi serta penerapan prosedur analitis dan prosedur review lainny. Suatu review memiliki ruang lingkup yang secara substansial kurang daripada suatu audit yang dilaksanakan berdasarkan standar audit yang ditetapkan oleh institut akuntan publik indonesia dan sebagai konsekuensi nya tidak mungkin kami untuk memperoleh keyakinan bahwa kami akan mengetahui seluruh hal signifikan yang mungkin teridentifikasi dalam suatu audit. Oleh karena itu kami tidak menyatakan suatu opini audit.
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Resiko merupakan kemungkinan terjadi kerugian yang disebabkan faktor-faktor yang terkait dengan kegiatan yang dapat menghambat penerapan strategi perusahaan. Dalam sebuah perusahaan resiko adalah hal yang harus dipertimbangkan dalam mengambil sebuah keputusan. Terdapat tiga analisis resiko yang harus diperhatikan yaitu resiko operasi, resiko penurunan nilai asset, dan resiko persaingan. Untuk mengukur besarnya resiko dalam suatu perusahaan, bisa dengan menggunakan risk exposure calculator untuk melihat tinggi atau rendahnya resiko yang dihadapi oleh perusahaan.
Dalam perusahaan PT. Elang Mahkota Teknologi, resiko operasi terletak pada proses kerjasama dengan perusahaan media yang dinilai sebagai suatu pelanggaran dan layanan nexmedia dari segi sinyal yang dinilai buruk bila cuaca buruk. Dalam resiko penurunan nilai asset, PT. Elang Mahkota Teknologi dalam hal penurunan keuangan terjadi karena peningkatan nilai piutang tak tertagih, dan pengaruh dari tingkat suku bunga dan valuta asing yang tidak stabil.
Dalam hal penurunan hak intelektual terjadi penurunan goodwill yang salah satunya karena akuisisi BTV. Dalam hal penurunan fisik, terjadi karena EMTEK tidak melakukan asuransi pada program film dan asset tetap yang dijadikan jaminan utang jangka panjang. Jika dinilai dengan risk exposure calculator, PT. Elang Mahkota Teknologi tidak menempati resiko yang tinggi maupun yang rendah, karena diimbangi dengan kualitas karyawan dan system sentralisasi yang diterapkan.
DAFTAR PUSTAKA
Simons, Robert. Performance Measurement & Control Systems for Implementing Strategy. International Edition. Prentince-Hall, Inc. 2000
http://www.emtek.co.id/Downloads/EMTEK---Laporan-Tahunan-2012---Penyajian-Kembali-7.aspx/diakses:11/12/13
http://www.emtek.co.id/Downloads/EMTEK_AR_2011.aspx/ diakses:11/12/13
http://www.emtek.co.id/Downloads/Emtek_AR-10.aspx/ diakses:11/12/13