Glomerulonefritis 1. Definsi Glomerulone Glomerulonefrit fritis is merupakan merupakan penyakit penyakit inflamasi inflamasi atau non-inflam non-inflamasi asi pada glomerulus glomerulus
yang menyebabkan perubahan permeabilitas, perubahan struktur, dan fungsi glomerulus. Data imunopatolo imunopatologik gik dan eksperiment eksperimental al menyokong menyokong bahwa kerusakan glomerulus pada GN merupakan mekanisme imunologik. 2. Ep Epid ideemiol miolog ogii Data epidemiologi GN yang bersifat nasional belum ada dan laporan dari berbagai pusat ginjal dan hipertensi hipertensi masih terbatas. Hal ini disebabkan disebabkan biopsy ginjal tidak selalu dapat dilakukanmenegakkan diagnosis etiologi GN. Data Penghimpunan Nefrologi Indonesia Pernefri! menunjukkan bahwa GN sebagai penyebab PG"# yang menjalin hemodialysis men$apai %&' pada tahun ())). Data mengenai GN masih terbatas dan merupakan laporan dari masing-masing pusat ginjal dan hipertensi. *idabutar +P dan kawan melaporkan kasus GN yang lengkap dengan biopsy ginjal dari /& kasus rawat inap yang dikumpulkan dari / rumah sakit selama / tahun. Dari yang dilakukan biopsy ginjal didapatkan %/,0' menunjukkan manifestasi klinik sindrom nefr nefrot otik ik,, &,(' &,(' sind sindrom rom nefr nefrit itik ik akut akut,, %,&' %,&' GN prog progre resi siff $epat $epat,, /,%' /,%' denga dengan n hematuria, &,%' prtoteinuria, dan 0,1' hipertensi. 3. Etiolgi *ebagian besar etiologi GN tidak diketahui ke$uali yang disebabkan oleh infeksi beta streptokokus pada GN pas$a infeksi streptokokus atau akibat 2irus hepatitis 3. 4aktor presipitasi misalnya infeksi dan pengaruh obat atau pajanan toksin dapat menginisiasi terjadinya respon imun serupa yang menybabkan GN dengan mekanisme sama. 4. Klasifi sifik kasi 5lasifikasi GN ditentukan berdasarkan gambaran histopatologik glomerulus yang terlihat pada biopsy ginjal dengan pemeriksaan mikroskopik $ahaya 63!, mikroskop imunoflouresen 6I4! dan mikroskop ele$tron 67!. 5lasifikasi ini tidak ideal karena suatu kelainan histologi$ tidak menunjukkan etiologi dan manifestasi klinis yang tertantu. 5lasifikasi histopatologik GN primer sangat ber2ariasi umumnya dibedakan berdasarkan perubahan yang bersifat proliferati2e dan non-proloferatif. Digolongkan GN non proliferatif adalah GN lesi minimal GN86!, glomerulosklerosis fokal dan segmental G*4*! G*4*!,, dan GN membra membranos nosaa GN6N! GN6N! yang yang sering sering ditemu ditemukan kan dengan dengan manif manifest estasi asi
sindrom nefrotik. "ermasuk GN proliferati2e adalah GN membrano-proferatif GN6P!, GN kresentik, nefropati Ig#, nefropati Ig6, dan mesangio-proliferatif lain. GN Non-Proliferatif Glomerulonefritis lesi minimal (GNL! GN86 merupakan salah satu bentuk yang sering dikaitkan dengan sindrom nefrotik dan disebut pula sebagai nefrosis lupoid. Pada pemeriksaan 63 menunjukkan gambaran glomerulus normal. 7ndapan Ig atau komplemen tidak ditemukan pada pemeriksaan 6I sedangkan pada pemeriksaan 67 menunjukkan fusi atau hilangnya foot processes sel epitel 2is$eral glomerulus. Glomerulosklerosis fokal dan segmental (G"#"! *e$ara klinis memberikan gambaran sindrom nefrotik dengan gejala proteinuria masif, hipertensi, hematuria, dan sering disertai gangguan fungsi ginjal. Pemeriksaan 63 menunjukkan s$lerosis glomerulus yang mengenai bagian atau segmen tertentu. 9bliterasi kapiler glomerulus terjadi pada segmen glomerulus dan dinding kapiler mengalami kolaps. 5elainan ini disebut hialinosis yang terdiri dari Ig6 dan komplemen 3%. Glomerulus yang lain dapat normal atau membesar dan pada sebagian kasus ditemukan penambahan sel. Glomerulonefritis em$ranosa (GNN! GN6N atau nefroati membranosa sering merupakan penyebab sindrom nefrotik. *ebagian besar kasus penyebabnya tidak diketahui idiopatik! sedangkan yang lain dikaitkan dengan 87*, infeksi hepatitis 2irus : atau 3, tumor ganas, atau akibat obat misalnya preparat emas, penisilinamin, obat antiinflamasi non-steroid. Pemeriksaan 63 tidak menunjukkan kelainan berarti dan pemeriksaan 6I4 menunjukkan deposit IgG dan komplemen 3% berbentuk granular pada dinding kapiler glomerulus. Dengan pewarnaan khusus tampak konfigurasi spike-like pada 6:G. Gambaran histopatologi pada pemeriksaan 63, 6I4, dan 67 sangat tergantung pada stadiu penyakitnya. GN Proliferatif GN em$rano-Proliferatif (GNP! GN6P dibagi menjadi primer yang penyebabnya tidak diketahui atau idiopatik dan sekunder akibat infeksi kronik, krioglobulinemia, dan penyakit autoimun sistemik. GN6P atau GN mesangio-kapiler dapat bermanifestasi klinis *N dan atau sindrom nefritik akut. Pada pemeriksaan serologi ditemukan kadar komplemen rendah atau hipokomplenemia. Pemeriksaan 63 menunjukkan penebalan dinding kapiler dan penambahan matrik mesangial. Pulasan periodic acid Schiff P#*! ditemukan 6:G yang
terbelah splitting! disebut double contour atau tram-track appearance. Pada pemeriksaan 6I4 memperlihatkan endapan 3%, biasanya disertai properdin, 3;, 3, dan 3(. 7ndapan IgG dan Ig6 dapat pula ditemukan dan endapan Ig# sewaktu-waktu %. Ge&ala ' anda 6anifestasi klinik penyakit glomerular merupakan kumpulan gejala atau sindrom klinik yang terdiri kelainan urin asimtomatik, hematuria makroskopik, sindrom nefrotik, sindrom nefritik, GN progresif $epat, dan GN kronik. 5lasifikasi ini sederhana dan mudah diaplikasikan walaupun satu gambaran klinik dapat diasosiasikan dengan berbagai jenis GN baik penyebab maupun histopatologiknya. Pada sebagian besar penyakit glomerular tidak menunjukkan gejala khas. Gejala dan tanda misalnya proteinuria, hematuria, penurunan fungsi ginjal, perubahan ekskresi garam dengan akibat edema, kongesti aliran darah, dan hipertensi mungkin dapat ditemukan. 5elinan urin asimtomatik ditandai hematuria mikroskopik dengan atau tanpa disertai proteinuria. Hematuria mikroskopik ditandai dengan dengan ditemukan ( eritrosit%,/ g<,% m%
ditemukan hematuria atau silinder eritrosit,
proteinuria, edema, hipertensi dan penurunan fungsi ginjal. Proteinuria jarang men$apai tingkat nefrotik dan kadar serum albumin masih normal. *indrom nefritik dapat dibedakan menjadi fokal bila proteinuria ?,/ g<(h dan sindrom nefritik difus yang disertai proteinuria lebih berat tetapi belum men$apai stadium nefrotik. GN progresif $epat menunjukkan kerusakan mendadak dan berat, ditandai dengan penurunan fungsi ginjal yang terjadi dalam beberapa hari atau minggu. Pasien menunjukkan tanda uremia akut, gambaran nefritik, dan pada biopsy ginjal menunjukkan
gambaran histologi$ spesifik. GN kronik ditandai proteinuria persisten dengan atau tanpa hematuria diserta penurunan fungsi ginjal progresif lambat. ). Penatalaknaan Pengobatan spesifik GN ditujukan pada penyebab sedangkan non-spesifik untuk menghambat progesifitas penyakit. Pemantauan klinik regular, $ontrol tekan darah dan proteinuria dengan penghambat en@im kon2ersi angiotensin angiotensin converting enzyme inhibitors, ACE-i! atau antagonis resptor angiotensin II angiotensin II receptor antagonis, AIIRA! bermanfaat sebagai pengobatan konse2atif. "arget tekanan darah yang diharapkan ? %)<1) mmHg atau ?(/</ mmHg bila proteinuria > g<(h. Pengaturan asupan protein ),1 g
proteinuria ? g<( jam. Data klinis menunjukkan bahwa
kortikosteroid tidak efektif sebagai monoterapi pada GN6N. Pengobatan lanjutan dengan kombinasi kortikosteroid dan imunosupresif lain diperlukan pada GN yang resisten dan tergantung steroid atau kambuh berulang. *iklofosfamid,
klorambusil, a@atioprin diketahui mempunyai efek antiproliferasi dan dapat menekan inflamasi glomerulus. *iklosporin mulain banyak digunakan pada pengobatan GN. #pabila kortokosteroid merupakan indikasi kontra atau sikloposfamid gagal men$apai remisi, siklosporin dapat direkomendasikan penggunaanya. 6ofetil mikofenolat yang terbukti efektif pada nefritis lupus juga mulai banyak digunakan pada penggunaan GN primer. *ikloposfamid dosis ( C % mg
penyebab timbulnya komplikasi. Hiperkoagulasi dengan berbagai akibatnya dapat juga ditemukan pada *N yang disebabkan oleh GN tertentu Gangguan fungsi ginjal dapat timbul pada GN yang disertai *N berat. Pengobatan imunosupresif yang tidak berhasil men$egah progresifitas GN dapat mengakibatkan gangguan fungsi ginjal. Gangguan fungsi ginjal jarang terjadi pada GN86 dan lebih sering ditemukan pada G*4* dan GN6N yang dapat berkembang menuju ke PG"#. 5erentanan terhadap timbulnya infeksi sebagai komplikasi akibat penggunaan imunosupresi pada pengobatan GN perlu untuk diperhatikan. +. Pen,egaan Pen$egahan primer tidak dapat dapat dilakukan karena etiologi GN se$ara pasti tidak diketahui. 5e$urigaan terhadap GN dengan ditemukannya edema periorbita, proteinuria, atau hematuria pada pemeriksaan urin diharapkan dapat ditegakkan diagnosis GN lebih awal dan dilakukan pengobatan segera untuk men$egah perkembangan penyakit. Pen$egahan sekunder ditujukan untuk menghambat progresifitas penyakit menuju PG"# sedangkan pen$egahan tersier dilakukan untuk men$egah ke$a$atan atau menghambat masuknya ke program pengobatan pengganti ginjal. . Prognosis ejas glomerulus yang terjadi pada GN sering tidak dapat pulih kembali sehingga menyebabkan fibrosis glomerulus akibat proses inflamasi. Pada GN bentuk akut biasanya membaik dengan sedikit atau tanpa kerusakan ginjal yang permanen. 5ekambuhan sering terjadi pada GN86 walaupun tidak sesering pada anak-anak walupun biasanya fungsi ginjal masih dalam keadaan normal. Pada G*4* dalam waktu / C () tahun dapat terjadi progresifitas penyakit menuju PG"#. *uatu laporan menyebutkan /)' kasus G*4* berkembang menjadi PG"# dalam waktu / tahun. Perbaikan spontan dapat terjadi pada sebagian GN6N walaupun sebagian yang lain mempunyai prognosis yang buruk.