GEJALA GANGGUAN JIWA DAN KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA I. GE GEJA JALA LA GANG GANGGU GUAN AN JIWA JIWA A. Pend Pendah ahul ulua uan n
disorder) merupa Ganggua Gangguan n jiwa jiwa (mental disorder) merupakan kan salah salah satu satu dari dari empat empat masala masalah h kesehatan utama di negara maju diantaranya penyakit degeneratif, kanker, gangguan jiwa dan kecelakaan. Gejala-geja Gejala-gejala la gangguan gangguan jiwa merupakan hasil interaksi interaksi yang kompleks antara antara unsur somatik, psikologik dan sosiobudaya. Gejala-gejala gangguan jiwa menandakan dekompensasi proses adaptasi terutama pada pemikiran, perasaan dan perilaku. Konsep gangguan jiwa memenuhi kriteria berikut: 1.
2.
Adan Adanya ya gej gejala ala kl klinis nis yang yang berm bermak akna na,, ber berup upa: a: -
Sindr indrom om atau atau pol pola pr prilak ilaku u
-
Sind Sindro rom m ata atau u pol polaa psi psiko kolo logi gik k
Gej Gejala ala kli klinis nis ters terseb ebut ut men meniimbul bulkan kan “pen “pende derritaa itaan” n” (distress), (distress), antara lain dapat berupa rasa nyeri, tidak nyaman, tidak tenteram, terganggu dan disfungsi organ tubuh.
3.
Gejala klinis tersebut menimbulkan “disability” yait yaitu u kete keterb rbat atas asan an atau atau kekurangan kemampuan untuk melaksanakan suatu aktivitas pada tingkat personal, yait yaitu u mela melakuk kukan an kegi kegiat atan an hidu hidup p seha sehari ri-h -har arii yang yang bias biasaa dan dan dipe diperl rluk ukan an untu untuk k perawatan diri dan kelangsungan hidup seperti mandi, berpakaian, makan, kebersihan diri, buang air besar dan kecil. Berdasarkan asal penyebabnya, gejala gangguan jiwa dibagi menjadi:
1. Orga Organi nik k Gejala gangguan jiwa timbul akibat adanya perubahan pada jaringan atau fungsi otak. Penyebab Penyebab kelainan kelainan organik organik dapat berasal dari ekstrakranial ekstrakranial seperti racun, infeksi infeksi dan lainnya serta berasal dari intrakranial seperti tumor dan aterosklerosis. 2. Psik Psikog ogen enik ik Gejala ditimbulkan karena adanya stres psikis yang tidak dapat ditanggulangi secara baik oleh mekanisme mental.
1
Tanda ( sign) sign) adalah temuan objektif yang didapat oleh dokter, sedangkan gejala symptom) adalah pengalaman subjektif yang digambarkan oleh pasien. Sebagian besar ( symptom) kondisi psikiatrik adalah sindroma yang merupakan kelompok tanda dan gejala yang terjadi bersama-sama sebagai suatu kondisi yang dapat dikenali yang mungkin kurang spesifik dibandingkan gangguan atau penyakit yang jelas.
B. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa 1. Kesadaran
Kesada Kesadaran ran merupak merupakan an kemamp kemampuan uan indivi individu du mengad mengadakan akan hubungan hubungan dengan dengan lingkunganny lingkungannyaa serta dengan dirinya dirinya sendiri sendiri (melalui (melalui panca inderanya) dan mengadakan mengadakan pembatasan terhadap lingkungannya serta terhadap dirinya sendiri (melalui perhatian). 1.1 Gangguan Kesadaran
a. Peng Pengab abur uran an kesa kesada dara ran n : keje kejern rnih ihan an ingat ingatan an yang yang tidak tidak leng lengka kap p deng dengan an gangguan persepsi dan sikap. b. Somnolen : keadaan mengantuk mengantuk abnormal abnormal yang sering ditemukan ditemukan pada proses organik. c. Stupor : hilangnya reaksi dan ketidaksadaran terhadap lingkungan sekeliling. d. Delirium : gelisah, bingung, konfusi, reaksi disorientasi yang disertai dengan halusinasi dan rasa takut. e. Koma : derajat ketidaksadaran yang yang berat. f. Koma Koma vigi vigill : koma koma dima dimana na pasi pasien en tamp tampak ak tidu tidurr teta tetapi pi dapa dapatt sege segera ra dibangunkan. state) : seringkali digunakan secara sinonim g. Keadaan seperti mimpi (dreamlike (dreamlike state) dengan kejang parsial kompleks atau epilepsi psikomotor. state ) : gangguan kesadaran dengan halusinasi h. Keadaan temaram (twilight (twilight state) i. Disorientasi : gangguan orientasi waktu, tempat dan orang. 1.2 Gangguan atensi
Atensi adalah jumlah usaha yang dilakukan untuk memusatkan pada bagian tertentu dari pengalaman, kemampuan untuk mempertahankan perhatian pada satu aktivitas, kemampuan untuk berkonsentrasi.
2
Tanda ( sign) sign) adalah temuan objektif yang didapat oleh dokter, sedangkan gejala symptom) adalah pengalaman subjektif yang digambarkan oleh pasien. Sebagian besar ( symptom) kondisi psikiatrik adalah sindroma yang merupakan kelompok tanda dan gejala yang terjadi bersama-sama sebagai suatu kondisi yang dapat dikenali yang mungkin kurang spesifik dibandingkan gangguan atau penyakit yang jelas.
B. Tanda dan Gejala Gangguan Jiwa 1. Kesadaran
Kesada Kesadaran ran merupak merupakan an kemamp kemampuan uan indivi individu du mengad mengadakan akan hubungan hubungan dengan dengan lingkunganny lingkungannyaa serta dengan dirinya dirinya sendiri sendiri (melalui (melalui panca inderanya) dan mengadakan mengadakan pembatasan terhadap lingkungannya serta terhadap dirinya sendiri (melalui perhatian). 1.1 Gangguan Kesadaran
a. Peng Pengab abur uran an kesa kesada dara ran n : keje kejern rnih ihan an ingat ingatan an yang yang tidak tidak leng lengka kap p deng dengan an gangguan persepsi dan sikap. b. Somnolen : keadaan mengantuk mengantuk abnormal abnormal yang sering ditemukan ditemukan pada proses organik. c. Stupor : hilangnya reaksi dan ketidaksadaran terhadap lingkungan sekeliling. d. Delirium : gelisah, bingung, konfusi, reaksi disorientasi yang disertai dengan halusinasi dan rasa takut. e. Koma : derajat ketidaksadaran yang yang berat. f. Koma Koma vigi vigill : koma koma dima dimana na pasi pasien en tamp tampak ak tidu tidurr teta tetapi pi dapa dapatt sege segera ra dibangunkan. state) : seringkali digunakan secara sinonim g. Keadaan seperti mimpi (dreamlike (dreamlike state) dengan kejang parsial kompleks atau epilepsi psikomotor. state ) : gangguan kesadaran dengan halusinasi h. Keadaan temaram (twilight (twilight state) i. Disorientasi : gangguan orientasi waktu, tempat dan orang. 1.2 Gangguan atensi
Atensi adalah jumlah usaha yang dilakukan untuk memusatkan pada bagian tertentu dari pengalaman, kemampuan untuk mempertahankan perhatian pada satu aktivitas, kemampuan untuk berkonsentrasi.
2
a.
Dist Distra rakt ktib ibil ilit itas as : ketid ketidakm akmam ampua puan n untu untuk k mem memus usat atkan kan perh perhat atia ian, n, pen penar arik ikan an
atensi kepada stimuli eksternal yang tidak penting atau tidak relevan. b. b.
Inat Inaten ensi si selek elekttif : ham hamba bata tan n han hany ya pad padaa hal hal – hal hal yang ang men menim imbu bulk lkan an kece kecema masa san. n. c.
Hiper Hipervi vigi gile lens nsii : atens atensii dan dan pemu pemusa sata tan n yang yang berl berleb ebih ihan an pada pada semu semuaa sti stimu muli li
internal dan eksternal, biasanya sekunder dari keadaan delusional atau paranoid. d.
Keadaan ti tidak sa sadarkan di diri (trance) trance) : atensi atensi yang terpusat terpusat dan kesadaran kesadaran
yang yang beruba berubah, h, bias biasany anyaa terl terlih ihat at pada pada hipn hipnos osis is,, gang ganggua guan n diso disosi siat atif if,, dan dan pengalaman religius yang luar biasa. 1.3 Gangguan sugestibilitas
Adalah kepatuhan dan respon yang tidak kritis terhadap gagasan atau pengaruh a. Folie a deux / folie a trios : penyakit penyakit emosional yang berhubungan berhubungan atara dua atau tiga orang. b. Hipno Hipnosi siss : modi modifi fika kasi si kesa kesada dara ran n yang yang diin diinduk duksi si seca secara ra buat buatan an yang yang ditandai dengan penigkatan sugestibilitas.
2. Emosi
Suatu kompleks keadaan perasaan dengan komponen psikis, somatik dan prilaku yang berhubungan dengan afek dan mood. 2.1 Mood
Mood adalah suatu emosi yang meresap dan dipertahank dipertahankan, an, yang dialami secara subjekt subjektif if dan dilapo dilaporka rkan n oleh oleh pasien pasien dan terli terlihat hat oleh oleh orang orang lain lain : contoh contohnya nya elasi, elasi, kemarahan, depresi. a.
Mood yang meluap-luap (expansive expansive mood ) : ekspresi perasaan seseorang
tanpa pembatasan b.
Mood eutimik : mood dalam rentang normal
c.
Mood disforik : mood yang tidak me menyenangkan
d.
Mood yang meninggi (elevated mood ) : suasana keyakinan dan kesayangan
e.
Mood yang iritabel : dengan mudah diganggu atau diubah f.
Perge ergese serran mood mood (moo (mood d yang yang labil abil)) : osi osilasi asi antar antaraa euf eufori oria dan dan depr depres esii
atau kecemasan g.
Ektasi : perasaan kegairahan yang kuat
3
h.
Euforia : elasi yang kuat dengan perasaan kebesaran
i.
Depresi : perasaan sedih yang psikopatologis j. Dukacita atau berkabung : kesedihan yang sesuai dengan kehilangan yang nyata k.
Aleksitimia : ketidakmampuan atau kesulitan dalam menggambarkan atau
menyadari emosi atau mood seseorang l.
Anhedonia : hilangnya minat dan menarik diri dari semua aktivitas rutin
dan menyenangkan 2.2. Afek
Merupakan suatu ekspresi emosi yang terlihat, mungkin tidak konsisten dengan emosi yang dikatakan pasien. a.
Afek yang sesuai (appropriate affect) : kondisi dimana irama emosional
harmonis dengan gagasan, pikiran, atau pembicaraan yang menyertai. b.
Afek yang tidak sesuai (inappropriate affect) : ketidakharmonisan antara
irama perasaan emosional dengan gagasan, pikiran atau pembicaraan yang menyertai. c.
Afek yang terbatas : penurunan intensitas irama perasaan yang kurang
parah daripada afek tumpul tetapi jelas menurun. d.
Afek yang labil : perubahan irama perasaan yang cepat dan tiba-tiba yang
tidak berhubungan dengan stimuli eksternal. e.
Afek yang tumpul : gangguan pada afek yang dimanifestasikan oleh
penurunan berat pada intensitas irama perasaan yang diungkapkan keluar. f.
Afek yang datar : tidak adanya atau hamper tidak ada tanda ekspresi afek,
suara yang monoton, wajah yang tidak bergerak. 2.3 Emosi yang lain
a. Ketakutan : kecemasan yang disebabkan oleh bahaya yang dikenali secara sadar dan realistic. b. Agitasi : kecemasan berat yang disertai dengan kegelisahan motorik. c. Kecemasan yang mengambang bebas : rasa takut yang meresap dan tidak terpusatkan yang tidak berhubungan dengan suatu gagasan. d. Ketegangan (tension) : peningkatan aktivitas motorik dan psikologis yang tidak menyenangkan.
4
e. Rasa malu : kegagalan membangun pengharapan diri. f. Abreaksional : pelepasan emosional setelah mengingat pengalaman yang menakutkan. g. Panik : serangan kecamasan yang akut, episodic, dan kuat yang disertai dengan perasaan ketakutan yang melanda dan pelepasan otonomik. h. Apati : irama emosi yang tumpul disertai dengan pelepasan atau ketidakacuhan. i.
Kecemasan : perasaan ketakutan yang disebabkan oleh dugaan bahaya, yang mungkin berasal dari dalam atau luar.
j.
Ambivalensi : terdapatnya secara bersama-sama dua impuls yang berlawanan terhadap hal yang sama pada satu orang yang sama pada waktu yang sama
k. Rasa bersalah : emosi sekunder karena melakukan sesuatu yang dianggap salah.
3. Perilaku motorik (Konasi)
a. Abullia : penurunan impuls untuk bertindak dan berfikir disertai dengan ketidakacuhan tentang akibat tindakan, disertai dengan defisit neurologist b. Negativisme : tahanan tanpa motivasi terhadap semua usaha untun menggerakkan atau terhadap semua instruksi c. Mannerisme : pergerakan yang tidak disadari yang mendarah daging dan kebiasaan d. Ekopraksia : peniruan pergerakan yang patologis seseorang pada orang lain e. Katapleksi : hilangnya tonus otot dan kelemahan secara sementara yang dicetuskan oleh berbagai keadaan emosional f. Otomatisme : tindakan yang otomatis yang biasanya mewakili suatu aktivitas simbolik yang tidak disadari g. Hipoaktivitas (hipokinesis) : penurunan aktivitas motorik dan kognitif, seperti pada retardasi psikomotor, perlambatan pikiran, bicara dan pergerakan yang dapat terlihat h. Mutisme : tidak bersuara tanpa kelainan struktural
5
i.
Stereotipik : pola tindakan fisik atau bicara yang terfiksasi dan berulang
j.
Memerankan : ekspresi langsung dari suatu harapan atau impuls yang tidak disadari dalam bentuk gerakan
k. Mimikri ; aktivitas motorik tiruan dan sederhana pada anak l.
Otomatisme perintah : otomatisme mengikuti sugesti
m. Katatonia : kelainan motorik dalam gangguan nonorganik -
Cerea flexibilitas (fleksibilitas lilin) : seseorang dapat diatur dalam
suatu posisi yang kemudian dipertahankannya, jika pemeriksa menggerakkan anggota tubuh pasien, anggota tubuh terasa seakanakan terbuat dari lilin. - Posturing katatonik : penerimaan postur yang tidak sesuai atau kaku yang disadari, biasanya dipertahankan dalam waktu yang lama. . -
Luapan katatonik : aktivitas motorik yang teragitasi, tidak
bertujuan, dan tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal. -
Stupor katatonik : penurunan aktivitas motorik yang nyata,
seringkali sampai tidak mobilitas dan tampaknya tidak menyadari sekeliling. -
Katalepsi : posisi yang tidak bergerak yang dipertahankan terus-
menerus. -
Rigiditas katatonik : penerimaan postur yang kaku yang disadari,
menentang usaha untuk digerakkan n. Overaktivitas -
Agitasi psikomotor : averaktivitas motorik dan kognitif yang
berlebihan, biasanya tidak produktif dan sebagai respon dari ketegangan. -
Hiperaktivitas (hiperkinesis) : kegelisahan, agresif, aktifitas
destruktif, seringkali disertai patologi otak dasar. -
Tidur berjalan : aktivitas motorik saat tidur.
-
Tik : pergerakan motorik yang spasmodik dan tidak disadari.
-
Ataksia: kegagalan koordinasi otot, irregularitas gerakan otot.
-
Polifagia : makan berlebihan yang patologis.
6
-
Akathisia : perasaan subjektif tentang tegangan motorik sekunder
dari medikasi antipsikotik atau medikasi lain yang dapat menyebabkan kegelisahan, melangkah bolak-balik, duduk dan berdiri berulangulang, dapat disalah artikan sebagai agitasi psikotik. -
Kompulsif : impuls tidak terkontrol untuk melakukan suatu
tindakan secara berulang. i. Dipsomania : kompulsi untuk minum alkohol ii. Kleptomania : kompulsi untuk mencuri iii.
Nimfomania : kebutuhan untuk koitus yang kuat dan kompulsif pada seorang wanita
iv.
Satiriasis : kebutuhan untuk koitus yang kuat dan kompulsif
pada seorang laki-laki v. Trikotilomania : kompulsi untuk mencabut rambut vi.
Ritual
:
aktivitas
kompulsif
otomatis
dalam
sifat,
menurunkan kecemasan yang orisinil. o. Agresi : tindakan yang kuat dan diarahkan dengan tujuan yang mungkin verbal atau fisik; bagian motorik dari afek kekasaran, kemarahan atau permusuhan. 4.
Berfikir
Aliran gagasan, simbol dan asosiasi yang diarahkan oleh tujuan dimulai oleh suatu tugas dan mengarah pada kesimpulan yang berorientasi kenyataan. Jika terjadi urutan yang logis, berfikir adalah normal. Parapraksis (tergelincir dari logis yang termotivasi secara tidak disadari juga disebut pelesetan menurut Freud ) dianggap sebagai bagian dari berfikir yang normal. A. Gangguan umum dalam bentuk atau proses berfikir 1.
Gangguan mental
Sindroma perilaku atau psikologis yang bermakna secara klinis, disertai dangan penderitaan atau ketidakmampuan, tidak hanya suatu respon yang diperkirakan dari peristiwa tertentu atau terbatas pada hubungan antara seseorang dan masyarakat. 2.
Psikosis
7
Ketidakmampuan untuk membedakan kenyataan dari fantasi. Gangguan tes realitas, dengan menciptakan realitas baru (berlawanan dengan neurosis : gangguan mental dimana tes realitas adalah utuh, perilaku tidak jelas melanggar norma-norma sosial, relatif bertahan lama atau rekuren tanpa pengobatan) 3.
Tes realitas
Pemeriksaan dan pertimbangan objektif tentang dunia di luar diri 4.
Gangguan pikiran formal
Gangguan dalam bentuk pikiran, malahan isi pikiran : berpikir ditandai dengan kekenduran asosiasi, neologisme, dan konstruksi yang tidak logis; proses berpikir mengalami gangguan, dan orang didefinisikan sebagai psikotik 5.
Berpikir tidak logis
Berpikir mengandung kesimpulan yang salah atau kontradiksi internal; hal ini adalah patologis jika nyata dan tidak disebabkan oleh kultural atau defisit intelektual 6.
Dereisme
Aktivitas mental yang tidak sesuai dengan logika atau pengalaman 7.
Berpikir autistik
Preokupasi dengan dunia dalam dan pribadi 8.
Berpikir magis
Suatu bentuk pikiran dereistik; berpikir adalah serupa dengan fase praopersional pada masa anak-anak (Jean Piaget), dimana pikiran, kata-kata, atau tindakan mempunyai kekuatan 9.
Proses berpikir primer
Istilah umu untuk berpikir yang dereistik, tidak logis, magis. Normalnya ditemukan dalam mimpi, abnormal pada psikosis B. Gangguan spesifik pada bentuk pikiran 1.
Neologisme
Kata baru yang diciptakan oleh pasien dengan mengkombinasikan suku kata dari kata-kata lain, untuk alas an keanehan psikologis 2.
World salad (gado-gado kata)
Campuran kata dan frasa yang membingungkan
8
3.
Sirkumstansialitas
Bicara yang tidak langsung yang lambat dalam mencapai tujuan tetapi akhirnya dari titik awal mencapai tujuan yang diharapkan; ditandai dengan pemasukan perincian-perincian dan tanda-tanda kutip yang berlebihan 4.
Tangensialitas
Ketidakmampuan untuk mempunyai asosiasi pikiran yang diarahkan oleh tujuan; pasien tidak pernah berangkat dari titik awal menuju tujuan yang diinginkan 5.
Inkoherensi (pembicaraan yang tidak logis)
Pikiran yang biasanya, tidak dapat dimengerti; berjalan bersama pikiran atau katakata dengan hubungan yang tidak logis atau tanpa tata bahasa, yamg menyebabkan disorganisasi 6.
Perseverasi
Respon terhadap stimulus baru diberikan, sering disertai dengan gagguan kognitif 7.
Verbigerasi
Pengulangan kata-kata atua frasa spesifik yang tidak mempunyai arti 8.
Ekolalia
Pengulangan kata-kata atau frasa-frasa seseorang oleh seseorang lain secara psikopatologis, cendrung berulang dan menetap, dapat diucapkan dengan mengejek atau intonasi terputus-putus 9.
Kondensasi
Penggabungan berbagai konsep menjadi satu konsep 10.
Jawaban yang tidak relevan
Jawaban yang tidak harmonis dengan pertanyaan uang dipertanyakan (pasien tampaknya mengabaikan atua tidak memperhatikan pertanyaan) 11.
Pengenduran asosiasi
Aliran pikiran dimana gagasan-gagasan bergeser dari satu subjek ke subjek lain dalam cara yang sama sekali tidak berhubungan; jika berat bicara mumngkin membingungkan (inkoheheren) 12.
Keluar dari jalur (derailment )
9
Penyimpangan yang mendadak dalam urutan pikiran tanpa penghambatan
13.
Flight of idea
Verbalisasi atau permainan kata-kata yang cepat dan terus menerus yang menghasilkan pergeseran terus menerus dari satu ide ke ide lain; ide-ide cendrung dihubungkan, dan dalam bentuk yang kurang parah, pendengar mungkin mampu untuk mengikutinya Asosiasi bunyi (clang association)
14.
Asosiasi kata-kata yang mirip bunyinya tetapi berbeda artinya; kata-kata yang tidak mempunyai hubungan logis, dapat termasuk sajak dan permainan kata Penghambatan ( Blocking )
15.
Terputusnya aliran berpikir secara tiba-tiba sebelum pikiran atau gagasan diselesaikan 16.
Glossolalia
Ekspresi pesan-pesan yang relevan melalui kata-kata yang tidak dipahami (jaga dikenal sebagai bicara pada lidah) C. Gangguan spesifik pada isi pikiran 1.
Kemiskinan isi pikiran
Pikiran yang memberikan sedikit informasi karena tidak ada pengertian, pengulangan kosong, atau frasa yang tidak jelas 2.
Gagasan yang berlebihan
Keyakinan palsu yang dipertahankan dan tidak beralasan dipertahankan secara kurang kuat dibandingkan dengan suatu waham 3.
Waham
keyakinan palsu, didasarkan pada kesimpulan yang salah tentang kenyataan eksternal, tidak sejalan dengan intelegensia pasien dan latar belakang kultural, yang tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan a.
Waham yang kacau (bizarre delusion) : keyakinan palsu yang
aneh, mustahil, dan sama sekali tidak masuk akal. b.
Waham
tersistematisasi
:
keyakinan
digabungkan oleh suatu tema atau peristiwa tunggal.
10
yang
palsu
yang
c.
Waham yang sejalan dengan mood : waham dengan isi yang
sesuai dengan mood d.
Waham yang tidak sejalan dengan mood : waham dengan isi
yang tidak mempunyai hubungan dengan mood atau merupakan mood-netral. e.
Waham nihilistik : perasaan palsu bahwa dirinya, orang lain, dan
dunia adalah ada atau berakhir. f.
Waham kemiskinan : keyakinan palsu bahwa pasien kehilangan
atau akan terampas semua harta miliknya. g.
Waham somatik : keyakinan yang palsu menyangkut fungsi
tubuh pasien. h.
Waham paranoid : termasuk waham persekutorik dan waham
referensi, kontrol, dan kebesaran (dibedakan dari ide paranoid, dimana kecurigaan adalah lebih kecil dari bagian waham) •
Waham persekutorik : keyakinan palsu bahwa pasien
sedang diganggu, ditipu, atau disiksa. •
Waham kebesaran : gambaran kepentingan, kekuatan, atau
identitas seseorang yang berlebihan. •
Waham referensi : keyakinan palsu bahwa perilaku orang
lain ditujukan pada dirinya; bahwa peristiwa, benda-benda atau orang lain mempunyai kepentingan tertentu dan tidak biasanya, umumnya dalam bentuk negatif; diturunkan dari ide referensi, dimana seseorang secara salah merasa bahwa ia sedang dibicarakan oleh orang lain. i.
Waham menyalahkan diri sendiri : keyakinan yang palsu tentang
penyesalan yang dalam dan bersalah j.
Waham pengendalian : perasan palsu bahwa kemauan, pikiran,
atau perasaan pasien dikendalikan oleh tenaga dari luar •
Penarikan pikiran (thought withdrawal ) : waham bahwa
pikiran pasien dihilangkan dari ingatannya oleh orang lain atau tenaga lain. •
Penanaman pikiran (thought insertion) : waham bahwa
pikiran ditanam dalam pikiran pasien oleh orang lain atau tenaga lain.
11
Siar pikiran (thought broadcasting ) : waham bahwa pikiran
•
pasien dapat didengar oleh lain. Pengendalian pikiran (thought control ) : waham bahwa
•
pikiran pasien dikendalikan oleh orang lain atau tenaga lain. k.
Waham ketidaksetiaan (waham cemburu) : keyakinan palsu yang
didapatkan dari kecemburuan patologis bahwa kekasih pasien adalah tidak jujur l.
Erotomania : kayakinan waham, lebih sering pada wanita
dibandingkan dengan laki-laki, bahwa seseorang sangat mencintai dirinya (dikenal sebagai kompleks Clerambault- Kandinsky) m.
Pseudologis phantastica : suatu jenis kebohongan, dimana
seseorang tampaknya percaya terhadap kenyataan fantasinya dan bertindak atas kenyataan 4.
Kecenderungan atau preokupasi pikiran
Pemusatan isi pikiran pada ide tertentu, disertai dengan irama afektif yang kuat, seperti kecenderungan paranoid, atau preokupasi tentang bunuh diri atau membunuh 5.
Egomania
Egomania adalah preokupasi pada diri sendiri yang patologis 6.
Monomania
Monomania adalah preokupasi dengan suatu objek tunggal 7.
Hipokondria
Keprihatinan yang berlebihan tentang kesehatan pasien yang didasarkan bukan pada patologi organik yang nyata, tetapi pada interprestasi yang realistik terhadap tanda atau sensasi fisik yang sebagai abnormal 8.
Obsesi
Ketekunan yang patologis dari suatu pikiran atau perasaan yang tidak dapat ditentang, yang tidak dapat dihilangkan dari kesadaran oleh usaha logika, yang disertai dengan kecemasan (juga dikenal sebagai renungan) 9.
Kompulsi
12
Kebutuhan yang patologis untuk melakukan suatu impuls yang jika ditahan menyebabkan kecemasan 10.
Koprolalia
Pengungkapan secara kompulsif dari kata-kata yang cabul
11.
Fobia
Rasa takut patologis yang persisten, irasional, berlebihan, dan selalu terjadi terhadap suatu jenis stimulasi atau situasi tertentu; menyebabkan keinginan yang memaksa untuk menghindari stimulus yang ditakuti Fobia sederhana : rasa takut yang jelas terhadap objek atau
•
situasi yang jelas (contohnya, takut terhadap laba-laba atau ular) Fobia sosial : rasa takut akan keramaian masyarakat, seperti
•
takut berbicara dengan masyarakat, bekerja, atau makan dalam masyarakat
12.
•
Akrofobia : rasa takut terhadap tempat yang tinggi
•
Agrofobia : rasa takut terhadap tempat yang luas
•
Algofobia : rasa takut terhadap rasa nyeri
•
Ailurofobia : rasa takut terhadap kucing
•
Eritrofobia : rasa takut terhadap warna merah
•
Panfobia : rasa takut terhadap segala sesuatu
•
Klaustrofobia : rasa takut terhadap tempat yang tertutup
•
Xenofobia : rasa takut terhadap orang asing
•
Zoofobia : rasa takut terhadap binatang Noesis
Suatu wahyu dimana terjadi pencerahan yang besar sekali disertai dengan perasaan bahwa pasien telah dipilih untuk memimpin dan memerintah 13.
Unio mystica
Suatu perasaan yang meluap, pasien secara mistik bersatu dengan kekuatan yang tidak terbatas
13
5.
Bicara
Gagasan, pikiran, perasaan yang diekspresikan melalui bahasa; komunikasi melalui penggunaan kata-kata dan bahasa. A. Gangguan Bicara 1.
Tekanan bicara : bicara cepat yaitu peningkatan jumlah dan kesulitan
untuk memutus pembicaraan 2.
Kesukaan bicara (logorrhea) : bicara yang banyak sekali, bertalian, dan
logis 3.
Kemiskinan bicara (poverty of speech) : pembatasan bicara yang
digunakan; jawaban hanya satu suku kata 4.
Bicara yang tidak spontan : respon verbal yang diberikan hanya jika
ditanya atau dibicarakan langsung; tidak ada bicara yang dimulai dari diri sendiri 5.
Kemiskinan isi bicara : bicara yang adekuat dalam jumlah tetapi
memberikan sedikit informasi karena ketidakjelasan, kekosongan atau frasa yang stereotipik 6.
Disprosodi : hilangnya irama bicara yang normal
7.
Disartria : kesulitan dalam artikulasi, bukan dalam penemuan kata atau
tata bahasa 8.
Bicara yang keras atau lemah secara berlebihan
9.
Gagap : pengulangan atau perpanjangan suara atua suku kata yang sering,
menyebabkan gangguan kefasihan bicara yang jelas 10.
Kekacauan : bicara yang aneh dan disritmik yang cepat dan menyentak
B. Gangguan Afasik : gangguan dalam pengeluaran bahasa 1.
Afasia motorik : gangguan bicara yang disebabkan oleh gangguan kognitif
dimana pengertian adalah tetap tetapi kemampuan untuk bicara adalah sangat terganggu (dikenal sebagai afasia Broca) 2.
Afasia sensorik : kehilangan kemampuan organik untuk mengerti arti kata;
bicara lancar dan spontan, tetapi membingungkan dan yang bukan-bukan 3.
Afasia nominal : kesulitan untuk menemukan nama yang tepat untuk suatu
benda (juga dikenal sebagai afasia anomia dan amnestik)
14
4.
Afasia sintatikal : ketidakmampuan untuk menyusun kata-kata dalam
urutan yang tepat 5.
Afasia logat khusus : kata-kata yang dihasilkan seluruhnya neologistik;
kata-kata yang bukan-bukan diulangi dengan berbagai intonasi dan nada suara 6.
Afasia global : kombinasi afasia yang sangat tidak fasih dan afasia fasih
yamg berat
6. Persepsi
Persepsi adalah memindahkan stimulasi fisik menjadi informasi psikologis, proses mental dimana stimulasi sensoris dibawa ke kesadaran 6.1. Gangguan persepsi
Persepsi adalah proses memindahkan stimulasi fisik menjadi informasi psikologis; proses mental dimana stimulasi sensoris dibawa ke kesadaran. 1.
Halusinasi : persepsi sensoris yang palsu yang tidak disertai dengan
stimuli eksternal yang nyata, mungkin terdapat atau tidak terdapat interpretasi waham tentang pengalaman halusinasi a.
Halusinasi hipnagogik : persepsi sensoris yang palsu yang terjadi
saat akan tertidur, biasanya dianggap sebagai fenomena yang nonpatologis. b.
Halusinasi hipnopompik : persepsi palsu yang terjadi saat
terbangun dari tidur, biasanya dianggap tidak patologis. c.
Halusinasi dengar (auditoris) : persepsi bunyi palsu, biasanya
suara tetapi juga berupa bunyi-bunyi lain, seperti musik, dan merupakan halusinasi yang paling sering pada gangguan psikiatrik. d.
Halusinasi visual : persepsi palsu tentang penglihatan yang
berupa citra yang berbentuk (contoh : orang) dan citra yang tidak berbentuk (contoh : kilatan cahaya), paling sering pada gangguan organik. e.
Halusinasi cium (olfaktoris) : persepsi membau yang palsu,
paling sering pada gangguan organik. f.
Halusinasi kecap (gustatoris) : persepsi tentang rasa kecap yang
palsu, seperti rasa kecap yang tidak menyenangkan yang disebabkan oleh kejang, paling sering pada ganggaun organik.
15
g.
Halusinasi raba (taktil, haptic) : persepsi palsu tentang perabaan
atau sensasi permukaan, seperti dari tungkai yang teramputasi (phantom limb), sensasi adanya gerakan pada atau di bawah kulit ( kesemutan). h.
Halusinasi somatik (halusinasi kenestetik) : sensasi palsu tentang
sesuatu hal yang terjadi di dalam atau terhadap tubuh, paling sering berasal dari visceral. i.
Halusinasi liliput (mikropsia) : persepsi yang palsu dimana
benda-benda tampak lebih kecil ukurannya. j.
Halusinasi
yang
sejalan
dengan
mood
(mood-congruent
hallucination) : halusinasi dimana isi halusinasi adalah konsisten dengan mood yang tertekan atau manik. Halusinasi yang tidak sejalan dengan mood ( mood-incongruent
k.
hallucination) : halusinasi dimana isinya tidak konsisten dengan mood yang tertekan atau manik. l.
Halusinosis : halusinasi, paling sering adalah halusinasi dengar,
yang berhubungan dengan penyalahgunaan alkohol kronis dan terjadi dalam sensorium yag jernih. m.
Sinestesia : sensasi atau halusinasi yang disebabkan oleh sensasi
lain. n.
Trailing phenomenon : kelainan persepsi yang berhubungan
dengan obat-obat halusinogen dimana benda yang bergerak dilihat sebagai sederetan citra yang terpisah dan tidak kontinu. 2.
Ilusi : mispersepsi atau misinterpretasi terhadap stimuli eksternal yang
nyata 6.2. Gangguan yang berhubungan dengan gangguan kognitif
Agnosia yaitu ketidakmampuan untuk mengenaki dan menginterpretasikan kepentingan kesan sensoris 1.
Anosognosia
:
ketidaktahuan
tentang
penyakit,
ketidakmampuan untuk mengenali suatu defek neurologist yang terjadi pada dirinya
16
2.
Somatopagnosia : ketidakmampuan untuk mengenali suatu
bagian tubuh sebagai milik dirinya sendiri 3.
Agnosia visual : ketidakmampuan untuk mengenali benda-
benda atau orang 4.
Astereonosis : ketidakmampuan untuk mengenali benda
melalui sentuhan 5.
Prosopagnosia : ketidakmampuan untuk mengenali wajah
6.
Apraksia : ketidakmampuan untuk melakukan tugas – tugas
tertentu 7.
Simutagnosia : ketidakmampuan untuk mengerti lebih dari satu
elemen pandangan visual pada suatu waktu untuk mengintegrasikanbagian bagian menjai keseluruhan 8.
Adiasokokinesia
:
ketidakmampuan
untuk
melakukan
pergerakan yang berubah dengan cepat 6.3. Gangguan yang berhubungan dengan fenomena konversi dan disosiatif
Yaitu somatisasi material yang direpresi atau perkembangan gejala dan distorsi fisik yang melibatkan otot volunteer atau organ sensoris bukan di bawah kontrol volunteer dan bukan disebabkan oleh suatu gangguan fisik 1.
Anastesia histerikal : hilangnya modalitas sensoris yang disebabkan oleh konflik emosional
2.
Makropsia : menyatakan benda-benda tampak lebih besar dari sesungguhnya
3.
Mikropsia : menyatakan benda-benda tampak lebih kecil dari sesungguhnya
4.
Depersonalisasi : peranan subjektif bahwa lingkungan adalah aneh atau tidak nyata, suatu perasaan tentang perubahan realitas Fatigue (fuga) : mengambil identitas baru pada amnesia
5.
identitas yang lama, seringkali termasuk berjalan-jalan atau berkelana ke lingkungan yang baru 6.
Kepribadian ganda : satu orang yang tampak pada waktu yang berbeda menjadi 2 atau lebih kepribadian
17
7.
Derealisasi : perasaan subjektif bahwa lingkungan adalah aneh atau tidak nyata, suatu perasaan tentang perubahan realitas
7. Daya ingat
Daya ingat adalah fungsi dimana informasi di simpan di otak dan selanjutnya diingat kembali ke kesadaran. I.
Gangguan daya ingat 1.
Amnesia : ketidakmampuan sebagian atau keseluruhan untuk mengingat
pengalaman masa lalu, mungkin berasal dari organik atau emosional. a.
Anterograd : amnesia untuk peristiwa yang terjadi setelah suatu
titik waktu. b. 2.
Retrograd : amnesia sebelum suatu titik waktu. Paramnesia : pemalsuan ingatan oleh distorsi pengingatan
a.
Fausse reconnaissance : pengenalan yang palsu.
b.
Pemalsuan retrospektif : ingatan secara tidak diharapkan (tidak
disadari) menjadi terdistorsi saat disaring melalui keadaan emosional, kognitif, dan pengalaman pasien sekarang. c.
Konfabulasi : pengisian kekosongan ingatan secara tidak disadari
oleh pengalaman yang dibayangkan atau tidak nyata yang dipercaya pasien tetapi tidak mempunyai dasar kenyataan, paling sering berhubungan dengan patologi organik. d.
Déjà vu : ilusi pengenalan visual dimana situasi yang baru secara
keliru dianggap sebagai pengulangan ingatan sebelumnya. e.
Deja entendu : ilusi pengenalan auditoris
f.
Deja pense : ilusi bahwa suatu pikiran baru dikenali sebagai
pikiran yang sebelumnya telah dirasakan atau diekspresikan. g.
Jamais vu : perasaan palsu tentang ketidakkenalan terhadap
situasi nyata yang telah dialami seseorang. 3.
Hipermnesia : peningkatan derajat penyimpanan dan pengingatan
4.
Eidetic image : ingatan visual tentang kejelasan halusinasi
18
Screen memory : ingatan yang dapat ditoleransi secara sadar menutupi
5.
ingatan yang menyakitkan 6.
Represi : suatu mekanisme pertahanan yang ditandai oleh pelupaan yang
tidak disadari terhadap gagasan atau impuls yang tidak dapat diterima 7.
Letologika : ketidakmampuan sementara untuk mengingat suatu nama atau
suatu kata benda yang tepat II.
Tingkat daya ingat Segara ( immediate) : reproduksi atau pengingatan hal- hal yang dirasakan
1.
dalam beberapa detik sampai menit 2.
Baru saja ( recent ) : pengingatan peristiwa yang telah lewat beberapa hari
3.
Agak lama (recent past) : pengingatan peristiwa yang telah lewat selama
beberapa bulan 4.
Jauh (remote) : pengingatan peristiwa yang telah lama terjadi
8. Intelegensia
Intelegensia adalah kemampuan untuk mengerti, mengingat, menggerakkan dan menyatukan secara konstruktif pelajaran sebelumnya dalam menghadapi situasi yang baru. I.
Retardasi mental : kurangnya intelegensia sampai derajat dimana terdapat gangguan pada kinerja sosial dan kejujuran.
II.
Demensia : perburukan fungsi intelektual organik dan global tanpa pengaburan kesadaran. 1.
Diskalkulia (akalkulia) : hilngnya kemampuan untuk
melakukan perhitungan yang tidak disebabkan oleh kecemasan atau gangguan konsentrasi. 2.
Disgrafia (agrafia) : hilangnya kemampuan untuk
menulis dalam gaya yang kursif, hilangnya struktur kata. 3.
Aleksia
: hilangnya
kemampuan
membaca
yang
sebelumnya dimiliki, tidak disebabkan oleh gangguan ketajaman penglihatan.
19
III.
Pseudodemensia : gambaran klinis yang menyerupai demensia yang tidak disebabkan oleh suatu kondisi organik,
paling sering
disebabkan oleh depresi ( sindroma demensia dari depresi). IV.
Berpikir konkret : berpikir harafiah, penggunaan kiasan yang terbatas tanpa pengertian nuansa arti, pikiran satu-dimensional.
V.
Berpikir abstrak : kemampuan untuk mengerti nuansa arti, berpikir multi dimensional dengan kemampuan menggunakan kiasan dan hipotesis dengan tepat.
Tilikan ( Insight )
Tilikan adalah kemampuan pasien untuk mengerti penyebab sebenarnya dan arti dari suatu situasi (seperti sekumpulan gejala). 1
Penyangkalan penyakit sama sekali
2
Agak menyadari bahwa mereka adalah sakit dan membutuhkan bantuan tetapi dalam waktu yang bersamaan menyangkal penyakitnya
3
Sadar bahwa mereka adalah sakit tapi melemparkan kesalahan pada orang lain, pada faktor eksternal, atau pada faktor organic
4
Sadar bahwa penyakitnya disebabkan oleh sesuatu yang tidak diketahui pada diri pasien
5
Tilikan intelektual : mengerti kenyataan objektif tentang suatu keadaan tanpa kemampuan untuk menerapkan pengetahuan dalam cara yang berguna untuk mengatasi situasi.
6
Tilikan emosional sesungguhnya : mengerti kenyataan objektif tentang suatu situasi, disertai dengan daya pendorong (impetus) motivasi dan emosional untuk mengatasi situasi.
Pertimbangan ( Judgment )
Pertimbangan adalah kemampuan untuk menilai situasi secara benar dan untuk bertindak secara tepat di dalam situasi tersebut. a.
Pertimbangan kritis : kemampuan untuk menilai, melihat dan memilih berbagai pilihan di dalam suatu situasi
20
b.
Pertimbangan otomatis : kinerja refleks di dalam suatu tindakan.
c.
Pertimbangan yang terganggu : menghilangnya kemampuan untuk mengerti suatu situasi dengan benar dan bertindak secara tepat.
II. KLASIFIKASI GANGGUAN JIWA (DAFTAR & KATEGORI DIAGNOSIS) F00-09 Gangguan mental organik, termasuk gangguan mental simtomatik. Gambaran utama: Gangguan fungsi kognitif: daya ingat, daya pikir, dan belajar • Gangguan sensorium: gangguan kesadaran dan perhatian •
21
•
•
Sindrom dengan menifestasi yang jelas dalam bidang: persepsi(halusinasi), isi pikiran (waham/delusi), suasana perasaan dan emosi (depresi, gembira dan cemas) Gangguan mental simptomatik
F00
Demensia pada penyakit alzheimer F00.0 Demensia pada penyakit alzheimer dengan onset dini F00.1 Demensia pada penyakit alzheimer dengan onset lambat F00.2 Demensia pada penyakit alzheimer, tipe tak khas atau tipe campuran F00.9 Demensia pada penyakit alzheimer YTT
F01
Demensia vaskular F01.0 Demensia vaskular onset akut F01.1 Demensia multi infark F01.2 Demensia vaskular subkortical F01.3 Demensia vaskular campuran kortikal dan subkortikal F01.8 Demensia vaskular lainnya F01.9 Demensia vaskular YTT
F02
Demensia pada penyakit lain YDK F02.0 Demensia pada penyakit Pick F02.1 Demensia pada penyakit Creutzfeldt-jakob F02.2 Demensia pada penyakit Huntington F02.3 Demensia pada penyakit Parkinson F02.4 Demensia pada penyakit Human Imunodeficiency Virus [HIV] F02.8 Demensia pada penyakit YDT YDK
F03
Demensia YTT
F04
Sindroma amnesia organik bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya
F05
Deliriun bukan akibat alkohol dan zat psikoaktif lainnya F05.0 Delirium, tak bertumpangtindih dengan demensia F05.1 Delirium, bertumpangtindih dengan demensia F05.8 Delirium lainnya F05.9 Delirium YTT
F06
Gangguan mental lainnya akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik F06.0 Halusinosis organik F06.1 Gangguan katatonik organik F06.2 Gangguan waham organik (lir-skizofrenia) F06.3 Gangguan suasana perasaan (mood[afektif]) organik F06.4 Gangguan anxietas organik F06.5 Gangguan disosiatif organik F06.6 Gangguan astenik organik F06.7 Gangguan kognitif ringan
22
F06.8 F06.9
Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik lain YDT Gangguan mental akibat kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik YTT
F07
Gangguan kepribadian dan perilaku akibat penyakit, kerusakan dan disfungsi otak F07.0 Gangguan kepribadian organik F07.1 Sindroma pasca-ensefalitis F07.2 Sindroma pasca-kontusio F07.8 Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit, kerusakan dan disfungsi otak lainnya F07.9 Gangguan kepribadian dan perilaku organik akibat penyakit, kerusakan dan disfungsi otak YTT
F09
Gangguan mental organik atau simptomatik YTT
F10-19 Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat psikoaktif Dasar diagnosa: Adanya penggunaan zat psikoaktif (baik yang diresepkan maupun tidak) • Adanya gejala psikotik maupun tidak ada •
F10 F11 F12 F13 F14 F15 F16 F17 F18 F19
Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan alkohol Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan opioida Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kanabinoida Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan sedativa atau hipnotika Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan kokain Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan stimulansia lain termasuk kafein Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan halusinogenika Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan tembakau Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan pelarut yang mudah menguap Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multipel dan penggunaan zat psikoaktif lainnya
F20-29 Skizofrenia, gangguan skizotipal dan gangguan waham Pedoman diagnosa : Gejala yang timbul yaitu gejala psikotik, semua umur • Non organik •
F20 Skizofrenia Pedoman diagnosis: Gejala Mayor: (1 gejala yang jelas, 2 gejala yang kurang jelas) Thought echo, though insertio, thought broadcasting • Waham dikendalikan • Halusinasi menetap •
23
Waham menetap Gejala Minor: (paling sedikit 2) Halusinasi menetap • Arus pikir yang terputus atau mengalami sisipan • Perilaku katatonik • Gejala negativistik • Perubahan yang konsisten secara keseluruhan dari perilaku • Kurun waktu 1 bulan atu lebih •
F20.0 F20.1 F20.2 F20.3 F20.4 F20.5 F20.6 F20.8 F20.9
Skizofrenia paranoid Skizofrenia hebefrenik Skizofrenia katatonik Skizofrenia tak terinci (undifferentiated) Skizofrenia pasca-skizofrenia Skizofrenia residual Skizofrenia simpleks Skizofrenia lainnya Skizofrenia YTT
F21
Gangguan skizotipal
F22
Gangguan waham menetap F22.0 Gangguan waham F22.8 Gangguan waham menetap lainnya F22.9 Gangguan waham YTT
F23
Gangguan psikotik akut dan sementara F23.0 Gangguan psikotik polimorfik akut tanpa gejala skizofrenia F23.1 Gangguan psikotik polimorfik akut dengan gejala skizofrenia F23.2 Gangguan psikotik lir-skizofrenia akut F23.3 Gangguan psikotik akut lainnya dengan predominan waham F23.8 Gangguan psikotik akut dan sementara lainnya F23.9 Gangguan psikotik akut dan sementara YTT
F24
Gangguan waham terinduksi
F25
Gangguan skizoafektif F25.0 Gangguan skizoafektif tipe manik F25.1 Gangguan skizoafektif tipe depresif F25.2 Gangguan skizoafektif tipe campuran F25.8 Gangguan skizoafektif lainnya F25.9 Gangguan skizoafenik YTT
F28 F29
Gangguan psikotik non organik lainnya Psikosis non organik YTT
24
F30-39 Gangguan suasana perasaan (Mood [afektif]) Pedoman diagnosis: Perubahan suasana mood/ afek ( kearah depresi maupun elasi) • Pada semua umut • Perubahan semua tingkatan aktivitas (umumnya) • Dapat disertai gejala psikotik maupun non psikotik •
F30
Episode manik F30.0 Hipomania F30.1 Mania tanpa gejala psikotik F30.2 Mania dengan gejala psikotik F30.8 Episode manik lainnya F30.9 Episode manik YTT
F31
Gangguan afektif bipolar F31.0 Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik F31.1 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik tanpa gejala psikotik F31.2 Gangguan afektif bipolar, episode kini manik dengan gejala psikotik F31.3 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif ringan atau sedang F31.4 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik F31.5 Gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat dengan gejala psikotik F31.6 Gangguan afektif bipolar, episode kini campuran F31.7 Gangguan afektif bipolar,kini dalam remisi F31.8 Gangguan afektif bipolar lainnya F31.9 Gangguan afektif bipolar YTT
F32
Episode depresif F32.0 Episode depresif ringan F32.1 Episode depresif sedang F32.2 Episode depresif berat tanpa gejala psikotik F32.3 Episode depresif berat dengan gejala psiotik F32.8 Episode depresif lainnya F32.9 Episode depresif YTT
F33
Gangguan depresif berulang F33.0 Episode depresif berulang, episode kini ringan F33.1 Episode depresif berulang, episode kini sedang F33.2 Episode depresif berulang, episode kini berat tanpa gejala psikotik F33.3 Episode depresif berulang, episode kini berat dengan gejala psikotik F33.4 Episode depresif berulang, kini dalam remisi F33.8 Episode depresif berulang lainnya F33.9 Episode depresif berulang YTT
F34
Gangguan suasana perasaaan (mood[afektif]) menetap
25
F34.0 F34.1 F34.8 F34.9 F38
F39
Siklotimia Distimia Gangguan suasana perasaan (mood[afektif]) menetap lainnya Gangguan suasana perasaan (mood[afektif]) menetap YTT
Gangguan suasana perasaaan (mood[afektif]) lainnya F38.0 Gangguan suasana perasaaan (mood[afektif]) tunggal lainnya F38.1 Gangguan suasana perasaaan (mood[afektif]) berulang lainnya F38.8 Gangguan suasana perasaaan (mood[afektif]) lainnya YDT Gangguan suasana perasaaan (mood[afektif]) YTT
F40-49 Gangguan Neurotik, gangguan somatoform dan gangguan yang berkaitan dengan stres Gejala utama: Neurotik, somatoform dan berkaitan dengan stress • Non organik •
F40 • • • • •
F41 • • • • • •
F42 • • • • •
F43 • • • •
Gangguan anxietas fobik F40.0 Agorafobia F40.1 Fobia sosial F40.2 Fobia khas (terisolasi) F40.8 Gangguan anxietas fobik lainnya F40.9 Gangguan anxietas fobik lainnya Gangguan anxietas lainnya F41.0 Gangguan panik ( anxietas paroksismal episodik) F41.1 Gangguan anxietas menyeluruh F41.2 Gangguan campuran anxietas dan depresif F41.3 Gangguan anxietas campuran lainnya F41.8 Gangguan anxietas lainnya F41.9 Gangguan anxietas YTT Gangguan obsesif-kompulsif F42.0 Predominan pikiran obsesional atau pengulangan F42.1 Predominan tindakan kompulsif F42.2 campuran tindakan dan pikiran obsesional F42.8 Gangguan obsesif-kompulsif lainnya F42.9 Gangguan obsesif-kompulsif YTT Reaksi terhadap stres berat dan gangguan penyesuaian F43.0 Reaksi stress akut F43.1 Gangguan stress pasca trauma F43.2 Gangguan penyesuaian F43.8 Reaksi terhadap stres berat lainnya 26
•
F44 • • • • • • • • • •
F45 • • • • • • •
F48 • • • •
F43.9
Reaksi terhadap stress berat YTT
Gangguan disosiatif [konversi] F44.0 Amnesia disosiatif F44.1 Fugue disosiatif F44.2 Stupor disosiatif F44.3 Gangguan trans dan kesurupan F44.4 Gangguan motorik disosiatif F44.5 Konvulsi disosiatif F44.6 Anestesia dan kehilangan sensorik disosiatif F44.7 Gangguan disosiatif [konversi] campuran F44.8 Gangguan disosiatif [konversi] lainnya F44.9 Gangguan disosiatif [konversi] YTT Gangguan somatoform F45.0 Gangguan somatisasi F45.1 Gangguan somatoform tak terinci F45.2 Hipokondrik F45.3 Disfungsi otonomik somatoform F45.4 Gangguan nyeri somatoform menetap F45.8 Gangguan somatoform lainnya F45.9 Gangguan somatoform YTT Gangguan neurotik lainnya F48.0 Neurastenia F48.1 Sindroma depersonalisasi-derealisasi F48.8 Gangguan neurotik lainnya YDT F48.9 Gangguan neurotik YTT
F50-59 Sindroma perilaku yang berhubungan dengan gangguan fisiologis dan faktor fisik Gejala khas: Disfungsi fisiologi • Etiologi non organik •
F50 • • • •
Gangguan makan F50.0 Anoreksia nervosa F50.1 Anoreksia nervosa tak khas F50.2 Bulimia nervosa F50.3 Bulimia nervosa tak khas
27
•
F50.4
•
F50.5 F50.8 F50.9
• •
F51 • • • • • • • •
F52 • • • • • • • • •
•
F53 •
•
•
•
F54
Makan berlebih yang berhubungan dengan gangguan psikologis lainnya Muntah yang berhubungan dengan gangguan psikologis lainnya Gangguan makan lainnya Gangguan makan YTT
Gangguan tidur nonorganik F51.0 Insomnia nonorganik F51.1 Hipersomnia nonorganik F51.2 Gangguan jadwal tidur nonorganik F51.3 Somnambulisme F51.4 Teror tidur F51.5 Mimpi buruk F51.8 Gangguan tidur nonorganik lainnya F51.9 Gangguan tidur nonorganik YTT Disfungsi seksual bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik F52.0 Kurang atau hilangnya nafsu seksual F52.1 Tidak menyukai dan tidak menikmati seks F52.2 Kegagalan dari respon genital F52.3 Disfungsi orgasme F52.4 Eyakulasi dini F52.5 Vaginismus nonorganik F52.6 Dispareunia nonorganik F52.7 Dorongan seksual berlebihan F52.8 Disfungsi seksual lainnya, bukan disebabkan olh gangguan atau penyakit organik F52.9 Disfungsi seksual YTT, bukan disebabkan oleh gangguan atau penyakit organik
Gangguan jiwa dan perilaku yang berhunungan dengan masa nifas YTK F53.0 Gangguan jiwa dan perilaku ringan yang berhubungan dengan masa nifas YTK F53.1 Gangguan jiwa dan perilaku berat yang berhubungan dengan masa nifas YTK F53.8 Gangguan jiwa dan perilaku lainnya yang berhubungan dengan masa nifas YTK F53.9 Gangguan masa nifas YTT Faktor psikologi dan perilaku yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit YDK
28
F55 • • • • • • • • •
F59
Penyalahgunaan zat yang tidak menyebabkan ketergantungan F55.0 Antidepresiva F55.1 Pencahar F55.2 Analgetika F55.3 Antasida F55.4 Vitamin F55.5 Stereoida atau hormon F55.6 Jamu atau obat tradisional F55.8 Zat lainnya yang tidak menyebabkan ketergantungan F55.9 YTT Sindroma perilaku YTT yang bverhubungan dengan gangguan fisiologi dan faktor fisik
F60-69 Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa. Gajala khas Gejala prilaku • Non organik • Dewasa •
F60 • • • • • • • • • •
F61 • •
F62 •
•
gangguan kepribadian khas F60.0 Gangguan kepribadian paranoid F60.1 Gangguan kepribadian skizoid F60.2 Gangguan kepribadian dissosial F60.3 Gangguan kepribadian emosional tak stabil F60.4 Gangguan kepribadian histrionik F60.5 Gangguan kepribadian anankastik F60.6 Gangguan kepribadian cemas F60.7 Gangguan kepribadian dependen F60.8 Gangguan kepribadian khas lainnya F60.9 Gangguan kepribadian YTT
Gangguan kepribadian campuran dan lainnya. F61.0 Gangguan kepribadian campuran F61.1 Perubahan kepribadian yang bermasalah Perilaku kepribadian yang berlangsung lama yang tidak diakibatkan okeh kerusakan atau penyakit otak. F62.0 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama setelah mengalami katastrofa F62.1 Perubahan kepribadian yang berlangsung lama akibat penyakit psikiatri
29
• •
F63 • • • • • •
F64 • • • • •
F65 • • • • • • • • •
F66 • • • • •
F68 • •
•
F69
F62.8 F62.9
Perubahan kepribadian yang berlangsung lama lainnya Perubahan kepribadian yang berlangsung lama YTT
Gangguan kebiasaan dan impuls F63.0 Judi patologis F63.1 Bakar patologis F63.2 Curi patologis F63.3 Trikotilomania F63.8 Gangguan kebiasaan dan impuls lainnya F63.9 Gangguan kebiasaan dan impuls YTT Gangguan preferensi seksual F64.0 Transseksualisme F64.1 Transvestisme peran ganda F64.2 Gangguan identitas jenis kelamin masa kanak F64.8 Gangguan identitas jenis kelamin lainnya F64.9 Gangguan identitas jenis kelamin YTT Gangguan preferensi seksual F65.0 Fetishisme F65.1 Transvestisme fetishistik F65.2 Ekshibisionisme F65.3 Voyeurisme F65.4 Pedofilia F65.5 Sadomasokisme F65.6 Gangguan preferensi seksual multipel F65.8 Gangguan preferensi seksual lainnya F65.9 Gangguan preferensi seksual YTT Gangguan psikologi dan perilaku yang berhubungan dengan perkembangan dan orientasi seksual F66.0 Gangguan maturasi seksual F66.1 Orientasi seksual egodistonik F66.2 Gangguan hubungan seksual F66.8 Gangguan perkembangan psikoseksual lainnya F66.9 Gangguan perkembangan psikoseksualYTT Gangguan kepribadian dan perilaku dan perilaku masa dewasa F68.0 Elaborasi gejala fisik karena alasan psikologis F68.1 Kesengajaan atau berpura-pura membuat gejala atau disabilitas, baik fisik maupun psikologi F68.8 Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa lainnya YDT Gangguan kepribadian dan perilaku masa dewasa 105
30
F70-79 Retardasi Mental Gejala khas: Gejala perkembangan IQ • Non organik •
F70 F71 F72 F73 F78 F79
Retardasi mental ringan Retardasi mental sedang Retardasi mental berat Retardasi mental sangat berat. Retardasi mental lainnya Retardasi mental YTT
F80-89 Gangguan perkembangan psikologis Gejala khas: Gejala perkembangan khusus • Onset masa kanak •
F80 • • • • • •
F81 • • • • • •
Gangguan perkembangan khas berbicara dan berbahasa F80.0 Gangguan artikulasi berbicara khas F80.1 Gangguan berbahasa ekspresif F80.2 Gangguan berbahasa reseptif F80.3 Afasia yang dapat didapat dengan epilepsi (sindr landau-kleffner) F80.8 Gangguan perkembangan berbicara dan berbahasa lainnya F80.9 Gangguan perkembangan berbicara dan berbahasa YTT Gangguan perkembangan belajar khas F81.0 Gangguan mambaca khas F81.1 Gangguan mengeja khas F81.2 Gangguan berhitung khas F81.3 Gangguan belajar campuran F81.4 Gangguan perkembangan belajar lainnya F81.5 Gangguan perkembangan belajar YTT
F82
Gangguan perkembangan motorik khas
F83
Gangguan perkembangan khas campuran
F84 • • • • •
Gangguan perkembangan pervasif F84.0 Autisme masa kanak F84.1 Autisme tak khas F84.2 Sindroma Rett F84.3 Gangguan desintegratif masa kanak lainnya F84.4 Gangguan aktivitas berlebih yang berhubungan dengan retardasi mental dan gerakan stereotipik
31
• • •
F84.5 F84.8 F84.9
Sindroma Asperger Gangguan perkembangan pervasif lainnya Gangguan perkembangan pervasif YTT
F88
Gangguan perkembangan psikologis lainnya
F89
Gangguan perkembangan psikologis YTT
F90-99
Gangguan perilaku dan emosional dengan onset biasanya pada kanak dan remaja Gejala khas: Gejala prilaku/emosional • Onset masa kanak •
F90 • • • •
F91 • • • • • •
Gangguan hiperkinetik F90.0 Gangguan aktivitas dan perhatian F90.1 Gangguan tingkah laku hiperkinetik F90.8 Gangguan hiperkinetik lainnya F90.9 Gangguan hiperkinetik YTT Gangguan tingkat laku F91.0 Gangguan tingkah laku yan berbatas pada lingkungan keluarga F91.1 Gangguan tingkah laku tak berkelompok F91.2 Gangguan tingkah laku berkelompok F91.3 Gangguan sikap menentang F91.8 Gangguan tingkah laku lainnya F91.9 Gangguan tingkah laku YTT
F92 • • •
• • • • • •
F93 F93.0 F93.1 F93.2 F93.3 F93.8 F93.9 F94
Gangguan campuran tingkah laku dan emosi F92.0 Gangguan tingkah laku depresif F92.8 Gangguan campuran tingkah laku dan emosi lainnya F92.9 Gangguan campuran tingkah laku dan emosi YTT
Gangguan emosional dengan onset khas pada masa kanak-kanak Gangguan anxietas perpisahan masa kanak Gangguan anxietas fobik masa kanan Gangguan anxietas sosial masa kanak Gangguan persaingan antar saudara Gangguan emosional masa kanak lainnya Gangguan emosional masa kanak YTT Gangguan fungsi sosialo dengan onset khas pada masa kanak-kanak dan remaja
32
• • • • •
F95 • • • • •
F98 • • • • • • • •
•
F99
F94.0 F94.1 F94.2 F94.8 F94.9
Mutisme elektif Gangguan kelekatan reaktif masa kanak Gangguan kelekatan tak terkendali masa kanak lainnya Gangguan fungsi sosial masa kanak lainnya Gangguan fungsi sosial masa kanak YTT
Gangguan ’tic’ F95.0 Gangguan ’tic’ sementara F95.1 Gangguan ’tic’ motorik atau vokal kronik F95.2 Gangguan campuran ’tic’ vokal dan motorik multiple F95.8 Gangguan ’tic’ lainnya F95.9 Gangguan ’tic’ lainnya Gangguan perilaku dan emosional lainnya dengan onset. Biasanya terjadi setelah meninggal F98.0 Enuresis nonorganik F98.1 Enkoporesis nonorganik F98.2 Gangguan makan masa bayi dan kanak F98.3 Pika masa bayi dan kanak F98.4 Gangguan gerakan stereotipik F98.5 Gagap F98.6 ’Cluttering’ F98.8 Gangguan perilaku dan emosional lainnya YDT dengan onset biasanya pada masa kanak dan remaja F98.9 Gangguan perilaku dan emosional lainnya YTT dengan onset biasanya pada masa kanak dan remaja Gangguan jiwa YTT
DAFTAR PUSTAKA
33