FALSAFAH PENDIDIKAN JASMANI Drs. Agus Mahendra, M.A.
DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN DASAR DAN MENENGAH DIREKTORAT PENDIDIKAN LUAR BIASA Bagian Proyek Pendidikan Kesehatan Jasmani Pendidikan Luar Biasa 2003 DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN A. Kedudukan dan Makna Pendidikan B. Hakikat Pendidikan Jasmani C. Tujuan Pendidikan Jasmani D. Gerak Sebagai Kebutuhan Anak E. Pentingnya Pendidikan Jasmani BAB II KONSEP DAN FALSAFAH PENJAS A. Pengertian Pendidikan Jasmani B. Perbedaan Makna Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Olahraga C. Dasar Falsafah Pendidikan Jasmani D. Landasan Ilmiah Pelaksanaan Pendidikan Jasmani BAB III ASAS PENGEMBANGAN PENJAS DI SDLB/SLB TINGKAT DASAR A. Asas Pengembangan dan Penetapan Sasaran Pendidikan Jasmani B. Model Orientasi Kurikulum dalam Pendidikan Jasmani C. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani D. Arah Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Jasmani E. Arah Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Jasmani bagi Anak Luar Biasa . DAFTAR PUSTAKA BAB I PENDAHULUAN A. Kedudukan Dan Makna Pendidikan Jasmani Bangsa kita sedang dihadapkan pada kondisi centang perenang. Krisis multimuka yang datang menyusul terjadinya krisis ekonomi dan krisis moneter yang memukul bangsa kita di titik akhir milenium kedua, hingga kini masih membekaskan luka dalam bagi sebagian besar masyaraka masyarakatt kita. Luka Luka itu terasa terasa lebih lebih pedih dan lama bagi bangsa bangsa kita, di di tengah kondisi dunia yang sedang dihadapkan pada krisis perebutan kekuasaan politik dunia, dengan nuansa kental perebutan kekuatan ekonomi dan teknologi di sebagian besar dunia maju.
Kemampuan ekonomi bangsa Indonesia telah terlempar pada keadaan tak terkendali, menghasilkan persoalan-persoalan seperti pemangkasan anggaran, harga barang yang membubung, kesulitan dan konflik penduduk kota, rangkaian pengangguran, hingga defisit pemerintah pemerintah yang semakin semakin menggunung. menggunung. Jika negara maju lainnya sudah mengambil langkah-langkah pasti terhadap persoalan global yang menantang tersebut, Indonesia tetap berada dalam kondisi lesu. Bagi negara lain, misalnya, keterbatasan sumber energi yang berbasis pada penggunaan minyak bumi telah diantisipasi dengan jalan memproduksi alat transportasi dan pengoperasian pabrik pabrik yang yang akrab lingkungan lingkungan dan hemat hemat energi. energi. Perhatian Perhatian terhadap terhadap lingkungan lingkungan telah telah mengarah pada upaya pengimplementasian alat-alat dan aturan yang membatasi toleransi kebisingan suara, radiasi, dan polusi serta perusakan tanah, hutan dan sungai. Penekanan asas akuntabilitas telah mendorong para pembayar pajak untuk mengetahui kemana saja uang mereka dihabiskan. Ancaman perpecahan antar etnis dan konflik bangsa-bangsa mengarah pada diberdayakannya pendidikan dalam semua jenjang dan mata pelajaran sebagai alat untuk menumbuhkan saling pengertian dan cinta damai pada para siswa dan masyarakatnya. Ini semua berbeda tajam dengan apa yang tengah terjadi di negara kita.
Tidak cukup dengan itu, kemajuan teknologi informasi dan komunikasi yang sudah mencapai tahap yang sangat maju, telah pula menghadapkan bangsa kita, terutama para remaja dan anak-anak, pada gaya hidup yang semakin menjauh dari semangat perkembangan perkembangan total, total, karena lebih mengutamak mengutamakan an keunggulan keunggulan kecerdasan kecerdasan intelektual intelektual,, sambil mengorbankan kepentingan keunggulan fisik dan moral individu. Budaya hidup sedenter (kurang gerak) karenanya semakin kuat menggejala di kalangan anak-anak dan remaja, berkombinasi dengan semakin hilangnya ruang-ruang publik dan tugas kehidupan yang memerlukan upaya fisik yang keras. Segalanya menjadi mudah, demikian pernyataan para ahli, ahli, sehingga sehingga lambat lambat laun kemampu kemampuan an fisik manusia manusia sudah tidak tidak diperlukan diperlukan lagi. lagi. Dikhawatirkan, secara evolutif manusia akan berubah bentuk fisiknya, mengarah pada bentuk yang tidak bisa bisa kita bayangkan, bayangkan, karena karena banyak banyak anggota anggota tubuh kita, kita, dari mulai mulai kaki kaki dan lengan sudah dipandang tidak berfungsi lagi. Dalam kondisi demikian, patutlah kita mempertanyakan kembali peranan dan fungsi pendidikan, pendidikan, khususnya khususnya pendidikan pendidikan jasmani: jasmani: apakah peranan peranan yang yang bisa dimainkan dimainkan oleh program program pendidikan pendidikan jasmani jasmani dalam dalam kondisi kondisi dunia dan dan bangsa yang yang semakin semakin dihadapkan dihadapkan pada kuatnya kuatnya potensi potensi konflik konflik tersebut? tersebut? Apa Apa peranan peranan pendidikan pendidikan jasmani jasmani dalam dalam mempersiapkan para pewaris bangsa ini untuk mampu bersaing secara sehat dalam persaingan persaingan global global sekarang sekarang dan kelak? kelak? Apa pula pula peranan peranan pendidikan pendidikan jasmani jasmani dan olahraga olahraga dalam mengantisipasi kemungkinan terjadinya evolusi kehidupan manusia yang cenderung tidak lagi memerlukan perangkat fisik yang utuh untuk menjalankan tugasnya sehari-hari?
Buku ini mencoba menjawab pertanyaan-pertanyaan mendasar di atas, serta menawarkan satu alternatif dalam memandang peranan dan fungsi Pendidikan Jasmani yang seharusnya dilaksanakan di sekolah-sekolah, termasuk di sekolah luar Biasa (SLB).
B. Hakikat Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani pada hakikatnya adalah proses pendidikan yang memanfaatkan aktivitas fisik untuk menghasilkan perubahan holistik dalam kualitas individu, baik dalam hal fisik, mental, serta emosional. Pendidikan jasmani memperlakukan anak sebagai sebuah kesatuan utuh, mahluk total, daripada hanya menganggapnya sebagai seseorang yang terpisah kualitas fisik dan mentalnya. Pada kenyataannya, pendidikan jasmani adalah suatu bidang kajian yang sungguh luas. Titik perhatiannya adalah peningkatan gerak manusia. Lebih khusus lagi, penjas berkaitan dengan hubungan antara gerak manusia dan wilayah pendidikan lainnya: hubungan dari perkembangan perkembangan tubuh-fis tubuh-fisik ik dengan pikiran pikiran dan jiwanya. jiwanya. Fokusnya Fokusnya pada pengaruh pengaruh perkembangan perkembangan fisik fisik terhadap terhadap wilayah wilayah pertumbuhan pertumbuhan dan dan perkembangan perkembangan aspek aspek lain lain dari manusia itulah yang menjadikannya unik. Tidak ada bidang tunggal lainnya seperti pendidikan pendidikan jasmani jasmani yang berkepe berkepentingan ntingan dengan dengan perkembangan perkembangan total manusia. manusia.
Per definisi, pendidikan jasmani diartikan dengan berbagai ungkapan dan kalimat. Namun esensinya sama, yang jika disimpulkan bermakna jelas, bahwa pendidikan jasmani memanfaatkan alat fisik untuk mengembangan keutuhan manusia. Dalam kaitan ini diartikan bahwa melalui fisik, aspek mental dan emosional pun turut terkembangkan, bahkan dengan dengan penekanan penekanan yang cukup cukup dalam. dalam. Berbeda Berbeda dengan bidang bidang lain, lain, misalnya misalnya pendidikan pendidikan moral, moral, yang penekanannya penekanannya benar-benar benar-benar pada perkembangan perkembangan moral, moral, tetapi tetapi aspek aspek fisik tidak turut terkembangkan, baik langsung maupun secara tidak langsung. Karena hasil-hasil kependidikan dari pendidikan jasmani tidak hanya terbatas pada manfaat penyempurnaan penyempurnaan fisik fisik atau atau tubuh semata, semata, definisi definisi penjas tidak tidak hanya menunjuk menunjuk pada pengertian pengertian tradisional tradisional dari dari aktivitas aktivitas fisik. fisik. Kita Kita harus melihat melihat istilah istilah pendidikan pendidikan jasmani pada bidang bidang yang lebih lebih luas dan dan lebih abstrak, abstrak, sebagai sebagai satu satu proses proses pembentukan pembentukan kualitas kualitas pikiran pikiran dan juga tubuh. tubuh. Sungguh, pendidikan jasmani ini karenanya harus menyebabkan perbaikan dalam ‘pikiran dan tubuh’ yang mempengaruhi seluruh aspek kehidupan harian seseorang. Pendekatan holistik tubuh-jiwa ini termasuk pula penekanan pada ketiga domain kependidikan: psikomotor, psikomotor, kognitif, kognitif, dan afektif. afektif. Dengan meminjam meminjam ungkapan ungkapan Robert Robert Gensemer, Gensemer, penjas penjas diistilahkan sebagai proses menciptakan “tubuh yang baik bagi tempat pikiran atau jiwa.” Artinya, dalam tubuh yang baik ‘diharapkan’ pula terdapat jiwa yang sehat, sejalan dengan pepatah pepatah Romawi Romawi Kuno: Men sana sana in corporesan corporesano. o. Kesatuan Jiwa dan Raga Salah satu pertanyaan sulit di sepanjang jaman adalah pemisahan antara jiwa dan raga atau tubuh. Kepercayaan umum menyatakan bahwa jiwa dan raga terpisah, dengan penekanan berlebihan berlebihan pada satu satu sisi sisi tertentu, tertentu, disebut disebut dualisme, dualisme, yang mengarah mengarah pada penghorm penghormatan atan lebih pada jiwa, dan menempatkan kegiatan fisik secara lebih inferior. Pandangan yang berbeda lahir dari filsafat monisme, yaitu suatu kepercayaan yang memenangkan kesatuan tubuh dan jiwa. Kita bisa melacak pandangan ini dari pandangan Athena Kuno, dengan konsepnya “jiwa yang baik di dalam raga yang baik.” Moto tersebut sering dipertimbangkan sebagai pernyataan ideal dari tujuan pendidikan jasmani
tradisional: aktivitas fisik mengembangkan seluruh aspek dari tubuh; yaitu jiwa, tubuh, dan spirit. Tepatlah ungkapan Zeigler bahwa fokus dari bidang pendidikan jasmani adalah aktivitas fisik yang mengembangkan, bukan semata-mata aktivitas fisik itu sendiri. Selalu terdapat tujuan pengembangan manusia dalam program pendidikan jasmani. Akan tetapi, pertanyaan nyata yang harus dikedepankan di sini bukanlah ‘apakah kita percaya terhadap terhadap konsep holistik holistik tentang pendidi pendidikan kan jasmani, jasmani, tetapi, tetapi, apakah apakah konsep konsep tersebut saat ini bersifat dominan dalam masyarakat kita atau di antara pengemban tugas penjas sendiri sendiri?? Dalam masyarakat sendiri, konsep dan kepercayaan terhadap pandangan dualisme di atas masih kuat berlaku. Bahkan termasuk juga pada sebagian besar guru penjas sendiri, barangkali barangkali pandangan pandangan demikian demikian masih masih kuat mengakar, mengakar, entah entah akibat dari kurangnya kurangnya pemahaman pemahaman terhadap terhadap falsafah falsafah penjas penjas sendiri, sendiri, maupun maupun karena karena kuatnya kuatnya kepercayaan kepercayaan itu. itu. Yang pasti, masih banyak guru penjas yang sangat jauh dari menyadari terhadap peranan dan fungsi pendidikan jasmani di sekolah-sekolah, sehingga proses pembelajaran penjas di sekolahnya masih lebih banyak ditekankan pada program yang berat sebelah pada aspek fisik semata-mata. Bahkan, dalam kasus Indonesia, penekanan yang berat itu masih dipandang labih baik, karena ironisnya, justru program pendidikan jasmani di kita malahan tidak ditekankan ke mana-mana. Itu karena pandangan yang sudah lebih parah, yang memandang bahwa program penjas dipandang tidak penting sama sekali. Nilai-nilai Nilai-nilai yang dikandung dikandung penjas penjas untuk mengemba mengembangkan ngkan manusia manusia utuh utuh menyeluruh, menyeluruh, sungguh masih jauh dari kesadaran dan pengakuan masyarakat kita. Ini bersumber dan disebabkan oleh kenyataan pelaksanaan praktik penjas di lapangan. Teramat banyak kasus atau contoh di mana orang menolak manfaat atau nilai positif dari penjas dengan menunjuk pada kurang kurang bernilai bernilai dan tidak tidak seimbangnya seimbangnya program program pendidikan pendidikan jasmani jasmani di lapangan lapangan seperti yang dapat mereka lihat. Perbedaan atau kesenjangan antara apa yang kita percayai dan apa yang kita praktikkan (gap antara teori dan praktek) adalah sebuah duri dalam bidang pendidikan pendidikan jasmani jasmani kita. Hubungan Hubungan Pendidikan Pendidikan Jasmani Jasmani dengan dengan Bermain Bermain dan Olahraga Olahraga Dalam memahami arti pendidikan jasmani, kita harus juga mempertimbangkan hubungan antara bermain (play) dan olahraga (sport), sebagai istilah yang lebih dahulu populer dan lebih sering digunakan dalam konteks kegiatan sehari-hari. Pemahaman tersebut akan membantu para guru atau masyarakat dalam memahami peranan dan fungsi pendidikan jasmani secara lebih lebih konseptual konseptual.. Bermain pada intinya adalah aktivitas yang digunakan sebagai hiburan. Kita mengartikan bermain sebagai hiburan hiburan yang yang bersifat bersifat fisikal fisikal yang yang tidak kompet kompetitif, itif, meskipun meskipun bermain bermain tidak harus selalu bersifat fisik. Bermain bukanlah berarti olahraga dan pendidikan jasmani, meskipun elemen dari bermain dapat ditemukan di dalam keduanya. Olahraga di pihak lain adalah suatu bentuk bermain yang terorganisir dan bersifat kompetitif. Beberapa ahli memandang bahwa olahraga semata-mata suatu bentuk permainan permainan yang terorga terorganisasi, nisasi, yang yang menempatka menempatkannya nnya lebih lebih dekat kepada kepada istilah istilah pendidikan pendidikan jasmani. jasmani. Akan tetapi, tetapi, pengujian pengujian yang yang lebih cermat cermat menunjukkan menunjukkan bahwa secara secara tradisional tradisional,, olahraga melibatkan aktivitas kompetitif. Ketika kita menunjuk pada olahraga sebagai aktivitas kompetitif yang terorganisir, kita mengartikannya bahwa aktivitas itu sudah disempurnakan dan diformalkan hingga kadar tertentu, sehingga memiliki beberapa bentuk dan proses tetap yang terlibat. Peraturan, misalnya, baik tertulis maupun tak tertulis, digunakan atau dipakai dalam aktivitas tersebut,
dan aturan atau prosedur tersebut tidak dapat diubah selama kegiatan berlangsung, kecuali atas kesepakatan semua pihak yang terlibat. Di atas semua pengertian itu, olahraga adalah aktivitas kompetitif. Kita tidak dapat mengartikan olahraga tanpa memikirkan kompetisi, sehingga tanpa kompetisi itu, olahraga berubah menjadi menjadi semata semata-mata -mata bermain bermain atau atau rekreasi. rekreasi. Bermain, Bermain, karenanya karenanya pada pada satu saat saat menjadi olahraga, tetapi sebaliknya, olahraga tidak pernah hanya semata-mata bermain; karena aspek kompetitif teramat penting dalam hakikatnya. Di pihak lain, pendidikan jasmani mengandung elemen baik dari bermain maupun dari olahraga, tetapi tidak berarti hanya salah satu saja, atau tidak juga harus selalu seimbang di antara keduanya. Sebagaimana dimengerti dari kata-katanya, pendidikan jasmani adalah aktivitas jasmani yang memiliki tujuan kependidikan tertentu. Pendidikan Jasmani bersifat fisik dalam aktivitasnya dan penjas dilaksanakan untuk mendidik. Hal itu tidak bisa berlaku bagi bermain bermain dan olahraga, olahraga, meskipun meskipun keduanya selalu selalu digunakan digunakan dalam dalam proses proses kependidikan.
Bermain, olahraga dan pendidikan jasmani melibatkan bentuk-bentuk gerakan, dan ketiganya dapat melumat secara pas dalam konteks pendidikan jika digunakan untuk tujuan-tujuan kependidikan. Bermain dapat membuat rileks dan menghibur tanpa adanya tujuan pendidikan, seperti juga olahraga tetap eksis tanpa ada tujuan kependidikan. Misalnya, olahraga profesional (di Amerika umumnya disebut athletics) dianggap tidak punya misi misi kependidika kependidikan n apa-apa, apa-apa, tetapi tetapi tetap disebut disebut sebagai sebagai olahraga. olahraga. Olahraga Olahraga dan bermain dapat eksis eksis meskipun meskipun secara murni murni untuk untuk kepentingan kepentingan kesenangan kesenangan,, untuk kepentingan pendidikan, atau untuk kombinasi keduanya. Kesenangan dan pendidikan tidak harus dipisahkan secara eksklusif; keduanya dapat dan harus beriringan bersama. Lalu bagaimana bagaimana dengan dengan rekreasi rekreasi dan dansa dansa (dance)? (dance)? Para ahli memandang bahwa rekreasi adalah aktivitas untuk mengisi waktu senggang. Akan tetapi, rekreasi dapat pula memenuhi salah satu definisi “penggunaan berharga dari waktu luang.” Dalam pandangan itu, aktivitas diseleksi oleh individu sebagai fungsi memperbaharui ulang kondisi fisik dan jiwa, sehingga tidak berarti hanya membuang buang waktu waktu atau membunuh membunuh waktu. waktu. Rekreasi Rekreasi adalah adalah aktivitas aktivitas yang menyehatkan menyehatkan pada aspek fisik, mental dan sosial. Jay B. Nash menggambarkan bahwa rekreasi adalah pelengkap pelengkap dari kerja, kerja, dan karenanya karenanya merupak merupakan an kebutuhan kebutuhan semua semua orang. Dengan demikian, penekanan dari rekreasi adalah dalam nuansa “mencipta kembali” (recreation) orang tersebut, upaya revitalisasi tubuh dan jiwa yang terwujud karena ‘menjauh’ dari aktivitas rutin dan kondisi yang menekan dalam kehidupan sehari-hari. Landasan kependidikan dari rekreasi karenanya kini diangkat kembali, sehingga sering diistilahkan
dengan pendidikan rekreasi, yang tujuan utamanya adalah mendidik orang dalam bagaimana bagaimana memanfaatkan memanfaatkan waktu waktu senggang senggang mereka. mereka. Sedangkan dansa adalah aktivitas gerak ritmis yang biasanya dilakukan dengan iringan musik, kadang dipandang sebagai sebuah alat ungkap atau ekspresi dari suatu lingkup budaya tertentu, tertentu, yang yang pada perkem perkembangannya bangannya digunakan digunakan untuk untuk hiburan hiburan dan mempero memperoleh leh kesenangan, di samping sebagai alat untuk menjalin komunikasi dan pergaulan, di samping sebagai kegiatan yang menyehatkan. Di Amerika, dansa menjadi bagian dari program pendidikan pendidikan jasmani, jasmani, karena karena dipandang dipandang sebagai sebagai alat untuk untuk membina perbendaharaan dan pengalaman gerak anak, di samping untuk meningkatkan kebugaran jasmani serta pewarisan pewarisan nilai-nilai. nilai-nilai. Meskipun Meskipun menjadi menjadi bagian bagian penjas, penjas, dansa sendiri masih dianggap sebagai cabang dari seni. Kemungkinan bahwa dansa digunakan dalam penjas terutama karena hasilnya yang mampu mengembangkan orientasi gerak tubuh. Bahkan ditengarai bahwa aspek seni dari dansa dipandang mampu mengurangi kecenderungan penjas agar tidak tidak terlalu terlalu berorientasi berorientasi kompet kompetitif itif dengan dengan memasukkan unsur estetikanya. Jadi sifatnya untuk melengkapi fungsi dan peranan penjas dalam membentuk manusia yang utuh seperti diungkap di bagian-bagian awal naskah ini. C. Tujuan Pendidikan Jasmani Apakah sebenarnya tujuan pendidikan jasmani? Menjawab pertanyaan demikian, banyak guru yang masih berbeda pendapat. Ada yang menjawab bahwa tujuannya adalah untuk meningkatkan keterampilan siswa dalam berolahraga. Ada pula yang berpendapat, tujuannya adalah meningkatkan taraf kesehatan anak yang baik, dan tidak bisa disangkal pula pasti pasti ada yang yang mengatakan, mengatakan, bahwa bahwa tujuan tujuan pendidikan pendidikan jasmani jasmani adalah adalah untuk meningkatkan kebugaran jasmani. Kesemua jawaban di atas benar belaka. Hanya saja barangkali barangkali bisa dikatakan dikatakan kurang kurang lengkap, lengkap, sebab sebab yang paling paling penting penting dari dari kesemuanya kesemuanya itu itu tujuannya bersifat menyeluruh. Secara sederhana, pendidikan jasmani memberikan kesempatan kepada siswa untuk: Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan aktivitas jasmani, perkembangan perkembangan estetika, estetika, dan dan perkembangan perkembangan sosial. sosial. Mengembangkan kepercayaan diri dan kemampuan untuk menguasai keterampilan gerak dasar yang akan mendorong partisipasinya dalam aneka aktivitas jasmani. Memperoleh dan mempertahankan derajat kebugaran jasmani yang optimal untuk melaksanakan tugas sehari-hari secara efisien dan terkendali. Mengembangkan nilai-nilai pribadi melalui partisipasi dalam aktivitas jasmani baik secara kelompok maupun perorangan. Berpartisipasi dalam aktivitas jasmani yang dapat mengembangkan keterampilan sosial yang memungkinkan siswa berfungsi secara efektif dalam hubungan antar orang. Menikmati kesenangan dan keriangan melalui aktivitas jasmani, termasuk permainan olahraga.
Diringkaskan dalam terminologi yang populer, maka tujuan pembelajaran pendidikan jasmani itu harus harus mencakup mencakup tujuan tujuan dalam domain domain psikomo psikomotorik, torik, domain domain kognitif, kognitif, dan tak kalah pentingnya dalam domain afektif. Pengembangan domain psikomotorik secara psikomotorik secara umum dapat diarahkan pada dua tujuan utama, pertama pertama mencapai mencapai perkembang perkembangan an aspek kebugara kebugaran n jasmani, jasmani, dan kedua, kedua, mencapai mencapai perkembangan perkembangan aspek aspek perseptua perseptuall motorik. motorik. Ini menegas menegaskan kan bahwa pembelajaran pembelajaran pendidikan pendidikan jasmani harus melibat melibatkan kan aktivitas aktivitas fisik fisik yang mampu mampu merangs merangsang ang kemampuan kemampuan kebugaran kebugaran jasmani serta sekalig sekaligus us bersifat bersifat pembentukan pembentukan penguas penguasaan aan gerak gerak keterampilan keterampilan itu itu sendiri. sendiri. Kebugaran jasmani merupakan aspek penting dari domain psikomotorik, yang bertumpu pada perkembangan perkembangan kemampuan kemampuan biologis biologis organ tubuh. tubuh. Konsentrasinya lebih banyak pada persoalan peningkatan peningkatan efisiensi efisiensi fungsi fungsi faal faal tubuh dengan segala aspeknya sebagai sebuah sistem (misalnya sistem peredaran darah, sistem pernapasan, sistem metabolisme, dll.) Dalam pengertian yang lebih resmi, sering dibedakan konsep kebugaran jasmani ini dengan konsep kebugaran motorik. Keduanya dibedakan dalam hal: kebugaran jasmani menunjuk pada aspek kualitas tubuh dan organ-organnya, seperti kekuatan (otot), daya tahan (jantung-paru), kelentukan (otot dan persendian); sedangkan kebugaran motorik menekankan aspek penampilan yang melibatkan kualitas gerak sendiri seperti kecepatan, kelincahan, koordinasi, power, keseimbangan, dll. Namun dalam naskah ini, penulis akan menggunakan konsep kebugaran jasmani tersebut untuk menunjuk pada keseluruhan aspek di atas. Pengembangan keterampilan gerak merujuk pada proses penguasaan suatu keterampilan atau tugas gerak yang melibatkan proses mempersepsi rangsangan dari luar, kemudian rangsangan itu diolah dan diprogramkan sampai terjadinya respons berupa tindakan yang sesuai dengan rangsangan itu. Penekanan proses pembelajarannya lebih banyak ditujukan pada proses perangsangan yang bervariasi, bervariasi, sehingga sehingga setiap setiap kali anak anak selalu selalu mengerahkan mengerahkan kemampua kemampuannya nnya dalam dalam mengolah mengolah informasi, ketika akan menghasilkan gerak. Dengan cara itu, kepekaan sistem saraf anak semakin dikembangkan. Domain kognitif mencakup pengetahuan tentang fakta, konsep, dan lebih penting lagi adalah penalaran dan kemampuan memecahkan masalah. Aspek kognitif dalam pendidikan jasmani, jasmani, tidak saja saja menyangkut menyangkut penguasaan penguasaan pengeta pengetahuan huan faktual faktual semata-mata, semata-mata, tetapi meliputi pula pemahaman terhadap gejala gerak dan prinsipnya, termasuk yang berkaitan dengan landasan ilmiah pendidikan jasmani dan olahraga serta manfaat pengisian waktu luang. Domain afektif mencakup sifat-sifat psikologis yang menjadi unsur kepribadian yang kukuh. Tidak hanya tentang sikap sebagai kesiapan berbuat yang perlu dikembangkan, tetapi yang lebih penting adalah konsep diri dan komponen kepribadian lainnya, seperti intelegensia emosional dan watak. Konsep diri menyangkut persepsi diri atau penilaian seseorang tentang kelebihannya. Konsep diri merupakan fondasi kepribadian anak dan
sangat diyakini ada kaitannya dengan pertumbuhan dan perkembangan mereka setelah dewasa kelak. Intelegensia emosional mencakup beberapa sifat penting, yakni pengendalian diri, kemampuan memotivasi diri, ketekunan, dan kemampuan untuk berempati. Pengendalian diri merupakan kualitas pribadi yang mampu menyelaraskan pertimbangan akal dan emosi yang menjadi sifat penting dalam kehidupan sosial dan pencapaiannya untuk sukses hidup di masyarakat. Demikian juga dengan ketekunan; tidak ada pekerjaan yang dapat dicapai dengan baik tanpa ada ketekunan. Ini juga berlaku sama dengan kemampuan memotivasi diri, kemandirian untuk tidak selalu diawasi dalam menyelesaikan tugas apapun. Di lain pihak, kemampuan berempati merupakan kualitas pribadi yang mampu menempatkan diri di pihak orang lain, dengan mencoba mengetahui perasaan oran lain. Karena itu pula empati disebut juga sebagai kecerdasan hubungan sosial. “Cubitlah diri kamu sendiri, sebelum mencubit orang lain. Niscaya kamu akan mengetahui, apa yang boleh dan tidak tidak boleh boleh kamu lakukan lakukan pada orang lain,” lain,” merupakan merupakan kearifan kearifan leluhur, leluhur, yang jika diperas diperas maknanya, maknanya, tidak tidak lain adalah adalah penekanan penekanan kemampua kemampuan n berempati. berempati. D. Gerak Sebagai Kebutuhan Anak Dunia anak-anak adalah dunia yang segar, baru, dan senantiasa indah, dipenuhi keajaiban dan keriangan. Demikian Rachel Carson dalam sebuah ungkapannya. Namun demikian, menurut Carson, adalah kemalangan bagi kebanyakan kita bahwa dunia yang cemerlang itu terenggut muram dan bahkan hilang sebelum kita dewasa. Dunia anak-anak memang menakjubkan, mengandung aneka ragam pengalaman yang mencengangkan, dilengkapi berbagai kesempatan untuk memperoleh pembinaan . Bila guru masuk ke dalam dunia itu, ia dapat membantu anak-anak untuk mengembangkan pengetahuannya, pengetahuannya, mengasah mengasah kepekaan kepekaan rasa rasa hatinya hatinya serta serta memperkaya memperkaya keteramp keterampilannya. ilannya. Bermain adalah dunia anak. Sambil bermain mereka belajar. Dalam hal belajar, anak-anak adalah ahlinya. Segala macam dipelajarinya, dari menggerakkan anggota tubuhnya hingga mengenali berbagai benda di lingkungan sekitarnya. Bayangkan keceriaan yang didapatnya ketika ia menyadari baru saja menambah pengetahuan dan keterampilan. “Lihat, saya sudah bisa “ teriaknya kepada semua orang.
Belajar dan keceriaan merupakan dua hal penting dalam masa kanak-kanak. Hal ini termasuk upaya mempelajari tubuhnya sendiri dan berbagai kemungkinan geraknya. Gerak adalah rangsangan utama bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Kian banyak ia bergerak, bergerak, kian banyak banyak hal yang ditemui dan dijelajahi. dijelajahi. Kian Kian baik pula pula kualitas kualitas pertumbuhannya. pertumbuhannya.
Perhatikan tiga kata kunci di atas: gerak, atas: gerak, gembira gembira,, dan belajar . Anak-anak suka bergerak dan suka belajar. Perhatikan bagaimana anak-anak bermain di lapangan. Di sana akan tampak, mereka bergerak dengan keterlibatan yang total dan dipenuhi kegembiraan. Bagi anak, gerak semata-mata untuk kesenangan, bukan di dorong oleh maksud dan tujuan tertentu. Gerak adalah kebutuhan mutlak anak-anak. Sayangnya, ketika usianya semakin meningkat, aktivitas anak-anak semakin berkurang. Ketika memasuki usia sekolah, ia belajar dengan cara yang berbeda. Mereka lebih banyak diminta duduk tenang untuk mendengarkan penjelasan guru tentang berbagai hal. Lingkungan belajar pun semakin sempit, dibatasi oleh empat sisi dinding kelas yang membelenggu. Karena dipaksa untuk diam, dan mendengarkan orang lain berbicara, belajar tidak lagi menarik bagi anak. Keceriaan mereka terampas dan hilanglah sebagian “keajaiban” dunia anak-anak mereka. Tidak heran bila anak merasa bahwa belajar ternyata kegiatan yang tidak menyenangkan. E. Pentingnya Pendidikan Jasmani Beban belajar di sekolah begitu berat dan menekan kebebasan anak untuk bergerak. Kebutuhan mereka akan gerak tidak bisa terpenuhi karena keterbatasan waktu dan kesempatan. Lingkungan sekolah tidak menyediakan wilayah yang menarik untuk dijelajahi. Penyelenggara pendidikan di sekolah yang lebih mengutamakan prestasi akademis, memberikan anak tugas-tugas belajar yang menumpuk. Kehidupan sekolah yang demikian berkombinasi pula dengan kehidupan di rumah dan lingkungan luar sekolah. Jika di sekolah anak kurang bergerak, di rumah keadaannya juga demikian. Kemajuan teknologi yang dicapai pada saat ini, malah mengungkung anak-anak dalam lingkungan kurang gerak. Anak semakin asyik dengan kesenangannya seperti menonton TV atau bermain video game. Tidak mengherankan bila ada kerisauan bahwa kebugaran anak-anak semakin menurun. Dengan semakin rendahnya kebugaran jasmani, kian meningkat pula gejala penyakit hipokinetik (kurang gerak). Kegemukan, tekanan darah tinggi, kencing manis, nyeri pinggang bagian bawah, bawah, adalah adalah contoh dari dari penyakit penyakit kurang kurang gerak gerak . Akibatnya Akibatnya penyakit penyakit jantung tidak tidak lagi lagi menjadi menjadi monopoli monopoli orang dewasa, tetapi tetapi juga juga sudah sudah menyerang menyerang anakanak. Sejalan dengan itu, pengetahuan dan kebiasaan makan yang buruk pun semakin memperparah masalah kesehatan yang mengancam kesejahteraan masyarakat. Dengan pola gizi yang berlebihan, para ‘pemalas gerak’ itu akan menimbun lemak dalam tubuhnya secara berlebihan. Mereka menghadapkan diri mereka sendiri pada resiko penyakit degenaratif (menurunnya fungsi organ) yang semakin besar. Pendidikan Jasmani tampil untuk mengatasi masalah tersebut sehingga kedudukannya dianggap penting. Melalui program yang direncanakan secara baik, anak-anak dilibatkan dalam kegiatan fisik yang tinggi intensitasnya. Pendidikan Jasmani juga tetap menyediakan ruang untuk belajar menjelajahi lingkungan yang ada di sekitarnya dengan banyak mencoba, sehingga kegiatannya tetap sesuai dengan minat anak. Lewat pendidikan jasmanilah jasmanilah anak-anak anak-anak menemukan menemukan saluran saluran yang yang tepat untuk bergerak bergerak bebas bebas dan meraih meraih kembali keceriaannya, sambil terangsang perkembangan yang bersifat menyeluruh. Secara umum, manfaat pendidikan jasmani di sekolah mencakup sebagai berikut: 1. Memenuhi kebutuhan anak akan gerak
Pendidikan jasmani memang merupakan dunia anak-anak dan sesuai dengan kebutuhan anak-anak. Di dalamnya anak-anak dapat belajar sambil bergembira melalui penyaluran hasratnya untuk bergerak. Semakin terpenuhi kebutuhan akan gerak dalam masa-masa pertumbuhannya, pertumbuhannya, kian besar besar kemaslahatanny kemaslahatannyaa bagi kualitas kualitas pertumbu pertumbuhan han itu sendiri. sendiri. 2. Mengenalkan anak pada lingkungan dan potensi dirinya Pendidikan jasmani adalah waktu untuk ‘berbuat’. Anak-anak akan lebih memilih untuk ‘berbuat’ sesuatu dari pada hanya harus melihat atau mendengarkan orang lain ketika mereka sedang belajar. Suasana kebebasan yang ditawarkan di lapangan atau gedung olahraga sirna karena sekian lama terkurung di antara batas-batas batas-batas ruang ruang kelas. Keadaan Keadaan ini ini benarbenar benar tidak tidak sesuai sesuai dengan dorongan dorongan nalurinya. nalurinya. Dengan bermain dan bergerak anak benar benar belajar belajar tentang tentang potensinya potensinya dan dan dalam kegiatan ini anak-anak mencoba mengenali lingkungan sekitarnya. Para ahli sepaham bahwa pengalama pengalaman n ini penting penting untuk untuk merangsang pertumbuhan intelektual dan hubungan sosialnya dan bahkan perkembangan harga diri yang menjadi dasar kepribadiannya kelak. 3. Menanamkan dasar-dasar keterampilan yang berguna Peranan pendidikan jasmani di Sekolah Dasar cukup unik, karena turut mengembangkan dasar-dasar keterampilan yang diperlukan anak untuk menguasai berbagai keterampilan dalam kehidupan di kemudian hari. Menurut para ahli, pola pertumbuhan anak usia sekolah hingga menjelang akil balig atau remaja disebut pola pertumbuhan lambat. Pola ini merupakan kebalikan dari pola pertumbuhan cepat yang dialami anak ketika mereka baru lahir hingga usia 5 tahunan. Dalam hal ini berlaku dalil: “... ketika memasuki masa pertumbuhan cepat, kemampuan untuk mempelajari keterampilan-keterampilan baru berjalan lambat. Sebaliknya, dalam masa pertumbuhan yang lambat, kemampuan untuk mempelajari keterampilan meningkat .” .” Karena pada usia SD tingkat pertumbuhan sedang lambat-lambatnya, maka pada usia-usia inilah kesempatan anak untuk mempelajari keterampilan gerak sedang tiba pada masa kritisnya. Konsekuensinya, keterlantaran pembinaan pada masa ini sangat berpengruh terhadap perkembangan anak pada masa berikutnya. 4. Menyalurkan energi yang berlebihan Anak adalah mahluk yang sedang berada dalam masa kelebihan energi. Kelebihan energi ini perlu disalurkan agar tidak menganggu keseimbangan perilaku perilaku dan mental mental anak. anak. Segera setelah setelah kelebihan kelebihan energi tersalurkan, anak akan memperoleh kembali keseimbangan dirinya, karena setelah istirahat, anak akan kembali memperbaharui dan memulihkan energinya secara optimum.
5. Merupakan proses pendidikan secara serempak baik fisik, mental maupun emosional Pendidikan jasmani yang benar akan memberikan sumbangan yang sangat berarti terhadap pendidikan pendidikan anak secara secara keseluruhan. keseluruhan. Hasil nyata yang diperoleh diperoleh dari pendidikan pendidikan jasmani jasmani adalah perkembangan yang lengkap, meliputi aspek fisik, mental, emosi, sosial dan moral. Tidak salah jika para ahli percaya bahwa pendidikan jasmani merupakan wahana yang paling tepat tepat untuk untuk “membentuk “membentuk manusia manusia seutuhnya”. seutuhnya”. BAB II KONSEPSI DAN FALSAFAH PENDIDIKAN JASMANI A. Pengertian Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan bagian penting dari proses pendidikan. Artinya, penjas bukan hanya dekorasi dekorasi atau ornamen ornamen yang ditempel ditempel pada program program sekolah sekolah sebagai sebagai alat untuk membuat anak sibuk. Tetapi penjas adalah bagian penting dari pendidikan. Melalui penjas yang yang diarahkan diarahkan dengan dengan baik, anak-anak anak-anak akan mengembangkan mengembangkan keteramp keterampilan ilan yang berguna bagi bagi pengisian pengisian waktu waktu senggang, senggang, terlibat terlibat dalam dalam aktivitas aktivitas yang kondusif kondusif untuk mengembangkan hidup sehat, berkembang secara sosial, dan menyumbang pada kesehatan fisik dan mentalnya. Meskipun penjas menawarkan kepada anak untuk bergembira, tidaklah tepat untuk mengatakan pendidikan jasmani diselenggarakan semata-mata agar anak-anak bergembira dan bersenang-senang. Bila demikian seolah-olah pendidikan jasmani hanyalah sebagai mata pelajaran ”selingan”, tidak berbobot, dan tidak memiliki tujuan yang bersifat mendidik. Pendidikan jasmani merupakan wahana pendidikan, yang memberikan kesempatan bagi anak untuk mempelajari hal-hal yang penting. Oleh karena itu, pelajaran penjas tidak kalah penting dibandingkan dibandingkan dengan dengan pelajaran pelajaran lain seperti; seperti; Matematika Matematika,, Bahasa, IPS IPS dan IPA, IPA, dan lain-lain. Namun demikian demikian tidak tidak semua semua guru penjas penjas menyadari menyadari hal tersebut, tersebut, sehingga sehingga banyak anggapan bahwa penjas boleh dilaksanakan secara serampangan. Hal ini tercermin dari berbagai gambaran gambaran negatif negatif tentang pembelajaran pembelajaran penjas, penjas, mulai mulai dari kelemaha kelemahan n proses proses yang menetap misalnya membiarkan anak bermain sendiri hingga rendahnya mutu hasil pembelajaran, pembelajaran, seperti seperti kebugaran kebugaran jasmani jasmani yang rendah. rendah. Di kalangan guru penjas sering ada anggapan bahwa pelajaran pendidikan jasmani dapat dilaksanakan seadanya, sehingga pelaksanaannya cukup dengan cara menyuruh anak pergi ke lapangan, menyediakan bola sepak untuk laki-laki dan bola voli untuk perempuan. Guru tinggal mengawasi di pinggir lapangan. Mengapa bisa terjadi demikian? Kelemahan ini berpangkal pada ketidakpahaman guru tentang arti dan tujuan pendidikan jasmani di sekolah, di samping ia mungkin kurang mencintai tugas itu dengan sepenuh hati. Apakah sebenarnya pendidikan jasmani dan apa tujuannya? Secara umum pendidikan jasmani dapat didefinis didefinisikan ikan sebagai sebagai berikut: berikut: Pendidikan Jasmani Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan melalui aktivitas jasmani, permainan permai nan atau olahraga olahraga yang yang terpilih terpilih untuk untuk mencapai mencapai tujuan tujuan pendidikan. pendidi kan. Definisi di atas mengukuhkan bahwa pendidikan jasmani merupakan bagian tak terpisahkan dari pendidikan umum. Tujuannya adalah untuk membantu anak agar tumbuh
dan berkembang secara wajar sesuai dengan tujuan pendidikan nasional, yaitu menjadi manusia Indonesia seutuhnya. Pencapaian tujuan tersebut berpangkal pada perencanaan pengalaman pengalaman gerak gerak yang sesuai sesuai dengan dengan karakteristi karakteristik k anak. Jadi, pendidikan jasmani diartikan sebagai proses pendidikan melalui aktivitas jasmani atau olahraga. Inti pengertiannya adalah mendidik anak. Yang membedakannya dengan mata pelajaran pelajaran lain adalah adalah alat yang digunakan digunakan adalah adalah gerak insani, insani, manusia manusia yang yang bergerak bergerak secara sadar. Gerak itu dirancang secara sadar oleh gurunya dan diberikan dalam situasi yang tepat, agar dapat merangsang pertumbuhan dan perkembangan anak didik. Tujuan pendidikan jasmani sudah tercakup dalam pemaparan di atas yaitu memberikan kesempatan kepada anak untuk mempelajari berbagai kegiatan yang membina sekaligus mengembangkan potensi anak, baik dalam aspek fisik, mental, sosial, emosional dan moral. Singkatnya, pendidikan jasmani bertujuan untuk mengembangkan potensi setiap anak setinggi-tingginya. Dalam bentuk bagan, secara sederhana tujuan penjas meliputi tiga ranah (domain) sebagai satu kesatuan, sebagai berikut:
Tujuan di atas merupakan pedoman bagi guru penjas dalam melaksanakan tugasnya. Tujuan tersebut harus bisa dicapai melalui kegiatan pembelajaran yang direncanakan secara matang, dengan berpedoman pada ilmu mendidik. Dengan demikian, hal terpenting untuk disadari oleh guru penjas adalah bahwa ia harus menganggap dirinya sendiri sebagai pendidik, pendidik, bukan hanya sebagai sebagai pelatih pelatih atau pengatur pengatur kegiatan. kegiatan. Misi pendidikan jasmani tercakup dalam tujuan pembelajaran yang meliputi domain kognitif, afektif dan psikomotor. Perkembangan pengetahuan atau sifat-sifat sosial bukan sekedar dampak pengiring yang menyertai keterampilan gerak. Tujuan itu harus masuk dalam perencanaan dan skenario pembelajaran. Kedudukannya sama dengan tujuan pembelajaran pembelajaran pengembang pengembangan an domain domain psikomotor. psikomotor. Dalam hal ini, untuk mencapai tujuan tersebut , guru perlu membiasakan diri untuk mengajar anak tentang apa yang akan dipelajari berlandaskan pemahaman tentang prinsip prinsip prinsip yang mendasar mendasarinya. inya. Pergaulan Pergaulan yang yang terjadi terjadi di dalam dalam adegan adegan yang bersifat bersifat mendidik mendidik itu dimanfaatkan secara sengaja untuk menumbuhkan berbagai kesadaran emosional dan sosial anak. Dengan demikian anak akan berkembang secara menyeluruh, yang akan mendukung tercapainya aneka kemampuan. B. Perbedaan Makna Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Olahraga
Salah satu pertanyaan yang sering diajukan oleh guru-guru penjas belakangan ini adalah : “Apakah pendidikan jasmani?” Pertanyaan yang cukup aneh ini justru dikemukakan oleh yang paling berhak menjawab pertanyaan tersebut. Hal tersebut mungkin terjadi karena pada waktu sebelumnya guru itu merasa dirinya bukan sebagai guru penjas, melainkan guru pendidikan olahraga. Perubahan pandangan itu terjadi menyusul perubahan nama mata pelajaran wajib dalam kurikulum pendidikan di Indonesia, dari mata pelajaran pendidikan olahraga dan kesehatan (orkes) dalam kurikulum 1984, menjadi pelajaran “pendidikan jasmani dan kesehatan” (penjaskes) dalam kurikulum1994. Perubahan nama tersebut tidak dilengkapi dengan sumber belajar yang menjelaskan makna dan tujuan kedua istilah tersebut. Akibatnya sebagian besar guru menganggap bahwa perubahan perubahan nama itu itu tidak memiliki memiliki perbedaan, perbedaan, dan pelaksanaa pelaksanaannya nnya dianggap dianggap sama. sama. Padahal muatan filosofis dari kedua istilah di atas sungguh berbeda, sehingga tujuannya pun berbeda berbeda pula. Pertanyaannya, Pertanyaannya, apa apa bedanya pendidikan pendidikan olahraga olahraga dengan dengan pendidikan pendidikan jasmani ? Pendidikan jasmani berarti program pendidikan lewat gerak atau permainan dan olahraga. Di dalamnya terkandung arti bahwa gerakan, permainan, atau cabang olahraga tertentu yang dipilih hanyalah alat untuk mendidik. Mendidik apa ? Paling tidak fokusnya pada keterampilan anak. Hal ini dapat berupa keterampilan fisik dan motorik, keterampilan berpikir berpikir dan keteramp keterampilan ilan memecahkan memecahkan masalah, masalah, dan dan bisa juga juga keterampila keterampilan n emosional emosional dan sosial. Karena itu, seluruh adegan pembelajaran dalam mempelajari gerak dan olahraga tadi lebih penting dari pada pada hasilnya. hasilnya. Dengan Dengan demikian, demikian, bagaimana bagaimana guru guru memilih memilih metode, metode, melibatkan melibatkan anak, berinteraksi dengan murid serta merangsang interaksi murid dengan murid lainnya, harus menjadi pertimbangan utama.
Adapun pendidik Adapun pendidikan an olahraga olahraga adalah pendidikan yang membina anak agar menguasai cabang-cabang olahraga tertentu. Kepada murid diperkenalkan berbagai cabang olahraga agar mereka menguasai keterampilan berolahraga. Yang ditekankan di sini adalah ‘ hasil ‘ dari pembelajaran itu, sehingga metode pengajaran serta bagaimana anak menjalani pembelajarannya pembelajarannya didikte oleh oleh tujuan tujuan yang ingin ingin dicapai. dicapai. Ciri-ciri Ciri-ciri pelatihan pelatihan olahraga olahraga menyusup ke dalam proses pembelajaran. Yang sering terjadi pada pembelajaran ‘pendidikan olahraga‘ adalah bahwa guru kurang memperhatikan kemampuan dan kebutuhan murid. Jika siswa harus belajar bermain bola voli, mereka belajar keterampilan teknik bola voli secara langsung. Teknik-teknik dasar
dalam pelajaran demikian lebih ditekankan, sementara tahapan penyajian tugas gerak yang disesuaikan dengan kemampuan anak kurang diperhatikan. Guru demikian akan berkata: “kalau perlu tidak usah ada pentahapan, karena anak akan dapat mempelajarinya secara langsung. Beri mereka bola, dan instruksikan anak supaya bermain langsung”. langsung”. Anak yang yang sudah teramp terampil il biasanya biasanya dapat menjadi contoh, dan dan anak yang belum terampil belajar dari mengamati demonstrasi temannya yang sudah mahir tadi. Untuk pengajaran model seperti ini, ada ungkapan: “Kalau anda ingin anak-anak belajar renang, lemparkan mereka ke kolam yang paling dalam, dan mereka akan bisa sendiri“ Tabel di bawah menekankan perbedaan antara pendidikan jasmani dengan pendidikan olahraga. Perbedaan antara Pendidikan Jasmani dan Pendidikan Olahraga Pendidikan Jasmani
Pendidikan Olahraga
Sosialisasi atau mendidik via olahraga Menekankan perkembangan kepribadian menyeluruh Menekankan penguasaan keterampilan dasar.
Sosialisasi atau mendidik ke dalam olahraga Mengutamakan penguasaan keterampilan berolahraga Menekankan penguasaan teknik dasar
Pendidikan jasmani tentu tidak bisa dilakukan dengan cara demikian. Pendidikan jasmani adalah suatu proses yang terencana dan bertahap yang perlu dibina secara hati-hati dalam waktu yang diperhitungkan. Bila orientasi pelajaran pendidikan jasmani adalah agar anak menguasai keterampilan berolahraga, berolahraga, misalnya misalnya sepak sepak bola, bola, guru akan lebih menekankan menekankan pada pada pembelajar pembelajaran an teknik dasar dengan kriteria keberhasilan yang sudah ditentukan. Dalam hal ini, guru tidak akan memperhatikan bagaimana agar setiap anak mampu melakukannya, sebab cara melatih teknik dasar yang bersangkutan hanya dilakukan dengan cara tunggal. Beberapa anak mungkin bisa mengikuti dan menikmati cara belajar yang dipilih guru tadi. Tetapi sebagian lain merasa selalu gagal, karena bagi mereka cara latihan tersebut terlalu sulit, atau terlalu mudah. Anak-anak yang berhasil akan merasa puas dari cara latihan tadi, dan segera menyenangi permainan permainan sepak sepak bola. Tetapi Tetapi bagaimana bagaimana dengan dengan anak-anak anak-anak lain yang yang kurang kurang berhasil? berhasil? Mereka akan serta merta merasa bahwa permainan sepak bola terlalu sulit dan tidak menyenangkan, sehingga mereka tidak menyukai pelajaran dan permainan sepak bola tadi. Apalagi bila ketika mereka melakukan latihan yang gagal tadi, mereka selalu diejek oleh teman-teman yang lain atau bahkan oleh gurunya sendiri. Anak-anak dalam ‘kelompok gagal’ ini biasanya mengalami perasaan negatif. Akibatnya, citra diri anak tidak berkembang dan anak cenderung menjadi anak yang rendah diri. Melalui pembelajaran pendidikan jasmani yang efektif, semua kecenderungan tadi bisa dihapuskan, karena guru memilih cara agar anak yang kurang terampil pun tetap menyukai latihan memperoleh pengalaman sukses. Di samping guru membedakan bentuk latihan yang harus dilakukan setiap anak, kriteria keberhasilannya pun dibedakan pula. Untuk ‘kelompok mampu’ kriteria keberhasilan lebih berat dari anak yang kurang mampu, misalnya dalam pelajaran renang di tentukan: mampu meluncur 10 meter untuk anak mampu, dan hanya 5 meter untuk anak kurang mampu.
Dengan cara demikian, semua anak merasakan apa yang disebut “perasaan berhasil” berhasil” tadi, dan dan anak makin makin menyadari menyadari bahwa kemampu kemampuannya annya pun pun meningkat, meningkat, seiring dengan seringnya mereka mengulang-ulang latihan. Cara ini disebut gaya mengajar ‘partisipatif’ karena semua anak merasa dilibatkan dalam proses pembelajaran. pembelajaran. Untuk mencegah terjadinya bahaya lain dari kegagalan, guru pendidikan jasmani harus mengembangkan cara respons siswa terhadap anak yang gagal dan melarang siswa untuk melemparkan ejekan pada temannya.
C. Dasar Falsafah Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani merupakan suatu bagian yang tidak terpisahkan dari pendidikan umum. Lewat program penjas dapat diupayakan peranan pendidikan untuk mengembangkan kepribadian individu. Tanpa penjas, proses pendidikan di sekolah akan pincang. Sumbangan nyata pendidikan jasmani adalah untuk mengembangkan keterampilan (psikomotor). Karena itu posisi pendidikan jasmani menjadi unik, sebab berpeluang lebih banyak dari dari mata pelajar pelajaran an lainnya untuk membina membina keteramp keterampilan. ilan. Hal Hal ini sekaligus sekaligus mengungkapkan kelebihan pendidikan jasmani dari pelajaran-pelajaran lainnya. Jika pelajaran pelajaran lain lebih lebih mementingkan mementingkan pengemb pengembangan angan intelektual intelektual,, maka melalui melalui pendidikan pendidikan jasmani terbina sekaligus sekaligus aspek aspek penalaran, penalaran, sikap sikap dan keteramp keterampilan. ilan. Ada tiga hal penting yang bisa menjadi sumbangan unik dari pendidikan jasmani, yaitu: meningkatkan kebugaran jasmani dan kesehatan siswa, meningkatkan terkuasainya keterampilan fisik yang kaya, serta meningkatkan pengertian siswa dalam prinsip-prinsip gerak serta bagaimana menerapkannya dalam praktek. Adakah pelajaran lain (seperti bahasa, matematika, atau IPS) yang bisa menyumbang kemampuan-kemampuan seperti di atas? Untuk meneliti aspek penting dari penjas, dasar-dasar pemikiran seperti berikut perlu dipertimbangkan: 1. Kebugaran dan kesehatan Kebugaran dan kesehatan akan dicapai melalui program pendidikan jasmani yang terencana, teratur dan berkesinambungan. Dengan beban kerja yang cukup berat serta dilakukan dalam jangka waktu yang cukup secara teratur, kegiatan tersebut akan berpengaruh berpengaruh terhadap terhadap perubahan perubahan kemamp kemampuan uan fungsi fungsi organ-organ organ-organ tubuh tubuh seperti seperti jantung jantung dan paru-paru. paru-paru. Sistem Sistem peredaran peredaran darah dan pernapasan pernapasan akan bertambah bertambah baik dan dan efisien, efisien, didukung oleh sistem kerja penunjang lainnya. Dengan bertambah baiknya sistem kerja tubuh akibat latihan, kemampuan tubuh akan meningkat dalam hal daya tahan, kekuatan dan kelentukannya. Demikian juga dengan beberapa kemampuan motorik seperti kecepatan, kelincahan dan koordinasi. Pendidikan jasmani juga dapat membentuk gaya hidup yang sehat. Dengan kesadarannya anak akan mampu menentukan sikap bahwa kegiatan fisik merupakan kebutuhan pokok
dalam hidupnya, dan akan tetap dilakukan di sepanjang hayat. Sikap itulah yang kemudian akan membawa anak pada kualitas hidup yang sehat, sejahtera lahir dan batin, yang disebut dengan istilah wellness.
Konsep sehat dan sejahtera secara menyeluruh berbeda dengan pengertian sehat secara fisik. Anak-anak dididik untuk meraih gaya hidup sehat secara total serta kebiasan hidup yang sehat, baik dalam arti pemahaman maupun prakteknya. Kebiasaan hidup sehat tersebut bukan hanya kesehatan fisik, tetapi juga mencakup juga kesejahteraan mental, moral, dan spiritual. Tanda-tandanya adalah anak lebih tahan dalam menghadapi tekanan dan cobaan hidup, berjiwa optimis, merasa aman, nyaman, dan tenteram dalam kehidupan sehari-hari. 2. Keterampilan fisik Keterlibatan anak dalam asuhan permainan, senam, kegiatan bersama, dan lain-lain, merangsang perkembangan gerakan yang efisien yang berguna untuk menguasai berbagai keterampilan. Keterampilan tersebut bisa berbentuk keterampilan dasar misalnya berlari dan melempar serta keterampilan khusus seperti senam atau renang. Pada akhirnya keterampilan itu bisa mengarah kepada keterampilan yang digunakan dalam kehidupan sehari-hari. 3. Terkuasainya prinsip-prinsip gerak Pendidikan jasmani yang baik harus mampu meningkatkan pengetahuan anak tentang prinsip-pri prinsip-prinsip nsip gerak. gerak. Pengetahuan Pengetahuan tersebut tersebut akan membuat membuat anak mampu memahami memahami bagaimana bagaimana suatu keteram keterampilan pilan dipelaja dipelajari ri hingga tingkatannya tingkatannya yang lebih lebih tinggi. tinggi. Dengan Dengan demikian, seluruh gerakannya bisa lebih bermakna. Sebagai contoh, anak harus mengerti mengapa kaki harus dibuka dan bahu direndahkan ketika anak sedang berusaha menjaga keseimbangannya. Mereka juga diharapkan mengerti mengapa harus dilakukan pemanasan sebelum berolahraga, serta apa akibatnya terhadap derajat kebugaran jasmani bila seseorang berlatih tidak teratur? Namun demikian, demikian, sumbangan sumbangan pendidikan pendidikan jasmani jasmani pun pun bukan hanya hanya bersifat bersifat fisik fisik semata, semata, melainkan merambah pada peningkatan kemampuan oleh pikir seperti kemampuan membuat keputusan dan olah rasa seperti kemampuan memahami perasaan orang lain (empati). 4. Kemampuan berpikir Memang sulit diamati secara langsung bahwa kegiatan yang diikuti oleh anak dalam pendidikan pendidikan jasmani jasmani dapat dapat meningkatkan meningkatkan kemampua kemampuan n berpikir berpikir anak. Namun Namun demikian demikian dapat dapat
ditegaskan di sini bahwa pendidikan jasmani yang efektif mampu merangsang kemampuan berpikir berpikir dan daya analisis anak ketika ketika terlibat terlibat dalam kegiatan-kegiat kegiatan-kegiatan an fisiknya. fisiknya. Pola-pola Pola-pola permainan permainan yang memerl memerlukan ukan tugas-tugas tugas-tugas tertentu tertentu akan menekankan menekankan pentingnya pentingnya kemampuan nalar anak dalam hal membuat keputusan. Taktik dan strategi yang melekat dalam berbagai permainan pun perlu dianalisis dengan baik untuk membuat membuat keputusan keputusan yang tepat dan dan cepat. cepat. Secara tidak tidak langsung, langsung, keterlibat keterlibatan an anak dalam kegiatan pendidikan jasmani merupakan latihan untuk menjadi pemikir dan pengambil pengambil keputusan keputusan yang yang mandiri. mandiri. Dalam kegiatan pendidikan jasmani banyak sekali adegan pembelajaran yang memerlukan diskusi terbuka yang menantang penalaran anak. Teknik gerak dan prinsip-prinsip yang mendasarinya merupakan topik-topik yang menarik untuk didiskusikan. Peraturan permainan permainan dan variasi-var variasi-variasi iasi gerak gerak juga bisa bisa dijadikan dijadikan rangsangan rangsangan bagi bagi anak untuk untuk memikirkan pemecahannya. 5. Kepekaan rasa Dalam hal olah rasa, pendidikan jasmani menempati posisi yang sungguh unik. Kegiatannya yang selalu melibatkan anak dalam kelompok kecil maupun besar merupakan wahana yang tepat untuk berkomunikasi dan bergaul dalam lingkup sosial. Dalam kehidupan sosial, setiap individu akan belajar untuk bertanggung jawab melaksanakan peranannya peranannya sebagai sebagai anggota anggota masyarakat. masyarakat. Di dalam masyarak masyarakat at banyak norma norma yang yang harus ditaati dan aturan main yang melandasinya. Melalui penjas, norma dan aturan juga dipelajari, dihayati dan diamalkan. Untuk dapat berperan aktif, anak pun akan menyadari bahwa ia dan kelompoknya harus menguasai beberapa keterampilan yang diperlukan. Sesungguhnyalah bahwa kegiatan pendidikan pendidikan jasmani jasmani disebut disebut sebagai sebagai ajang nyata nyata untuk melatih melatih keterampila keterampilan-ketera n-keterampilan mpilan hidup (life (life skill ), ), agar seseorang dapat hidup berguna dan tidak menyusahkan masyarakat. Keterampilan yang dipelajari bukan hanya keterampilan gerak dan fisik semata, melainkan terkait pula dengan keterampilan sosial, seperti berempati pada orang lain, menahan sabar, memberikan respek dan penghargaan pada orang lain, mempunyai motivasi yang tinggi, serta banyak lagi. Seorang ahli menyebut bahwa kesemua keterampilan di atas adalah keterampilan hidup. Sedangkan ahli yang lain memilih istilah kecerdasan emosional (emotional intelligence). intelligence). 6. Keterampilan sosial Kecerdasan emosional atau keterampilan hidup bermasyarakat sangat mementingkan kemampuan pengendalian diri. Dengan kemampuan ini seseorang bisa berhasil mengatasi masalah dengan kerugian sekecil mungkin. Anak-anak yang rendah kemampuan pengendalian pengendalian dirinya dirinya biasanya biasanya ingin memecahkan memecahkan masalah masalah dengan dengan kekerasan kekerasan dan tidak tidak merasa ragu untuk melanggar berbagai ketentuan. Pendidikan jasmani menyediakan pengalaman nyata untuk melatih keterampilan mengendalikan diri, membina ketekunan dan motivasi diri. Hal ini diperkuat lagi jika proses pembelajaran pembelajaran direncanak direncanakan an sebaik-baiknya sebaik-baiknya.. Setiap adegan pembelaj pembelajaran aran dalam permainan permainan dapat dijadikan dijadikan arena dialog dialog dan perenung perenungan an tentang apa sisi sisi baik-buruknya baik-buruknya suatu keputusan. Tak pelak, ini merupakan cara pembinaan moral yang efektif. Sebagai contoh, jika dalam sebuah proses penjas terjadi pertengkaran antara dua orang anak, guru bisa segera menghentikan kegiatan seluruh kelas dan mengundang mereka untuk membicarakannya. Sebab-sebab pertengkaran diteliti dan guru memancing pendapat
anak-anak tentang apa perlunya mereka bertengkar, selain itu mereka dirangsang untuk mencari pemecahan yang paling baik untuk kedua belah pihak. Demikian juga dalam setiap adegan proses permainan yang memerlukan kesiapan mentaati peraturan peraturan permainan. permainan. Di samping samping guru mempertanyakan mempertanyakan penting pentingnya nya peraturan peraturan untuk untuk ditaati, guru dapat juga mengundang siswa untuk melihat berbagai konsekuensinya jika peraturan peraturan itu dilanggar dilanggar.. Lalu guru guru dapat menanyaka menanyakan n pendapat pendapat siswa siswa tentang tentang tujuan permainan. permainan. Misalnya Misalnya guru guru bertanya: bertanya: :”Apakah :”Apakah memenangkan memenangkan pertand pertandingan ingan dengan dengan segala segala cara bisa dibenarkan?”, “Apakah kalah dalam suatu permainan benar-benar merugikan?” bahkan lebih lebih jauh lagi lagi mungkin mungkin guru bisa bisa memilih memilih topik topik di luar luar kejadian kejadian yang mereka mereka alami sendiri, misalnya topik tentang tawuran antar pelajar dari sekolah yang berbeda. Topik ini menarik untuk dibicarakan dari sisi moral serta akibatnya terhadap kehidupan bermasyarakat. bermasyarakat. 7. Kepercayaan diri dan citra diri (self esteem) Melalui pendidikan jasmani kepercayaan diri dan citra diri (self esteem) anak akan berkembang. berkembang. Secara Secara umum citra citra diri diri diartikan diartikan sebagai sebagai cara kita kita menilai menilai diri kita sendiri. sendiri. Citra diri ini merupakan dasar untuk perkembangan kepribadian anak. Dengan citra diri yang baik seseorang merasa aman dan berkeinginan untuk mengeksplorasi dunia. Dia mau dan mampu mengambil resiko, berani berkomunikasi dengan teman dan orang lain, serta mampu menanggulangi stress. Cara membina citra diri ini tidak cukup hanya dengan selalu berucap “saya pasti bisa” atau “ saya paling bagus”. Tetapi perlu dinyatakan dalam usaha dan pembiasan perilaku. Di situlah penjas menyediakan kesempatan pada anak untuk membuktikannya. Ketika anakanak berhasil mempelajari berbagai keterampilan gerak dan kemampuan tubuhnya, perasaan perasaan positif positif akan berkembang berkembang dan ia merasa merasa optimis optimis atau mampu mampu untuk untuk berbuat berbuat sesuatu. Dengan perasaan itu anak-anak akan merasa bahwa dirinya memiliki kemampuan yang baik dan pada gilirannya akan mempengaruhi pula kualitas usahanya di lain waktu, agar sama seperti yang dicitrakannya. Bila siswa merasa gagal sebelum berusaha, keadaan ini disebut perasaan negatif, lawan dari perasaan positif. Kejadian demikian yang berulang-ulang akan memperkuat kepercayaan bahwa dirinya memang memiliki kemampuan, sehingga terbentuk menjadi kepercayaan diri yang kuat. Karena itu penting bagi guru penjas untuk menyajikan tugas-tugas belajar yang bisa menyediakan pengalaman sukses dan menimbulkan perasaan berhasil (feeling of success) pada setiap setiap anak. Salah Salah satu satu siasat siasat yang dapat dapat dikerjakan dikerjakan adalah adalah ukuran keberhasilan keberhasilan belajar tidak tidak bersifat bersifat mutlak. mutlak. Tiap Tiap anak memakai memakai ukurannya ukurannya masing-m masing-masing. asing. D. Landasan Ilmiah Pelaksanaan Pendidikan Jasmani Secara ilmiah pelaksanaan pendidikan jasmani mendapat dukungan dari berbagai disiplin ilmu, di mana pandangan-pandangan dari setiap disiplin tersebut dapat dijadikan sebagai landasan bagi berlangsungnya program penjas di sekolah-sekolah. Di bagian ini, penulis akan menguraikan landasan ilmiah dari minimal tiga disiplin ilmu, yaitu dari sudut pandang biologis biologis,, sudut pandang pandang psikolog psikologis, is, dan yang yang terakhir terakhir sudut pandang sosiologis. sosiologis. 1. Landasan Biologis bagi Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani adalah disiplin yang berorientasi tubuh, di samping berorientasi pada disiplin mental dan sosial. Guru pendidikan jasmani karenanya harus memiliki penguasaan yang kokoh terhadap fungsi fisikal dari tubuh untuk memahami secara lebih baik pemanfaatannya pemanfaatannya dalam dalam kegiatan kegiatan pendidikan pendidikan jasmani. jasmani. Khususnya Khususnya dalam masa masa modern modern
dewasa ini, ketika pendidikan gerak dipandang teramat penting, pengetahuan tentang bagaimana bagaimana tubuh manusia manusia berfungs berfungsii dipandang dipandang amat krusial krusial agar bisa bisa melaksanakan melaksanakan tugas pengajaran pengajaran dengan dengan baik. Joseph W. Still telah menghabiskan waktu bertahun-tahun untuk meneliti perilaku fisikal dan intelektual manusia. Meskipun penelitiannya sudah berlangsung di masa lalu, namun masih menemukan faktanya di masa kini, bahkan maknanya seolah mendapatkan angin baru dalam dalam era teknologi teknologi dewasa dewasa ini. Dalam Dalam peneliti penelitiannya, annya, Still Still menemukan menemukan bahwa bahwa keberhasilan manusia dalam pencapaian prestasi, baik dalam hal prestasi fisikal maupun dalam prestasi intelektual, berhubungan dengan usia serta dapat digambarkan dalam bentuk sebuah kurva, di mana kurva itu bisa menaik dan bisa menurun, sesuai dengan perjalanan usia manusia. Dalam kurva hasil penelitian Still ditunjukkan bahwa tidak lebih dari 5% populasi manusia berhasil mendaki kurva keberhasil keberhasilan, an, sedang sedang selebihnya selebihnya lebih lebih banyak mengikuti mengikuti kurva kegagalan, terutama setelah melewati usia antara 25 hingga 35 tahun. Yang menarik, menurut dugaan Still, kurva kegagalan dalam pertumbuhan fisik menunjukkan bahwa perkembangan perkembangan fisik fisik manusia manusia dewasa dewasa ini semakin semakin berkurang. berkurang. Sebabnya, manusia manusia modern modern sekarang dihadapkan pada rendahnya melakukan latihan fisik, di samping karena terlalu banyak makan, makan, minum, minum, dan merokok; merokok; sehingga sehingga mereka mereka merosot merosot kondisinya kondisinya setelah setelah usia usia 30 tahunan. Demikian juga dalam hal pertumbuhan dan perkembangan psikologis, yang menunjukkan kurva kegagalan dalam hal prestasinya. Ciri-ciri perkembangan mental menunjukkan puncak prestasi prestasi pada tahap tahap perkembanga perkembangan n yang berbeda. berbeda. Kemampuan Kemampuan menginga mengingatt dicapai dicapai pada usia usia muda, imajinas imajinasii kreatif kreatif mencapai mencapai puncaknya puncaknya pada pada usia dua puluhan puluhan hingga hingga tiga puluhan, keterampilan keterampilan menganalis menganalisis is dan sintesis sintesis suatu persoalan persoalan berakhir di usia pertengahan, pertengahan, sedangkan sedangkan pada pada usia-usia usia-usia berikutnya berikutnya berkembang berkembang kemampuan kemampuan berfilsafa berfilsafat. t. Secara biologis, manusia dirancang untuk menjadi mahluk yang aktif. Meskipun perubahan dalam jaman dan peradaban telah menyebabkan penurunan dalam jumlah aktivitas yang dibutuhkan untuk menyelesaikan tugas-tugas dasar yang berkaitan dengan kehidupan, sebenarnya tubuh manusia tidaklah berubah. Karenanya, manusia harus tetap menyadari bahwa dalam dalam hal kesehatan kesehatan tubuhnya, tubuhnya, dasar dasar biologisnya biologisnya menuntut menuntut dan mengakui mengakui pentingnya pentingnya aktivitas aktivitas fisik fisik yang keras keras dalam dalam hidupnya. hidupnya. Jika tidak, kesehatan, kesehatan, produkt produktivitas, ivitas, serta efektivitas hidupnya akan menurun drastis. Dalam hal itulah pendidikan jasmani yang baik di sekolah sekolah dan di masa-masa masa-masa berikut berikut dalam hidupnya dipandang dipandang amat penting dalam menjaga kemampuan bilogis manusia. Dipandang dari sudut ini, pendidikan jasmani terikat dekat pada kekuatan mental, emosional, sosial, dan spiritual manusia. http://www.ditplb.or.id/profile.php?id=65 FALSAFAH PENDIDIKAN JASMANI Drs. Agus Mahendra, M.A. 2. Landasan Psikologis Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani melibatkan interaksi antara guru dengan anak serta anak dengan anak. Di dalam adegan pembelajaran yang melibatkan interaksi tersebut, terletak suatu keharusan untuk saling mengakui dan menghargai keunikan masing-masing, termasuk kelebihan dan kelemahannya. Dan ini bukan hanya berkaitan dengan kelainan fisik semata-mata, tetapi
juga dalam dalam kaitannya kaitannya dengan perbedaan perbedaan psikologis psikologis sepert sepertii kepribadian, kepribadian, karakter, karakter, pola pola pikir, pikir, serta tak kalah pentingnya dalam hal pengetahuan dan kepercayaan. Program pendidikan jasmani yang baik tentu harus dilandasi oleh pemahaman guru terhadap karakteristik psikologis anak, dan yang paling penting dalam hal sumbangan apa yang dapat diberikan oleh program pendidikan jasmani terhadap perkembangan mental dan psikologis psikologis anak. anak. Studi dalam ilmu-ilmu psikologi mempunyai implikasi untuk para guru pendidikan jasmani, jasmani, terutama terutama dalam wilayah wilayah atau sub-disip sub-disiplin lin ilmu ilmu teori belajar, belajar, teori teori pembelajar pembelajaran an gerak, perkembangan kepribadian, serta sikap. Kesemua sub-disiplin itu, memberikan pemahaman pemahaman yang lebih lebih luas luas dalam hal hal bagaimana bagaimana anak belajar, belajar, dan dan yang terpenti terpenting ng upaya apa yang harus dipertimbangkan guru dikaitkan dengan menciptakan lingkungan belajar yang memungkinkan anak belajar. Kata psikologi berasal dari kata-kata Yunani psyche, yang berarti jiwa atau roh, dan logos, yang berarti ilmu. Diartikan secara populer, psikologi adalah ilmu jiwa atau ilmu pikiran. Para ahli psikologi mempelajari hakikat manusia secara ilmiah, dan untuk memahami alam pikiran pikiran manusia, manusia, termasuk termasuk anak, anak, termasuk termasuk ciri-ciri ciri-ciri manusia manusia ketika ketika belajar. belajar. Pendidikan jasmani lebih menekankan proses pembelajarannya pada penguasaan gerak manusia. Pemahaman yang lebih mendalam terhadap kecenderungan dan hakikat gerak ini, misalanya melalui teori gerak dan teori belajar gerak, maka memungkinkan guru lebih memahami tentang kondisi apa yang perlu disediakan untuk memungkinkan anak belajar secara efektif. Jika dahulu para guru penjas lebih bersandar pada teori belajar behaviorisme, yang lebih melihat proses pembelajaran dari perubahan perilaku anak, maka dewasa ini sudah diakui adanya keharusan untuk memahami tentang apa yang terjadi di dalam diri anak ketika mempelajari keterampilan gerak, yang ditunjang oleh berkembangan teori belajar kognitivisme. Bersandar secara berlebihan pada teori belajar behaviorisme tentu mengandung kelemahan tertentu, karena mendorong dan membenarkan guru dengan proses pembelajaran pembelajaran yang sangat mekanistis; sekedar terjadi persambungan persambungan antara antara stimulus stimulus (aba-aba guru) dengan respons siswa (gerakan siswa), yang diperkuat oleh adanya reinforcement (ucapan pujian dari guru). Akibatnya, guru pun umumnya abai dengan bagaimana sebenarnya proses yang terjadi di dalam otak dan perangkat perangkat gerak anak, anak, sehingga sehingga guru tidak pernah pernah terlalu terlalu mempert mempertimbangk imbangkan an kualitas kualitas dari proses pembelajaran, pembelajaran, termas termasuk uk keharusan keharusan untuk melibatkan melibatkan proses proses berpikir berpikir dari dari anak. Akhirnya, anak relatif tidak pernah punya gagasan apapun dalam pelajaran, dan klaim bahwa penjas penjas memiliki memiliki peranan dalam pengemba pengembangan ngan kemampuan kemampuan intelekt intelektual ual anak tidak tidak terbuktikan secara nyata.
Perkembangan teori belajar kognitivisme menguak fakta kekakuan proses pembelajaran penjas tersebut tersebut.. Dalam salah salah satu satu teori belajar belajar pengolahan pengolahan informa informasi si (informati (information on processing processing theory) theory) diungkap diungkap bahwa bahwa idealnya idealnya pembelajaran pembelajaran gerak gerak adalah adalah sebuah proses proses pengambilan pengambilan keputusan, keputusan, yang yang secara secara hirarkis hirarkis akan selalu selalu melalui melalui tiga tiga tahapan tahapan yang tetap, tetap, yaitu tahap mengidentifikasi stimulus, tahap memilih respons, dan tahap memprogram respons. Jika pada proses pembelajaran siswa diberi kesempatan dan didorong untuk terusmenerus meningkatkan kemampuan pengambilan keputusannya, maka secara pasti kemampuannya tersebut terlatih, karena masing-masing perangkat yang berhubungan dengan ketiga tahapan pengambilan keputusan itupun kemampuannya semakin meningkat pula. Dari pemahaman terhadap landasan psikologis itulah, maka pembelajaran penjas yang baik tidak cukup hanya dengan memberikan perintah dan tugas-tugas gerak semata (misalnya dengan instruksi yang klasik seperti, “... ketika kamu menerima bola, kamu lari ke arah sana, lalu kamu lempar bola itu ke si A, dan kamu kembali ke sini”), melainkan harus pula dibarengi dengan upaya memberikan kesempatan pada mereka untuk menganalisis situasi dan berikan kebebasan untuk mengambil keputusan sendiri (misalnya: “... baik, ketika posisi lapangan lapangan ketat dan dan kamu dijaga dijaga terus terus oleh lawan, lawan, kira-kira kira-kira kemanakah kemanakah kamu kamu harus harus melempar bola? Coba kita praktekkan, apakah keputusanmu sudah tepat atau tidak?”). 3. Landasan Sosiologis dalam Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani adalah sebuah wahana yang sangat baik untuk proses sosialisasi. Perkembangan sosial jelas penting, dan aktivitas pendidikan jasmani mempunyai potensi untuk menuntaskan tujuan-tujuan tersebut. Seperangkat kualitas dari perkembangan sosial yang dapat dikembangkan dan dipengaruhi dalam proses penjas di antaranya adalah kepemimpinan, karakter moral, dan daya juang. Sosiologi berkepentingan dengan upaya mempelajari manusia dan aktivitasnya dalam kaitannya dengan hubungan atau interaksi antar satu manusia dengan manusia lainnya, termasuk sekelompok orang dengan kelompok lainnya. Di sisi lain, sosiologi berhubungan juga dengan dengan ilmu yang yang menaruh menaruh perhatian perhatian pada lembaga-lemba lembaga-lembaga ga sosial seperti seperti agama, agama, keluarga, pemerintah, pendidikan, dan rekreasi. Singkatnya, sosiologi adalah ilmu yang berkepentingan berkepentingan dalam dalam mengembang mengembangkan kan struktur struktur dan aturan aturan sosial sosial yang yang lebih baik baik yang dicirikan oleh adanya kebahagiaan, kebaikan, toleransi, dan kesejajaran sosial. Dikaitkan dengan landasan tersebut, seorang guru penjas sesungguhnya adalah seorang sosiologis yang perlu mengetahui prinsip-prinsip umum sosiologi, agar mampu memanfaatkan proses pembelajarannya untuk menanamkan nilai-nilai yang dapat dikembangkan melalui penjas. Sebagaimana dikemukakan Bucher, guru yang mengerti sosiologi dalam konteks kependidikan akan mampu mengembangkan minimal tiga fungsi: (1) pengaruh pendidikan pada institusi sosial dan pengaruh kehidupan kelompok pada individu, seperti bagaimana sekolah berpengaruh kepribadian atau perilaku individu; (2) hubungan manusia yang beroperasi di sekolah yang melibatkan siswa, orang tua, dan guru dan bagaimana mereka mempengaruhi kepribadian dan perilaku individu; dan (3) hubungan sekolah kepada institusi lain dan elemen lain masyarakat, misalnya pengaruh dari pendidikan pada kehidupan masyarakat kota. BAB III ASAS PENGEMBANGAN PENJAS DI SDLB/SLB TINGKAT DASAR
A. Asas Pengembangan dan Penetapan Sasaran Pendidikan Jasmani Pendidikan jasmani di Sekolah Dasar mencakup ruang lingkup yang luas karena terkait langsung dengan karakteristik anak-anak dari berbagai usia. Dilihat dari tahapan pertumbuhan pertumbuhan dan perkembangan perkembangan fisik fisik anak pada pada tingkat tingkat usia sekolah dasar, dasar, sedikitnya sedikitnya terlibat 3 tahapan, yaitu: a. tahapan akhir dari masa kanak-kanak awal (antara usisa 5 – 7 tahun) b. tahapan tahapan masa kanak-kanak kanak-kanak akhir (middle (middle childhood) childhood) dan c. tahapan awal dari pra-adolesen ( yang bisa dimulai pada usia 8 tahun atau rata-rata usia 10 tahun) Demikian juga dalam perkembangan motorik dan keterampilan. Anak-anak usia SD mengalami masa-masa perkembangan motorik dan keterampilan yang berbeda-beda. Pada usia-usia 5 – 8 tahun, anak mulai berurusan dengan kemampuan pengelolaan tubuhnya dan keterampilan dasar seperti keterampilan berpindah tempat (locomotor), gerak statis di tempat (non-locomotor) dan gerak memakai anggota badan (manipulative). Pada usia di atasnya, anak-anak mulai matang menguasai keterampilan khusus, dari mulai keterampilan manipulatif lanjutan, hingga kegiatan-kegiatan berirama dan permainan, senam, kegiatan di air, dan kegiatan untuk pembinaan kebugaran jasmani. Dalam beberapa cabang olahraga, pentahapan pencapaian keterampilan tingkat tinggi pun sudah dapat mulai dilaksanakan di kelas-kelas akhir SD, misalnya senam, loncat indah, dan renang. Karena begitu eratnya hubungan antara tingkat pertumbuhan dan perkembangan fisik dan keterampilan anak, ruang lingkup pendidikan jasmani yang ditawarkan di sekolah dasar semestinya dikembangkan berdasarkan kebutuhan anak-anak. Hal ini tidak bisa dibuat begitu saja, saja, sebab sebab perlu diolah sebaik-bai sebaik-baiknya knya dengan dengan pertimbanga pertimbangan n yang matang. matang. Pertimbangan tersebut meliputi (1) dasar-dasar pengembangan program, (2) pola pertumbuhan pertumbuhan dan perkembangan perkembangan anak, anak, (3) dorongan dorongan dasar dasar anak-anak, anak-anak, dan (4) (4) karakterist karakteristik ik serta minat anak. Mari kita simak satu persatu keempat pertimbangan tersebut. Dasar-Dasar Pengembangan Program Ada beberapa prinsip yang menjadi landasan bagi pengembangan program pendidikan jasmani, jasmani, yaitu: Kurikulum Pendidikan Pendidikan Jasmani Jasmani haruslah haruslah berorientasi berorientasi kepada anak dan tingkat tingkat perkembangannya perkembangannya.. Pemilihan kegiatan dalam penjas harus di dasarkan pada tuntutan dan karakteristik anak dan dilengkapi dengan pertimbangan tentang tingkat-tingkat perkembangan perkembangan mereka. mereka. Anaklah Anaklah yang menjadi pusat kurikulu kurikulum, m, dan karenanya karenanya pengalaman-peng pengalaman-pengalaman alaman yang yang dipilihkan dipilihkan juga juga harus sesuai dengan kebutuhan kebutuhan mereka. mereka. Setiap anak berbeda-beda dalam hal kebutuhan dan kemampuan belajarnya. belajarnya. Setiap anak mempunyai hak untuk mencapai potensinya masing-masing sehingga kurikulum harus memberikan kesempatan agar anak memperoleh pengalaman semacam itu. Anak-anak harus berkembang dalam kecepatan yang sesuai dengan iramanya, dan kurikulum harus mampu meningkatkan perkembangan mereka. Perbedaan-perbedaan individual harus menjadi pedoman dalam menerapkan kurikulum, sehingga tujuan, kegiatan, dan pengalaman pengalaman belajar belajar lebih lebih memenuhi memenuhi kebutuhan kebutuhan individual individual daripada daripada kebutuhan kebutuhan pokok. pokok. Anak harus dilihat sebagai sebagai manusia manusia yang utuh utuh.. Kurikulum hendaknya bertanggung jawab dalam mengembangkan aspek-aspek yang lengkap dari anak-anak, bukan saja keterampilan fisik dan kebugaran jasmani, tetapi mencakup keterampilan kognitif dan keterampilan
sosial. Dalam wilayah kognitif misalnya, pembelajaran yang terpadu harus sejalan dengan perkembangan perkembangan dari dari kebugaran kebugaran fisik fisik dan keterampil keterampilan. an. Demikian Demikian juga juga dalam wilayah wilayah afektif, pencapaian keberhasilan yang bersifat fisik memainkan peran yang amat penting dalam mengembangkan konsep diri yang positif. Anak-anak yang mencapai efisiensi gerak dan berhasil dalam keterampilannya, akan lebih mudah menyesuaikan dirinya dalam kehidupan sekolahnya daripada yang kurang mampu secara gerak. Hal-hal yang berhubungan berhubungan dengan dengan kebutuhan kebutuhan anak anak harus diajarkan diajarkan melalui pendidikan pendidikan jasmani. jasmani. Kegiatan pelajaran harus dilaksanakan dalam sifat yang meyakinkan bahwa tujuan-tujuan dari pendidikan jasmani dapat dicapai. Nilai-nilai yang dikandung dalam pendidikan pendidikan jasmani jasmani tidak tidak dicapai dicapai secara otomati otomatiss atau kebetulan kebetulan saja. saja. Sifat-sifa Sifat-sifatt seperti seperti kejujuran, fair-play, disiplin diri, dan kerjasama kelompok bukanlah hasil ikutan dari kegiatan fisik. Pendidikan jasmani harus menjadi suatu program pengajaran utama, yang memanfaatkan strategi mrngajar yang bernuansa pendidikan. Gerakan merupakan dasar bagi pendidikan jasmani. jasmani. Mutu program penjas dapat dinilai berdasarkan berdasarkan mutu mutu pengalaman pengalaman gerakan gerakan yang dialami dialami oleh oleh anak-anak. anak-anak. Pendidikan Pendidikan jasmani jasmani memang terdiri atas kegiatan fisik yang harus dilakukan secara aktif. Anak-anak tidak akan dapat mengambil manfaat hanya dari berbaris, menunggu datangnya alat-alat atau mendengarkan penjelasan guru yang panjang. Pendidikan jasmani harus menyediakan kesempatan yang seluas-luasnya kepada anak-anak untuk menimba pengalaman gerak. Pembelajaran Pembelajaran harus terjadi melampau melampauii kepentingan kepentingan sesaat sesaat tapi tapi harus menawarkan menawarkan keterampilan yang berguna untuk seumur hidup. hidup. Dalam masyarakat modern dewasa ini, pemeliharaan pemeliharaan kebugaran kebugaran jasmani jasmani dan dan kesehatan kesehatan dipandang dipandang sebagai sebagai kebutuhan kebutuhan utama. utama. Dengan demikian pendidikan jasmani harus memberikan program yang cukup dinamis agar mampu mengembangkan kebugaran jasmani peserta didik. Kebugaran merupakan dasar untuk pencapaian keterampilan gerak. Pelaksanaannya harus berdasarkan kemampuan anak dan beban latihannya disesuaikan dengan kesangupan setiap siswa. Pola Pertumbuhan dan Perkembangan Anak Uraian tentang tahapan dan pola pertumbuhan dan perkembangan anak tidak akan cukup diliput dalam penggalan singkat ini. Yang akan ditemui dalam bagian ini merupakan ringkasan dari pola pertumbuhan dan perkembangan anak dalam wilayah psikomotor. 1. Perkembangan ke arah memanjang (Cephalocaudal) dan ke arah tepi (Proximodistal) Kedua istilah ini menunjukkan rangkaian perkembangan fisik yang teratur. Cephalocaudal adalah perkembangan fisik yang berlangsung ke arah memanjang (longitudinal) dari kepala ke kaki. Ini merupakan kemajuan yang bertahap didukung pengontrolan otot yang meningkat yang bergerak dari otot-otot kepala, leher, lalu ke tubuh, dan akhirnya ke tungkai dan kaki. Gejala ini mengikuti ciri-ciri dalam perkembangan bayi dalam rahim yaitu dimulai dari pembentukan kepala, kemudian lengan dan tungkai. Pengontrolan otot-otot pun berlangsung berlangsung dalam rangkaian rangkaian yang yang sama. Perkembangan proximodistal berlangsung dari pusat tubuh mengarah ke tepi yang tampak ketika anak baru belajar menulis. menulis. Mereka Mereka cenderung cenderung menggunaka menggunakan n gerakan gerakan besar dari dari bahu sebelum sebelum gerakan gerakan halus untuk menulis dikuasai.
2. Gerak kasar dan gerak halus Sejalan dengan perkembangan ke arah memanjang dan ke arah tepi, perkembangan gerak kasar dan halus menunjuk pada penguasaan penguasaan otot anak-anak anak-anak yang yang bergerak bergerak dari otot –otot –otot besar dahulu dahulu sebelum sebelum anak anak mampu membedakan bagian-bagian dan menggerakkannya secara terpisah. Penguasaan keterampilan menulis misalnya, ditandai dengan ciri yaitu pada saat-saat awal, anak-anak menggunakan lebih banyak bagian-bagian tubuh daripada yang diperlukannya. Ini menunjukkan bahwa anak belum bisa bergerak secara efisien, dengan hanya menggunakan otot yang diperlukan saja. Sejalan dengan tingkat perkembangannya dan dibantu oleh proses latihan, penguasaan penguasaan gerak gerak efisien efisien kelak akan akan dicapai. dicapai. 3. Bilateral ke Unilateral Pada masa-masa awal pengontrolan gerak, gerakan cenderung dilakukan secara bilateral yaitu anak kecil menggunakan satu atau kedua tangan untuk menguasai sebuah benda. Secara bertahap pilihan untuk mengontrol sesuatu beralih hanya dengan tangan atau dengan kaki yang disebut perkembangan unilateral. 4. Diferensiasi dan Integrasi Kedua proses di atas terkait dengan peningkatan fungsi gerak yang berasal dari perkembangan perkembangan saraf. saraf. Diferensias Diferensiasii dikaitkan dikaitkan dengan dengan proses proses bertahap bertahap dari kontrol kontrol gerak gerak yang memerlukan otot besar ke gerakan khusus yang lebih diperhalus oleh perkembangan individu. Sedangkan integrasi menunjuk pada fungsi jalinan saraf dari bermacam-macam kelompok otot yang berlawanan agar terkoordinasi satu sama lain. 5. Filogenetik dan Ontogenetik Keterampilan filogenetik adalah perilaku gerak yang cenderung muncul dengan otomatis tanpa dilatih, dan dalam rangkaian yang dapat diperkirakan. Perilaku tersebut berupa menggapai, memegang, berjalan, dan berlari, yang nampaknya bertahan dari pengaruh pengaruh pengaruh lingkungan. lingkungan. Keterampi Keterampilan lan ontogenetik ontogenetik adalah adalah perilaku perilaku yang dipengaruhi dipengaruhi oleh oleh belajar dari dari lingkungan lingkungan seperti seperti berenang, berenang, bersepe bersepeda, da, bersepatu bersepatu roda, roda, dan lain-lain. lain-lain. Dorongan Dasar Anak-Anak Dorongan dasar adalah suatu keinginan untuk melakukan dan menghasilkan sesuatu. Semua anak memiliki perasaan seperti ini yang kemungkinan besar merupakan sifat turunan atau pengaruh lingkungan. Dorongan dasar ini dikaitkan dengan pengaruh masyarakat, guru, orangtua, dan teman-teman sendiri. Biasanya dorongan dasar ini akan berpola sama pada pada setiap setiap anak dan dan tidak dipengar dipengaruhi uhi oleh faktor kematanga kematangan. n. Dorongan Dorongan tersebut niscaya mengarahkan pengembangan kurikulum pendidikan jasmani dan untuk menciptakan program yang sesuai dengan sifat-sifat anak. Berikut ini akan dibahas secara selintas tentang dorongan-dorongan tersebut. a. Dorongan untuk Bergerak Anak-anak tak pernah puas untuk bergerak, tampil, dan aktif. Mereka berlari semata-mata karena menyukai dan menikmati lari itu. Keaktifan merupakan bagian dari hidup anakanak. Program pendidikan jasmani karenanya harus memuaskan kehausan anak-anak untuk bergerak. bergerak. b. Dorongan untuk Berhasil dan Mendapat Pengakuan Anak-anak tidak hanya berambisi untuk berprestasi, tetapi mereka juga menginginkan prestasi prestasi mereka mereka itu diakui. diakui. Mereka Mereka lesu lesu ketika mendapat mendapat kritikan kritikan dan dan celaan. celaan. Sedangkan dorongan dan dukungan yang hangat akan meningkatkan perkembangan dan pertumbuhan yang maksimum. Kegagalan dapat mengarah pada rasa frustasi dan hilangnya minat
belajar. Karena Karena itu pengalaman pengalaman berhasil berhasil pada pada anak perlu perlu diperbanyak diperbanyak agar mereka mereka tidak tidak kehilangan minat untuk belajar. c. Dorongan untuk Mendapatkan Pengakuan Teman dan Masyarakat Penerimaan kawan sekelas adalah kebutuhan dasar manusia. Anak-anak menginginkan diterima oleh kawan-kawannya, dihormati, dan disukai. Lingkungan sekolah harus memberi jalan agar anak memperoleh penerimaan dari kawan-kawannya. Belajar bekerjasama bekerjasama dengan dengan yang lain, lain, menjadi menjadi anggota anggota kelompok kelompok yang mampu mampu menyumbang menyumbang sesuatu, dan berbagi andil dengan kawan dalam suatu prestasi merupakan nilai penting dari program program penjas. penjas. d. Dorongan untuk Bekerjasama dan Bersaing Anak-anak menikmati suasana bermain dan bekerjasama dengan anak lain. Mereka menemukan kepuasannya ketika menyadari bahwa peranannya dianggap penting dalam suatu kelompok. Ia merasa sedih ketika mengalami penolakan dari kawan-kawannya. Bekerjasama harus diajarkan terlebih dahulu sebelum pengalaman bersaing. Kegembiraan menjadi bagian suatu kelompok akan lebih besar manfaatnya daripada persaingan dengan kawan. Namun demikian, demikian, dorongan untuk bersaing bersaing juga juga merupakan merupakan bukti bukti nyata dari kehidupan kehidupan anak-anak, sebab mereka ingin membandingkan keterampilan fisik dan kekuatannya di antara sesama temannya. Biasanya anak akan memiliki keinginan untuk bersaing jika mereka berpikir bahwa mereka memiliki peluang untuk menang. Jika anak-anak tidak mempunyai peluang untuk menang, suasana kompetitif akan hilang. Karena itu suasana bersaing yang wajar wajar dan sepadan sepadan dengan dengan kemajuan kemajuan anak harus harus diciptakan diciptakan dan dan dimonitor. dimonitor. e. Dorongan untuk Kebugaran Kebugaran Fisik dan dan Daya Tarik Guru harus menyadari betapa besarnya besarnya keinginan keinginan anak untuk memiliki kebugaran jasmani dan memiliki tubuh yang lincah dan menarik. Oleh karenanya guru harus memaklumi perasaan direndahkan yang diderita anak-anak yang lemah, gemuk, pincang, atau tidak normal dalam beberapa hal. Program penjas harus menyediakan kesempatan untuk perbaikan-diri sehingga anak-anak dapat mengatasi kekurangannya dalam kekuatan, keterampilan, atau postur tubuhnya. Guru harus memonitor sistem penghargaan secara hati-hati sehingga tidak menyinggung anakanak yang kurang mampu. f. Dorongan Dorongan untuk untuk Bertualang Bertualang Dorongan untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang bersifat petualangan atau sesuatu yang tidak biasa, mendorong anak untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang baru. Guru harus memberi tempat kepada kegiatan yang bersifat petualangan atau sesuatu yang tidak biasa, mendorong anak untuk berpartisipasi dalam kegiatan yang baru. Guru harus memberi
tempat kepada kegiatan-kegiatan yang menarik dalam kurikulum. Ini akan memberikan kecenderungan positif kepada anak untuk meningkatkan kegembiraan anak. g. Dorongan Dorongan untuk untuk Kepuasan Kepuasan Kreatif Kreatif Anak-anak suka mencoba sesuatu cara yang berbeda-beda, bereksperimen dengan benda benda yang berbeda, dan dan menggali menggali berbagai berbagai hal yang yang dapat mereka lakukan lakukan secara secara kreatif. kreatif. Menemukan cara yang berbeda untuk mengekspresikan dirinya sendiri secara fisik dapat memuaskan dorongan kreatif. h. Dorongan untuk Menikmati Irama Semua anak laki-laki dan perempuan dapat menikmati irama. Irama mengandung gerak dan anak memang suka bergerak. Program penjas harus menyediakan berbagai kegiatan berirama berirama yang dapat dapat dipelajari dipelajari semua semua anak dengan dengan cukup cukup baik untuk untuk memenuhi memenuhi kebutuhannya. Pengajaran irama melalui penggunaan instrumen sederhana seperti dengan tepuk tangan atau ketukan pada lantai hingga penggunaan instrumen musik seperti tambur atau musik langsung dari tape recorder (perekam pita) akan mempebesar kegembiraan anak dalam meningkatkan penguasaan iramanya. Guru penjas di Indonesia biasanya kurang menyadari kecenderungan ini. Bahkan lebih sering diabaikan keharusan mengajar penguasaan penguasaan irama gerak pada pada anak-anaknya. anak-anaknya. Yang Yang sering sering dilakukan dilakukan adalah mengajak mengajak anakanak melakukan SKJ (Senam Kesegaran Jasmani) secara berulang-ulang sepanjang tahun yang hanya menawarkan irama yang monoton, sehingga anak kurang mengalami irama yang bervariasi. i. Dorongan untuk Mengetahui Anak-anak bersifat ingin tahu. Mereka berminat untuk mengetahui bukan hanya tentang apa yang sedang mereka kerjakan, tetapi juga mengapa mereka mengerjakannya. Mengetahui ‘mengapa’ tentang sesuatu hal merupakan dorongan yang kuat bagi mereka. Alangkah baiknya jika guru mampu memuaskan keingintahuan mereka dengan cara menerangkan ‘mengapa’ serta apa manfaat dari program pendidikan jasmani. B. Model Orientasi Kurikulum dalam Pendidikan Jasmani Persoalan konflik antar makna pendidikan jasmani dan pendidikan olahraga perlu diselesaikan. Keduanya tidak perlu dipertentangkan. Yang berbeda adalah dalam hal pemahaman. pemahaman. Keduanya Keduanya sebenarnya sebenarnya mengandung mengandung fungsi fungsi mendidik. mendidik. Penyelenggaraan Penyelenggaraan pendidikan pendidikan jasmani jasmani bisa berbeda karena karena berbeda berbeda dalam dalam rancangan rancangan kurikulumnya. kurikulumnya. Di negara negara maju, pendidikan jasmani dilaksanakan dengan berorientasi pada model-model kurikulum yang berlaku. Model kurikulum inilah yang menentukan perbedaan tekanan terhadap program program yang dilaksanaka dilaksanakan, n, apakah berorie berorientasi ntasi pada pada peningkatan peningkatan kesegaran kesegaran jasmani jasmani atau atau keterampilan gerak, misalnya. Untuk memperjelas perbedaannya, mari kita simak model kurikulum sebagai berikut: • pendidikan gerak (movement education) • pendidikan olahraga (sport education) • pendidikan petualangan (adventure education) • pendidikan perkembangan (developmental education) • pendidikan kebugaran (fitness education) • pendidikan disiplin keilmuan olahraga (kinesiological studies) Pendidikan Pendidikan Gerak
Pendidikan gerak (movement education) menekankan pendidikan lewat gerak yang mulamula dikem- bangkan oleh Rudolph Laban di Inggris. Laban mengembangkan konsepkonsep gerak yang berkaitan dengan ruang dan waktu sebagai bahan untuk pengembangan gerak-gerak tari. Aliran Laban akhirnya dibawa ke Amerika Serikat dan diadopsi sebagai program program pendidikan pendidikan jasmani. jasmani. Lewat pendidikan gerak, keterampilan gerak anak dikembangkan melalui pelaksanaan yang bervariasi, bervariasi, dikaitkan dikaitkan dengan dengan ruang, waktu, arah arah serta serta tingkat ketinggian ketinggian di mana mana gerakan gerakan dilakukan. Di sini tidak ada istilah benar atau salah. Anak-anak akan lebih menguasai pergerakan pergerakan tubuhnya tubuhnya disertai disertai pengertia pengertiannya. nnya. Dengan Dengan demikian demikian diharapkan diharapkan siswa siswa menguasai tubuhnya dan mampu mengembangkan kapasitas fisik dan mentalnya untuk belajar, baik baik keterampil keterampilan an fisik fisik maupun maupun keterampila keterampilan n akademis. akademis. Model Model ini cocok cocok dikembangkan di SD. Pendidikan Pendidikan olahraga olahraga Ada kesalahpahaman bahwa pendidikan jasmani sama dengan pendidikan olahraga. Keduanya berbeda, pendidikan jasmani lebih menekankan pada pengembangan keterampilan motorik dasar dan memperkaya perbendaharaan gerak. Pendidikan olahraga menekankan pada pembinaan keterampilan berolahraga dan menghayati nilai-nilai yang diperoleh dari kegiatan berlatih dan bertanding. Semua anak dibekali pengalaman nyata untuk berperan dalam pembinaan olahraga, seperti wasit, atlet, atau pelatih. Dalam arti itulah pendidikan olahraga di Amerika Serikat, misalnya, menyandang misi kependidikan yang lengkap. Jika program penjas di Indonesia masih berwarna pendidikan olahraga seperti sekarang ini, maka kecenderungan ini hanyalah masalah orientasi model kurikulum yang dianut seperti maksud di atas. Sayangnya kecenderungan di Indonesia, penggunaan model ini tidak menyebabkan anak dibekali dengan pengalaman berolahraga yang sebenarnya, karena programnya programnya amat amat terbatas. terbatas. Pendidikan Pendidikan perkembangan perkembangan Model pendidikan perkembangan memfokuskan tujuan pendidikannya pada aktualisasi diri, yang menekankan pertumbuhan pribadi dari setiap anak. Kurikulumnya dikembangkan berdasarkan berdasarkan tingkat tingkat perkembangan perkembangan anak, anak, yang berusaha berusaha menyeimb menyeimbangkan angkan penekanan penekanan pada pada ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Pendidikan jasmani yang berorientasi pada developmental education mengarahkan kegiatan anak melalui pemenuhan kebutuhan keterampilan pada diri anak. Disesuaikan dengan tahap perkembangan perkembangan fisik fisik dan mentalnya, mentalnya, setiap setiap kelompok kelompok anak anak diarahkan diarahkan pada keterampilan keterampilan gerak yang dibutuhkan anak. Misalnya, bagi anak usia di bawah lima tahun, perlu dikembangkan kemampuan pengaturan tubuhnya dan bagi anak usia di atasnya perlu dikembangkan keterampilan dasarnya. Sementara bagi anak yang lebih dewasa diarahkan pada keterampil keterampilan an – keterampila keterampilan n khususnya, khususnya, seperti seperti yang dikembangkan dikembangkan dalam dalam cabangcabang olahraga tertentu. Pendidikan Pendidikan petualangan petualangan Pendidikan petualangan (Adventure education) dikembangkan atas dasar kebutuhan untuk mengatasi tekanan-tekanan hidup yang semakin berat. Programnya berisi kegiatan yang menantang di alam bebas dan disesuaikan dengan kebutuhan para remaja untuk bertualang mengatasi resiko dan perjuangan melawan tantangan alam. Mendaki gunung, menyusuri sungai, berkemah, memanjat tebing, dan variasi lain di alam terbuka merupakan contoh program program pendidikan pendidikan petualangan. petualangan.
Pendidikan Pendidikan kebugaran kebugaran Sekolah memang bisa menekankan orientasinya pada pengembangan kebugaran muridmuridnya. Program pendidikan jasmani seperti itu mengarahkan anak supaya aktif berlatih di sekolah dan di luar sekolah untuk hidup sehat dan memiliki kemampuan fisik yang baik. Pelaksanaan senam kebugaran jasmani (SKJ) merupakan contoh dari program pendidikan kebugaran. Persoalannya adalah mungkin frekuensi dan isi latihannya perlu ditingkatkan, karena hanya bersandar pada SKJ yang ada sekarang ini, unsur kekuatan, kelentukan, serta power anak anak tidak akan berkembang berkembang maksima maksimal. l. Kinesiologica Kinesiologicall Studies Studies Model studi kinesiologi pada hakikatnya hampir sama dengan model pendidikan gerak dalam orientasi nilainya, tetapi menggunakan kegiatan gerak untuk mempelajari dasardasar disiplin gerak manusia (misalnya fisiologi latihan, biomekanika, dan kinesiologi). Karena itu, model inipun disebut juga sebagai pendidikan disiplin keilmuan olahraga. Penekanan pembelajaran model ini adalah pada pengembangan keterampilan memecahkan masalah, khususnya dengan menggunakan kombinasi antara pembelajaran konsep dan prakteknya prakteknya di lapangan. lapangan. Tujuan Tujuan utamanya utamanya adalah adalah menumbuhkan menumbuhkan dan mengem mengembangkan bangkan pemahaman pemahaman kognitif kognitif tentang tentang bagaimana bagaimana dan mengapa mengapa suatu suatu keterampil keterampilan an gerak berlangsung berlangsung demikian. demikian. Model Model ini didasari didasari dua pendekatan pendekatan yang khas dalam dalam studi studi kinesiologi, yaitu pendekatan pertama, isi atau materi diatur dalam sebuah unit-unit kegiatan, dan konsep-konsep disiplin utama diintegrasikan dengan pengajaran keterampilan; pendekatan kedua, unit-unit kegiatan diatur di sekitar konsep-konsep khusus yang menjadi prioritas di atas pengajaran keterampilan. Pemakaian model ini umumnya dipilih oleh guru-guru penjas di tingkat sekolah menengah. Meskipun banyak sekolah menengah telah memasukkan satu atau dua unit konsep dalam kurikulumnya, khusus dipadukan dengan sehat-bugar-jasmani, sedikit sekali sekolah yang hanya memakai model kinesiologi secara tunggal. Tetapi tidak ada salahnya model inipun sudah mulai diperkenalkan di SD dengan persoalan prinsip gerak yang disederhanakan. C. Ruang Lingkup Pendidikan Jasmani Setelah dibahas tentang dasar-dasar pertimbangan sebagai pedoman untuk menyusun program program pendidikan pendidikan jasmani jasmani di SD, ruang lingkup pendidikan pendidikan jasmani jasmani dapat dapat ditentukan. ditentukan. Namun demikian demikian uraian uraian tentang tentang ruang ruang lingkup lingkup ini dibatasi dibatasi dan sifatnya sifatnya masih masih umum Berdasarkan pola pertumbuhan dan perkembangan anak serta berbagai karakteristiknya, maka dapat ditentukan program di tingkat SD sebagai berikut: 1. Kemampuan pengelolaan tubuh. Kemampuan pengelolaan tubuh merupakan kemampuan paling dasar yang dikuasai anak bersamaan bersamaan dengan berkembangnya berkembangnya pengetahuan pengetahuan tentang tubuhnya. tubuhnya. Termasuk Termasuk di dalamnya dalamnya adalah kesadaran tubuh dan geraknya. Ke dalam bagian ini dapat dirinci hal-hal khusus seperti: a. Kesadaran tubuh Kesadaran tubuh menunjuk pada kemampuan untuk mengenal nama-nama bagian tubuh yang bermacam-macam serta kemampuan untuk mengontrol setiap bagian tersebut secara terpisah. Bagian-bagian tubuh tersebut melibatkan tiga wilayah meliputi: (1) wilayah kepala: dahi, muka, pipi, alis, hidung, mulut, telinga, rahang, dagu, mata, dan rambut; (2) wilayah badan bagian atas: leher, bahu, dada, perut, lengan, tangan, siku, pergelangan,
telapak, dan jari-jari; dan (3) wilayah badan bagian bawah: pinggang, pinggul, pantat, paha, lutut, betis, pergelangan kaki, punggung kaki, tumit, bola-bola kaki dan jari-jari. b. Kesadaran ruang Kemampuan kesadaran ruang menunjuk pada posisi tubuh dikaitkan dengan ruang sekelilingnya. Ini merupakan dasar dalam perkembangan kemampuan gerak-perseptual anak. Yang dimaksud gerak perseptual adalah gerak yang dihasilkan oleh kemampuan siswa untuk mengindera rangsangan dan menentukan gerak yang sesuai untuk menjawab rangsang itu. Dalam hal ini anak akan mengenal ruangnya sendiri, ruang secara umum, arah gerak, jalur gerak, tingkatan, serta jarak. c. Kualitas gerak Anak mengembangkan kemampuan geraknya dikaitkan dengan kualitas kesadarannya tentang geraknya sendiri. Ini sebenarnya menunjuk pada tingkat penguasaan anak terhadap dirinya sendiri dikaitkan dengan ruang di luar dirinya. Dalam wilayah ini anak akan berhubungan berhubungan dengan kemampuan kemampuan untuk menciptakan menciptakan daya daya (force), (force), menyerap menyerap tenaga, tenaga, mengatur keseimbangan, mengatur jarak, kecepatan, serta aliran gerak. 2. Keterampilan-keterampilan Dasar Keterampilan dasar adalah bentuk keterampilan yang bermanfaat dan dibutuhkan anak dalam kehidupannya sehari-hari. Keterampilan ini merupakan ciri pelengkap yang penting untuk anak-anak untuk berfungsi dalam lingkungannya, sehingga disebut sebagai keterampilan fungsional. Untuk kemudahan pembahasannya, dalam modul ini, keterampilan dasar di bagi ke dalam tiga bagian: Keterampilan lokomotor, yaitu keterampilan yang digunakan untuk menggerakkan atau memindahkan posisi tubuh dari satu tempat ke tempat lainnya. Termasuk ke dalam keterampilan ini adalah berjalan, berlari, melompat, hop (jingkat), berderap, skip, slide, dan lain-lain. Keterampilan non-lokomotor, yaitu keterampilan di tempat yang dilakukan tanpa memindahkan tubuh dari satu tempat ke tempat lain. Hal ini meliputi membengkok, merentang, memilin, memutar, mengayun, menggoyang, mengangkat, mendorong, menarik, memantulkan, merendahkan tubuh, dan lain-lain. Keterampilan manipulatif, yaitu keterampilan yang melibatkan kemampuan anak untuk menggunakan bagian-bagian tubuhnya seperti tangan dan kaki untuk memanipulasi benda di luar dirinya. Dalam pelaksanaannya keterampilan ini melibatkan koordinasi mata-tangan serta mata-kaki. Ke dalamnya termasuk keterampilan seperti melempar, menangkap, memukul bola, memukul dengan raket atau pemukul, menggiring bola (baik tangan atau kaki), dsb. 3. Keterampilan-keterampilan khusus yang terspesialisasi Keterampilan yang terspesialisasi adalah keterampilan yang digunakan dalam berbagai cabang olahraga dan wilayah pendidikan jasmani lainnya. Keterampilan ini meliputi kegiatan dengan peralatan (misalnya senam alat), gerakan-gerakan akrobatik, tari-tarian, serta permainan khusus atau formal seperti sepak bola, bola voli, bola basket, dan lain-lain. D. Arah Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Setelah mengetahui ruang lingkup dari pendidikan jasmani, selanjutnya guru harus mampu melihat dan menetapkan arah serta sasaran yang akan dikembangkan. Pedoman umum tentang arah dan sasaran ini diuraikan secara garis besar dalam bentuk lima tujuan
perubahan perubahan yang harus harus terjadi terjadi pada anak didik. didik. Kelima Kelima tujuan tujuan tersebut tersebut adalah sebagai sebagai berikut: berikut: 1. Murid menjadi sadar akan potensi geraknya. Pembelajaran dalam pendidikan jasmani harus mampu membangkitkan minat anak untuk menggali potensinya dalam hal gerak. Karena itu anak harus diberi dorongan untuk terus menerus menjelajahi kemampuan-kemampuannya. Tugas ini tidak mudah dan hasilnya tidak segera. Dari pertemuan ke pertemuan, mungkin guru hanya akan melihat kemajuan yang lambat, tersendat-sendat, serta seolah berjalan di tempat. Memang itulah yang harus disadari oleh semua guru penjas. Tidak ada kemajuan dalam hal belajar gerak gerak yang bersifat bersifat kejutan. kejutan. Semua kemajuan kemajuan mengikut mengikutii pola yang yang teratur. teratur. Jangan Jangan mengharapkan keajaiban. Harus sabar dan bersikap optimis bahwa murid kita akan mencapai kemajuan. Bila tiba waktunya, jangan kaget jika tiba-tiba guru sadar anak-anak sudah bertambah tinggi dan besar serta semakin terampil gerakannya. Itulah upah dari kesabaran guru dalam mendidik anak. Disitulah guru akan merasakan betapa mulianya tugas guru penjas. Di pihak lain, sebagai guru kita harus maklum bahwa setiap murid memiliki kekhasannya masing-masing. Ada yang masuk ke kelas dengan bekal seperangkat pengalaman yang memadai dan ada pula yang tidak membawa bekal sama sekali. Artinya, ada anak yang kelihatan mudah dalam mempelajari gerak-gerak tertentu, sementara yang lainnya menemui kesulitan. Ada anak yang gigih ingin bisa, ada juga anak yang mudah menyerah. Perbedaan individual dalam hal kematangan dan pengalaman masa lalunya, menyebabkan kita sulit untuk menyeragamkan kecepatan kemajuan anak-anak dalam hal belajar gerak. Keluhan-keluhan seperti “saya tidak bisa” atau “ saya tidak berbakat” dan ucapan sejenis lainnya akan sering terdengar dari mulut anak-anak. Bahkan ada anak yang belum mencoba sekalipun sudah mengatakan tidak mau melakukan, karena dia yakin tidak akan berhasil. Bagaimanakah guru seharusnya menghadapi kasus serupa itu? Tentu jawaban dan cara guru harus benar-benar tepat agar tidak kian ‘membenamkan’ anak dalam citra rendah diri yang dibuatnya sendiri. Tanamkan kesadaran pada anak-anak bahwa mempelajari keterampilan dan gerak, bukanlah proses yang tergesa-gesa. Sebab diperlukan waktu dan usaha yang tidak sebentar untuk menguasai sesuatu. Yang penting jangan cepat menyerah. Ungkapan guru seperti, “cobalah lakukan lagi. Kamu bukan tidak bisa, tapi belum bisa”, adalah salah satu ungkapan yang bisa membesarkan hati anak. Perbedaan anak-anak tersebut harus membuat guru penjas menjadi lebih arif dalam menentukan tugas bagi masing-masing anak. Jangan sampai anak diberi tugas yang seragam dengan kriteria keberhasilan yang sama bagi semua orang. Kenali kemampuan murid, baik per kelompok maupun perorang, agar penentuan tugas mereka bisa disesuaikan. Dengan cara itu anak akan merasa bahwa guru memang mendorong semua siswa untuk mau dan mampu belajar. 2. Murid dapat bergerak dan tampil baik secara meyakinkan Ketika murid terlibat dalam proses pembelajaran, mereka harus merasakan adanya ‘perasaan mampu’, lancar, dan tidak tersendat-sendat. Perasaan demikian hadir dari adanya rasa aman selama mereka mulai belajar hingga menguasai suatu ketersampilan. Rasa aman tadi, tentu tidak timbul sendiri, tetapi merupakan kondisi yang selalu diciptakan oleh guru. Bagaimana rasa aman bisa timbul dalam pembelajaran penjas? Rasa aman akan timbul dari situasi belajar yang menyenangkan dan jauh dari keadaan yang menekan dan menegangkan. Keadaan demikian bisa timbul dari tindak tanduk guru yang
memang santun, tidak memalukan murid, serta usahanya yang sungguh-sungguh untuk menciptakan lingkungan yang aman. Dalam hal ini, bukan berarti bahwa guru tidak boleh tegas. Guru harus tegas tapi “hangat” dalam pendekatannya, terutama dalam menerapkan peraturan-per peraturan-peraturan aturan yang yang mendukung mendukung terciptanya terciptanya lingkungan lingkungan yang aman aman tadi. tadi. Lingkungan Lingkungan pembelajaran pembelajaran yang yang aman akan akan mendukung mendukung kesungguhan kesungguhan dan kemauan anak anak untuk mempelajari keterampilan hingga taraf penguasaan tertinggi. Anak akan merasa bersemangat bersemangat untuk untuk terus berlatih, berlatih, baik secara secara mandiri mandiri maupun maupun berkelompok berkelompok,, sehingga sehingga anak merasa yakin untuk menguasai keterampilan yang bisa diandalkan. Penguasaan yang baik pada keterampilan tertentu akan menumbuhkan hormat diri dan kepercayaan diri anak. Ini timbul dari rasa nyaman ketika menyadari dirinya memiliki kemampuan, serta timbul dari pengakuan guru dan teman-temannya. Karena itu penekanan pada timbulnya timbulnya ‘perasa ‘perasaan an sukses’ sukses’ ini harus harus diupayakan diupayakan oleh oleh guru dengan dengan cara menetapk menetapkan an tingkat kesulitan tugas yang sesuai bagi setiap anak. Untuk menciptakan suasana belajar seperti itu guru perlu membedakan tahapan pembelajaran pembelajaran yang yang akan dilalui dilalui anak. anak. Pada tahap tahap awal, awal, guru harus harus membantu membantu anak; anak; agar mampu memusatkan diri pada proses, bukan pada hasil. Sedangkan pada tahap selanjutnya, guru harus siap untuk meningkatkan taraf kesulitan keterampilan yang sedang dipelajari, sehingga tingkat kemampuan (kompetensi) dan kepercayaan diri anak turut meningkat pula. Penyajian Penyajian bahan bahan pelajaran pelajaran secara secara bertahap bertahap sangat sangat dianjurkan. dianjurkan. 3. Murid mengerti dan mampu menerapkan konsep-konsep gerak yang mendasar Keterampilan dalam berbagai cabang olahraga memiliki struktur tersendiri, lengkap dengan konsep dan prinsip yang mendasarinya. Memahami konsep-konsep itu merupakan syarat untuk menguasai keterampilan yang dipelajari. Semakin terkuasai konsepnya, semakin mudah suatu keterampilan dikuasai. Pelajaran pendidikan jasmani adalah salah satu tempat untuk meningkatkan kemampuan pemahaman pemahaman anak terhadap terhadap berbagai berbagai konsep dasar keteramp keterampilan ilan gerak. gerak. Kemampuan Kemampuan pemahaman pemahaman ini akan akan menjadi menjadi bekal yang yang sangat sangat berguna berguna bagi siswa siswa untuk untuk menjadi menjadi ‘pembelajar’ dalam banyak cabang olahraga ketika mereka menjadi dewasa kelak. Bahkan kemampuan ini dapat ditransfer untuk memahami bidang lain. Untuk mendukung tujuan tersebut pelajaran pendidikan jasmani harus mampu memberikan kesempatan kepada anak untuk memahami konsep dasar dari berbagai keterampilan yang dipelajarinya. Metode dan pendekatan yang digunakan oleh guru juga amat menentukan. Penelitian dalam bidang pedagogi pedagogi olahraga olahraga (sport (sport pedagogy) pedagogy) tentang tentang pendekata pendekatan n induktif, induktif, metode pemecahan pemecahan masalah masalah dan diskoveri diskoveri terbukti terbukti efektif efektif untuk untuk meningkatkan meningkatkan kemamp kemampuan uan anak dalam pengembangan pengetahuan dan penalaran. Pengantar dan dialog yang bersifat terbuka, terbukti dapat memicu keinginan anak untuk turut menyumbang saran dan pendapat pendapat yang berguna berguna dalam dalam melatih melatih keberanian keberanian anak angkat bicara. bicara. Karena Karena itu, guru guru penjas perlu perlu membias membiasakan akan murid murid dengan dengan acara dialog. dialog. Guru Guru hendaknya melatih melatih anak untuk untuk mau bertanya dan bicara mengemukakan pendapatnya, serta jawaban guru harus mencerminkan bahwa pertanyaan tersebut dianggap berharga. Coba Anda bayangkan bagaimana bagaimana perasaan perasaan murid murid ketika ia bertanya bertanya guru malah malah memperliha memperlihatkan tkan muka muka galak dan dan menjawab : “Makanya kalau guru ngomong dengarkan. Telinganya dipasang baik-baik, supaya tidak masuk telinga kanan, keluar telinga kiri…..!” Memang anak tidak selamanya mendengarkan dengan baik. Itu perlu diingatkan. Tetapi cara mengingatkan anak supaya menjadi pendengar yang baik dan menghargai orang yang
bicara, bukan bukan dengan dengan pendekatan pendekatan keras seperti seperti di atas. atas. Bukan saja saja anak merasa merasa sakit sakit hati hati dan rendah diri dengan jawaban guru tadi, tapi juga membuat anak-anak yang lainnya tidak berani mengajuka mengajukan n pertanyaan. pertanyaan. 4. Murid menjadi orang yang serba bisa dalam gerak Guru tentu harus melihat bahwa murid bisa mempelajari apa saja yang diperlukannya dalam hal keterampilan gerak. Adalah tindakan tidak bertanggung jawab jika seorang guru cenderung membatasi keterampilan yang harus dikuasai oleh murid-muridnya. Jangan mentang-mentang guru hanya menyukai sepakbola lalu hanya mengajar sepakbola sepanjang tahun. Ini jelas akan merugikan anak. Guru penjas harus mampu melihat keterampilan dasar serta pola gerak dominan yang mendasari suatu cabang olahraga atau suatu permainan. Keterampilan dasar serta pola gerak dominan itulah yang seharusnya ditekankan oleh guru untuk dipelajari oleh anak secara memadai. Alokasikan waktu yang cukup bagi anak untuk mempelajari berbagai keterampilan gerak dasar sehingga membangun suatu dasar yang kuat dan luas bagi peningkatan keterampilan berikutnya. Memperkaya khasanah gerak anak dalam setiap pembelajaran penjas merupakan tugas prioritas prioritas bagi guru guru penjas, penjas, agar kelak kelak anak mempu mempunyai nyai dasar dasar keterampila keterampilan n yang lengkap lengkap untuk memperdalam olahraga apapun. Kalau dasarnya baik, anak akan menjadi orang yang serba bisa dalam bidang olahraga. 5. Murid menghargai olahraga yang menyehatkan Dalam pembelajaran pendidikan jasmanilah murid harus belajar menyadari hubungan antara kegiatan yang teratur dengan timbulnya perasaan nyaman dan sehat. Dengan kegiatan tersebut murid harus menyadari bahwa dirinya lebih tahan terhadap serangan penyakit dan pengaruh pengaruh stress. stress. Dengan Dengan kesadaran kesadaran tersebut tersebut diharapka diharapkan n murid selanjutnya selanjutnya akan menghargai kegiatan olahraga sebagai sesuatu yang bermanfaat dan akan memilih mengisi waktu-waktu luangnya di luar sekolah dengan kegiatan yang aktif. Karena itu proses yang ditawarkan ditawarkan guru guru penjas penjas lewat lewat programnya programnya harus harus menyebabkan menyebabkan anak anak mencintai mencintai kegiatan pendidikan jasmani dan olahraga, serta memberikan dasar yang baik bagi kegiatan yang sama di jenjang pendidikan berikutnya dan di masa dewasanya. Hal ini memang tidak mudah, tapi harus diupayakan secara sengaja oleh guru penjas. E. Arah Pengembangan Pembelajaran Pendidikan Jasmani Bagi Anak Luar Biasa Pendidikan jasmani untuk siswa sekolah luar biasa dan siswa berkelainan telah menjadi prioritas prioritas dalam program program pendidikan pendidikan nasional nasional kita. kita. Ini menunjukkan menunjukkan bahwa pemeri pemerintah ntah telah menaruh perhatian yang lebih besar kepada para penyandang kelainan, bukan saja yang berada di lingkungan sekolah, tetapi yang berada di lingkungan pendidikan nonformal lainnya. Pada kenyataannya, para siswa penyandang kelainan memiliki kebutuhan yang lebih besar akan gerak. Seperti diakui oleh para ahli, justru pendidikan jasmani harus merupakan program program utama dari dari program program pendidik pendidikan an luar biasa biasa secara secara keseluruhan, keseluruhan, karena karena menjadi menjadi dasar atau fundasi bagi peningkatan fungsi tubuh yang sangat diperlukan oleh anak-anak berkebutuhan berkebutuhan khusus. khusus. Pendidikan jasmani dapat memberikan sumbangan yang sangat bermakna kepada para siswa luar biasa. Agar sumbangan tersebut dapat diwujudkan, itu berarti bahwa kurikulum harus dirancang untuk memenuhi kebutuhan individual siswa. Guru pendidikan jasmani perlu menguasai menguasai informasi informasi atau pengetahua pengetahuan n yang berkaitan berkaitan dengan dengan persoalan persoalan medis medis yang berlaku pada pada siswa siswa luar biasa. Program Programnya nya harus spesifik spesifik dan keteram keterampilan pilan gerak gerak harus
diajarkan dalam pola-pola perkembangan yang baik, yang bermula dari gerak yang paling sederhana dan bertahap maju ke keterampilan yang lebih kompleks. Guru pendidikan jasmani perlu mengakui bahwa aspek psikologis dari situasi kelas sama dan bahkan lebih penting daripada tujuan-tujuan substantif pendidikan jasmani. Di samping itu, untuk mampu menjaga motivasi anak tetap tinggi, guru perlu memiliki cara-cara yang kreatif dalam pengajaran. Guru pendidikan jasmani harus menanamkan pada dirinya sendiri tujuan dan keinginan untuk membantu siswa dalam mengembangkan citra diri positif, positif, mengembangka mengembangkan n hubungan interpersonal interpersonal yang yang efektif, efektif, memahami memahami dan dan menghargai menghargai kelebihan dan keterbatasan fisiknya, mengoreksi kondisi fisik khusus yang masih mungkin diperbaiki, mengembangkan suatu kesadaran keselamatan, dan menjadikan anak-anaknya bugar secara secara fisik fisik sesuai sesuai dengan kapasit kapasitasnya. asnya. DAFTAR PUSTAKA Bucher, Charles A. (1979). Foundat (1979). Foundations ions of of Physical Physical Education Education,, (8th Ed.), St. Louis, MI., Mosby Company. Buscher, Craig A. (1994). Teaching Children Movement Concepts and Skills, Champaign, III. : Human Kinetics Publisher, Inc., Dauer, V., & Pangrazi, R. (1986). Dynamic (1986). Dynamic Physical Physical Education Education For For Elementary Elementary School School Children, Children, (8th Ed.), New York: Macmillan Freeman, William H. (2001). Physica (2001). Physicall Education Education and Sport Sport in A Changing Changing Society Society.. (Sixth Ed.). Boston. Allyn and Bacon. Gabbard, Carl., LeBlanc, Betty., and Lowy, Susan. (1994). Physical Education for Children: Building the Foundation, (2nd Ed.), New Jersey: Prentice Hall. Graham, G. (1992). Teaching Children Physical Education, Becoming Master Teacher, Champaign, III . : Human Kinetics Publisher, Inc., Kogan, Sheila. (1982). Step By Step: A Complete Movement Education Curriculum From Preschol Preschol to 6th Grade, Grade, California: Front Row Experience. Malina, R., & Bouchard, C. (1978) Growth, Maturation and Physical Activity, Champaign, III : Human Kinetic Publisher, Inc. Siendtop, D. (1991). Develop (1991). Developing ing Teaching Teaching Skill Skill in Physical Physical Education Education,, 3rd Ed., Palo Alto, CA: Mayfield. Tinning, R., Mcdonald, D., Wright, J., and Hickey, C. (2001). Becom (2001). Becoming ing Physical Physical Education Education Teacher: Teacher: Contemporary Contemporary and and Enduring Enduring Issues Issues.. Frenchs Forest, NSW. Prentice Hall.
PEMBELAJARAN ADAPTIF Oleh Drs. Irham Hosni DAFTAR ISI PENDAHULUAN BAB I KONSEP DASAR PEMBELAJARAN ADAPTIF DAN ANAK
BERKEBUTUHAN KHUSUS A. Hakekat PEmbelajaran Adaptif B. Hakekat Anak Berkebutuhan Khusus C. Konsep Pendidikan Luar Biasa D. Isu Aktual dalam Pendidikan Luar Biasa BAB II ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS DAN KEBUTUHAN PEMBELAJARANNYA
A. Anak Tunanetra dan Kebutuhan Pembelajarannya B. Anak Tunarungu dan Kebutuhan Pembelajarannya C. Anak Tunagrahita dan Kebutuhan Pembelajarannya D. Anak Tunadaksa dan Kebutuhan Pembelajarannya E. Anak Tunalaras dan Kebutuhan Pembelajarannya F. Anak Gifted dan Talented dan Kebutuhan Pembelajarannya G. Anak Berkesulitan Belajar Khusus serta Kebutuhan Pembelajarannya BAB III MODIFIKASI DAN PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN ANAK LUAR BIASA
A. Modifikasi Pembelajaran Anak Berkebutuhan Khusus B. Pendekatan dalam Pengajaran Anak Berkebutuhan Khusus C. Pembelajaran Adaptif dalam Pendidikan Jasmani bagi Anak Berkebutuhan Berkebutuhan Khusus Khusus RANGKUMAN DAFTAR PUSTAKA PEMBELAJARAN ADAPTIF BAGI ANAK LUAR BIASA (PENDIDIKAN LUAR BIASA) PENDAHULUAN Tidak ada satu anak manusia yang diciptakan sama yang satu dengan lainnya. Tidak ada satu anak manusia tidak memiliki kekurangan. Tidak ada satu anak manusia yang ingin dilahirkan ke dunia ini dengan menyandang kelainan atau memiliki kecacatan. Demikian juga tidak tidak akan ada seorang seorang Ibu Ibu yang menghendak menghendakii kelahiran kelahiran anaknya menyandang menyandang kecacatan. Dengan demikian maka sejak kelahirannya ke dunia, anak cacat atau dikenal dengan anak berkebutuhan khusus (ABK) sudah tidak dikehendaki oleh kedua orang tuanya. Koskuensi logis bila ABK akan menghadapi banyak tantangan dari lingkungan keluarga, masyarakat, maupun lingkungan pendidikan. Kelahiran seorang ABK tidak mengenal apakah mereka dari keluarga kaya, keluarga berpendidikan, berpendidikan, keluarga keluarga miskin, miskin, keluarga keluarga yang taat beragama beragama atau atau tidak. Bila Bila Tuhan Tuhan menghendaki keluarga itu dititipi seorang ABK maka kemungkinan semua itu bisa terjadi. Akan tetapi Tuhan melihat dan menghargai manusia tidak dari kecacatannya secara fisik, mental atau social. Tuhan melihat manusia dari ketakwaan kepada Nya.
Dititipkannya ABK pada satu keluarga bukan berarti keluarga tersebut mendapat kutukan, tetapi dititipkannya ABK pada satu keluarga karena Tuhan menguji atau memberi kesempatan pada keluarga tersebut untuk berbuat yang terbaik pada anaknya. Sebagai manusia, ABK memiliki hak untuk tumbuh dan berkembang di tengah-tengah keluarga, masyarakatdan bangsa. Ia memiki hak untuk sekolah sama seperti saudara lainnya yang tidak memiliki kelainan atau normal. Tidak ada satu alasan bagi Sekolah Luar Biasa (SLB) dan Sekolah Dasar (SD) umum dimanapun adanya, melarang ABK untuk masuk di sekolah tersebut. Bersama Guru Pembimbing Khusus yang telah memiliki pengetahuan dan keterampilan PLB, Sekolah dapat merancang pelayanan PLB bagi anak tersebut yang sesuai dengan karakteristik dan kebutuhan anak. Apakah anak tersebut membutuhkan kelas khusus, program khusus dan atau layanan khusus tergantung dari tingkat kemampuan dan kondisi kecacatan anak. Semakin dini diberi kesempatan berinteraksi dengan anak seusianya, semakin kuat mental ABK menghadapi tantangan lingkungan. Ia juga akan jauh lebih berkembang bila dibandingkan dengan mereka yang diasingkan dan tidak disekolahkan. Semakin dini mendapatkan layanan pendidikan semakin baik hasil yang diperoleh. Sesuai dengan pengalaman, keuntungan PLB di lingkungan sekolah biasa ini tidak hanya diperoleh anak saja saja tetapi juga dialami oleh orang lain anak lainnya. Banyak orang awam berpandangan yang salah tentang pendidikan bagi ABK. Seolah olah PLB hanya ada di SLB. Sehingga sering orang bila menemukan anak menyandang kelainan atau ABK ia langsung menyuruh untuk masuk ke Sekolah Luar Biasa (SLB). Hal ini tidak benar, sebab sebab SLB bukan bukan habitatnya. habitatnya. Habitat Habitat ABK ABK sama sama dengan habitat habitat anak anak pada umumnya yang normal. Ia berada dilingkungan SLB bila di Sekolah Biasa sudah tidak dapat menangani pendidikannya, atau memang kehendak dan hak dari anak itu sendiri. Pandangan lain yang salah dari sebagian besar orang umum yaitu seolah-olah PLB hanya bisa diberikan diberikan di SLB atau atau seolah-olah seolah-olah PLB itu sama sama dan identik identik dengan SLB. SLB. Hal Hal tersebut tersebut tidak benar, sebab pelayanan PLB bisa diberikan di sekolah biasa dengan pembelajaran yang di adaptifkan pada anak berdasarkan kelainan dan karakteristiknya oleh guru biasa. Karena itu informasi tentang Pembelajaran adaptif bagi ABK perlu juga bagi Guru biasa, sehingga bila ABK datang kesekolah biasa dapat diberikan pelayanan PLB. Mengacu pada perkembangan Paradigma baru tentang PLB dan hak asasi anak , maka PLB bergerak bergerak dari pendidikan pendidikan yang yang bersifat bersifat terpisah terpisah atau atau segregasi segregasi kearah kearah pendidikan pendidikan bersifat bersifat integrasi(terpadu). Kenyataan di Indonesia yang tidak bisa disangkal, SLB masih dominan sebagai tempat pendidikan pendidikan formal formal anak berkebut berkebutuhan uhan khusus. khusus. Dimanapun Dimanapun ABK ABK bersekolah bersekolah pembelaj pembelajaran aran adaptif tetap dibutuhkan. Untuk itu maka pembahasan tentang pembelajaran adaptif ini dirancang untuk dapat menjadi bahan pertimbangan dalam pembelajaran oleh guru PLB pada ABK. ABK. BAB I KONSEP DASAR PEMBELAJARAN ADAPTIF DAN ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS A. Hakekat Pembelajaran Adaptif Pembelajaran adaptif merupakan pembelajaran biasa yang dimodifikasi dan dirancang sedemikian rupa sehingga dapat dipelajari, dilaksanakan dan memenuhi kebutuhan pendidikan pendidikan Anak Berkebut Berkebutuhan uhan Khusus Khusus (ABK). (ABK). Dengan Dengan demikian demikian pembelajaran pembelajaran adaptif adaptif
bagi ABK ABK hakekatnya hakekatnya adalah adalah Pendidikan Pendidikan Luar Biasa Biasa (PLB). (PLB). Sebab Sebab didalam didalam pembelajar pembelajaran an adaptif bagi ABK yang dirancang adalah pengelolaan kelas, program dan layanannya. Pendidikan Luar Biasa adalah pendidikan biasa yang dirancang, diadaptasikan sesuai dengan karakteristik masing-masing kelainan anak sehingga memenuhi kebutuhan pendidikan pendidikan ABK. ABK. Rancangan Pendidikan Luar Biasa terdiri tiga komponen pokok kelas, program dan layanan. Ketiga komponen tersebut bila dirancang dengan baik dan sempurna akan memenuhi kebutuhan pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus. Dengan demikian Pendidikan Luar Biasa adalah Pembelajaran yang dirancang untuk merespon atau memenuhi kebutuhan anak dengan karakteristik yang unik dan tidak dapat dipenuhi kurikulum sekolah biasa, sehingga perlu diadaptasi yang sesuai dengan kebutuhan anak. Dengan uraian tentang Hakekat Pembelajaran adaptif di atas, maka secara operasional di lapangan pengertian Pendidikan Luar Biasa dapat diartikan sebagai kelas khusus, program khusus dan atau layanan khusus yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. B. Hakekat Anak Berkebutuhan Khusus Anak Berkebutuhan Khusus Apabila kita membicarakan Pendidikan Luar Biasa yang dalam bahasa Inggris disebut “Special Education”, maka tidak bisa lepas dengan Anak Berkebutuhan Khusus atau Exceptional Children. Untuk Anak Berkebutuhan Khusus dikenal juga istilah anak cacat, anak berkelainan, anak tuna dan dalam pembelajarannya menjadi salah satu kelompok anak yang memiliki kebutuhan khusus. Dalam penggunaan istilah tersebut anak berkebutuhan khusus di atas memiliki konsekuensi berbeda. Istilah Istilah yang paling paling tepat tepat tergantung tergantung dari dari mana kita kita memandang. memandang. Seperti Seperti dalam dalam bahasa Inggris Inggris dikenal dikenal istilah istilah Impairme Impairment, nt, disability, disability, handicap. handicap. Impairment Impairment berhubungan berhubungan dengan penyakit dan kelainan pada jaringan. Disability Disability berhubungan dengan kekurangan/kesalahan fungsi atau tidak adanya bagian tubuh tertentu. Handicap berhubungan dengan kelainan dan ketidakmampuan yang dimiliki seseorang bila berinteraksi berinteraksi dengan dengan lingkungan. lingkungan. Anak Berkebutuhan Khusus adalah anak yang memiliki kelainan pada fisik, mental, tingkah laku (behavioral) atau indranya memiliki kelainan yang sedemikian sehingga untuk mengembangkan secara maksimum kemampuannya (capacity) membutuhkan PLB atau layanan yang berhubungan dengan PLB. Sesuai dengan hak asasi sebagai anak dimana ia harus tumbuh dan berkembang di tengah lingkungan keluarga, maka PLB dalam bentuk Kelas khusus yang lokasinya berada di SLB harus dirancang sedemikian rupa sehingga program dan layanannya dekat dengan lingkungan ABK. Pada akhir perkembangan sekarang ini, Anak luar Biasa sudah mulai dianggap sebagai manusia biasa sama seperti yang lain. Ia memilii hak yang sama. Hal ini menimbulkan perlakuan perlakuan yang wajar wajar seperti seperti pada pada anak yang lain yaitu yaitu dididik dididik dan disekolahkan. disekolahkan. Perbedaannya hanya terletak pada adanya kelaian yang disandangnya, Kelainan bisa terletak pada fisiknya, mentalnya, sosialnya atau perpaduan ketiganya. Mereka mengalami kelainan sedemikian rupa sehingga membutuhkan pelayanan Pendidikan Luar Biasa.
Dengan sikap ini maka ia memiliki hak yang sama dengan anak biasa lainnya. Dengan sikap ini timbul deklarasi hak asasi manusia penyandang cacat yang meliputi: Hak untuk mendidik dirinya. (The Right to Educated Oneself) Hak untuk pekerjaan dan profesi.(The Right to Occupation or Profession) Hak untuk memelihara kesehatan dan fisik secara baik ( The Right to Maintain Health and Physical Well Being) Hak untuk hidup mandiri (the Right to Independent Living) Hak untuk kasih sayang (Right to Love) Pengelompokan Anak Berkebutuhan Khusus Untuk keperluan Pendidikan Luar Biasa, Anak Berkebutuhan Khusus dapat dibagi kedalam 2 (dua) kelompok yaitu: 1. Masalah (problem) dalam Sensorimotor Anak yang mengalami kelainan dan memiliki efek terhadap kemampuan melihat, mendengar dan kemampuan bergeraknya. Problem ini kita sebut Sensorimotor Problem. Kelainan sensorimotor biasanya secara umum lebih mudah diidentifikasi, ini tidak berarti selalu lebih mudah dalam menemukan kebutuhannya dalam pendidikan. Kelainan sensorimotor tidak harus berakibat masalah pada kemampuan inteleknya. Sebagian besar anak yang mengalami masalah dalam sensorimotor dapat belajar dan bersekolah bersekolah dengan baik baik seperti seperti anak yang tidak tidak mengalami mengalami kelainan. kelainan. Ada tiga (3) jenis kelainan yang termasuk problem dalam sensorimotor yaitu: a. Hearing disorders (Kelainan pendengaran atau tunarungu) b. Visual Visual Impairment Impairment.(kelai .(kelainan nan Penglihatan Penglihatan atau atau tunanetra) tunanetra) c. Physical Disability (kelainan Fisik atau tunadaksa) Setiap jenis kelainan tersebut akan melibatkan berbagai keahlian di samping guru khusus yang memiliki keterampilan dan keahlian khusus sesuai kebutuhan setiap jenis kelainan. Kerjasama sebagai tim dari setiap ahli sangat penting untuk keberhasilan pembelajaran ABK. 2. Masalah (problem) dalam belajar dan tingkah laku. Kelompok Anak Berkebutuhan Khusus yang mengalami problem dalam belajar adalah: a. Intelle a. Intellectual ctual Disability Disability (keterbelakangan mental atau tunagrahita) b. Learning b. Learning disability disability (ketidakmampuan belajar atau Kesulitan belajar khusus) c. Behavio c. Behaviorr disorders disorders (anak nakal atau tunalaras) d. Giftet dan talented (anak talented (anak berbakat) e. Multy e. Multy handicap handicap (cacat lebih dari satu atau tunaganda) Penyebab Kelainan pada ABK Secara umum dapat dijelaskan bahwa penyebab terjadinya kelainan pada Anak Berkebutuhan Khusus bisa dibagi atau dikelompokkan menjadi tiga (3) yaitu: 1. Pre Natal (sebelum kelahiran) Sebelum kelahiran dapat terjadi di saat konsepsi atau bertemunya sel sperma dari bapak bertemu bertemu dengan sel sel telur ibu, ibu, atau juga juga dapat terjadi terjadi pada saat saat perkembanga perkembangan n janin dalam dalam kandungan. Kejadian tersebut disebabkan oleh faktor internal yaitu faktor genetik dan keturunan. Penyebab kelainan prenatal dari faktor eksternal dapat berupa Ibu yang terbentur kandungannya, karena jatuh sewaktu hamil, atau memakan makanan atau obat yang menciderai janin dan sebagainya. 2. Natal (di saat melahirkan)
Pada saat ibu sedang melahirkan bisa menjadi penyebab, misalnya kelahiran yang sulit, pertolongan pertolongan yang salah, infeksi infeksi karena karena ibu mengidap mengidap Sepilis Sepilis dan sebagainya. sebagainya. 3. Post Natal Kelainan terjadi pada Post Natal artinya kelainan yang disebabkan oleh faktor setelah anak ada di luar kandungan. Ini dapat terjadi karena kecelakaan, keracunan dan sebagainya. C. Konsep Pendidikan Luar Biasa Peta Konsep Konsep merupakan gambaran mental yang lengkap tentang sesuatu. Dalam kontek ini diharapkan menjawab pertanyaan dibawah ini: Bagaimana gambaran penjabaran PLB dapat mencapai tujuan akhirnya terhadap anak berkebutuhan berkebutuhan khusus? khusus? Bagaimana konsep PLB dan penjabarannya yang dapat memberikan layanan dengan tepat sesuai dengan kebutuhan pembelajaran ABK? Bagaimana konsep PLB dapat mengembangkan potensi ABK dengan optimal dan menjadi Sumber Daya Manusia (SDM) yang diharapkan? Untuk itu semua, diperlukan skema yang tepat dalam operasionalnya apat dilihat pada gambar skema di bawah ini. Gambar: Skema oprasional Pendidikan untuk Anak Berkebutuhan Khusus (PLB)
Dari skema di atas jelas tidak semua ABK memerlukan pelayanan di kelas khusus. Kelas khusus dirancang bagi ABK yang memiliki kelainan berat atau alasan lain sehingga bila dimasukkan di kelas biasa akan menyebabkan adanya masalah baik pada ABK itu sendiri maupun pada anak yang lain dalam kelas tersebut. Sebagian anak hanya memerlukan program program khusus tanpa harus harus di kelas kelas khusus khusus dan sebagian sebagian lagi lagi hanya memerluka memerlukan n layanan khusus tanpa harus di kelas khusus dan disertai dengan program khusus. D. Isu Aktual dalam PLB Dalam Pendidikan Luar Biasa banyak isu-isu yang harus diketahui oleh mereka yang berkecimpung berkecimpung dalam dalam Pendidikan Pendidikan Luar Luar Biasa, termasuk termasuk guru-guru guru-guru umum. umum. Isu-Isu adalah suatu masalah aktual yang perlu mendapat pemecahan dan penelitian, sehingga ditemukan alternatif penanganan yang paling tepat bagi setiap Anak Berkebutuhan Khusus. Dalam Pendidikan Luar Biasa Berkembang tentang Isu: 1. Labeling
Labeling diartikan sebagai pemberian nama kepada seseorang berdasarkan apa yang dimilikinya, kelainannya atau kemampuannya. Pemberian label sering menimbulkan hal yang negatif pada seseorang bila tidak diberikan secara tepat dan sesuai dengan yang dimilikinya, kelainannya atau kemampuannya. Tidak ada yang salah didalam pemberian label pada anak akan tetapi sebaiknya label itu digunakan hanya bila diperlukan, dan hanya difokuskan pada individu. Bagi guru titik beratnya tidak pada label tetapi pada kemampuan apa yang dimiliki yang tidak dimiliki anak, kemampuan apa yang dibutuhkannya. Labeling membuat Pendidikan Luar Biasa seolah-olah Sekolah Khusus (SLB) sebagai prioritas prioritas utama dalam pelayanan pelayanan PLB, PLB, padahal padahal yang sebenarnya sebenarnya SLB adalah adalah alternatif alternatif terakhir dalam memberikan pelayanan pendidikan pada Anak Berkebutuhan Khusus. 2. Normalization Normalisasi Normalisasi diartika diartikan n secara mendasar mendasar bahwa semua semua Anak Anak Berkebutuhan Berkebutuhan Khusus Khusus harus harus memiliki kesempatan untuk mencapai keberadaannya sedapat mungkin mendekati seperti keberadaan mereka yang normal. Membuat pola dan kondisi kehidupan sehari-harinya seperti atau mendekati normal dalam keterpaduan dengan masyarakat normal. Isu Normalization menghasilkan integrasi yang baik antara anak cacat/berkelainan dengan mereka yang tergolong normal baik dalam pendidikan, pekerjaan dan kegiatan masyarakat lainnya. Isu Normalization berakibat pada pola dan sistem layanan bagi penyandang cacat, baik layanan pendidikan maupun layanan rehabilitasinya. Sehingga pelayanan mengarah pada pola deinstitu deinstitusionalis sionalisasi asi dan integra integrasi. si. artinya artinya memperkecil memperkecil kelompok, kelompok, menjadikan menjadikan suasana suasana keluarga sebagai dasar dalam pelayanan kehidupan dalam lembaga dan selalu berpartisipasi dengan masyarakat r dan selalu mendekatkan dengan keluarganya. Sekolah terpadu adalah sebagai solusi dari isu normalisasi dalam kehidupan anak. 3. Assessment Bagaimana menemukan apa yang dimiliki, yang tidak dimiliki dan yang dibutuhkan anak hanya dapat dilakukan melalui kegiatan Assessment (penilaian). Di dalam penilaian (assessment) dibagi menjadi dua katagori yaitu: Informal Assessment, biasanya dilakukan oleh guru melalui observasi berbagai keterampilan, dan mempelajari laporan , maupun melalui tes yang dibuat guru untuk mengetahui tingkat penguasaan pelajaran yang telah diajarkan. Formal Assessment yaitu penilaian lewat tes standart seperti Tes hasil belajar, tes inteligensi, Wawancara dengan orang tua, tes bahasa, kepribadian, kreatif, kemampuan fisik, minat dan sebagainya. Berdasarkan tujuannya maka assessment di kelompokkan menjadi: Assessment for Identification untuk menempatkan anak dalam pelayanan. Assessment for Teaching untuk merencanakan isi atau materi yang akan diajarkan dan merencanakan bagaimana mengajarkannya. 4. Individualized Instruction (Pembelajaran yang diindividualisasi) Mengingat setiap anak memiliki karakteristik, kelebihan, kekurangan serta tingkat kemampuan dan tingkat kecacatan yang bervariatif maka pengajaran yang individualisasi sangat dibutuhkan. Meskipun dalam satu kelas ada bebrapa anak tetapi setiap anak memiliki program kegiatan yang berbeda-beda. Hal ini dapat mengembangkan potesi anak secara optimal. Untuk itu maka setiap anak harus memiliki Program pendidikan secara indinvidual atau Individual Educational Program (IEP) IEP ini dikembangkan berdasarkan
hasil asessmen meliputi kemampuan, ketidak mampuan dan apa yang dibutuhkan. Dari sinilah pembelajaran dan adatasinya di kembangkan. 5. Access to Community artinya bila seorang anak biasa dapat dengan mudah menggunakan fasilitas yang disediakan maka Anak Berkebutuhan Khusus juga punya yang hak sama untuk dapat mengoprasikan dan menggunakan dengan mudah fasilitas tersebut (acsesibilitas). Apapun yang dibuat untuk keperluan pelayanan masyarakat umum harus memikirkan sekelompok anggota masyarakat yang karena hal tertentu ia mengalami kelainan. 6. Pendidikan terpadu artinya penyelenggaraan pembelajaran ABK dikembangkan dan dilaksanakan di sekolah biasa, meskipun dalam bentuk program kelas khusus. PLB dalam rancangan program khusus dan layanan khusus lebih penuh integrasinya, karena anak belajar di di ruang kelas kelas yang sama dengan dengan anak yang yang lain. Layanan Layanan kelas kelas khusus khusus di sekolah sekolah biasa disebut disebut integrasi integrasi sebagia sebagian n atau integrasi integrasi lokasi. lokasi. Meskipun kelasnya tersendiri (kelas khusus) tetapi waktu mulai dan berakhirnya jam sekolah aturannya sama, termasuk seragamnya semua berlaku sama. Pada jam istirahat ABK bisa berintegrasi dengan anak normal lainnya yang ada di sekolah biasa tersebut. 7. Pendidikan Inklusif adalah pendidikan biasa yang sistem pendidikannya menyesuaikan kepada kebutuhan khusus setiap anak yang ada di kelas tersebut baik anak biasa maupun anak berkebutuhan khusus. Bila pendidikan terpadu anak disiapkan untuk dapat masuk ke lingkungan sekolah biasa, tetapi dalam pendidikan ingklusi sistem harus mampu memnuhi kebutuhan khusus setiap anak. Dengan demikian maka kurikulum dirancang sedemikian rupa sehingga dapat digunakan oleh semua peserta didik termasuk anak berkebutuhan khusus. Dalam pendidikan inklusi tidak mengenal kelas khusus bagi ABK yang ada di sekolah tersebut, meskipun kelainannya seberat apapun. 8. Pendidikan terpisah atau segregasi adalah bentuk layanan pendidikan konfensional yang selama ini dikembangkan di negara kita dalam bentuk kelas Khusus di sekolah khusus atau Sekolah Luar Biasa. BAB II ANAK LUAR BIASA DAN KEBUTUHAN PEMBELAJARANYA Setiap jenis kelainan anak yang tergolong Anak Berkebutuhan Khusus secara fisik dan psikologis psikologis memiliki memiliki karakteristik karakteristik yang khusus. Secara umum dan mendasar pendidikan dan pembelajaran ABK tidak berbeda dengan anak biasa. Akan Akan tetapi tetapi karena karena karakteristikny karakteristiknyaa setiap setiap jenis ABK memiliki memiliki kebutuhan kebutuhan yang khusus dalam pendidikan atau pembelajarannya. Dengan demikian hal tersebut diatas dapat mempengaruhi proses pembelajarannya. Kebutuhan pembelajaran inilah yang membedakan pembelajaran pembelajaran biasa biasa dengan dengan pembelajaran pembelajaran adaptif adaptif (PLB). (PLB). A. Anak Tunanetra dan kebutuhan pembelajarannya Anak Tunanetra Tunanetra (Visually (Visually Impaired ) adalah mereka yang penglihatannya menghambat untuk memfungsikan dirinya dalam pendidikan, tanpa menggunakan material khusus, latihan khusus atau bantuan lainnya secara khusus. Mereka termasuk anak yang : Melihat dengan acuity 20/70 (anak tunanetra melihat dari jarak 20 feet sedangkan orang normal dari jarak 70 feet).
Mampu membaca huruf E paling besar di Snellen Chart dari jarak 20 feet (acuity 20/200 -legallyy blind) Kelompok lebih terbatas lagi adalah mereka yang: Mengenal bentuk atau objek dari berbagai jarak. Menghitung jari dari berbagai jarak. Tidak mengenal tangan yang digerakkan. Kelompok yang lebih berat lagi adalah mereka yang: Mempunyai persepsi cahaya (light perception) Tidak memiliki persepsi cahaya (no light perception) Pengelompokan secaca pendidikan Secara pendidikan tunanetra dikelompokkan menjadi: Mereka mampu membaca cetakan standart. Mampu membaca cetakan standart dengan menggunakan kaca pembesar. Mampu membaca cetakan besar (ukuran Huruf No. 18). Mampu membaca cetakan kombinasi cetakan regular dan cetakan besar. Membaca cetakan besar dengan menggunakan kaca pembesar. Menggunakan Braille tetapi masih bisa melihat cahaya (sangat berguna untuk mobilitas). Menggunakan Braille tetapi tidak punya persepsi cahaya. Kebutuhan Pembelajaran anak tunanetra Keterbatasan anak tunanetra: 1. Keterbatasan dalam konsep dan pengalaman baru. 2. Keterbatasan dalam berinteraksi dengan lingkungan 3. Keterbatasan dalam mobilitas. Karena itu pengajaran bagi tunanetra harus mengacu kepada: 1. Kebutuhan akan pengalaman kongkrit. 2. Kebutuhan akan pengalaman memadukan 3. Kebutuhan akan berbuat dan bekerja dalam belajar. Media belajar Anak Tunanetra dikelompokkan menjadi dua yaitu: 1. Kelompok buta dengan media pendidikannya adalah tulisan braille. 2. Kelompok low Vision dengan medianya adalah tulisan awas. B. Anak Tunarungu dan kebutuhan pembelajarannya Tunarungu Untuk mengidentifikasi anak tunarungu, seorang guru harus mengetahui gejala dan tanda tandanya, seperti: Sering mengeluh tentang sakit telinganya. Artikulasi bicaranya jelek. Pertanyaan yang mudah kurang tepat jawabannya. Pada situasi bicara biasa anak sering salah dalam merespon dan perhatiannya kurang. Mendengar lebih jelas bila berhadapan muka dengan yang diajak bicara. Sering meminta diulangi apa yang diucapkan pembicara. Bila mendengarkan radio ia sering memutar volume sangat tinggi sehingga untuk ukuran orang normal sudah melebihi batas. Kebutuhan pembelajaran Anak tunarungu Saran untuk para guru dalam pembelajaran: Dalam berbicara jangan membelakangi anak.
Anak hendaknya duduk dan berada ditengah paling depan kelas sehingga memiliki peluang untuk mudah membaca bibir guru. Bila telinganya hanya satu yang tuli tempatkan anak sehingga telinga yang baik berada dekat dengan guru. Perhatikan posture anak, sering anak meggelengkan kepala untuk mendengarkan. Dorong anak untuk selalu memperhatikan wajah guru dan bicaralah dengan anak dengan posisi berhadapan berhadapan dan bila bila memungkinkan memungkinkan kepala kepala guru sejara dengan dengan kepala kepala anak. Guru bicara dengan volume biasa tetapi gerakan bibirnya harus jelas. Pengajaran anak tunarungu mempertimbangkan: 1. Merehabilitasi pendengarannya. 2. Mengembangkan Komunikasinya. 3. Mengembangkan dan menata pendidikan
PEMBELAJARAN ADAPTIF Oleh Drs. Irham Hosni Lanjutan ... C. Anak Tunagrahita dan kebutuhan pembelajarannya Tunagrahita Ketunagrahitaan mengacu pada fungsi intelektual umum yang secara signifikan berada di bawah rata-rata rata-rata normal. normal. Bersama Bersamaan an dengan itu itu pula, pula, tunagrahita tunagrahita mengalami mengalami kekuranga kekurangan n dalam tingkah laku dan penyesuaian. Semua itu berlangsung atau terjadi pada masa perkembangannya. perkembangannya. Dengan demikian, demikian, seorang seorang dikatakan dikatakan tunagrahi tunagrahita ta apabila apabila memiliki memiliki tiga tiga faktor, yaitu: (1) keterhambatan fungsi kecerdasan secara umum atau di bawah rata-rata, (2) ketidakmampuan dalam perilaku adaptif, dan (3) terjadi selama perkembangan sampai usia 18 tahun. Keterbelakangan mental yang biasa dikenal dengan anak tunagrahita biasanya dihubungkan dengan tingkat kecerdasan seseorang. Tingkat kecerdasan secara umum biasanya diukur melalui tes Inteligensi yang hasilnya disebut dengan IQ (intelligence quotient). 1. Tuna grahita ringan biasanya memiliki IQ 70 –55 2. Tunagrahita sedang biasanya memiliki IQ 55 – 40 3. Tunagrahita berat biasanya memiliki IQ 40 – 25 4. Tunagrahita berat sekali biasanya memiliki IQ <25 Para ahli indonesia menggunakan klasifikasi: Tunagrahita ringan IQnya 50 – 70θ Tunagrahita Sedang IQnya 30 – 50θ θ Tunagrahita berat dan sangat berat IQnya kurang dari 30 Untuk menjelaskan tentang klasifikasi atau pengelompokan anak tunagrahita diatas menurut IQ nya sehingga dapat mengarahkan guru dalam memberikan layanan PLB bagi anak tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut: Bila ada 5(lima) orang anak semua umurnya sama yaitu berumur 10 tahun (Cronological Age= CA 10 th). Si A memiliki IQ 100, Si B memiliki IQ 70 – 55, si C memiliki IQ 55 – 40, Si D memiliki IQ 40 – 25, dan Si E memiliki IQ 25 kebawah. Agar dapat dibuat bahan patokan dalam dalam merancang merancang pembel pembelajaran ajaran adaptif adaptif bagi bagi anak tunagrahi tunagrahita ta tersebut tersebut maka kita
menterjemahkan IQ yang dimiliki kedalam Umur kecerdasan (Mental Age = MA) anak tersebut. Umur Umur kecerdasan Kemampuan mempelajari dan Nama IQ (CA) (MA) melakukan tugas Si A
Si B
Si C
Si D
10 th
10 th
10 th
10 th
100
70 - 55
55 - 40
40 - 25
10 th
Ia tidak kesulitan mempelajari dan melakukan tugas tugas se umurnya karena CA-nya sama dengan MA-nya
7 - 5,5 th
Ia dapat mempelajari materi pembelajaran/ pembelajaran/tugas tugas anak anak usis 5,5 sampai 7 tahun
5,5 - 4 th
Ia dapat mempelajari materi pembelajaran/ pembelajaran/tugas tugas anak anak usis 4 tahun sampai 5,5 tahun
4 - 2,5 th
Ia dapat mempelajari materi pembelajaran/ pembelajaran/tugas tugas anak anak usis 4 tahun sampai 2,5 tahun
Ia dapat mempelajari materi Si E 10 th 2,5 th ke bawah pembelajaran/ pembelajaran/tugas tugas anak anak usis 2,5 tahun kebawah Kebutuhan Pembelajaran Anak tunagrahita: Dalam belajar keterampilan membaca, keterampilan motorik, keterampilan lainnya adalah sama seperti anak normal pada umumnya. Perbedaan Tunagrahita dalam mempelajari keterampilan terletak pada karakteristik belajarnya. belajarnya. Perbedaan Karakteristik belajar anak tunagrahita terdapat pada tiga daerah yaitu: a. Tingkat kemahirannya dalam keterampilan tersebut. b. Generalisas Generalisasii dan tranfer tranfer keterampil keterampilan an yang baru baru diperoleh. diperoleh. c. Perhatiannya terhadap tugas yang di embannya. 25 ke bawah
D. Anak Tunadaksa dan Kebutuhan Pembelajarannya Tunadaksa Pengertian Anak Tunadaksa bisa dilihat dari segi fungsi fisiknya dan dari segi anatominya. Dari segi fungsi fisik, tunandaksa diartikan sebagai seseorang yang fisik dan kesehatannya mengalami masalah sehingga menghasilkan kelainan didalam berinteraksi dengan lingkungan sosialnya dan untuk meningkatkan fungsinya diperlukan program dan layanan khusus. Pengertian yang didasarkan pada anatomi biasanya digunakan dalam kedokteran. Daerah mana ia mengalami kelainan. Kebutuhan Pembelajaran Anak tunadaksa Guru sebelum memberikan pelayanan dan pengajaran bagi anak tunadaksa harus diperhatikan hal sebagai berikut: 1. Segi Medisnya Apakah ia memiliki kelainan khusus seperti kencing manis atau pernah di oprasi, masalah lain seperti harus meminum obat dan sebagainya.
2. Bagaimana kemampuan gerak dan bepergiannya Apakah anak kesekolah menggunakan tranportasi, alat bantu dan sebagainya. Ini berhubungan berhubungan dengan lingkungan lingkungan yang harus harus dipersiap dipersiapkan kan 3. Bagaimana komunikasinya Apakah anak mengalami kelainan dalam berkomunikas, dan alat komunikasi apa yang digunakan (lisan, tulisan, isyarat) dan sebagainya. 4. Bagaimana perawatan dirinya Apakah anak dapat melakukan perawatan diri dalam aktifitas kegiatan sehari-hari. 5. Bagaimana posisnya. Disini dimaksudkan tenang bagaimana posisi anak tersebut didalam menggunakan alat bantu, Posisi Posisi duduk duduk dalam menerima menerima pelajaran, pelajaran, waktu waktu istirahat, istirahat, waktu waktu ke kamar kamar kecil (toilet), makan dan sebagainya. Dalam hal ini physical therapis sangat diperlukan. E. Anak Tunalaras dan Kebutuhan Pembelajarannya Tunalaras Bila kita mengajar maka pasti akan menghadapi satu atau dua anak yang mengalami kelainan tingkah laku. Di dalam dunia PLB dikenal dengan nama anak tunalaras (behavioral disorders). disorders). Kelainan tingkah laku ditetapkan bila mengandung unsur: 1. Persepsi kita bila tingkah laku anak menyimpang dari standart yang diterima umum. 2. Derajat penyimpangan tingkah laku dari standart sudah Exstrim. 3. Lamanya waktu pola tingkahlaku itu dilakukan. Kebutuhan Pembelajaran Anak tunalaras Hal yang perlu diperhatikan guru adalah: Mengingat kelainan tingkah laku ini banyak disebabkan oleh lingkungan maka penataan lingkungan merupakan salah satu pendekatan yang perlu diperhatikan oleh guru. Kita setuju bahwa kelainan tingkah laku disebabkan oleh anak itu sendiri tetapi mungkin disebabkan oleh guru itu sendiri atau hasil interaksi antara guru dan anak. Assessment dari masalah tingkah laku, situasi masalah, lingkungan anak, harus diselesaikan dulu bila ingin mengatasi masalah kelainan tingkah laku pada anak. F. Anak Gifted dan Talented serta Kebutuhan Pembelajarannya Gifted dan Talented Anak gifted ditandai oleh tingginya kemampuan intelektualnya. Tingginya kemampuan intelektuanya ditandai dengan: a. Mengingat dan menguasai dengan cepat apa yang dipelajari. b. Dapat membaca membaca diumur yang sangat sangat muda muda dan pemahaman pemahaman yang yang superior. superior. c. Dapat melihat hubungan antar ide. d. Memiliki perbendaharaan kata yang tinggi. Anak yang tergolong gifted tidak hanya memiliki kemampuan intelektual yang tinggi tetapi juga harus memiliki memiliki kretifitas kretifitas yang yang tinggi tinggi pula. Disamping anak tergolong gifted terdapat perbedaan dengan anak talented. Anak talented adalah anak yang memiliki kemapuan yang tinggi dalam bidang tertentu, misalnya hanya dalam bidang matematik, Ilmu pengetahuan alam, bahasa, kepemimpinan, kemampuan psychomotor, penampilan seni. Kebutuhan Pembelajaran gifted dan telented Untuk itu program pendidikan untuk anak gifted bisa dikembangkan dalam bentuk:
1. Program kesamping (Horisontal program) yaitu: Mengembangkan kemampuan explorasi. Mengembangkan pengayakan dalam arti memperdalam hal-hal yang ada diluar kurikulum biasa. Executive intensive dalam arti memberikan kesempatan untuk mengikuti program intensif bidang tertentu tertentu yang yang diminati diminati sampai sampai mendalam mendalam dalam dalam waktu tertentu. tertentu. 2. Program keatas (Vertical program) yaitu: Acceleration Acceleration,, percepatan/ maju berkelanjutan dalam mengikuti program yang sesuai dengan kemampuannya, dan jangan dibatasi oleh jumlah waktu, atau tingkatan kelas. Independent Independent study, study, biarkan anak untuk belajar dan menjelajahi sendiri bidang yang diminati. Mentorship Mentorship,, padukan antara yang diminati anak gifted dan talented dengan para ahli yang ada di masyarakat. G. Anak Berkesulitan Belajar Khusus (Learning Disability) dan Kebutuhan Pembelajarannya Berkesulitan Belajar Khusus Sebagaimana diketahui, disability dihubungkan dengan berkurangnya suatu fungsi atau tidak adanya bagian tubuh atau organ tubuh tertentu. Kurangnya fungsi suatu organ untuk belajar disebut disebut learning learning disability. disability. Learning Learning disabilit disability y juga diartikan diartikan sebagai sebagai kelainan kelainan dalam satu atau lebih proses psychologis dasar termasuk dalam pengertian dan penggunaan bahasa, bicara, bicara, atau atau menulis menulis yang mana mana ditunjukkan ditunjukkan oleh oleh diri anak anak dengan tidak baiknya baiknya kemampuan untuk mendengar, berfikir, bicara, membaca, menulis, mengeja atau mengerjakan penjumlahan matematik. Kebutuhan Pembelajaran Anak berkesulitan Belajar Khusus Anak learning Anak learning disability memiliki dimensi kelainan dalam: Ketidak cocokan antara apa yang seharusnya anak bisa dengan apa yang secara kenyataan dikerjakan. Perwujudan dari tugas yang dapat dikerjakan, anak learning disability tidak dapat melakukannya. Fokos terhadap satu atau beberapa proses psychologis dasar termasuk di dalamnya menggunakan atau mengerti bahasa. Keterpaduan mata dan telinga meskipun tidak ada kelainan atau terbelakang tetapi anak tidak mau belajar. BAB III MODIFIKASI DAN PENDEKATAN DALAM PEMBELAJARAN ABK A. Modifikasi Pembelajaran ABK Dalam merancang pembelajaran atau Pendidikan Luar Biasa maka kita harus menemukan dan memenuhi kebutuhan yang unik pada setiap jenis kelainan yang ada pada siswa. Karena itu Pendidikan Luar Biasa harus bisa melakukan modifikasi sehingga kebutuhan pendidikan pendidikan siswa siswa terpenuhi, terpenuhi, keterampil keterampilan an yang diberikan diberikan secara secara penuh penuh dapat berfungsi berfungsi dan dikuasai serta seluruh angota dari kegiatan dapat secara penuh berpartisisapi. Modifikasi secara umum bisa dilakukan pada: 1. Kurikulumnya (total atau sebagian) 2. Strategi belajarnya ( diganti atau disesuaikan)
3. Materi dan alatnya (medianya) 4. Pengaturan kelasnya (tehnik mengajarnya) 5. Lingkungan (arsitekturnya dan sarana fisiknya) Secara mendasar yang perlu dirancang dalam pembelajaran adaptif yang dapat memenuhi kebutuhan pendidikan ABK dapat dikelompokkan menjadi tiga yaitu : Kelas, program, dan layanannya. Untuk itu maka dalam pembelajaran bagi Anak Berkebutuhan Khusus bisa dilakukan pada: 1. Kelas atau lokasi pengajaran ABK berlangsung. Kelas dan lokasi pengajaran harus dirancang sedemikian rupa sehingga ABK dapat dengan leluasa menggunakan kelas itu. Modifikasi kelas harus mendukung keberhasilan proses belajar mengajar. Modifikasi kelas harus memenuhi faktor keselamatan. Modifikasi kelas harus memenuhi kebutuhan pendidikan setiap ABK, sehingga ia efisien menggunakan saluran informasinya yang masih tersisa. 2. Program pengajarannya dan layanan yang disesuaikan dengan kebutuhan dan karakteristik serta tingkat kemampuan setiap ABK. Didalam merancang program dan bagi pembelajaran ABK maka komponen yang harus dilakukan dan ada: Educational Educational Assessmen Assessmentt (Asesmen (Asesmen Pendidikan) Pendidikan) Langkah awal dalam menyusun program untuk pembelajaran adaptif didahului dengan melakukan penilaian(assessmet). Dalam asesmen kita harus menemukan tiga hal: Apa yang ia miliki dalam satu hal Apa yang ia belum miliki dalam satu hal. Apa yang dibutuhkan ABK tentang tentang satu hal. Dengan ditemukannya jawaban ketiga pertanyaan asessment di atas, maka asesmen dapat berfungsi: berfungsi: Menjelaskan tingkat kemampuan siswa dalam satu hal. Menjelaskan tentang keuntungan dan kerugian dari program yang diberikan kepada ABK. Menjelaskan tingkat kemajuan siswa. Adapun cara guru melakukan asesmen dapat secara “formal” yaitu dengan menggunakan tes standart yang telah baku, maupun dengan cara “informal” yaitu dengan mengobservasi dalam kegiatan sehari-hari anak atau dengan tes non standart yang dibuat oleh guru dan sebagainya. 3. Rencana Program yang individual. Apapun program yang dirancang untuk ABK maka harus program yang diindividualisasi sesuai dengan karakteristik dan kebutuhannya. 4. Guru Guru PLB yang dapat memberikan pelayanan Pendidikan Luar Biasa pada siswa Anak Berkebutuhan Khusus bisa guru biasa dengan berkonsultasi pada guru khusus atau Guru pembimbing pembimbing khusus khusus yang memang memang telah telah dipersiap dipersiapkan kan dengan dengan kompetensinya. kompetensinya.Guru Guru PLB PLB untuk ABK ada beberapa macam tergantung peran dan kebutuhan layanan yaitu: a. Guru Biasa b. Guru konsultan konsultan c. Guru kunjung d. Guru Pembimbing khusus e. Guru kelas Khusus.
5. Peran orang tuanya. Dalam menyusun dan merancang program bagi ABK, orang tua harus dilibatkan dan memiliki peran khusus. Hal ini harus menjadi suatu paket dari penyusun rancangan tersebut. 6. Team ahli yang lain yang dibutuhkan untuk mendukung keberhasilan program pembelajaran pembelajaran bagi bagi ABK. Dalam Dalam pembelaj pembelajaran aran ABK harus mengunakan mengunakan pendekatan pendekatan team. team. 7. Layanan dalam pembelajaran ABK perlu dirancang yang sesuai dengan kebutuhan, karakteristik, tingkat kelainan dan kemampuan ABK. Rancangan ini termasuk didalamnya: Apa Layanan atau jenis layanan yang dibutuhkan. Dimana layanan diberikan, lokasi layanan baik sekolahnya, kelasnya dan sebagainya. Kapan dan berapa lama harus diberikan layanan diberikan. Bagaimana harus diberikan dan oleh siapa layanan tersebut harus diberikan. Setiap jenis kelainan atau setiap anak belum tentu sama layanan yang dibutuhkan, baik itu jenis layanan, tempat layanan, waktunya, cara dan tenaga pelayanannya. B. Pendekatan dalam pengajaran ABK Pengajaran klasikal diberikan kepada ABK yang memiliki tingkat akademis sama dalam satu kelas, sehingga kegiatan dan materinya bisa sama dalam satu kelas. Pengajaran Individual adalah pengajaran yang diberikan kepada perorangan dari Anak Berkebutuhan Khusus, karena tingkat dan derajat kelainanya berbeda satu sama lainnya. Individualisasi pengajaran adalah pendekatan dalam kelas tetapi setiap ABK memiliki program program masing-masi masing-masing ng sesuai sesuai dengan tingkat tingkat pencapaia pencapaian n dalam proses proses belajarnya. belajarnya. C. Pembelajaran Adaptif dalam Pendidikan Jasmani bagi ABK Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) adalah anak yang mengalami kelainan sedemikian rupa baik fisik, fisik, mental, mental, sosial sosial maupun maupun kombinasi kombinasi dari dari ketiga ketiga aspek tersebut tersebut,, sehingga sehingga untuk mencapai potensi yang optimal ia memerlukan Pendidikan luar biasa(PLB). PLB merupakan pendidikan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan ABK. Adapun yang dirancang dalam PLB adalah kelas, program dan layanannya. Sehingga PLB dapat diartikan juga sebagai Spesial kelas, program atau layanan yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan pendidikan Anak luar biasa. ABK bisa memiliki masalah dalam sensorisnya, motoriknya, belajarnya, dan tingkahlakunya. Semua ini mengakibatkan terganggunya perkembangan fisik anak. Hal ini karena sebagian besar ABK mengalami hambatan dalam merespon rangsangan yang diberikan lingkungan untuk melakukan gerak, meniru gerak dan bahkan ada yang memang fisiknya terganggu sehingga ia tidak dapat melakukan gerakan yang terarah dengan benar. Di satu sisi, Anak luar Biasa harus dapat mandiri, beradaptasi, dan bersaing dengan orang normal, di sisi lain ia tidak secara otomatis dapat melakukan aktivitas gerak. Secara tidak disadari akan berdampak kepada pengembangan dan peningkatan kemampuan fisik dan keterampilan geraknya. Pendidikan jasmani bagi ABK disamping untuk kesehatan juga harus mengandung pembetulan kelainan fisik. Dengan uraian di atas maka jelas bahwa Pendidikan jasmani yang diadaptasi dan dimodifikas sesuai dengan kebutuhan, jenis kelainan dan tingkat kemampuan ABK merupakan salah satu factor yang sangat menentukan dalam keberhasilan Pendidikan bagi ABK. Keberhasilan ini akan terwujud baik pada PLB dalam bentuk kelas khusus, program
khusus, maupun dalam bentuk layanan khusus di SD biasa maupun di tiap jenjang sekolah biasa lainnya. lainnya. Apa dan bagaimana pendidikan jasmani bagi ABK atau Pendidikan Jasmani adaptif secara sederhana akan diuraikan dibawah ini: 1. Pengertian pendidikan jasmani adaptif Secara mendasar pendidikan jasmani adaptif adalah sama dengan pendidikan jasmani biasa. Pendidikan Pendidikan jasmani jasmani merupakan merupakan salah salah satu aspek aspek dari dari seluruh seluruh proses proses pendidikan pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor. Hampir semua jenis ketunaan ABK memiliki problim dalam ranah psikomotor. Masalah psikomotor psikomotor sebagai sebagai akibat akibat dari keterbata keterbatasan san kemampuan kemampuan sensomot sensomotorik, orik, keterbatas keterbatasan an dalam kemampuan belajar. Sebagian ABK bermasalah dalam interaksi sosial dan tingkah laku. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa peranan pendidikan jasmani bagi anak berkebutuhan berkebutuhan khusus khusus (ABK) (ABK) sangat sangat besar dan akan mampu mampu mengembang mengembangkan kan dan mengkoreksi kelainan dan keterbatasan tersebut. 2. Ciri dari program pengajaran penjas Adaptif Sifat program pengajaran pendidikan jasmani adaptif memiliki ciri khusus yang menyebabkan nama pendidikan jasmani ditambah dengan kata adaptif. Adapun ciri tersebut adalah: Program Pengajaran Pengajaran Penjas Penjas adaptif adaptif disesuiakan disesuiakan dengan jenis dan karakteristik kelainan siswa. Hal ini dimaksutkan untuk memberikan kesempatan kepada siswa yang berkelainan berpartisipas berpartisipasii dengan aman, aman, sukses, sukses, dan memperol memperoleh eh kepuasan. kepuasan. Misalnya Misalnya bagi bagi siswa siswa yang memakai korsi roda satu tim dengan yang normal dalam bermain basket, ia akan dapat berpartisipas berpartisipasii dengan sukses sukses dalam dalam kegiatan kegiatan tersebut tersebut bila bila aturan aturan yang dikenakan dikenakan kepada kepada siswa yang berkorsi roda dimodifikasi. Demikian dengan kegiatan yang lainnya. Oleh karena itu pendidikan Jasmani adaptif akan dapat membantu dan menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya. Program Pengajaran Pengajaran Penjas Penjas adaptif adaptif harus harus dapat membantu dan mengkoreksi kelainan yang disandang oleh siswa. Kelainan pada Anak luar Biasa bisa terjadi pada kelainan fungsi postur, sikap tubuh dan pada mekanika tubuh. Untuk itu, program pengajaran pendidikan pendidikan Jasmani Jasmani adaptif adaptif harus harus dapat membantu membantu siswa siswa melindungi melindungi diri diri sendiri sendiri dari kondisi yang memperburuk keadaanya. Program Pengajaran Pengajaran Penjas Penjas adaptif adaptif harus harus dapat mengembangkan dan meningkatkan kemampuan jasmani individu ABK. Untuk itu pendidikan Jasmani adaptif mengacu pada suatu program kesegaran jasmani yang progressif, selalu berkembang dan atau latihan otototot besar. Dengan demikian tingkat perkembangan ABK akan dapat mendekati tingkat kemampuan teman sebayanya. Apabila program pendidikan jasmani adaptif dapat mewujudkan hal tersebut di atas. maka pendidikan pendidikan jasmani jasmani adaptif adaptif dapat membantu membantu siswa melakukan melakukan penyesuaian penyesuaian sosial sosial dan dan mengembangkan perasaan siswa memiliki harga diri. Perasaan ini akan dapat membawa siswa berprilaku dan bersikap sebagai subjek bukan sebagai objek di lingkungannya. 3. Tujuan pendidikan jasmani adaptif. Sebagaimana dijelaskan di atas betapa besar dan strategisnya peran pendidikan jasmani adaptif dalam mewujudkan tujuan pendidikan bagi ABK, maka Prof. Arma Abdoellah,
M.Sc. dalam bukunya yang berjudul “Pendidikan Jasmani Adaptif” memerinci tujuan pendidikan pendidikan Jasmani Jasmani adaptif adaptif bagi bagi ABK sebagai sebagai berikut: berikut: Untuk menolong siswa mengkoreksi kondisi yang dapat diperbaiki. Untuk membantu siswa melindungi diri sendiri dari kondisi apapun yang memperburuk keadaannya melalui Penjas tertentu. Untuk memberikan kesempatan pada siswa mempelajari dan berpartisipasi dalam sejumlah macam olah raga dan aktivitas jasmani, waktu luang yang bersifat rekreasi. Untuk menolong siswa memahami keterbatasan kemampuan jasmani dan mentalnya. Untuk membantu siswa melakukan penyesuaian social dan mengembangkan perasaan memiliki harga diri. Untuk membantu siswa dalam mengembangkan pengetahuan dan appresiasi terhadap mekanika tubuh yang baik. Untuk menolong siswa memahami dan menghargai macam olah raga yang dapat diminatinya sebagai penonton. 4. Modifikasi dalam pendidikan jasmani adaptif Bila kita lihat masalah dari kelainannya, jenis Anak Berkebutuhan Khusus dikelompokkan menjadi: a. ABK yang memiliki masalah dalam sensoris b. ABK yang yang memiliki memiliki masalah masalah dalam dalam gerak gerak dan motoriknya motoriknya c. ABK yang memiliki masalah dalam belajar d. ABK yang memiliki masalah dalam tingkah lakunya Dari masalah yang disandang dan karakteristik setiap jenis ABK maka menuntut adanya penyesuaian penyesuaian dan modifika modifikasi si dalam pengajaran pengajaran Pendidikan Pendidikan Jasmani Jasmani bagi bagi ABK. ABK. Penyesuaian dan modifikasi dari pengajaran penjas bagi ABK dapat terjadi pada: a. Modifikasi aturan main dari aktifitas pendidikan jasmani. b. Modifikasi Modifikasi keteramp keterampilan ilan dan tehniknya tehniknya . c. Modifikasi tehnik mengajarnya. d. Modifikasi lingkungannya termasuk ruang, fasilitas dan peralatannya Seorang ABK yang satu dengan yang lain, kebutuhan aspek yang dimodifikasi tidak sama. ABK yang satu mungkin membutuhkan modifikasi tempat dan arena bermainnya. ABK yang lain mungkin membutuhkan modifikasi alat yang dipakai dalam kegiatan tersebut. Tetapi mungkin yang lain lagi disamping membutuhkan modifikasi area bermainnya juga butuh modifikasi modifikasi alat dan aturan aturan mainnya. mainnya. Demikia Demikian n pula seterusny seterusnya, a, tergatung tergatung dari jenis jenis masalah, tingkat kemampuan dan karakteristik dan kebutuhan pengajaran dari setiap jenis ABK. Rangkuman: Pembelajaran adaptif artinya pembelajaran yang dirancang sesuai dengan kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus. Pembelajaran adaptif ini bisa pula disebut pendidikan Luar Biasa. Pendidikan luar biasa bisa berupa kelas khusus, program khusus dan atau layanan khusus yang dirancang untuk memenyhi kebutuhan Anak Berkebutuhan Khusus. Arah perkembangan layanan PLB bergerak dari pendidikan yang terpisah (eksklusif) kearah pendidikan yang terpadu / integrasi. Sepanjang layanan PLB masih bisa dikembangkan dan dilaksanakan di Sekolah biasa maka sekolah biasa merupakan pilihan utama. Hal ini dikarenakan Sekolah Biasa. lingkungan keluarga dan masyarakat umum merupakan habitat ABK seperti anak yang normal lainnya.
ABK harus bisa hidup, berkembang dan bersaing dengan dan ditengah masyarakat umum karena itu seawal mungkin ABK sudah dibina dan terpadu dalam lingkungan pendidikan biasa. Dilihat dari masalah pendidikan yang disandang, Anak Berkebutuhan Khusus dalam pendidikan pendidikan dibagi menjadi menjadi beberapa beberapa kelompok kelompok yaitu yaitu ABK yang yang bermasalah bermasalah dalam dalam sensoris, motoris, belajar, tingkah laku dan campuran diantara masalah tersebut. Anak Berkebutuhan Khusus ternyata tidak hanya mereka yang cacat dan terbelakang mental yang memerlukan layanan PLB, tetapi juga anak yang gifted dan talented memerlukan PLB. Penyebab adanya kecacatan dan kelainan pada anak bisa disebabkan pada waktu sebelum lahir, disaat lahir dan setelah lahir. Setiap jenis ABK memiliki karakteristik masing masing dan berbeda satu jenis ABK dengan jenis ABK lainnya. Karakteristik dari setiap Jenis ABK menyebabkan adanya pelayanan pendidikan yang berbeda. Kebutuhan pendidikan setiap ABK tergantung dari jenis kelainan, tingkat kelainan dan karakteristik yang dimiliki. Karena keunikan yang ada pada ABK maka perlu adanya modifikasi dan adaptasi dalam pembelajarannya pembelajarannya.. Adaptasi dan modifikasi bisa dilakukan seluruh atau sebagian kurikum, disesuaikan atau diganti strategi belajarnya, modifikasi alat dan materi belajarnya, modifikasi tehnik mengajar dan pengaturan kelasnya, serta modifikasidan adaptasi lingkungan arsitektur dan sarananya. Guru yang melayani ABK dalam program PLB bisa: a) Guru Biasa b) Guru Konsulta Konsultan n c) Guru Kunjung d) Guru Pembimbing khusus e) Guru Kelas Khusus jenis Guru Guru yang dibutuhka dibutuhkan n untuk mengembang mengembangkan kan dan memberi memberi layanan layanan pada pada ABK tergantung dari berat rigannya kecacatan dan tinggi rendahnya kemampuan anak dalam mengikuti pengajaran akademis. Pendidikan jasmani merupakan salah satu aspek yang menyeluruh dari proses pendidika secara keseluruhan. Pendidikan jasmani adaptif merupakan suatu sistem penyampaian layanan yang bersifat menyeluruh (comprehensif) dan dirancang untuk mengetahui, menemukan dan memecahkan masalah dalam ranah psikomotor. Tujuan dari penjas adaptif tidak hanya dalam bidang ranah psikomotor, tetapi juga dalam ranak cognitif dan afektif. Ciri dari program pengajaran pendidikan jasmani adaptif yaitu: Programnya disesuaikan dengan kelainan dan karakteristik anak, diarahkan untuk mengkoreksi kelainan postur dan mekanika tubuh serta mengembangkan dan meningkatkan kemampuan jasmani individu. Untuk mencapai tujuan yang diharapkan, pengajaran penjas bagi ABK perlu dimodifikasi sesuai dengan kelainan, karakteristi dan kebutuhan pengajarannya. Penyesuaian dan modifikasi dari pengajaran penjas bagi ABK bisa terjadi pada: Modifikasi aturan main dari aktifitas pendidikan jasmani.θ θ Modifikasi keterampilan dan tehniknya .
Modifikasi tehnik mengajarnya.θ θ Modifikasi lingkungannya termasuk ruang, fasilitas dan peralatannya.
DAFTAR PUSTAKA Arma Abdoellah, Prof.,M.sc., (1996): Pendidik (1996): Pendidikan an Jasmani Jasmani Adaptif Adaptif , Ditjen Dikti, Depdikbud, Jakarta Bucher, C.A., (1985): Foundat (1985): Foundations ions of of physical physical Education Education and Sport Sport , St.LOUIS: The CV. Mosby Company. Blackhurst, A.Edward, ( 1981): Introduc 1981): Introduction tion of of Special Special Education Education,, Little Brown and Company, Boston, Toronto. Crowe, W.C.; Auxter, D.; Pyfer, J., (1981): Principle (1981): Principless and methods methods of of adapted physical education, education, St. LOUIS: The C.V. Mosby Company. Department of Health, Education and Welfare, (1977): Education Education of handicapped childen: Implementatio Implementation n of part B of the Education Education of Handicape Handicaped d Act , Federal Register, Washington, D.C. Geraldine T. Scholl, (1986): Foundat (1986): Foundation ion of Education Education for Blind Blind and Visually Visually Handicapped Handicapped Children and Youth, American Foundation for the Blind, Inc, New York Irham Hosni, (1995): Buku (1995): Buku adjar adjar Orientasi Orientasi dan Mobili Mobilitas tas,, Ditjen Dikti, Depdikbud, Jakarta
Penjas Adaptif sangat Diperlukan Anak SLB Denpasar (Bali Post) Pendidikan jasmani (penjas) yang adaptif sangat diperlukan oleh anak sekolah luar biasa (SLB). Selama ini pembelajaran jasmani di SLB dilakukan sama seperti anak normal. Hal itu terungkap dalam simposium internasional ke-8 Asia Society for Adaptif Physical Activity and Exercise (ASAPE) di Hotel Bali Sahid Kuta, Minggu (1/8) kemarin. Simposium yang berlangsung tiga hari itu dibuka Dirjen Dikdasmen Indrajati Sidi. Direktur Pendidikan Luar Biasa Drs. Mudjito AK, M.Si. mengatakan, hasil penelitian perguruan tinggi lembaga swadaya masyarakat (NGO) yang peduli terhadap pembelajaran pendidikan jasmani menunjukkan, penjas yang adaptabel sangat diperlukan bagi proses pembelajaran bagi anak SLB. Dikatakannya, individu yang memiliki keterbatasan memerlukan pembekalan fisik yang lebih intensif melalui perbaikan dalam beberapa aspek kemampuan fisik. Dengan demikian mereka mampu memperbaiki kemampuan fungsi hidupnya dalam melayani dirinya sendiri. Di samping itu perbaikan dalam beberapa aspek fisik akan berpengaruh pula pada aspek mental dan emosional sehingga mereka merasakan kenyamanan yang lebih besar. Pendidikan jasmani dan kesehatan yang merupakan induk dari olah raga, sudah termasuk bahan kajian dan pelajaran. Namun di lembaga pendidikan luar biasa, kegiatan itu belum diselenggarakan secara optimal. Pendidikan luar biasa dituntut untuk dapat memotivasi segala aspek kehidupan termasuk berolah raga bagi para penyandang cacat. Sebab, olah raga tersebut merupakan salah satu terapi untuk mencapai keberhasilan proses kependidikannya. Gubernur Bali dalam sambutan yang dibacakan Asisten I Setda Bali berharap pelaksanaan simposium internasional ini dapat meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap pentingnya pendidikan jasmani adaptif untuk membina anak-anak yang berkebutuhan khusus, terkait dengan kesehatan dan kebugarannya. Diharapkan pula penjas adaptif dapat dilaksanakan secara terpadu dengan penjas pada umumnya. Mendiknas A. Malik Fajar menyambut baik ditunjuknya Indonesia sebagai tuan rumah penyelenggaraan simposium. Pokok pikiran yang diangkat dalam pertemuan selama tiga hari ini seputar melihat ke depan pendidikan jasmani yang inklusif di negara-negara Asia. Hal ini sejalan dengan kebijakan pemerintah Indonesia yang kini sedang dan akan terus diupayakan pendidikan inklusi di sekolah-sekolah dan masyarakat. Kadis Pendidikan Propinsi Bali Gusti Ngurah Oka didampingi Kasubag Humas Dewa Made Nurjana Putra mengatakan dengan diadakannya pendidikan jasmani yang adaptif, secara langsung dapat meningkatkan keterampilan berolah raga serta menjadi salah satu terapi bagi anak pendidikan luar biasa. (08)
http://www.balipost.co.id/balipostcetak/2004/8/2/b15.htm
http://www.mitranetra.or.id/library/index.asp judul buku buku apa,,,,harus apa,,,,harus login login