METODE PENGUJIAN KESEHATAN BIJI (BENIH)
LAPORAN PRAKTIKUM
Oleh
Kelompok 4/ Golongan F
Ika Fitri Kadiyasari 151510501138
Syahrizal Muhammad A. 151510501015
Dimas Agung Kusuma W. 151510501054
Aditia Muhammad Nur 151510501103
Oktavin Dwiki Rianditya 151510501128
Desy Elsa Sanda 151510501202
Monica Naibaho 151510501217
Elvina Khairunnisa P.S 151510501263
Qurota A'yun 151510501268
Nuur Muhammad Z.K 151510501292
Rica Ahswara Maysixteen 151510501316
PROGRAM STUDI AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS JEMBER
2016
BAB 1. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia yang dahulunya terkenal sebagai negara agraris dan juga sebagai negara swasembada beras kini dihadapkan pada kondisi menurunnya tingkat produksi pangan sehingga menyebabkan krisis pangan. Penurunan produksi pangan disebabkan oleh faktor iklim meliputi curah hujan yang tinggi, serta faktor serangan hama dan penyakit dan penurunan mutu kualitas benih utamanya benih tanaman pangan termasuk benih padi. Penurunan mutu kualitas benih juga akan mempengaruhi keragaman hayati utamanya keragaman jenis padi. Hal ini tentu saja akan merugikan seluruh pihak karena menyangkut kebutuhan pangan nasional dan ketahanan pangan negara (Ukrita dkk., 2011).
Keragaman hayati termasuk keragaman jenis padi memiliki peranan penting dalam upaya mewujudkan ketahanan dan diversifikasi pangan nasional. Upaya untuk melestarikan dan memperkaya keragaman jenis padi menjadi salah satu tindakan strategis dalam pembangunan pertanian. Upaya melestarikan dan memperkaya keragaman jenis padi dapat dilakukan dengan penyilangan berbagai varietas benih untuk mendapatkan benih dengan kualitas terbaik. Kualitas benih terbaik meliputi mampu berproduksi secara optimal, tahan terhadap serangan hama dan penyakit serta memiliki umur tanam yang relatif pendek. Penggunaan bahan tanam bermutu merupakan salah satu faktor dalam keberhasilan budidaya tanaman. Bahan tanam tersebut meliputi benih dan bibit. Benih adalah biji tanaman yang digunakan untuk keperluan pengembangan usahatani. Petani sering mengalami kerugian baik dari segi biaya maupun waktu akibat penggunaan benih yang tidak berkualitas dan tidak jelas asal-usulnya (Sa'adah dkk., 2013).
Pengamatan dan identifikasi kesehatan benih padi merupakan kegiatan penting dalam perbaikan varietas tanaman padi. Potensi genetik dari bahan pemuliaan yang dikembangkan secara konvensional atau biologi molekuler, dievaluasi berdasarkan penampilan fenotipik pada lingkungan tertentu dengan tipe cekaman yang menjadi tujuan perbaikan varietas. Dengan demikian penyiangan kesehatan benih padi harus menggunakan metode penilaian praktis, cepat, tepat, dan akurat sehingga menghasilkan benih yang bermutu (Silitonga, 2003).
Pembangunan perbenihan tanaman pangan khususnya padi bertujuan untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan benih bermutu secara berkelanjutan. Benih memiliki beberapa mutu antara lain mutu fisik, mutu fisiologis, mutu genetik dan mutu pathologis. Mutu fisik berkaitan dengan kondisi fisik secara visual dilihat dari bentuk, ukuran, dan berat benih. Tolak ukur yang dijadikan adalah keseragaman benih. Mutu fisiologis berkaitan dengan aktivitas perkecambahan benih diantaranya viabilitas benih dan vigor benih. Mutu genetik berkaitan dengan susunan kromosom dan DNA serta jenis protein yang ada di dalam benih. Mutu pathologis menyangkut dengan status kesehatan benih. Benih biasanya akan diberi lapisan fungisida untuk mencegah serangan patogen (Ishaq, 2009).
Penggunaan benih bermutu tinggi adalah prasyarat penting untuk menghasilkan produksi tanaman yang menguntungkan secara ekonomis. Oleh karena itu persiapan dan perlakuan benih untuk meningkatkan mutunya sangat penting dilakukan. Keuntungan penggunaan benih bermutu antara lain menghemat penggunaan benih per satuan luas, meningkatkan produksi karena potensi hasil yang tinggi, memiliki daya tahan terhadap hama dan penyakit serta waktu panen lebih mudah ditentukan karena masaknya serentak (Sutariati dkk.,, 2014).
Tanaman padi dapat dikembangbiakkan secara langsung baik dengan benih maupun benih yang disemai menjadi bibit. Benih padi yang akan digunakan disarankan berlabel biru. Terdapat beberapa kelas benih menurut urutan keturunan dan mutunya antara lain benih penjenis (BS) yang merupakan sumber untuk perbanyakan benih dasar, benih dasar (BD) atau foundation seed yang meupakan keturunan pertama dari benih dasar serta memiliki label berwarna merah, benih pokok atau stock seed yang merupakan keturunan dari benih dasar dan memiliki label berwarna putih serta benih sebar (BR) yang merupakan keturunan dari benih pokok/benih dasar. Benih ini memiliki label berwarna biru. Benih inilah yang sering digunakan oleh petani (Purwono dkk., 2010).
1.2 Tujuan
Pengujian kesehatan benih bertujuan untuk mengetahui jenis patogen yang dibawa oleh benih. Pemeriksaan kesehatan dapat dipakai untuk tujuan antara lain:
a. Mengevaluasi kesehatan benih sebelum disebarkan ke berbagai tempat untuk keperluan pertanaman.
b. Mengevaluasi efek dari fungisida untuk kepeluan perlakuan benih.
c. Mengevaluasi usaha pengendalian penyakit di lapangan dalam rangka mencegah penyakit yang ditularkan ke biji.
d. Usaha mengadakan survey penyakit pada tingkat nasional atau regional sehingga dapat mengetahui penyebaran patogen terutama yang terbawa biji.
e. Karantina tumbuh-tumbuhan untuk mencegah keluar masuknya patogen yang membahayakan.
BAB 2. METODOLOGI PRAKTIKUM
2.1 Waktu dan Tempat
Pelaksanaan praktikum Pengantar Teknologi Pertanian dilaksanakan ada hari Kamis, 24 Maret 2016 pukul 07.00 sampai selesai bertempat di UPT Agrotechnopark Jubung, Jember.
2.2 Alat dan Bahan
2.2.1 Alat
1. Timbangan
2.2.2 Bahan
2. Benih padi
2.3 Cara Kerja
Buatlah kelompok (5-7 orang/kelompok atau menyesuaikan).
Masing-masing kelompok mengerjakan pengujian kesehatan benih dengan cara pemeriksaaan biji kering.
Ambillah biji padi secara sampling sebanyak 50-100 gr/kelompok, dan lakukan pemeriksaan secara kering.
Pemeriksaan biji dilakukan terhadap hal hal sebagai berikut : (1) bernas tidaknya biji padi, (2) warna biji, (3) biji bercak, (4) ada tidaknya kotoran, (5) jamur dipermukaan biji, (6) sklerotia, dsb. Hitunglah berapa jumlahnya dan persentasinya dari masing-masing parameternya tersebut, dan buatlah dokumentasinya
DAFTAR PUSTAKA
Ishaq, Iskandar. 2009. Petunjuk Teknis Penangkaran Benih Padi. Jakarta: Balai Pengkajian Teknologi Pertanian.
Kuswanto, Hendarto. 1997. Analisis Benih. Yogyakarta: Andi Offset
Purwono dan Heni Purnamawati. 2010. Budidaya 8 Jenis Tanaman Pangan Unggul. Jakarta: Penebar Swadaya.
Sa'adah, I. R., Supriyanta dan Subejo. 2013. Keragaman Warna Gabah dan Warna Berasa Varietas Lokal Padi Beras Hitam (Oryza sativa L.) yang Dibudidayakan oleh Petani Kabupaten Sleman, Bantul, dan Magelang. Vegetalika, 2(3): 13-20.
Silitonga dan Tiur Sudiaty 2003. Panduan Sistem Karakterisasi dan Evaluasi Tanaman Padi. Bogor : Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Komisi Nasional Plasma Nutfah.
Sutariati, G. A. K., Zul'aiza, S. Darsan, LD. M. Ali Kasra., S. Wangadi dan La Mudi. 2014. Invigorasi Benih Padi Gogo Lokal untuk Meningkatkan Vigor dan Mengatasi Permasalahan Dormansi Fisiologis Pascapanen. Agroteknos, 4(1): 10-17.
Ukrita, Indria., F. Musharyadi dan Silfia. 2011. Analisa Prilaku Petani dalam Penerapan Penanaman Padi Metode SRI (System of Rice Intensification). Penelitian Lumbung, 10(2): 119-127.
BAB 3. HASIL PRAKTIKUM
Tabel 1. Pelaksanaan Praktikum dan Pengamatan Metode Pengujian Kesehatan Biji (Benih)
PEKERJAAN PENGUJIAN KESEHATAN BIJI (BENIH)
Parameter
Uraian
Persentase
Dokumentasi
Bernas Tidaknya Biji padi
Dari 100 benih padi yang diamati, ditemukan biji bernas sebanyak 80 benih sedangkan biji tidak bernas sebanyak 20 benih.
Biji Bernas:
80/100 x 100% = 80%
Biji Tidak Bernas
20/100 x 100% = 20 %
Warna Biji
Dari 100 benih padi yang diamati, terdapat dua macam warna pada benih padi antara lain warna hitam kecoklatan sebanyak 22 benih dan warna kuning keemasan sebanyak 78 benih.
Hitam Kecoklatan:
22/100 x 100% = 22%
Kuning Keemasan:
78/100 x 100% = 78%
Biji Bercak
Dari 100 benih padi yang diamati, terdapat 20 benih padi yang memiliki bercak
Biji Bercak:
20/100 x 100% = 20%
Ada Tidaknya Kotoran
Dari 100 benih padi yang diamati, terdapat 2 benih padi yang memiliki kotoran.
Kotoran pada Benih:
2/100 x 100% = 2%
Jamur Dipermukan Biji
Dari 100 benih padi yang diamati, terdapat 1 benih padi yang memiliki jamur di permukaan biji
Jamur pada Permukaan Biji:
1/100 x 100% = 1%
Sklerotia
Dari 100 benih padi yang diamati, tidak ada benih padi yang memiliki sklerotia.
Sklerotia:
0/100 x 100% = 0%
BAB 4. PEMBAHASAN
Pelaksanaan praktikum metode pengujian kesehatan biji (benih) padi menggunakan 100 benih padi untuk diamati. Parameter pengamatan pada praktikum ini meliputi bernas tidaknya biji padi, warna biji, biji bercak, ada tidaknya kotoran, jamur di permukaan biji dan sklerotia. Berdasarkan hasil praktikum metode pengujian kesehatan biji (benih) padi, ditemukan bahwa biji (benih) padi sebagian besar sehat tetapi ada beberapa benih padi yang tidak sehat. Penyebab tidak sehatnya benih padi yaitu ditemukannya bercak, jamur di permukaan benih serta adaya kotoran pada benih padi yang diamati.
Berdasarkan hasil praktikum terhadap 100 benih padi yang diamati terdapat 80 benih padi bernas atau 80% dan 20 benih padi tidak bernas atau 20%. Terdapat dua macam warna pada 100 benih padi yang diamati yaitu warna kuning keemasan dan hitam kecoklatan. Jumlah benih padi yang berwarna kuning keemasan sebanyak 78 benih padi atau 78% dan benih padi yang berwarna hitam kecoklatan sebanyak 22 benih padi atau 22%. Pada 100 benih padi yang diamati ditemukan 20 benih padi yang memiliki bercak atau 20% serta ditemukan pula 2 benih padi yang memiliki kotoran atau 2%. Pada parameter jamur di permukaan biji, ditemukan 1 benih yang memiliki jamur di permukaan atau 1%. Sedangkan untuk parameter sklerotia, tidak ditemukan benih padi yang memiliki sklerotia atau 0%.
Pengujian kesehatan benih dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu:
1.Pemeriksaan biji kering (Dry Seed Eximination)
Pengujian dengan metode ini bertujuan untuk memeriksa biji apakah tercampur dengan kotoran kotoran, seperti sisa tanamn, sklerotia, insekta dan sebagainya. Selain itu dilakukan pengamatan terhadap gejala-gejala penyakitnya yang menempel atau tumbuh dipermukaan biji. Pemeriksaan dilakukan dengan menggunakan stereomikroskopik perbesaran 50 sampai 60 kali disertai cahaya yang baik atau dapat mengguanakan kaca pembesar.
2. Pencucian Biji
Melalui cara ini dapat diketahui kontaminasi yang berada di permukaan biji atau spora yang dihasilkan oleh jamur yang telah menginfeksi biji.
3. Cara inkubasi
a. Pengujian dengan metode kertas
b. Pengujian dengan metode agar
c. Pengujian dengan batu bata, tanah, pasir dsb.
d. Metode Growing on Test.
Pengujian kesehatan benih perlu dilakukan untuk menghindari pemakaian benih tidak sehat dalam kegiatan budidaya suatu tanaman. Penggunaan benih tidak sehat akan berpengaruh terhadap produktivitas tanaman yang dibudidayakan. Hal ini tentunya akan menimbulkan dampak buruk bagi petani karena petani akan mengalami kerugian. Selain itu, pengujian kesehatan benih perlu dilakukan untuk mengevaluasi kesehatan benih sebelum disebar di area tanam, mengetahui efek fungisida terhadap perlakuan benih, serta mengevaluasi usaha-usaha pengendalian penyakit untuk mencegah penyebaran penyakit yang ditularkan biji.
Biji tidak sehat disebabkan oleh infeksi patogen diantaranya adalah jamur bakteri dan virus. Patogen yang paling dominan sebagai penyebab tidak sehatnya biji (benih) adalah jamur dan bakteri. Contoh jamur yang menyebabkan kerusakan pada benih antara lain Fusarium sp, Piricularia oryzae, Aspergillus sp, Penicilium sp. Gejala yang timbul akibat benih terserang jamur yaitu jamur menempel pada permukaan benih sebagai kontaminan ang kemudian hidup sebagai saprofit dan menjadi sumber infeksi lokal. Jamur yang menempel pada permukaan benih ini menyebabkan warna benih menjadi putih pucat dan mengkerut. Bakteri penyebab kerusakan pada benih antara lain Corynobacterium, Xanthomonas, dan Pseudomonas. Gejala benih yang terserang bakteri yaitu warna permukaan benih menjadi hitam kecoklatan serta ditemukan adanya bercak pada permukaan benih.
Biji bernas sangat dibutuhkan bagi petani karena biji bernas memiliki kualitas dan kesehatan yang baik. Penggunaan biji bernas dalam kegiatan budidaya tanaman akan meningkatkan produktivitas dari tanaman yang dibudidayakan. Berdasarkan praktikum mengenai metode pengujian kesehatan biji (benih), cara menentukan biji bernas atau tidak salah satunya dengan merendam biji di dalam timba yang sudah diisi dengan air. Biji bernas akan tenggelam di dasar timba sedangkan biji tidak bernas akan terapung di permukaan air.
BAB 5. KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum metode pengujian kesehatan benih (biji) maka dapat disimpulkan:
1. Tujuan uji kesehatan benih antara lain untuk mengevalusi kesehatan benih sebelum disebarkan ke area tanam, mengevaluasi efek dari fungisida untuk keperluan perlakuan benih, mengevaluasi usaha-usaha pengendalian penyakit di lapangan dalam rangka penyakit yang ditularkan ke biji.
2. Macam-macam uji kesehatan benih yaitu dengan metode pemeriksaan biji kering (Dry seed examination), pencucian biji dan cara inkubasi meliputi pengujian dengan metode kertas, pengujian dengan metode agar, pengujian dengan batu bata, tanah, pasir dan metode growing on test.
3. Pada praktikum metode pengujian kesehatan benih di Agroteknopark Jubung dari 100 benih padi yang diamati terdapat benih yang sehat dan benih yang tidak sehat. Persentase benih sehat lebih banyak jika dibandingkan dengan benih yang tidak sehat.
4. Penyebab kerusakan benih antara lain adalah jamur, bakteri dan virus.
5.2 Saran
Saran untuk pelaksanaan praktikum selanjutnya yaitu terkait modul atau materi acara praktikum sebaiknya seluruh acara praktikum dibendel menjadi satu buku kemudian dibagikan kepada praktikan. Hal tersebut tentunya akan memudahkan praktikan dalam mempersiapkan materi yang akan dipelajari sebelum pre test atau post test.