Laporan Praktikum Agrostologi UJI BENIH DAN DAYA KECAMBAH Disusun oleh: Indra Wijaya 200110160176 Kelas F
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN 2017
I.
Tujuan
1.1.Agar praktikan dapat menguji benih Indigospera sp. 1.2.Agar praktikan dapat menghitung daya kecambah suatu benih.
II. Hasil Pengamatan dan Pembahasan
II.1. Hasil Pengamatan 1. Konversi Benih 1.1.Bahan: ο· Pod Indigospera sp. 1.2.menimbang pod Indigospera sp. 20 gram dan memisahkan antara biji dan kulit. ο· Massa benih
: 5,93 gram
ο· Massa ranting dan kulit
: 13,32 gram
1.3.Hitung jumlah biji Indigospera sp.dalam berat pod sebanyak 20 gram. ο· Total benih (biji) Indigospera sp.dalam 20 gram benih adalah 900 biji. 2.
Konversi dalam kilogram 1000
1 kg pod Indigospera sp.=
20
π₯ 900 = 45000 ππππ
Dalam 1 kg pod Indigospera sp. Terdapat 45000 biji benih Indigospera sp. 3. Pemurnian Benih Massa benih Indigospera sp : 5,93 gram Massa ranting dan kulit
: 13,32 gram
ππππ’πππππ ππππβ =
πππππ‘ ππππβ π¦πππ π‘πππβ πππππ πβπππ πππ ππππ‘πππ πππ ππ’ππ‘ π₯ 100% π‘ππ‘ππ πππππ‘ πππ πππ’ππ’βππ
Kemurnian benih Indigospera sp. 30,80% 4. Daya Kecambah ( Germination Rate ) Hitung daya kecambah dengan rumus:
=
5,93 ππππ 19,25 ππππ
π₯ 100% =
Daya Kecambah = Jumlah biji yang tumbuh X 100% Jumlah biji yang ditanam Diketahui bahwa biji yang ditanam telah ditanam dengan perlakuan yang berbeda (direndam dengan air biasa, air bersuhu 40Β°C, air bersuhu 60Β°C, air bersuhu 80Β°C) tumbuh dan berkecambah sebanyak : 1 biji; 0 biji; 6 biji; dan 2 biji.
4.1.Daya kecambah biji Indigospera sp. yang telah di rendam semalam dengan air biasa π·ππ¦π πππππππβ =
1 π₯100% = 10% 10
4.2. Daya kecambah biji Indigospera sp. yang telah di rendam semalam dengan air bersuhu 40Β°C π·ππ¦π πππππππβ =
0 π₯100% = 0% 10
4.3.Daya kecambah biji Indigospera sp. yang telah di rendam semalam dengan air bersuhu 60Β°C π·ππ¦π πππππππβ =
6 π₯100% = 60% 10
4.4.Daya kecambah biji Indigospera sp. yang telah di rendam semalam dengan air bersuhu 80Β°C π·ππ¦π πππππππβ =
2 π₯100% = 20% 10
II.2. Tinjauan Pustaka
Perkecambahan (germination) adalah tahap awal perkembangan suatu tumbuhan, khususnya tumbuhan berbiji. Dalam tahap ini, embrio di dalam biji yang semula berada pada kondisi dorman mengalami sejumlah perubahan fisiologis yang menyebabkan ia berkembang menjadi tumbuhan muda. Tumbuhan muda ini dikenal sebagai kecambah. 2.2.1. Faktor yang mempengaruhi perkecambahan benih: 2.2.1.1.Faktor dalam: 1. Tingkat kemasakan benih Benih
yang
dipanen
sebelum
tingkat
kemasakan
fisiologisnya tercapai tidak mempunyai vaiabilitas tinggi. Bahkan pada beberapa jenis tanaman, benih yang demikian tidak akan dapat berkecambah. Diduga pada tingkatan tersebut benih belum memiliki cadangan makanan yang cukup dan juga pembentukan embrio sebelum sempurna. Cadangan makanan yang terdapat pada endosperm yang belum masak masih belum cukup
tersedia bagi pertumbuhan embrio selengkap yang
tersedia pada endosperm masak. Dan tampaknya terjadi pengubahan-pangubahan baik pada embrio dan endosperm selama proses pemasakan biji berlangsung, yang akan memungkinkan embrio berkecambah lebih cepat. 2. Ukuran benih Di dalam jaringan penyimpanannya benih memiliki karbohidrat, protein, lemak dan mineral. Di mana bahan-bahan ini di perlukan sebagai bahan baku dan enersi bagi embrio pada saat perkecambahan. Diduga bahwa benih yang berukuran besar dan berat mengandung cadangan makanan lebih banyak dibandingkan dengan benih yang kecil,mungkin pula embrionya lebih besar. Worker dan Ruckman (1968)
mengemukakan bahwa ukuran benih menunjukkan korelasi positif terhadap kandungan protein pada benih sorghum (sorghum vulgare), makin besar atau berat ukuran benih maka kandungan proteinnya makin meningkat pula. Dikatakan pula bahwa benih berpengaruh terhadap kecepatan pertumbuhan dan produksi, karena berat benih menentukan besarnya kecambah pada saat permulaan dan berat tanaman pada saat dipanen. 3. Dormansi Suatu benih dikatakan dorman apabila benih itu sebenarnya viable (hidup) tetapi tidak mau berkecambah walaupun diletakan pada keadaan lingkungan yang memenuhi syarat bagi perkecambahannya. Periode dormasi ini dapat berlangsung musiman atau dapat juga selama beberapa tahun, tergantung pada jenis benih dan tipe dormansinya. Dormansi dapat disebabkan oleh berbagai faktor antara lain: impermeabilitas kulit biji baik terhadap air atau gas atau ataupun karena resistensi kulit biji terhadap pengaruh mekanis, embrioyang rudimeter, βafter ripeningβ , dormansi sekunder dan bahan-bahan penghambat perkecambahan. Tetapi dengan perlakuan khusus maka benih yang dorman dapat dirangsang untuk berkecambah. Misal : perlakuan stratifikasi, direndam dalam larutan asam sulfat dan lain-lain. 2.2.1.2.Faktor Luar 1.
Air Air
merupakan
salah
satu
syarat
penting
bagi
berlangsungnya proses perkecambahan benih. Dua faktor penting yang mempengaruhi penyerapan air adalah : Sifat dari benih itu sendiri terutama kulit pelindungnya, dan jumlah air yang tersedia pada medium disekitarnya. Banyaknya air yang
diperlukan bervariasi tergantung kepada jenis benih. Tetapi umumnya
tidak
melampaui
dua
atau
tiga
kali
dari
beratkeringnya. Tingkat pengambilan air juga dipengarui oleh temperatur.
Temperatur
yang
tinggi
menyebabkan
meningkatnya kebutuhan akan air. 2. Temperatur Temperatur merupakan syarat penting yang kedua bagi perkecambahan. Temperatur optimum merupakan temperatur yang paling menguntungkan bagi perkecambahan benih, biasanya pada 80β95Β°F (26,5β35Β°C). Lebih rendah dari temperatur optimum, misalnya temperatur yang berada diantara 32 - 41Β°F (0 β 5Β°C), benih akan gagal berkecambah (chilling) yang ditandai dengan terbentuknya kecambah abnormal. 3. Oksigen Proses respirasi akan berlangsung selama benih masih hidup. Pada saat perkecambahan berlangsung, proses respirasi akan meningkat yang disertai dengan peningkatan pengambilan oksigen dan pelepasan karbondioksida, air,dan energi panas. Terbatasnya oksigen yang dipakai akan mengakibatkan terhambatnya proses perkecambahan benih. 4. Cahaya Kebutuhan benih terhadap cahaya untuk perkecambahan tergantung kepada jenis tanamannya. Hubungan antara pengaruh cahaya dan perkecambahan benih dikontrol oleh suatu pigmen yang disebut βphytochromeβ yang tersusun dari chromophore (bagian yang peka terhadap cahaya) dan protein. Pada keadaan tanpa cahaya, dengan adanya oksigen dan temperatur rendah, pengubahan itu berlangsung lambat. Pada keadaan di alam, cahaya merah mendominasi cahaya
inframerah sehingga pigmen phytochrome diubah ke bentuk phytochrome
inframerah
yang
aktif.
Benih
yang
dikecambahkan pada keadaan yang sangat kurang cahaya dapat menghasilkan kecambah yang mengalami etiolasi, yaitu pemanjangan
yang
tidak
normal
pada
hipokotil
dan
epikotilnya, dan ditandai dengan warna kecambah yang pucat. 5. Medium Medium yang baik untuk perkecambahan adalah memiliki sifat
fisik
yang
baik,
gembur,
memiliki
kemampuan
menyimpan air, dan bebas dari organisme penyebab penyakit. Tanah dengan tekstur lempung berpasir dan dilengkapi dengan bahan β bahan organik merupakan medium yang baik bagi kecambah yang ditransplantasikan ke lapangan. Kondisi fisik tanah sangat bagi pertumbuhan kecambah menjadi tanaman dewasa. Benih akan terhambat perkecambahannya pada tanah yang padat, karena benih akan berusaha untuk dapat menembus ke permukaan tanah. 6. Tingkat Kemasakan Benih Benih yang dipanen sebelum mencapai tingkat kemasakan fisiologis tidak mempunyai viabilitas tinggi. Pada beberapa jenis tanaman, benih yang demikian tidak akan berkecambah. Hal ini diduga benih belum mempunyai cadangan makanan yang cukup dan pembentukan embrio belum sempurna. 2.2.2. Penghambat perkecambahan Banyak zat-zat yang diketahui dapat menghambat perkecambahan benih, yang dikenal antara lain: a. Bahan-bahan yang mengganggu lintasan metabolisme, umumnya menghambat respirasi seperti : sianida, dinitrofenol, azide, fluorida, hydroxilamine. b. Herbisida
c. Coumarin d. Hormon auxin yang tidak tersekresi. e. Bahan-bahan yang terkandung dalam buah,misal: cairan yang melapisi biji tomat dan mentimun. f. Larutan dengan tingkat osmotik yang tinggi. 2.2.3. Jenis Perkecambahan Terdapat dua jenis perkecambahan yaitu: 1. Perkecambahan Epigeal Perkecambahan epigeal akan membawa kotiledon keluar dari permukaan tanah. Contoh tumbuhan yang melakukan perkecambahan jenis ini ialah kacang tanah, bunga matahari, kacang panjang dan kacang parang. 2. Perkecambahan Hipogeal Perkecambahan hipogeal akan mengekalkan kotiledon di dalam tanah. Contoh tumbuhan yang melakukan perkecambahan jenis ini ialah getah, padi, jagung dan kelapa.
2.2.4. Tahap-tahap perkecambahan Kalangan fisiologi tumbuhan biasanya menyepakati ada empat tahap dalam perkecambahan: 1. Imbibisi Imbibisi, yang berarti "minum", merupakan tahap pertama dalam perkecambahan. Biji menyerap air dari lingkungan sekelilingnya, baik dari tanah maupun udara (dalam bentuk embun atau uap air. Efek yang terjadi adalah membesarnya ukuran biji karena sel biji membesar dan biji melunak. Kehadiran air di dalam sel mengaktifkan sejumlah enzim perkecambahan awal. Fitohormon asam absisat menurun kadarnya, sementara giberelin meningkat. 2. Pecahnya kulit biji Perubahan pengendalian ini merangsang pembelahan sel di bagian yang aktif melakukan mitosis, seperti di bagian ujung radikula. Akibatnya
ukuran radikula makin besar dan kulit atau cangkang biji terdesak dari dalam, yang pada akhirnya pecah. 3. Pertumbuhan radikula 4. Pertumbuhan hipokotil
2.2.5. Menguji Daya Kecambah Daya kecambah merupakan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam keadaan biofisik lapangan yang serba optimum. Bisa juga dikatakan bahwa daya kecambah (germination rate) adalah daya dari biji untuk tumbuh menjadi kecambah dinyatakan dengan satuan %. Daya kecambah yang bagus adalah daya kecambah yang tinggi. Parameter yang biasa digunakan dalam menguji perkecambahan benih berupa persentase kecambah normal berdasarkan penilaian terhadap struktur tumbuh embrio diamati secara langsung atau secara tidak langsung dengan melihat gejala metabolisme benih yang berkaitan dengan kehidupan benih. Persentase perkecambahan benih adalah persentase kecambah normal yang dapat dihasilkan oleh benih murni pada kondisi yang menguntungkan dalam jangka waktu yang sudah ditentukan. Daya Kecambah akan mempengaruhi kekuatan tumbuh benih (Vigor) yang memberi informasi akan kemungkinan kemampuan benih untuk tumbuh menjadi tanaman normal dan berproduksi wajar meskipun keadaan biofisik lapangan suboptimum.Vigor benih pulalah yang mencerminkan vigor kecambah, vigor bibit, dan vigor tanaman. Biasanya tanaman yang memiliki vigor benih yang tingi memiliki tingkat produksi yang tinggi. Penilaian kecambah pada uji kekuatan tumbuh benih digolongkan menjadi : a. Vigor
: Untuk kecambah yang tumbuh kuat
b. Less Vigor : Untuk kecambah yang tumbuh kurang kuat c. Non-Vigor : Untuk kecambah yang tumbuh lemah d. Death
: Untuk benih yang tidak tumbuh
2.3. Pembahasan Daya Kecambah merupakan kemampuan benih tumbuh normal menjadi tanaman yang berproduksi wajar dalam keadaan biofisik lapangan yang serba optimum. Dalam praktikum yang kami lakukan, hasil yang didapatkan adalah daya kecambah Indigospera sp. dengan perlakuan yang berbeda (direndam air normal, air bersuhu 40Β°C, air bersuhu 60Β°C, dan air bersuhu 80Β°C) adalah : 10%; 0%; 60%; dan 20%. Daya kecambah Indigospera sp. yang praktikan tanam tidak sesuai dengan harapan praktikan, hal ini dikarenakan kemungkinan timbul berbagai inhibitor dalam
proses
perkecambahan
yang
menghambat
tumbuhnya
kecambah
Indigospera sp., selain penghambat yang telah dibahas di atas, praktikan juga menganilisa bahwa pada biji Indigospera sp. yang praktikan tanam kemungkinan : biji belum masak seutuhnya; biji yang berukuran kecil (abnormal); biji mengkerut; biji tidak masak; biji yang telah berkecambah sebelum diuji; biji yang telah pecah; biji yang terserang penyakit. Walaupun metode persemaian yang digunakan adalah dengan metode perendaman dengan air (menurut litelatur metode penyemaian denagn perendaman air lebih baik dari pada dengan cara amplas (junaidi,2016) ) yang memilki perbedaan suhu, tetapi ketika biji telah ditanam daya kecambah tetap tidak maksimal. Biji yang direndam dengan air hangat yang bersuhu 60Β°C memilki daya kecambah yang lebih tinggi dibandingkan dengan biji yang direndam dengan suhu 40Β°C dan 80Β°C, kemungkinan suhu air untuk imbibisi yang baik berkisar antara 50-60Β°C, dapat di buktikan dengan rata-rata daya kecambah Indigospera sp. yang tumbuh dalam satu kelas lebih banyak apabila direndam dengan air bersuhu 60Β°C. Selain suhu air yang digunakan saat perendaman, kemungkinan yang menjadi penghalang (inhibitor) adalah kondisi lingkungan yang tidak bersih dan steril sehingga mikroorganisme dapat menyerang biji, sehingga biji tidak tumbuh. Atau juga media tanam yang digunakan tidak sesuai dengan kondisi biji dalam nilai nutrisi dan kandungan airnya, sehingga daya kecambah Indigospera sp. yang praktikan tanam tidak maksimal.
Daftar Pustaka
Boediman, soepodo. 1992. Petunjuk
Budidaya
Tanaman Pakan Hijauan.
Direktorat Jenderal Peternakan. Jakarta. Junaidi, M. 2016. Menanam Pokcay Dipekarangan Rumah. Gramedia. Jakarta Sutarmi T, Siti. 1985. Botani Umum II. Angkasa : Bandung