TOXOPLASMOSIS OKULAR VRENDA ALIA 030.07.268
KEPANITERAAN KLINIK KLINI K ILMU PENYAKIT MATA MATA RUMAH SAKIT OTORITA BATAM PERIODE 12 SEPTEMBER 2011-15 OKTOBER 2011 FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TRISAKTI
ANATOMI MATA
LAPISAN LAPISAN RETINA
TOXOPLASMA GONDII
Pendahuluan
Toxoplasmosis adalah penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan yang dapat ditularkan ke manusia Disebabkan oleh sporozoa yang dikenal dengan nama Toxoplasma gondii .
Pertama kali ditemukan oleh Nicole dan Manceaux tahun 1908 pada limfa dan hati hewan pengerat Ctenodactylus gundi di Tunisia Afrika dan pada seekor kelinci di Brazil . Janku pada tahun 1923 menemukan protozoa tersebut pada penderita korioretinitis
Epidemiologi
Klasifikasi
Toxoplasma gondii dalam klasifikasi termasuk kelas Sporozoasida, karena berkembang biak secara seksual dan aseksual yang terjadi secara bergantian. Klasifikasi parasit sebagai berikut :
Dunia
: Animalia
Sub Dunia
: Protozoa
Filum
: Apicomplexa
Kelas
: Sporozoasida
Sub Kelas
: coccidiasina
Bangsa
: Eucoccidiorida
Sub Bangsa
: Eimeriorina
Suku
: Sarcocystidae
Marga
: Toxoplasma
Jenis
: Toxoplasma gondii.
Morfologi Toxoplasma gondii merupakan protozoa obligat intraseluler
Usus
halus kucing
Infeksi menahun
Sporozoid
bradizoit
tembus sel epitel kista Trofozoid
aseksual
Intinya membelah
Takizoid (tropozoid)
tertelan
Skizon-skizon
ookista Skizon matang mikrogametosit
Mikrogamet
pecah merozoid
pembuahan makrogametosit
seksual
makrogamet
Sumber Infeksi Makan daging mentah / kurang masak
Infeksi kongenital
Kecelakaan
laboratorium
Buah dan sayuran terkontaminasi
Transplantasi organ tubuh
TOXOPLASMOSIS OKULAR
30-50 % penyebab uveitis posterior
Toxoplasmosis kongenital
Toxoplasmosis didapat
Toxoplasmosis Kongenital
Terjadi ketika seorang wanita terinfeksi Toxoplasma gondii sewaktu hamil. Infeksi selama trimester pertama, 17% dari bayi akan mendapat toxoplasmosis bawaan, tingkat keparahan penyakit lebih besar Jika infeksi yang diperoleh selama trimester ketiga, 65% dari bayi akan menderita toksoplasmosis kongenital, namun banyak yang asimtomatik Temuan yang paling umum dalam toksoplasmosis bawaan adalah retinokoroiditis yang memiliki kecenderungan untuk mengenai kutub posterior (75-80% kasus ) dan bilateral di 85% kasus.
Toxoplasmosis Kongenital (2)
Macular scar secondary to congenital toxoplasmosis
Inactive
chorior etinal scar secondary to toxoplasmosis
Toxoplasmosis Didapat
Infeksi yang didapat, biasanya subklinik dan asimtomatik. Pada 10-20% kasus yang mempunyai gejala, pasien mempunyai gejala penyakit seperti flu yang ditandai dengan malaise demam, limfadenopati, mialgia, hepatosplenomegali dan ruam kulit makulopapular. Toxoplasmosis okular didapat cenderung unilateral Toxoplasmosis didapat biasa dianggap sebagai aktivasi dari bentuk kongenital. Pada keadaan ini kista pecah sehingga timbul retinitis yang aktif.
Toxoplasmosis Didapat (2)
Acute macular r etinitis
associated with primary acquir ed toxopla smosis
Papillitis secondary to toxoplasmosis
Gejala Klinis
Subjektif
Objektif
Penurunan tajam penglihatan
Mata tenang
Tidak Nyeri
Oftalmoskop
Floaters
- Retinitis, retinokoroiditis
Fotopsia
- Papilitis, edema papil - Kelainan viterus - Uveitis Anterior, iridosiklitis, skleritis
Pemeriksaan Laboratorium
Uji
Disertai dengan tanda-tanda klinis yang sesuai
serologi Toxoplasma Gondii yang positif
Peningkatan titer antibodi biasanya tidak terdeteksi selama reaktivasi, tetapi meningginya titer IgM merupakan bukti kuat infeksi yang didapat baru-baru ini.
Diagnosis Toxoplasmosis Okular s i s e n m a n A
l a t i n e g n o
K
Kabur
Tidak nyeri Floaters Fotopsia
s i g o l o m a t f o n a a s k i r e m e P
Mata tenang Oftalmoskop - Retinitis, retinokoroiditis - Papilitis, edema papil - Kelainan viterus - Uveitis Anterior, iridosiklitis, skleritis
- harus dicurigai jika bayi lahir dengan hidrosefalus
m u i r o t a r o b a L
Uji
serologi
Toxoplasma Gondii yang
positif
Diagnosis
Polymerase chain reaction (PCR) dari spesimen aquos dan vitreous adalah spesimen dengan sensitivitas dan spesifisitas yang tinggi Inframerah dan autofluorescence dapat meningkatkan kemampuan untuk menentukan tingkat retinochoroiditis. Pencitraan autofluorescence pada bekas luka retinochoroidal toksoplasma menunjukkan daerah yang gelap (hipo-autofluorescence) karena kurangnya epitel pigmen retina fungsional. Lesi aktif juga dapat menunjukkan hipo-autofluorescence karena adanya edema retina diatasnya. Pencitraan autofluorescence dapat digunakan untuk memantau efek terapi medis, karena lebih baik menunjukkan resolusi edema retina aktif.
Diagnosis Banding
Serpiginous Choroiditis Retinitis nekrosis akibat CMV, herpes simplex virus, virus herpes zoster, retinitis jamur, retinitis septik, toxocariasis, okular sarkoidosis, sifilis dan TB.
Penatalaksanaan
Lesi kecil di retina perifer yang tidak jelas disertai vitritis dapat dibiarkan tanpa pengobatan. Sebaliknya infeksi berat atau di daerah posterior biasanya diobati selama 4-6 minggu dengan :
1. Pyrimethamine 25-50 mg/oral/hari
2. Trisulfapyrimidine 0,5-1 g/oral/6 jam
Selain itu pasien umumnya diberikan 3 mg kalsium leucovorin 2 kali seminggu untuk mencegah depresi sumsum tulang. Pemeriksaan hitung darah lengkap harus dilakukan setiap minggu selama terapi dilakukan. Alternatif lain
: clindamycin, 300 mg empat kali sehari, : ditambah trisulfapyrimidine 0,5-1 g empat kali sehari
Antibiotik lain : spiramycin dan minocycline .
Komplikasi
Komplikasi
yang mungkin terjadi pada pasien dengan Toxoplasmosis okular adalah :
1. Neovaskularisasi
2. Oklusi cabang vena retina
3. Katarak
4. Glaukoma
5. Sinekia posterior
6. Kerusakan N.Opticus
Pencegahan
1. Diusahakan mematikan ookista dengan bahan kimia seperti formalin, amonia dan iodin dalam bentuk larutan serta air panas 70ÝC yang disiramkan pada tinja kucing. 2. Mencuci tangan yang bersih dengan sabun sebelum makan . 3. Mencuci sayur mayur yang dimakan sebagai lalapan harus dicuci bersih, karena ada kemungkinan ookista melekat pada sayuran 4. Makanan yang matang harus di tutup rapat supaya tidak dihinggapi lalat atau kecoa yang dapat memindahkan ookista dari tinja kucing ke makanan. 5. Kista jaringan dalam hospes perantara (kambing, sapi, babi dan ayam) sebagai sumber infeksi dapat dimusnahkan dengan memasaknya sampai 66ÝC atau mengasap dan sampai matang sebelum dimakan . 6. Yang paling penting dicegah adalah terjadinya toxsoplasmosis kongenital, karena anak yang lahir cacat dengan retardasi mental dan gangguan motorik, merupakan beban masyarakat. Pencegahan dengan tindakan abortus artefisial yang dilakukan selambatnya sampai kehamilan 21-24 minggu, mengurangi kejadian toxsoplasmosis kongenital kurang dari 50 %, karena lebih dari 50 % toxsoplasmosis kongenital diakibatkan infeksi primer pada trimester terakhir kehamilan.
Prognosis
Dalam suatu penelitian menyebutkan bahwa, 40% pasien akan memiliki ketajaman visual atau nilai visus 20/100 atau lebih buruk, dan 16% pasien memiliki ketajaman visual antara 20/40 dan 20/80. Retinitis yang disebabkan toxoplasma sering aktif kembali, dan tingkat kekambuhan 80% dalam waktu 5 tahun. Pasien dengan penyakit berulang lebih cenderung memiliki cacat visual yang permanen
Kesimpulan
Toxoplasmosis merupakan penyakit zoonosis yaitu penyakit pada hewan yang dapat ditularkan ke manusia. Toxsoplasmosis Okular adalah suatu infeksi parasit sistemik disebabkan oleh Toxoplasma gondii yang sering menyebabkan uveitis posterior. Bagian mata yang bisa terkena yaitu sklera, traktus uvealis ( iris, corpus ciliare, dan koroid ) retina, dan vitreus humour. 1,2,3,8 Pada mata, Toxoplasma gondii dapat menyebabkan retinokoroiditis. Pasien dapat mengeluhkan floaters dan penglihatan kabur. Pada kasus-kasus yang berat, dapat pula disertai nyeri dan fotofobia. Lesi okularnya terdiri atas sejumlah daerah putih-halus retinokoroiditis nekrotik fokal yang bisa kecil atau besar, tunggal atau multiple. Lesi edema yang aktif yang sering didapatkan bersebelahan dengan parut retina yang telah sembuh. Pada retina dapat terjadi vaskulitis dan perdarahan. Edema makula kistoid bisa menyertai lesi pada makula atau didekatnya. Iridosiklitis sering terlihat pada pasien dengan infeksi berat. Lesi kecil di retina perifer yang tidak jelas disertai vitritis dapat dibiarkan tanpa pengobatan. Sebaliknya infeksi berat atau di daerah posterior biasanya diobati selama 4-6 minggu dengan, Pyrimethamine 25-50 mg/oral/hari dan Trisulfapyrimidine 0,5-1 g/oral/6 jam.1
Daftar Pustaka
1. Vaughan DG, Asbury T, Riordan Eva P. Traktus Uvealis dan Sklera. Dalam : Oftalmologi Umum. Edisi 17. Jakarta : Widya Medika; 2008. p 158.
2. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam jilid III, Edisi IV. Jilid III. Jakarta : Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam FKUI, 2006. Hal 1758-1763.
3. Toksoplamosis. Available at : http://medlinux.blogspot.com/2009/02/retinitis.html .Accesed on September 18, 2011
4. Lihteh Wu, MD. Ophthalmologic Manifestations of Toxoplasmosis. Medscape Reference. Available at : http://emedicine.medscape.com/article/1204441 Accesed on September 18, 2011 5. Anatomi dan Fisiologi mata. Available at :http://www.scribd.com/doc/32102110/Anatomi-Dan-Fisiologi-Mata . Accesed on September 18, 2011 6. Anatomy of Retina. Available at : http://webvision.med.utah.edu/book/part-i-foundations/simple-anatomy-of-the-retina/ Accesed on September 22, 2011 7. Lihteh Wu, MD. Ophthalmologic Manifestations of Toxoplasmosis. Medscape Reference. Available at : http://emedicine.medscape.com/article/1204441 Accesed on September 18, 2011 8. Masoud Soheilian, MD, Alireza Ramezani, MD. How to Diagnose & Treat Ocular Toxoplasmosis. Review of Ophtalmology. Available at : http://www.revophth.com Accesed on September 18, 2011 9. Kanski JJ. Clinical Ophtalmology A systemic Approach. Toxoplasma Retinitis. Fifth Edition. Philadelphia : Butterworth Heinemenn; 2003. p 293-6 10. James Bruces, Chew Chris, Bron Anthony. Toksoplasmosis. Dalam : Lecture Noted Oftalmologi. Edisi 19. Jakarta : Penerbit Erlangga. 2003. p 91-2.