TINEA PEDIS PEMBIMBING:
dr. Isma Aprita Lubis, Sp.kk
Winny Melinarisa Melinarisa Putri #211210124 Rina F. Tarigan#211210128 Tarigan#211210128 Muhammad Arief Munandhar #7112 #7112
sinononim : Athlete’s foot, ringworm of the foot, dan kutu air
DEFINISI
TINEA PEDIS ADALAH DERMATOFITOSIS PADA KAKI TERUTAMA PADA SELA-SELA JARI DAN TELAPAK KAKI.
EPIDEMIOLOGI Pada akhir abad ke-19 sehubungan dengan penyebaran Trichophyton rubrum ke Eropa dan Amerika. Dipengaruhi oleh perjalanan orang keliling dunia, pendudukan koloni oleh Inggris dan Perancis pada abad ke-19 dan awal abad ke-20 dan migrasi penduduk selama perang dunia kedua. Diperkirakan 10% dari jumlah penduduk di banyak negara menderita penyakit ini. Frekuensi tinea pedis di Eropa dan Amerika Utara berkisar 15-30% dan pada beberapa masyarakat tertentu lebih tinggi, misalnya buruh tambang (sampai 70%) dan atlit.
FAKTOR PREDISPOSISI
!
ETIOLOGI
Tricophyton rubrum
Trocyphyton mentagrophytes var. interdigitalis
Epidermophyton
BENTUK KLINIS TINEA PEDIS TIPE INTERDIGITALIS
TINEA PEDIS TIPE MOCCASIN
TINEA PEDIS TIPE SUBAKUT
PATOGENESIS
Patogenesis dari tinea pedis dimulai dari dermatofit yang harus menghadapi beberapa kendala saat menginvasi jaringan keratin, seperti: jamur harus tahan terhadap efek sinar ultraviolet, variasi suhu dan kelembaban, persaingan dengan flora normal, asam lemak fungistatik dan sphingosines yang diproduksi oleh keratinosit. Setelah proses adheren, spora harus tumbuh dan menembus stratum korneum dengan kecepatan lebih cepat daripada proses proses deskuamasi. Proses penetrasi ini dilakukan melalui sekresi proteinase, lipase, dan enzim musinolitik, yang juga memberikan nutrisi. Trauma dan maserasi juga membantu terjadinya penetrasi. Mekanisme pertahanan baru muncul setelah lapisan epidermis yang lebih dalam telah dicapai, termasuk kompetisi dengan zat besi oleh transferin tidak tersaturasi dan juga penghambatan pertumbuhan
Di tingkat ini, derajat peradangan sangat tergantung pada aktivasi sistem kekebalan tubuh. Keadaan basah dan hangat dalam sepatu memainkan peran penting dalam pertumbuhan jamur. Selain itu hiperhidrosis, akrosianosis dan maserasi sela jari merupakan faktor predisposisi timbulnya infeksi jamur pada kulit.
PEMERIKSAAN PENUNJANG KEROKAN KULIT
KOH 10% HIFA
ARTROSPORA
KULTUR AGAR DEKTROSA SABOURAUD
PENATALAKSANAAN
UMUM
Menjaga kaki tetap dalam keadaan kering dan bersih, menghindari lingkungan yang lembab, menghindari pemakaian sepatu yang terlalu lama, tidak berjalan dengan kaki telanjang di tempat-tempat umum seperti kolam renang serta menghindari hindari kontak dengan pasien yang sama. TOPIKAL
KHUSUS
Klotrimazole 1 %. Obat dioleskan dua kali sehari dan diberikan sampai waktu 2-4 minggu. atau Ketokonazole 2 % krim . Obat diberikan selama 2-4 minggu.atau Mikonazol krim. bekerja merusak membran sel jamur dengan menghambat biosintesis ergosterol sehingga permeabilitas sel meningkat yang menyebabkan keluarnya zat nutrisi jamur hingga berakibat pada kematian sel jamur SISTEMIK
Itrakonazole. Pemberian obat tersebut untuk penyakit kulit dan selaput lendir oleh penyakit jamur biasanya cukup 2 x 100-200 mg sehari
LAPORAN KASUS Telah datang seorang pasien laki-laki bernama Ricky Wahyudi berumur 30 tahun, suku jawa, agama islam, ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Pirngadi Medan pada tanggal 16 Mei 2016, dengan keluhan utama berupa bercak kemerahan disertai gatal pada sela jari kaki kiri yang dialami sejak ± 5 bulan yang lalu. Awalnya bercak kemerahan dan gatal dijumpai pada sela jari kaki kiri kelima, namun karena gatal pasien menggaruk sehingga menyebar ke sela jari kaki kiri keempat disertai timbulnya sisik. Pasien merupakan pegawai swasta yang selalu memakai sepatu tertutup selama bekerja, dan jarang mengganti kaos kaki. Pasien sudah mengobati keluhannya dengan salep nosib pada sela jari kakinya dan meminum cetirizine ± 7 hari yang lalu yang dibelinya di apotek namun tidak ada perbaikan. Oleh karena itu pasien datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUD Dr. Pirngadi Medan. Riwayat penyakit keluarga tidak dijumpai, riwayat penyakit terdahulu tidak
Pada pemeriksaan fisik dijumpai keadaan umum dan status gizi pasien baik. Pada pemeriksaan dermatologi dijumpai makula eritem disertai skuama dan maserasi di regio interdigitalis digiti IV dan V pedis sinistra. Pada pemeriksaan laboraturium dengan menggunakan larutan KOH 10% dijumpai hifa sejati (+) dan spora (+). Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium, maka diagnosa banding dari kasus ini adalah Tinea Pedis, Kandidiasis Interdigitalis, dan Dermatitis Kontak Iritan. Dimana diagnosis sementara dari kasus ini adalah Tinea Pedis. Penatalaksanaan pada pasien ini terdiri dari penatalaksanaan secara umum dan khusus. Penatalaksanaan secara umum adalah dengan edukasi kepada pasien tentang penyakit tinea pedis, menganjurkan agar pasien menjaga kaki tetap kering, menghindari pemakaian lotion pada kaki, tidak memakai sepatu yang sempit dan jangan memakai sepatu yang lembab serta tata cara penggunaan obat.
Penatalaksanaan secara khusus pada pasien ini adalah dengan menggunakan obat topikal Myconazole nitrat 2% cream 2 kali sehari yang dioleskan setiap sehabis mandi. Untuk terapi sistemik diberikan Cetirizine tablet 10 mg 1 kali sehari yang diminum jika gatal. Prognosis dari pasien ini adalah quo ad vitam: bonam, quo ad functionum: bonam, quo ad sanationumn: bonam.
DOKUMENTASI
DISKUSI
KASUS Setelah dilakukan anamnesa pada pasien ini didapatkan bahwa keluhan utama pasien berupa bercak kemerahan disertai gatal pada sela jari kaki kiri yang dialami sejak ± 5 bulan yang lalu. Awalnya bercak kemerahan dan gatal dijumpai pada sela jari kaki kiri kelima, namun karena gatal pasien menggaruknya sehingga menyebar ke sela jari kaki kiri keempat disertai timbulnya sisik. Pasien sudah mengobati keluhannya dengan salep nosib pada sela jari kakinya dan meminum cetirizine ± 7 hari yang lalu yang dibelinya di apotek namun tidak ada perbaikan. Pasien juga merupakan pegawai swasta yang selalu memakai sepatu tertutup selama bekerja dan
TEORI Faktor predisposisi tinea pedis lebih sering terjadi pada usia dewasa daripada anak remaja terutama pada laki-laki dan jarang pada perempuan dan anak-anak. Tinea pedis banyak terlihat pada orang yang dalam kehidupan sehari-hari dengan bersepatu tertutup disertai perawatan kaki yang buruk dan para pekerja dengan kaki yang selalu atau sering basah.
DISKUSI
KASUS Pada pemeriksaan fisik dijumpai keadaan umum dan status gizi pasien baik. Pada pemeriksaan dermatologi dijumpai makula eritem disertai skuama dan maserasi di regio interdigitalis digiti IV dan V pedis sinistra. Pada pemeriksaan laboraturium dengan menggunakan larutan KOH 10% dijumpai hifa sejati (+) dan spora (+).
TEORI Tinea pedis tersering dilihat adalah bentuk interdigitalis. Di antara jari IV dan V terlihat fisura yang tersering dilingkari sisik halus dan tipis. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari. Kelainan ini dapat meluas ke bawah jari (subdigital) dan juga ke sela jari yang lain. Oleh karena daerah ini lembab, maka sering dilihat maserasi berupa kulit putih dan rapuh. Bila bagian kulit yang mati ini dibersihkan, maka akan terlihat kulit baru, yang pada umumnya juga telah diserang oleh jamur. Pada pemeriksaan mikologi untuk mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis, yang dapat berupa kerokan kulit. Konsentrasi larutan KOH untuk sediaan kulit adalah 10%. Pada sediaan kulit terlihat adalah hifa, sebagai dua garus sejajar, terbagi oleh sekat, dan bercabang, maupun spora berderet (artrospora) pada kelainan kulit lama
DISKUSI
KASUS Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium, maka diagnosa banding dari kasus ini adalah Tinea Pedis, Kandidiasis Interdigitalis, dan Dermatitis Kontak Iritan. Dimana diagnosis sementara dari kasus ini adalah Tinea Pedis.
TEORI Diagnosis banding pada tinea pedis adalah hiperhidrosis, dermatitis kontak, dermatitis dishidrotik, akrodermatitis, kandidiosis, serta sifilis II.
DISKUSI
KASUS Penatalaksanaan pada pasien ini terdiri dari penatalaksanaan secara umum dan khusus. Penatalaksanaan secara umum adalah dengan edukasi kepada pasien tentang penyakit tinea pedis, menganjurkan agar pasien menjaga kaki tetap kering, menghindari pemakaian lotion pada kaki, tidak memakai sepatu yang sempit dan jangan memakai sepatu yang lembab serta tata cara penggunaan obat.
TEORI Pencegahan terhadap reinfeksi tinea pedis yaitu menjaga kaki tetap dalam keadaan kering dan bersih, menghindari lingkungan yang lembab, menghindari pemakaian sepatu yang terlalu lama, tidak berjalan dengan kaki telanjang di tempat-tempat umum seperti kolam renang serta menghindari hindari kontak dengan pasien yang sama. Penularan jamur ini biasanya asimptomatik, sehingga umumnya tidak terlihat. Eradikasi jamur merupakan suatu hal yang sulit dan membutuhkan proses yang panjang. Setelah mandi sebaiknya kaki dicuci dengan benzoil peroksidase.(
DISKUSI
KASUS
TEORI
Penatalaksanaan secara khusus pada pasien
Pengobatan topikal yang dapat diberikan pada tinea ini adalah dengan menggunakan obat topikal pedis, antara lain; Klotrimazole 1 %. Obat dioleskan dua kali Myconazole nitrat 2% cream 2 kali sehari yang sehari dan diberikan sampai waktu 2-4 dioleskan setiap sehabis mandi. Untuk terapi minggu. sistemik diberikan Cetirizine tablet 10 mg 1 kali Ketokonazole 2 % krim merupakan sehari yang diminum jika gatal. Prognosis dari antifungal berspektrum luas golongan
pasien ini adalah quo ad vitam: bonam, quo ad
Imidazol; Obat diberikan selama 2-4 minggu.
functionum: bonam, quo ad sanationumn:
Mikonazol krim, Pengobatan umumnya
bonam.
dalam jangka waktu 2-6 minggu.
Thank You !
PAPARAN SPORA/HIFA JAMUR SINAR UV VARIASI SUHU DAN KELEMBABAN KOMPETISI DGN FLORA NORMAL ASAM LEMAK (FUNGISTATIK) KERATINOSIT (SPHINGOSINE) DESKUAMASI
SEKRESI KERATINASE, PROTEINASE, MUCINOLITIK
ADHESI
GERMINASI DAN PENETRASI STRATUM KORNEUM
KONTAK LANGSUNG LINGKUNGAN PANAS LEMBAB AUTOINFEKSI OBESITAS TRAUMA MASERASI
DECTIN-1, TLR-2 (MAKROFAG,NK-CELL) >>ROS
FAKTOR KEMOTAKSIS TRICHOPHYTIN >> IL-8 ERITEM, VESIKEL, PUSTULA, PRURITUS
KOMPLEMEN
DELAYED TYPE
PROSES
IGE-MEDIATED