MAKALAH TUGAS BESAR PENGANTAR TEKNIK KIMIA “MINI PABRIK PROSES INDUSTRI GULA”
Disusun Oleh : Awalia Wardatullathifah (102316026) Ajie Nursetya P (102316056) Muhammad Rifki Fanany (102316067) M. Andiri Hendrawan (102316069) Rezky Fadli (102316088)
KELAS CE1 PROGRAM STUDI TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNOLOGI INDUSTRI Mata Kuliah : Pengantar Teknik Kimia Dosen : Bpk. Dr. Ir. P. Sumardi, S.U.
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI .................................................................................................. i BAB I PEMBAHASAN ............................................................................... 1 A. Proses Pengolahan Nira ......................................................................... 1 1. Pemerahan Nira ............................................................................. 1 2. Pemurnian Nira ............................................................................. 2 3. Penguapan Nira ............................................................................. 3 4. Proses Kristalisasi dan Proses Pemisahan Kristal Gula ................ 4 5. Pengeringan Kristal Gula dan Pengemasan .................................. 7 6. Flow Diagram dan Neraca massa secara keseluruhan .................. 8 B. Proses Pengolahan Limbah .................................................................. .9 1. Limbah Padatan ............................................................................ 9 2. Limbah Cair ................................................................................. 12 3. Limbah Gas .................................................................................. 13 BAB III PENUTUP ................................................................................... 15 DAFTAR PUSTAKA ................................................................................ 16
1
BAB I PEMBAHASAN PROSES PENGOLAHAN DI INDUSTRI GULA
A. Proses Pengolahan Nira 1. Pemerahan Nira (Penggilingan) Tebu yang telah dipanen dan dikumpulka selanjutnya akan masuk dalam alat pemotongan tebu (cane cutter) terlebih dahulu untuk menyesuaikan ukuran tebu sebelum proses penggilingan. Pada proses cane cutter, terdapat unit operasi yang bekerja yaitu; Mechanical size reduction. Unit operasi ini bertujuan untuk mengurangi ukuran dari feed agar dapat sesuai dengan kriteria alat pengolahan berikunya. Sedangkan proses penggilingan berfungsi untuk memecah/memisahkan sari-sari nira yang terkandung pada batang tebu. Proses penggilingan terdiri atas 5 unit alat penggilingan dengan masing-masing menggiling sebanyak dua kali. Proses ini menggunakan prinsip unit operasi Leaching (Extraction) untuk memisahkan liquid (nira) dari solid (batang tebu).
Cane cutter
Leachi ng 1
Leach ing 2
nira
Keterangan : : Aliran tebu utuh dari truk/penampungan : Aliran batang tebu yang sudah dipotong : Aliran air nira : Aliran ampas tebu : Aliran air pelancar
air
Leach ing 3
Leach ing 4
ampas
2
Neraca massa dari sistem diatas adalah : Massa tebu masuk + Massa air ambisi = Massa nira yang dihasilkan + Massa ampas 2. Pemurnian Nira Nira yang telah di dapat dari proses penggilang masih mengandung senyawa-senyawa pengotor dan non sugar dengan catatan gula reduksi dan saccarosa jangan sampai rusak selama proses. Proses ini menggunakan metode unit operasi Filtrasi, dimana endapan akan berada diatas larutan. Filtrasi dibuat dengan sistem berupa saringan dengan zat yang lebih pada akan tersaring dan liquid/produk yang diinginkan akan lewat.
Urutan proses pemurnian : •
Air nira yang sudah terpisah dari ampas tebu selanjutnya akan dialirkan ke alat heat exchanger agar suhu nira naik hingga 70oC.
•
Selanjutnya nira akan dialirkan kedalam defekator untuk dicampur dengan susu kapur Ca(OH)2. Fungsi dari menambahan susu kapur adalah untuk membentuk inti endapan sehingga dapat mengendapkan bahan bukan gula dalam nira dan terbentuk endapan yang lebih besar. Terdapat 3 tahap proses defekasi hingga akhirnya diperoleh pH akhir nira seitar 9,5.
•
Setelah itu nira akan dialirkan kedalam sulfitator, dan direaksikan dengan gas SO2. Reaksi antara nira dan gas SO2 akan membentuk endapan CaSO3,
3
yang berfungsi untuk memperkuat endapan yang telah terjadi sehingga tidak mudah pecah, pH akhir reaksi ini berkisar 7-7,2. •
Tahap akir dari proses pemurnian nira adalah nira dialirkan ke bejana pengendap (clarifier) sehingga diperoleh nira jernih dan bagian terendapkan adalah bagia nira kotor. Nira jernih dialirkan ke proses selanjutnya (penguapan), sedangkan nira kotor diolah dengan rotary vacuum filter menghasilkkan nira tapis dan blotong
Neraca massa dari sistem pemurnian nira: Massa nira metah + Massa susu kapur + Massa SO2 = Massa endapan di defekator + Massa endapan di sulfikator + Massa nira bersih + Massa nira tapis +blotong. 3.
Penguapan Nira (Evaporasi) Proses ini bertujuan untuk mengurangi kadar air yang terdapat pada nira encer yang dihasilkan dari proses pemurnian nira. Penguapan ini dilakukan pada suhu 65o - 110oC. Pada evaporasi, unit operasi yang digunakan adalah Evaporation, yaitu unit operasi yang bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang terkandung di dalam feed dengan cara menaikan suhu feed. Pada industri gula, evaporasi bertujuan mencari nira dengan konsentrasi 65% brik. Setelah nira kental didapat dari proses evaporasi, nira kental akan kembali masuk kedalam tabung sulfitator dengan tujuan menurunkan viscositas nira sehingga proses kristalisasi nira akan menjadi lebih mudah
4
Evap orato r1
Evap orato r2
Evap orato r3
Evap orato r5
Evap orato r4
Sulfitator II
Nira Kental
Keterangan : : Aliran massa nira encer : Aliran uap hasi evaporasi yang masih terdapat gula : Aliran massa nira kental : Aliran uap hasil evaporasi berupa air murni (digunakan untuk air pelancar) : Aliran massa SO Neraca massa : Massa nira bersih + Massa SO2 yang ditambah = Massa nira kental tersulfutir + Massa uap air murni
4.
Proses Kristalisasi dan Proses Pemisahan Kristal Gula Nira kental yang di dapat dari proses evaporasi selanjutnya akan diuapkan
dalam pan vakum. Proses penguapan kali ini bertujuan untuk mendapatkan kristalkristal gula. Proses ini terdiri atas tiga sistem yaitu ABD, dengan gula hasil A dan B sebagai produk, gula D dipakai sebagai bibit (seed) dan sebagian dilebur untuk
5
dimasak kembali. Sistem ini berkerja pada tekanan 65 cmHg dengan titik didih 65oC. Ini dimaksudkan agar kadar gula sakarosa tidak rusak terkena suhu tinggi. Sistem ini menggunakan unit operasi Crystallization, yaitu : unit operasi yang bertujuan untuk memisahkan komponen zat terlarut dari pelarut menggunakan kenaikan suhu. Hasil dari proses Crystallization adalah zat padat (kristal gula). Langkah pertama proses kristalisasi adalah menarik masakan (nira pekat) untuk diuapkan airnya sehingga mendekati kondisi jenuhnya. Pada keadaan lewawt jenuh akan terbentuk suatu pola kristal sukrosa. Setelah itu langkah pembuatan bibit, yaitu dengan memasukan bibit gula untuk penyeragaman kristal gula. Hal yang perlu dijaga adalah kondisi kristal agar tidak larut kembali ataupun terbentuk tidak beraturan. Setelah proses masak dikira cukup, selanjutnya larutan akan dialirkan ke palung pendingin. Pendinginan ini bertujuan untuk menurunkan suhu masakan dan menaikan nilai kejenuhan sehingga mendorong menempelnya sukrosa pada kristal yang telah terbentuk. Nira yang sudah di kristalisasi akan dikirim pada alat centrifuge atau puteran. Alat ini berfungsi untuk memisahkan ktistal-kristal gula dengan stroop atau larutan. Prinsip kerja alat ini menggunakan prinsip unit operasi Centrifugal Separation. Pada Centrifugal separation, partikel akan dipisahkan dari fluida menggunakan gaya sentifugal berdasarkan variasi ukuran dan massa jenis partikel. Proses ini akan menghasilkan kristal gula dan tetes gula. Kristal gula didinginkan dan dikeringkan untuk menurunkan kadar airnya sedangkan tetes di trasfer ke tangki tetes untuk dijual.
6
Nira kental
Pan vakum A
Pan Vakum C
Palu ng C
Palung A
centrifu ge
A2
A1 centrifu ge
centrifu ge
Pan Vakum D
Palu ng D
C
D1 centrifu ge centrifu ge
Keterangan :
D2
: Aliran Nira Kental Tersulfitir : Aliran Stroop : Aliran Babonan : Aliran kristal gula : Aliran Klare : Aliran Tetes gula
Neraca massa proses kristalisasi dan pemisahan kristal gula Massa Nira kental tersulfitasi = Massa Tetes + Massa Gula SHS + Akumulasi massa di Pan Vakum + Akumulasi massa di Centrifuge Hasil dari proses ini berupa gula Superium Hoofd Suiker (gula layak konsumsi) tetapi belum layak untuk di pasarkan karena kadar airnya masih cukup tinggi. Sedangkan tetes gula yang keluar dari alat centrifuge D akan dijual kepada para peternak untuk dijadikan pakan ternak.
7
5.
Pengeringan Kristal gula dan pengemasan Kristal gula yang dihasilkan dari proses sentrifugasi masih memiliki
kandungan air yang cukup tinggi (20%). Gula yang mengandung air akan lebih mudah diserang microorganisme yang menyebabkan kerusakan dibandingkan gula kering, oleh karena itu kristal gula harus dikeringkan dengan cara menyemprotkan udara panas dengan suhu 70oC ke kristal pada tangga jacop evaporator. Proses ini menggunakan unit operasi Drying. Drying adalah unit operasi dalam proses industri yang bertujuan untuk menghilangkan kadar air pada zat solid. Kristal gula yang sudah melalui proses pengeringan harus disortir terlebih dahulu sebelum dikemas untuk dipasarkan. Terdapat tiga alat penyaring (mesh) pada sistem ini agar memeroleh gula layak jual. Gula yang tidak memenuhi standar akan kembali dilebur pada proses kristalisasi dan gula yang telah memenuhi standar akan masuk ke mesh berikutnya untuk menghilangkan partikel-partikel logam yang mungkin terikat di gula. Proses ini mirip dengan unit operasi Filtrasi tetapi menggunakan magnet sehingg logam yang terdapat di gula akan ditarik keatas. Gula yang telah melewati proses penyaringan akan di kemas dan kemudian siap dipasarkan.
Dryer Sugar bin
Tangga jacob
Tangga jacob
Centrifuge A2
Talang Goyang Talang Goyang Talang Goyang
Keterangan : : Aliran kristal gula SHS : Aliran uap panas dari dryer : Gula siap kemas Neraca massa proses pengeringan kristal dan pengemasan :
8
Massa kristal gula SHS + Massa uap dari dryer = Massa gula siap kemas + Akumulasi massa uap dalam tangga jacob
6.
Gambar Flow Diagram Proses Industri Gula Secara Utuh dan Neraca Massa Total Industri Gula
Sumber gambar: http://www.risvank.com/wp-content/uploads/2011/12/Flowsheet-Gula.jpg
Neraca massa total industri gula : Massa tebu masuk + Massa air pelancar + Massa pelarut kapur + Massa SO2 total + Massa uap dari dryer = Massa gula siap kemas + Akumulasi massa di Pan Vakum + Akumulasi massa di Centrifuge + Massa tetes gula + Massa tertinggal di defekator + Massa tertinggal di sulfikator + Massa nira tapis + Massa blotong.
9
B. Proses Pengolahan Limbah Industri Gula 1. Limbah Padatan a. Ampas Tebu Dalam pembutannya sebagai gula kristal, tebu akan mengalami proses pemerasan pada pabrik. Setelah diperas, maka tebu akan menghasilkan nira atau air gula yang kemudian disaring dan juga dimasak dalam mesin boiler. Dalam proses ini, ternyata hanya dihasilkan gula pasir sebanyak 5% saja, sedangkan sisa nya yaitu 90% ampas atau limbah tebu yang biasa dikenal dengan istilah bagasse, lalu sisanya adalah air. Limbah tebu dikenal dengan nama bagasse, yang merupakan bentuk limbah padat dan juga kering dari tebu sebagi akibat dari proses pengolahan tanaman tebu di dalam pabrik. Bagasse sendiri merupakan salah satu jenis limbah organik, yang diketaui merupakan salah satu jenis limbah yang ramah lingkungan. Tidak merusak lingkungan serta memberikan efek dan dampak buruk bagi lingkungan dan kesehatan. Pemanfaatan ampas tebu : •
Manfaat limbah tebu atau bagasse adalah sebagai salah satu pupuk organik.
•
menjadi bahan pembuatan pulp dalam industri kertas
•
Bagasse dapat dimanfaatkan kembali untuk bahan bakar dari boiler dalam proses pengolahan gula dalam pabrik tersbut.
•
limbah tebu ini juga berguna sebagai salah satu bahan campuran dalam pembuatan paving block
•
limbah tebu juga dapat digunakan sebagai bahan pembuatan silica gel
•
sebagai salah satu bahan dasar dan juga bahan baku dari pembuatan kertas tisu
•
dapat dimanfaatkan sebagai bahan bakar rumah tangga juga
10
b. Limbah Blotong Pada proses pemurnian nira kotor akan dihasilkan endapan yang disebut “blotong” atau filter cake. Rata-rata blotong dihasilkan sebanyak 1.1 juta ton blotong per tahun. Blotong dari PG sulfitasi rata-rata berkadar air 67 % dan kadar pol 3 %. Blotong yang tidak diolah dapat menjadi masalah bagi pabrik gula dan masyarakat karena blotong akan menimbulkan bau busuk. Oleh karena itu apabila blotong dapat diolah kembali akan mengurangi pencemaran lingkungan. Berikut ini beberapa pemanfaatan blotong : •
Sumber Protein Kandungan protein nira sekitar 0.5 % berat zat padat terlarut. Lalu dilakukan ekstraksi protein dari blotong dan didapat kandungan protein dari hasil ekstraksi blotong sebesar 7.4 %. Protein hanya bisa diekstrak menggunakan zat alkali yang kuat.
•
Pakan Ternak Blotong dapat digunakan sebagai pakan ternak dengan mengeringkan blotong tersebut dan memisahkan partikel tanah yang terdapar didalamnya. Blotong yang telah dikeringkan digunakan langsung dalam bentuk pellet untuk menghindari kerusakan oleh jamur dan bakteri.
•
Briket Untuk pembuatannya, blotong dipadatkan dan dikeringkan. Keuntungan dari briket blotong ini adalah harganya yang lebih murah dari bahan bakar lain. Akan tetapi pembuatan briket ini memakan waktu 4 sampai 7 hari dan bergantung pada kondisi cuaca.
•
Pupuk Blotong yang dihasilkan dapat langsung digunakan sebagai pupuk, karena blotong mengandung unsur hara yang dibutuhkan tanah. Pemberian pupuk blotong ke tanaman tebu dapat meningkatkan bobot dan rendemen tebu secara signifikan.
11
•
Batu Bata Blotong mempunyai sifat padat, berserat dan mengandung sedikit tetes tebu. Karena sifat tersebut blotong dapat dijadikan bahan tambah dalam membuat batu bata. Proses pembuatannya sama dengan proses pembuatan batu bata dari tanah liat.
c. Abu Hasil Pembakaran Ampas Penanganan debu hasil pembakaran ampas dilakukan dengan cara menangkap debu tersebut dengan menggunakan dust collector yaitu wet atau dry scrubber sebelum keluar melalui cerobong ketel. Debu dan abu hasil pembakaran ampas ditanam bersama dalam tempat pembuangan akhir kemudian disiram air. Hal ini dilakukan agar debu dan abu tersebut aman terhadap lingkungan, menghindari kebakaran karena dikhawatirkan abu masih mengandung bara api yang latent. Penanganan : •
Limbah dari pabrik gula yaitu tetes, dapat dipakai sebagai bahan baku pabrik alcohol. Limbah cair yang dikeluarkan pabrik merupakan limbah organik dan bukan Limbah B3 (bahan beracu dan berbahaya). Limbah cair ini dikelola melalui dua tahapan.
•
Pertama, penanganan di dalam pabrik (in house keeping). Sistem ini dilakukan dengan cara mengefisienkan pemakaian air dan penangkap minyak (oil trap) serta pembuatan bak penangkap abu bagasse (ash trap).
•
Hasil pengomposan campuran blotong, ampas (bagasse) dan abu ketel diinkubasi dengan bioaktivator mikroba selulolitik selama 1 dan 2 minggu, kemudian diaplikasikan ke lahan tebu. Pemberian kompos 10 ton/ha mampu meningkatkan bobot tebu sebanyak 16,8 ton/ha.
12
2. Limbah Cair A. Dampak negatif limbah cair : Limbah cair hasil dari industri gula berbahaya bagi lingkungan karena jika dibuang ke badan air seperti sungai akan merusak ekosistem air. Selain itu, jika terkontaminasi dengan kulit bisa menyebabkan penyakit kulit seperti gatal-gatal. B. Penanganan limbah cair : Perlu dilakukan pengelolaan lingkungan untuk meminimalisir dampak negarif yang dihasilkan dari limbah cair hasil industri gula. Namun, limbah cair ini bukanlah termasuk B3 (bahan berbahaya dan beracun). Oleh karena itu, limbah cair ini bisa dimanfaatkan kembali untuk industri fermentasi seperti pembuatan alkohol, MSG dan pabrik pakan ternak. Proses pembuatan alkohol yang terjadi di Pabrik Sirtus Madukismo terdiri dari tiga tahap utama, yaitu: a. Masakan Tetes tebu diencerkan dengan air sampai kadar tertentu dan ditambah nutrisi untuk pertumbuhan ragi. Sebagai sumber Nitrogen dipakai pupuk urea dan sebagai sumber Phospor dipakai pupuk NPK, pH diatur sekitar 4,8 dengan H2SO4 agar tidak terjadi kontaminasi dari bakteri lain. b. Peragian Proses peragian dilaksanakan secara bertahap, mulai volume 3.010 liter, 18.000 liter, dan 75.000 liter. Waktu peragian utama bekisar 50 – 60 jam dan kadar alkohol yang dicapai antara 9 – 10 %. c. Penyulingan Adonan yang telah selesai diragikan, dipisahkan alkoholnya (disuling) di dalam pesawat penyulingan yang terdiri dari 4 kolom, yaitu: Penyulingan menggunakaan tenaga uap dengan tekanan 0,5 kg/cm2 dan dengan suhu 120o C. •
Kolom Maische
13
Hasil atas : Alkohol kasar memiliki kadar kurang lebih 45% yang kemudian masuk ke kolom selanjutnya, yaitu kolom voorloop. Hasil bawah : Vinase dibuang •
Kolom Voorloop
Hasil atas: Alkohol teknis dengan kadar 94% masih mengandung aldehide, ditampung sebagai hasil. Hasil bawah : Alkohol muda dengan kadar kurang lebih 25% yang kemudian masuk ke kolom rektifiser. •
Kolom Rektifiser
Hasil atas : Alkohol murni (Prima I) kadar minimal 95% ditampung sebagai hasil. Hasil tengah : Alkohol muda yang mengandung minyak fusel, masuk ke kolom nachloop. Hasil bawah : Lutter waser, air yang bebas alkohol, kadang-kadang bila perlu sebagian digunakan untuk menambah kolom voorloop sebagai bahan penyerap alkohol dan sebagian dibuang. •
Kolom Nachloop
Hasil atas : Alkohol teknis kadar 94% ditampung sebagai hasil. Hasil bawah : Air yang bebas alkohol dibuang. Minyak fusel (amyl alkohol) merupakan hasil samping Pabrik Spirtus Madukismo, ini biasa digunakan untuk bahan baku pembuatan essence (amylacetat).
3. Limbah Gas Pada proses pengolahan tebu menjadi gula, terjadi setidaknya terjadi 6 kali proses yang membutuhkan panas yang berasal dari pembakaran ampas tebu. Pembakaran ampas tersebut akan menghasilkan polusi udara berupa asap dan partikel debu yang merupakan penyebab sejumlah penyakit pernapasan. Agar
14
limbah asap yang dihasilkan tidak menimbulkan dampak negatif kepada masyarakat sekitar pabrik, diperlukan pengolahan limbah lebih lanjut sehingga asap yang dilepas ke udara masih dalam kategori aman, yaitu: •
Pemisahan Brown Alat ini tersusun atas filamen-filamen dengan jarak antar filamen lebih kecil dari lintasan bebas rata rata partikel. Berfungsi memisahkan debu dengan ukuran 0,01-0,05 mikron.
•
Penapisan Berfungsi memisahkan debu dengan ukuran 0,1 mikron.
•
Pengendapan elektrostatik Alat ini mengalirkan tegangan tinggi dan dikenakan pada aliran gas yang berkecepatan rendah untuk memisahkan debu kering dengan rentang ukuran 0,3-0,5 mikron.
•
Pengumpulan sentrifugal Sistem kerja alat ini memutar gas yang disalurkan sehingga partikel akan terlempar ke dinding dinding alat dan akan terkumpul di dasar alat. Berfungsi memisahkan debu dengan ukuran 10 mikron
•
Pemisahan inersia Memiliki sistem kerja seperti penyekat dan memisahkan debu dengan ukuran 20 mikron
•
Pengendapan akibat gaya gravitasi Alat ini bekerja berdasarkan perbedaan gaya gravitasi dan kecepatan yang dialami partikel dengan ukuran diatas 40 mikron. Beberapa
pabrik
gula
di
Indonesia
menggunakan
dust
collector dan cyclone yang berfungsi memisahkan partikel dari gas pada ketel uap agar menghindari pembakaran tidak sempurna yang akan menghasilkan jelaga.
15
BAB III PENUTUPAN
Kesimpulan: •
Terdapat 5 urutan proses pembuatan gula pada industri gula yaitu, a. Pemerahan Nira (Penggilingan) Unit operasi yang digunakan : a. Mechanical size reduction b. Leaching (Extraction) b. Pemurnian Nira Unit operasi yang digunakan : Filtrasi c. Penguapan Nira (Evaporasi) Unit operasi yang digunakan : Evaporation d. Proses Kristalisasi dan Proses Pemisahan Kristal Gula Unit operasi yang digunakan : Crystallization e. Pengeringan Kristal gula dan pengemasan Unit operasi yang digunakan : Drying
•
Neraca massa total sistem pada industri gula adalah Massa tebu masuk + Massa air pelancar + Massa pelarut kapur + Massa SO2 total + Massa uap dari dryer = Massa gula siap kemas + Akumulasi massa di Pan Vakum + Akumulasi massa di Centrifuge + Massa tetes gula + Massa mengendap di defekator + Massa mengendap di sulfikator + Massa nira tapis + Massa blotong
•
Limbah yang dihasilkan ole industri gula berupa: a. Limbah padat 1. Ampas Tebu 2. Blotong 3. Abu hasil pembakaran b. Limbah Cair c. Limbah gas
16
DAFTAR PUSTAKA
Risvank. 2011. Sekilas Proses Pembuatan Gula. Diambil dari: http://www.risvank.com/2011/12/14/sekilas-proses-pembuatan-gula/. Terakhir diakses 12 maret 2017 Tani, Gubuk. 2014. Mengenal Proses Pengolahan Gula. http://gubukktani.blogspot.co.id/2014/05/mengenal-proses-pengolahangula-3.html. Terakhir diakses pada 12 maret 2017. Anonim. 2015. Proses Pembuatan Gula Secara Umum (Pabrik Gula). http://duniagalery.blogspot.co.id/2015/06/proses-pembuatan-gula-secaraumum.html. Terakhir diakses pada 12 maret 2017 Yosi. 2012. Industri Gula. http://teknikkimiayosi.blogspot.co.id/2012/11/gula-merupakan-salah-satu-bahanmakanan.html. Terakhir diakses pada 23 maret 2017 Santoso, Budi. 2012. Proses Pembuatan Gula Dari Tebu Pada PG X. budi_santoso.staff.gunadarma.ac.id/Downloads/files/37436/UG+Jurnal+B udi+Santoso+ST.MMSi+(3).pdf. Terakhir diakses 23 maret 2017 Tembang, Cicilia. 2014. Proses Produksi Gula Super High Sugar di PG. Madukismo Bantul. http://repository.unika.ac.id/1699/1/12.70.0148-KPCicilia%20Tembang%20K.pdf. Terakhir diakses pada 23 maret 2017 Ardiyanto, Pramaditya. 2015. Dampak Limbah Industri Gula Terhadap Lingkungan. http://www.kompasiana.com/pramaditya/dampak-limbahindustri-gula-terhadap-lingkungan_551b5125813311e5169de688. Terakhir diakses 23 maret 2017