pengolahan limbah batik dengan pengolahan sederhanaDeskripsi lengkap
pengolahan limbah batik dengan pengolahan sederhanaFull description
Pendidikan Lingkungan HidupFull description
Deskripsi lengkap
Deskripsi lengkap
Bit merupakan tanaman umbi biennial (tanaman yang memiliki siklus 12 hingga 24 bulan) dari wilayah beriklim sedang (temperate). Tanaman ini menghasilkan gula selama tahun pertama pertumbuhan dan ke...
ttete
Teknologi hasil Pertanian , perencanaan industriDeskripsi lengkap
Teknik Produksi Bersih Industri GulaFull description
Teknologi hasil Pertanian , perencanaan industri
Full description
manajemen mutuFull description
Industri
Full description
Kesehatan Lingkungan
Kesehatan Lingkungan
teknik kimia
Makalah Pembuatan Industri GulaFull description
teknik kimia
DARI INDUSTRI GULA HINGGA BATIK PEKALONGAN
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Sejarah Sosial Ekonomi Dosen pengampu: Prof. Dr. Wasino
Oleh : GANDES SEKAR PUTRI 16718251003
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN SEJARAH PROGRAM PASA SARJANA UNI!ERSITAS NEGERI NEG ERI "OG" "OG "AKARTA
1
2017
Wiayah Pekalongan sesuai letak geografis berada di pesisir utara Jawa. Pada abad ke 1! Pekalongan mulai mengalami perkembangan. "kibat penguasaan #ataram atas wilayah Pekalongan berpengaruh pada aspek politik dan juga budaya. Wilayah Pekalongan menjadi basis penanaman tebu pada masa $anam Paksa. Pekalongan dikenal sebagai wilayah
%eresidenan
pada
masa
kolonial
&elanda.
Pertambahan
penduduk di Pekalongan meningkat pada masa $anam Paksa. Pada awal abad 1' penanaman tebu dan pendirian industri gula di Pekalongan dimulai. Pabrik gula milik pengusaha (ina tetap bertahan hingga pertengahan abad ke 1' di wilayah Pekalongan. Pada masa politik etis! industri gula di wilayah Pekalongan masih terus berkembang. )ula yang telah diproduksi oleh pabrik! kemudian diekspor keluar Pekalongan. Pelabuhan
menjadi
tempat
penting
untuk
mendistribusikan
hasil
perkebunan tebu. Pada dasarnya perekonomian karesidenan wilayah Pekalongan dipengaruhi oleh pertanian! perindustrian! dan perikanan. Perekonomian pertanian menjadi basis perekonomian yang berkembang paling awal sejak masa #ataram. Pada masa *+( daerah memiliki kewajiban menyerahkan beras kepada kompeni dalam jumlah tertentu. (ultur Stelsel dilaksanakan pada tahun 1',-1'/ kemudian dilanjutkan berdasar sistem undang0undang perkebunan swasta ondernemingen) tahun 1'/ 1234. Pada masa itu 1 pabrik gula berdiri di sepanjang daerah pesisir seperti Pekalongan! &rebes! Sragi! $egal hingga (irebon. Di Pekalongan pabrik gula berdiri di desa %alimati. "kibat adanya perkembangan baru dalam 5ara berpakaian bagi keluarga asing dengan menggunakan sarung batik dan kebaya sebagai ganti gaun Eropa! mempengaruhi kemajuan pada produksi batik. Pemakaian sarung dan kebaya dinilai sesuai dengan kondisi iklim di tanah Jawa. Peranakan $ionghoa juga mengenakan kain batik berupa sarung 2
untuk melengkapi baju kebaya en5im kebaya sulaman6 yang mereka kenakan. Pemakaian sarung batik dan kebaya yang berenda disebabkan karena adanya pengaruh dari masyarakat #elayu dan 7ndia serta ditunjang dengan datangnya mesin jahit di 7ndonesia. #un5ulnya pengusaha baru pribumi dan pengusaha kelompok menengah
$ionghoa
mengakibatkan
industri
batik
di
Pekalongan
berkembangan pesat pada pertengahan abad 878. 9al tersebut juga terjadi di kota pedalaman keraton6 seperti Solo dan ogyakarta. Perusahaan batik pribumi yang merupakan kelompok pengusaha baru telah mendapatkan pasarnya di kalangan masyarakat pribumi. Sistem perdagangan yang digunakan mengikuti pola lama yang sebelumnya dilakukan oleh para pedagang muslim pada abad 8*708*77. Para pengusaha $ionghoa sebagai pengusaha industri batik dan juga pemasok bahan baku batik! berhasil menguasai pasar yang lebih luas. #ereka tidak saja menguasai pasar luar daerah! namun juga menjadi pemasok utama perdagangan batik yang dilakukan penduduk &elanda. Pada tahun 1'-/ berdiri industri batik yang diusahakan oleh seorang 7ndo0&elanda di Semarang. Perusahaan tersebut menampung batik yang diproduksi dari Pekalongan oleh para pengusaha pribumi. Pada saat &atik Pekalongan memasuki pasar dengan konsumen orang0orang yang menggemari pola0pola buketan &elanda6! maka para pengusaha $ionghoa di Pekalongan mulai menerapkan ragam hias buketan bagi produknya sebagai salah satu pola &atik (ina yang mendapat pengaruh budaya Eropa &elanda6 setelah tahun 121/. &atik Pekalongan seperti halnya kota0kota lain seperti $egal! 7ndramayu maupun (irebon hingga penyebaran ke selatan sampai daerah Pasundan! (iamis! $asikmalaya dan )arut pola batik lebih dipengaruhi oleh ragam hias keraton (irebon. &atik Pekalongan juga banyak dipengaruhi oleh ragam hias (ina dan "rab dan pola0pola batik kraton #ataram selain dipengaruhi ragam hias (irebon. Jika batik (irebon 3
memiliki ragam hias dari taman Sunyaragi dan kraton! maka orientasi batik Pekalongan lebih banyak pada ragam hias dari keramik (ina yang menghiasi %raton kasepuhan dan makam ;aja0raja (irebon di )unungjati. Para pengrajin batik Pekalongan telah menempatkan hiasan keramik (ina sebagai manifestasi ikatan kebudayaan leluhur yang dalam lukisannya memiliki kefasihan dan kelembutan. Pemilihan ragam hias jenis tumbuhan yang sebagian besar menjadi objek utama dan banyak terdapat pada lukisan keramik (ina. ;agam hias berbentuk binatang seperti burung pipit! burung merak! ular naga dan kupu0kupu turut melengkapi ragam hias tumbuhan. Pola0pola batik untuk kepentingan peribadatan mengadaptasi ragam0ragam hias bentuk0bentuk manusia dewa dalam kerajaan langit sesuai keper5ayaan agama leluhur . &atik jenis ini digunakan untuk alas altar persembahyangan. Pengaruh batik (irebon pada perkembangan batik Pekalongan juga nampak pada penghargaan yang diberikan kraton (irebon terhadap batik Pekalongan khususnya oleh kalangan ningrat (ina. Penghargaan kraton (irebon terhadap batik Pekalongan bukan hanya disebabkan oleh ragam hias dari keramik dinasti #ing namun disebabkan juga oleh 5iri khas batik Pekalongan yaitu 5ara pembuatan yang berbeda dengan 5ara pembuatan batik di daerah pada masa itu. Perjalanan sejarah batik Pekalongan memang tidak terlepas dari pengaruh kerajaan #ataram. Pengaruh batik %raton terhadap sejarah perkembangan batik Pekalongan se5ara nyata terjadi setelah Perang Diponegoro 1'4<01'-/6 di kerajaan #ataram. $erjadinya peperangan mendesak keluarga kraton serta para pengikutnya untuk meninggalkan daerah kerajaan. %emudian tersebar ke arah $imur dan &arat. %emudian di
daerah0daerah
baru
tersebut
para
keluarga
dan
pengikut
mengembangkan batik. Pada arah timur! batik Solo dan ogyakarta menyempurnakan 5orak batik yang telah ada di #ojokerto serta $ulungagung hingga menyebar ke )resik! Surabaya dan #adura. Pada arah &arat batik berkembang di &anyumas! %ebumen! $egal! (irebon dan 4
Pekalongan. Produksi batik tidak berhenti walaupun mereka telah tersingkir dari kehidupan kraton sebab batik merupakan sandang yang dipakai sehari0hari sehingga batik merupakan kebutuhan pokok. "danya migrasi! mengakibatkan batik Pekalongan yang telah ada sebelumnya semakin berkembang. Seiring berjalannya waktu! &atik Pekalongan mengalami perkembangan pesat dibandingkan dengan daerah lain. Pada daerah ini batik berkembang di sekitar daerah pantai! yaitu di daerah Pekalongan kota dan daerah &uaran! Pekajangan serta Wonopringgo. #eskipun batik Pekalongan memiliki 5iri05iri motif yang mirip dengan batik ogya atau batik Solo namun batik Pekalongan sangat bebas dan menarik karena dimodifikasi dengan banyak =ariasi warna. &anyak dijumpai batik Pekalongan yang memiliki banyak warna yang berbeda dengan kombinasi yang dinamis. Warna0warna yang men5olok terlihat sangat kontras jika dibandingkan dengan 5orak batik pedalaman seperti batik Solo dan ogyakarta. >ama0nama batik Solo dan ogya sangat berbeda dengan batik Pekalongan yang memiliki beragam warna sesuai karakter masyarakatnya yang terbuka! bebas dan sangat marjinal. &atik Pekalongan menggambarkan 5iri kehidupan masyarakat pantai yang mudah
mengadaptasi
pengaruh
budaya
luar
dan
juga
mampu
mengadaptasi pengaruh batik pedalaman. Perjumpaan masyarakat Pekalongan dengan berbagai bangsa seperti (ina! &elanda! "rab! 7ndia! #elayu dan Jepang pada masa itu telah mewarnai dinamika pada motif dan tata warna seni batik. Dengan demikian beberapa jenis motif batik hasil pengaruh dari berbagai negara tersebut kemudian dikenal sebagai identitas batik Pekalongan. &erbagai ma5am #otif antara lain batik Jlamprang! diilhami dari >egeri 7ndia dan "rab. ?alu batik En5im dan %lengenan! dipengaruhi oleh peranakan (ina. &atik &elanda! batik Pagi Sore! dan batik 9okokai! tumbuh pesat sejak pendudukan Jepang. Perkembangan batik Pekalongan tidak sepenuhnya dikuasai pengusaha bermodal besar! akan tetapi bertopang pada ratusan 5
pengusaha ke5il dan hampir semua dikerjakan di rumah0rumah. &atik Pekalongan menyatu erat dengan kehidupan masyarakat. Sejarah batik Pekalongan melibatkan sedikitnya tiga kelompok pelaku0pelaku sejarah batik Pekalongan yaitu: kelompok penduduk $ionghoa dengan latar belakang budaya yang mereka miliki! penduduk muslim "rab yang memilki sifat inklusif dalam pergaulan sehingga 5ukup menguasai pengaturan dinamika sosial dan kelompok pribumi. Penduduk pribumi yang semula merupakan buruh atau pekerja pada pedagang (ina lambat laun mampu memproduksi batik sendiri bahkan kemudian berkembang tidak hanya menjadi pembatik rumahan tetapi
sebagian
mampu
berkembang
menjadi
pengusaha
batik.
$umbuhnya para pengusaha batik pribumi telah memperkaya ragam hias batik Pekalongan karena mereka menampilkan pola 5ampuran yang memperkaya
ragam
hias
batik
asli
dari
masing0masing
budaya.
Pertemuan ketiga unsur dari masyarakat pembatikan Pekalongan pada akhirnya menjadi bagian terbesar dari 5iri khas batik Pekalongan dengan segala ragam warna0warninya. Sebagai kota pesisir dengan 5iri khas masyarakat yang terbuka menerima budaya telah berhasil mengantarkan kota Pekalongan menjadi kota yang sangat identik dengan perkembangan batik nusantara. Pekalongan merupakan kota yang paling dinamis dalam mengembangkan batik. 7ndustri batik pekalongan mampu menjadi @soko guru” ekonomi masyarakat Pekalongan. "dapun yang menunjukan bahwa industri batik pekalongan menjadi “soko guru” ekonomi masyarakat Pekalongan yaitu: kehidupan pembatikan Pekalongan berhasil mengantarkan suatu sejarah pertumbuhan dan perubahan sosial yang terjadi di Pekalongan dan dengan melihat sejarah pasang surut industri batik Pekalongan ada kesulitan tersendiri dalam menjadikan industri batik sebagai industri skala besar sehingga batik lebih tepat menjadi industri rumahan yang bertumpu pada kehidupan rakyat banyak.
6
Selain memiliki nilai ekonomis &atik Pekalongan juga memiliki nilai filosofis. #emiliki nilai ekonomis sebab batik merupakan produk kerajinan yang
diperjualbelikan
dan
mendatangkan
keuntungan
ekonomis.
Dianggap memiliki nilai filosofis sebab batik merupakan produk kerajinan yang diawali oleh kepentingan keagamaan dan merupakan suatu produk yang spesifik sebab diawali oleh peradaban manusia dalam membangun 5itra keindahan. Perjalanan panjang sejarah batik Pekalongan telah mengantarkan kota Pekalongan sebagai sentra industri batik terbesar di 7ndonesia. Para pengusaha $ionghoa yang terkenal jeli dalam memba5a situasi pasar dirasakan 5ukup tepat. Penerapan ragam hias buketan mereka lakukan pada saat &atik &elanda pada tahun 1'3/ yang dipelopori oleh (arolina Josephine =an AranBuemont dan (atherina (arolina =an +osterom! berada dalam pun5ak pemasaran. Pola buketan pertama kali diproduksi oleh (hristina =an Cuylen yang merupakan salah seorang pengusaha batik keturunan &elanda kelas menengah di Pekalongan. Pada tahun 1''/! (hristina =an Cuylen telah mengubah tradisi karya batik yang
semula
sebagai
karya
anonim
tanpa
diketahui
identitas
pembuatnya6 dan bersifat massal! menjadi karya indi=idual. 7dentitas nama (hristina =an Cuylen dituliskan di sudut bagian dalam kain dalam bentuk tanda tangan yang berbunyi @$. =an Cuylen kependekan dari $ina =an Cuylen6! pada setiap batik karyanya. &atik buketan yang terkenal adalah karya =an Cuylen bersaudara yaitu (hristina =an Cuylen dan ?ies =an Cuylen. &atik tersebut sangat laku sehingga pengusaha0pengusaha menengah $ionghoa yang semula menerapkan pola0pola dengan ragam hias mitos (ina maupun keramik (ina! mulai membuat batik buketan setelah tahun 121/ sebagaimana diuraikan di muka. Para pengusaha tersebut antara lain 9o5k0$jan dari $egal! +ey0Soe0$joen dari %edung Wuni! dan >yonya $an0$ing09u yang mulai tahun 124< telah memproduksi batik dengan format @pagi0sore.
7
Selain itu! di %ampung %wijan tempat tinggal %epala Daerah Pekalongan $an0%wi0Jan6 juga terdapat dua orang pengusaha batik buketan dari golongan $ionghoa yang 5ukup terkenal yaitu $joa0Sing0%wat dan #ook0 &ing0?iat. %ebagkitan
para
pengusaha
kelas
menengah
$ionghoa
di
Pekalongan untuk memproduksi batik dengan pola buketan ternyata mampu memberikan nilai tambah bagi karya seni batik dan tidak hanya menjadi barang dagangan semata. Selain jumlah produksinya yang meningkat! batik karya pengusaha $ionghoa tersebut juga memiliki nilai seni yang tinggi bahkan bisa disejajarkan dengan karya lukisan seperti yang terjadi pada karya para pelukis di Eropa &elanda6! terutama batik yang memiliki pola dengan ragam hias mitos (ina. >amun demikian! batik yang diusahakan oleh pengusaha pribumi tetap tidak mengalami perubahan karena batik hanya dianggap sebagai barang kerajinan atau dagangan saja. +leh karena itu! batik dibiarkan seperti adanya karena dipandang sebagai milik pasar. 9al tersebut membedakan kedua golongan pengusaha yaitu $ionghoa dan pribumi dalam mengelola industri batik. "danya persaingan antara pengusaha pribumi dan pengusaha kelas menengah $ionghoa dalam industri pembatikan telah membawa berbagai ketegangan! sehingga menimbulkan konflik yang sangat memprihatinkan.