BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Latar Belakang Belakang Masalah Masalah
Anastesi dikemukakan pertama kali oleh O.W. Holmes yang berarti tidak ada rasa sakit. Anastesi dibagi menjadi 2 kelompok yaitu anastesi lokal dan anastesi umum. Anastesi lokal
menyebabkan hilangnya rasa sakit tanpa disertai kehilangan
kesada kesadaran ran,, sedangk sedangkan an anastes anastesii umum umum menyeb menyebabka abkan n hilangn hilangnya ya rasa rasa sakit sakit disert disertai ai hilang hilang kesada kesadaran ran.. Sejak Sejak dahulu dahulu anastes anastesii telah telah dilaku dilakukan kan untuk untuk memperm mempermudah udah tindakan operasi. Pada dasarnya, dasarnya, pemberian pemberian anastesi anastesi memang memang dilakukan dilakukan untuk bahkan menghilangkan rasa nyeri baik disertai atau tanpa disertai
mengurangi mengurangi hilangnya
kesadaran. kesadaran. Keadaan anestesi anestesi umum yang ideal harus mencakup mencakup analgesi, analgesi, amnesia, amnesia, hila hilangn ngnya ya kesa kesada dara ran, n, hamba hambata tan n sens sensor orik ik dan dan rel relek ekss otono otonom, m, sert sertaa rela relaks ksas asii muskulus. !ni semuanya dapat dicapai dengan berbagai tingkat depresi sistem sara pusat akibat kerja obat anestetik yang berbeda, sehingga masing"masing obat anestetik dapat menimbulkan eek yang berbeda. Klasiikasi obat anestesi umum dibagi menjadi dua, yaitu # $. Anes Aneste tesi si !nha !nhala lasi si %ontoh dari anestetika inhalasi yaitu gas terta&a, halotan, enluran, isoluran dan dan se'o se'olu lura ran. n. Obat Obat"o "oba batt ini ini dibe diberi rika kan n sebag sebagai ai uap mela melalu luii salu salura ran n naas naas.. Keuntungannya adalah resorpsi yang cepat melalui paru"paru seperti juga ekspresinya melalui gelembung paru (al'eoli) yang biasanya dalam keadaan utuh. Pemberiannya mudah dipantau dan bila perlu setiap &aktu dapat dihentikan. *itrogen oksida yang stabil pada tekanan dan suhu kamar merupakan salah satu anestetik gas yang banyak dipakai karena dapat digunakan dalam bentuk kombinasi dengan anestetik lainnya. Anes Aneste teti tik k
inha inhala lasi si
kon' kon'en ensi sion onal al
sepe sepert rtii
eter eter,,
sikl siklop opro ropa pan, n,
dan dan
klor kloro oor orm m
pemakaiannya sudah dibatasi karena eter dan siklopropan mudah terbakar sedangkan kloroorm toksik terhadap hati.
1
2. Anestesi !ntra'ena +eberapa obat anestetik diberikan secara intra'ena baik tersendiri maupun dalam bentuk kombinasi dengan anestetik lainnya untuk mempercepat tercapainya stadium anestesi ataupun sebagai obat penenang pada penderita ga&at darurat yang mendapat pernapasan buatan untuk &aktu yang lama. ermasuk disini adalah# ($) barbiturat (tiopental, metoheksital), (2) ben-odia-epin (mida-olam, dia-epam), () opioid analgesik dan neuroleptik, (/) obat"obat lain (proopol, etomidat), dan (0) ketamin, arilheksolamin yang sering disebut disosiati anestetik. Pada praktikum ini, pemberian anestesi umum pada kelinci ini menggunakan obat anestetik menguap yaitu eter. Anastetik yang menguap ('olatile anesthetic) mempunyai siat dasar yang sama yaitu berbentuk cairan pada suhu kamar mempunyai siat anestetik kuat pada kadar rendah dan relati'e mudah larut dalam lemak darah dan jaringan. Semua -at anestesi umum bekerja dengan menghambat SSP secara bertahap. Kelarutan yang baik dalam darah dan jaringan dapat memperlambat terjadinya keseimbangan dan terle&atinya induksi namun hal ini dapat diatasi dengan memberikan kadar lebih tinggi dari kadar yang dibutuhkan. 1ter dapat merangsan g sekresi kelenjar bro nkus dan mengiritasi salur an napas. Pada induksi dan &aktu pemulihan, eter menimbulkan sali'asi. etapi pada stadium yang lebih dalam, sali'asi akan dihambat dan terjadi depresi naas. 1ter juga menyebabkan 'asokontriksi pembuluh darah ginjal sehingga terjadi penurunan laju iltrasi glomerulus dan produksi urine secara berlebihan sedangkan pada pembuluh darah otak, eter menyebabkan 'asodilatasi. 1ter menyebabkan mual dan muntah terutama pada &aktu pemulihan, tetapi dapat pula pada &aktu induksi. !ni disebabkan oleh eek sentral eter atau akibat iritasi lambung oleh eter yang tertelan. Aktiitas saluran cerna dihambat selama dan sesudah anesthesia. 1ter menekan kontraktilitas otot jantung, tetapi in 'i'o eek ini dila&an oleh meningginya aktiitas simpatis sehingga curah jantung tidak berubah. Pada praktikum ini, kami melihat pengaruh pemberian eter terhadap perubahan
2
kondisi kesadaran kelinci yang dapat diamati dengan beberapa parameter penting, yaitu respon nyeri, lebar pupil, jenis pernaasan, rekuansi jantung, dan tonus otot.
1.2 Rumusan Masalah
$. +agaimana melakukan anastesi umum dengan eter pada kelinci percobaan 2. +agaimana menentukan stadium anastesi yang terjadi melalui parameter3 parameter (respon nyeri, lebar pupil, jenis pernaasan, rekuansi jantung, dan tonus otot) . Apa yang membedakan masing" masing stadium pada anastesi 1.3 Tujuan
$. 4elakukan anastesi umum dengan eter pada kelinci percobaan. 2. 4engamati stadium anastesi yang terjadi melalui parameter3parameter antara lain# respon nyeri, lebar pupil, jenis pernaasan, rekuansi jantung, dan tonus otot. . 4enjelaskan stadium" stadium anastesi. 1. Man!aat
$. 4ampu melakukan anastesi umum dengan eter pada kelinci percobaan. 2. 4engetahui
stadium anastesi yang terjadi melalui parameter 3 parameter
(respon nyeri, lebar pupil, jenis pernaasan, rekuansi jantung, dan tonus otot). . 4ampu menjelaskan stadium" stadium anastesi.
3
BAB 2 ALAT" BAHAN DAN #ARA $ER%A 2.1 Alat
$
%orong anaestesi
$. 5unting $. Penggaris $. Klem $. Stetoskop 2. 6ampu Senter a. 6ampu Senter 7 gunting
b. Stetoskop
2.2 Bahan
$. Kelinci 2. 1ter
a. Kelinci
b. 1ter
2.3 #ara kerja
$
Alat dan bahan disiapkan.
$. Periksa dan catat keadaan pernapasan, keadaan mata, pergerakan otot, keadaan sali'a, rasa nyeri dan auskultasi pada kelinci. $. %orong anaestesi dipasang pada moncong kelinci dengan baik dan benar. $. 1ter diteteskan dengan kecepatan 89 tetes per menit. $. Waktu dan hasil pemeriksaan dicatat ketika memulai percobaan, setiap adanya tanda" tanda dari tiap" tiap stadium, dan keadaan dimana kelinci berada dalam anaestesi yang diinginkan. $. Percobaan dilakukan hingga tercapai stadium !!! plane . $. %orong dilepaskan dari moncong kelinci dan kelinci dipijat agar sadar lagi.
4
BAB 3 HA&IL PRA$TI$UM #atatan 'aktu
$
4ulai meneteskan eter
# 99#9$.99
2
ercapainya stadium !
# 9$#99.:2
ercapainya stadium !!
# 9$#/8./$
/
ercapainya stadium !!! # $) Plan $ # 9$#00.99 2) Plan 2 # 9#$/.99 ) Plan # 98#$9.99
0
Kembali sadar
# $8#2;.2;
Has(l Pemer(ksaan PERNAPA&AN $)ntr)l +rekuens( Irama
:8 eratur
%en(s
orakoabdominal
&ta*(um
&ta*(um
&ta*(um
I ;/ eratur
II 8; eratur
III 08 eratur Abdome
Abdomen Abdomen
n
&elesa(
02 eratur ora< idak
Am,l(tu*)
=angkal
=alam
=alam
=alam
terlalu dalam
MATA
Le-ar ,u,(l Re!lek #ahaa Re!lek
&ta*(um
&ta*(um
9,; cm
II 9.0 cm
III 9,; cm
Ada
Ada
Ada
idak ada
ada
Ada
Ada
Ada
idak ada
Ada
$)ntr)l
&ta*(um I
$ cm
&elesa(
$ cm
5
$)rnea Pergerakan mata
Ada
Ada
Ada
/ERA$AN 0 TT &ta*(um $)ntr)l &ta*(um I II
idak ada
&ta*(um III
T)nus t)t
Ada
idak ada
idak ada
idak ada
/erakan
Ada
idak ada
idak ada
idak ada
&ta*(um
&ta*(um
II idak
III idak
Ada
Ada
&ta*(um
&ta*(um
II
III
idak ada
ada
&ta*(um
&ta*(um
II
III
idak ada
idak ada
Ada
&elesa(
idak ada idak ada
RA&A NERI $)ntr)l
&ta*(um I
Ada
Ada
Rasa Ner(
&elesa(
Ada
&ALIA&I
H(,ersal(4as (
$)ntr)l
&ta*(um I
idak ada
idak ada
&elesa(
Ada
AU&$ULTA&I
R)n5h(
$)ntr)l
&ta*(um I
idak ada
idak ada
&elesa(
idak ada
%atatan &aktu perubahan keadaan kelinci# 99#02.8$
# +radicardi
9$#99.:2
# *yeri hilang, 4idriasis
mulai masuk stadium !
6
9$#/8./$
# 4idriasis, takikardi
9$#00.99
# +radikardi, 4idriasis
9#$/.99
# arikardi
98#$9.99
# akikardi
$8#2;.2;
# 4iosis (kembali normal)
mulai masuk stadium !! stadium !!! plane $
stadium !!! plane 2 stadium !!! plane
sadar
7
BAB PEMBAHA&AN .1 Pem-ahasan
Praktikum pemberian anestesi umum pada kelinci ini menggunakan obat anestetik menguap, yaitu eter. Anestetik yang menguap ('olatile anesthetic) mempunyai siat dasar yang sama, yaitu berbentuk cairan pada suhu kamar, mempunyai siat anestetik kuat pada kadar rendah dan relati'e mudah larut dalam lemak, darah dan jaringan. Kelarutan yang baik dalam darah dan jaringan dapat memperlambat terjadinya keseimbangan dan terle&atinya induksi. *amun hal ini dapat diatasi dengan memberikan kadar lebih tinggi dari kadar yang dibutuhkan. Semua -at anestesi umum menghambat susunan sara secara bertahap, mula" mula ungsi yang kompleks akan dihambat dan yang paling akhir adalah medula oblongata yang mengandung pusat 'asomotor dan pusat pernaasan yang 'ital. 5uedel membagi anestesi umum dengan eter menjadi / stadium# Stadium ! (analgesi), Stadium !! (delirium>eksitasi, hiperreleksi, Stadium !!! (pembedahan), Stadium !? (paralisis medulla oblongata). Sebelum percobaan dimulai, dilakukan pengamatan pada keadaan kelinci yang nantinya akan digunakan sebagai kontrol. Pada keadaan normal, rekuensi pernapasan kelinci adalah :8 kali>menit, iramanya teratur, dan jenis pernapasan adalah thorako"abdominal. Selain itu, masih terdapat gerakan relek dari kelinci ketika telinga kelinci disentuh menggunakan gunting penjepit. Hal ini juga menunjukkan masih adanya rasa nyeri yang dapat dirasakan kelinci tersebut. onus otot juga masih ada saat kaki kelinci dipegang dan kaki tersebut menghasilkan tahanan otot. Keadaan mata kelinci saat keadaan normal menunjukkan lebar pupil $ cm, terdapat releks cahaya, releks kornea dan pergerakan mata. Kelinci tidak mengalami hipersali'asi dan ronchi pada auskultasi tidak ada. Stadium ! anestesi umum dicapai setelah satu menit (9$#99.:2). ahap ini dimulai dari saat pemberian -at anestetik sampai hilangnya kesadaran. Kesadaran kelinci masih tampak namun ukuran pupil mengecil (a&al $ cm, pada stadium ! 8
menjadi 9,; cm) dari keadaan a&al. Pada tahap ini, relek nyeri mulai menurun tapi masih ada (eek analgesia mulai muncul). Pernaasan menggunakan abdomen, rek&ensi menurun dari keadaan a&al tetapi irama masih teratur dengan amplitudo dalam. Pada stadium ! sudah tidak ada relek gerakan otot namun belum muncul eek hipersali'asi maupun ronchi. Stadium !!, yang disebut juga dengan stadium eksitasi atau delirium, dimulai dari hilangnya kesadaran hingga permulaan stadium pembedahan. Pada hasil praktikum didapatkan kelinci memasuki stadium ini pada $ menit /8 detik. Kelinci memasuki stadium !! ditandai dengan adanya gerakan berlebihan dari kelinci, seperti kejang"kejang dan memberontak. Pada stadium ini terlihat jelas adanya eksitasi dan gerakan yang tidak menurut kehendak, seperti releks bulu mata, pelebaran pupil mata (midriasis), tonus muskulus skeletal meningkat, pernaasan thoracic dan abdominal menjadi cepat dan tidak teratur, menurunnya pernaasan, serta takikardi. Stadium !! akan berakhir apabila he&an menunjukkan tanda relaksasi otot, respirasi menurun, dan terjadi penurunan rele< 1ksitasi disebabkan karena adanya depresi atau hambatan pada pusat inhibisi. Pernapasan torakal"abdominal yang cepat dan tidak teratur diakibatkan oleh depresi pernapasan sehingga terjadi retensi %O dan menuju pada sympatho Adrenal =ischarged (SA=) yaitu pelepasan adrenalin dari kelenjar medula adrenalin dan noradrenalin dari ujung sara simpatis. Sedangkan bola matanya bergerak"gerak karena terjadi paralisa otot ekstrinsik bola mata sehingga kontraksinya tidak terkoodinir. Selain itu ditandai dengan gerakan tubuh yang tidak terkontrol, spasme laring. Pada stadium ini terjadi induksi eter inhalasi yang memanjang (+oulton, $::/). Stadium (Anestesi bedah) adalah stadium pembedahan yang terjadi sementara penderita tidak sadar dan tidak mampu menimbulkan releks. !ni adalah stadium anestesi yang telah menekan sistem pengaktian retikular dan barangkali secara selekti juga pada sinaps nyeri dari medula spinalis. Pusat medula secara progresi menjadi tertekan. Penekanan ini mencakup pusat muntah (sehingga muntah secara akti tidak menjadi suatu bahaya lagi), pusat pemeliharaan otot tonus
9
bercorak3termasuk pada dinding perut3 dan pusat pernapasan. @espons otonom seperti releks percepatan dan perlambatan dari jantung, atau pernapasan karena perangsangan 'isera tertekan secara komparati sejak a&al, tetapi dengan eter, respirasi spontan tidak berhenti sampai anestesi yang dalam. 5uedel mendeinisikan anestesi bedah berada diantara titik respirasi tidak lagi dipengaruhi oleh perangsangan releks, dan menjadi teratur, dan titik respirasi berhenti karena penekanan medula (+oulton, $::/). Stadium biasanya menghasilkan keadaan operasi optimal dengan pernapasan yang cukup baik dan hemodinamis yang stabil (Sabiston, $::2). Stadium tiga anestesi dibagi menjadi empat plana sesuai dengan kebutuhan eterisasi # Plane $. Kelinci memasuki plane ini setelah $ menit 00 detik, ditandai dengan pernaasan teratur, pernaasan abdominal, pupil mengecil lagi (miosis) dan releks tidak ada, tonus otot menurun. Plana 2. Kelinci memasuki Stadium Plana 2 ini setelah menit $/ detik, yang ditandai dengan pupil membesar atau midriasis, tidak ada eksitasi, tidak terdapat relek kornea, dan tidak terdapat rasa nyeri pada he&an coba kelinci tersebut. Plana . Pada he&an coba akan terjadi pernapasan teratur oleh perut karena otot interkostal mulai paralisis, lakrimasi tidak ada, pupil midriasis dan sentral, releks laring dan peritoneum tidak ada, relaksasi otot lurik hampir sempurna (tonus otot semakin menurun). Pada praktikum yang kami lakukan, kelinci memasuki tahap stadium !!! plane setelah 8 menit $9 detik. Stadium !!! plana dia&ali dengan kelinci yang mengalami takikardi, pernapasannya halus dan teratur dengan menggunakan pernapasan abdomen, pupil mengalami midriasis, tidak ada relek apapun pada mata dan gerakan otot, tidak merasakan nyeri, dan terjadi hipersali'asi. Praktikum dihentikan pada stadium plana . ika dilanjutkan sampai stadium plana / atau sampai satdium / maka akan terjadi takikardi terus menerus dan pupil akan mengalami midriasis yang berlebihan, tekanan darah juga semakin turun, pernaasan juga semakin melemah, hal ini bisa membahayakan nya&a he&an coba (kelinci).
10
.2 Pertanaan 1. A,akah semua sta*(um ,a*a amestes( umum *engan eter *a,at terl(hat ,a*a ,er5)-aan (n(6 !ya, semua stadium pada anestesi umum dengan eter dapat terlihat pada
percobaan ini. 2. B(la *a,at terl(hat *engan jelas" a,akah tan*a7tan*a ,a*a t(a, sta*(um *(*a,atkan6Tan*a7tan*a mana sajakah ang t(*ak *(*a,atkan atau t(*ak terl(hat *engan jelas6 Semua tanda"tanda pada tiap stadium sudah terlihat dengan jelas. Stadium $ # He&an masih sadar, pupil myosis, releks cahaya dan
kornea masih terlihat, dan masih ada tahanan otot. Stadium 2 # erjadi ekstasi, kesadaran perlahan mulai hilang, releks cahaya dan kornea masih terlihat, namun mulai hilang. Pupil midriasis,
masih ada tahanan otot, terasa nyeri. Stadium # Plane $# Kesadaran hilang, pupil myosis, gerakan tahanan otot melemah, releks cahaya dan kornea melemah. Plane 2# Kesadarannya mulai hilang, pupilnya midriasis, tahanan otot hilang, releks cahaya dan kornea tidak terlihat. Plane # Kesadaran otot ada, nyeri dan gerakan otot tidak ada, pupil
midriasis, releks cahaya dan kornea tidak ada. 3. Pa*a auskultas(" a,akah ang *(*a,atkan6 $ena,a hal (n( *a,at terja*(6 %elaskan8 Pada auskultasi didapatkan suara rochi. Suara ini didapatkan karena ether
menyebabkan iritasi saluran pernaasan dan merangsang sekresi kelenjar bronchus sehingga terdengar suara seperti mengorok. . Pa*a sta*(um manakah rasa ner( mula( h(lang6 @asa nyeri mulai hilang pada stadium $. 9. Pa*a sta*(um manakah ter*a,at relaksa( )t)t -ergar(s 6 @elaksasi otot bergaris terjadi pada stadium tiga, dimulai dari akhir stadium !!. :. Baga(manakah sal(4as(na 6 Menga,a hal (n( *a,at terja*( 6 Sali'asi terjadi karena penurunan relek kelenjar ludah dan juga ether merangsang kelenjar bronchus akibat iritasi pada saluran pernaasan sehingga sali'a keluar berlebihan. ;. Tan*a7tan*a a,akah ang *(*a,atkan ,a*a
11
a. Brekuensi naas, rekuensinya menjadi lebih teratur. b. 4ata mulai kembali normal, ada relek cahaya dan relek kornea, dari midriasis menjadi miosis. c. @elek nyeri mulai ada. =. #ara ,em-er(an anestes( ,a*a ,er5)-aan (n( *(se-ut 5ara a,a6 #ara7 5ara a,a saja ang *a,at *(gunakan ,a*a ,em-er(an anestes( umum6
Pemberian anestesi dalam percobaan ini dengan cara semi open drop. Adapun cara"cara yang dapat digunakan pada pemberian anestesi umum adalah# open drop, semi open drop, semi closed system, dan closed system. >. A,a kerug(an 0 keuntungan eter se-aga( anestes( umum6 Keuntungan eter sebagai anestesi umum # " Potensi anestesi moderat " 1ek analgesik cukup besar " +atas keamanan besar " Kadar yang menyebabkan pernaasan berhenti lebih kecil daripada
kadar yang menyebabkan jantung berhenti " idak terdapat toksisitas pada jantung " Stabil dalam sirkulasi " +ronkodilatasi " @elaksasi otot bergaris baik Kerugian eter sebagai anestesi umum # " 4udah terbakar, explosive (meledak) " !nduksi dan pemulihan lambat " Koeisien darah # gas C $9 " !ritasi saluran pernaasan D hipersali'asi " 4ual " muntah pasca bedah (iritan) " =apat berbahaya pada penderita =iabetes 4elitus " 5lukosa darah E akibat pelepasan adrenalin pada stadium !! dan
stadium !!! anestesi 1?. Dan -aga(mana ,ula *engan kl)r)!)rm" hal)tan" s(kl),r),an" n(trus )ks(*a" *an ,ent)tal6
a
Kloroorm # " Keuntungan #
12
Non irritable, relaksasi otot baik, tidak mudah terbakar, tidak mudah meledak (non explosive) "
Kerugian # =epresi miokard, hepatotoksik
b
Halotan # " Keuntungan # Potensi anestesi # poten, non iritan, non explosive, induksi cepat, pemulihan baik, mual muntah pasca bedah jarang "
Kerugian # +atas keamanan tidak lebar, relaksasi otot bergaris kurang, depresi miokard
dan
sensiti'itas
'asodilatasi,
miokard
dapat
terhadap
terjadi hipotensi.
adrenalin
(terjadi
4eningkatkan
aritmia),
depresi
pernaasan, aliran darah otak meningkat oleh karena resistasi 'askular otak menurun, menimbulkan komplikasi seperti hepatitis pasca bedah. c
Siklopropan # "
Keuntungan # +ekerja, saturasi O2 hampir $99F, dapat diberikan dalam bermacam" macam konsentrasi tanpa mempengaruhi ungsi badan
"
Kerugian # Sangat eksplosi dan mudah terbakar, cenderung mempengaruhi dan
menekan pernapasan d
*itrous oksida # " Keuntungan # Non irritable, non explosive, induksi dan pemulihan cepat, eek analgesia besar, terjadi euoria, batas keamanan lebar, eek terhadap sistem kardio'askular dan pernaasan kecil, peningkatan aliran darah ke otak paling kecil "
Kerugian# Potensi anestesi lemah, relaksasi otot bergaris kurang baik, pada akhir anestesi dapat terjadi hipoksia ringan. 13
e
Pentotal # " Keuntungan# !nduksinya sangat cepat, pemulihan cepat kecuali bila diberikan secara berulang"ulang, non iritan, tidak ada mual muntah pasca bedah, sensitisasi epinerin terhadap jantung tidak ada. "
Kerugian# 1ek analgesia kecil
11. Anestes( umum a,a sajakah ang t(*ak -)leh *(gunakan ,a*a ,en*er(ta ang -aru men*er(ta he,at(t(s (n!eks()sa6 Anestesi halotan, karena anestesi jenis ini dapat menghasilkan metabolit yang
dapat merusak hepar. 12. Anastes( manakah ang -a(k 0 *a,at *(gunakan ,a*a ,en*er(ta *engan tu-er5ul)s(s ,aru *u,leks 6 Anasthesi yang baik > dapat digunakan pada penderita dengan tuberculosis
paru dupleks adalah anasthesi yang tidak mengiritasi saluran napas dan tidak merangsang sekresi
kelenjar bronkus, yaitu
Ketamin, karena hanya
menganasthesia area spesiik saja di otak, dan tidak menyebabkan depresi pernaasan, sehingga naas tetap normal. 13. A,akah ,em-er(an a*renal(n *a,at *(lakukan ,a*a semua anasthes( *(atas6 Dengan anastes( a,a ang t(*ak -)leh6 %elaskan8 idak. Pada anasthesi menggunakan halotan tidak boleh diberikan adrenalin,
karena halotan memberikan eek kardio'askular dengan meningkatkan sensitiitas miokardium terhadap adrenalin, sehingga jika diberikan adrenalin, bisa menyebabkan terjadinya aritmia. Pada anestesi menggunakan ketamin juga tidak boleh dikombinasikan dengan adrenalin reco'ery"nya sudah lama dan tekanan darahnya sudah bisa meningkat tanpa adrenalin.
14
BAB 9
PENUTUP
9.1 $es(m,ulan
Percobaan ini dilakukan dengan menggunakan obat anastesi menguap, yaitu eter, karena eter memiliki siat anastetik kuat pada kadar rendah dan mudah larut dalam lemak, darah, dan jaringan sehingga dapat memperlambat terjadinya keseimbangan dan terle&atinya induksi. Pemberian eter terus"menerus seiring berjalannya &aktu akan memba&a kelinci pada tingkatan"tingkatan stadium, mulai dari stadium $, stadium 2, stadium plane $, stadium plane 2, dan stadium plane . Pada stadium plane pemberian eter harus dihentikan karena jika diteruskan dan kelinci memasuki stadium plane / dan stadium / akan menyebabkan kematian. 9.2 &aran
Sebaiknya dilakukan pengamatan secara teliti pada kelinci percobaan sehingga dapat diketahui dengan tepat kapan kelinci mulai memasuki stadium !, !!, !!! dan !?. Selain itu, pada saat melakukan praktikum perlu berhati"hati, terutama ketika kelinci memasuki stadium 2 karena kelinci cenderung memberontak.
15
DA+TAR PU&TA$A +oulton, homas + $::/. Anestethetic or 4edical Students, Penerbit +uku Kedokteran 15%, akarta.!ndonesia Sabiston, =a'id %. $::2. Buku Ajar Bedah. akarta# Penerbit +uku Kedokteran 15%. halaman $0"$8.
16