PENUNTUN/LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI
MEKANISME DASAR PENYAKIT
Nama
: ………………………………………..
No. Pokok
: ………………………………………..
Kelompok
: ………………………………………. Penyusun
dr. Baedah Madjid, Sp.MK dr. Muh. Nasrum Massi, Ph.D dr. Rizalinda Sjahril, M.Sc., Ph.D. dr. Firdaus Hamid Bagian Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin 2010
KARTU KONTROL PRAKTIKUM
MIKROBIOLOGI SISTEM BMD FAKULTAS KEDOKTERAN UNHAS
Nama
: ……………………………
NIM
: ……………………………
Kelompok
: …………………………....
TANGGAL
KEGAIATAN PRAKTIKUM A.
Melihat Morfologi bakteri:
Pewarnaan Sederahana
Pewarnaan negatif
Pewarnaan Burry-Gins
B.
Melihat mor morfologi dan dan sif sifat Gra Gram bakteri
C.
Melihat ba basil Ta Tahan as asam da dan sp spora bakteri:
Pewarnaan Ziehl Neelsen
Pewarnaan Kinjoun
Pewarnaan Spora
FOTO 4x6 BERWARNA
PARAF ASISTEN
ASISTEN MIKROBIOLOGI 2010-2011 MIKRO8A
AHMAD IBRAHIM RUM ANDI WIJA INDRAWAN P AMMAR ABDURRAHMAN ARLEN RESNAWALDI DIAH GEMALA IBRAHIM FATHLINA SARNISYAH DWI PUTRI YUNI SUPARDIN
TATA-TERTIB LABORATORIUM MIKROBIOLOGI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN Mahasiswa peserta kuliah Mikrobiologi harus mematuhi tata-tertib Bagian Mikrobiologi Fak. Kedokteran Unhas, seperti di bawah ini.
A. Sebelum mengikuti kegiatan Praktikum Mikrobiologi, setiap mahasiswa
diharuskan: 1.
Membaca Penuntun Praktikum dan membuat ringkasan praktikum yang akan dilakukan,
2.
Mengikuti kuis pada setiap praktikum, dan menyerahkan jawaban kuis sebelum meninggalkan laboratorium pada praktikum yang bersangkkutan,
B.
Pada saat Praktikum, setiap mahasiswa:
1.
Diharuskan membuktikan jati dirinya selama praktikum berlangsung,
2.
Diharuskan berpakaian, berpenampilan dan bertingkah laku yang baik dan
sopan layaknya sebagai seorang calon dokter. Selama kegiatan di bagian Mikrobiologi, semua peserta mata kuliah Mikrobiologi tidak diperkenankan memakai celana jins, baju kaos (T shirt), dan sandal. Mahasiswa pria yang berambut panjang tidak diperkenankan mengikuti semua kegiatan di Bagian Mikrobiologi Fak. Kedokteran UNHAS 3.
Pada setiap kegiatan praktikum diharuskan mengenakan jas laboratorium
yang bersih dengan papan nama. Ujung jilbab harus dimasukkan ke bagian dalam jas laboratorium. 4.
Tidak boleh meletakkan di atas meja kerja barang-barang berikut ini: tas,
buku dan lain-lain barang yang tidak dibutuhkan dalam kegiatan praktikum yang bersangkutan, 5.
Diharuskan menjaga ketertiban dan kebersihan lingkungan laboratorium,
utamanya meja kerja. 6.
Diharuskan berpartisipasi aktif pada semua kegiatan praktikum, termasuk
mengikuti kuis,
7.
Diharuskan bekerja dengan hati-hati mengingat bahaya infeksi dan
kebakaran. Dilarang keras bercanda di laboratorium, 8.
Semua bahan demonstrasi, kecuali preparat di bawah mikroskop, bisa
diangkat tetapi tutupnya tak boleh dibuka. 9.
Untuk melihat preparat demonstrasi dengan jelas, meja obyek dan
makrometer tidak boleh digerakkan. Mikrometer boleh digerakkan dengan tangan kiri agar tidak menyentuh pengungkit meja obyek. 10.
Bila ada bahan yang tertumpah di atas meja kerja atau lantai, atau alat
gelas yang pecah, diharuskan melapor pada pembimbing praktikum yang bertugas untuk segera didekontaminasi dengan larutan lisol, 11.
Bila bahan pemeriksaan atau isolat bakteri cair mengenai bagian tubuh
atau pakaian, diharuskan segera melapor pada pembimbing praktikum yang bertugas, 12.
Tidak diperkenankan makan, minum, merokok atau memoleskan kosmetik
di dalam ruangan praktikum selama kegiatan praktikum berlangsung,
C.
Pada setiap ahir Praktikum , mahasiswa diharuskan melakukan hal-hal di
bawah ini: a.
Mengisi formulir kontrol mikroskop tentang keadaan mikroskop
sebelum dan setelah dipakai, b.
Mencuci tangan dengan sabun antiseptik,
c.
Menyerahkan kartu kontrol praktikum untuk diperiksa dan
ditanda-tangani oleh pembimbing, bila semua hal di atas telah dilaksanakan dengan baik.
D.
Mahasiswa diharuskan membuat Laporan Praktikum dan menyerahkannya ke Bagian Mikrobiologi selambat-lambatnya 2 hari setelah praktikum yang bersangkutan dilakukan. Mahasiswa yang tidak menyerahkan laporan pada waktunya dianggap tidak mengikuti praktikum. Mahasiswa yang tidak mengikuti praktikum, tidak diperkenankan mengikuti ujian praktikum.
MIKROSKOP Hal-hal yang perlu diperhatikan pada pemakaian mikroskop: 1. Mikroskop harus di bawa dalam keadaan datar dengan dua tangan, kemudian diletakkan pada posisi horizontal di atas meja yang datar, 2. Lensa okuler dan lensa obyektif dibersihkan sebelum dipakai dengan kertas lensa, dan bila perlu dengan menggunakan xylol. Dilarang keras menggunakan kertas tissue dan lain-lain bahan untuk membersihkan lensa, 3. Sumber cahaya harus bisa diatur sehingga cukup terang dan tidak menyilaukan mata. Gunakan diafragma dan filter bila perlu, 4. Letakkan kaca benda di atas meja mikroskop dan aturlah sehingga preparat terletak tepat di bawah lensa obyektif, 5. Pertama-tama lihat obyek dengan pembesaran kecil, yaitu dengan menggunakan lensa obyektif pembesaran 10 kali dan lensa okuler pembesaran 10 kali. Turunkan lensa obyektif pelan-pelan dengan memutar makrometer sampai tampak bayangan yang jelas (coarse focus ajustment). Pertajam bayangan yang tampak dengan memutar mikrometer (fine focus ajustment) pelan-pelan. Makrometer dan mikrometer harus diputar dengan menggunakan jari tangan kiri dan hindari tersentuhnya kaca benda dengan jari-jari anda, 6. Bila mau menggunakan pembesaran besar (lensa obyektif 100 kali), maka tetesilah preparat dengan satu tetes minyak emersi. Lalu ganti lensa obyektif dengan lensa pembesaran 100 kali. Pertajam bayangan gambar dengan memutar mikrometer pelan pelan sampai tampak bayangan obyek yang jelas. Menurunkan tubus mikroskop harus dengan sangat berhati-hati agar kaca benda tidak pecah, dan tekanan tidak merusak lensa dan preparat, 7. Kalau memakai lensa monokuler, gunakanlah satu mata untuk melihat tetapi mata yang sebelah lagi harus tetap terbuka. Kalau memakai lensa biokuler, aturlah jarak kedua lensa okuler sesuai dengan jarak titik tengah lensa mata anda. Gunakanlah kedua mata anda untuk melihat obyek di bawah mikroskop,
8. Setelah pengamatan selesai, naikkanlah lensa obyektif pelan-pelan dengan memutar makrometer. Keluarkan preparat dari meja mikroskop, bersihkan dengan xylol dan serahkan ke petugas laboratorium, 9. Bersihkan lensa obyektif dengan xylol dan kertas lensa sebelum disimpan.
BERDOA DAN BELAJAR....
ACUAN MORFOLOGI, STRUKTUR SEL DAN KLASSIFIKASI BAKTERI
PENDAHULUAN Bakteri adalah mahluk hidup , bersel tunggal kecil dengan dimeter kira-kira 1
µ
golongan
Sel
protista
prokariotik karena
rendah.
m,
yang masuk dalam bakteri
termasuk
sel
mempunyai organisasi sel yang lebih
sederhana, tidak mempunyai apparatus mitosis dan intinya hanya merupakan lembaran khromosom tanpa
membran
inti. Bakteri bisa dilihat di bawah mikroskop cahaya, yang akan lebih jelas bila diwarnai.
MORFOLOGI BAKTERI Dengan
menggunakan
mikroskop
cahaya
dapat
dibedakan dua bentuk dasar bakteri, yaitu bakteri berbentuk bulat yang diosebut kokkus (cocci) dan yang berbentuk silender yang disebut basil ( bacilli). Kokkus bisa nampak berdua-dua disebut diplokokkus seperti
rantai
manik-manik
(diplococci), terletak
disebut
streptokokkus
(streptococci), atau terdapat dalam kelompok yang disebut stafilokokkus (staphylococci). Kokkus bisa juga nampak terletak berempat atau berdelapan seperti kubus, yang disebut tetraden. Kokkus yang demikian termasuk kelompok
sarcina. Basil yang pendek biasanya disebut kokkobasil (coccobacilli),
yang kedua ujungnya meruncing disebut
basil berbentuk kumparan (fusiform bacilli) , bila basil tumbuh sebagai filamen yang panjang disebut bentuk
filamen (filamentous form), dan bila melengkung disebut koma (vibrio), yang kadang-kadang membentuk seperti spiral.
STRUKTUR SEL BAKTERI DAN FUNGSINYA A. Dinding sel = cell wall Dionding sel yang kaku terletak di luar membran sel memberi bentuk pada sel dan mempertahankan keutuhan sel. Pada bakteri negatif Gram dinding ini terdiri dari lipopolisakharida (LPS) dan pada bakteri positif Gram terdiri dari peptidoglikan. Bakteri bisa kehilangan dinding selnya dan menjadi bentuk yang disebut bentuk L, misalnya akibat pengaruh pemakaian antibiotik yang tidak rasional.
B. Membran sel = cell membrane Terdiri dari:
1.
Lapisan
terluar
yang
terdiri
dari
protein
bermolekul tunggal. Fungsi lapisan luar ini belum jelas.
2.
Membran luar (outer membrane) yang
terdiri dari
lipopolisakharida, dan empat macam protein, tetapi tidak mengandung
protease dan
fosfolipase.
Dua
protein
terbanyak
dikenal
sebagai
porin
yang
membentuk pori-pori. Fungsi dari membran luar ini adalah membantu sel dalam masuk-keluarnya bahanbahan tertentu dari luar ke dalam sel dan sebaliknya.
3.
Membran
sitoplasma
(cytoplasmic
membrane)
dalah membran setebal 7-8 nm yang membatasi sitoplasma sel. Membran ini terdiri dari lemak dan protein.
C. Sitoplasma sel = cell cytoplasmic Didalam sitoplasma terdapat air, protein dan ribosom yang terdiri dari RNA. Didalam sitoplasma beberapa bakteri juga bisa terdapat granula-granula (butiran), misalnya
granula
Corynebacterium biasanya
terdiri
metakhromatis diphtheriae.
dari
deposit
pada
sitoplasma
Granula-granula zat-zat
tertentu
ini yang
disimpan sementara dalam sitoplasma sel..
D.Benda inti = Nuclear body (nucleoid) Terdiri
dari
lembaran-lembaran
DNA
yang
berfungsi
sebagai pembawa sifat.
E. Kapsul = capsule Terdiri dari polisakharida atau polipeptida, dan berperan pada perlekatan bakteri pada epitel dan mencegah fagositosis.
F. Bulu cambuk = Flagella Satu tonjolan panjang seperti filamen
yang terdiri dari
bahan yang disebut flagellin. Flagella ini berperan pada
pergerakan bakteri. Berdasar letaknya flagella bisa dibagi atas:
1.
Flagella peritrikhous: flagella tersebar diseluruh
permukaan bakteri.
2.
Flagella
monotrikhous:
bakteri
hanya
mempunyai satu flagella yang terletak pada salah satu ujungnya.
3.
Flagella polar, terdapat satu berkas flagella
pada salah satu ujung atau pada kedua ujung bakteri.
G.Pili = fimbriae Pili terdapat pada kebanyakan basil-basil negatif Gram, berupa fambut-rambut halus yang terdiri dari protein. Pili ini berperan pada perlekatan bakteri pada permukaan epitel inang.
H.Endospora Beberapa basil positif Gram data membentuk spora bila situasi lingkungan tidak cocok untuk kebutuhan hidupnya, peristiwa ini disebut sporolisasi. Bila keadaan lingkungan sudah sesuai dengan kebutuhannya, maka spora ini bisa berubah kembali menjadi bentuk vegetatif dari bakteri yang
bisa
Peristiwa
bermetabolisme
dan
berkembang
biak.
perubahan spora menjadi bentuk vegetatif
disebut germinasi. sporolisasi germinasi
Spora di dalam sel bakteri bisa terletak dibagian tengah, atau di ujung sel. Spora ini bisa berbentuk bulat atau lonjong.
KLASIFIKASI BAKTERI Bakteri bisa diklassifikasikan menurut bermacam-macam hal, misalnya menurut morfologi, berdasar sifat pewarnaan, berdasar aktivitas metabolismenya, atau berdasar garis keturunan (klassifikasi filogenik).
Klasifikasi berdasar sifat pewarnaan a.
Berdasarkan sifat Gram, bakteri dibagi atas: Bakteri positif Gram, yang pada pewarnaan
-
Gram akan berwarna ungu tua. Bakteri negatif Gram, yang pada pewarnaan
-
Gram akan merah muda, kalau memakai air fuchsin sebagai zat warna kontas, atau berwarna merah kalau memakai safranin sebagai zat warna kontras.
b.
Berdasar sifat tahan asam. Pewarnaan tahan asam
hanya
dipakai
untuk
identifikasi
species
Mycobacterium, yang sukar diwarnai secara Gram. Dengan pewarnaan ini Mycobacterium nampak sebagai basil-basil yang tahan asam.
2. Klassifikasi berdasar gambaran morfologi bakteri dibagi atas basil, kokkus dan spiral.
JENIS PEWARNAAN BAKTERI Mikroorganisme
hidup sulit sekali diamati, bukan saja
karena ukurannya yang kecil, tapi juga karena mereka transparan dan tidak berwarna bila mereka
berada dalam
larutan. Untuk diagnosis perlu dilihat beberapa sifat bakteri dan untuk itu pewarnaan dan pemeriksaan mikroskopis merupakan alat diagnosis mikrobiologis yang utama.
Zat
warna adalah bahan kimia yang bisa digolongkan atas kelompok yang terdiri dari satu bahan organisk yang mengandung lingkaran benzine ditambah satu khromofor dan kelompok
auksogrom. Kemampuan satu zat warna
untuk terikan pada makromolekul sel misalnya protein, atau asam amino, tergantung pada muatan listrik yang terdapat pada bagian chromogen, begitu juga muatan listrik yang terdapat dalam sel atau jaringan yang akan diwarnai. 1.
PEWARNAAN SEDERHANA Pada Pewarnaan Sederhana diwarnai dengan hanya
menggunakan satu reagensia. Biasanya dipilih zat warna basic dengan chromogen bermuatan positif karena asam nukleat bakteri dan beberapa
komponen dinding sel
bermuatan negatif yang dengan kuat dapat mengikat chromogen
kationik.
Manfaat
pewarnaan
sederhana
hanya untuk melihat dari sel-sel bakteri.
morfologi dan cara berkelompok
Zat warna basic yang palings ering
digunakan untuk pewarnaan sederhana adalah methylen blue, crystal violet, dan carbol fuchsin. 2.
PEWARNAAN NEGATIF Untuk Pewarnaan Negatif
harus dipakai zat warna
acidic, misalnya tinta India atau negrosin.
Zat warna
acidic dengan chromogen yang bermuatan negatif, tidak bisa
berpenetrasi
ke
dalam
sel
karena
bagian
permuukaan bakteri juga bermuatan negatif. Akibatnnya, sel yang tidak diwarnai akan dengan mudah dilihat pada latar
belakang
yang
berwarna.
Penggunaan
praktis
pewarnaan negatif ada dua. Pertama, karena tidak perlu dilakukan fiksasi dengan panas dan juga
tidak ada
pengaruh bahan kimia, maka bentuk dan ukuran asli bisa diamati. Kedua, dengan cara ini bisa diamati bakteri yang tidak diwarnai. 3.
PEWARNAAN GRAM Untuk
Pewarnaan
Diffirintial
diperlukan
paling
sedikitnya 3 reagensia kimiawi pada preparat hapus yang telah difiksasi. Zat warna yang pertama disebuat zat
warna primer. Zat warna ini akan masuk ke semua sel pada preparat. Untuk memberikan zat warna kontra, terlebih dahulu harus dilakukan
pelunturan dengan
menggunakan reagensia kedua yaaitu zat
peluntur.
Berdasar komposisi kimiawi komponen dari sel, maka zat dekolorisasi bisa atau tidak bisa menghilangkan zat warna pertama dari sel atau hanya dari beberapa diepaskan dari beberapa struktursel. Reagensia yang terahir adalah zat
warna kontras yang memnerikan warna yang kontras dengan zat warna perimer. Bila setelah pelunturan zat warna primer tidak luntur, maka zat warna kontras tidak bisa diabsorbsi oleh sel dan sel atau komponennya tetap berwarna seperti warna zat warna primer. Bila zat warna primer luntur pada pelunturan, maka komponen sel yang warnanya sudah luntur dan akan menerima zat warna kontras. dengan cara ini tipe sel dan strukturnya dengan mudah dapat diabedakan dari sel yang lain berdasarkan warna yang menetap pada sel. Pewarnaan Differential pada bakteriologi yang paling penting adalah Pewarnaan Gram.
Dengan pewarnaan
ini bakteri dibagi atas dua kelompok besar, yaitu bakteri positif-gram dan negatif-gram, sehingga cara pewarnaan ini merupakan satu alat penting untuk klassifikasi dan identifikasi mikroorganisme.
Dasar pewarnaan Gram
adalah perbedaan komposisi kimiawi dinding sel bakteri. Sel positif-gram mempunyai lapisan peptidoglikan yang tebal, sedangkan peptidoglikan pada sel-sel negatif-gram lebih
tipis
dan
dikelilingi
oleh
lapisan
luar
yang
mengandung lemak. Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa bila sel positif-gram kehilangan dinding sel akibat
kerja dari lysosim atau penicillin, maka dinding bakteri ini akan diwarnai seperti negatif-gram. menggunakan
empat
Pewarnaan Gram
reagensia: 1). Crystal violet
sebagai zat warna primer, 2). Lugol atau Gram’s Iodine sebagai mordant, 3). Alkohol 96% sebagai peluntur, dan 4). Safranin atau larutan fuchsin sebagai zat warna kontras.
Zat warna primer: Crystal violet Zat warna ungu ini dipakai pertama yang akan mewarnai sel-sel menjadi ungu.
Mordant: Grams’s iodine atau lugol adalah
substansi
yang
dipakai
untuk
meningkatkan
affinitet dari sel terhadap zat warna. Peningkatan affenitat ini bisa terjadi dengan karena ikatan antara mordant dan zat warna primer yang akan membentuk satu kompleks yang tidak larut (Kompleks Cystal-violet-isodine = CV-I), yang akan menyebabkan warna zat warna jadi lebih intens. Pada keadaan ini warna sel menjadi ungu tua.
Bahan Peluntur = Ethyl alcohol 96% Reagensia ini memberikan peran ganda yaitu sebagai bahan yang menyebabkan dehidrasi protein dan sebagai bahan pelarut lemak. Kerja alkohol tergantung pada dua faktor, yautu konsentrasi lemak dan ketebalan lapisan
peptidoglikan pada dinding sel. gram, alkohol akan
Pada sel-sel
negatif-
menambah porisitas dinding sel
dengan melarutkan lemak pada
lapisan luar.
Hal ini
menyebabkan kompleks CV-I lebih mudah dilepaskan dari lapisan peptidoglikan yang tipis dan kurang ber (crosslink).
Akibatnnya
effek
pelunturan
dari
alkohol
memfasilitasi dikeluarkannya kompleks CV-I yang tidak terikan, sehingga sel menjadi tidak berwarna. Lapisan peptidoglikan yang lebih tebal pada sel-sel positif-gram berperan pada retensi yang lebih kuat dari kompleks CV-I, karena pori menjadi lebih kecil akibat effek dehidrasi oleh alkohol. Jadi ikatan yang erat dari kompleks zat warna primer sukar dilunturkan, dn sel tetap berwarna ungu.
Zat Warna Kontras: Safranin atau larutan fuchsin Reagensia terahir ini, diguakan untuk mewarnai sel yang telah dilunturkan menjadi merah ke kuningan (Safranin) atau merah keunguan (Fuchsin). Karena hanya sel-sel negatif-gram yang mengalami pelunturan, maka sel-sel inilah yang mengambill warna zat warna kontras.
Sel
yang positif-gram akan tetap mempertahankan warna ungu dari zat warna primer. 4.
PEWARNAAN TAHAN ASAM (METODE ZIEHL-
NEELSEN) Mayoritas organisme bisa diwarnai baik secara sederhana maupun dengan Gram, tetapi beberapa genera terutama
anggota genus Mycobacterium
bersifat resisten dan
hanya bisa dilihat dengan pewarnaan tahan asam. Karena M. tuberculosis dan M. leprae adalah bakteri yang patogen untuk menusia, maka cara ini merupakan cara diagnostik penting untuk identifikasi organisme ini Perbedaan sifat antara mycobacteria dengan lain-lain mikroorganisme disebabkan oleh dindingnya yang tebal dan berlemak, sehingga sukar dimasuki oleh zat warna.
Sebaliknya,
sekali zat warna masuk ke dalam sel, zat warna tersebut sangat sukar dikeluarkan dari sel walaupun dengan menggunakan alkohol asam. Karena sifat inilah organisme ini disebut tahan asam, sedangkan organisme lain yang dengan mudah dilunturkan oleh alkohol asam biasanya disebaut tidak tahan asam. Pewarnaan tahan asam menggunakan tiga reagensia yang berbeda:
Zat Warna Primer: Carbol Fuchsin. Tidak sama dengan sel yang dengan mudah diwarnai dengan larutan zat warna biasa, kebanyakan species mycobacteria tidak stabil dengan zat warna biasa seperti methylen blue dan crystal violet. Carbol fuchsin, satu zat warna berwarna merah yang mengandung fenol yang bisa larut dalam bahan berlemak yang terdapat pada dinding sel mycobacteria dan terikat disana. Penetrasi kemudian terjadi
dengan
bantuan
pemanasan,
yang
akan
mendorong carbol fuchsin masuk ke sitoplasma melalui dinding sel yang berlemak. Setelah pemberian zat warna primer menyebabkan semua sel berwarna merah.
Bahan Peluntur: Alkohol asam ( Ethanol 95% + HCl 3%) Sebelum pelunturan preparat harus didinginkan, untuk membekukan
bahan-bahan
pada
dinding
sel
yang
berlemak (waxy cell substance). Pada pemberian alkohol asa, sel-sel yang tahan asam tidak akan dilunturkan karena zat warna primer lebih larut dalam lemak sel bila dibanding dengan zat peluntur. Dalam hal ini zat warna primer akan menetap
dan mycobacteria akan tetap
berwarna merah. hal ini tidak berlaku untuk organisme yang tidak tahan asam yang mengandung wax hanya sedikit. Zat warna primer lebih mudah dilunturkan, dan menyebabkan sel tidak berwarna.
Zat Warna Kontras: Methylen Blue. Digunakan untuk pewarnaan ahir untuk mewarnai sel yang
tidak berwarna setelah dilunturkan. Karena hanya
organisme yang tidak tahan asam yang bisa dilunturkan, maka sekarang mereka akan menyerap zat warna kontras dan akan berwarna biru, sedangkan yang tahan asam akan tetap berwarna merah sessuai warna zat warna primer.
5.
PEWARNAAN SPORA
Anggota genus Clostridium yang anaerob dan genus Bacillus yang aerob adalah contoh basil berspora yang dapat berubah dari bentuk vegetatif menjadi endospora bila
lingkungannya
tidak
sesuai
dengan
kebutuhan
hidupnya. Proses tersebut dikenal sebagai sporogenesis. Endospora dikelilingi oleh lapisan-lapisan kedap air, yang disebut spore coat. . Bila keadaan lingkungan bertambah jelek endospora ini akan berubah menjadi spora yang independen.. Karena komposisi kimiawi lapisan-lapisan spora,
maka
spora
resisten
terhadap
effek
yang
berbahaya, misalnya terhadap temperatur yang tinggi, pembekuan, radiasi, pengeringan, dan
bahan
kimia,
termasuk juga zat warna yang sering digunakan. bentuk spora ini akan berubah kembali menajdi bentuk vegetatif bila lingkungan sudah sesuai dengan kebutuhannya. Peristiwa ini disebut sebagai germinasi. Pewarnaan Spora menggunakan dua reagensia yang bebeda.
Zat Warna Primer: Malachite Green. Spora tidak bisa diwarnai seperti mewarnai sel vegetatif, disebabkan karena adanya spore coat yang tidak mudah mengikat zat warna primer. Untuk penetrasi zat warna, diperlukan pemanasan. Setelah diberi zat warna primer,
kemudian preparat dipanasi, sel vegetatif dan spora akan berwarna hijau.
Zat Peluntur: Air. Sekali malachite green masuk ke dalam spora, tidak bisa lagi
dilunturkan
dengan
air
mengalir,
melunturkan sisa-sisa zat warna primer.
yang
hanya
Spora tetp
berwarna hijau. sebaliknya zat warna tidak menunjukkan affeniteit yang kuat dengan komponen sel vegetatif, air bisa melunturkannya,
yang kemudian menjadi
tidak
berwarna.
Zat Warna Kontras: Safranin atau larutan Fuchsin. Zat warna kontras yang berwarna merah ini digunakan untuk mewarnai sel vegetatif yang sudah dilunturkan, yang kemudian akan mengabsorbsi zat warna kontras dan akan berubah menjadi berwarna merah. Sora tetap berwarna hijau seperti warna zat primer. 6.
PEWARNAAN KAPSUL
Kapsul adalah struktur sel yang berupa lendir sehingga tidak bisa diwarnai. Untuk melihat kapsul bisa dipakai metode Burry-Gins, yaitu perpaduan antara pewarnaan negatif dengan pewarnaan sederhana. Pada pewarnaan ini digunakan 2 macam reagensia;
Zat Warna Primer: Tinta India atau Negrosin
Dibuat
preparat
seperti
pada
pembuatan
prepafrat
negatif, semua akan berwarna hitam, kecuali sel bakteri akan nampak sebagai rongga kosong sesuai dengan bentuk bakteri.
Zat Warna Kontras: Safranin atau Larutan Fuchsin Setelah preparat kering lalu dituangi dengan zsafranin atau fuchsin, maka sel bakteri akan berwarna merah sedang kapsul tetap tidak berwarna.
PRAKTIKUM
MEKANISME DASAR PENYAKIT
PETUNJUK 1. Disediakan untuk masing-masing regu A.
Preparat Pewarnaan sederhana, Pewarnaan
negative & Pewarnaan Burry-Gins B.
Preparat Pewarnaan Gram
C.
Gram Pewarnaan tahan asam dam Pewarnaan
Spora 2.
Setiap mahasiswa diwajibkan untuk melihat dan
meneliti semua hal yang didemonstarsikan. 3.
Buat catatan, gambar dan laporkan apa yang dilihat.
HASIL PENGAMATAN A. MELIHAT MORFOLOGI BAKTERI 1. PEWARNAAN SEDERHANA Disediakan pewarnaan sederhana dengan air fuchsin dan methylen blue dari preparat hapus isolate basil dan isolate kokkus Hasil Pengamatan Air fuchsin
Basil
Kokkus
Methylen blue
Basil
Kokkus
2. PEWARNAAN NEGATIF Disediakan peparat negatif dari: a.
Isolat streptobasil
b.
Isolat kokkus
Hasil pengamatan
Strepto-basil
Kokkus
3. PEWARNAAN BURRY-GINS Disediakan preparat Burry-Gins dari bakteri berkapsul .Hasil pengamatan
C.
MELIHAT MORFOLOGI DAN SIFAT GRAM
BAKTERI Disedakan preparat Gram dari : 1.
Isolat basil polimorf negatif Gram ( Salmonella)
2.
Isolat basil sama besar negatif Gram (Klebsiella)
3.
Isolat kokko-basil negatif Gram (Escherechia)
4. Diplokokkus negatif Gram 5. Isolat Kokkus positif Gram
6. Isolat streptobasil positif Gram
Hasil pengamatan Negatif-Gram
1. Basil polimorf
2. Basil monomorf
Negative-Gram
3. Kokko-basil
4. Sekret urethra
Positif-Gram
5. Kokkus
6. Strepto-basil
D. 1.
MELIHAT BASIL TAHAN ASAM DAN SPORA PEWARNAAN TAHAN ASAM Pewarnaan Ziehl-Neelsen Disediakan preparat tahan asam dari sputum yang
diwarnai secara Ziehl-Neelsen
Hasil Pengamatan Warna BTA Bakteri TTA
Dasar Preparat
Inti sel lekosit
Gambaran Mikroskopik
Ziehl-Neelsen
2. PEWARNAAN SPORA
Diberikan preparat basil bersopra dengan pewarnaan malachite green
Kesimpulan : Warna : Bakteri vegetatif
:
……………………………. Spora
:
……………………………… KESIMPULAN : ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… ……………………………………………………………………………… …………………………..