PENGENALAN POLUSI KEBAUAN BERDASARKAN PARAMETER BAU DENGAN SAMPEL LIMBAH DI LINGKUNGAN SEKITAR INTRODUCTION OF ODOR POLLUTION BASED ON THE PARAMETERS OF THE SAMPLE WITH THE SMELL OF SEWAGE IN THE SURROUNDING ENVIRONMENT Amir Hamzah1, Andita Dwi Sefiani2, Eman Serius Waruwu3 Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor, Jln. Kamper Kampus IPB Dramaga, Bogor, 16680 Email:
[email protected],
[email protected],
[email protected] Abstrak : Kebauan adalah bau yang tidak diinginkan dalam kadar dan waktu tertentu yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Sumber bau dapat berasal dari kawasan pembuangan sampah maupun sumber lain. Kebauan dapat mengganggu aktifitas manusia dan dapat menimbulkan penyakit apabila melebihi batas maksimum ketentuan yang sudah ditetapkan oleh KepMenLH No. 50 Tahun 1996. Tujuan penelitian adalah dapat mengetahui berbagai contoh senyawa yang menimbulkan bau tidak sedap, mengenal sumber-sumber polusi kebauan di lingkungan, dan mengenali baku mutu nasional tingkat kebauan sebagai perbandingan hasil yang didapat dari hasil penelitian. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kualitas Udara IPB, tanggal 13 November 2014. Bahan yang digunakan amoniak (NH3), metil merkaptan (CH3SH), hidrogen sulfida (H2S), metil sulfida ((CH3)2S) dan stirena (C6H8CHCH2). Metode yang dilakukan adalah dengan cara menghembuskan dengan pelan menggunakan telapak tangan kearah hidung untuk mencium bau dari setiap senyawa. Berdasarkan hasil identifikasi terhadap 6 sampel uji, diperoleh 2 senyawa yang sesuai dengan parameter, yaitu H 2S (Hidrogen Sulfida) dan NH3 (Amoniak). Senyawa amoniak (NH3) dapat ditemukan di toilet dan hidrogen sulfida dapat pada telur yang membusuk yang menyebabkan bau tidak enak atau pada makanan yang sudah busuk. Berdasarkan Baku mutu nasional batas maksimum kandungan senyawa amoniak adalah sebesar 2 ppm, sedangkan hidrogen sulfida sebesar 0.01 ppm. Kata kunci : kebauan, Jenis senyawa, Sumber kebauan, Parameter kebauan Abstract : Smelly is a sweet not wanted in the level and a certain period of time that can affect human health and comfort environment. Source of the odor may come from garbage disposal area and other sources. Kebauan can affect human activity and can cause disease when exceed maximum limit based on that have been determined by kepmenlh No. 50 in 1996. The aim of the research is that it can get many examples compounds that are not pleasant odours to sources, recognize kebauan pollution in the environment, and recognize quality standard level national kebauan results obtained as a comparison from the result of the research. Research carried out in the laboratory quality of air IPB, on November 13, 2014. Material that is used ammonia (NH3), methyl merkaptan (CH3SH), hydrogen sulfide (H2S), methyl sulfide ((CH 3 -)2S) and stirena (C6H8CHCH2). The method that will be done was to expire with slow using his hands toward noses to smell odor from each compound. Based on the result identification of 6 sample tests, increased by 2 compounds that were in accordance with the parameter, namely H2S (Hydrogen Sulfide) and NH3 (Ammonia). The Proportion ammonia (NH3) can be found in the bathroom and hydrogen sulfide can in the eggs that decay that causes smell not tasty or in foods that are corrupted. Based on quality Standard national maximum limit compound contains ammonia was 2 ppm, while hydrogen sulfide of 0.01 ppm. Key words : Smelly, the Type of compounds, the Source, the smelly of parameters.
PENDAHULUAN Pencemaran lingkungan dapat dikenali dengan mudah melalui indera penglihatan (mata), rasa, pendengaran, dan penciuman. Dengan mata dapat dikenali dengan mudah air sungai yang tercemar berwarna keruh, asap pabrik yang hitam pekat, ikan mati akibat kekurangan oksugen. Dengan lidah dapat dikenali air yang
tidak normal, asam, dengan pendengaran dapat dirasakan suara yang sangat gaduh atau rebut melewati batas normalnya. Dengan indera penciuman, adanya pencemaran dapat diidentifikasi sumbernya dan proses yang sedang berjalan. Pencemaran yang menimbulkan bau menggunakan udara sebagai media pembawanya (Surna T et al 1989). Sumber bau dapat berasal dari kawasan pembuangan sampah, kawasan perindustrian, kawasan perniagaan, sistem peparitan yang tidak lancer dan tersumbat. Tempat pembuangan sampah-sampah yang diambil dan dikutip di kawasan perumahan dikumpulkan di pusat pelupusan sampah menimbulkan bau busuk yang mengganggu aktivitas masyarakat sekitar. Kawasan perindustrian yang melepaskan asap kimia yang mengeluarkan bau yang kurang menyenangkan. Selain itu juga, kilang pemeliharaan ternak seperti ayam yang mengeluarkan kotoran yang menyebabkan bau busuk. Kawasan perniagaan yang membuang sisa makanan dan lebihan jualan di kawasan perniagaan yang tidak diurus oleh pihak pembersihan menimbulkan bau busuk. Dan sistem peparitan yang tidak diurus dengan baik, misalnya pembuangan sampah pada parit yang menyebabkan saluran tersumbat dan mengakibatkan bau busuk (Gunawan F 1991). Adanya berbagai jenis bahan pencemar yang dibebaskan keudara menyebabkan udara yang kita hirup sudah tidak aman lagi. Bau adalah suatu rangsangan dari suatu zat yang diterima indra penciuman. Kebauan juga merupakan bau yang tidak diinginkan dalam kadar dan waktu tertentu yang dapat mengganggu kesehatan dan kenyamanan lingkungan. Oleh karena itu pemerintah mengeluarkan suatu baku tingkat kebauan yang merupakan standar yang diperbolehkan untuk kenyaman lingkungan. Baku tingkat kebauan adalah batas maksimal bau dalam udara yang diperbolehkan yang tidak mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Dalam penelitian ini, dilakukan percobaan pada beberapa contoh uji sumber bau yang dianalisis oleh masing-masing kelompok. Adapun tujuan dari penelitian adalah dapat mengetahui berbagai contoh senyawa yang menimbulkan bau tidak sedap, dapat mengenal sumber-sumber polusi kebauan di lingkungan, dan mengenali baku mutu nasional tingkat kebauan sebagai perbandingan hasil yang didapat dari hasil penelitian.
TINJAUAN PUSTAKA Udara merupakan sumber daya alam yang digunakan makhluk hidup sebagai media persediaan senyawa untuk pemenuhan keperluan energinya. Pada udara terdapat campuran berbagai macam gas yang perbandingannya tidak tetap. Komposisi gas-gas tersebut dipengaruhi oleh temperatur udara, tekanan udara atau faktor lingkungan disekitarnya. Namun di udara tidak hanya terdapat zat yang bermanfaatbagi makhluk hidup, tetapi juga terdapat senyawa dan zat yang dapat menimbulkan gangguan apabila dalam konsentrasi tertentu. Gangguan dari zat pencemar di udara biasanya berupa bau. Polusi bau merupakan polusi yang disebabkan oleh polutan yang berada diudara yang diakibatkan dari proses pembusukkan suatu material atau peristiwa terlepasnya senyawa kimia yang berbau dan terakumulasi disuatu ruang. Sumber bau disebut zat odoran, yaitu zat berupa zat tunggal maupun campuran senyawa yang menimbulkan rangsangan bau pada keadaan tertentu (Slamet R 1982). Secara alamiah, bau hanya bisa ditangkap oleh indra penciuman manusia, namun dalam pengkategorian bau dapat menggunakan deskriptor bau yang menunjukkan tingkat kebauan suatu konsentrasi zat dalam udara. Upaya yang dilakukan dalam
pengendalian pencemaran bau, yaitu pemerintah menetapkan baku mutu tingkat kebauan. Baku mutu tingkat kebauan adalah batas maksimal bau dalam udara yang diperbolehkan dan tidak mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Senyawa standar parameter bau sebagai pembanding diantaranya, amoniak (NH3), metil merkaptan (CH3SH), hidrogen sulfida (H2S), metil sulfida ((CH3)2S) dan stirena (C6H8CHCH2). Kelima parameter ini, terdapat pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebauan. Untuk mengatasi gangguan dari zat pencemar di udara, maka diperlukan pengetahuan mengenai bau pada suatu zat, sehingga dapat dilakukan upaya pengendalian untuk mengatasi polusi kebauan tersebut. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebauan, diatur dalam dua jenis zat odoran bau yaitu berupa zat odoran tunggal dan zat odoran campuran. Di lingkungan, timbulnya bau dapat disebabkan oleh beberapa reaksi kimia yang terjadi diantaranya amoniak, metil merkaptan, hidrogen sulfida, metil sulfida, dan stirena merupakan senyawa bau yang menimbulkan kesan negatif. Pembentukan stirena berasal dari dekarboksilasi langsung asam sinamat yang terprotonisasi. Stirena diproduksi oleh fungi dan bakteri. Senyawa berikutnya yaitu Metil sulfida yang merupakan cairan tidak berwarna, mudah terbakar, bau menyengat. Hidrogen sulfida merupakan gas yang tidak berwarna, beracun, mudah terbakar dan berbau seperti telur busuk. Menghirup hidrogen sulfida dapat menyebabkan pingsan, gangguan pernnafasan, bahkan kematian. Hidrogen sulfida dibentuk dari reduksi sulfat dan dekomposisi kandungan sulfur organik pada kotoran dalam kondisi anaerob. Gas H2S ini merupakan gas yang lebih ringan dari pada udara, mudah larut dalam air dan mempunyai bau seperti telur busuk (Mukono 2005).
METODE PENELITIAN Penelitian kali ini yaitu penentuan polusi kebauan. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Kualitas Udara, Departemen Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Pertanian Bogor Pada Tanggal 13 November 2014. Bahan yang digunakan pada penelitian ini meliputi enam contoh uji limbah dan senyawa standar parameter bau sebagai pembanding, diantaranya amoniak (NH3), metil merkaptan (CH3SH), hidrogen sulfida (H2S), metil sulfida ((CH3)2S) dan stirena (C6H8CHCH2). Kelima parameter ini terdapat pada Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebauan. Penelitian diawali dengan menyiapkan salinan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 Tentang Baku Tingkat Kebauan. Lalu contoh uji pada botol yang berisi senyawa standar, satu persatu dihembuskan dengan pelan menggunakan telapak tangan kearah hidung untuk mencium bau dari setiap senyawa tersebut. Setelah kesan bau yang ditimbulkan dari senyawa standar parameter ditangkap, lalu dilakukan hal yang sama pada keenam contoh uji limbah. Kemudian kesan bau dari senyawa standar tersebut dibandingkan dengan enam contoh uji limbah untuk ditemukan kesamaannya dengan senyawa standar.
PEMBAHASAN Udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap, tergantung dari keadaan temperatur udara, tekanan udara atau faktor lingkungan sekitar (Sastrawijaya 2000). Selain mengandung senyawa yang berbahaya yang menunjang aktivitas kehidupan, udara juga mengandung senyawa
berbahaya dengan konsentrasi melebihi standar baku mutu yang ditetapkan. Salah satu senyawa yang tidak luput menjadi perhatian adalah bau. Kebauan adalah bau yang tidak diinginkan dalam kadar dan waktu tertentu yang dapat mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Baku mutu tingkat kebauan adalah batas maksimal bau dalam udara yang diperbolehkan yang tidak mengganggu kesehatan manusia dan kenyamanan lingkungan. Dalam Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No.50 tahun 1996 baku tingkat kebauan diatur dalam dua jenis zat odoran bau yaitu berupa zat odoran tunggal dan zat odoran campuran. Parameter bau dari odoran tunggal adalah amoniak (NH3), metil merkaptan (CH3SH), hidrogen sulfida (H2s), metil sulfida ((CH3)2)S, stirena (C6H5CHCH2). Bau dari odoran campuran yaitu tingkat kebauan yang dihasilkan oleh campuran odoran dinyatakan sebagai ambang bau yang dapat dideteksi secara sensorik oleh lebih dari 50% anggota penguji yang berjumlah minimal 8 orang. Penelitian ini dilakukan untuk mengidentifikasi jenis bau, perkiraan jenis material, dan senyawa standar berdasarkan parameter bau yang telah ditetapkan. Disediakan 6 sampel yang akan diuji sesuai dengan kriteria tujuan praktikum ini. Adapun hasil identifikasi kebauan terdapat pada Tabel 1.
kelompok
1
2
3
4
5
Tabel 1. Hasil identifikasi kebauan kelompok 1-8 No perkiraan jenis sampel kesan bau material
senyawa standar parameter bau
1
sedikit berbau
Tanah
(CH3)2S
2
Menyengat
binatang mati
H2S
3
sedikit menyengat
air selokan
NH3
4
mual, menyengat
air kencing/urin
C6H8CHCH2
5
sedikit bau
karet gelang
-
6
Menyengat
sampah organik busuk
-
1
sedikit berbau
Tanah
-
2
sangat menyengat
bangkai hewan
(CH3)2S
3
Menyengat
air selokan
H2S
4
sangat menyengat
Urin
NH3
5
sedikit berbau
daun kering
-
6
sangat menyengat
sampah organik busuk
H2S
1
tidak berbau
Tanah
-
2
Menyengat
bangkai hewan
(CH3)2S
3
cukup berbau
air got
H2S
4
Menyengat
air kencing
NH3
5
ambang bau
daun kering
C6H8CHCH2
6
cukup berbau
sampah organik
-
1
tidak berbau
Tanah
-
2
bau busuk menyengat
bangkai ikan
H2S
3
Busuk
Selokan
H2S
4
Busuk
Urin
NH3
5
tidak terlalu berbau
karet gelang
C6H8CHCH2
6
bawang busuk
Bawang
-
1
sedikit bau
tanah sawah
-
6
7
8
2
sangat menyengat
Bangkai
-
3
Menyengat
air selokan
H2S
4
Menyengat
Urin
NH3
5
sedikit bau
daun kering
-
6
bau menyengat
sampah organik
-
1
sedikit bau
Tanah
-
2
Menyengat
bangkai hewan
-
3
Menyengat
air selokan
H2S
4
menyengat, urin
Urin
NH3
5
sedikit bau
daun kering
-
6
bau menyengat
sampah organik
-
1
sedikit berbau
tanah basah
(CH3)2S
2
bau busuk menyengat
bangkai binatang
NH3
3
Menyengat
air got
H2S
4
sangat menyengat
air kencing
NH3
5
sedikit menyengat
karet gelang
C6H8CHCH2
6
sedikit menyengat
sampah organik
(CH3)2S
1
cukup menyengat
Tanah
-
2
sangat menyengat
ikan busuk
H2S
3
cukup menyengat
air selokan
H2S
4
cukup menyengat
Urin
NH3
5
tidak menyengat
sampah daun
H2S
6
sangat menyengat
telur busuk
H2S
Berdasarkan hasil identifikasi oleh masing-masing kelompok, kelompok 1 mengidentifikasi bahwa sampel 1 merupakan tanah yang sedikit berbau dan terdiri dari senyawa metil sulfida ((CH3)2)S. Sampel kedua adalah binatang mati yang memiliki kebauan yang sangat menyengat dengan senyawa hidrogen sulfida (H2s). Sampel yang ketiga teridentifikasi merupakan air selokan dengan kesan bau sangat menyengat, senyawa standar dari sampel 3 merupakan amoniak (NH3). Sampel ke 4 adalah air kencing/urin dengan karakteriktik bau menyengat dan menimbulkan mual, senyawa standar dari sampel 4 merupakan stirena (C6H5CHCH2). Sampel 5 teridentifikasi merupakan karet gelang dengan kesan bau yang ditimbulkan sedikit berbau sedangkan parameter senyawa tidak diketahui. Sampel 6 merupakan sampah organik yang memiliki karakteristik bau menyengat. Adapun karakteristik dan jenis sampel yang benar terdapat pada tabel berikut ini. Tabel 2 sampel yang digunakan pada identifikasi kebauan No sampel
jenis material
senyawa material
1
pupuk/kotoran kambing
H2S
2
ikan busuk
H2S
3
limbah domestik
4
Urin
NH3
5
sampah kering
H2S
6
makanan basi
H2S, NH3
H2S, NH3
Berdasarkan pada Tabel 1 dan Tabel 2, dapat dibandingkan hasil identifikasi masing-masing kelompok dengan Tabel 2, sehingga dapat diketahui hasil identifikasi kelompok yang lebih mendekati/identifikasi yang sesuai dengan sampel yang sebenarnya. Sampel 1 adalah pupuk organik/kotoran kambing, dari ke delapan kelompok tidak ada yang mengidentifikasi sesuai, karena seluruh kelompok mengidentifikasi sampel yang pertama adalah tanah. Sampel 2 adalah ikan busuk, dari keseluruhan hanya 2 kelompok yang mengidentifikasi dengan tepat yaitu kelompok 4 dan 8, selebihnya mengidentifikasi sampel ke 2 adalah bangkai hewan. Secara keseluruhan kelompok dapat mengidentikasi sampel 3 dan 4 tepat yaitu limbah domestik dan urin. Sampel 5 adalah sampah kering, hanya ada 2 kelompok yang mengidentifikasi kurang tepat, yaitu kelompok 1 dan 4 yang mengidentifikasi sampel 4 adalah karet gelang. Sampel 6 adalah makanan basi dari keseluruhan tidak ada yang mengidentifikasi secara tepat kelompok 8 mengidentifikasi sampek 6 adalah telur busuk, sedangkan keompok lain mengidentifikasi sampel 6 merupakan sampah organik yang membusuk. Data pada Tabel 1 maupun Tabel 2 menunjukan adanya perbedaan penciuman bau oleh masing-masing kelompok, hal tersebut diakibatkan karena pengujian kebauan dilakukan oleh penguji yang berbeda, yang memiliki daya penciuman yang berbeda. Penyebab yang lain dapat mempengaruhi adalah aliran udara pada suatu ruang yang bergerak bebas, sehingga bau ikut berpindah dan dapat mempengaruhi sampel lain yang memiliki kesan bau tidak menyengat. Hal tersebut sesuai dengan pernyataan dari (Sastrawijaya 2000) bahwa udara merupakan campuran beberapa macam gas yang perbandingannya tidak tetap tergantung dari keadaan temperatur udara, tekanan udara atu faktor lainnya. Faktor lainnya itu seperti pergerakan aliran udara pada suatu ruang. Senyawa yang dapat menyebabkan bau banyak dijumpai di sekitar lingkungan tempat tinggal, senyawa tersebut diantaranya amoniak (NH3) yang dapat ditemukan di toilet. Amoniak ini dapat berasal dari urin manusia. Hidrogen sulfida juga dapat ditemukan di rumah tangga misalnya pada telur busuk yang menyebabkan bau tidak enak atau pada makanan yang sudah busuk. Senyawa Metil sulfida yang ditemukan pada pembersih toilet dengan bau yang cukup menyengat. Pada Meetl Sulfida juga dapat ditemui pada bawang yang baunya cukup tajam dan khas. Sumber pencemar bau disebut dengan zat odoran. Zat odoran merupakan zat yang dapat berupa zat tunggal maupun campuran berbagai senyawa yang dapat menimbulkan rangsangan bau pada keadaan tertentu. Sumber-sumber polusi bau di lingkungan yaitu yang pertama industri kimia dan petroleum berupa industri bahan kimia anorganik (terdiri dari pupuk, soda ash , kapur, dioxide sulfuric acid), industri bahan kimia organik (terdiri dari plastik, karet, sabun, deterjen, tekstil), industri penghasil pakan ternak Sumber kedua dengan senyawa dan kelompok baunya yaitu ammonia, hydrogen sulfide, alkohol, aldehid, N2O. Sumber kedua yaitu pada daerah instalasi pengolahan air limbah (Yuwono 2008). Pada dasarnya senyawa yang berbau merupakan senyawa kimia yang mudah menguap dapat berasal dari golongan alcohol, keton, asam karboksilat, amina, dan thiols. Dalam kehidupan keseharian, rumah sebagai tempat tinggal juga sering tercemar oleh polusi bau, misalnya berasal dari toilet kamar mandi atau sampah organik rumah
tangga. Biasanya untuk mengatasi pencemaran bau tersebut digunakan teknik maskering, yaitu melapisi konsentrasi odoran tersebut dengan zat berbau wangi dengan konsentrasi yang lebih tinggi, misalnya penggunaan kamper atau pewangi ruangan. Selain itu, menghilangkan bau juga dapat dilakukan dengan teknik pengenceran, yaitu dengan menggunakan kipas angin. Dengan kipas angin bau akan terbawa dengan volume udara yang lebih besar, sehingga konsentrasi kebauan menjadi lebih rendah. Polusi kebauan dalam skala besar ditimbulkan oleh proses industrialisasi, misalnya industri yang sering dijumpai di tengah masyarakat ialah peternakan ayam. Kotoran ayam tersebut menimbulkan polusi kebauan yang cukup menggangu masyarakat disekitarnya. Cara penanganan limbah peternakan ayam dapat dengan cara pengomposan. Bahan baku untuk pembuatan kompos yaitu limbah organik, abu,serbuk gergaji, kalsit dan bakteri pengurai. Teknik dan cara penanganan limbah seperti ini dilakukan dengan cara menyatukan kotoran ayam dengan serbuk gergaji serta dicampur juga dengan bahan lainnnya. Kemudian diaduk hingga homogen dan dibiarkan dalam beberapa hari. Berdasarkan Keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 50 Tahun 1996 nilai batas maksimum nilai kebauan dari Parameter bau dari odoran tunggal adalah amoniak (NH3) sebesar 2 ppm, metil merkaptan (CH3SH) sebesar 0.002 ppm, hidrogen sulfida (H2s) sebesar 0.02 ppm, metil sulfida ((CH3)2)S sebesar 0.01 ppm, stirena (C6H5CHCH2) sebesar 0.1 pmm.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil identifikasi terhadap 6 sampel uji, diperoleh 2 senyawa yang sesuai dengan parameter yang telah ditetapkan oleh KepMenLH No. 50 Tahun 1996 yaitu H2S (Hidrogen Sulfida) dan NH3 (Amoniak). Kedua senyawa tersebut dapat menyebabkan bau dan banyak dijumpai di sekitar lingkungan tempat tinggal. Senyawa amoniak (NH3) dapat ditemukan di toilet, karena amoniak dapat berasal dari urin manusia. Hidrogen sulfida dapat ditemukan di rumah tangga misalnya pada telur busuk yang menyebabkan bau tidak enak atau pada makanan yang sudah busuk. Berdasarkan Baku mutu nasional batas maksimum kandungan senyawa amoniak adalah sebesar 2 ppm, sedangkan hidrogen sulfida sebesar 0.01 ppm.
DAFTAR PUSTAKA Gunawan F., Suratmo, 1991. Analisis Mengenai Dampak Lingkungan. Gajah Mada : University Press Mukono, H.J., 2005. Toksikologi Lingkungan. Surabaya : Airlangga Universitas Slamet Ryadi, 1982, Pencemaran Udara. Surabaya : Usaha Nasional Surna T. Djajadiningrat dan Harry Harsono A., 1989. Penilaian Cepat SumberSumber Pencemaran Air, Tanah dan Udara. Gajah Mada : University Press Sastrawijaya, A.Tresna, 2000, Pencemaran Lingkungan, Jakarta :PT. Rineka Cipta, Yuwono AS. 2008. Kuantifikasi Bau dan Polusi Bau di Indonesia. Jurnal Purifikasi. Vol. 9 (2) : 175-185
LAMPIRAN 1. PP NO. 50 TAHUN 1996