BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyak kota – kota kota di dunia dilanda oleh permasalahan lingkungan, paling tidak adalah semakin memburuknya kualitas udara. Terpapar oleh polusi udara saat ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan kota-kota seluruh dunia. Angka yang didapat dari kota-kota yang sedang berkembang dan umumnya banyak diantara mereka tidak ada ukuran pengontrol polusi, kemungkinan akan terjadi pencemaran bagi buruh, dan kualitas hidup sebagian besar penduduk kota akan semakin memburuk. Walaupun beberapa kemajuan talah dicapai dalam pengendalian pengendalian polusi udara di negara-negara industri lebih dari dua dekade terakhir ini. Kualitas udara terutama sekali dikota-kota besar negara sedang berkembang lebih buruk. Kota Bandung dengan luas wilayah 16.729,650 Ha merupakan ibukota propinsi Jawa Barat dengan beberapa fungsi kota yaitu pusat pemerintahan, industri dan perdagangan, perdagangan, pendidikan dan ilmu pengetahuan, pengetahuan, serta pariwisata dan kebudayaan. kebudayaan. Kota Bandung dihuni dihuni oleh 2.501.506 jiwa penduduk, penduduk, yang pada siang hari diperkirakan mencapai 3,5 juta jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 145 jiwa per Ha.(BPLHD, 2001). Kepadatan penduduk yang cukup tinggi dengan fungsi kota yang begitu penting sudah pasti menjadikan Kota Bandung sebagai salah satu kota yang senantiasa ramai dengan berbagai berbagai aktivitas dalam kesehariannya. kesehariannya. Kota yang dirancang sebagai tempat peristirahatan oleh pemerintah jaman Belanda, hari ini menjelma menjadi kota metropolitan dengan segudang persoalan. Salah satunya masalah pencemaran udara yang sudah mencapai tingkatan membahayakan keselamatan rakyat. Sehingga, menurut kami pencemaran udara menarik untuk ditelaah lebih jauh.
B. Rumusan Masalah 1. Apa, mengapa, dan bagaimana bahaya polusi udara? 2. Apa yang menyebabkan tingginya tingkat polusi di Kota Bandung? 3. Bagaimana perbandingan kendaraan pribadi dan kendaraan umum di Kota Bandung? 4. Bagaimana solusi alternatif untuk menaggulangi polusi udara di Kota Bandung? C. Tujuan Penelitian 1. Untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Belajar dan Pembelajaran Matematika yang diampu oleh Drs. Turmudi 2. Untuk mengetahui apa, mengapa, dan bagaimana bahaya polusi udara. 3. Untuk mengetahui apa yang menyebabkan tingginya tingkat polusi di Kota Bandung. 4. Untuk mengetahui perbandingan kendaraan pribadi dan kendaraan umum di Kota Bandung. 5. Untuk mengetahui solusi alternatif untuk menaggulangi polusi udara di Kota Bandung. D. Hipotesis Jumlah kendaraan umum lebih sedikit dari jumlah kendaraan pribadi sehingga polusi udara semakin meningkat Misal: A= jumlah kendaraan umum B= jumlah kendaraan pribadi P0= polusi udara awal P1= polusi udara akhir Dalam notasi matematika : A
P0 < P1
E.
Sistematika Penulisan Makalah
ini
PENDAHULUAN,
tersusun BAB
atas II
empat
KAJIAN
bab
yang
TEORITIS,
terdiri BAB
atas III
BAB
I
METODE
PENELITIAN, BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN, serta BAB V PENUTUP. BAB I PENDAHULUAN berisi tentang hal-hal yang melatar belakangi pembuatan makalah, rumusan-rumusan masalah yang terkandung dalam makalah, tujuan dari pembuatan makalah, hipotesis, serta sistematika penulisan makalah ini sendiri. BAB II KAJIAN TEORITIS berisi tentang apa, mengapa, dan bagaimana polusi udara. BAB III METODE PENELITIAN berisi tentang cara kerja dan juga alat-alat yang digunakan dalam melakukan penelitian. BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN berisi hasil dan pembahasan dari hasil penelitian. Dalam BAB V PENUTUP disajikan simpulan dan saran yang diambil dari seluruh pembahasan yang telah diuraikan pada BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.
BAB II KAJIAN TEORI A. Pengertian Polusi Udara Polusi atau pencemaran adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat energi, dan atau komponen lain ke dalam lingkungan, atau berubahnya tatanan lingkungan oleh kegiatan manusia atau oleh proses alam sehingga kualitas lingkungan turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan lingkungan menjadi kurang atau tidak dapat berfungsi lagi sesuai dengan peruntukannya (Undang-undang Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup No. 4 Tahun 1982). Sedangkan polusi udara adalah penurunan kualitas terhadap udara itu. Polusi udara dapat ditimbulkan oleh sumber-sumber alami maupun kegiatan manusia. Sifat alami udara mengakibatkan dampak pencemaran udara dapat bersifat langsung dan lokal, regional, maupun global. Masalah pencemaran udara dikota-kota besar, sangat dipengaruhi dan berbeda oleh berbagai faktor yaitu: tofografi, kependudukan, iklim dan cuaca serta tingkat atau angka perkembangan sosio ekonomi dan industrialisasi. Masalah-masalah ini akan meningkat keadaannya, jika jumlah penduduk perkotaan semakin meningkat yang mengakibatkan jumlah penduduk yang terpapar polusi udara juga meningkat. B. Sumber Polusi Udara Pertumbuhan polusi kota dan tingakat industrialisasi yang tak terhindar, akan mengarah kepada kebutuhan enegi yang lebi besar, pada umumnya akan menghasilkan pembuangan limbah / zat pencemar lebih banyak. Pembakaran bahan bakar posil untuk pemanasan rumahtangga untuk pembangkit tenaga listrik, kendaraan bermotor, dalam proses – proses industri dan pembuangan limbah padat dengan pembakaran merupakan sumber utama dari pembuangan limbah zat-zat pencemar didaerah perkotaan. Zat-zat pencemar udara yang paling sering dijumpai dilingkungan perkotaan adalah: SO2, NO dan NO2, CO, O3, SPM(=Suspended Particulate Matter) dan Pb(=Lead). SO2 berperan dalam terjadinya hujan asam dan polusi partikel sulfat
aerosol. NO2 berperan terhadap polusi partikel dan deposit asam dan prekusor ozon yang merupakan unsur pokok dari kabut fotokimia. Asap dan debu termasuk polusi partikel. Ozon, CO, SPM, dan Pb seluruhnya telah dibuktikan memberi pengaruh yang merugikan kesehatan manusia. Pembakaran bahan bakar fosil di sumber-sumber yang menetap, mengarah terbentuknya produksi SO2, NO dan NO2 serta Pb, sedangkan masing – masing berminyak solar jelas terbukti menghasilkan sejumlah partikel dan SO2 sebagai tambahan dari NO dan NO2. C. Dampak Polusi Udara Dampak memberikan pengaruh yang merugikan bagi kesehatan manusia, bukan saja dengan terhisap langsung, tetapi juga dengan cara-cara pemaparan lainnya seperti: meminum air yang terkontaminasi dan melalui kulit. Umumnya sebagian besar zat-zat polutan udara ini langsung mempengaruhi sistem pernafasan dan pembuluh darah. Meningginya angka kesakitan dan kematian dan adanya gangguan fungsi paru-paru dikaitkan dengan kenaikan konsentrasi zat-zat yang juga mempengaruhi sistem pernafasan. Pernapasan yang akut dapat menyebabkan radang paru sehingga respon paru kurang permeabel, fungsi paru menjadi berkurang dan menghambat jalan udara. Selain itu juga dapat mengiritasi mata, hidung dan tenggorokan dan penyebab sakit kepala. D. Polusi Udara di Kota Bandung Kota Bandung dengan luas wilayah 16.729,650 Ha merupakan ibukota propinsi Jawa Barat dengan beberapa fungsi kota yaitu pusat pemerintahan, industri dan perdagangan, pendidikan dan ilmu pengetahuan, serta pariwisata dan kebudayaan. Kota Bandung dihuni oleh 2.501.506 jiwa penduduk, yang pada siang hari diperkirakan mencapai 3,5 juta jiwa dengan kepadatan penduduk mencapai 145 jiwa per Ha. Bandung sebagai salah satu kota hijau di Indonesia pun tak luput dari kejaran polusi. Polusi udara ini diakibatkan oleh gas buang hasil pembakaran bahan bakar yang terjadi pada mesin untuk menghasilkan energi gerak bagi kendaraan.
Sumber pencemar udara yang paling dominan di Kota Bandung berasal dari asap kendaraan bermotor, industri, pembakaran sampah dan aktifitas domestik. Pengamatan dan perkiraan beban emisi di kota Bandung menunjukan aktifitas kendaraan bermotor memberikan kontribusi terbesar terhadap pencemaran udara.
BAB III METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan pada hari Jum’at, 17 Desember 2010 pada pukul 11.00-12.30 WIB di Jalan Geger Kalong Hilir,Bandung. B. Jenis dan Sumber Data Jenis Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini yaitu : 1. Data Kualitatif Merupakan
data
diperhitungkan
yang
benar
belum secara
diolah matematik
dan
pada
karena
umumnya datanya
suli
diambil
berdasarkan sampel. 2. Data Kuantitatif Merupakan data yang telah diolah dan lebih berdasarkan pada data yang dapat dihitung untuk menghasilkan penaksiran yang pokok. Sedangkan Sumber- sumber datanya yaitu: 1. Data Primer yaitu data yang diperoleh dari data penelitian langsung di lokasi penelitian yaitu Pertigaan Jalan Geger Kalong Hilir, Bandung. 2. Data Sekunder yaitu data primer yang telah diolah. C. Alat dan Bahan 1. Alat pengukur panjang (meteran) 2. Alat pengukur waktu (stopwatch) 3. Alat tulis seperti buku dan balpoin D. Langkah-Langkah Penelitian 1. Mengukur panjang jalan yang akan dijadikan sampel penelitian 2. Menghitung lamanya interval waktu traffic light 3. Menghitung jumlah kendaraan pribadi dan kendaraan umum yang berhenti saat lampu merah.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil dan Analisis Tabel Penelitian Tingkat Kepadatan Kendaraan di Pertigaan Jl. Geger Kalong Hilir Dalam Jarak 39 meter Waktu
Lampu Merah 1 90 etik
Banyak Kendaraan Motor
50 detik
Angkot
Truk
I.
9
I.
4
I.
1
I.
1
II.
9
II.
6
II.
2
II.
0
III.
10
III.
4
III.
2
III.
1
IV.
15
IV.
6
IV.
2
IV.
0
V.
13
V.
1
V.
3
V.
1
56
Jumlah
Lampu Merah 2
Mobil Pribadi
21
12
3
I.
12
I.
3
I.
6
I.
2
II.
22
II.
12
II.
4
II.
2
III.
15
III.
13
III.
4
III.
2
IV.
23
IV.
8
IV.
3
IV.
0
V.
24
V.
V.
4
V.
4
96
Jumlah
18
54
21
10
I.
27
I.
15
I.
6
I.
2
II.
25
II.
6
II.
4
II.
3
Lampu Merah 3
III.
13
III.
10
III.
5
III.
3
75 detik
IV.
23
IV.
13
IV.
6
IV.
0
V.
13
V.
20
V.
6
V.
1
Jumlah
101
64
27
9
Hasil Analisa Lanjutan 1. Rata-rata jumlah motor per hari yang melewati Pertigaan Jl. Geger Kalong Hilir dalam jarak 39 meter sebanyak =
{(
) ( ) ( )}
933 buah 2. Rata-rata jumlah mobil pribadi per hari yang melewati Pertigaan Jl. Geger Kalong Hilir dalam jarak 39 meter sebanyak =
{(
) ( ) ( )}
520 buah 3. Rata-rata jumlah angkot per hari yang melewati Pertigaan Jl. Geger Kalong Hilir dalam jarak 39 meter sebanyak =
{(
) ( ) ( )}
219 buah 4. Rata-rata jumlah truk per hari yang melewati Pertigaan Jl. Geger Kalong Hilir dalam jarak 39 meter sebanyak =
{(
) ( ) ( )}
85 buah Maka rata-rata jumlah kendaraan yang melewati Pertigaan Jl. Geger Kalong Hilir dalam jarak 39 meter sebanyak = 933+520+219+85 = 1757 buah. Jika per hari setiap kendaraan mengahabiskan 1 liter bensin untuk melewati Pertigaan Jl. Geger Kalong Hilir dalam jarak 39 meter, dan menurut penelitian 1 liter bensin menghasilkan asap seberat 25 gram, maka asap/ polusi yang dihasilkan sebanyak = 1757
= 43.925 gram/hari atau sekitar 44 kg/hari.
Dengan demikian, asap yang berpotensi menjadi sumber pencemaran udara di Pertigaan Jl. Geger Kalong Hilir dalam jarak 39 meter sebanyak 44 kg/hari. Berdasarkan hasil penghitungan yang dilakukan terhadap kendaraan bermotor yang melintas di Jl. Geger Kalong Hilir dalam jarak 39 meter tercatat sebanyak 933 buah motor dan 520 buah mobil pribadi. Ini berarti kendaraan pribadi
menyumbangkan asap/ polusi sebanyak=(933+522) 25=36.325 gram/hari atau
sekitar 36,3 kg. Sedangakan kendaraan umum, angkot dan truk, menumbangkan asap sebanyak =
(219+85)
25
= 7.600 gram/hari atau sekitar 7,6 kg/hari.
Sehingga dapat dikatakan kendaraan bermotor milik pribadi menyumbangakan polusi yang lebih besar dibandingkan kendaraan umum. Menurut pengamatan, jumlah 44 kg asap yang dihasilkan oleh kendaraan bermotor yang melintas di Pertigaan Jl. Geger Kalong Hilir dalam jarak 39 meter selama 1 hari termasuk kecil, meskipun dapat dikatakan cukup padat. Karena pada hari Jumat pukul 11.00-12.30 bertepatan dengan waktu salat Jumat dan biasanya jumlah kendaraan bermotor yang melintas di Pertigaan Jl. Geger Kalong Hilir dalam jarak 39 meter dapat lebih banyak. Pencemaran udara dapat terjadi karena kurangnya kesadaraan manusia terhadap lingkungan di sekitarnya. Pada saat ini banyak manusia yang menginginkan kemewahan, kenyamanan, kekayaan, dan kecepatan bagi dirinya pribadi tanpa memikirkan resiko apa yang akan terjadi apabila ia melakukan hal tersebut.Misalnya sekarang ini kendaraan bermotor sangat di butuhkan olehberbagai kalangan baik dari kalangan menengah ke bawah sampai kalangan menegah ke atas. Hal ini menyebabkan jumlah kendaraan kian hari kian meningkat dan oleh sebab itu pula jumlah polusi udara kian hari kian banyak. Selain itu juga berkurangnya sedikit demi sedikit lingkungan/lahan hijauyang ada di sekitar jalan pada umumnya, sehingga polusi udara semakin terasa.
BAB V PENUTUP A. Simpulan Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, dapat disimpulkan bahwa kendaraan
bermotor
merupakan
kontributor
utama
yang
menyebabkan
meningkatnya polusi udara di Kota Bandung, khususnya kendaraan pribadi. Hal ini mungkin juga disebabkan karena tingginya daya beli masyarakat terhadap kendaraan-kendaraan baru dan juga minimnya fasilitas kendaraan umum. B.
Saran Untuk menjaga agar Kota Bandung yang hijau dan asri tetap terjaga,
hendaknya pemerintah dan masyarakat dapat bekerjasama untuk melakukan usaha-usaha mengurangi polutan udara. Selain itu dapat dilakukan dilakukan pembenahan, antara lain: 1.
Pemberian izin bagi angkutan umum kecil hendaknya lebih dibatasi, sementara kendaraan angkutan massal, seperti bus dan kereta api, diperbanyak.
2.
Pembatasan usia kendaraan, terutama bagi angkutan umum, perlu dipertimbangkan sebagai salah satu solusi. Sebab, semakin tua kendaraan, terutama yang kurang terawat, semakin besar potensi untuk memberi kontribusi polutan udara. Atau dengan perbaikan dan pemberian fasilitas pada angkutan umum, agar lebih menarik penumpang.
3.
Jika memungkinkan, lakukan pembatasan pembelian kendaraan.
4.
Potensi terbesar polusi oleh kendaraan bermotor adalah kemacetan lalu lintas dan tanjakan. Karena itu, pengaturan lalu lintas, rambu-rambu, dan tindakan tegas terhadap pelanggaran berkendaraan dapat membantu mengatasi kemacetan lalu lintas dan mengurangi polusi udara.
5.
Pemberian penghambat laju kendaraan di permukiman atau gang-gang yang sering diistilahkan dengan "polisi tidur" justru merupakan biang polusi. Kendaraan bermotor akan memperlambat laju.
6.
Uji emisi harus dilakukan secara berkala pada kendaraan umum maupun pribadi meskipun secara uji petik (spot check). Perlu dipikirkan dan dipertimbangkan adanya kewenangan tambahan bagi polisi lalu lintas untuk melakukan uji emisi di samping memeriksa surat-surat dan kelengkapan kendaraan yang lain.
7.
Penanaman pohon-pohon yang berdaun lebar di pinggir-pinggir jalan, terutama yang lalu lintasnya padat serta di sudut-sudut kota, juga mengurangi polusi udara.