PEDOMAN
2009
Judul buku PEDOMAN KOMUNIKASI Pedoman untuk kalangan internal organisasi PMI yang menangani program komunikasi praktis. Menjelaskan tentang pengertian, peran dan penerapan komunikasi dalam organisasi. Juga berisi tentang petunjuk praktis pembuatan media publikasi dan melaksanakan kegiatan promosi. Penyusun M.R. Aswi Reksaningtyas Indra Yogasara Aulia Arriani Fitriani Sidikah Rahman Penerbit Markas Pusat Indonesia Desain dan Penata Letak Redshop Production Penyelaras Akhmad Husein Pendukung Komite Internasional Palang Merah (ICRC) Palang Merah Perancis (FRC) Cetakan ke 1, Agustus 2009 ISBN : 978-979-3575-57-5
Copyright@PMI2008
Salah satu misi utama Palang Merah Indonesia (PMI) dalam kebijakan strategisnya adalah menyebarluaskan informasi kepalangmerahan dan nilai-nilai dasar kemanusiaan kepada publik internal dan eksternal organisasi. Adanya pemahaman tentang profil dan kinerja PMI dalam proses pembentukan citra dan budaya, akan menghasilkan suatu persepsi dan apresiasi positif serta dukungan yang signifikan terhadap organisasi yang akan berpengaruh terhadap untuk penguatan kapasitas PMI. Seyogyanya sudah menjadi suatu prioritas bagi semua jajaran untuk menempatkan secara strategis bidang komunikasi yang mengelola diseminasi dan promosi kepalangmerahan dalam kebijakan programnya. Dalam rangka membentuk persepsi yang sama tentang konsep komunikasi dan aplikasinya dalam manajemen PMI, perlu disusun suatu pedoman yang dapat digunakan sebagai acuan dalam menerapkan program diseminasi dan kehumasan oleh organisasi PMI. Pedoman komunikasi ini disusun oleh tim kecil yang mewakili jajaran Pusat, Daerah dan Cabang serta komponen Federasi Internasional dan Komite Internasional Palang Merah, dengan dukungan fasilitasi teknis pihak ahli terkait/outsource. Untuk itu kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam proses penyusunan pedoman komunikasi ini, kami menyampaikan penghargaan dan terima kasih. Harapan kami dengan adanya pedoman ini dapat membantu menambah wawasan dan referensi teknis tentang kegiatan berkomunikasi di lingkungan PMI dalam rangka mewujudkan pembentukan citra positif organisasi pada waktunya. Tak ada gading yang tak retak. Demikian pula kami menyadari pedoman ini jauh dari sempurna. Segala masukan untuk evaluasi dan kajian di masa mendatang akan sangat kami hargai.
Jakarta, 17 Agustus 2009 Pengurus Pusat Palang Merah Indonesia
Sekretaris Jenderal,
Iyang D. Sukandar
i
Kata Pengantar Daftar Isi
i ii
BAB I
PENDAHULUAN A. Latar Belakang B. Maksud dan Tujuan C. Sasaran D. Ruang Lingkup
01 01 02 02 02
BAB II
KOMUNIKASI A. Pengertian B. Pendekatan Komunikasi C. Komunikasi: Hubungan Masyarakat dan Diseminasi D. Komunikasi vs Pemasaran Sosial E. Bauran Pemasaran vs Pemasaran Sosial
03 03 04 05 06 07
BAB III
KOMUNIKASI DI DALAM ORGANISASI
09
BAB IV
KOMUNIKASI NORMAL - DARURAT - PASKA A. Kondisi Normal B. Kondisi Darurat C. Kondisi Pemulihan D. Monitoring dan Evaluasi
15 15 15 16 18
BAB V
PEDOMAN PRAKTIS KEGIATAN KOMUNIKASI A. Materi Penyebarluasan Informasi B. Siaran Pers C. Lembaran Fakta D. Feature E. Foto untuk Keperluan Berita dan Dokumentasi F. Video Dokumentasi G. Brosur da Leaflet H. Newsletter dan Majalah I. Memilih Mitra Media J. Tips Persiapan dan Produksi Kegiatan
19 19 19 22 24 27 32 33 38 44 47
PUSTAKA DAFTAR ISTILAH KOTRIBUTOR DAN NARA SUMBER
49 51 55
A. LATAR BELAKANG
Pandangan yang positif dan dukungan masyarakat yang lebih baik merupakan hasil yang diharapkan dari pembentukan citra suatu organisasi, tak terkecuali bagi Palang Merah Indonesia (PMI). Untuk membangun kinerja dan kredibilitas PMI, sebagai syarat tercapainya citra yang baik tersebut, semua komponen organisasi dalam tubuh PMI memiliki peran dan tanggung jawab yang sama pentingnya, termasuk bidang komunikasi. Dalam hal ini, komunikasi berperan mempromosikan dan mensosialisasikan profil organisasi agar lebih dikenal masyarakat luas, termasuk di dalamnya penyebarluasan nilai-nilai kepalangmerahan. Dengan diterimanya Palang Merah oleh masyarakat sebagai organisasi yang netral, mandiri, dan profesional tugastugasnya, hal ini akan mendorong akses yang lebih luas pada pelayanan PMI serta meningkatnya dukungan maupun kontribusi masyarakat. Sebagai salah satu sektor organisasi, komunikasi melalui kegiatan diseminasi akan melakukan
fungsinya
untuk
menyebarluaskan
pengetahuan
tentang
kepalangmerahan dan nilai nilai yang terkait, baik kepada publik internal maupun eksternal. Adapun kehumasan akan memainkan perannya melalui kegiatan publikasi, promosi, dan hubungan dengan media. Semua kegiatan komunikasi ini saling terkait demi menunjang tersosialisasinya PMI ke dalam maupun ke luar. Selama ini, peran PMI dalam bantuan kedaruratan untuk korban bencana/konflik bersenjata
memang sudah cukup dikenal. Namun beberapa tahun terakhir,
keterlibatan PMI telah berkembang melalui pemberdayaan masyarakat untuk pengurangan risiko dampak bencana maupun pencegahan penyakit, khususnya di daerah-daerah yang rentan. Bahkan, dengan tersedianya sumber daya yang memadai, PMI dimungkinkan terlibat juga dalam tahap pemulihan korban bencana. Keberadaan pelayanan PMI inilah yang harus “dijual” sebagai nilai tambah untuk pembentukan citra.
01
Oleh karena kapasitas sektor komunikasi yang belum cukup memadai, khususnya di sebagian jajaran Daerah dan Cabang, maka pengembangan kapasitas dan fungsi komunikasi dalam organisasi hendaknya sudah menjadi salah satu prioritas utama. Terlebih lagi jika kebijakan telah mengarah pada pentingnya program pengembangan sumber daya dan penggalangan sumber dana. B. MAKSUD DAN TUJUAN
Pedoman ini merupakan implementasi dari kebijakan strategis program komunikasi dan menjadi referensi dalam menyusun rencana kerja sekaligus mengelola program tersebut yang terinci melalui kegiatan diseminasi dan kehumasan di jajaran organisasi PMI. Pedoman ini diharapkan dapat menyamakan persepsi semua pihak di dalam tubuh PMI tentang konsep komunikasi dan pendekatan komunikasi yang aplikatif dalam mengelola kegiatan sehingga tercipta suatu kesatuan yang dinamis dalam mewujudkan pembentukan citra dan budaya organisasi. C. SASARAN
Pedoman ini ditujukan untuk semua pihak dalam organisasi PMI yang mempunyai fungsi serta peran merencanakan dan mengelola teknis kegiatan komunikasi. D. RUANG LINGKUP
Pedoman ini memuat paparan tentang: 1. Pendahuluan 2. Pengertian komunikasi dan relevansinya dengan isu-isu yang terkait 3. Peran dan fungsi Komunikasi dalam organisasi 4. Acuan kegiatan komunikasi PMI 5. Tips praktis kegiatan komunikasi, antara lain: membuat siaran pers, lembar fakta, tulisan menarik/feature, memotret, menyelenggarakan kegiatan promosi.
02
bermitra dengan media, serta
A. PENGERTIAN
Komunikasi adalah proses dimana suatu sumber menyampaikan informasi atau pesan kepada sasaran penerima melalui media/saluran tertentu dengan tujuan menciptakan suatu kesamaan persepsi/gagasan. Model Komunikasi Dasar (H. Fraizer Moore, 1981) NOISE
NOISE
COMMON EXPERIENCE
SOURCE
ENCODER
MEDIUM
MESSAGE
MEDIUM
FEEDBACK
DECODER RECEIVER
FEEDBACK
NOISE
NOISE
Proses Komunikasi (lihat diagram) atau proses pengiriman dan penerimaan pesan, berlangsung dengan melibatkan sumber atau pengirim pesan (source) dan penerima pesan (receiver ). Adanya kesamaan latar belakang pemahaman tentang budaya / pengalaman (common experience) akan membantu menyandikan pesan (encoder - decoder ) dalam bentuk simbol melalui saluran (medium) tertentu sehingga penerima dapat memberikan respon. Respon dari reaksi tersebut yakni umpan balik ( feedback), tidak akan tercipta bilamana terdapat hambatan (noise) internal atau eksternal yang mempengaruhi berlangsungnya proses komunikasi.
03
II. Komuni k a si
B. PENDEKATAN KOMUNIKASI
Komunikasi intrapersonal
Komunikasi interpersonal
Komunikasi yang dilakukan
Komunikasi diantara 2 orang atau lebih secara tatap muka
dengan diri sendiri, baik
yang memungkinkan komunikator dan komunikan
disadari atau tidak.
menangkap respon/umpan balik secara langsng baik secara verbal maupun non verbal.
Diri sendiri
2 orang atau lebih, langsung dan tidak langsung (telepon selular, internet, handy talky d an lain-lain)
Komunikasi massa: komunikasi kepada target orang banyak/massa melalui media cetak
(koran, majalah), elektronik (radio, TV, film, website), tradisional (pertunjukkan rakyat, budaya) atau media konvergen (gabungan media elektronik dan tradisional)
04
II. Komuni k a si
C. KOMUNIKASI : HUBUNGAN MASYARAKAT DAN DISEMINASI Di dalam konteks struktur organisasi PMI, komunikasi dijabarkan secara praktis dalam bentuk kegiatan humas dan diseminasi yang berfungsi untuk penyampaian pesan atau informasi organisasi kepada publiknya.
1. Hubungan Masyarakat (Humas) Adalah kegiatan terencana dan terarah untuk mengkomunikasikan pesan-pesan positif dari organisasi kepada publik internal dan eksternalnya melalui berbagai kegiatan komunikasi dalam rangka menciptakan suatu kesepahaman. Semua pihak dalam organisasi PMI
sesungguhnya dapat menjadi pelaku humas
asalkan memiliki integritas dan kemampuan untuk mengkomunikasikan nilai atau pesan-pesan organisasi berupa isu atau informasi. Pelaku humas harus tanggap dan proaktif dalam mengkomunikasikan informasi tersebut kepada kalangan internal maupun eksternal organisasi. Dia juga harus mampu menghadapi dan mengatasi masalah krisis komunikasi yang dihadapi organisasi dengan meredakan isu negatif yang berpengaruh pada citra organisasi.
Peran Humas bagi publiknya : Internal: Memastikan anggota atau stafnya senantiasa terinformasikan mengenai perkembangan organisasinya dan menciptakan suasana kondusif melalui rasa kepemilikan, motivasi kerja, dan pengabdian; meyakinkan agar prosedur pelayanan dilakukan sesuai kaidah dan manajemen organisasi yang transparan dan akuntabel.
Eksternal: Menampilkan ”nilai jual” PMI melalui kegiatan praktis kehumasan; menjajaki potensi perluasan jaringan kemitraan organisasi; memperluas dan meningkatkan penyadaran publik secara berkesinambungan.
2. Diseminasi Berlatar belakang Konvensi Jenewa 1949, setiap negara yang telah meratifikasi Konvensi Jenewa 1949 berkewajiban menerapkan ketentuan-ketentuan yang terdapat dalam konvensi tersebut sebagai bentuk pemberian perlindungan kepada korban perang (konflik bersenjata). Adapun salah satu upaya perlindungan dimasa damai adalah melalui penyebarluasan informasi/diseminasi tentang substansi Hukum Perikemanusiaan Internasional (HPI) sehingga masyarakat luas dapat memahami hak dan kewajiban mereka jika keadaan perang tak terhindarkan.
05
II. Komuni k a si
Kegiatan diseminasi bertujuan agar dengan adanya pengetahuan tersebut dapat memperkuat identitas dan citra Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit
Merah
Internasional (Gerakan). Penghormatan terhadap HPI dapat menjamin terlaksananya aktivitas kemanusiaan dalam kondisi yang aman, terutama bagi petugas/relawan, sehingga bantuan kemanusiaan dapat diberikan kepada para korban. Di lain pihak,
terciptanya pemahaman tentang HPI di kalangan
yang
bertikai dapat mendorong adanya pembatasan penderitaan akibat terjadinya pertikaian bersenjata. Sasaran target diseminasi adalah kalangan internal (anggota PMI) yaitu pengurus, staf dan PMR & relawan serta kalangan eksternal (non-anggota PMI) misalnya paramedis, jurnalis, instasi pemerintah, swasta dan sebagainya. Metode diseminasi dapat diterapkan melaluin berbagai bentuk kegiatan seperti orientasi, seminar, pelatihan, advokasi, publikasi, dan bentuk promosi lainnya. Kewajiban utama untuk melaksanakan diseminasi ada di tangan pemerintah (negara penandatangan konvensi). Namun demikian, Perhimpunan Nasional berkewajiban membantu pemerintahnya dalam penyebarluasan HPI tersebut. Sementara itu Komite Internasional Palang Merah (ICRC) bertanggung jawab untuk diseminasi di tingkat internasional. Adapun materi diseminasi, selain HPI sebagai pokok persoalan, hal lain yang melingkupi adalah mengenai prinsip-prinsip dasar Gerakan serta substansi lain yang terkait dengan Gerakan. D. KOMUNIKASI VS PEMASARAN SOSIAL
Terbentuknya citra PMI yang positif di masyarakat pada waktunya akan mengundang pula apresiasi positif masyarakat terhadap organisasi. Hal ini bisa terwujud dalam berbagai bentuk, misalnya dukungan, kontribusi, atau akses yang
secara tak
langsung akan memperkuat kapasitas dan eksistensi organisasi sehingga terus berlanjut. Gagasan atau konsep pelayanan sosial PMI ini dapat “dipasarkan” sedemikian rupa dengan maksud untuk menarik perhatian dan minat masyarakat agar mereka berkehendak “membeli” gagasan sosial organisasi. Pemasaran sosial semacam ini merupakan pendekatan baru yang diterapkan dalam dunia filantropis, termasuk organisasi PMI. Pendekatan tersebut dijalankan dengan memakai prinsip yang menggabungkan aspek ” product, price, place, promotion”.
06
II. Komuni k a si
Pemasaran VS Pemasaran sosial : 1. Pemasaran: praktek memahami kebutuhan dan keinginan konsumen dan menciptakan produk dan layanan yang dapat memenuhi kebutuhan tersebt kemudian mengkomunikasikannya kembali kepada konsumen, yang menjadi sasaran produk/layanan tersebut, sehingga konsumen menyenangi produk/layanan tersebut dan kemudian membelinya. 2. Pemasaran sosial: strategi untuk mengubah perilaku masyarakat dan mempengaruhinya agar menerima ide sosial yang ditawarkan.
E. BAURAN PEMASARAN VS PEMASARAN SOSIAL Pemasaran Product (Produk) : gabungan barang dan jasa yang ditawarkan perusahaan kepada pasar sasaran.
Pemasaran Sosial Product (Produk): berupa ide, dimana tujuannya dengan adanya ide tersebut terjadi perubahan pada pasar sasaran.
Price (harga): sejumlah uang yang harus dikeluarkan oleh pelanggan untuk membayar barang yang dibelinya.
Price (harga): nilai keuangan yang dikeluarkan untuk menyebarluaskan ide tersebut.
Place (tempat): kegiatan yang perusahaan agar produk tersedia bagi pasar sasaran. Promotion (promosi): aktifitas yang mengkomunikasikan hal-hal yang baik dari sebuah produk dan mempersuasi khalayak sasaran agar membelinya.
Place (tempat) dan Promotion (promosi): saluran distribusi yang digunakan serta ide yang disebarluaskan melalui media. Selain itu melibatkan juga aktifitas yang luas dimana juga mengunakan komunikasi interpersonal, media tradisional.
Contoh Bauran Pemasaran Sosial: Product (Produk) - Tangible (yang hasilnya dapat dilihat langsung): Mengajak orang menjadi relawan PMI , mendorong anak-anak muda menjadi kelompok sebaya PMI -
Ide (aksi, perilaku): Kebersihan lingkungan, Siaga bencana, Anti stigma terhadap Odha (Orang dengan HIV dan AIDS).
Contoh Bauran Pemasaran Sosial: Price (Harga) - M o n e t a r y : Biaya yang dikeluarkan untuk sebuah kegiatan kampanye kerelawanan atau kampanye kebersihan lingkungan
07
II. Komuni k asi
-
Kesempatan: Sejumlah waktu yang diluangkan agar masyarakat menerima konsep bersedia melakukan aksi kebersihan atau kegiatan sosial PMI.
-
Psikologis dan fisik: Rasa khawatir akan ditolak oleh Odha, Kelelahan setelah melakukan aksi bersih lingkungan.
Contoh Bauran Pemasaran Sosial: Place & Promot ion (Tempat dan Promosi) -
Pengiriman produk: Rumah sakit, Kepada keluarga yang membutuhkan.
-
Pengiriman pesan promosi melalui: TV, radio, koran, brosur, poster, komik, gelar wayang, konser musik, Blog, YouTube, WC umum, stiker yang dipasang di atas knop lampu.
Contoh Kampanye Iklan Layanan Masyarakat (ILM) yang mengusung isu-isu pemasaran sosial Kampanye ini ingin memberitahukan bagi pengendara yang mabuk akibat alkohol akan berakhir dengan kecelakaan dan tempatnya adalah pada selokan yang telah disediakan. Pendekatan kampanye ini dapat dikatakan “cerdas” karena bagi pengendara yang dipengaruhi alkohol tidak dapat mengendalikan mobil dengan baik. Selokan yang diberi penanda merupakan tempat terbaik bagi mereka, yaitu menjemput maut.
08
07
II. Komuni k a si
II. Komuni k asi
Kampanye di samping adalah untuk mengetuk hati masyarakat terhadap kehidupan anak jalanan diFilipina. Mereka tak dapat hidup sebagaimana anak pada umumnya. Kehidupan keras adalah bagian yang harus mereka hadapi. Televisi menjadi salah satu sarana hiburan yang disukai anak-anak, dan hal ini dianalogikan dengan hiburan anak-anak jalanan adalah trotoar berbatu yang begitu 'keras' di dalam televisi hasil gubahan mereka. Hiburan dari televisi sebenarnya hanyalah mimpi yang sulit diraih
Iklan pemasaran produk komersial sekaligus pemasaran sosial.
06
09
II. Komuni k a si
GAP adalah salah satu produk pakaian dan aksesori yang turut bergabung dalam kampanye RED, yang diprakarsai oleh Bono (penyanyi dari kelompok musik U2). Bersama beberapa merek internasional lainnya seperti Converse (sepatu) dan IPOD dari Mac,
mereka mengeluarkan produk khusus dengan mengangkat kata RED
tersebut. Tujuan kampanye ini adalah untuk membantu masyarakat Afrika agar dapat hidup layak dan membangkitkan ekonomi mereka. Masyarakat yang membeli produk berlabel 'RED” berarti menyumbang untuk Afrika. GAP mengeluarkan kaos, mantel, topi, dan lain-lain khusus untuk kampanye ini. Bahkan bahan yang digunakan adalah hasil perekonomian masyarakat di Afrika.
10
07
Merujuk visi utama organisasi, PMI bertujuan untuk mampu dan siap dalam memberikan pelayanan kepalangmerahan kepada masyarakat yang membutuhkan secara tepat dan cepat dengan berpegang teguh pada prinsip-prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional. Dalam rangka merealisasikan visinya, PMI menggulirkan beberapa kebijakan strategis, di antaranya : -
Pelayanan kedaruratan dalam bencana alam maupun wabah penyakit serta penyatuan keluarga yang terpisah.
-
Pemberdayaan masyarakat dalam kerangka pengurangan risiko dampak bencana maupun penyakit masyarakat.
- Pelayanan kesehatan termasuk usaha kesehatan transfusi darah -
Penyebarluasan nilai-nilai dasar kemanusiaan.
-
Pembinaan generasi muda dan relawan dalam kerangka pengembangan kapasitas organisasi.
A. Peran Komunikasi dalam membangun citra organisasi Untuk merealisasikan
garis pokok kebijakannya tersebut, organisasi PMI harus
berfungsi dengan baik. Aspek utama dalam organisasi yakni fondasi, kapasitas dan
kinerja harus saling terkait dan menunjang sehingga secara berkesinambungan akan membangun kapasitas dan pengembangan organisasi itu sendiri. Salah satu aspek yang memainkan fungsi strategis dalam proses pengembangan organisasi adalah komunikasi.
11
Peran dan Fungsi Komunikasi dalam Organisasi yang Berfungsi Baik Organisasi PMI
Promosi-Publikasi
Kegiatan
NILAI JUAL
f i t i s o P a r t i C
KINERJA: Aktifitas, Relevan & Efektif KAPASITAS: Kepimpinan, Sumber Daya, Organisasi PONDASI : Konstituen, Dasar Hukum, Visi& Misi
Apresiasi-Dukungan Publik
Melalui diagram ”rumah” organisasi PMI di atas, tampak bahwa aspek Fondasi akan melibatkan peran komunikasi melalui penyebarluasan/diseminasi nilai-nilai dasar kemanusiaan kepada konstituen, target internal organisasi untuk memupuk rasa kepemilikan dan pembentukan karakter dan budaya organisasi di kalangan anggota. Aspek Kapasitas mendorong komunikasi memperkuat kapasitasnya agar mampu melaksanakan berbagai kegiatan diseminasi maupun kehumasan
sehingga hasil
keluaran komunikasi mampu menampilkan pencapaian kinerja pelayanan dan profil organisasi sebagai nilai jual, melalui kegiatan promosi dan publikasi. PMI menjadi lebih dikenal masyarakat dan pada waktunya citra positif organisasi akan terbentuk. Apresiasi positif dan penerimaan masyarakat terhadap PMI selanjutnya akan memberikan umpan balik dalam bentuk dukungan, akses, dan kontribusi. Dukungan ini secara tak langsung menjadi komponen penguat kapasitas atau sumber daya organisasi. Komunikasi berperan strategis dalam membangun
pengertian dan pemahaman
serta mengupayakan penerimaan dan dukungan publik kepada organisasi. Oleh karena itu komunikasi merupakan fungsi yang melekat dalam proses pengembangan suatu organisasi yang berfungsi dengan baik.
12
B. Bagaimana mengkomunikasikan citra? Citra adalah gambaran mental seseorang terhadap sebuah obyek yang bersifat selektif dan terkadang personal yang dipengaruhi oleh persepsi yang terkait dengan pengalaman, pendidikan, budaya, dan nilai-nilau maupun norma yang ada. Selama ini masyarakat pada umumnya memandang PMI sebagai organisasi yang identik dengan transfusi darah, bakti sosial, bantuan bencana, kupon sumbangan, atau organisasi underbow pemerintah.
Selama ini pengenalan publik terhadap PMI adalah..
Namun benarkah persepsi di atas adalah citra yang diinginkan organisasi PMI? Citra PMI bagi publik internal dan eksternal seharusnya berhubungan dengan upaya organisasi agar mampu merespresentasikan dan mengekspresikan nilai-nilai kemanusiaan sebagaimana yang tersirat dari prinsip-prinsip dasar Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional dalam pelayanannya di tengah masyarakat. Pelayanan ini secara tak langsung mencerminkan pencapaian atas visi dan misi organisasi. Nilai-nilai positif yang berdaya jual inilah yang dapat mengangkat citra PMI yang dapat dikomunikasikan melalui pendekatan praktis kehumasan, misalnya kegiatan publikasi dan promosi maupun media massa. Citra organisasi juga dapat dibentuk melalui pendekatan diseminasi, misalnya sosialisasi kepada kalangan eksternal PMI baik target kelompok maupun massal. Hal ini diterapkan dalam kegiatan praktis seperti orientasi, pelatihan, dan advokasi.
13
C. Fungsi Komunikasi Komunikasi dan hubungan masyarakat yang efektif merupakan kontribusi yang penting untuk penguatan dan keberlangsungan sebuah perhimpunan nasional. Komunikasi hendaknya tidak
dipandang sebagai sebuah program yang berdiri
sendiri yang mengejar kepentingannya semata.
Komunikasi hendaknya justru
terintegrasi dengan semua kegiatan organisasi agar dapat melaksanakan komunikasi yang efektif. Melalui komunikasi efektif, mereka yang memerlukan bantuan dari PMI dapat belajar tentang cara bantuan penyelamatan hidup dilakukan
baik
sebelum, selama, dan pasca kejadian bencana. Komunikasi berfungsi untuk memastikan tersebarnya informasi pelayanan kita secara teratur dan mudah kepada masyarakat penerima bantuan. Melalui komunikasi efektif pula para donor, mitra kerja potensial, relawan, dan anggota masyararakat yang lebih luas dapat menjadi lebih terinformasikan tentang karya penyelamatan hidup yang dikerjakan sehari-hari oleh organisasi PMI. Dengan meningkatnya pemahaman tentang PMI, kelak mereka akan meningkatkan dukungannya dalam bentuk uang, waktu, atau sumberdaya lainnya. Melalui komunikasi yang efektif pulalah para pemimpin dan pembuat keputusan kunci akan memahami keperluan PMI dan masyarakat yang kita layani. Dengan meningkatnya kepedulian, melalui kampanye dan upaya-upaya mereka akan meningkatkan dukungannya advokasinya untuk organisasi.
14
penjangkauan,
dan mengutamakan upaya-upaya
Komunikasi dapat terjadi setiap saat dan setiap waktu. Komunikasi juga dapat terjadi di semua jajaran PMI, mulai dari markas pusat, daerah, hingga cabang. Komunikasi harus terkait dengan program-program yang ada di organisasi dan mulai diperhitungkan sejak awal tahap perencanaan oleh semua sektor organisasi. Penerapan kegiatan komunikasi disesuaikan dengan siklus pelayanan PMI pada kondisi normal, darurat atau pemulihan bencana. A. KONDISI NORMAL
Pada situasi normal (baca: tidak ada bencana) kegiatan komunikasi dapat diterapkan dalam bentuk sosialisasi/diseminasi nilai-nilai dasar kepalangmerahan kepada target internal maupun eksternal. Demikian pula strategis untuk melaksanakan kampanye donor darah sukarela atau
promosi penyadaran
masyarakat untuk program pengurangan risiko dampak bencana atau isu-isu advokasi lain yang relevan dengan organisasi. Berbagai media komunikasi informasi dan edukasi (KIE) seperti brosur, poster atau multimedia diproduksi untuk membantu menyebarluaskan pesan-pesan kepalangmerahan. Promosi luar ruang dengan menyelenggarakan event dan program media massa juga akan sangat membantu publik untuk lebih mengenal PMI. Seluruh kegiatan ini juga bertujuan untuk memperkuat hubungan PMI dan seluruh pemangku kepentingan, baik dari kalangan pemerintah, swasta, media, dan institusi lainnya. Di masa normal ini pula PMI dapat melakukan penguatan kapasitas dalam bidang komunikasi demi menunjang kemampuan staf dan relawannya dalam pelaksanaan kegiatan komunikasi sehari-hari. B. KONDISI DARURAT
Mengingat pelayanan kedaruratan adalah salah satu mandat utama PMI, maka kondisi darurat merupakan “saat emas” untuk mengintensifkan komunikasi guna mempromosikan kegiatan pelayanan respon kedaruratan bencana alam atau sengketa bersenjata melalui media massa. Informasi, baik berupa data atau gambar, tentang situasi bencana dan respon bantuan dapat diolah dalam bentuk siaran pers, lembar fakta ( fact sheet), atau tulisan menarik/berita kisah ( feature). Media massa menjadi efektif untuk menyebarluaskan informasi tersebut kepada
15
publik dan donor tentang respon PMI dan transparansi pemanfaatan bantuan kepad a masyarakat korban. Juru bicara atau nara sumber harus ditetapkan untuk menyampaikan informasi secara terarah kepada media.
Namun demikian tak
tertutup kemungkinan dalam konflik bersenjata, advokasi tentang profil PMI kepada pemangku kepentingan (stakeholder ) tertentu dapat menunjang dukungan akses kegiatan bantuan di lapangan. C. KONDISI PEMULIHAN
Bilamana terjadi bencana skala besar, misalnya tsunami di wilayah Nanggroe Aceh Darusalam (NAD) atau gempa yang menimpa Jogyakarta dan sekitarnya, bantuan bagi korban biasanya terus berlanjut dengan tujuan untuk rehabilitasi atau pemulihan. Kegiatan komunikasi, khususnya
dalam kondisi pemulihan,
dapat
dilaksanakan melalui pendekatan donor communication (komunikasi untuk donor) atau beneficiary communication (komunikasi untuk penerima bantuan). Untuk menjaga kesinambungan informasi tentang pemanfaatan bantuan dari publik/donor melalui PMI, maka kegiatan komunikasi yang berorientasi kepada kepentingan tranparansi dan akuntabilitas bantuan dapat diolah menjadi produk komunikasi seperti lembar fakta, profil program/proyek ( project profile), berita kisah ( feature), atau publikasi lainnya. Pertemuan dengan para donor atau kunjungan media ke lokasi bencana juga merupakan langkah taktis untuk menginformasikan kegiatan PMI kepada publik. Pada saat yang sama, masyarakat penerima bantuan juga berhak memperoleh informasi tentang bantuan penyelamatan hidup atau pemulihan yang sedang/akan mereka terima.
Dalam konteks pemulihan
beban psikologis, kegiatan promosi
dapat dilaksanakan dengan melibatkan para korban. Contohnya, lomba menyanyi ”PMIdola” untuk anak-anak dan program siaran radio ”Rumoh PMI” di Aceh pasca bencana tsunami silam. Informasi tentang isu-isu pengurangan resiko bencana dapat dibagikan kepada masyarakat wilayah bencana dengan memanfaatkan berbagai saluran komunikasi yang sesuai. Sebagai contoh,
PMI memproduksi koran selembar di Yogyakarta
(pasca bencana gempa) dan Teunom, NAD (pascatsunami). Berikut adalah acuan kegiatan komunikasi yang dapat dilaksanakan oleh semua jajaran organisasi PMI pada saat normal-darurat- pemulihan :
16
Kegiatan komunikasi yang dapat dilaksanakan oleh semua jajaran organisasi PMI pada saat normal-darurat-pemulihan: normal-darurat-pemulihan: No.
Kegiatan
1.
Penguatan kapasitas (pelatihan diseminasi/kehumasan, menyediakan sarana) dan menempatkan fungsi komunikasi dalam mekanisme struktur markas.
2.
Menyiapkan media informasi profil organisasi (brosur, buletin, banner, multimedia, website)
3.
Diseminasi internal (orientasi/ pelatihan) atau advokasi ke target eksternal
4.
Data base media dan membina hubungan kemitraan. Juga siapkan acuan juru bicara/nara sumber. Misal : Pengurus untuk kebijakan , Teknis oleh Humas/Unit terkait
5.
Liputan media untuk respon bantuan bencana (siapkan siaran pers, Fact sheet, dokumentasi foto/video)
6.
Liputan media untuk mempromosikan kerja PMI dan nilai-nilai kepalangmerahan yang relevan
7.
Mendukung promosi penyadaran masyarakat terkait pengurangan rIsiko bencana (produksi KIE, sosialisasi)
8.
Mendukung publikasi/promosi program penggalangan dana
9.
Menyelenggarakan sosialisasi/ promosi kegiatan PMI pada eventevent khusus (HUT 17 September, 8 Mei, dll)
10.
Menyelenggarakan sosialisasi/ promosi kegiatan PMI pada eventevent khusus (HUT 17 September, 8 Mei, dll)
Normal
Darurat
Pemulihan
17
D. MONITORING DAN EVALUASI
Dalam setiap perencanaan dan pelaksanaan program komunikasi, PMI amat berkepentingan untuk mengetahui hasil atau dampak dari kegiatan tersebut. Tujuannya tak lain untuk mengetahui sejauh mana pesan atau informasi yang disampaikan kepada target dapat dipahami dan dimengerti sehingga target melakukan sesuatu sebagaimana yang diharapkan oleh sumber informasi (lihat diagram komunikasi). Dalam pendekatan manajemen, pemantauan dan supervisi merupakan metode yang dapat dilakukan untuk mengetahui apakah kegiatan telah dilaksanakan sesuai rencana baik dalam hal waktu, biaya, maupun mekanisme operasionalnya. Melalui pemantauan, hal-hal yang memerlukan penyesuaian dapat diantisipasi sesuai kondisi yang berjalan. Sebagai contoh, jika menyelenggarakan konferensi pers dalam rangka hari ulang tahun PMI, hasil kegiatan tersebut dapat dievaluasi dari sisi ketepatan waktu pelaksanaan, biaya yang dihabiskan (dibandingkan dengan rencana yang disiapkan), tingkat antusiasme media, hingga jumlah berita yang muncul di media. Selain itu, dilakukan pula pengumpulan kliping berita-berita terkait penyelenggaraan acara sebagai arsip dan foto-foto/rekaman gambar kegiatan sebagai dokumen. Contoh lainnya kegiatan publikasi Buletin Suara PMI, edisi April 2009. Di edisi tersebut, PMI menyisipkan lembar kuesioner untuk pembaca. Hasil masukan kuesioner akan dianalisa untuk mengetahui sejauh mana efektivitias media publikasi tersebut menjangkau pembaca, termasuk manfaatnya. Bahkan untuk program pengembangan kapasitas yang dampaknya berjangka panjang, misalnya Pelatihan Pelatih Kepalangmerahan (diseminator), pun tetap dapat dilakukan evaluasi untuk mengetahui perkembangan dan manfaatnya. Antara lain pada paska pelatihan adalah dengan tetap berhubungan dengan para alumni pelatihan, mengamati dan mencatat sudah berapa kali dalam periode tertentu alumni pelatih tersebut telah melaksanakan/mempraktekkan keterampilannya pada
berbagai
kegiatan orientasi atau pelatihan di daerahnya. Pada prinsipnya, dalam setiap kegiatan idealnya untuk mengetahui pencapaian tujuan dari rencana, perlu ditempuh mekanisme pemantauan dan evaluasi untuk memastikan efektif dan efisiensi kegiatan tersebut.
18
A. MATERI PENYEBARLUASAN INFORMASI Kegiatan komunikasi dalam rangka penyebaran informasi terdiri dari dua arus, yaitu: Below the Line
A b o v e t h e Li Li n e
PUBLISITAS Press Kit: Siaran Pers (Press Realease), foto, CD Rom.
PERIKLANAN - Cetak: Koran, majalah, tabloid. - Audio: Radio (iklan, adlip) - Out - Audio Visual: TV, TV, film, Viral Ad (situs, youtube, blog, SMS blast pada HP/PDA, Ipod, email blast). - Out of Home: papan Home: papan iklan, LCD Flat Screen, Transit Ad, eskalator, lift, out door building.
MATERI KOLATERAL - Poster - Brosur, flyer, leaflet, booklet - Spanduk, baliho, x-banner - Umbul-umbul - Newsletter - Majalah in-house MERCHANDISE Tas, kaos, topi, pulpen, notes, agenda, pin, kalung, gelang mouse
B. SIARAN PERS (PR PRE E SS RELEA S E E ) SS RELEAS Adalah sebuah naskah sederhana yang bertujuan menyebarkan informasi kepada publik melalui media massa.
Format Siaran Pers 1. Ditul Ditulis is dalam kertas kertas putih putih A 4 dan menggunakan menggunakan estetika estetika dengan logo logo PMI 2. Gu Guna naka kan n tipe tipe huruf huruf Trebuchet MS dan MS dan ukuran huruf ( font) font) 11 point. 3. Cantum Cantumkan kan kata kata “Siaran “Siaran Pers” Pers” beriku berikutt hari serta tangga tanggall di kiri atas. 4. Cantum Cantumkan kan judul judul dengan dengan ukuran ukuran font font 14 point Bold 5. Cantum Cantumkan kan pihak pihak yang dapat dihubun dihubungi gi (contact person) person) di bawah 6. Jumla Jumlah h maksimal maksimal siara siaran n pers pers 2 halam halaman an 7. Ukuran margin margin 2,5 2,5 cm (ke atas), atas), 3 cm (ke kiri), kiri), dan 2,5 cm (ke (ke kanan)
19
Cara membuat Siaran Pers 1. Alinea pertama harus memuat prinsip dasar 5 W + 1 H; W h a t (apa), Who (siapa), Where (di mana), When (kapan), Why (mengapa), dan How (bagaimana). Jadi
di alinea pertama, Anda diharuskan memberitahu apa yang terjadi, di mana terjadi, mengapa terjadi, siapa yang terlibat dalam kejadian itu, kapan terjadi, dan bagaimana kejadiannya. 2. Gunakan bahasa yang mudah dimengerti 3. Bentuknya berita langsung ataustraight news 4. Faktual 5. Jangan gunakan kata-kata yang tidak perlu dan istilah yang tidak dimengerti pembaca 6. Waspada terhadap kalimat dan frase yang klise. Pihak media tidak menyukai siaran pers yang isinya menyanjung atau memuji kinerja organisasi. 7. Jangan gunakan istilah teknis yang berlebihan
Tips penulisan Siaran Pers 1. Buatlah materi siaran pers yang memiliki nilai berita 2. Gunakan gaya jurnalistik standar (5 W +1 H) 3. Buatlah siaran pers yang singkat 4. Buatlah siaran pers yang siap dimuat (ready to publish) 5. Kirim siaran pers kepada editor atau jurnalis yang tepat 6. Gunakan sarana pengiriman yang disenangi editor (faks, e-mail, atau kurir)
KASUS 1 (Contoh) PMI ingin meningkatkan peran anggota PMR (Palang Merah Remaja) dalam menangani tawuran antar sekolah di kota-kota besar, dimana siswa yang menjadi korban luka-luka mendapat pertolongan pertama. Klasifikasi korban dibagi atas korban luka ringan, menengah, dan berat. Dasar dasar pendidikan PMR yang selama ini diperoleh dapat dipraktekkan secara langsung. Sekolah yang diutamakan adalah SMP-SMA/SMAK yang frekuensi tawuran tinggi.
20
Formula 5 W + 1 H = Identifi kasi Masalah
W h a t - Apa
Who - Siapa
• Peningkatan ketrampilan PMR pada SMP-SMA/SMK yang suka tawuran. • Humas membuat konferensi pers untuk: Media • Panel pembicara: Humas PMI, Kepala Sekolah/ Konsuler BP, Pelatih PMR, Psikolog.
W h e r e - Dimana Why - Mengapa
How - Bagaimana
• Konferensi Pers di ruang serba guna PMI. • Kegiatan
dilakukan
sebagai bagian
dari
meningkatkan “awarenessî kepada publik. • Mempersiapkan materi publisitas. • Mengundang wartawan. • Up-date informasi pada situs. • Pameran kecil kegiatan PMR • Simulasi kegiatan • One on One Interview
Perlu diingat! Sebelum menulis siaran pers, lakukanlah: - Tentukan materi atau tema yang akan ditulis - Lengkapi bahan-bahan untuk membua tulisan - Pastikan ada dorongan untuk mulai menulis
21
Anatomi Siaran Pers
C. LEMBAR FAKTA ( F A C T S H E E T ) 1. Adalah data pendukung yang sifatnya memberikan informasi tambahan yang berkaitan dengan inti berita (news) yang lebih lengkap dan komprehensif 2. Biasanya merupakan lampiran siaran pers 3. Biasanya jumlah halaman berkisar antara 3 -10 halaman 4. Sebaiknya tidak ditulis dalam bentuk berita melainkan dalam bentuk paparan logis maupun artikel/feature
22
5. Jangan lupa menyertakan data dari pihak yang dapat dihubungi (contact person), sehingga bila data pendukung ini terpisah dari siaran pers, siapapun dapat merujuk pada sumber yang membuat/mengeluarkan.
Anatomi F a c t s h e e t
Judul
Harus mencantumkan tanggal terakhir S a m p a i k a n
inti peristiwanya lebih dahulu, lokasi kejadi an, jumlah korban sampai t a n gg a l u p d a t e
Fact Sheet Banjir dan Tanah Longsor di Jawa Timur dan Jawa Tengah Update: Jumat, 4 Januari 2008 Latar Belakang Hujan yang melanda pulau Jawa akhir Desember 2007 telah mengakibatkan banjir dan tanah longsor. Tercatat dua propinsi yang mengalami bencana terparah, yaitu Jawa Timur (7 kabupaten) dan Jawa Tengah (10 Kabupaten). Data Satlak per Jumat (3/1) Jateng: 76 orang meninggal, 18 terluka dan 12 orang dinyatakan hilang di Jawa Tengah. 233 rumah hancur, 1.012 rusak berat, 263 rusak sedang dan 9.277 rusak ringan di 10 kabupaten (Karang Anyar, Sragen, Wonogiri, Sukoharjo, Surakarta, Banyumas, Grobogan, Demak, Kudus dan Klaten. Jatim: 8 orang meninggal, 6 terluka dan 27 orang hilang. 85 rumah hancur, 364 rusak berat dan 1.541 rumah rusak ringan. Di Bojonegoro, banjir melanda 14 kecamatan, menggenangi 24.573 rumah dan merusak 18 sekolah dan 1 vihara. Respon PMI Melakukan operasi tangga darurat dengan melakukan kegiatan: 1. Distribusi Bantuan 2. Pelayanan Kesehatan 3. Dapur Umum 4. Pelayanan Air Bersih dan Sanitasi 1. Distribusi Bantuan Distribusi bantian melliputi wilayah: Jawa Tengah: Kabupaten Karang Anyar, Grobogan, Surakarta, Sukoharjo dan Kudus. Jawa Timur: Kabupaten Lumajang, Ngawi, Bojonegoro dan Ponorogo. No.
Barang
1.
Peralatan Kebersihan diri (hygine kit)
2.
Terpal
3.
Selimut
4.
Tikar
5.
Perahu Karet
6.
Bantuan biaya operasional
Jumlah
3.000 paket 3.000 unit 2.500 lembar 1.500 unit 6 unit Rp. 50 juta
23
D. F E A T U R E Feature adalah salah satu bentuk tulisan nonfiksi (berdasarkan data dan fakta), dengan karakter human interest (menggugah rasa kemanusiaan) yang kuat. Feature berbeda dengan bentuk tulisan lainnya seperti artikel, esai, bahkan berita langsung (straight news). Feature sering pula disebut sebagai berita kisah atau berita bertutur.
Beda F e a t u r e dengan Berita Langsung Berita langsung (straight news) lebih mengutamakan fakta dan data aktual (berdasarkan sebuah peristiwa aktual) yang ditulis tanpa opini. Sementara Feature adalah tulisan berdasarkan data dan fakta peristiwa aktual, tetapi materinya lebih menekankan segi human interest.
Struktur F e a t u r e Berbeda dengan struktur berita yang bentuknya piramida terbalik (gambar segitiga terbalik). Artinya, bagian yang besar (yang penting isinya), berada di bagian atas. Makin ke bawah, volume berita makin sedikit dan isinya menjadi kurang penting. Sedangkan struktur Feature tidak berbentuk piramida terbalik, melainkan balok sama besar yang memanjang dari atas ke bawah. Maksudnya, berita di bagian yang paling atas, sama pentingnya dengan yang di tengah maupun yang di bawah.
Komponen F e a t u r e Secara umum, tulisan selalu terdiri dari judul, summary (ringkasan pendek yang ditulis di bawah judul), nama penulis (bisa di atas atau di bawah), anak judul, lead (kepala tulisan), body (isi tulisan), dan ending (akhir atau penutup).
Arti H um a n I n t e r e s t Human interest bisa diartikan sebagai rasa kemanusiaan. Oleh karena itu, feature adalah tulisan yang menekankan segi yang bisa menyentuh rasa kemanusiaan pembacanya.
Kategori Human Interest Yang bisa dikatagorikan sebagai human interest antara lain masalah perjuangan hidup manusia, penderitaan, percintaan, kelahiran, kematian,
24
Contoh F e a t u r e
Bila Para Penderita Paraplegi Curhat di Klinik PMI --- Judul oleh Bambang MBK --- Nama penulis Bencana tak lain hanya menyisakan kesedihan dan penderitaan yang mendalam kepada setiap orang yang terkena dampaknya. Namun tidak bagi sebagian korban gempa Yogyakarta. Mereka yang kini hidup lumpuh, tak membiarkan kesedihan mereka berlarut. Di tengah kebersamaan sesama korban, mereka justru menemukan kekuatan untuk bangkit kembali.--- summary BANTUL - Bertemu dengan teman senasib dan dapat saling mencurahkan isi hati, tentu sangat menyenangkan. Momen ini bisa menjadi katarsis (obat) untuk saling menguatkan semangat hidup, apalagi bagi mereka yang baru saja mengalami peristiwa amat memilukan. Ada suasana ceria karena canda, saling berbagi pengalaman dan saling mengisi kekosongan jiwa. --- Lead Suasana seperti itulah yang selalu terjadi di Klinik Rehabilitasi Medik Pasien pascagempa yang didirikan Palang Merah Indonesia (PMI) dan International Federation of Red Cross and Red Crecent Societies (IFRC) di Dusun Code, Trirenggo, Bantul. Setiap hari ada puluhan pasien paraplegi (patah tulang belakang) akibat bencana gempa bumi 27 Mei 2006 lalu yang menjalani terapi medik di klinik ini. “Saya cuma kejatuhan paku, mas,” ujar Antoro (25 tahun) kepada mediacenterajiyogya usai menjalani terapi medik. Astaga, separah itukah akibat kejatuhan paku? ”Tetapi kejatuhan paku dan belandarnya,” sambung Antoro lagi seraya tertawa. --- body Ya, Antoro adalah salah satu korban bencana gempa bumi. Ia tertimpa belandar, kayu yang menopang atap rumahnya. Kini ia mengalami kelumpuhan dan tidak bisa berjalan normal. Setiap hari, armada mobil milik PMI menjemput para penderita paraplegi untuk dibawa ke klinik. Di sana, mereka akan dibaringkan di tempat tidur. Para relawan PMI kemudian akan memijat, melakukan penyinaran dan membantu menggerakkan kedua kaki para pasien. --body Setelah beristirahat, sejenak para penderita paraplegi itu dilatih berjalan. Seorang relawan PMI akan membantu mereka (satu per satu) berdiri. Kemudian sang pasien akan berdiri dengan bertumpu pada walker, alat bantu berjalan yang memiliki empat kaki. Setelah berjalan beberapa langkah, sang pasien akan dibantu untuk menggunakan krek. --- body ”Hati-hati, telapak kakinya diletakkan pelan-pelan. Jangan dileparkan, kalau memakai sandal, pasti akan terbang,” ujar Ali, relawan PMI yang sedang membantu Istianah latihan berjalan. Sang pasien, seorang perempuan muda yang berparas cantik ini pun tertawa mendengar saran ”pelatih”-nya. --- body
25
IV. Praktek Kegiatan Komunikasi
Usai berlatih mereka bercengkerama. Mereka saling melemparkan guyonan. Suasana pun tampak gembira. Mereka saling bercerita tentang apa pun. Antoro menceritakan, bagaimana ketika Yogyakarta diguncang gempa lagi beberapa waktu lalu. Ia tidak bisa berbuat apa-apa, karena kebetulan berada di rumah seorang diri. Hanya tetangganya yang berteriak-teriak menanyakan apakah ia dalam keadaan baik-baik saja. --- body Beberapa temannya yang mendengarkan tampak tersenyum-senyum. Bagi Antoro, saat terapi adalah saat yang dinantikannya. Sebab ia dapat bertemu dan ngobrol dengan sesama penderita paraplegi. ”Jika di rumah saya hanya seorang diri. Hanya televisi atau game yang menemani,” ujarnya. --- body Dahulu masih banyak teman yang sering menjenguknya di rumah. Tetapi kini semakin sedikit. Sudah risiko menjadi penyandang cacat selalu dijauhi orangorang ungkap Antono lagi. Apa yang dikatakannya memang benar, para penyandang cacat atau difabel masih ”dipinggirkan”, baik oleh masyarakat atau negara. Sesuatu yang seharusnya tidak boleh terjadi. Namun saat terapi, mereka sejenak dapat mereguk kebahagiaan. --- body Pertemuan untuk Kembali Hidup --- anak judul Pertemuan antar para pasien ini memompa semangat mereka. Kemajuan yang dialami seorang penderita paraplegi akan memompa semangat pasien lainnya. Mereka masih memiliki kemungkinan untuk sembuh dan berjalan normal seperti sedia kala. Lihatlah Antoro, kaki kanannya sudah dapat mulai bergerak lagi. Padahal sebelumnya dokter memvonis dia akan mengalami kelumpuhan. Inilah yang ikut mendorong Rohadi (53 tahun), seorang pegawai di Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (P&K) Propinsi Yogyakarta yang kini harus menggunakan kursi roda itu untuk tetap optimis bisa sembuh. ”Dokter mengatakan tidak bisa sembuh, tetapi entahlah. Nyatanya ada juga yang bisa sembuh,” ujar penduduk Pendowoharjo, Sewon, Bantul ini. Dalam satu minggu, Rohadi menjalani terapi sebanyak dua kali. --- body Hari makin siang, matahari mulai berada tegak lurus di atas kepala. Namun para penderita paraplegi itu masih asyik ngobrol dan bercanda. Mereka masih enggan pulang ke rumah. Ketika relawan PMI menawarkan siapa yang akan diantar pulang terlebih dahulu, tidak ada satu pun yang mengajukan diri. Namun apa daya, segala sesuatu pasti ada akhirnya. Satu-persatu, mereka digendong masuk ke dalam mobil PMI yang akan membawa mereka pulang. Hari itu, terapi yang mereka jalani mungkin akan memperbesar peluang mereka untuk sembuh. Mungkin pula mereka sudah belajar sesuatu dari sesama para penderita paraplegi. Hanya mereka yang tahu dan merasakannya. Selamat berjuang melanjutkan hidup kawan, the show must go on! --- ending Sumber: http://www.mediacenter-ajiyogya.com
26
E. FOTO UNTUK KEPERLUAN BERITA DAN DOKUMENTASI Foto merupakan komponen penting dalam mendukung kegiatan komunikasi, terutama untuk kegiatan jurnalistik, hubungan masyarakat serta dokumentasi. PMI memanfaatkan foto untuk keperluan: 1. Dokumentasi yang pada suatu saat akan dipergunakan untuk keperluan laporan, media publikasi dan promosi. 2. Jurnalistik yaitu untuk memperkuat/ilustrasi dari sebuah berita (news) dan Siaran Pers ( pers realease) baik untuk media internal maupun eksternal. Cara memilih foto yang benar untuk kepentingan media 1. Kualitas bagus artinya tidak buram/blur (tajam) dan tidak kekurangan atau kelebihan cahaya. 2. Foto close up atau medium shoot, tidak terlalu banyak orang /objek. 3. Setting foto sebaiknya bersifat natural, alami dan tidak dibuat-buat. 4. Foto interior dan eksterior, JANGAN menggunakan pose “klise” misalnya pengambilan foto secara frontal, carilah yang bersudut pandang menarik. 5. Foto harus “bercerita” 6. Stok foto banyak tapi selektif 7. Kualitas foto minimum berukuran 800-1200 pixel, terutama untuk siaran pers yang dikirim lewat email, namun untuk stok foto selalu dengan ukuran kerapatan yang tinggi antara 2000 - 3000 pixel dalam format jpeg, tif atau RAW. 8. Sertakan keterangan foto (caption) yang informatif tetapi singkat 9. Penulisan keterangan foto juga menggunakan prinsip 5W+1H 10. Tuliskan nama setiap orang yang ada dalam foto dan kenapa mereka penting 11. Tiap orang dalam foto dituliskan urut dari kiri atas ke kanan bawah 12. JANGAN sekali-kali menempel keterangan foto di belakang foto 13. JANGAN menempel foto di bawah/bagian akhir siaran pers 14. Satu foto satu keterangan foto dalam satu lembar halaman 15. Cantumkan nama/identitas fotografer 17. Sertakan kontak yang dapat dihubungi 19. Bila foto akan disimpan (burn) dalam Compact Disk (CD) - Beri judul foto dengan angka misalnya: PMI 1, PMI 2, Donor Darah 3, dan seterusnya. - Buat keterangan foto dalam program MS. Words dengan kode nama yang sama. Contoh: Foto 1: Dari kiri ke kanan Ahmad Reza, Ketua PMI; Sudarman, Kepala Sukarelawan PMI, Rusman Suryadi, Ketua RT Desa Balongsari, dan seterusnya. - Siaran pers, data pendukung, dan lain-lain juga ikut di-burn dalam CD Rom. - Burn juga logo PMI dalam bentuk JPG dan TIFF. Kadang-kadang media memerlukannya.
27
Secara umum foto PMI selalu: 1. Memperlihatkan kegiatan pelayanan yang harmonis, saling menjaga kehormatan serta martabat antara PMI sebagai penyampai bantuan dengan penerima bantuan. 2. Memperlihatkan dengan jelas Identitas PMI dengan penempatan sebagaimana mestinya. 3. Memperlihatkan interaksi manusia dengan manusia atau interaksi manusia dengan manusia bersama perlengkapannya. Pedoman Pemotretan Foto yang akan kita buat akan membawa nama PMI sebagai bagian dari Gerakan: 1. Sebelum memotret, pikirkan sejenak, foto seperti apa yang kita inginkan? Foto itu akan berbicara apa? PMI adalah orang-orang untuk orang-orang. 2. Ambil foto orang-orang pada pusat perhatiannya, sebaiknya; fotolah orang yang sedang membantu orang (aturan dasar prinsip kemanusiaan), sedangkan foto kendaraan dan gedung tidak akan bisa menangkap kehangatan dan emosi. 3. Pastikan lambang dan atau logo dan tulisan terlihat jelas. Hati-hati jangan menempatkan lambang/logo bukan pada semestinya. 4. Kalau memungkinkan, jangan memotret misalnya; pengurus yang sedang duduk di belakang meja, tapi potretlah jika ia sedang melakukan pekerjaannya. 5. Wajah akan berbicara jujur, potretlah wajah mereka terutama pada saat mereka berinteraksi. 6. Jika memotret undangan atau pejabat, usahakan mencari kesempatan mereka sedang melakukan sesuatu, atau minimal perlihatkan mereka sedang saling berpandangan satu sama lain atau mengobrol. Memotret di lapangan Foto yang akan kita buat akan membawa nama PMI sebagai bagian dari Gerakan: 1. Foto memperlihatkan mengapa PMI terlibat. 2. Foto memperlihatkan bagaimana PMI terlibat. Jika memungkinkan foto-foto tersebut mengikuti setiap tahapan, misalnya dari proses bantuan, dari penerimaan sampai distribusi bantuan. 3. Foto memperlihatkan kerjasama dan kapasitas PMI. 4. Foto memperlihatkan proyek jangka panjang (memperlihatkan pelibatan masyarakat membangun irigasi, kesehatan, dan lain-lain) 5. Foto memperlihatkan proyek khusus atau partisipasi spesifik seperti staf PMI dalam pekerjaannya. 6. Foto memperlihatkan prinsip-prinsip dan kriteria bantuan. Memotret yang baik 1. Tidak lebih dari 4 orang yang terlihat di satu foto. 2. Pada kerumunan pastikan dapat dibedakan orang PMI yang sedang melakukan pelayanan. 3. Latar belakang objek foto berwarna cerah atau berbeda.
28
4. 5. 6. 7.
Pastikan lambang/logo/tulisan PMI terlihat jelas. Bawa perasaan subjek ke dalam foto. Pada banyak kasus, foto close up lebih baik daripada foto jarak jauh. Jangan lupa meminta ijin kepada orang yang akan dipotret.
Contoh Pengambilan Foto Close up
Pengambilan foto SUDAH BENAR, hanya saja keterangan foto tidak lengkap, dimana kita tidak tahu jabatan atau siapa dia? Seberapa pentingkah dia? Tambahan: - pengambilan pada saat kegiatan rapat, musyawarah atau seminar harus terlihat siapa pembicaranya dengan jelas. - pengambilan pada acara penting dimana pelaku harus jelas kelihatan, dan memberikan keterangan foto dan fotografer. Mar’ie Muhammad, Ketua Umum PMI (Foto: Yuki)
Contoh Pengambilan Foto Suasana -
Keterangan foto SALAH, karena tidak menunjukkan pentingnya lokakarya tersebut. Tidak menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Foto ini TIDAK MEMILIKI NILAI BERITA.
29
Contoh pengambilan foto Suasana Foto ini dapat menjadi nilai berita, asalkan: - Orang-orang yang di dalam foto ini adalah orang-orang “penting” misalnya Ketua Komite Palang Merah Internasional, Menteri Kesehatan, dan lain-lain. Bila hanya berupa dokumentasi internal, maka jangan gunakan foto ini. Berikan foto yang lebih menunjukkan aksi, misalnya seorang pelatih dari Palang Merah Internasional sedang memberikan seminar. - Setiap foto harus ada keterangannya.
Contoh pengambilan foto: Peserta sebuah event
Kesalahan foto: - Tidak ada nilai berita karena tidak ada keterangan foto. - Tidak ada “action” atau melakukan sesuatu. - Hanya untuk dokumentasi internal. Bukan untuk dipublikasikan.
Contoh pengambilan foto: Kegiatan PMI
Foto ini sudah baik dan benar
30
Contoh pengambilan foto Peristiwa H o t N e w s
Foto ini diambil dari koran Kompas tentang kelangkaan minyak tanah. Foto ini tidak memiliki keterangan foto, karena digunakan sebagai “penguat” berita. Tanpa keterangan pun foto ini sudah “berbicara” lantang tentang situasi saat itu.
Contoh pengambilan foto: Peristiwa H o t N e w s
Foto ini diambil dari koran Kompas tentang banjir. Tanpa keteranganpun foto ini sudah menceri takan banyak hal.
31
F. VIDEO DOKUMENTASI If a picture worth a thousand words, lalu bagaimana dengan video?
Video 1. Mengandung unsur visual, audio, gerak 2. Tiga dimensi 3. Tampilan lebih menarik 4. Pesan yang disampaikan lebih mudahdipahami 5. Lebih interaktif 6. Dapat mengarahkan (leading) pesan menjadi lebih fokus.
Foto 1. Dua dimensi 2. Lebih praktis 3. Mudah dibawa 4. Pasif 5. Murah 6. Tidak memerlukan keahlian khusus
Karya Video Dari sebuah karya dan program videografi yang kreatif dan komunikatif, kita bisa bercerita, berbagi informasi, menghibur, menularkan pengetahuan, bahkan mempengaruhi orang lain.
Rekaman Video yang Layak Rekaman video dikatakan layak untuk ditayangkan dan disimpan sebagai dokumentasi jika memenuhi 4 syarat : cukup pencahayaan, fokus, stabil dan
cukup durasi. Syarat-syarat ini hanya bisa diabaikan jika rekaman video tersebut memiliki nilai tertentu (penting dan/atau menarik) atau mengabadikan peristiwa atau adegan yang istimewa dalam kondisi darurat. Jika tidak terlalu istimewa, maka rekaman video yang tidak memenuhi syarat tersebut bisa dikatakan tidak layak tayang atau didokumentasikan. Namun, secara keseluruhan sebuah karya video yang layak untuk disajikan akan melalui tahap-tahap: 1. Praproduksi: Proses perencanaan dan persiapan produksi sesuai dengan kebutuhan, tujuan dan khalayak sasaran yang dituju. Meliputi persiapan fasilitas dan teknik produksi, mekanisme operasional dan desain kreatif (riset, penulisan outline, skenario, storyboard , dsb.). 2. Produksi: Proses pengambilan gambar di lapangan (shooting). 3. Pascaproduksi: Proses penyuntingan di ruang editing, memadukan hasil rekaman video dengan berbagai elemen audio visual lainnya. 4. Presentasi: Menyajikan hasil penyuntingan (editing) dalam format siap tonton (kaset, VCD, DVD, dsb.) Distribusi : Penyebarluasan karya videografi (screening,
32
Membuat Videografi Sebagai sebuah pertunjukan, karya videografi yang siap dipertontonkan disajikan dengan kaidah logis sebuah proses penyajian. Ada awalan atau pembuka, dilanjutkan dengan isi atau materi inti dan diakhiri dengan sajian penutup. Rangkaian ini secara keseluruhan memberi informasi kepada penonton tentang apa yang sedang ditontonnya. Dalam format sajian yang paling sederhana, sebuah judul di bagian depan, rangkaian gambar yang tersusun pada batang tubuhnya dancredit title yang muncul pada bagian akhir, sudah bisa memberikan status selesai dan siap tonton pada sebuah rekaman video. Selebihnya adalah masalah kreatifitas sesuai dengan kebutuhan dan tujuan produksi karya videografi tersebut. Saat ini teknologi yang mendukung pembuatan rekaman video dibuat agar mudah dioperasikan oleh orang awam sekalipun, sehingga video presentasi dapat dilakukan sendiri. Artinya, bisa berhemat dan bisa mempublikasikan langsung ke beberapa media di internet seperti; Youtube, blog dan lain-lain.
Prinsip dasar menyiapkan video dokumentasi 1. 5W+1H tak boleh dilupakan 2. Tentukan tujuan pembuatan - apa yang akan didokumentasikan 3. Tentukan topik utama dan tokoh utama 4. Tentukan cara bertutur/bercerita 5. Tentukan khalayak sasaran (targetaudience) 6. Tentukan durasi 7. Siapkan script selengkap mungkin 8. Sedapat mungkin kembangkan script menjadi storyboard sederhana untuk membantu mengarahkan alur cerita 9. Tentukan lokasi shooting 10. Izin, honor, anggaran, jadwal, dan lain-lain 11. Dalam mengambil suasana, kamera sebaiknya bergerak left pan - right pan; zooming in; dan close up pada tokoh kunci.
G. BROSUR dan LEAFLET Sebetulnya brosur dan leaflet tidak banyak bedanya. Fungsi utamanya adalah memberikan informasi tentang suatu hal secara ringkas tetapi komprehensif. Pada dasarnya, BROSUR adalah terbitan tidak berkala yang tidak terkait dengan terbitan lain dan selesai dalam sekali terbit. Brosur yang memuat daftar produk juga disebut katalog. Brosur biasanya hanya menonjolkan kelebihan utama sebuah produk.
33
Sedangkan LEAFLET adalah bentuk lebih sederhana dari brosur. Biasanya hanya terdiri dari satu lembar, dengan informasi yang dicetak bolak-balik ataupun hanya di satu muka saja. Leaflet juga umumnya disebut dengan flyer . Lebih banyak memuat informasi tentang kegiatan tertentu, program khusus, atau promosi tertentu yang sifatnya sementara (temporary ). Informasi yang disampaikan lebih bersifat langsung, kata-kata yang digunakan lebih singkat dan padat. Biasanya menggunakan kertas cetakan yang lebih murah karena sifatnya yang harus segera disebarkan kepada banyak orang dalam waktu singkat dan “umurnya” hanya selama program berlangsung.
Kesamaan Brosur dan L e a f l e t Merupakan media yang sangat efektif dalam mempengaruhi konsumen atau khalayak sasaran mudah dibagikan, mudah disimpan, mudah dibawa, mudah dibaca. Biaya produksi relatif ringan. Merupakan modal paling utama dalam menyampaikan informasi kepada konsumen atau khalayak sasaran tentang keunggulan utama sebuah produk/layanan. Anatomi Brosur dan L e a f l e t 1. Memuat informasi atau penjelasan tentang suatu produk, layanan, fasilitas umum, profil perusahaan, sekolah, atau sebagai sarana beriklan. 2. Informasi dalam brosur ditulis dalam bahasa yang ringkas agar mudah dipahami dalam waktu singkat. 3. Brosur juga didesain agar menarik perhatian, dan dicetak pada kertas yang baik, biasanya berwarna, dilengkapi dengan gambar/ilustrasi dan foto. 4. Ada logo/identitas PMI dan alamat lengkap untuk dihubungi setiap saat. Prinsip pembuatan Brosur dan Leaflet Tata letak ( l a y o u t ) 1. Harus menarik dan mampu mengilustrasikan atau menggambarkan keunggulan produk/ layanan dengan baik, agar tidak mudah dibuang atau tetap disimpan. 2. Pertimbangkan juga kemudahan orang lain untuk menggandakan brosur/leaflet kita. 3. Desain sederhana tetapi menarik, latar belakang menggunakan warna terang/muda, teks menggunakan warna hitam atau gelap, resolusi foto tinggi. 4. Untuk leaflet sebaiknya menerapkan desain yang “bersih” dengan satu “pusat perhatian”; bisa berupa gambar, foto, ataupun headline (judul) yang memukau/menggelitik.
34
Paparan (copy t ex t/body copy) 1. Sedapat mungkin menjelaskan secara detail keistimewaan produk/layanan; 2. Ditujukan untuk membangun citra yang baik terhadap layanan atau produk tersebut, sehingga pesan yang disampaikan haruslah persuasif dan informatif. 3. Menjelaskan nilai-nilai positif dari produk/layanan yang kita berikan. 4. Ukuran jenis huruf ( font) sebaiknya antara 9-11 point (tergantung dari jenis hurufnya). kalau terlalu besar informasi yang disampaikan bisa berkurang, kalau terlalu kecil orang jadi malas membaca. Gambar dan foto 1. Harus secara gamblang menampilkan nilai jual (selling point) dari produk/layanan tersebut; Untuk brosur tidak lebih dari satu di setiap 2.
daun/halaman/lipatan. Untuk leaflet cukup satu saja. Ukuran: Brosur: kertas ukuran letter (21,59 cm x 27,94 cm) atau kertas A4 (21cm x 29,7cm) bisa dilipat dua (dua daun) atau lipat tiga (tiga daun). Leaflet: mulai dari ukuran A4 (1 lembar) sampai ukuran 10 cm x 20 cm (ukuran paling popular). Namun untuk brosur atau leaflet yang diterbitkan oleh PMI telah mempunyai ukuran tersendiri, yaitu; ukuran 12 cm x 21 cm untuk satu panel, banyaknya lipatan antara 2 - 3 lipatan atau 2 sampai 3 panel.
Hal-hal lain yang juga harus diperhatikan 1. Pastikan siapa khalayak sasaran; bagaimana caranya agar pesan yang hendak disampaikan dapat menarik perhatian khalayak sasaran (bahasa, ilustrasi, grafik, warna, bentuk, ukuran, jenis kertas, dan lain-lain) 2. Informasi penting yang harus ada: misalnya alamat lengkap dengan telepon, faks, e-mail, ataupun laman (website) yang dapat dihubungi setiap saat. 3. Pastikan dalam brosur tidak dimasukkan informasi yang akan berubah dalam waktu dekat. Hal-hal yang bersifat sementara atau berjangka pendek lebih cocok dibuat dalam format leaflet, karena sifatnya yang sementara. Paling 4.
lama umur leaflet atau brosur hanya sampai 3 tahun. Begitu pula dengan contact person yang dicantumkan dalam brosur atau leaflet.
5.
Pastikan orang tersebut masih ada dalam waktu yang cukup lama. Sebelum cetak, ada baiknya melakukan “tes 5 detik”. Tunjukkan Finished artwork (contoh hasil akhir) brosur atau leaflet kepada seseorang selama lima detik, lalu tanyakan informasi terpenting yang ada dalam brosur/leaflet (siapa, tentang apa, dimana, kapan). Jika jawabannya lebih banyak tidak tahu berarti informasi yang diberikan masih kurang jelas, mungkin terlalu banyak kata-
6.
kata, atau terlalu banyak foto. Periksa lagi sebelum semuanya jadi sia-sia saja. HATI-HATI dengan penulisan angka dan nama orang. Sebaiknya diperiksa oleh tiga orang, sehingga tidak salah tulis. Bisa berakibat fatal.
35
Susunan halaman panel
Panel 1 Cover
Panel 2
Panel 3
Panel 4
Panel 5
Panel 6 Back Cover
Melipat
Panel 1 Cover
Panel 2
Panel 3
Panel 6 Back Cover
36
Panel 4
Panel 5
Contoh leaflet PMI Panel 6 Back Cover
Panel 1 Cover
Panel 5
Panel 2
Panel 4
Panel 3
Contoh Leaflet (British Red Cross) Leaflet ini sangat menarik perhatian dengan headline yang besar dan menyampaikan pesan inti dan mendorong orang untuk beraksi karena ada bagian yang dapat dipotong dan dikirim/ difaks.
37
H . NEW S L E T T E R dan MAJALAH Newsletter Di era teknologi yang berkembang pesat sekarang ini, newsletter pun tidak selalu dalam bentuk cetak. Ia bisa dibuat dalam bentuk halaman di situs web ataupun dalam format e-mail. Yang akan dibahas lebih banyak di sini adalah print newsletter cetak, mengingat bentuk ini masih merupakan pilihan paling populer dan dapat disebarluaskan sampai ke pelosok. Walaupun hampir semua organisasi menerbitkan newsletter , faktanya masih banyak kasus yang menunjukkan bahwa jenis penerbitan ini tidak dianggap terlalu penting oleh organisasi. Akibatnya, penanganan newsletter menjadi tidak maksimal, bBahkan apat dianggap sebagai sebuah pemborosan dan dinilai tidak efektif. Newsletter dan Majalah Sebelum membahas lebih jauh, ada baiknya dipahami bersama perbedaan antara newsletter dan majalah. Pada prinsipnya, majalah dan newsletter sama-sama merupakan terbitan periodik. Pada umumnya setiap orang langsung dapat membedakan antara publikasi jenis newsletter dan majalah melalui tampilan sampul muka (cover ) dan isi keseluruhan.
N e w s l e t t e r dan Majalah: Perbedaan 1. Isi - Majalah: Terbitan periodik dengan sejumlah artikel, cerita, dan gambar dengan banyak topik, ditulis oleh banyak orang. Majalah juga memuat iklan karena hidupnya bergantung dari iklan. Bentuk tulisannya bisa berupa berita, feature, ataupun advertorial; - N e w s l e t t e r : Terbitan periodik dengan sejumlah artikel tentang satu topik utama oleh satu atau beberapa orang saja. Biasanya tidak ada iklan, karena penerbitannya tidak didukung oleh iklan melainkan oleh langganan atau dibiayai perusahaan/organisasi. Bentuk tulisan umumnya berupa berita dan feature. Tidak ada advertorial.
2.
38
Khalayak Sasaran - Majalah: Khalayak sasaran (target sasaran) tertentu yang ditampilkan lewat ciri khasnya, tetapi tetap dapat dinikmati oleh publik umum (bahasa, hiburan, distribusi); - N e w s l e t t e r : Khusus untuk sekelompok orang dengan ketertarikan yang sama, sebagian besar tidak dapat dinikmati oleh publik umum (bahasa menggunakan jargon tertentu, topiknya tidak menarik perhatian umum, unsur hiburan kecil sekali, distribusi terbatas)
3. Distribusi -
Majalah: Dapat diperoleh dengan cara berlangganan ataupun beli eceran.
-
N e w s l e t t e r :
Hanya tersedia di tempat tertentu atau lewat berlangganan
saja.
4.
Catatan -
Sekarang ini ada banyak newsletter yang bentuknya sudah seperti majalah. Itu sebabnya hal-hal berikut ini menjadi patokan bagi sebagian orang untuk menentukan, apakah terbitan tersebut sebuah majalah atau newsletter .
-
Sekarang ini ada banyak newsletter yang bentuknya sudah seperti majalah. Itu sebabnya hal-hal berikut ini menjadi patokan bagi sebagian orang untuk menentukan, apakah terbitan tersebut sebuah majalah atau newsletter .
6.
Ukuran: -
Majalah: Ukurannya bervariasi dari yang bentuk kecil (seperti Intisari) sampai ke ukuran tabloid.
-
N e w s l e t t e r :
Hampir sama, tetapi umumnya ukuran newsletter adalah
sebesar kertas ukuran ‘letter’
7.
Halaman: -
Majalah: Rata-rata di atas 24 halaman sampai lebih dari seratus halaman;
-
N e w s l e t t e r : Biasanya antara 24 – 32 halaman, bahkan banyak yang hanya 8 –
12 halaman saja
8.
Penjilidan: -
Majalah: Biasanya menggunakan jilid kawat atau lem, tergantung dari jumlah halaman.
-
N e w s l e t t e r :
Ada yang menggunakan jilid kawat, atau bahkan tidak
menggunakan penjilidan sama sekali.
9.
Layout: -
T ampilan yang paling membedakan adalah cover.
-
Majalah: Pada majalah, unsur dalam cover meliputi nama majalah; headline, teaser ,
atau topik-topik yang diulas; foto dan grafis; nomor
edisi/tanggal/bulan/ tahun terbit; harga. -
N e w s l e t t e r :
Biasanya hanya terdiri dari nama
newsletter ;
nomor
edisi/tanggal/ bulan/tahun terbit; dan di bawahnya langsung terdapat artikel. Tetapi sejalan dengan perkembangan zaman, sudah banyak
39
newsletter yang juga menerapkan cover seperti majalah
10. Warna: Tidak ada yang melarang newsletter terbit dalam empat warna di atas kertas glossy seperti majalah pada umumnya, tetapi rata-rata newsletter terbit dalam warna hitam-putih atau 1-2 warna yang diambil dari identitas perusahaan (corporate identity). Apalagi, bila khalayak sasaran newsletter hanya sekitar 100 orang, maka biayanya akan menjadi sangat besar bila diterbitkan dalam format seperti majalah.
11. Cetakan -
Majalah: Proses produksi majalah lebih banyak tahapannya karena tampilannya yang berwarna, sehingga harus cetak offset dengan mesin khusus, termasuk penjilidannya. Jenis kertanya pun rata-rata art carton 260gr;
-
N e w s l e t t e r : Bila hitam-putih, maka biasanya bisa diproduksi dengan cara
difotokopi ataupun cetak standar. Jenis kertas cukup HVS, kertas koran, ataupun art carton 180 gr saja.
Jenis N e w s l e t t e r 1.
P r om o t i o n a l N e w sl e t t e r s :
-
untuk mempromosikan produk, jasa, ataupun bidang usaha.
-
disebut juga marketing newsletter.
-
biasa dikirim kepada calom konsumen secara gratis.
-
bila digarap dengan baik akan menjadi alat promosi yang ampuh untuk membuat konsumen setia.
2. Relationship N e w s l e t t e r s : -
biasanya ditujukan untuk anggota – pegawai, anggota klub kebugaran, alumni, dll.
-
Isinya seputar topik/hobi/pengalaman yang sama dengan khalayak sasaran lainnya.
-
Bentuk distribusinya di tempat-tempat yang biasa dikunjungi oleh khalayak
sasaran, dibagikan secara gratis, atau berdasarkan keanggotaan.
3.
E x p e r t N e w s l e t t e r s :
-
biasanya berdasarkan langganan yang mendaftar dan dikirim langsung ke alamat pelanggan, tidak l bebas.
40
dijual bebas. -
topik bahasan fokus pada hal-hal tertentu saja dan dikupas secara mendalam.
-
khalayaknya bersedia membayar untuk mendapatkan informasi yang terdapat dalam newsletter tersebut.
4.
Relationship Ne wsle t t er s : -
biasanya ditujukan untuk anggota – pegawai, anggota klub kebugaran, alumni, dll.
-
Isinya seputar topik/hobi/pengalaman yang sama dengan khalayak sasaran lainnya.
-
Bentuk distribusinya di tempat-tempat yang biasa dikunjungi oleh khalayak sasaran, dibagikan secara gratis, atau berdasarkan keanggotaan.
5.
Expert Ne wsle t t er s: -
biasanya berdasarkan langganan yang mendaftar dan dikirim langsung ke alamat pelanggan, tidak dijual bebas.
-
topik bahasan fokus pada hal-hal tertentu saja dan dikupas secara mendalam.
-
khalayaknya bersedia membayar untuk mendapatkan informasi yang terdapat dalam newsletter tersebut.
Contoh format newsletter: Cetak
41
Prinsip dasar membuat N e w s l e t t e r 1. Kumpulkan berita, informasi, feature, profil, tips/how to, foto, dll. 2. Menentukan jumlah halaman. 3. Membaca setiap artikel untuk menentukan prioritas berita, kolom, foto, dan ilustrasi. 4. Membuat template tata letak (layout) dan jumlah kolom.
Desain dan tata letak 1. Jenis huruf ( font type) sebaiknya dipilih yang tidak terlalu sulit dibaca dan memiliki kerenggangan yang cukup sehingga enak dibaca. Pada umumnya jenis huruf yang banyak dipakai dalam terbitan internal adalah Times, Times New Roman atau Arial, namun untuk PMI ketentuan jenis hurufnya adalah Trebuchet MS. Menggunakan tidak lebih dari 3 jenis huruf , terdiri dari 1 jenis huruf untuk judul, 1 jenis huruf untuk konten/teks isi dan satu jenis huruf untuk keterangan foto. 2. Ukuran huruf untuk sampul (cover) dan berita utama (headline) berkisar antara 54 - 60 poin. 3. Ukuran huruf untuk badan/isi artikel berkisar antara 10 - 12 poin 4. Warna dan tata letak - Warna - jangan terlalu banyak, maksimum 3 warna. - Kolom - jumlahnya antara 3 - 4 kolom, tergantung dari ukuran kertas dan template. - Tata letak jangan terlalu ramai - lebih baik konservatif dengan 1-2 foto/ilustrasi setiap artikel. - Foto/ilustrasi - dalam satu halaman maksimal 2 buah. Ukuran jangan terlalu kecil. - Box - maksimum separuh dari total artikel. Posisi bebas, asal tidak mengganggu alur tulisan.
42
5. Konsistensi Bila jumlah halaman lebih dari 24, satu artikel bisa menempati d ua halaman. - Usahakan tidak ada artikel yang terputus. - Variasi halaman dengan foto, ilustrasi, kartun, iklan yang menarik. Proporsi tidak lebih dari 30%. 6. Peranti lunak yang digunakan sebaiknya yang populer.
Elemen n e w s l e t t e r 1. Nama newsletter 2. Isi - termasuk nama kolom (misal: “Dari Redaksi”, ”Renungan”, ”Berita Bulan Ini”, “Profil”, ”Tips”, dll.) 3. Daftar isi 4. Masthead (susunan redaksi) 5. 'Pagar' - judul artikel, kicker (header di atas judul, biasa terletak di pinggir kiri/kanan atas), deck (header di bawah artikel, berseberangan dengan nomor halaman) 6. Nomor halaman 7. Head - biasanya adalah paragraf pertama atau ringkasan awal sebuah artikel 8. Byline - nama penulis yang bukan anggota redaksi 9. Jumpline - sambungan isi artikel (misal: bersambung ke halaman 15) 10. Continuation head - sambungan judul artikel (misal, bila artikel bersambung di halaman lain, maka sebagai indikasi, diberi potongan judul awal) 11. End sign - tanda tutup artikel (biasanya berbentuk **) 12. Kutipan - potongan, cuplikan tulisan yang menarik, biasanya berupa kutipan langsung 13. Foto/ilustrasi dan keterangannya (caption)
Yang harus dihindari dalam pembuatan n e w s l e t t e r 1. Terbit tidak teratur 2. Headline (judul) tidak jelas dan bertele-tele - Judul BURUK : Sambutan dari Direktur Utama - Judul BAIK : Target Direktur Utama: Perusahaan Tumbuh Dua Kali Lipat 3. 4. 5. 6.
dalam Lima Tahun BURUK : Laporan dari Kantor Cabang
- BAIK : Kantor Cabang Melaporkan Penerimaan Melebihi Target Ukuran judul semua sama - variatif akan lebih baik Lead (paragraf utama) lemah dan tidak menarik Terlalu banyak jenis huruf Tata letak yang “kering” - gunakan permainan boks, kutipan, foto, dan artikel.
43
I. MEMILIH MITRA MEDIA Persiapan Memilih Mitra Media Untuk menjalin mitra media (media relation) yang kuat, sebelumnya kita harus menyiapkan: 1. Juru Bicara (spokesperson) -
Punya kredibilitas tinggi
-
Pemerhati media, informatif
-
Komunikator yang baik
-
Mudah dicari dan dihubungi
2. Daftar media - Nama wartawan, editor, produser, penyiar, dll. - Alamat, telepon, faksimilie, e-mail - Jadwal tenggat (deadline) - Cari tahu orang-orang penting di setiap media lengkap dengan email dan telepon selular (HP) - Perbaharui (update) daftar media secara reguler 3. Target media - Berhubungan dengan kepentingan perusahaan - Berhubungan dengan isu/topik yang akan disampaikan - Berhubungan dengan khalayak sasaran (target audience)
Yang diperlukan media 1. Fakta, fakta, dan fakta 2. Hubungan langsung dengan orang-orang yang mereka butuhkan 3. Isu yang aktual 4. Singkat, padat, tajam, jelas 5. Kutipan-kutipan penting 6. Sudut pandang cerita (angle) yang bagus 7. Ide-ide kreatif 8. Sisi kemanusiaan 9. Data yang komprehensif 10. Informasi tentang latar belakang dan perkembangan perusahaan yang lengkap dan terbaru 11. Foto yang berkualitas. Tetapi JANGAN TERLALU BANYAK
Tips untuk menjalin hubungan yang baik dengan media: 1. Sudah tahu siapa yang harus dihubungi sebelum mengangkat telepon. Ada
44
baiknya mencari tahu tulisan terakhir yang jurnalis tersebut buat, sehingga bisa menyiapkan bahan pembicaraan lebih dulu. 2. Tahu waktu yang tepat 3. Siapkan semua bahan dan data sebelum menghubungi. Buatlah format lembar fakta ringkas (“fast” factsheet) agar mudah dicari 4. Bila menghubungi wartawan, biasakan perkenalkan diri lebih dulu. Sampaikan juga kapan terakhir bertemu - jika pernah- sehingga komunikasi yang nyaman bisa terjalin 5. Dalam mengawali percakapan, tanyakan kesibukannya saat ini, apa yang bisa dibantu, walaupun mungkin tak ada hubungannya dengan kita 6. Bila mengirim data lewat e-mail, selalu tempatkan hal yang paling penting di atas 7. Hati-hati dengan apa yang hendak dikirim via email. Beberapa yang harus diperhatikan: -
JANGAN pernah mengirimkan lampiran yang tidak berhubungan atau formatnya tidak jelas
-
JANGAN lupa mencantumkan topik dalam kolom “Subject”
-
JANGAN menggunakan huruf kapital atau tanda baca dalam topik, karena bisa dianggap virus atau spam
-
JANGAN pernah mencantumkan semua alamat email dalam kolom “To” secara sekaligus
8. Jangan pernah membuat janji yang tak bisa kita penuhi 9. Senantiasa menindaklanjuti (follow-up) dengan agresif. Penting dan baik sekali bila kita bisa secara konsisten selalu selangkah di depan wartawan. Pastikan apa yang kita berikan pada mereka selalu bernilai tinggi dan penting 10. Berbesar hati bila ditolak, dan jangan menjauhkan diri atau ketus pada media 11. Jangan pernah menyepelekan pentingnya sebuah perjumpaan 12. Jangan pernah berbohong. INGAT, reputasi di mata media amatlah penting.
Yang Perlu (Dos) dan Tak Perlu (Don'ts) dilakukan dalam Relasi Media: DO Menjalin komunikasi langsung dengan orang-orang penting dalam target sasaran untuk memastikan mereka selalu mendapatkan informasi yang diperlukan. DO Sampaikan informasi yang ada kaitannya dengan masalah hukum kepada tokoh-tokoh kunci di perusahaan sebelum mengirimkan informasi tersebut kepada media. Dengan demikian, bila media bertanya baliksemua……. DO Ingatlah, suka atau tidak suka, setiap karyawan adalah agen humas. . Oleh karena itu, mereka semua sedapat mungkin tetap diinformasikan atas hal-
45
hal yang berkembang dalam perusahaan. DO
Senantiasa kaitkan strategi kehumasan dengan bagian hukum, agar dapat mengantisipasi dampak yang mungkin terjadi.
DO
Rajin mengikuti berita-berita yang terkait dengan kasus/peristiwa/topik sejenis. Bandingkan, analisis, dan olah, sehingga bisa menjadi asupan yang berharga bagi media dan meningkatkan citra organisasi.
DO
Tunjukkan pada wartawan bahwa kita menghormati tenggat mereka.
DO
Upayakan untuk menjadi 'penerbit' sendiri. Manfaatkan internet untuk menyampaikan data (yang menyangkut kepentingan publik) ke ruang publik - milis, blog, situs.
DO
miliki kendali atas isu, sehingga tidak berkembang menjadi 'bencana'.
DON'T Mengatakan “no comment” dengan alasan apapun. DON'T Menyerang media, baik secara langsung maupun yang disampaikan lewat sebuah forum, karena akan menjadi bumerang. DON'T Menghakimi bentuk liputan sebuah media,misalnya headline yang sensasional atau isi berita yang tidak semestinya. Banyak dari pembaca tidak percaya penuh pada apa yang ditulis! DON'T Mengira kita bisa menghadapi wartawan atas sebuah berita negatif hanya karena kita sudah terbiasa diwawancara tentang 'berita bagus'. DON'T Menjadikan media sebagai alat utama dalam menyampaikan isu mengenai konflik yang tengah kita hadapi (misalnya mengenai penundaan kasus persidangan tertentu yang kita jalani), karena belum tentu apa yang kita anggap penting juga penting bagi media. Sebaliknya, mempergunakan media sebagai alat seperti ini bisa-bisa justru menjadi bumerang bagi kita. Tim inti dalam Media relations
Tim media yang baik mencakup tiga peran penting: 1. Koordinator 2. Penulis 3. Juru Bicara (Spokeperson) Setiap posisi punya peran yang sama pentingnya, saling tergantung satu sama lain. Peran masing-masing tugas bisa saja tumpang tindih (overlap/dilakukan oleh orang yang sama), tetapi yang terpenting adalah bahwa SEMUA PERAN tersebut harus ada. 1.
Koordinator
Tugasnya lebih banyak berhubungan dengan media, mengolah pesan, dan
46
sensitif terhadap isu yang berkembang. Ia harus dapat berkomunikasi dengan juru bicara secara baik dan intensif. 2. Juru Bicara Sebagaimana posisinya, menjadi juru bicara yang mewakili organisasi. Punya jalur komunikasi langsung dengan koordinator setiap saat. 3. Penulis Mengemas pesan dan informasi supaya siap tersedia setiap saat diperlukan. 4. Riset Menyuplai data bagi penulis agar informasi/siaran pers yang dikeluarkan bisa lengkap, informatif, dan komprehensif. Punya hubungan baik dengan semua divisi/bagian.
J. TIPS PERSIAPAN DAN PRODUKSI PROMOSI KEGIATAN Tahap Persiapan 1. Membuat konsep dan tema/topik kegiatan - menarik, unik, penting, menggalang banyak orang, punya nilai berita, yang pertama, dan lain-lain. 2. Tujuan dan peluang event/promosi 3. Waktu - periksa kalender nasional, program lain skala domestik (ada pameran, bazaar, seminar penting, islah, dan lain-lain supaya waktunya tidak bertabrakan) 4. Anggaran - masuk akal 5. Lokasi - menarik, mudah dijangkau 6. Konsumsi: - Persiapan dan pada saat acara - Tamu dan panitia 7. Izin, panitia dan tugasnya, rentang waktu, tokoh penting 8. Promosi event - barter media, materi promosi lainnya seperti poster, undangan, spanduk, X-banner , umbul-umbul, buku acara, brosur/leaflet pendukung, banner/spanduk raksasa (kalau diperlukan). Sebaiknya dikerjakan oleh pihak ketiga yang menguasai bidang tersebut. 9. Pihak-pihak lain yang dapat dilibatkan, harus punya nilai berita. Mereka bisa meliputi pihak pemda, pimpinan media, tokoh masyarakat/tokoh nasional, selebriti, dan lain-lain. 10. Press kit dan program media - kirim email siaran pers, jumpa pers, peluncuran (program), wawancara eksklusif, foto, video, dan lain-lain. 11. Daftar media - sesuaikan dengan event/promosi dan tamu/narasumber kunci atau VVIP (very very important person)
47
12. Sponsor/dana/hibah/subsidi/bantuan, dan lain-lain. 13. Pihak ketiga yang menentukan keberhasilan event/promosi, seperti manajer kegiatan (event manager), manajer panggung (stage manager ), panggung, pencahayaan (lighting), tata suara (sound system), pengarah musik (music director ) 14. Membuat agenda acara yang mendetil. 15. Gladiresik: H minus 1 (satu hari sebelum tanggal acara berlangsung)
48
IFRC, 2003, Pengembangan Organisasi, Terjemahan PMI, Bangkok Direktorat Hubungan Informasi Antar Lembaga Pemerintah Pusat, 2003, B unga Rampai Kehumasan, Jakarta IFRC, Online, 2001, Communication guideline, Geneva IFRC, 2007, Communication Framework: Emergency and Post Disaster Document, Geneva IFRC, 1994, Resource Development Handbook, Geneva Jonathan Baldwin, Lucienne Roberts, 2006, Visual Communication: from Theory to Practice, London: Ava Publishing PMI, 2003, Panduan Diseminasi Kepalangmerahan dan Hukum Perikemanusiaan Internasional, Jakarta, PMI, 2008, Panduan Keselamatan untuk Petugas PMI, Jakarta PMI, 2007, Pedoman Satgana, Jakarta PMI, 2007, Prosedur Tetap Tanggap Darurat Bencana, Jakarta Neill McKee, 1992, Social Marketing in Developing Community , Penang: Southbound
49
Philip Kotler, Eduardo L. Roberto, 1989, Social Marketing: Strategies for Changing Public Behavior , New York: The Free Press Stephen W. Littlejohn, Kren A. Foss, 2005, Theories of Human Communication, 8th edition, Kanada: Wadeworth-Thomson Learning, H. Fraizer Moore, 2005, Humas: Membangun Citra dengan Komunikasi, Bandung: Rosdakarya
50
Hukum Perikemanusiaan Internasional (HPI) Hukum kebiasaan internasional yang melindungi martabat manusia pada saat konflik bersenjata (perang). Sumber hukumnya dari Konvensi Jenewa berserta protokol tambahannya, hukum Den Haag, serta hukum internasional lainnya yang berhubungan.
Audio visual Media yang mengandalkan suara (berupa musik, narasi, monolog, dialog ataupun sound effect (efek suara untuk memperkuat nuansa yang ingin dibangun) dan visual
(dapat berupa hasil pengambilan gambar yang statis ataupun bergerak, animasi, dua dimensi, tiga dimensi).
Viral media Periklanan yang menggunakan media internet ataupun teknologi baru lainnya (PDA, ponsel) dalam melakukan promosi. Out-of-home media
Media periklanan yang berada di luar ruang (outdoor ) seperti papan reklame, LCD Screen di jalan, halte, transportasi umum, mobil LCD keliling, sepeda motor berpapan iklan; ataupun memanfaatkan area ruang publik di dalam dan luar gedung seperti eskalator, lift, langit-langit, bentuk arsitektur.
Blog Situs pribadi yang biasanya berisikan berbagai informasi yang menjadi perhatian bagi si pemilik situs tersebut. E-Newsletter (buletin elektronik)
Buletin yang diciptakan untuk disebarluaskan ke alamat email ataupun situs-situs tertentu, baik perusahaan yang memiliki situs tersebut ataupun situs-situs lainnya yang sedang/sudah membangun kerja sama. Pada dasarnya seperti buletin dicetak, hanya saja aksesnya melalui situs/alamat email.
51
You Tube Sebuah situs yang memfokuskan pada audio visual dari para netters (mereka yang rajin melakukankegiatan internet) untukmengirimkan karyanya berupa film pendek ataupun buku harian audio visual), ataupun perusahaan komersil/non komersil ingin melakukan promosi brand /produk/layanan dengan format audio visual.
ILM (Iklan Layanan Masyarakat) Iklan yang isi pesannya berupa isu-isu sosial, kesehatan, budaya, lingkungan yang bertujuan agar masyarakat mengetahui dan menjadi peka terhadap isu-isu tersebut dan diharapkan dapat berubah pikiran.
Bencana Alam Adalah peristiwa atau rangkaian yang disebabkan oleh alam, meliputi bencana gempa bumi, tsunami, gunung meletus, banjir, tanah longsor, dan lain-lain yang mengakibatkan timbulnya korban manusia, harta benda, kerusakan sarana dan prasarana, serta lingkungan hidup.
Bencana Sosial (konflik) Adalah peristiwa atau rangkaian peristiwa yang diakibatkan konflik sosial oleh antar kelompok atau komunitas masyarakat yang menimbulkan penderitaan, gangguan hubungan sosial, tidak berfungsinya pranata sosial, kerugian harta benda dan korban jiwa manusia.
Diseminasi Kepalangmerahan Adalah kegiatan penyebarluasan atau sosialisasi kepalangmerahan yang antara lain meliputi Komponen Gerakan, Prinsip Dasar gerakan, Lambang Gerakan, dan Hukum Perikemanusiaan Internasional.
Hukum Perikemanusiaan Internasional Adalah sebuah cabang dari hukum internasional yang berisi ketentuan-ketentuan mengenai perlindungan bagi korban perang dan mengenai perlindungan bagi korban perang dan mengenai pembatasan atas alat (sarana) dan metode (cara) bertempur dalam sengketa bersenjata internasional dan internasional.
ICRC/International Committee of Red Cross atau Komite Internasional Palang Merah didirikan pada tahun 1863 di Jenewa, Swiss.
52
Merupakan organisasi Palang Merah dunia yang netral, mandiri, dan independen serta bermarkas besar di Jenewa, Swiss.
IFRC/International Federation of Red Cross and Red Crescent Societies (IFRC) atau Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah adalah organisasi yang mengkoordinasikan lebih dari 180 anggotanya, Perhimpunan nasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah sedunia. Didirikan pada tahun 1919 dengan nama Liga Palang Merah yang kemudian berganti nama menjadi IFRC pada 1991 dan bermarkas besar di Jenewa, Swiss.
Komponen Gerakan Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah Internasional terdiri atas ICRC, IFRC, dan Perhimpunan-perhimpunan Nasional.
Konvensi Jenewa tahun 1949 Adalah konvensi atau perjanjian internasional yang berisi sejumlah ketentuan tentang pemberian bantuan kepada anggota angkatan bersenjata yang terluka atau sakit, perlakuan terhadap tawanan perang dan perlindungan terhadap orang-orang sipil, dan tanpa membeda-bedakan mereka berdasarkan kebangsaan.
Masa Normal Adalah kondisi saat tidak terjadi situasi darurat yang disebabkan terjadinya bencana atau konflik atau situasi krisis lainnya. Pada masa normal, fungsi komunikasi berjalan normal dengan mengerjakan tugas rutin hariannya.
Masa Darurat Adalah kondisi saat terjadinya situasi darurat yang disebabkan bencana atau konflik atau situasi krisis lainnya. Pada masa darurat, fungsi komunikasi dijalankan sesuai dengan kondisi tersebut mengacu pada ketentuan tertentu.
Masa Pemulihan Adalah kondisi pascadarurat bencana, konflik, atau situasi krisis lainnya. Pada masa pascadarurat atau masa pemulihan, selain tetap melakukan tugas rutin harian, fungsi komunikasi dilaksanakan sesuai dengan kebijakan program pada masa pemulihan.
53
Markas Pusat Berkedudukan di ibu kota negara. Merupakan kantor dari Palang Merah Indonesia pada lingkup nasional.
Markas Daerah Berkedudukan di ibu kota propinsi. Merupakan kantor dari Palang Merah Indonesia pada lingkup daerah provinsi.
Markas Cabang Berkedudukan di ibu kota kabupaten/kota. Merupakan kantor dari Palang Merah Indonesia pada lingkup daerah kabupaten/kota.
54
Kontributor
1.
Adreane Tampubolon (Markas Pusat PMI)
2.
Adji Samekto ( PMI Daerah Jawa Tengah)
3.
Arifin Moh Hadi (Markas Pusat PMI)
4.
Denni Chandrasah (PMI Daerah Jawa Barat)
5.
Effendi Dalimunthe (PMI Cabang Pematang Siantar)
6.
Eka Wulansari (Markas Pusat PMI)
7.
Euis Komalasari (PMI Cabang Jakarta Timur)
8.
Freddy Nggadas (Komite International Palang Merah/ICRC)
9.
Harry Hardiawan (PMI Cabang Kota Bandung)
10. Hendro Ekwarso (PMI Daerah Riau) 11. Jusuf Puhi (PMI Daerah Gorontalo) 12. Kartina Ekasari (Markas Pusat PMI) 13. Marlina Suriawan (Markas Pusat PMI) 14. Nursalam (Markas Pusat PMI) 15. Ria Thahir ( PMI DKI Jakarta) 16. Vita Nandika (Markas Pusat PMI) 17. Yuliati Susilo (Markas Pusat PMI) Nara Sumber
1.
Vashti Trisawati Abhidana
55
Dalam melakukan kegiatan dan pelayanan, PMI berpegang pada Tujuh Prinsip Dasar Gerakan Internasional Palang Merah dan Bulan Sabit Merah, yaitu: 1.
KEMANUSIAAN Gerakan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (Gerakan) lahir dari keinginan untuk memberikan pertolongan kepada korban yang terluka dalam pertempuran tanpa membeda-bedakan mereka dan untuk mencegah serta mengatasi penderitaan sesama manusia yang terjadi di mana pun. Tujuannya ialah melindungi jiwa dan kesehatan serta menjamin penghormatan terhadap umat manusia. Gerakan menumbuhkan saling pengertian, persahabatan, kerjasama dan perdamaian abadi antarsesama manusia.
2.
KESAMAAN Gerakan memberi bantuan kepada orang yang menderita tanpa membeda-bedakan mereka berdasarkan kebangsaan, ras, agama, tingkat sosial atau pandangan politik. Tujuannya semata-mata ialah mengurangi penderitaan orang per orang sesuai dengan kebutuhannya dengan mendahulukan keadaan yang paling parah.
3.
KENETRALAN Gerakan tidak memihak atau melibatkan diri dalam pertentangan politik, ras, agama atau ideologi.
4.
KEMANDIRIAN Gerakan bersifat mandiri. Setiap Perhimpunan Nasional sekalipun merupakan pendukung bagi pemerintah di bidang kemanusiaan dan harus menaati peraturan hukum yang berlaku di negara masing-masing, namun Gerakan bersifat otonom dan harus menjaga tindakannya agar sejalan dengan Prinsip Dasar Gerakan.
5.
KESUKARELAAN Gerakan memberi bantuan atas dasar sukarela tanpa unsur keinginan untuk mencari keuntungan apapun.
6.
KESATUAN Didalam satu negara hanya boleh ada satu Perhimpunan Nasional dan hanya boleh memilih salah satu lambang yang digunakan: Palang Merah atau Bulan Sabit Merah. Gerakan bersifat terbuka dan melaksanakan tugas kemanusiaan di seluruh wilayah negara yang bersangkutan.
7.
KESEMESTAAN Gerakan bersifat semesta. Artinya, Gerakan hadir di seluruh dunia. Setiap Perhimpunan Nasional mempunyai status yang sederajat, serta memiliki hak & tanggung jawab yang sama dalam membantu satu sama lain.