KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatnya sehingga makalah ini dapat tersusun hingga selesai. Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun pikirannya. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi. Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
Malang, 9 November 2016
Penulis
DAFTAR ISI
BAB I ................................................. ................................................................................. 3 PENDAHULUAN .............................................................................................................. 3 1.1 Latar Belakang .......................................................................................................... 3 1.2 Rumusan Masalah ................................................ ..................................................... 3 1.3 Tujuan Penulisan .................................................. ..................................................... 4 BAB II ................................................ ................................................................................. 4 TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 4 2.1 Pengertian Tennis Elbow .......................................................................................... 4 2.2 Epidemiologi .............................................. ............................................................... 5 2.3 Anatomi..................................................................................................................... 5 2.4 Etiologi .............................................. ........................................................................ 6 2.5 Patofisiologi .............................................................................................................. 8 2.6 Biomekanika Tennis Elbow .................................................. .................................... 9 2.7 Sign and Symptom .................................................................................................. 10 2.8 Penatalaksanaan Fisioterapi .................................................. .................................. 11 2.8.1 Terapi ................................................................................................................... 11 BAB III ............................................................................................................................. 17 PENUTUP......................................................................................................................... 17 3.1 Kesimpulan ............................................................................................................. 17 3.2 Saran ....................................................................................................................... 17 DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 18
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Tennis Elbow sudah dikenal sejak tahun 1873 oleh Runge yang menyatakan periostitis sebagai penyebabnya. Sesuai dengan namanya, cedera ini biasa terjadi pada pemain tennis.Tetapi cedera ini juga didapatkan pada olahraga yang memakai raket (seperti: squash, bulutangkis, golf, dan olahraga yang bersifat rekreasi seperti memancing). Bahkan cedera ini juga dapat terjadi pada pekerja, seperti: montir listrik, tukang kayu dan penjahit. Pertolongan pertama yang diberikan dengan tepat, cepat dan akurat pada tempat kejadian cedera akan mencegah terjadinya cedera atau kecacatan tambahan. Tennis Elbow merupakan keluhan yang paling sering terjadi, penelitian menunjukkan pada 45% olahragawan yang bermain setiap hari dan 25 % yang bermain 12 kali perminggu. Tennis Elbow sering terjadi pada usia antara 30-40 tahun, dimana
sering di dapatkan pada “Weekend Tennis Player”. Tennis Elbow disebabkan penggunaan yang berlebihan (overuse) karena peningkatan frekuensi, kekuatan, kecepatan dan durasi yang mengakibatkan perubahan patologis pada tendon ektensor lengan bawah.Otot utama yang terlibat adalah ekstensor karpi radialis brevis, extensor digitorum komunis, karpi radialis longus dan extensor karpi ulnaris. Dengan penanganan yang meliputi pencegahan, terapi yang benar serta tindakan rehabilitasi maka akan didapatkan pemulihan fungsi semaksimal mungkin untuk kembali ke asal. Hal ini perlu dilaksanakan secara dini untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.
1.2 Rumusan Masalah 1. Apa pengertian Tennis Elbow? 2. Bagaimana epidemiologi dari Tennis Elbow? 3. Bagaimana anatomi dari Tennis Elbow? 4. Apa etiologi dari Tennis Elbow?
5. Bagaimana patofisiologi dari Tennis Elbow? 6. Bagaimana biomekanika dari Tennis Elbow? 7. Bagaimana sign symptom dari Tennis Elbow? 8. Bagaimana penatalaksanaan dari Tennis Elbow?
1.3 Tujuan Penulisan 1. Mengerti tentang Tennis Elbow 2. Mengetahui epidemiologi dari Tennis Elbow 3. Mengetahui anatomi dari Tennis Elbow 4. Mengetahui etiologi dari Tennis Elbow 5. Memahami patofisiologi dari Tennis Elbow 6. Mengetahui biomekanika dari Tennis Elbow 7. Memahami sign symptom dari Tennis Elbow 8. Memahami penatalaksanaan dari Tennis Elbow
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Tennis Elbow Tennis elbow merupakan suatu keadaan yang sering terjadi pada gejala nyeri dan sakit pada posisi luar siku, tepatnya pada epikondilus lateralis humeri (lihat gambar 3). Biasanya terjadi karena pukulan top spin back hand yang berlangsung terus-menerus (jadi bersifat overuse). Pada dasarnya, tennis elbow merupakan cedera yang bersifat overuse disebabkan karena kontraksi otot yang berhubungan dengan sendi siku dan terjadi berulang-ulang. Saat digunakan untuk memukul bola. Stress pada siku ini tidak boleh diacuhkan begitu saja, karena beberapa gaya yang bekerja ketika bola berbenturan
dengan raket secara otomatis akan mengenai pergelangan tangan dan siku. Jika benturan ini berlangsung terus menerus, dapat mengakibatkan terjadinya tennis elbow (Core, 2006:1).
2.2 Epidemiologi Insiden kelainan ini pada populasi umum antara 1-3%. Epikondilitis lateral lebih sering terjadi pada usia lebih dari 35 tahun, paling banyak ditemukan pada usia 40-50 tahun. Meskipun disebut tennis elbow, 95% kasus dilaporkan terjadi pada bukan pemain tenis.Kelainan ini lebih sering pada pekerjaan yang membutuhkan aktivitas repetitif ekstremitas atas seperti penggunaan komputer; meng- angkat barang berat; pronasi dan supinasi lengan yang kurang tepat; dan vibrasi ber- ulang.Pada atlet, kelainan ini kebanyakan dihubungkan dengan olahraga yang menggunakan raket, namun dapat terjadi pada pemain golf, baseball, dan perenang.Pada tenis, insiden sebesar 30-40%, lebih sering pada pemain tenis laki-laki, walaupun pada populasi umum dilaporkan tidak ada perbedaan insiden laki-laki dan perempuan.
2.3 Anatomi Sendi siku dibentuk oleh tiga potong tulang yaitu tulang humerus, ulna dan radius yang saling berhubungan dalam satu rongga sendi yang bersama-sama.Pada dasarnya di dalam sendi siku terdapat dua gerakan yakni fleksi/ ekstensi dan rotasi berupa pronasi dan supinasi.Gerakan fleksi dan ekstensi terjadi antara tulang humerus dan lengan bawah (radius dan ulna), pronasi dan supinasi terjadi karena radius berputar pada tulang ulna, sementara itu radius juga berputar pada poros bujurnya sendiri.Sendi radioulnar
proksimal dibentuk oleh kepala radius dan incisura radialis ulna dan merupakan bagian dari sendi siku.Sendi radioulnar distal terletak dekat pergelangan tangan (Suharto, 2000:34).Sendi
siku
sangat
stabil
yang
diperkuat
oleh
simpai
sendi
yaitu
ligamentcollateral medial dan lateral.Ligamentum annulare radii menstabilkan terutama kepala radius.Otot- otot yang berfungsi pada gerakan sendi siku ialah brachioradialis, biceps brachii, otot triceps brachii, pronator teres dan supinator. Selain otot di atas, dari siku juga berasal sejumlah otot yang berfungsi untuk pergelangan tangan seperti otot ekstensor carpi radialis longus yang berfungsi sebagai penggerak utama ekstensi sendi pergelangan tangan dipersarafi oleh saraf radialis akar saraf servikal 6 - 7, otot ekstensor carpi radialis brevis, berfungsi sebagai penggerak utama ekstensi dan abduksi sendi pergelangan tangan dipersarafi oleh saraf radialis akar saraf servikal 6 - servikal 7 (Suharto, 2000:34). Axis transversal dari permukaan artikulasi deviasi sekitar 10o dari axis longitudinal humeri bagian medial terbawah yang menyebabkan supinasi pada tangan terjadi deviasi siku sebesar 10-15 derajat pada laki-laki dan 20-30o pada wanita
yang dikenal sebagai “carrying angle” (Reyes, 1978) fleksi ekstensi siku, luas pergerakan sebesar 140o dan pronasi supinasi sebesar 90o.
2.4 Etiologi Tennis elbow merupakan penyebab keluhan nyeri di siku yang sangat umum ditemukan. Umur rata-rata penderita antara 36-65 tahun, dan risiko kejadian antara lakilaki dan wanita hampir sama. Sekitar 75% terjadi pada lengan yang dominan (lengan
yang aktif digunakan untuk aktifirtas). Semua orang dapat menderita Tennis Elbow, namun pada atlet yang menggunakan alat (raket, golf, anggar, dll) mempunyai risiko yang lebih besar. Epikondilitis lateral sering terjadi pada pemain tennis, sehingga seringkali disebut juga sebagai tennis elbow, terutama pada pemain tenis yang menggunakan pukulan backhand dengan teknik yang salah. Kurang lebih 1/3 pemain tenis pernah mengalami Tennis Elbow di sepanjang karier mereka.
Tennis Elbow sering terjadi pada pemain tennis Sumber : www.mozgasklinika.hu Beberapa gerakan lengan lain yang berkaitan dengan pekerjaan juga dapat menyebabkan dan meningkatkan risiko terjadinya Epikondilitis Lateral. Pekerja manual yaitu orang yang bekerja menggunakan tangan secara aktif, misalnya melukis, memasang sekrup, menangkat beban atau memotong daging juga dapat menderita kelainan ini. Penyebab pasti Tennis elbow tidak diketahui, tetapi diperkirakan penggunaan yang berlebihan pada jaringan otot bisa menimbulkan peradangan pada tendon yang melekatkan otot-otot lengan bawah ke tonjolan tulang di siku bagian luar (Epikondilus Lateral).
Peradangan (pembengkakan) pada tendon otot extensor di daerah siku sebelah luar Sumber : www.knoxorthopedic.com
Selain itu, pada gerakan meluruskan dan menekuk siku yang berulang-ulang, dapat menyebabkan pengikisan/sobekan dari tendon, akibat gesekan tendon dengan tonjolan tulang tersebut.
Kerusakan
(sobekan)
tendon
otot
extensor
di
daerah
siku
sebelah
luar
Sumber : www.webmd.com Beberapa faktor yang dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya tennis elbow pada pemain tennis adalah :
• Penggunaan pukulan backhand yang tidak tepat • Otot bahu dan lengan bawah yang lemah • Menggunakan raket yang terlalu pendek • Memukul bola tidak pada pusat raket • Memukul bola yang berat dan basah 2.5 Patofisiologi Selain akibat cedera stres repetitif, tennis elbow juga dapat terjadi karena trauma langsung. Kondisi ini sering ditemukan pada para pemain tenis, terutama pada mereka yang tidak profesional, dan belum memiliki teknik bermain tenis yang baik. Epikondilitis lateral terjadi karena kontraksi repetitif pada otot-otot extensor lengan bawah, terutama pada origo Epicondylus Carpi Radial Brevis, yang mengakibatkan robekan mikro lalu degenerasi tendon, perbaikan yang imatur, hingga menimbulkan tendinosis. Selain gaya mekanik yang mengakibatkan stres varus berlebihan pada Epicondylus Carpi Radial Brevis, posisi anatomi tendon Epicondylus Carpi Radial Brevis yang langsung berhimpitan dengan aspek lateral capitellum menyebabkan tendon tersebut mudah
mengalami
abrasi
berulang
selama
proses
extensi
elbow. Hipovaskularitas permukaan bawah tendon juga berkontribusi dalam proses degenerasi dan tendinosis. Pada pemeriksaan umum, tendon yang mengalami tennis elbow akan berwarna abuabu dan rapuh. Awalnya, banyak yang menduga bahwa epikondilitis terjadi karena adanya proses inflamasi yang melibatkan bursa humeral radial, synovium, dan ligamentum annular. Pada tahun 1979, Nirschl dan Pettrone menemukan adanya disorganisasi arsitektur kolagen normal akibat invasi fibroblast yang berhubungan erat dengan respon reparatif vaskuler yang imatur, yang disebut juga dengan istilah
“hiperplasia angiofibroplastik”. Proses itu kemudian dikenal dengan nama “tendinosis angiofibroplastik” karena tidak ada satu pun sel radang yang teridentifikasi. Karena inflamasi
bukanlah
faktor
yang
signifikan
dalam
epikondilitis,maka
istilah tendinosis merupakan istilah yang paling tepat untuk menggambarkan tennis Elbow.
2.6 Biomekanika Tennis Elbow Pada sendi elbow yang normal, stabilitas dipertahankan oleh kombinasi antara harmonisasi sendi, integritas capsuloligamen dan keseimbangan otot-otot. Persendian antara olecranon dan fossa olecranon merupakan sumber stabilisasi utama pada sendi elbow ketika elbow melakukan fleksi yang kurang dari 20⁰ atau lebih 120⁰. Sedangkan ketika melakukan pergerakan fleksi antara 20⁰ dan 120⁰, stabilitas sendi elbow dipertahankan oleh hambatan jaringan lunak, terutama UCL. Rantai kinetik gerakan servis tenis dimulai dari telapak kaki, ke lutut, lalu menjalar melalui paha dan punggung, ke bahu kemudian melalui sendi elbow dan terakhir melalui pergelangan tangan dan tangan. Secara biomekanik, fungsi utama elbow adalah sebagai penghubung rantai kinetik, untuk men-transfer energi kinetik dari badan ke raket. Kibler dkk menunjukkan bahwa selama melakukan servis, elbow melakukan fleksi dari sudut 116omenjadi 20o hanya dalam jangka waktu 0,21 detik, dan hantaman pada bola terjadi ketika elbow melakukan fleksi sebesar 35o. Selama bermain, kisaran rata-rata antara gerakan fleksi dan ekstensi ketika melakukan pukulan forehand adalah 11
(46-35)
o
sedangkan saat melakukan pukulan backhand adalah 18(48-39) o. Sehingga
kecepatan angular ekstensi elbow selama gerakan servis adalah 982 o /detik. Tennis elbow lebih sering dialami oleh pemain tennis amatir karena pada umumnya mereka memukul bola ketika pergelangan tangan dalam keadaan yang terlalu fleksi. Dari model komputer diketahui bahwa kon traksi eksentrik pada EC (extensor carpi) yang berlebihan merupakan penyebab utama timbulnya mikrotrauma repetitif yang dapat mengakibatkan cedera tennis elbow. Beberapa gerakan lengan lain yang berkaitan dengan pekerjaan juga dapat menyebabkan dan meningkatkan risiko terjadinya Epikondilitis Lateral. Pekerja manual yaitu orang yang bekerja menggunakan tangan secara aktif, misalnya melukis, memasang sekrup, menangkat beban atau memotong daging juga dapat menderita kelainan ini. 2.7 Sign and Symptom Kelainan pada Tennis Elbow biasanya berkembang dari waktu ke waktu. Gerakan berulang disertai dengan beban /tekanan yang berlebihan, dapat menyebabkan kerusakan/robekan kecil pada tendon yang terakumulasi dan bertambah berat kerusakannya. Gejala-gejala yang bisa ditemukan antara lain :
•
Rasa nyeri yang semakin hebat di sekitar siku bagian luar, terutama saat berjabatan
tangan atau menggenggam objek tertentu atau menggerakkan tangan ke arah belakang. Misalnya saat memegang gelas minuman, membuka tutup botol, memutar knob pintu, menyikat
•
gigi,
atau
menggunakan
alat
makan.
Nyeri bisa menjalar dari siku bagian luar ke arah lengan bawah dan pergelangan
tangan. Pada petenis, gejala awal yang muncul adalah nyeri saat melakukan pukulan backhand atau gerakan lain yang menyerupai pukulan backhand. Jika seseorang tetap melanjutkan bermain tenis, maka nyeri bisa menjalar ke pergelangan tangan dan tetap dirasakan saat beristirahat.
Nyeri setelah melakukan pukulan yang salah Sumber : www.mnn.com
2.8 Penatalaksanaan Fisioterapi 2.8.1 Terapi a. UltraSound Pasien diposisikan senyaman mungkin, rileks, dan tanpa adanya rasa sakit yaitu posisi dengan duduk kemudian tangan supinasi disuport oleh bantal. Dan tangan yang 2 akan diterapi harus terbebas dari pakaian dan segala asesoris. Intensitas 1,5 watt/cm , lamanya terapi 5 menit. Frekuensi yang digunakan yaitu 3 MHz dengan arus continue. Alat diatur sedemikian rupa sehingga tangkai mesin dapat menjangkau tangan yang akan diterapi.kemudian area yang akan diterapi diberikan coupling medium kemudian tranduser ditrempelkan lalu mesin dihidupkan lalu tranduser digerakan circumduksi ( memutar ) pelan-pelan dan irama yang teratur di epicondylus lateral hingga 2 cm ke arah tendon ekstensor carpi radialis dengan arah tegak lurus dengan area terapi. b. Massage Posisi pasien tidur terlentang atau duduk dengan keadaan rileks, bebaskan lengan dari pakaian dan accesoris, agar tidak mengganggu proses terapi. Terapis mulai melakukan friction, tidak menggunakan baby oil karna akan licin. Terapis melakukan dengan kedua jari yaitu jari telunjuk dan jari tengah, jari tengah menekan jari telunjuk agar tekanan lebih dalam. Gerakan menyilang pada tendo periosteal otot ekstensor carpi radialis brevis tepatnya di epicondylus lateral humeri. Dosis itensitas: tekanan yang dalam (deep pressure) 20 kali friction dalam 2 kali repetisi dan durasi selama 7 menit.
c. TerapiLatihan 1) Stretching Posisi pasien tidur terlentang atau duduk dimana lengan diposisian serileks mungkin, fisioterapis memposisikan siku penderita full ekstensi sedangkan lengan bawah pronasi serta sendi wrist diposisikan full fleksi. Kemudian tangan terapis heterolateral mendorong siku penderita ke arah full ekstensi, sedangkan tangan terapis homolateral memberikan penguluran (stretching) kearah full pronasi lengan bawah dan fleksi wrist. Pertahankan posisi ini selama 20 – 30 detik, pengulangan dilakukan 5-10 kali. 2) Strengthening Tangan dengan telapak pronasi siku bertumpu di tepi meja atau di atas lutut sehingga hanya tangan yang bisa bergerak.Pasien diberi aba-aba untuk bergerak ke atas, terapis fiksasi telapak tangan dan memberi tahanan yang berlawanan arah dengan gerakan pasien.Tangan pasien posisi mid pronasi supinasi, lalu putar wrist ke arah pronasi – supinasi. Terapis memberi tahanan yang berlawanan arah. Tahan 10 kali pengulangan, 3 – 5 kali per hari.
Latihan 1 : penguluran otot ekstensor dengan mem-plantarfleksi-kan pergelangan tangan: Meluruskan lengan secara penuh dan mendorong telapak tangan ke bawah, jadi anda merasakan penguluran penuh pada bagian atas lengan bawah.
Latihan 2. penguluran otot fleksor dengan men-dorsifleksi-kan pergelangan tangan. Gerakan kebalikan dari latihan 1: Meluruskan lengan secara penuh (talapak tangan menghadap keatas) dan mendorong telapak tangan ke bawah. Latihan penguatan
dilakukan dua kali sehari mengikuti latihan penguluran. Untuk melakukan latihan ini, pasien duduk di kursi dengan siku disangga pada pinggiran kursi dan pergelangan tangan menggantung di depan. Gunakan beban yang ringan seperti palu atau yang lainnya yang dapat dipakai untuk latihan penguatan. Ulangi latihannya 30 sampai 50 kali, dua kali sehari, tetapi jangan memaksakan diri sampai melampaui titik nyeri.
Latihan 3. penguatan otot ekstensor pergelangan tangan: pegang beban dengan telapak tangan menghadap ke bawah. Angkat pergelangan tangan ke atas. Tahan pada posisi ini selama 2 detik kemudian turunkan perlahan-lahan.
Latihan 4. penguatan otot fleksor pergelangan tangan: pegang beban dengan telapak tangan menghadap ke atas. Angkat pergelangan tangan keatas, tahan selama 2 detik kemudian turunkan perlahan-lahan.
Latihan 5. penguatan otot ulnar dan radial deviator pergelangan tangan: pegang beban dengan ibu jari menunjuk ke atas. Gerakan pergelangan tangan ke atas dan ke bawah, seperti gerakan memukul paku. Semua gerakan harus dilakukan oleh pergelangan tangan.
Latihan 6. penguatan otot pronator dan supinator pergelangan tangan: pegang beban dengan ibu jari menunjuk ke atas. Putar pergelangan tangan ke dalam secara maksimal dan kemudian putar ke luar secara maksimal. Tahan selama 2 detik dan ulangi sebanyak mungkin, lebih dari 50 pengulangan
2.8.2 Pemeriksaan Fisik a. Tes Maudsley Pasien diminta untuk melakukan ekstensi jari ketiga (jari tengah) tangan lalu pemeriksa menahan ekstensi tersebut sambil mempalpasi epikondilus lateral. Hal itu akan menimbulkan ketegangan pada otot extensor digitorum dan tendon. Hasil positif terjadi apabila pasien merasakan nyeri pada epikondilus lateral. Bila positif, berarti pasien menderita tennis elbow.
Gambar a: Tes Maudsley. Dikutip dari kepustakaan. b. Tes Mill Pemeriksa meminta pasien agar memfleksikan elbow dan pergelangan tangan, sambil memperhatikan tiap nyeri yang timbul pada epikondilus lateral. Hasil positif bila pasien merasakan nyeri pada epikondilus lateral.
Gambar b: Tes Mill. Dikutip dari kepustakaan. c. Tes Cozen Pemeriksa menstabilisasi elbow dengan cara meletakkan ibu jari pada epikondilus lateral. Lalu pasien diminta untuk mengepalkan tangan sambil mempronasikan lengan bawah secara radial lalu pasien mengekstensikan pergelangan tangan sambil melawan tahanan yang diberikan oleh pemeriksa. Atau pemeriksa dapat memfleksikan dan
mengekstensikan lengan bawah pasien secara pasif. Semua tindakan itu akan menimbulkan nyeri apabila pasoen menderita tennis elbow.
Gambar c: Tes Cozen. Dikutip dari kepustakaan.
Selain tes-tes di atas, kita juga harus melakukan pemeriksaan ROM pada bahu, siku, dan pergelangan tangan. Pemeriksaan ROM (range of movements) dan uji krepitus sendi radiohumeral dilakukan untuk mengeksklusi bursitis, osteokondritis, atau PIN entrapment. Jika ditemukan penurunan ROM, maka kita dapat mempertimbangkan untuk melakukan pemeriksaan radiologis untuk mengevaluasi sendi yang bermasalah.
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan Gejala klinis dan pemeriksaan pada Tennis Elbow perlu diketahui agar dapat didiagnosis dan diberi penatalaksanaan yang tepat, sehingga memberikan hasil optimal dan pasien dapat kembali beraktivitas dalam pekerjaan maupun olahraga.
3.2 Saran 1) BagiPasien Pasien disarankan untuk rutin melakukan tindakan fisioterapi.Pasien disarankan untuk melakukan latihan seperti yang telah diinstruksikan terapi.Pasien disarankan untuk tidak mengangkat beban berat terlebih dahulu.Pasien dianjurkan untuk tidak melakukan aktifitas yang berlebihan.
2) BagiFisioterapisFisioterapis hendaknya m eningkatkan ilmu pengetahuan serta pemahaman terhadap hal-hal yang berhubungan dengan studi kasus karena tidak menutup kemungkinan adanya terobosan baru dalam suatu pengobatan yang membutuhkan pemahaman lebih lanjut.
3) BagiKeluargaBagi keluarga pasien d iminta terus memberikan motivasi kepada pasien agar mau latihan di rumah dan ikut mengawasi pasien dalam berlatih. 4) BagiMasyarakat Diharapkan kepada masyarakat apabila menjumpai kasus yang seperti ini untuk segera diperiksakan sehingga mendapat penanganan dan masyarakat juga sadar akan pentingnya sikap tubuh yang baik dan benar dalam kehidupan sehari – hari untuk mencegah terjadi trauma.
DAFTAR PUSTAKA
Core, 2006.Tennis Elbow, Lateral Epicondylitis. (Online), (http://www.pponline.co.uk/diakses, 16 Februari 2012). Gabriel, J.F. 1991. Fisika Kedokteran; cetakan III. Jakarta: EGC Meyer, Theresa. 2000. Physical Therapy Assistant Examination Review. United States of America: SLACK Incorporated Putz, R. and Pabst, R. 2003. Atlas Anatomi Manusia Sobotta; Edisi 21. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC Finnoff JT. Musculoskeletal Disorders of The Upper Limb. In: Braddom RL. Physical Medicine & Rehabilitation. 2011. Philadelphia:Elsevier Inc. Ch. 38:817-41. Buckup K. Clinical Tests for The Musculoskeletal System. New York:Thieme. 2004:103-
14. Kert J, Rose L. Clinical Laser Therapy. Low Level Laser Therapy.Scandinavian Medical Laser Technology. Copenhagen. 1989. Ch. 16.3:204-11. PERDOSRI. PanduanPelayananKlinisKedokteranFisikdanRehabilitasi.WahyuniLK,Tula arABM.Jakarta:PT.AdhitamaMultiKreasindo2012:147-8. Pearce, Evelyn C. 2008. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta: Gramedia