BAB 14 MANAJEMEN PORTOFOLIO
A. DEFINISI PORTOFOLIO
Portofolio efek yaitu kumpulan surat-surat berharga yang meliputi saham, obligasi, efek derivatif dan surat berharga pasar uang untuk tujuan investasi. Komposisi masing-masing untuk suatu portofolio berbeda. Komposisi tiap jenis efek dalam suatu portofolio bergantung pada tujuan investasi , apakah jangka pendek atau jangka panjang, atau tergantung besar risiko yang diharapkan. Setiap investor memiliki tujuan investasi dan tingkat risiko yang berbeda. Suatu perusahaan manajemen investasi memiliki banyak portofolio (berbagai macam reksa dana) yang disesuaikan untuk berbagai macam tipe investor. Sedikitnya ada 3 jenis reksa dana untuk memenuhi kebutuhan tiga tipe investor. Ada investor yang termasuk ke dalam kategori risk taker yaitu yang berani mengambil risiko, ada yang termasuk kategori risk averter yaitu yang takut mengambil risiko, dan ada pula yang masuk kategori moderat. Investor risk taker senang membeli reksa dana yang memiliki bobot saham yang banyak dalam portofolio. Investor risk averter lebih suka membeli reksa dana yang memiliki lebih banyak bobot dalam Surat Berharga Pasar Uang (SPBU). Investor moderat lebih suka portofolio yang memiliki bobot saham, obligasi dan SPBU. Portofolio efek merupakan penyebaran investasi yang dapat dilihat dari berbagai segmen antara lain segmen regional dan segmen produk. Segmen Regional yang berarti bahwa investasi tersebar di pasar modal dalam berbagai wilayah, baik pasar modal negara maju maupun maupun pasar modal negara berkembang. Segmen Produk yang berarti bahwa investasi tersebar di berbagai produk yang ada di pasar modal, pasar uang, dan pasar berjangka. Produk Produk di pasar modal antara lain: saham, obligasi dan produk turunannya. Produk di pasar uang misalnya: deposito berjangka, Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Perbendaharaan Perbendaharaan Negara dan valuta asing. Produk di bursa berjangka misalnya: misaln ya: futures dan options atas produk dengan penyelesaian cash delivery. B. ANALISIS TOP DOWN Tindakan portofolio efek selalu dilakukan dengan analisis top down yaitu analisis dimulai dari wawasan makro sampai dengan mikro. Analisis Kondisi Internasional Internasional Kondisi internasional dapat dilihat dari dua sudut berbeda, yakni sudut pandang investor internasional dan domestik. Sudut pandang investor internasional bertujuan mencari negara-negara yang menjadi target investasi. Sudut pandang investor domestik bertujuan ingin mengetahui kondisi internasional t erhadap perekonomian domestik. Analisis Kondisi Nasional
Setelah keputusan diambil untuk berinvestasi dalam suatu negara dan mengetahui tingkat return dan risiko investasi tersebut maka investor menghitung alokasi investasi untuk masing-masing jenis efek. Persentase investasi untuk saham, obligasi dan instrumen pasar uang ditetapkan dengan memperhatikan kondisi ekonomi negara saat ini dan prospek di masa depan. Analisis tahapan dari siklus ekonomi yang sedang berlangsung beserta indikator arah ekonomi akan sangat membantu untuk menetapkan besaran alokasi masing-masing jenis efek. Apabila leading indicator bergerak ke arah pemulihan ekonomi maka investasi saham memperoleh porsi lebih besar daripada obligasi. Jika leading indicator mengarah dari pemulihan ekonomi ke ekspansi atau kemakmuran maka porsi saham dari perusahaan yang menghasilkan produk tahan lama akan lebh besar daripada saham perusahaan yang menghasilkan produk tidak tahan lama (noundurable goods). Noundurable goods adalah produk yang mudah habis terpakai seperti rokok, farmasi, makanan, minuman, dan kebutuhan pokok sehari-hari. Kondisi ekonomi nasional juga terlihat dari indikator ekonomi lainnya, yaitu: kondisi yang tampak pada perundangan perpajakan, perundangan tenaga kerja, per undangan pasar modal, perundangan perbankan, perundangan pasar komoditas, dlsb. Analisis Alokasi Aset Alokasi investasi/aset adalah tindakan untuk menetapkan bobot investasi atau proporsi instrumen keuangan tak berisiko (risk free asset) dan instrumen keuangan yang berisiko (risky assets). Risk free asset diartikan sebagai instrumen investasi yang tidak mungkin mengalami gagal bayar bunga dan pokok investasi seperti SBI. Risky assets diartikan sebagai instrumen keuangan yang mengandung risiko tidak mendapatkan hasil investasi, atau pokok investasi tidak kembali sebagian atau seluruhnya, seperti saham dan obligasi. Dalam menentukan bobot investasi risiko, investor mempertimbangkan kondisi pasar dan siklus ekonomi yang sedang berlangsung pada saat investasi akan diputuskan. Dalam tahap recovery dan prosperity, sebagian besar porsi investasi ditempatkan dalam saham dan sebagian kecil dalam obligasi atau instrumen pasar uang. Dalam tahap resesi dan depresi, porsi investasi saham sangat kecil dan porsi dalam obligasi serta SPBU merupakan bagian terbesar. Investasi ini terbatas untuk saham perusahaan yang memproduksi produk tidak tahan lama. Hal ini berarti bobot investasi antara SPBU, obligasi dan saham tidak bersifat konstan, melainkan berubah-ubah menyesuaikan diri dengan kondisi pasar yang sedang berlangsung atau kondisi pasar yang diprediksi di masa depan. Jika terjadi perubahan siklus ekonomi dari tahap depresi ke tahap pemulihan ekonomi, maka akan terjadi pergeseran alokasi investasi dari obligasi ke saham karena saham akan lebih menguntungkan daripada obligasi. Proporsi investasi obligasi dikurangi dan proporsi saham ditambah atau disebut shifting assets. Demikian pula jika terjadi perubahan siklus ekonomi dari ekspansi ke resesi, berlaku sebaliknya. Analisis Seleksi Saham Seleksi saham adalah tindakan memilih saham yang akan diinvestasikan dari beberapa jenis saham yang ada di dalam suatu sektor. Saham yang layak dibeli adalah saham yang harga atau returnnya berpotensi naik di masa depan atau harganya sekarang dianggap terlalu rendah.
Beberapa metode seleksi saham yaitu: risk and return analysis meliputi model Treynor, model Sharpe, model Jensen, model M 2, dll. Di samping itu masih terdapat model-model lainnya, yaitu: (1) single factor model, (2) single market model, (3) multifactor model, (4) dividend discounted model, (5) price earnings ratio, dan (6) price book value ratio. C. RISIKO INVESTASI Untuk mengurangi risiko investasi, investor harus mengenal jenis risiko investasi. Jenis risiko dikelompokkan dalam dua kelompok besar, yaitu risiko sistematis ) (undiversifiable risk) dan risiko tidak sistematis (diversifiable risk) atau unique risk. D. REWARD TO VARIABILITY RATIO E. REWARD TO VOLATILITY RATIO F. SECURITIES MARKET LINE G. APPRAISAL RATIO H. MODEL M2 I. RETURN DAN RISIKO PORTOFOLIO J. CAPITAL MARKET LINE K. RATA-RATA ARITMATIKA VS GEOMETRIKA