BAB II PEMBAHASAN
A. Definisi Koping
Koping adalah suatu proses dimana individu mencoba untuk mengatur kesenjangan persepsi antara tuntutan situasi yang menekan dengan kemampuan mereka dalam memenuhi tuntutan tersebut (Lazarus & Folkman, 1985). Koping menurut Lasaruz juga terdiri atas usaha kognitif dan prilaku dilakukan untuk mengatur kebutuhan eksternal dan internal tertentu yang membatasi sumber seseorang. Koping dapat berfokus pada emosi atau berfokus pada masalah (smeltzer & Bare, 2001). Koping merupakan upaya prilaku dan kognitif seseorang dalam menghadapi ancaman fisik dan psikososial (Stuart & Laraia, 2005). Berdasarkan ketiga definisi diatas maka yang dimaksudkan dengan koping adalah usaha kognitif dan prilaku seseorang sebagai proses untuk mengatur kesenjangan dalam menghadapi situasi yang menekan yang berupa ancaman fisik dan psikososial dengan kemampuan mereka dalam memenuhi tuntutan tersebut dapat berfokus pada emosi atau masalah.
B. Mekanisme Koping
Mekanisme koping adalah suatu keadaan dimana seseorang harus bisa menyesuaikan diri terhadap masalah yang dihadapinya (Stuart & Laraia, 2005). Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah, menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam (Keliat, 1999). Mekanisme koping berdasarkan penggolongannya dibagi menjadi dua (Stuart dan Sundeen, 1995) yaitu : 1. Mekanisme Koping Adaptif. Mekanisme, koping yang mendukung fungsi integrasi, pertumbuhan, belajar dan mencapai tujuan. Kategorinya adalah berbicara dengan orang lain, memecahkan masalah secara efektif, teknik relaksasi, latihan seimbang dan aktivitas konstruktif. Adaptif jika memenuhi kriteria sebagai berikut :
4
a. Masih mengontrol emosi pada dirinya. b. Memiliki kewaspadaan yang tinggi, lebih perhatian pada masalah. c. Memiliki persepsi yang luas d. Dapat menerima dukungan dari oang lain 2. Mekanisme Koping Maladaptif. Mekanisme
koping
yang
menghambat
fungsi
integrasi,
memecah
pertumbuhan, menurunkan otonomi dan cendrung menguasai lingkungan. Kategorinya adalah makan berlebihan atau tidak makan, bekerja berlebihan, menghindar. Maladaptif jika memenuhi kriteria sebagai berikut : a. Tidak mampu berfikir apa-apa atau disorientasi b. Tidak mampu menyelesaikan masalah c. Prilakunya cenderung merusak Sedangkan Stuart dan laraia (2005) menyebut penggolongan dua mekanisme koping ini sebagai mekanisme koping positif dan mekanisme koping negatif.
C. Strategi Koping
Beradaptasi terhadap masalah memerlukan berbagai strategi, tergantung keterampilan koping yang biasa digunakan dalam menghadapi situasi sulit. Strategi koping adalah cara yang dilakukan untuk merubah lingkungan atau situasi atau menyelesaikan masalah yang sedang dirasakan/dihadapi (Rasmun, 2004). Menurut National Safety Council (2005), strategi koping yang berhasil mengatasi stres harus mempunyai 4 komponen yaitu : 1. Peningkatan kesadaran terhadap masalah : fokus objektif yang jelas dan prespektif yang utuh terhadap situasi yang tengah berlangsung. 2. Pengolahan
informasi:
situasi
pendekatan
yang
mengharuskan
anda
mengalihkan persepsi sehingga ancaman dapat diredam. Pengelolaan informasi juga meliputi pengumpulan informasi dan pengkajian semua sumber daya yang ada untuk memecahkan masalah.
5
3. Pengubahan prilaku: tindakan yang dipilih secara sadar yang dilakukan bersama sikap
yang
positif dapat
meminimalkan
atau menghilangkan
stressor. 4. Resolusi damai: suatu perasaan bahwa situasi telah berhasil diatasi. Koping dapat dikaji melalui berbagai aspek yaitu fisilogis dan psikologis. Koping yang
efektif
menghasilkan
adaptasi sedangkan koping yang tidak efektif
berakhir dengan maladaptif (Kelliat,1999). Karakteristik mekanisme koping Menurut Stuart dan Sundeen (1998) adalah : Menurut Stuart dan Laraia (2005), koping dapat dikaji melalui berbagai aspek antara lain, fisiologis dan psikososial. 1. Reaksi fisiologis Tanda dan gejala fisiologis merupakan manifestasi tubuh stres
dimana
pupil
melebar,
keringat meningkat
untuk
terhadap
mengontrol
peningkatan suhu tubuh, denyut nadi meningkat, kulit dingin, tekanan darah meningkat,
mulut
kering,
peristaltik
menurun, pengeluaran urin
menurun, kewaspadaan mental meningkat terhadap ancaman yang serius, ketegangan otot meningkat. Reaksi fisiologis merupakan indikasi klien dalam keadaan stres. Manifestasi stress pada aspek fisik tergantung pada: a. Persepsi/penerimaan individu pada stress b. Keefektifan strategi koping 2. Reaksi psikososial: a. Reaksi yang berorientasi pada ego (ego oriented reaction) yang sering disebut sebagai mekanisme pertahanan mental. Reaksi ini berguna untuk melindungi diri yang merupakan garis pertahanan jiwa pertama. 1) Denial (menyangkal), menghindarkan realitas ketidaksetujuan dengan mengabaikan atau menolak untuk mengenalinya. 2) Projeksi, mekanisme perilaku dengan menempatkan sifat-sifat batin sendiri pada objek di luar diri atau melemparkan kekurangan diri sendiri pada orang lain.
6
3) Regresi, menghindarkan stres terhadap karakteristik perilaku dari tahap perkembangan yang lebih awal. 4) Displacement (mengisar), mengalihkan emosi yang seharusnya diarahkan pada orang atau benda tertentu ke benda atau orang yang netral atau tidak membahayakan. 5) Mencari dukungan sosial, keluarga mencari dukungan atau bantuan dari keluarga, tetangga, teman atau keluarga jauh. 6) Reframing,
mengkaji
ulang
kejadian
stres
agar
lebih
dapat
menanganinya dan menerimanya 7) Mencari dukungan spiritual, mencari dan berusaha secara spiritual, berdoa, menemui pemuka agama atau aktif pada pertemuan ibadah. 8) Menggerakkan keluarga untuk dapat menerima bantuan, keluarga berusaha mencari sumber-sumber komunitas dan menerima bantuan orang lain. b. Reaksi berorientasi pada tugas (task oriented reaction) Reaksi berorientasi pada tugas merupakan reaksi yang berorientasi terhadap tindakan untuk memenuhi tuntutan dari situasi stres secara realistis, dapat berupa konstruktif maupun destruktif, misalnya: 1) Perilaku menyerang (agresif), dimana reaksi yang ditampilkan oleh individu dalam menghadapi masalah dapat konstruktif atau destruktif. Tindakan konstruktif misalnya penyelesaian masalah dengan tekhnik asertif, yaitu tindakan yang dilakukan secara terus-terang tentang ketidaksukaan terhadap perlakuan yang tidak menyenangkan baginya, sedangkan tindakan destruktif yaitu individu melakukan
tindakan
penyerangan terhadap stressor dapat juga merugikan dirinya sendiri, orang lain atau lingkungannya. 2) Perilaku menarik diri, dimana reaksi yang ditampilkan dapat berupa reaksi fisik maupun psikologis. Reaksi fisik yaitu individu pergi atau menghindari stressor, sedangkan reaksi psikologis berupa perilaku
7
apatis, isolasi diri, tidak berminat, sering disertai rasa takut dan berlebihan. 3) Perilaku kompromi yaitu cara yang konstruktif yang digunakan oleh individu dimana dalam menyelesaikan masalahnya individu tersebut melakukan pendekatan negosiasi atau bermusyawarah. Menurut Moos (1984) dalam Brunner dan Suddarth (2002), menguraikan tujuh kategori keterampilan koping, yaitu: menyangkal, mencari informasi, meminta dukungan emosional, pembelajaran merawat diri, menetapkan tujuan terbatas yang konkret, mengulang hasil alternatif, dan pencarian makna dalam suatu masalah. Individu dalam menghadapi berbagai tahapan masalah, salah satu atau beberapa keahlian menghadapi masalah akan menonjol. Berikut akan diuraikan secara rinci tentang strategi koping. a. Menyangkal
Menyangkal
merupakan
penolakan
untuk
menerima
atau
menghargai keseriusan penyakit. Pendekatan ini akan menyamarkan gejala yang merupakan bukti suatu penyakit atau mengacuhkan beratnya diagnosis. Menyangkal dapat membantu memelihara kesetimbangan psikologis, namun dapat berbahaya bila mengarah pada perilaku, menghindar seperti tidak menepati janji atau menolak menjalankan pengobatan yang telah ditentukan. Keceriaan yang tidak pada tempatnya dan tidak adanya perhatian terhadap gejala menunjukan adanya penyangkalan. Jika ansietas, depresi, dan kemarahan tidak terekspresikan pada situasi dimana seharusnya terjadi, orang tersebut mungkin saja telah menggunakan penolakan atau penyangkalan sebagai perlindungan diri atau perlindungan bagi orng lain. Perlindungan bagi orang lain terjadi bahwa bila pasien tahu bahwa dirinya sekarat namun merasa lebih baik bila keluarganya tidak mengetahui kenyataan tersebut.
8
Intervensi keperawatan dapat dimulai dengan mengkaji sejauh mana
penyangkalan
itu
berbahaya
atau
menguntungkan,
karena
penyangkalan merupakan mekanisme pertahanan diri maka, akan sangat baik jika perawat tidak menentangnya secara langsung, namun jangan pu la di dukung. Memperlihatkan kemauan untuk mendiskusikan masalah dapat memberikan kesempatan untuk membicarakan penyangkalan itu sendiri. Menggunakan pertanyaan eksplorasi yang tidak mengancam dapat membantu pasien menerima realitas. Bila tahap ini sudah tercapai, dukungan lebih lanjut diperlukan untuk membantu menerima reaksi emosional yang terjadi saat pasien berhenti menyangkal dan menerima kenyataan. b. Mencari informasi
Keterampilan koping dalam mencari informasi mencakup: 1) Pengumpulan informasi yang berkaitan yang dapat menghilangkan ansietas yang disebabkan oleh salah dan ketidakpastian. 2) Menggunakan sumber intelektual secara efektif. Pasien dan keluarganya sering merasa terhibur oleh informasi mengenai penyakit, pengobatannya dan perjalanan penyakit yang diperkirakan terjadi. Kepedulian ini memberikan suatu kerangka untuk menyusun rencana dan melakukan tindakan yang efektif. Mengetahui bahwa orang lain dengan kondisi serupa yang telah berhasil diobati memberikan suatu keberanian dan harapan. Miskonsepsi diluruskan dan makna sebenarnya diungkapkan. Orang yang mendapatkan informasi akan lebih mampu berpartisipasi dalam pengobatannya. c. Meminta dukungan emosional
Kemampuan untuk mendapat dukungan emosional dari keluarga, sahabat, dan pelayan kesehatan sementara memelihara rasa kemampuan diri sangat penting. Penyakit sering mengakibatkan ketakutan dan ansietas serta rasa terasing. Keterampilan koping yang bermakna adalah dapat merai bantuan dari orang lain, sehingga akan memelihara harapan melalui
9
dukungan. Apakah penyakit itu hanya mengakibatkan keterbatasan sementara maupun menetap, orang harus memiliki rasa berkuasa atas hidupnya. Dukungan dapat diperoleh dangan cara berbicara dengan orang lain yang mengalami kondisi serupa. Kelompok pendukung sangat penting untuk mendorong ekspresi perasaan, berbagai masalah praktis dan meneruskan koping efektif secara bersama. d. Pembelajaran merawat diri
Belajar merawat diri sendiri menunjukan kemampuan dan efektifitas seseorang. Orang dapat belajar merawat diri sendiri bahkan setelah terjadinya bencana penyakit dan cedera. Ketidakberdayaan akan berkurang karena rasa bangga dalam pencapaian membantu memulihkan atau memelihara harga diri. Anggota keluarga berperan penting dalam merawat klien, sehingga mereka juga harus diikut sertakan dalam merawat pasien dan di tunjukan bagaimana cara melakuk an prosedur tertentu dalam memberikan perawatan yang efektif. e. Menetapkan tujuan terbatas yang konkret
Keseluruhan tugas beradaptasi terhadap penyakit serius tampak membingungkan pada awalnya, namun tugas-tugas tersebut dapat dikuasai. Membagi tugas-tugas tersebut menjadi tujuan yang lebih kecil dan dapat ditangani akhirnya akan mengarah pada keberhasilan, dengan cara ini motivasi tetap dijaga dan perasaan ketidakberdayaan dikurangi. Klien akan mampu mengambil tindakan yang efektif dan bukannya cemas. Prinsip belajar sangat penting untuk menyelesaikan tujuan jangka panjang. f. Mengulang hasil alternatif
Keterampilan koping ini sering digunakan dalam kaitannya dengan pencarian informasi. Koping tersebut membentu mengurangi ansietas dengan cara mempersiapkan hari esok, dengan mengingat kembali bagaimana pasien mampu mengatasi kesulitan masa lalu akan menguatkan percaya diri. Bila terdapat beberapa piluhan modalitas pengobatan, mendiskusikan alternatif merupakan bagian penting dari penentuan
10
mandiri. Profesional kesehatan tidak selalu tahu mana yang terbaik. Mereka dapat memberikan informasi didasarkan pada pengetahuan dan pengalaman masa lalu, keputusan terakhir tetap ada ditangan klien dan keluarganya. Keterampilan dalam mengulang alternatif sangat penting bagi mereka yang kehilangan bagian tubuh atau fungsinya. Mereka harus mengulang apa yang dilakukan dalam beragam situasi sosial. Kelompok orang dengan kondisi serupa dapat dibantu dengan bermain peran tentang situasi. g. Menemukan makna dari suatu masalah atau penyakit
Suatu masalah merupakan pengalaman manusia. Kebanyakan orang menganggap masalah atau penyakit serius merupakan titik balik kehidupan mereka, baik spiritual maupun filosofis. Terkadang orang menemukan kepuasan dalam kepercayaan mereka bahwa penderitaan mereka mungkin mempunyai makana atau berguna bagi orang lain. Mereka dapat berpartisipasi dalam proyek penelitian atau program pelatihan untuk saat ini. Keluarga dapat berkumpul akibat adan ya penyakit meskipun menyakitkan dengan cara yang sangat berarti, dengan demikian pasien merasa berharga seperti orang lain juga. Banyak penderita penyakit serius yang sudah sembuh melaporkan bahwa mereka mengalami perubahan dalam nilai-nilai dan prioritas, perhatian yang lebih besar terhadap orang lain dan meningkatnya apresiasiasi terhadap keindahan alam. Setelah sembuh dari penyakit serius, banyak orang menemukan makna dalam membantu orang lain melalui kelompok pendukung atau sebagai sukarelawan untuk organisasi yang berhubungan denga kesehatan atau kelompok aksi politik. Selain strategi koping di atas masih ada strategi koping yang di kemukakan oleh bebrapa ahli yang lain. Menurut Lazarus & Folkman, (1984), dalam Rice (2000) berdasarkan hasil penelitian membuktikan bahwa individu menggunakan koping untuk mengatasi berbagai masalah yang menekan
11
dalam berbagai ruang lingkup kehidupan sehari-hari. Strategi koping yang biasanya digunakan oleh individu dapat digolongkan menjadi dua , yaitu: 1. Koping berpusat pada masalah ( problem focused coping ), dimana individu secara aktif mencari penyelesaian dari masalah untuk menghilangkan kondisi atau situasi yang menimbulkan stress. 2. Koping berpusat pada emosi (emotion focused individu
coping ),
dimana
melibatkan usaha-usaha untuk mengatur emosinya dalam
rangka menyesuaikan diri dengan dampak yang akan ditimbulkan oleh suatu kondisi atau situasi yang penuh tekanan.
D. Faktor yang Mempengaruhi Koping
Menurut Stuart dan Laraia (2005), cara individu menangani situasi yang mengandung tekanan ditentukan oleh sumber daya individu yang
meliputi
kesehatan fisik atau energi, keterampilan memecahkan masalah, keterampilan sosial
dan dukungan sosial dan materi. Brunner & Suddarth (2001)
mengelompokkannya dalam dua kelompok besar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. 1. Faktor Internal Yaitu karakter internal seseorang atau sumber daya individu dalam menangani situasi yang mengandung tekanan, yang meliputi: a. Kesehatan dan energi Kesehatan merupakan hal yang penting, karena selama dalam
usaha
mengatasi stres individu dituntut untuk dapat mengerahkan tenaga yang cukup besar. b. Sistem kepercayaan seseorang termasuk kepercayaan eksistensial (iman, kepercayaan agama). Keyakinan menjadi sumber daya psikologis yang sangat penting, seperti keyakinan akan nasib yang mengarahkan individu pada penilaian ketidakberdayaan yang akan menurunkan kemampuan strategi koping.
12
c. Komitmen atau tujuan hidup (property motivasional). d. Perasaan seseorang seperti harga diri, control dan kemahiran e. Pengetahuan dan keterampilan memecahkan masalah Keterampilan
ini
meliputi
kemampuan
untuk
mencari informasi,
menganalisa situasi, mengidentifikasi masalah dengan tujuan menghasilkan alternatif
alternatif tindakan, kemudian
untuk
mempertimbangkan
tersebut sehubungan dengan hasil yang ingin dicapai, dan pada
akhirnya melaksanakan rencana dengan melakukan suatu tindakan yang tepat. f. Keterampilan sosial (kemampuan berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain). Keterampilan
ini meliputi kemampuan untuk berkomunikasi
dan
bertingkah laku dengan cara-cara yang sesuai dengan nilai-nilai sosial yang berlaku dimasyarakat. 2. Faktor eksternal a. Dukungan sosial Adalah sumber daya eksternal utama. Sifat dukungan social pada penyelesaian masalah telah diteliti secara ekstensif dan telah terbukti sebagai moderator stress kehidupan yang efektif. b. Sumber Material Adalah sumber eksternal yang meliputi barang dan jasa yang dapat dibeli. Mengatasi keterbatasan masalah lingkungan akan lebih mudah bagi individu yang mempunyai sumber financial yang memadai karena perasaan ketidakberdayaan terhadap ancaman menjadi berkurang.
E. Peningkatan Koping
McCloskey & Bulechek (1992) dalam Brunner & Suddarth (2001) menemukan
“peningkatan
koping“
sebagai
intervensi
keperawatan
dan
mendefinisikannya dengan membantu pasien beradaptasi terhadap stressor yang dirasakan, perubahan dan ancaman yang mempengaruhi pemenuhan kebutuhan
13
hidup dan peran. Peningkatan koping dapat digunakan oleh perawat untuk memperbaiki koping seseorang termasuk penilaian terhadap sumber pribadinya sendiri. Cara yang dipilih dalam peningkatan koping menggunakan sumber internal dan sumber eksternal. 1. Sumber Internal a. Gaya hidup peningkatan-kesehatan meliputi penilaian resiko kesehatan adalah metode pengkajian yang dirancang untuk meningkatkan kesehatan dengan cara memeriksa kebiasaan pribadi individu dan menganjurkan perubahan bila ditemukan resiko kesehatan. b. Latihan relaksasi Tehnik relaksasi sebagai metode utama untuk menghilangkan stress. Tehnik yang biasa digunakan adalah relaksasi otot, relaksasi dengan imajinasi terbimbing dan respon relaksasi dari Benson. Respon relaksasi Benson: Langkah pertama; pilih satu frase atau kalimat yang mencerminkan sistem keyakinan anda. Langkah kedua;
pilih posisi yang nyaman
Langkah ketiga;
pejamkan mata anda
Langkah keempat; rilekskan otot-otot anda Langkah kelima; rasakan napas anda, dan mulailah mengucapkan kata-kata fokus yang anda pilih. Langkah keenam; pertahankan sikap pasif Langkah ketujuh; teruskan selama satu set pe riode waktu Langkah kedelapan; lakukan tehnik ini dua kali sehari. c. Memberikan informasi sensori dan Prosedural dua bentuk intervensi keperawatan yang biasa diminta, yakni informasi sensori dan informasi procedural ( seperti penyuluhan perioperatif) bertujuan untuk memperbaiki kemampuan koping klien. d. Pendidikan persiapan Pendidikan persiapan meliputi memberikan materi tertentu seperti;
14
pelajaran persiapan melahirkan bagi calon orang tua atau materi kardiovaskuler bagi penderita penyakit jantung. Hal ini juga mengurangi respon emosional sehingga pasien mampu berkonsentrasi lebih efektif, dan keterampilan pemecahan masalahnya menjadi lebih baik. 2. Sumber Internal yaitu dukungan social. Fungsinya untuk ; a. Pemeliharaan identitas sosial yang positif b. Pemberian dukungan emosi c. Pemberian bantuan material dan pelayanan nyata d. Akses ke informasi e. Akses ke hubungan sosial dan peran sosial yang baru. Meskipun perawat dapat memberikan dukungan tersebut, tetapi harus diusahakan untuk mencari sistem dukungan sosial pasien sendiri dan mendorong untuk menggunakannya. Orang yang hidup menyendiri atau terasing, atau yang menutup diri, pada saat stress akan mempunyai resiko tinggi mengalami kegagalan koping. Nasehat dari orang lain dapat membantu menganalisa ancaman yang timbul dan mengembangangkan strategi untuk menanganinya. Membentuk kelompok pendukung dan terapi. Menjadi anggota kelompok dengan masalah atau tujuan yang sama mempunyai efek pelepasan bagi orang yang akan meningkatkan kebebasan ekspresi dan pertukaran gagasan. Contoh peningkatan koping yang dapat dilakukan oleh perawat : a) Hargai penyesuaian pasien terhadap perubahan citra tubuh sesuai yang diperlukan. b) Bantulah pasien dalam mengembangkan penilaian obyektif tentang kejadian. c) Berikan dorongan penerimaan keterbatasan orang lain. d) Bantu pasien untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang konstruktif,dll.
15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Mekanisme koping adalah cara yang dilakukan individu dalam menyelesaikan masalah,menyesuaikan diri dengan perubahan, serta respon terhadap situasi yang mengancam. Apabila mekanisme koping ini berhasil, seseorang akan dapat beradaptasi terhadap perubahan atau bebantersebut. Mekanisme koping terbentuk melalui proses belajar dan mengingat, yang dimulai sejak awaltimbulnya stresor dan saat mulai disadari dampak stresor tersebut. Kemampuan belajar ini tergantung pada kondisi eksternal dan internal, sehingga yang berperan bukan hanya bagaimana lingkunganmembentuk stresor tetapi juga kondisi temperamen individu, persepsi, serta kognisi terhadap stresor tersebut. B. Saran
Melalui makalah ini, penulis menyarankan pada pembaca agar dapat mengaplikasikan mekanisme dan strategi koping secara tepat dalam masalah di kehidupan sehari-hari. Aplikasi tersebut dapat dilaksanakan dengan baik, tentunya harus dengan pemahaman konsep terlebih dahulu. Untuk itu, sebaiknya pembaca dapat memahami konsep mekanisme koping dari berbagai sumber, salah satunya makalah ini.
16
DAFTAR PUSTAKA
Keliat, B.A. (1999). Penatalaksanaan stres. Jakarta : P enerbit Buku Kedokteran: EGC.
Lazarus, S.R. dan Folkman, S. (1985). Stress appraisal and coping. New York: Publishing Company.
Stuart, G.W., and Sundeen, S.J. (1995). Principles and practice of psychiatric nursing. Sixth edition. St. Louis : Mosby Year Book.
Townsend, M.C. (1996). Psychiatric mental health nursing: concepts of care. Second edition. Philadelphia: F.A. Davis Company.
Smeltzer, Suzanna C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal – Bedah, Brunner & Suddarth; Ed.8 Vol.1 (terjemahan). Jakarta; EGC.
17