RIRIS PURWITA WIDODO (220112170020)
LAPORAN PENDAHULUAN
PROGRAM PROFESI NERS
INTRANATAL CARE
A. KONSEP PENYAKIT 1. PENGERTIAN
Intranatal adalah suatu proses terjadinya pengeluaran bayi yang cukup bulan atau hampir cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta dan selaput janin dari tubuh ibu (Mitayani, 2011). Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin. Nurhati (2009). Jadi persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar dari uterus ibu. Ketika proses persalinan dimulai, kontrasi ini menjadi kuat dan teratur. Pada akhirnya,
usaha
mengejan
yang
disadari
memperkuat
kontrasinya,
yang
mengakibatkan terjadinya kelahiran. Mulai timbul persalinan terjadi akibat beberapa faktor :
Meningkatkan jumlah reseptor oksitosin pada serabut otot uterus.
Peregangan uterus selama perjalannan kehamilan.
2. JENIS PERSALINAN
Menurut cara persalinan, yaitu : 1. Persalinan spontan Persalinan berlangsung dengan kekuatan sendiri dan melalui jalan lahir (rohani, saswita, & marisah, 2011) 2. Persalinan buatan Proses persalinan berlangsung dengan bantuan tenaga dari luar (rohani, saswita, & marisah, 2011) 3. Persalinan anjuran Proses
persalinan
didahului
tindakan
pemecahan
ketuban,
pemberian
pitocin/prostaglin. Induksi persalinan mekanis menggunakan laminaria stiff, persalinan dengan tindakan operasi. (rohani, saswita, & marisah, 2011)
Laporan Pendahuluan Intranatal Care_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita W_220112170020
1
Menurut Jumlah Kehamilan, yaitu : a. Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil b. Primigravida adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat
hidup (viable) c. Nulipara adalah seorang wanita yang belum pernah pernah melahirkan bayi viable d. Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk
pertama kali e. Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi hidup beberapa kali (5
kali) f.
Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup/matiPASS
Menurut umur kehamilan, yaitu : a. Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat hidup
(viables), pengeluarannya sebelum kehamilan k ehamilan 20 minggu atau bayi ba yi dengan berat badan kurang dari 500 gram. gram. b. Partus Prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada kehamilan antara
28 – 28 – 36 36 minggu, janin dapat hidup tetapi prematur, berat janin antara 1000 – 2500 gram. c. Partus maturus atau aterm (cukup bulan) adalah partus pada kehamilan 37-40
minggu, janin matur, berat badan diatas 2500 gram. d. Partus post maturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau
lebih dari waktu partus yang ditaksir, janin disebut post matur.
3. TANDA-TANDA PERSALINAN
1. Lightening Menjelang minggu ke 36 pada primigrafida terjadi penurunan vundus uteri karena kepala bayi sudah masuk PAP pada multigravida, tanda ini tidak begitu kelihatan. Mulai menurunnya bagian terbawah bayi ke pelvis terjadi sekitar dua minggu menjelang persalinan. Bila bagian terbawah bayi telah turun, maka ibu akan merasa tidak nyaman; selain napas pendek pada trimester tiga ketidak nyamanan di sebabkan karena adanya tekanan bagian terbawah pada struktur daerah pelvis, secra spesifik akan mengalami;
Laporan Pendahuluan Intranatal Care_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita W_220112170020
2
Menurut Jumlah Kehamilan, yaitu : a. Gravida adalah seorang wanita yang sedang hamil b. Primigravida adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi yang dapat
hidup (viable) c. Nulipara adalah seorang wanita yang belum pernah pernah melahirkan bayi viable d. Primipara adalah seorang wanita yang pernah melahirkan bayi hidup untuk
pertama kali e. Multipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi hidup beberapa kali (5
kali) f.
Grandemultipara adalah wanita yang pernah melahirkan bayi 6 kali atau lebih hidup/matiPASS
Menurut umur kehamilan, yaitu : a. Abortus (keguguran) adalah terhentinya kehamilan sebelum janin dapat hidup
(viables), pengeluarannya sebelum kehamilan k ehamilan 20 minggu atau bayi ba yi dengan berat badan kurang dari 500 gram. gram. b. Partus Prematurus adalah persalinan dari hasil konsepsi pada kehamilan antara
28 – 28 – 36 36 minggu, janin dapat hidup tetapi prematur, berat janin antara 1000 – 2500 gram. c. Partus maturus atau aterm (cukup bulan) adalah partus pada kehamilan 37-40
minggu, janin matur, berat badan diatas 2500 gram. d. Partus post maturus (serotinus) adalah persalinan yang terjadi 2 minggu atau
lebih dari waktu partus yang ditaksir, janin disebut post matur.
3. TANDA-TANDA PERSALINAN
1. Lightening Menjelang minggu ke 36 pada primigrafida terjadi penurunan vundus uteri karena kepala bayi sudah masuk PAP pada multigravida, tanda ini tidak begitu kelihatan. Mulai menurunnya bagian terbawah bayi ke pelvis terjadi sekitar dua minggu menjelang persalinan. Bila bagian terbawah bayi telah turun, maka ibu akan merasa tidak nyaman; selain napas pendek pada trimester tiga ketidak nyamanan di sebabkan karena adanya tekanan bagian terbawah pada struktur daerah pelvis, secra spesifik akan mengalami;
Laporan Pendahuluan Intranatal Care_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita W_220112170020
2
a.
Kandung kemih tertekan sedikit, menyebabkan peluan untuk melakukan ekspansi berkurang, sehingga frekuensi berkemih meningkat.
b.
Meningkatnya tekanan oleh sebagian besar bagian janin pada syaraf yang melewati foramen obturator yang menuju kaki, menyebabkan sering terjadi keram kaki.
c.
Meningkatnya tekanan pada pembulu darah vena menyebabkan terjadinya udema karena sebagian besar dari janin menghambat darah yang kembali dari bagian bawah tubuh.
2. Terjadinya hicks permulaan Sifat hicks permulaan (palsu ) adalah sebagai berikut : a. Rasa nyeri ringan pada di bagian bawah. b. Datang tidak teratur. c. Tidak ada perubahan pada selviks atau pembawa tanda. d. Durasi pendek. e. Tidak bertambah bila beraktivitas. 3. Perut kelihatan lebih melebar, fundus uteri turun. 4. Perasaan sering atau susah buang air kecil karena kandung kemih tertekan oleh bagian terbawah janin. 5. Serviks menjadi lembek, mulai mendatar, dan secresinya bertambah, kadang bercampur darah. Dengan mendekatnya persalinan, maka serviks menjadi matang dan lembut, serta terjadi obliterasi serviks dan kemungkinan sedikit dilatas. Persalinan
di
mulai
(impartu)
pada
saat
uterus
berkontraksi
dan
menyebabkan perubahan pada serviks ( membuka dan menipis ) berakhir dengan akhirnya plasenta secara lengkap. Pada ibu yang belum impartu, kontraksi uterus tidak mengakibatkan pada serviks
4. TANDA DAN GEJALA IMPARTU
1. Timbul rasa sakit oleh adanya hicks yang datang lebih kuat, sering, dan terat ur. 2. Keluar lendir bercampur darah yang lebih banyak karena robekan kecil pada serviks. Sumbatan mukus yang berasal dari sekresi servikal dari proliperasi kelenjar mukosa servikal pada awal kehamilan, berperan sebagai bariel protektif dan menutup servikal selama kehamilan. Bloody show show adalah pengeluaran dari mukus.
Laporan Pendahuluan Intranatal Care_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita W_220112170020
3
3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya. Pemecahan nebran yang normal terjadi pada kala 1 persalian. Hal ini terjadi 12 % wanita, dan lebih dari 80% wanita akan memulai persalinan secara spontan. 4. Pada pemeriksaan dalam: serviks mendatar dan pembukaan telah ada. Berikut ini adalah perbedaan penipisan dan dilatasi serviks antara nulipara dan multipara. a. Nulipara Biasanya sebelum persalinan serviks menipis sekitar 50-60% dan pembukaan sampai 1 cm, dan dengan dimulai persalian, biasanya ibu nulipara mengalami penipisan serviks 50-100 %, kemudian mulai terjadi pembukaan. b. Multipara Pada multiparah sering kali serviks tidak menipis pada awal persalianan, tetapi hanya membuka 1-2 cm. Biasanya pada multipara serviks akan membuka, kemudian di teruskan dengan penipisan. 5. Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan pada serviks ( frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit ).
5. SIFAT HIS PERSALINAN
1. Pinggang terasa sakit yang menjalar kedepan 2. Sifatnya teratur, interval semakin pendek, dan kuatnya makin besar 3. Mempunyai pengaruh terhadap pembukaan serviks. 4. Makin beraktivitas ( jalan), kekuatan makin bertambah.
6. BENTUK-BENTUK KELAHIRAN
1. Sefalik 2. Sungsang 3. Bahu 4. Campuran
7. KETUBAN PECAH DINI
Ketuban pecah dini (KPD) didefinisikan sebagai pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan maupun jauh sebelum waktunya melahirkan. KPD yang memanjang adalah yang terjadi lebih dari 12 jam sebelum waktunya melahirkan (Yatini, Mufdlilah dan Hidayat (2009,hal.13). Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda mulai persalinan
Laporan Pendahuluan Intranatal Care_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita W_220112170020
4
dan ditunggu satu jam sebelum terjadi in partu. Sebagian besar ketuban pecah dini terjadi pada kehamilan aterm lebih dari 37 minggu, sedangkan kurang dari 36 minggu tidak terlalu banyak. Ketuban pecah dini merupakan kontroversi obstetri Manuaba IBG (2008, hal. 119). Penyebab ketuban pecah dini Penyebab dari premature rupture of the membrane (PROM) tidak atau belum jelas, maka preventif tidak dapat dilakukan, kecuali dalam usaha menekan infeksi. Menurut Manuaba.IBG (2008, hal.119) penyebab ketuban pecah dini sebagai berikut: a. Servik inkompeten b. Overdistensi uterus c. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, kelainan genetic) d. Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban (infeksi genitalia, meningkatnya enzim proteolitik) e. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadi kontraksi disebut fase laten. Makin panjang fase laten, makin tinggi kemungkinan infeksi. Dan makin muda kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan morbiditas janin, sehingga komplikasi ketuban pecah dini makin meningkat.
Penyebab KPD menurut Manuaba 2009 dan Morgan 2009 meliputi : 1. Serviks inkopeten menyebabkan dinding ketuban yang paling bawah mendapatkan tekanan yang semakin tinggi. 2. Faktor keturunan (ion Cu serum rendah, vitamin C rendah, dan kelainan genetik). 3. Pengaruh dari luar yang melemahkan ketuban seperti infeksi genitalia dan meningkatnya enzim proteolitik. Masa interval sejak ketuban pecah sampai terjadinya kontraksi disebut fase laten. Makin panjang fase laten makin tinggi kemungkinan infeksi. Makin muda usia kehamilan, makin sulit upaya pemecahannya tanpa menimbulkan morbiditas janin dan komplikasi ketuban pecah dini meningkat. 4. Multipara,
grandemultipara,
pada
kehamilan
yang
terlalu
sering
akan
mempengaruhi proses embriogenesis sehingga selaput ketuban yang terbentuk akan lebih tipis dan yang akan menyebabkan selaput ketuban pecah sebelum tanda – tanda inpartu. 5. Overdistensi uterus pada hidramnion, kehamilan ganda, dan sevalopelvik disproporsi. Hidramnion atau sering disebut polihidramnion adalah banyaknya air
Laporan Pendahuluan Intranatal Care_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita W_220112170020
5
ketuban melebihi 2000 cc. Hidramnion dapat terjadi pada kasus anensefalus, atresia esophagus, gemeli, dan ibu yang mengalami diabetes melitus gestasional. Ibu dengan diabetes melitus gestasional akan melahirkan bayi dengan berat badan berlebihan pada semua usia kehamilan sehingga kadar cairan amnion juga akan berlebih. Kehamilan ganda adalah kehamilan dengan dua janin atau lebih sehingga kemungkinan terjadinya hidramnion bertambah 10 kali lebih besar. 6. Kelainan letak yaitu letak lintang. 7. Penduluran abdomen (perut gantung) 8. Usia ibu yang lebih tua 9. Riwayat KPD sebelumnya 10. Merokok selama kehamilan
1. Inkompetensia serviks Inkompetensia serviks adalah istilah untuk menyebut kelainan pada otot-otot leher atau leher rahim (serviks) yang terlalu lunak dan lemah, sehingga sedikit membuka ditengah-tengah kehamilan karena tidak mampu menahan desakan janin yang semakin besar. Serviks smemiliki suatu kelainan anatomi yang nyata, yang bisa disebabkan laserasi sebelumnya melalui ostium uteri atau merupakan suatu kelainan congenital pada serviks sehingga memungkinkan terjadinya dilatasi berlebihan tanpa perasaan nyeri dan mules dalam masa kehamilan trimester kedua atau awal trimester ketiga yang diikuti dengan penonjolan dan robekan selaput janin serta keluarnya hasil konsepsi. 2. Peninggian tekanan inta uterin Tekanan intra uterin yang meninggi atau meningkat secara berlebihan dapat menyebabkan terjadinya ketuban pecah dini. Misaln ya : a. Trauma : hubungan seksual, pemeriksaan dalam, amniosintesis b. Gemelli Kehamilan kembar adalah suatu kehamilan dua janin atau lebih. Pada kehamilan gemelli terjadi distensi uterus yang berlebihan, sehingga menimbulkan
adanya
ketegangan
rahim
secara
berlebihan.
Hal
ini
terjadikarena jumlahnya berlebih, isi rahim yang lebih besar dan kantung (selaput ketuban ) relative kecil sedangkan dibagian bawah tidak ada yang menahan sehingga mengakibatkan selaput ketuban tipis dan mudah pecah. 3. Makrosomia
Laporan Pendahuluan Intranatal Care_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita W_220112170020
6
Makrosomia adalah berat badan neonatus >4000 gram kehamilan dengan makrosomia menimbulkan distensi uterus yang meningkat atau over distensi dan menyebabkan tekanan pada intra uterin bertambah sehingga menekan selaput ketuban, manyebabkan selaput ketuban menjadi teregang, tipis, dan kekuatan membrane menjadi berkurang, menimbulkan selaput ketuban mudah pecah. 4. Hidramnion Hidramnion atau polihidramnion adalah jumlah cairan amnion >2000 mL. uterus dapat mengandung cairan dalam jumlah yang sangat banyak. Hidramnion kronis adalah peningaktan jumlah cairan amnion terjadi secara berangsur-angsur. Hidramnion akut, volume tersebut meningkat tiba-tiba dan uterus akan mengalami distensi nyata dalam waktu beberapa hari saja. 5. Kelainan letak Kelainan letak misalnya lintang, sehingga tidak ada bagian terendah yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan terhadap membran bagian bawah. 6. Penyakit infeksi Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun ascenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan terjadinya KPD. Penelitian menunjukkan infeksi sebagai penyebab utama ketuban pecah dini.Membrana khorioamniotik terdiri dari jaringan viskoelastik. Apabila jaringan ini dipacu oleh persalinan atau infeksi maka jaringan akan menipis dan sangat rentan untuk pecah disebabkan adanya aktivitas enzim kolagenolitik.Infeksi merupakan faktor yang cukup berperan pada persalinan preterm denganketuban pecah dini. Grup B streptococcus mikroorganisme yang sering menyebabkan amnionitis.
Tanda dan Gejala Tanda dan gejala pada kehamilan yang mengalami KPD adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina. Aroma air ketuban berbau amis dan tidak seperti bau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah. Cairan ini tidak akan berhenti atau kering karena terus diproduksi sampai kelahiran. Tetapi bila anda duduk atau berdiri, kepala janin yang sudah terletak di bawah biasanya mengganjal atau menyumbat kebocoran untuk sementara. Demam, bercak vagina yang banyak,
Laporan Pendahuluan Intranatal Care_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita W_220112170020
7
nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat merupakan tanda-tanda infeksi yang terjadi (Manuaba, 2009).
Patofisiologi Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh kontraksi uterus dan peregangan berulang. Selaput ketuban pecah karena pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degenerasi ekstraseluelr matriks. Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen menyebabkan aktivasi kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban pecah. Dua belas hari setelah ovum dibuahi, terbentuk suatu celah yang dikelilingi amnion primitif yang terbentuk dekat embryonic plate. Celah ters ebut melebar dan amnion disekelilingnya menyatu dengan mula-mula dengan body stalk kemudian dengan korion yang akhirnya menbentuk kantung amnion yang berisi cairan amnion. Cairan amnion , normalnya berwarna putih , agak keruh serta mempunyai bau yang khas agak amis dan manis. Cairan ini mempunyai berat jenis 1,008 yang seiring dengan tuannya kehamilan akan menurun dari 1,025 menjadi 1,010. Asal dari cairan amnion belum diketahui dengan pasti, dan masih membutuhkan penelitian lebih lanjut. Diduga cairan ini berasal dari lapisan amnion sementara teori lain menyebutkan berasal dari plasenta. Dalam satu jam didapatkan perputaran cairan lebih kurang 500 ml. Amnion atau selaput ketuban merupakan membran internal yang membungkus janin dan cairan ketuban. Selaput ini licin, tipis, dan transparan. Selaput amnion melekat erat pada korion (sekalipun dapat dikupas dengan mudah). Selaput ini menutupi permukaan fetal pada plasenta sampai pada insertio tali pusat dan kemudian berlanjut sebagai pembungkus tali pusat yang tegak lurus hingga umbilikus janin. Sedangkan korion merupakan membran eksternal berwarna putih dan terbentuk dari vili – vili sel telur yang berhubungan dengan desidua kapsularis. Selaput ini berlanjut dengan tepi plasenta dan melekat pada lapisan uterus.
Laporan Pendahuluan Intranatal Care_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita W_220112170020
8
Dalam keadaan normal jumlah cairan amnion pada kehamilan cukup bulan sekitar 1000 – 1500 cc, keadaan jernih agak keruh, steril, bau khas, agak manis, terdiri dari 98% - 99% air, 1- 2 % garam anorganik dan bahan organik (protein terutama albumin), runtuhan rambut lanugo, verniks kaseosa, dan sel – sel epitel dan sirkulasi sekitar 500cc/jam Minggu gestasi
Janin Plasenta
16 100
100
200
50
28 1000
200
1000
45
36 2500
400
900
24
40 3300
500
800
17
Cairan amnion Persen Cairan
Fungsi cairan amnion 1. Proteksi : Melindungi janin terhadap trauma dari luar 2. Mobilisasi : Memungkinkan ruang gerak bagi bayi 3. Hemostatis : Menjaga keseimbangan suhu dan lingkungan asam basa (Ph) 4. Mekanik : Menjaga keseimbangan tekanan dalam seluruh ruang intrauteri
Laporan Pendahuluan Intranatal Care_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita W_220112170020
9
5. Pada persalinan, membersihkan atau melicinkan jalan lahir dengan cairan steril sehingga melindungi bayi dari kemungkinan infeksi jalan lahir
Mekanisme KPD menurut Manuaba 2009 antara lain : 1. Terjadinya premature serviks. 2. Membran terkait dengan pembukaan terjadi a. Devaskularisasi b. Nekrosis dan dapat diikuti pecah spontan c. Jaringan ikat yang menyangga membran ketuban makin berkurang d. Melemahnya daya tahan ketuban dipercepat dengan adanya infeksi yang mencegah enzim proteolitik dan enzim kolagenase.
Patogenesis
Penelitian terbaru mengatakan KPD terjadi karena meningkatnya apoptosis dari komponen sel dari membran fetal dan juga peningkatan dari enzim protease tertentu. Kekuatan membran fetal adalah dari matriks ekstraselular amnion. Kolagen interstitial terutama tipe I dan tipe III yang dihasilan dari sel mesenkim juga penting dalam mempertahankan kekuatan membran fetal. Matriks metalloprotease (MMP) adalah kumpulan proteinase yang terlibat dalam remodeling tissue dan degenerasi kolagen. MMP – 2, MMP – 3, dan MMP – 9 ditemukan dengan konsentrasi tinggi pada kehamilan dengan ketuban pecah dini. Aktivasi protease ini diregulasi oleh tissue inhibitor of matrix metalloprotease (TIMPs). TIMPs ini pula rendah dalam cairan amnion pada wanita dengan ketuban pecah dini. Peningkatan enzim protease dan penurunan inhibitor mendukung bahwa enzim ini mempengaruhi kekuatan membran fetal.
Laporan Pendahuluan Intranatal Care_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita W_220112170020
10
Selain itu terdapat teori yang mengatakan meningkatnya marker – marker apoptosis dimembran fetal pada ketuban pecah dini berbanding dengan membran pada kehamilan normal. Banyak penelitian yang mengatakan aktivasi aktivitas degenerasi kolagen dan kematian sel yang membawa kelemahan pada dinding membran fetal. Faktor Ibu
Faktor Janin
Gemeli Malposisi
Serviks Inkopeten
Multipara
Hidramnion
CPD, usia
Riwayat KPD
KELEMAHAN DINDING MEMBRAN JANIN
RUPTURNYA MEMBRAN AMNION DAN KHORION SEBELUM TANDA – TANDA
KETUBAN PECAH DINI
INFEKSI PADA IBU Laporan Pendahuluan Intranatal Care_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita W_220112170020
11
Diagnosis
Diagnosis dapat ditegakan dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan laboratorium. 1. Anamnesis Dari anamnesis dapat menegakkan 90% dari diagnosis. Kadang kala cairan seperti urin dan vaginal discharge bisa dianggap cairan amnion. Penderita merasa basah dari vaginanya atau mengeluarkan cairan banyak dari jalan lahir. 2. Inspeksi Pengamatan biasa akan tampak keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah, dan jumlah airnya masih banyak, pemeriksaan ini akan makin jelas. 3. Pemeriksaan Inspekulo Merupakan langkah pertama untuk mendiagnosis KPD karena pemeriksaan dalam seperti vaginal toucher dapat meningkatkan resiko infeksi, cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa : warna, bau, dan PH nya, yang dinilai adalah
Keadaan umum dari serviks, juga dinilai dilatasi dan perdarahan dari serviks. Dilihat juga prolapsus tali pusat atau ekstremitas janin. Bau dari amnion yang khas juga harus diperhatikan.
Pooling pada cairan amnion dari forniks posterior mendukung diangnosis KPD. Melakukan
perasat
valsava
atau
menyuruh
pasien
untuk
batuk
untuk
memudahkan melihat pooling
Cairan amnion di konfirmasikan dengan menggunakan nitrazine test . Kertas lakmus akan berubah menjadi biru jika PH 6 – 6,5. Sekret vagina ibu memiliki PH 4 – 5, dengan kerta nitrazin ini tidak terjadi perubahan warna. Kertas nitrazin ini dapat memberikan positif palsu jika tersamarkan dengan darah, semen atau vaginisis trichomiasis.
4. Mikroskopis (tes pakis). Jika terdapat pooling dan tes nitrazin masih samar dapat dilakukan pemeriksaan mikroskopis dari cairan yang diambil dari forniks posterior. Cairan diswab dan dikeringkan diatas gelas objek dan dilihat dengan mikroskop. Gambaran “ ferning” menandakan cairan amnion
Laporan Pendahuluan Intranatal Care_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita W_220112170020
12
5. Dilakukan juga kultur dari swab untuk chlamydia, gonnorhea, dan stretococcus group B Pemeriksaan Lab
1. Pemeriksaan alpha – fetoprotein (AFP), konsentrasinya tinggi didalam cairan amnion tetapi tidak dicairan semen dan urin 2. Pemeriksaan darah lengkap dan kultur dari urinalisa 3. Tes pakis 4. Tes lakmus
Pemeriksaan USG
Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam kavum uteri. Pada kasus KPD terlihat jumlah cair an ketuban sedikit (Oligohidramnion atau anhidramnion). Oligohidramnion ditambah dengan hasil anamnesis dapat membantu diagnosis tetapi bukan untuk menegakkan diagnosis rupturnya membran fetal. Selain itu dinilai amniotic fluid index (AFI), presentasi janin, berat janin, dan usia janin.
Penatalaksanaan
1. Konservatif Rawat di rumah sakit, berikan antibiotik (ampisilin 4x500mg atau eritromisin bila tidak tahan dengan ampisilin dan metronidazol 2 x 500mg selama 7 hari). Jika umur kehamilan kurang dari 32 – 34 minggu, dirawat selama air ketuban masih keluar. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu belum inpartu, tidak ada infeksi, tes busa negatif berikan dexametason, observasi tanda – tanda infeksi, dan kesejahteraan janin. Terminasi pada usia kehamilan 37 minggu. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, sudah inpartu, tidak ada infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason, dan induksi setelah 24 jam. Jika usia kehamilan 32 – 37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik dan lakukan induksi, nilai tanda – tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda – tanda infeksi intrauterin). Pada usia kehamilan 32 – 37 minggu berikan steroid untuk kematangan paru janin, dan bila memungkinkan periksa kadar lesitin dan spingomietin tiap minggu. Dosis betametason 12mg sehari dosis tunggal selama 2 hari, deksametason IM 5 mg setiap 6 jam selama 4 kali.
Laporan Pendahuluan Intranatal Care_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita W_220112170020
13
2. Aktif Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitoksin. Bila gagal seksio sesarea. Bila tanda – tanda infeksi berikan antibiotik dosis tinggi dan terminasi persalinan. Bila skor pelvik < 5, lakukan pematangan pelviks, kemudian induksi. Jika tidak berhasil lakukan seksio sesarea. Bila skor pelviks > 5 lakukan induksi persalinan
Laporan Pendahuluan Intranatal Care_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita W_220112170020
14
Komplikasi Persalinan Prematur
Setelah ketuban pecah biasanya segera disusul oleh persalinan. Periode laten tergantung umur kehamilan. Pada kehamilan aterm 90% terjadi dalam 24 jam setelah ketuban pecah. Pada kehamilan antara 28-34 minggu persalinan dalam 24 jam.Pada kehamilan kurang dari 26 minggu persalinan terjadi dalam 1 minggu.
Infeksi
Resiko infeksi ibu dan anak meningkat pada Ketuban Pecah Dini.Pada ibu terjadi
korioamnionitis.Pada
bayi
dapat
terjadi
septicemia,
pneumonia,
omfalitis.Umumnya terjadi korioamnionitis sebelum janin terinfeksi.Pada Ketuban Pecah Dini prematur, infeksi lebih sering daripada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada Ketuban Pecah Dini meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.7
Komplikasi Ibu:
- Endometritis - Penurunan aktifitas miometrium (distonia, atonia) - Sepsis (daerah uterus dan intramnion memiliki vaskularisasi sangat banyak) - Syok septik sampai kematian ibu.
Komplikasi Janin
- Asfiksia janin - Sepsis perinatal sampai kematian janin.
Gambar.Infeksi intrauterin progresif pasca ketuban pecah dini pada kehamilan prematur
Laporan Pendahuluan Intranatal Care_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita W_220112170020
15
Hipoksia dan Asfiksia
Dengan pecahnya ketuban terjadi oligohidramnion yang menekan tali pusat hingga terjadi asfiksia atau hipoksia. Terdapat hubungan antara terjadinya gawat janin dan oligohidramnion, semakin sedikit air ketuban, janin semakin gawat.
Sindrom Deformitas Janin
Ketuban Pecah Dini yang terjadi terlalu dini menyebabkan pertumbuhan janin terhambat, kelainan disebabkan oelh kompresi muka dan anggota badan janin serta hipoplasi pulmonary.
Gambar. Deformitas Janin Pencegahan
Pada pasien perokok, diskusikan tentang pengaruh merokok selama kehamilan usaha untuk menghentikan, motivasi untuk menambah berat badan yang cukup selama hamil, anjurkan pasangan agar menghentikan koitus pada trimester akhir. Prognosis
Prognosis pada ketuban pecah dini sangat bervariatif tergantung pada :
Usia kehamilan
Adanya infeksi / sepsis
Factor resiko / penyebab
Ketepatan Diagnosis awal dan penatalaksanaan Prognosis dari KPD tergantung pada waktu terjadinya, lebih cepat kehamilan, lebih sedikit bayi yang dapat bertahan. Bagaimanapun, umumnya bayi yang lahir
Laporan Pendahuluan Intranatal Care_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita W_220112170020
16
antara 34 dan 37 minggu mempunyai komplikasi yang tidak serius dari kelahiran premature.
8. BIDANG HODGE
1. Bidang Hodge l (setinggi PAP, Bagian atas simfisis, promontorium) 2. Bidang Hodge ll (sejajar hodge l, setinggi bagian bawah simfisis) 3. Bidang Hodge lll (sejajar H l dan H ll, setinggi spina ischiadica) 4. Bidang Hodge lV (sejajar H l, H ll, dan H lll, setinggi os coccygeus)
9. TAHAPAN PADA PROSES PERSALINAN
Proses kelahiran anak dapat dibagi menjadi tiga tahap. Durasi setiap tahap bervariasi menurut ukuran uterus, usia perempuan dan jumlah kehamilan sebelumnya (Saputra, 2014) Tahap-tahap persalinan 1. Kala 1 Mulai timbul persalinan yang sebenarnya, dimana janin mulai turun yang di tandai dengan penipisan dan dilatasi serviks yang dapat berlangsung antara 6 - 24 jam pada wanita primipara, tetapi umumnya lebih singkat secara bermakna pada perempuan multipara (Saputra, 2014) Pada kala 1 di bagi menjadi 3 fase yaitu :
Fase laten : serviks berdilatasi dari 0 – 3 cm
Fase aktif : serviks berdilatasi dari 4 – 7 cm
Fase transisional : serviks berdilatasi dari 8 – 10 cm
2. Kala 2 Diawali dengan dilatasi serviks penuh dan berakhir dengan kelahiran janin. Rata-rata sekitar 45 menit pada wanita primipara; dapat lebih singkat pada wanita multipara yang melibatkan pecahnya kantong amnion seiring dengan peningkatan frekuensi dan intensitas kontraksi uterus. Ketika kepala janin yang mengalami fleksi memasuki panggul,otot panggul ibu mendorong kepala untuk melakukan rotasi anterior dan bagian kepala belakang untuk bergerak di bawah simfisis pubis.
Laporan Pendahuluan Intranatal Care_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita W_220112170020
17
Seiring dengan kontraksi uteru, kepala janin yang mengalami fleksi di dorong lebih dalam ke panggul; resistensi dasar panggul secara bertahap memaksa kepala untuk melakukan ekstensi. Kepala janin berotasi balik ke posisi sebelumnya setelah melewati lubang vulvo vagina biasanya kepala berotasi ke lateral (eksternal) ketika bahu anterior berotasi kedepan untuk melintas di bawah arkus pubis di ikuti dengan kelahiran bahu dan sisa tubuh janin (Saputra, 2014) 3. Kala 3 Dimulai setelah kelahiran anak dan berakhir dengan keluarnya plasenta (Saputra, 2014). 4. Kala 4 Dimulai dari lahirnya uri sampai 1-2 jam. Kal ini dimaksudkan untuk melakukan observasi karena perdarahan post partum paling sering pada 2 jam pertama. Perdarahan diangap normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-500 cc. (rohani, saswita, & marisah, 2011)
10. MEKANISME PERSALINAN
Tahapannya : a. Penurunan ( Decent ) : Jalan dalam posisi fleksi, kepala ke bawah dan tubuhnya agak berputar kesisi kanan. Kontraksi mulai terjadi, kepala bergerak lebih dalam ke pelvik dan dalam posisi menyamping, dengan wajah ke kanan dan oksiput ke kiri atau sebaliknya. b. Fleksi : Kepala turun, dagu lebih fleksi dan semakin fleksi lagi pada dada yg menyebabkan os occipitale dibelakang kepala untuk penunjuk jalan. c. Rotasi Internal Kepala mencapai tingkat spina iskiadika (station 0). Struktur pelvik menyebabkan kepala untuk berbalik atau berputar sehingga kepala akan dapat melewati tempat yg sangat sempit dalam pelvik. Kemudian terus kebawah bergerak di bawah tulang pubis. d. Ekstensi Kepala yg mengalami dorongan ke bawah, pada dada fleksi, meluncur ke luar dibawah tulang pubis dan melewati introitus/orifisium vagina keluar. Dagu terangkat ke atas atau ekstensi dan kepala lahir. e. Restitusi
Laporan Pendahuluan Intranatal Care_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita W_220112170020
18
Kepala bebas untuk berputar ke posisi normalnya dlm hubungan dengan bahu. f. Rotasi Eksternal Bahu dan tubuh bayi biasanya meluncur keluar dengan kesulitan yang relatif sedikit karena kepala telah membuka jalan untuk bagian tubuh yang lebih kecil. Bila oksiput pada posterior, kepala bayi dan tubuhnya tidak searah dgn kurvatura pelvik ibu. Bayi lahir dgn wajah menghadap kebawah. Ibu mengalami sakit pada pinggang serta persalinan yg lebih lama. g. Ekspulsi Plasenta Lepasnya plasenta ada 2 cara: 1. Mekanisme schultze`s Ujung plasenta tetap melekat sehingga terkumpul darah di belakang plasenta. Plasenta runtuh, terjadi semprotan darah dan permukaan amnion keluar seperti payung terbuka. 2. Mekanisme Duncan Keseluruhan plasenta terpisah dalam waktu yang bersamaan. Tidak terdapat pengumpulan darah. Plasenta dgn mudah meluncur keluar dgn sisi desidua terlebih dulu. 3. Regresi uterus Uterus jatuh pada satu sisi atau kembali kedalam rongga abdomen. Setelah 10 hari uterus turun ke panggul sejati / tidak teraba lagi.
11. PENGURANGAN RASA NYERI
Metode pengurangan rasa nyeri yang diberikan oleh pendamping persalinan secara terus menerus bersifat sebagai berikut (rohani, saswita, & marisah, 2011). 1. Sederhana 2. Efektif 3. Biaya rendah 4. Risiko rendah 5. Kemajuan persalinan meningkat 6. Hasil kelahiran bertambah baik 7. Bersifat sayang ibu Menurut varney’s midwifery, pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi rasa sakit adalah sebagai berikut (rohani, sa swita, & marisah, 2011). 1. Menghadirkan seseorang yang dapat mendukung persalianan
Laporan Pendahuluan Intranatal Care_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita W_220112170020
19
2. Pengaturan posisi 3. Relaksasi dan pernapasan 4. Istirahat dan privasi 5. Penjelasan mengenai proses/ kemajuan persalinan dan prosedur tindakan 6. Asuhan tubuh 7. Sentuhan Penny simpkin mengemukakan cara untuk mengurangi rasa sakit dengan cara sebagai berikut (rohani, saswita, & marisah, 2011). 1. Mengurangi rasa sakit langsung pada sumbernya 2. Memberikan rangsangan alternatif yang kuat 3. Mengurangi reaksi mental negatif, emosional, dan reaksi ibu terhadap rasa sakit. Nyeri dalam persalinan dapat dikendalikan dengan 2 metode, yaitu farmakologis dan non farmakologis (rohani, saswita, & marisah, 2011). 1. Metode pengendalian nyeri persalinan secara nonfarmakologis. a. Kompres panas Sebuah studi kecil mengenai kompres panas yang diletakkan di fundus, menemukan bahwa tindakan ini akan meningkatkan aktivitas rahim. Kompres panas meningkatkan suhu kulit lokal, mengurangi spesme otot, dan meningkatkan ambang nyeri. Hal yang harus diperhatikan oleh pendamping persalinan adlah panas dari alat kompres harus dapat dirasakan senyaman mungkin oleh ibu,karena kemungkinan pada saat persalinan ibu tidak dapat bereaksi terhadap panas yang sangat berlebihan. b. Kompres dingin Kompres dingin berguna untuk mengurangi ketegangan nyeri sendi dan otot mengurangi pembengkakkan dan menyejukan kulit. Kompres dingin akan membuat baal daerah yang terkena dengan memperlambat transmisi nyeri melalui neuron-neuron sensorik. c. Hidroterapi Selain mengurangi ketegangan, nyeri otot, dan nyeri sendi; hidroterapi juga dapat mengurangi efek gravitasi bersama dengan ketidaknyamanan berkaitan dengan tekanan pada panggul dan struktur lain, tekanan yang merata pada bagian tubuh yang terendam
Laporan Pendahuluan Intranatal Care_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita W_220112170020
20
dan kehangatan sering kali menghasilkan penurunan nyeri dan kemajuan dalam peralinan aktif yang lebih cepat. d. Counterpressure Tekanan yang terus-menerus selama kontraksi dilakukan pada tulang sakrum wanita atau kepalan salah satu tangan, atau peremasan pada kedua pinggu. Hal terseburt dapat membantu mengurangi nyeri panggul yang dirasakan oleh wanita melahirkan. e. Penekanan lutut Tekanan langsung melalui tulang paha kearah satu atau dua sendi pinggul melepaskan sendi sakro iliaka dari ketegangan dan dapat mengurangi rasa nyeri. Penekanan lutut tidak dapat digunakan jika ibu mengalami nyeri sendi, peradangan, atau kerusakan pada lutut, ddan ketika ibu mengatkan penekanan lutut tidak membantu mengurangi rasa nyeri. 2. Metode pengendalian nyeri persalianan secara farmakologis, a. Sedatif, misalnya golongan barbiturat. b. Opioid, misalnya morfin.
B. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN 1. PENGKAJIAN
1. Identitas klien 2. Riwayat kesehatan (Mitayani, 2011). a. Tanyakan alasan masuk ke kamar bersalin: apakah ada kontraksi, ketuban pecah, DLL. b. Tanyakan riwayat perawatan prenatal, kapan mulainya dan jumlah kunjungannya. c. Tanyakan kapan taksiran persalinan. d. Status obstetri (gravid, partus, abortus, hidup – GPAH), riwayat medis, operasi, dan kehamilan. e. Tanyakan riwayat alergi : obat-obatan, dan makanan. f. Tanyakan adanya riwayat hipertensi, DM dan penyakit lainnya. g. Tanyakan asupan nutrisi, jenisnya, dan kapan dikonsumsi. h. Tanyakan rencana persalinan dan bagaimana metode mengurangi nyeri. i.
Dukungan keluarga
Laporan Pendahuluan Intranatal Care_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita W_220112170020
21
3. Pemeriksaan fisik (Doenges & Moorhouse, 2001) a. Kala 1
Fase laten 1) Intregritas ego
Dapat senang atau cemas
2) Nyeri/ ketidaknyamanan
Kontraksi regular, peningkatan frekuansi, durasi dan keparahan .
Kontraksi ringan, masing-masing 5-30 menit, berakhir 10-30 detik.
3) Keamanan
Irama jantung janin paling baik terdengan pada umbilikus (tergantung pada posisi janin)
4) Seksualitas
Membran mungkin/ tidak pecah.
Serviks dilatasi dari 0-4 cm
Bayi mungkin pada 0(primigravida) atau dari0-+ 2 cm (multigrabida)
Raba vagina sedikit, mungkin lendir merah muda (“ show “), kecoklatan atau terdiri dari plak lendir.
Fase aktif 1) Akivitas/istirahat
Dapat menunjukkan bukti kelelahan
2) Integritas ego
Dapat tampak lebih serius dan terhanyut pada proses persalinan
Ketakutan tentang kemampuan mengendalikan pernapasan dan/atau melakukan teknik relaksasi
3) Nyeri/ketidaknyamanan
Kontrasi sedang, terjadi setiap 2,5-5 menit dan berakhir 30-45 detik
4) Keamanan
Irama jantung janin terdeteksi agak dibawah pusat pada posisi verteks
Denyut jantung janin (DJJ) bervariasi dan perubahan periodik umumnya teramati pada respon terhadap kontraksi, palpasi abdominal, dan gerakan janin
5) Seksualitas
Laporan Pendahuluan Intranatal Care_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita W_220112170020
22
Dilatasi serviks dari kira-kira 4-8 cm (1,5 cm/jam multipara,1,2 cm/jam nulipara)
Perdarahan pada jumlah sedang
Janin turun +1-+2 cm dibawah tulang iskial
Fase transisi 1) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat 5-10 mmhg diatas nilai normal klien Nadi meningkat
2) Integritas ego
Perilaku peka
Dapat mengalami kesulitan mempertahankan kontrol, memerlukan pengingat tentang pernapasan
Mu ngkin amnesik
Dapat menyatakan “ saya tidak tahan lagi” atau dapat menginginkan untuk “pulang dulu dan nanti kembali lagi”
3) Eliminasi
Dorongan untuk menghindari atau defekasi melalui fase ( janin pada posisi posterior)
4) Makanan/ cairan
Mual dan muntah dapat terjadi
5) Nyeri/ ketidaknyamanan
Kontrasi uterus kuat terjadi setiap 2-3 mnt dan berakhir 45-60 detik
Ketidaknyamanan tingkat hebatpada daerah abdomen/ sakral
Dapat menjadi sangat gelisah, menggeliat-geliat karena nyeri, atau ketakutan
Dapat melaporkan menjadi (terlalu panas) sensasi kesemutan pada ujung jari, ibu jari, dan wajah
Tremor kaki dapat trjadi
6) Keamanan
Diaforetik
Irama jantung janin terdengar tepat diatas simfisis pubis
Denyut jantung janin dapat menunukkan deselerasi lambat ( sirkulasi uterus terganggu ) atau deselerasi awal ( kompresi kepala )
Laporan Pendahuluan Intranatal Care_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita W_220112170020
23
7) Seksualitas
Dilatasi serviks dari 8-10 cm
Penurunan janin dari +2-+4 cm
Tampilan darah dalam jumlah berlebihan
b. Kala 2 1) Aktivitas/istirahat
Laporan kelelahan
Melaporkan ketidakmampuan melakukan dorongan sendiri/ teknik relaksasi
Letargi
Lingkaran hitam dibawah mata
2) Sirkulasi
Tekanan darah dapat meningkat 5-10mmHg diantara kontraksi
3) Integritas ego
Respon emosiaonal dapat direntang dari perasaan fear/iritation/relief/joy
Dapat merasa kehilangan kontrol atau kebalikannnya seperti saat ini klien kembali mengejan secara akktif
4) Eliminsi
Keinginan untuk defekasi/ mendorong involunter pada kontraksi, disertai tekanan intraabdomen dan tekanan uterus
Dapat mengalami rabas fecal saat mengejan
Distensi kandung kemih mungkin ada, dengan urine dikeluarkan selama upaya mendorong.
5) Nyeri/ ketidaknyamanan
Dapat merintih/ meringis selama kontraksi
Amnesia diantara kontraksi mungkin terlihat
Melaporkan rasa terbakar/ meregang dari perineum
Kaki dapat gemetar selama upaya mendorong
Kontraksi uterus kuat, terjadi selama 1,5-2 mnt masing -masing dan berakhir 60-90 detik.
Dapat melawan kontraksi, khususnya bila ia tidak berpartisipasi dalam kelas kelahiran anak
6) Pernapasan
Peningkatan frekuensi pernapasan
Laporan Pendahuluan Intranatal Care_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita W_220112170020
24
7) Keamanan
Diaforesis sering terjadi
Bradikardia janin ( tampak saat deselerasi awal pada pemantau elektik ) dapat terjadi selama kontrksi ( kompresi kepala )
8) Seksualitas
Serviks dilatasi penuh (10 cm ) dan penonjolan 100%
Peningkatan penampakan perdarahan vagina
Penonjolan rektal/perineal dengan turunya janin
Membran mungkin ruptur pada saat ini bila maih utuh
Peningkatan pengeluaran cairan amnion selama kontraks
Crowning terjadi, kaput tampak tepat sebelum kelahiran pada presentasi verteks.
c. Kala3 1) Aktivitas/istirahat
Prilaku dapat direntang senang sampai keletihan
2) Sirkulasi
Tekanan darah meningkat saat curah jantung meningkat, kemudian kembali ketingkat normal dengan cepat
Hipotensi dapat terjadi sebagai respon dari analgesik dan anatesi
Frekuensi nadi melambat pada respon terhadap perubahan curah jantung
3) Makanan/ cairan
Kehilangan darah normal kira-kira 250-300 ml
4) Nyeri/ketidaknyamanan
Dapat mengeluh tremor kaki/ menggigil
5) Keamanan
Inspeksi manual pada uterus dan jalan lahir menentukan adanya robekan dan laserasi.
Perluasan episiotomi atau laserasi jalan lahir mungkin ada
6) Seksualitas
Darah yang berwarna hitam dari vagina terjadi saaat plas enta lepas dari endometrium, biasanya dalam waktu 1-5 menit setelah melahirkan bayi
Tali pusat memanjang pada muara vagina
Laporan Pendahuluan Intranatal Care_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita W_220112170020
25
Uterus berubah dari diskoid menjadi bentuk globular dan meninggikan abdomen.
d. Kala4
Pemeriksaan fisik, TTV, dan keadaan umum.
Kontraksi rahim , after pain
Perdarahan
Kandung kemih
Luka episiotomi
Bonding attachment
Keadaan bayi
Kebutuhan khusus
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan 2. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan aktif 3. Nyeri akut b.d agen cidera biologis 4. Resiko infeksi b.d trauma jaringan
3. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No
Diagnosa
Tujuan/Kriteria
Rencana Tindakan
Keperawatan
1.
Ketidakefektifan pola nafas b.d keletihan
NOC :
NIC : airway management
4. Respiratory status : airway patency 5. Vital sign status Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
1. Pertahankan jalan nafas yang paten 2. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
Laporan Pendahuluan Intranatal Care_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita W_220112170020
26
jam pada klien diharapkan
3. Berikan oksigenasi
ketidakefektifan pola nafas
sesuai kebutuhan
dapat teratasi dengan
4. Monitor adanya
kriteria hasil:
kecemasan terhadap
1. Menunjukan jalan nafas yang paten
oksigenansi 5. Monitor TTV
2. Tanda-tanda vital dalam rentang normal
.
2
Kekurangan volume
NOC:
cairan b.d kehilangan
cairan aktif
NIC: fluid mangement 1. Pertahankan catatan
Fluid balance
Nutritional status : intake dan output yang food
and
fluid
intake
akurat 2. Dorong masukan oral
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24
3. Monitor status cairan
pada
termasuk intake dan output
klien
diharapkan
kekurangan volume cairan dapat
teratasi
dengan
kriteria hasil: 1.TTV dalam batas normal 2.Tidak ada tanda dehidrasi
cairan 4.Tawarkan snack (jus buah segar) 5. Monitoring vital sign 6. Monitor status hidrasi 7. Kolaborasi pemberian
Laporan Pendahuluan Intranatal Care_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita W_220112170020
27
cairan IV 3
Nyeri akut b.d agen
NOC :
cidera biologis
NIC : Pain mangement
Pain level
1. Lakukan pengkajian
Pain control
nyeri
Comfor level
Setelah dilakukan tindakan
2. Kaji kultur yang menyebabkan nyeri
keperawatan selama 3x24 jam pada klien diharapkan
3. Ajarkan tekhnik
nyeri akut dapat teratasi
nonfarmokologi
dengan kriteria hasil: 1. Mampu mengontrol nyeri
4. Atur posisi senyaman mungkin 5. Kaji TTV
2. Melaporkan bahwa nyeri berkurang denga
6. Kaji tipe dan sumber nyeri
menggunakan mangement 7. Kolaborasi dengan
nyeri
Dokter untuk pemberian 3. Mampu mengenali nyeri
obat analgetik
4. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang 4
Resiko infeksi b.d
NOC :
trauma jaringan
NIC : Infection control (kontrol infeksi)
Immune status
Risk control
1. Bersih lingkungan
Knowledge :
setelah dipakai pasien lain
infection control Setelah dilakukan tindakan
2. Pertahankan tekhnik isolasi
keperawatan selama 3x24 jam pada klien diharapkan
3. Cuci tangan sebelum dan
tidak terjadi infeksi dengan
sesudah tindakan
Laporan Pendahuluan Intranatal Care_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita W_220112170020
28
kriteria hasil : 1. Klien bebas dari tanda gejala infeksi 2. Menunjukan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi 3. Menunjukan prilaku hidup sehat
4. Monitor tanda dan gejala infeksi 5. Ajarkan pasien dan keluarga untuk menghindari infeksi 6. Kolaborasi dengan ahli gizi diit TKTP 7. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian obat antibiotik
DAFTAR PUSTAKA Judith M. Wilkinson. & Nancy R. Ahern. 2012. Diagnosa Keperawatan Nanda NIC NOC . Jakarta: EGC. Manuaba.I.B.G. 2009. Ketuban Pecah Dini dalam Kapita Selekta Penatalaksanaan Obstetri Ginekologi dan KB. Jakarta: EGC hal : 221 – 225. Mitayani. 2011. ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS . Jakarta : Penerbit Salemba Medika.
Laporan Pendahuluan Intranatal Care_Program Profesi Ners XXXIV_Riris Purwita W_220112170020
29