KETUBAN PECAH DINI (KPD)
OLEH: YENI OCTAVIA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
Definisi
Ketuban Pecah Dini (KPD) adalah pecahnya selaput sebelum terdapat tandatanda persalinan mulai dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu terjadi pada pembukaan< 4 cm yang dapat terjadi pada usia kehamilan cukup waktu atau kurang waktu. Hal ini dapat terjadi pada akhir kehamilan aterm maupun kehamilan preterm.
Etiologi
KPD dapat disebabkan oleh beberapa faktor antara lain: a. Infeksi uterus, yang merupakan pemicu umum terjadinya KPD b. Dilatasi berlebih pada uterus c. Polihidramnion d. Trauma Faktor resiko ibu hamil dengan terjadinya ketuban pecah dini yaitu: a. Pekerjaan b. Paritas c. Usia d. Riwayat KPD e. Usia Kehamilan f. Chepalopelvic Disproportion (CPD)
Patofisiologi Patofisiologi dari KPD berhubungan dengan hal-hal berikut:
1.
Adanya hipermotilitis rahim yang sudah lama terjadi sebelum ketuban pecah dini. Penyakit-penyakit seperti pielonefritis, sistitis, sevisitis, dan vaginitis terdapat bersamasama dengan hipermotilitas rahim ini.
2.
3.
4.
Selaput ketuban terlalu tipis (kelainan ketuban) Infeksi (amnionitis atau koroamnionnitis) Faktor-faktor lain yang merupakan predisposisi ialah: multifara,malposisi, servik inkompeten,dan lain-lain.
5.
Ketuban pecah dini artificial (amniotomi),di mana berisi ketuban dipecahka n terlalu dini.
Gejala Klinis
Tanda dan gejala ketuban pecah dini yang terjadi adalah keluarnya cairan ketuban merembes melalui vagina, aroma ketuban berbau amis dan tidak berbau amoniak, mungkin cairan tersebut masih merembes atau menetes, dengan ciri pucat dan bergaris warna darah, cairan ini tidak akan berhenti atau kering kerana tersu diproduksi sampai kelahiran tetapi bila anda duduk atau berdiri kepala janin yang sudah terletak dibawah biasanya mengganjal. Kebocoran untuk sementara, demam, bercak vagina yang banyak, nyeri perut, denyut jantung janin bertambah cepat, merupakan tanda infeksi yang terjadi. Diagnosis
Penegakkan diagnosis dari KPD adalah sebagai berikut: a. Anamnesa : kapan keluar cairan, warna, bau, adakah partikel-partikel di dalam cairan (lanugo serviks) b. Inpeksi : bila fundus di tekan atau bagian terendah digoyangkan, keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada forniks posterior c. Periksa dalam : ada cairan dalam vagina dan selaput ketuban sudah tidak ada lagi
d. Pemeriksaan laboratorium : Kertas lakmus : reaksi basa (lakmus merah berubah menjadi biru ), Mikroskopik : tampak lanugo, verniks kaseosa (tidak selalu dikerjakan) e. Pemeriksaan penunjang pada kasus ketuban pecah dini meliputi pemeriksaan leukosit/ WBC(bila >15.000/ml) kemungkinan telah terjadi infeksi. Ultrasonografi (sangat membantu dalam menentukan usia kehamilan, letak atau presentasi janin, berat janin, letak dan gradasi plasenta serta jumlah air ketuban), dan monitor bunyi jantung janin dengan fetoskop Laennec atau Doppler atau dengan melakukan pemeriksaan kardiotokografi ( bila usia kehamilan >32 minggu). Pemeriksaan menggunakan Kertas lakmus reaksi basa (lakmus merah berubah menjadi biru ).
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada kehamilan aterm, kehamilan pretem, ketuban pecah dini yang dilakukan induksi, dan ketuban pecah dini yang sudah inpartu. 1. Ketuban pecah dengan kehamilan aterm Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm yaitu : diberi antibiotika, Observasi suhu rektal tidak meningkat, ditunggu 24 jam, bila belum ada tanda-tanda inpartu dilakukan terminasi. Bila saat datang sudah lebih dari 24 jam, tidak ada tanda-tanda inpartu dilakukan terminasi 2. Ketuban pecah dini dengan kehamilan prematur Penatalaksanaan KPD pada kehamilan aterm yaitu: a. EFW (Estimate Fetal Weight) < 1500 gram yaitu pemberian Ampicilin 1 gram/ hari tiap 6 jam, IM/ IV selama 2 hari dan gentamycine 60-80 mg tiap 8-12 jam sehari selama 2 hari, pemberian Kortikosteroid untuk merangsang maturasi
paru (betamethasone 12 mg, IV, 2x selang 24 jam), melakukan Observasi 2x24 jam kalau belum inpartu segera terminasi, melakukan Observasi suhu rektal tiap 3 jam bila ada kecenderungan meningkat > 37,6°C segera terminasi b. EFW (Estimate Fetal Weight) > 1500 gram yaitu melakukan Observasi 2x24 jam,
melakukan
Observasi
suhu
rectal
tiap
3
jam,
Pemberian
antibiotika/kortikosteroid, pemberian Ampicilline 1 22 gram/hari tiap 6 jam, IM/IV selama 2 hari dan Gentamycine 60-80 mg tiap 8-12 jam sehari selama 2 hari,
pemberian
Kortikosteroid
untuk
merangsang
meturasi
paru
(betamethasone 12 mg, IV, 2x selang 24 jam ), melakukan VT selama observasi tidak dilakukan, kecuali ada his/inpartu, Bila suhu rektal meningkat >37,6°C segera terminasi, Bila 2x24 jam cairan tidak keluar, USG: bagaimana jumlah air ketuban : Bila jumlah air ketuban cukup, kehamilan dilanjutkan, perawatan ruangan sampai dengan 5 hari, Bila jumlah air ketuban minimal segera terminasi. Bila 2x24 jam cairan ketuban masih tetap keluar segera terminasi, Bila konservatif sebelum pulang penderita diberi nasehat : Segera kembali ke RS bila ada tanda-tanda demam atau keluar cairan lagi, Tidak boleh coitus, Tidak boleh manipulasi digital. Komplikasi
Komplikasi yang timbul akibat ketuban pecah dini bergantung pada usia kehamilan. Dapat terjadi infeksi maternal ataupun neonatal, persalinan prematur, hipoksia karena kompresi tali pusat, deformitas janin, meningkatnya insiden SC, atau gagalnya persalinan normal. Risiko infeksi ibu dan anak meningkat pada ketuban pecah dini. Pada ibu terjadi korioamnionitis. Pada bayi dapat terjadi septikemia, pneumonia, omfalitis. Umumnya terjadi
korioamnionitis sebelum janin terinfeksi. Pada ketuban pecah dini premature, infeksi lebih sering dari pada aterm. Secara umum insiden infeksi sekunder pada KPD meningkat sebanding dengan lamanya periode laten.
DAFTAR PUSTAKA
Messidi. 2010. Diagnosis of Premature Rupture of Membranes: Inspiration From the Past and Insights for the Future. Royal Victoria Hospital, McGill University. The Royal Women's Hospital Clinical. Guideline Rupture of the Membranes - Preterm Premature (PPROM)