1
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Anggaran merupakan unsur penting dari perencanaan keuangan untuk masa depan depan dalam dalam menca mencapa paii tujua tujuan n peru perusa sahaa haan. n. Dala Dalam m pere perenca ncanaa naan n stra strate tegis gis perusahaan perusahaan penyusunan penyusunan anggaran anggaran merupakan merupakan hal yang paling penting. penting. Oleh karena karena itu, itu, bawaha bawahan n seba sebaikn iknya ya diik diikuts utser erta takan kan dala dalam m pros proses es penyu penyusu sunan nan anggara anggaran n terseb tersebut. ut. Hal ini disebut disebut sebaga sebagaii partis partisipa ipasi si anggar anggaran, an, partis partisipa ipasi si anggaran dilakukan karena bawahan lebih mengetahui kondisi langsung yang terjadi terjadi pada bagiann bagiannya. ya. Dengan Dengan penyusu penyusunan nan anggara anggaran n secara secara partis partisipa ipatif tif diharapkan diharapkan dapat menciptakan menciptakan anggaran anggaran yang sebaik-baiknya sesuai dengan standar atau kondisi perusahaan yang diharaokan di masa yang akan dating. Angg Anggar aran an meru merupa paka kan n kata kata bend bendaa yakn yaknii hasi hasill yang yang dipe dipero role leh h sete setela lah h menyeleseikan suatu tugas perencanaan, sedsngkan penganggaran (budgeting) merupak merupakan an suatu suatu proses proses,, sejak sejak tahap tahap persia persiapan pan yang diperlu diperlukan kan sebelum sebelum dimulainya dimulainya penyusunan penyusunan rencana, pengumpulan pengumpulan berbagai berbagai data informasi informasi yang diperlukan, pembagian tugas perencanaan, penyusunan rencana, implementasi rencana, sampai pada thap pengawasan dan evaluasi dari hasil melaksanakan rencana tersebut (Adi Saputro dan Asri 2003).
2
Atau Atau dengan dengan kata kata lain, lain, pengang penganggar garan an peruas peruasahaa ahaan n merupak merupakan an hasil hasil proses proses menyu menyusu sun n angga anggara ran, n, sedan sedangka gkan n angga anggara ran n peru perusa sahaa haan n meru merupa pakan kan haasi haasill penganggaran penganggaran perusahaan perusahaan (Nafari (Nafarin, n, 2004:5) 2004:5) Anggaran (budget) merupakan rencana terinci terinci yang disajikan secara kuantitatif yang menentukan bagaimana sumber daya yang akan diperoleh dan digunakan selama periode waktu tertentu, anggaran sering kali digunakan sebagai alat untuk perencanaan, koordinasi, koordinasi, alokasi sumber daya dan juga digunakan untuk mengu mengukur kur kiner kinerja ja yang yang pada pada akhir akhirnya nya digu digunak nakan an untuk untuk mengo mengontr ntrol ol dan memp mempen enga garu ruhi hi pril prilaku aku pihak pihak-p -piha ihak k yang yang terk terkait ait denga dengan n penet penetap apan an dan dan pelaksanaan pelaksanaan anggaran anggaran (Adi (Adi Saputro Saputro dan Asri, Asri, 2003). 2003). Proses penyusunan anggaran terbagi menjadi dua yaitu, penyusunan anggaran secara bottom-up (partisipatif) dan penyusunan anggaran secara top-down. pada penyusunan penyusunan anggaran anggaran partisipati partisipatif, f, proses proses penyusunan penyusunan anggaran anggaran mengijinkan mengijinkan manajer den gan level lebih rendah untuk berpartisifasi secara signifikan dalam pembentukan pembentukan anggaran, anggaran, sementara sementara dalam penganggaran penganggaran top-down top-down penyusunan penyusunan anggaran tidak melibatkan bawahan secara signifikan ( Alim, 2002). Merchant (1981) serta Nasri dan Parker (1998) dalam mulyasari dan Sugiri (2005 (2005)m )men enyat yatakn akn bahw bahwaa apabi apabila la bawa bawahan han sebag sebagai ai pela pelaks ksana ana angga anggara ran n berpartisipa berpartisipatif tif dalam penyusunan penyusunan anggaran, maka menghasilkan menghasilkan pengungkapan pengungkapan informasi privat yang mereka miliki. Disamping itu, atasan sebagai pemegang
3
kkuasa anggaran akan menerima informasi yang belum diketahui sebelumnya. Penyusun Penyusunan an anggaaran anggaaran secara secara partis partisipa ipatif tif akan
meningg meninggkat katkan kan akurasi akurasi
pemahaman pemahaman dalam hubungan dengan atasan sebagai sebagai pemegang pemegang kuasa anggarandan bawahan sebagai pelaksana anggaran. Baiman Baiman (1982) (1982) dalam dalam Kren(19 Kren(1992) 92) engiden engidentif tifikaa ikaasika sikan n dua jenis jenis inform informasi asi utam utamaa dala dalam m orga organi nisa sasi si
yait yaitu u deci decisi sion on infl influe uenc ncin ing g dan dan job job rele releva van n
information(J information(JRI), RI), yakni informasi informasi yang memfasilit memfasilitasi asi
pembuatan pembuatan keputusn keputusn
yang berhubungan dengan tugas. Job relevan information meningkatkan kinerja mela melalu luii pemb pember eria ian n perk perkir iraa aan n yang yang lebi lebih h akur akurat at meng mengen enai ai ling lingku kung ngan an sehinggadapat dipilih rangkaian tindakan efektif yang terbaik (Kren,1992) Bila Bila bawa bawahan han sebba sebbaga gaii pela pelaks ksana ana angga anggara ran n diber diberika ikan n kese kesemp mpat atan an untuk untuk memberikan masukan berupa informasi yang dimiliknya kepada atasan sebagi pemegang pemegang kuasa anggaran, anggaran, sehingga sehingga atasan atasan akan memperole memperoleh h pemahaman pemahaman yang lebih baik tentang pengetahuan yang relevan dengan tugas (Yusfaningrum dan Ghozali, 2005) Penel Penelit itii meli melihat hat bila bila part partisi isipa pasi si angga anggara ran n meni meningk ngkat at maka maka job rele releva van n information menyebabkan berkurangnya informasi asimetri.
4
1.2
Rumusan Masalah
a. Apakah anggaran partisipatif berpengaruh terhadap pembuatan APBD? b. Apakah decision influencing berpengaruh terhadap pembuatan APBD? c. Apakah job relevant information berpengaruh terhadap pembuatan APBD? d. Apakah informasi asimetri berpengaruh terhadapa pembuatan APBD?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dilakukan penelitian ini adalah untuk menguji secara empiris : a. Pengaruh anggaran partisipatif terhadap pembuatan APBD b. Pengaruh decision influencing terhadap pembuatan APBD
5
c.
Pengaruh job relevant information terhadap pembuatan APBD
d. Pengaruh informasi asimetri terhadap pembuatan APBD
1.4 Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian ini adalah : 1.
Secara akademik merupakan salah satu syarat untuk mencapai kebulatan studi Strata I (SI) pada Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Mataram.
2.
Secara teoritis ilmiah menjadi sarana untuk melatih diri mengaplikasikan teori yang diperoleh di bangku kuliah dengan kenyataan di lapangan dan sebagai informasi bagi peneliti lain yang ingin mengadakan penelitian yang lebih mendalam tentang masalah yang sama.
3.
Secara praktis diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi atau masukan
sebagai
pengimplementasian
tambahan SIMDA
dan
pertimbangan
sebagai
sarana
bagi
Pemda
penyusunan
dalam Laporan
Pertanggungjawaban Keuangan terkait dengan beberapa variabel anteseden yang mempengaruhinya.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Penelitian Terdahulu
Yusfaningrum dan Ghozali (2005) dengan judul “Analisis Pengaruh Partisipasi Anggaran terhadap kinerja manajerial melalui komitmen tujuan anggaran dan job relevan information sebagai variabel intervening (peneltian terhadap perusahaan manufaktur indonesia)”. Penelitian ini bertujuan untuk partisipasi anggaranterhadap
7
kinerja manajerial melalui komitmen pada tujuan anggaran dan job hasil penelitian ini menunjukkan bahwa partisipasi anggaran berpengaruh positif dan signifikan terhadapkinerja manajerial, partisipasi anggaran berpengaruh positif (tidak signifikan) terhadap job relevant information. Serta job relevant information berpengaruh positif (tidak signifikan) terhadap kinerja manajerial. Peneliti menduga hasil yang tidak signifikan pada beberapa pengujian hipotesis dalam penelitian ini karena adanya penerapan dimensi budaya organisasi power distance yang lebar pada perusahaan manufaktur di indonesia dan otoritas atasan adalah mutlak, sehingga tujuan yang ditetapkan cendetung subjektif serta menekan bawahan. Ompusungo dan Bonowo (2006), dengan judul pengaruh partisipasi anggaran dan job relevant information terhadap informasi asimetri studi pada Badan Layanan Umum di Universitas Negeri kota Purwokerto Jawa Tengah). Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh partisipasi anggaran dan job relevant information pada organisasi sektor publik. Hasil penelitian ini menunjukkan hasil yang berbeda dengan penelitian terdahulu, seperti Yusfaningrum dan Ghozali dalam hal kemampuan partisipasi anggaran mempengaruhi di dalam organisasi bisnis. Hal ini dapat dimengerti sebagai perbedaan kondisi yang terjadi dalam organisasi bisnisdengan organisasi sektor publik khususnya dalam hal prilaku. Partisipasi anggaran sektor publik memang memberikan
kesempatan
antara
atasan
/pemegang
kuasa
anggaran
dan
bawahan/pelaksana anggaranuntuk mengkomunikasikan rencana kegiatan selama beberapa periode ke depan, namun keterbukaan bawahan/pelaksana anggaran kepada
8
atasan/pemegang kuasa anggaran tentang seberapa dalam informasi yang dimiliki belum tentu menjadi proses partisipasi. Penelitian ini mengacu pada penelitian Ompusungo dan Bonowo (2006) dengan beberapa perbedaan diantaranya dengan menambahkan pengaruh decision influencing sehingga menjadi pengaruh partisipasi anggaran, job relevant information, decision influencing, dan informasi asimetri terhadap pembuatan APBD Provinsi NTB.
2.2
Pengertian Anggaran
Menurut Mulyadi (1993, h488) pengertian anggaran adalah suatu rencana kerja yang dinyatakan secara kuantitif yang diukur dalam satuan moneter standar dan satuan lain yang mencakup jangka waktu satu tahun. Menurut Hanson (1996) dalam Riyadi (2000, h 137) anggaran adalah: Suatu pernyataan formal yang dibuat oleh manajemen tentang rencanarencana yang akan dilakukan pada masa yang akan datang dalam suatu periode tertentu, dimana rencana tersebut akan digunakan sebagai pedoman dalam pelaksanaan kegiatan selama periode tersebut.
9
Alat penting untuk perencanaan dan pengendalian dalam suatu organisasi adalah anggaran. Anggaran juga merupakan rencana keuangan perusahaan yang digunakan sebagai pedoman untuk menilai kinerja (Schiff dan Lewin, 1970), alat untuk memotivasi kinerja para anggota organisasi (Chow dkk, 1988), alat koordinasi dan komunikasi antara pimpinan dengan bawahan dalam organisasi (Kenis, 1979), dan alat untuk mendelegasikan wewenang pimpinan kepada bawahan (Hofstede, 1968). Dari pengertian-pengertian di atas, dapat diperoleh makna bahwa anggaran berisi rencanarencana kerja, rencana keuangan yang berhubungan dengan aktivitas perusahaan dalam jangka waktu tertentu.
2.3
Kegunaan Anggaran
Penyusunan anggaran mempunyai empat tujuan utama, yaitu: (1) untuk menyesuaikan rencana strategis; (2) untuk membantu mengkoordinasikan aktivitas dari beberapa bagian organisasi; (3) untuk menugaskan tanggung jawab kepada manajer, untuk mengotorisasi jumlah yang berwenang untuk mereka gunakan, dan untuk menginformasikan kepada mereka mengenai kinerja yang diharapkan dari mereka, dan; (4) untuk memperoleh komitmen yang merupakan dasar untuk mengevaluasi kinerja aktual manajer. Anggaran sebaiknya menjadi cetak biru keuangan mengenai bagaimana perusahaan diharapkan untuk
10
beroperasi. Dan menurut Ikhsan dan Ishak (2005), ada beberapa fungsi anggaran : 1. Anggaran merupakan hasil akhir dari proses perencanaan perusahaan. Sebagai hasil negosiasi antara anggota organisasi yang dominan, anggaran mencerminkan konsensus organisasional mengenai tujuan operasi untuk masa depan. 2. Anggaran
merupakan
cetak
biru
perusahaan
untuk
bertindak,
yang
mencerminkan prioritas manajemen dalam alokasi sumber daya organisasi. 3. Anggaran
bertindak
sebagai
suatu
alat
komunikasi
internal
yang
menghubungkan beragam departemen atau divisi organisasi antara yang satu dengan yang lainnya dan dengan manajemen puncak. 4. Dengan menetapkan tujuan dalam kriteria kinerja yang dapat diukur anggaran berfungsi sebagai standar terhadap mana hasil operasi actual dapat dibandingkan. 5. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang memungkinkan manajemen untuk menemukan bidang-bidang yang menjadi kekuatan atau kelemahan perusahaan. 6. Anggaran mencoba untuk mempengaruhi dan memotivasi baik manajer maupun karyawan untuk terus bertindak dengan cara yang konsisten dengan operasi yang efektif dan efisien serta selaras dengan tujuan organisasi. Anggaran telah menjadi alat manajemen yang diterima untuk merencanakan dan mengendalikan aktivitas organisasi. Anggaran diterapkan dengan berbagai tingkatan kerumitan dan keberhasilan oleh banyak organisasi bisnis dan nirlaba.
2.4
Karakteristik Anggaran
11
Anggaran merupakan alat penting untuk perencanaan dan pengendalian jangka pendek yang efektif dalam organisasi. Suatu anggaran operasi biasanya meliputi waktu satu tahun dan menyatakan pendapatan dan beban yang direncanakan untuk satu tahun itu. Menurut Anthony dan Govindarajan (2005), anggaran mempunyai karakteristikkarakteristik sebagai berikut: 1. Anggaran mengestimasikan potensi laba dari unit bisnis tersebut. 2. Dinyatakan dalam istilah moneter, walaupun jumlah moneter mungkin didukung dengan jumlah nonmoneter (contoh: unit yang terjual ataudiproduksi) 3. Biasanya meliputi waktu selama satu tahun. Dalam bisnis-bisnis yangsangat dipengaruhi faktor-faktor musiman, mungkin ada dua anggaran pertahun-misalnya, perusahaan busana biasanya memiliki anggaran musimgugur dan anggaran musim semi. 4. Merupakan komitmen manajemen, yang berarti manajer setuju untuk menerima tanggung jawab atas pencapaian tujuan-tujuan anggaran. 5. Usulan anggaran disetujui dan ditinjau oleh pejabat yang lebih tinggi wewenangnya dari pembuat anggaran. 6. Setelah disetujui, anggaran hanya dapat diubah dalam kondisi-kondisi tertentu. 7.
Secara berkala, kinerja keuangan aktual dibandingkan dengan anggaran,dan
varians dianalisi serta dijelaskan. Suatu anggaran harus dapat memotivasi manajer dan karyawan untuk memenuhi sasaran yang telah ditetapkan dalam anggaran sehingga meningkatkan efektifitas anggaran. Oleh karena itu anggaran harus memperhatikan aspek perilaku manusia.
12
Kenis (1979) mengembangkan lima karakteristik anggaranyang memperhatikan perilaku manusia. Karakteristik tersebut adalah: 1. Budgetary Participation (partisipasi anggaran) Mengacu pada sejauh mana manajer berpartisipasi dalam menyusun anggaran dan mempengaruhi sasaran anggaran untuk pencapaian prestasinya. 2. Budget ary Goal Clarity (kejelasan sasaran anggaran) Mengacu pada sejauh mana sasaran anggaran dinyatakan secara jelas dan spesifik, juga dimengerti oleh para manajer yang bertugas mencapai sasaran anggaran. 3. Budgetary Feedback (umpan balik anggaran) Umpan balik tentang tingkat pencapaian sasaran anggaran adalah variable motivasi yang sangat penting. 4. Budgetary Evaluation (evaluasi anggaran) Evaluasi anggaran mengacu pada selisih anggaran yang ditelusuri ke manajer pusat pertanggung jawaban dan dipakai untuk mengevaluasi kinerja. 5. Budget Goal Difficulty (tingkat kesulitan sasaran anggaran) Sasaran anggaran yang sangat mudah dicapai tidak mencerminkan tantangan dan memiliki pengaruh motivasional yang rendah. Di lain sisi, sasaran yang sangat sulit untuk dicapai mengakibatkan perasaan gagal, frustasi, penolakan dan aspirasi yang rendah.
2.5
Jenis Anggaran
13
Terdapat
beberapa
jenis
anggaran
yang
diungkapkan
Anthony
dan
Govindarajan (2005), meliputi: a. Anggaran Operasi Adalah anggaran yang berisi pendapatan dan biaya-biaya dalam satu periode. b. Anggaran Modal Anggaran modal menyatakan proyek-proyek modal yang telah disetujui, ditambah jumlah sekaligus untuk proyek-proyek kecil yang tidak memerlukan persetujuan tingkat yang lebih tinggi. c. Anggaran Neraca Anggaran neraca menunjukkan implikasi neraca dari keputusan-keputusan yang tercakup dalam anggaran opersi maupun anggaran modal. d. Anggaran Laporan Arus Kas Anggaran laporan arus kas menunjukkan berapa banyak uang yang dibutuhkan selama tahun tersebut yang akan dipasok oleh laba ditahan dan berapa banyak, jika ada, yang harus diperoleh dari pinjaman atau dari sumber-sumber luar lainnya.
2.6
Proses Penyusunan Anggaran
Penyusunan anggaran dalam suatu organisasi biasanya dilakukan oleh departemen anggaran dan komite anggaran. Departemen anggaran menangani arus informasi dari sistem pengendalian anggaran. Komite anggaran yang terdiri dari anggota-anggota manajemen senior, meninjau dan menyetujui atau menyesuaikan
14
masing-masing anggaran. Komite anggaran juga harus menyetujui revisi anggaran besar yang dibuat selama satu tahun. Menurut Siegel dan Marcony dalam Asnawi (1997), ada tiga tahapan utama dalam proses penyusunan anggaran, yaitu: 1. Penetapan Tujuan Aktivitas perencanaan dimulai dengan menerjemahkan tujuan prganisasi yang luas ke dalam tujuan-tujuan aktivitas yang khusus.
2. Implementasi Pada
tahap
implementasi,
rencana
formal
tersebut
digunakan
untuk
mengkomunikasikan tujuan dan strategi organisasi, serta untuk memotivasi orang secara positif dalam organisasi. 3. Pengendalian dan Evaluasi Kinerja Setelah anggaran diimplementasikan, maka anggaran tersebut berfungsi sebagai elemen kunci dalam sistem pengendalian. Anggaran menjadi tolak ukur terhadap mana kinerja aktual dibandingkan dan berfungsi sebagai suatu dasar untuk melakukan manajemen berdasarkan pengecualian.
2.6
Partisipasi dalam Penyusunan Anggaran
2.6.1
Pengertian
15
Partisipasi dalam proses penyusunan anggaran dianggap sebagian orang sebagai obat mujarab untuk memenuhi kebutuhan akan harga diri dan aktualisasi dari para anggota organisasi. Partisipasi adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh dua bagian atau lebih pihak dimana keputusan tersebut akan memiliki dampak masa depan terhadap mereka yang membuatnya. Dengan kata lain, pekerja dan manajer tingkat bawah memiliki suara dalam proses manajemen. Partisipasi secara luas pada dasarnya merupakan proses organisasional, di mana para individual terlibat dan mempunyai pengaruh dalam pembuatan keputusan yang mempunyai pengaruh secara langsung terhadap para individu tersebut (Supomo dan Indriantoro, 1998). Dalam pengertian yang lebih luas, partisipasi merupakan inti dari proses demokratis dan oleh karena itu idaklah alamiah jika diterapkan dalam struktur organisasi yang otoriter. Dalam konteks yang lebih spesifik, partisipasi dalam penyusunan anggaran merupakan proses di mana para individu, yang kinerjanyya dievaluasi dan memperoleh penghargaan berdasarkan pencapaian target anggaran, terlibat dan mempunyai pengaruh dalam penyusunan target anggaran (Brownell, 1982). 2.6.2
Partisipasi dalam Proses Penyusunan Anggaran Hampir
semua
studi
mengenai
partisipasi
dalam
proses
manajemen
menyimpulkan bahwa partisipasi menguntungkan organisasi. Namun, Backer dan Green menemukan bahwa ketika hal tersebut diterapkan dalam situasi yang salah, partisipasi dapat menurunkan motivasi dan usaha karyawan untuk mencapai tujuan organisasi. Secara garis besar, penyusunan anggaran dibagi menjadi 3 kelompok, yaitu: 1. Top down approach (bersifat dari atas-ke-bawah)
16
Dalam penyusunan anggaran ini, manajemen senior menetapkan anggaran bagi tingkat yang lebih rendah sehingga pelaksana anggaran hanya melakukan apa saja yang telah disusun. Tapi pendekatan ini jarang berhasil karena mengarah kepada kurangnya komitmen dari sisi pembuat anggaran dan hal ini membahayakan keberhasilan rencana anggaran. 2. Bottom up approach (bersifat dari bawah-ke-atas) Pada bottom up approach, anggaran sepenuhnya disusun oleh bawahan dan selanjutnya diserahkan atasan untuk mendapatkan pengesahan. Dalam pendekatan ini, manajer tingkat yang lebih rendah berpartisipasi dalam menentukan besarnya anggaran. Pendekatan dari bawah ke atas dapat menciptakan komitmen untuk mencapai tujuan anggaran, tetapi apabila tidak dikendalikan dengan hati-hati dapat menghasilkan jumlah yang sangat mudah atau yang tidak sesuai dengan tujuan keseluruhan perusahaan. 3. Kombinasi top down dan bottom up Kombinasi antara kedua pendekatan inilah yang paking efektif. Pendekatan ini menekankan perlunya interaksi antara atasan dan bawahan secara bersama sama menetapkan anggaran yang terbaik bagi perusahaan. Partisipasi anggaran ini mempunyai dampak positif terhadap motivasi manajerial karena dua alasan: a. Mengarah pada komitmen pribadi yang lebih besar untuk mencapai cita-cita anggaran. b. Hasil penyusunan anggaran partisipatif adalah pertukaran informs yang lebih efektif. Pembuat anggaran mempunyai pemahaman yang lebih jelas mengenai pekerjaan mereka melalui interaksi dengan atasan selama fase peninjauan dan persetujuan.
17
2.6.3
Manfaat Partisipasi Salah satu manfaat dari partisipasi yang berhasil adalah bahwa partisipasi
menjadi terlibat secara emosi dan bukan hanya secara tugas dalam pekerjaan. Partisipasi dapat meningkatkan moral dan mendorong inisiatif yang lebih besar pada semua tingkatan manajemen. Rosidi (2000) dalam Wijayanti dan Solichatun (2005) menyatakan bahwa partisipasi penyusunan anggaran memiliki dua manfaat, yaitu : 1. Mengurangi ketimpangan informasi dalam organisasi 2. Menimbulkan komitmen yang lebih besar kepada para manajer untuk melaksanakan dan memenuhi anggaran. 2.6.3
Batasan dan Permasalahan dalam Partisipasi Dalam
kondisi
paling
ideal
sekalipun,
partisipasi
mempunyai
keterbatasanketerbatasan sendiri. (1) Proses partisipasi memberikan kekuasaan kepada para manajer untuk menetapkan isi dari anggaran mereka. Kekuasaan ini bisa disalah gunakan untuk hal-hal yang tidak menguntungkan bagi perusahaan. (2) Adanya beberapa perusahaan yang mengakui menggunakan penyusunan anggaran partisipatif tetapi
pada
kenyataan
tidak.
Hal
ini
disebut
dengan
partisipasi
semu
( pseudoparticipation). Kepura-puraan ini dapat membuat karyawan memandang proses tersebut sebagai “tipuan manajemn”. (3) Status dan pengaruh dalam suatu organisasi juga dapat menghambat partisipasi yang efektif. Top manajer yang lebih dominan atau memiliki status sosial yang lebih besar, akan merasa lebih mampu menyusun anggaran dibandingkan dengan tingkatan.
18
2.7
Informasi Asimetri
Asimetri informasi (information asymmetry)Yaitu suatu kondisi di mana ada ketidakseimbangan perolehan informasi antara pihak manajemen sebagai penyedia informasi ( prepaper ) dengan pihak pemegang saham dan stakeholder pada umumnya sebagai pengguna informasi (user ).
Menurut Scott (2000), terdapat dua macam asimetri informasi yaitu: 1.
Adverse selection, yaitu bahwa para manajer serta orang-orang dalam
lainnya biasanya mengetahui lebih banyak tentang keadaan dan prospek perusahaan dibandingkan investor pihak luar. Dan fakta yang mungkin dapat mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh pemegang saham tersebut tidak disampaikan informasinya kepada pemegang saham. 2.
Moral hazard, yaitu bahwa kegiatan yang dilakukan oleh seorang manajer
tidak seluruhnya diketahui oleh pemegang saham maupun pemberi pinjaman. Sehingga manajer dapat melakukan tindakan diluar pengetahuan pemegang saham yang melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak dilakukan. Adanya asimetri informasi memungkinkan adanya konflik yang terjadi
antara
principal dan agent untuk saling mencoba memanfatkan pihak lain untuk kepentingan sendiri. Eisenhardt (1989) mengemukakan tiga asumsi sifat dasar manusia yaitu: (1) manusia pada umunya mementingkan diri sendiri ( self interest ), (2) manusia memiliki daya pikir terbatas mengenai persepsi masa mendatang (bounded rationality), dan (3)
19
manusia selalu menghindari resiko (risk adverse). Berdasarkan asumsi sifat dasar manusia tersebut menyebabkan bahwa informasi yang dihasilkan manusia untuk manusia lain selalu dipertanyakan reliabilitasnya dan dapat dipercaya tidaknya informasi yang disampaikan.
2.7.1
Job relevant information
Literature-literatur akuntansi ( Baiman 1982, Baiman Damski 1980, Teasen dan Waterhouse 1985 dalam Kren 1992) mngidentifikasi dua tipe informasi dalam organisasi yaitu pengaruh keputusan (decision influencing) dan job relevant information. Job relevant information berhubungan dengan penilaian seberapa luas kemampuan manajer untuk menerima informasi yang dapat digunakan dalam pengambilan keputusan efektif yang juga digunakan digunakan untuk mengevaluasi alternative-alternatif keputusan yang penting (Locke et al, 1986 dalam Mulyasari dan Sugiri, 2005). Kemampuan manajer untuk menerima informasi adalah kemampuan untuk mendapatkan , mengubah, dan membagikan informasi kepada orang lain. Kren (1992) dalam penelitiannya tentang job relevant information (JRI), memahami job relevant information sebagai informasi yang memfasilitasi pembuatan keputusan yang berhubunga dengan tugas, Baiman (1982) dalam yusfaningrum (2005) menambahkan bahwa job relevant information membantu bawahan/pelaksan anggaran dalam meningkatkan pilihan tindakannya melalui informasi usaha yang berhasil denga
20
baik. Kondisi ini memberikan pemahaman yang lebih baik pada bawahan mengenai alternative keputusan dan tindakan yang perlu dilakukandalam mencapai tujuan. Early dalam Sumadiyah dan Susanta (2004)bahwa perencanaan dipengaruhi oleh informasi yang tersedia untuk individu. Tersedianya informasi yang berhubungan dengan tugas akan meningkatkan perencanaan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan. Job relevant information akan mendorong aktifitas perencanaan dan cara pendekatan yang digunakan terhadap tugas, serta membuat individu akan lebih terus berusaha dan lebih bersemangat mengerjakan tugas dibandingkan individu yang tidak memiliki job relevant information.
21
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian asosiatif. Pada penelitian asosiatif minimal terdapat dua variabel yang dihubungkan, jadi penelitian asosiatif merupakan suatu penelitian yan gmencari hubungan antara satu variabel dengan variabel yang lain (Sugiyono,2004) 3.2 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini adalah DPRD Provinsi NTB, dengan alas an sebagai berikut; 1.
Kemampuan peneliti yang dikaitkan dengan bidang ilmu yang diteliti.
2.
Lokasi penelitian yang mudah dijangkau oleh peneliti sehingga mudah memperoleh data yang dibutuhkan.
22
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi
Populasi (population) adalah sekelompok orang, kejadian atau segala sesuatu yang mempunyai karakteristik tertentu. (Indriantono dan supomo, 2002:115). Populasi dalam penelitian ini sejumlah 116 orang. 3.3.2 Sampel
Sampel (sample) adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang dimilliki oleh populasi (Sugiyono, 2004). Metode penellitian sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling. Menurut Sugiyono (2006:78) purposive sampling adalah teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (judgement sampling). Sampel dalam penelitian ini adalah 35 orang, Keterangan •
Pimpinan dan badan anggaran
Jumlah
Sampel
26
5
23
•
Badan musyawarah
19
5
•
Badan legislasi
15
5
•
Badan kehormatan
5
-
•
Komisi 1
11
5
13
5
13
5
14
5
116
35
•
•
•
Komisi 2
Komisi 3
Komisi 4
Total
Criteria pemilihan sampel
Anggota DPR yang berperan ketua dan sekertaris komisi atau bagian
Anggota DPR yang telah menjabat lebih dari dua tahun
3.4 Metode Pengumpulan Data
24
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah dengan mail survey yaitu melalui penyebaran kuesioner dan mendatangi langsung wilayah sampel dalam penelitian yang dapat dijangkau (Personally Administered Questionare). Bentuk kuesioner terdiri dari kuesioner dengan pertanyaan terkait (angket tersruktur).
3.5 Jenis dan Sumber Data
3.5.1 Jenis Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini; 1. Data kualitatif yaitu berupa informasi penting mengenai variabel-variabel terkait yang mempengaruhi dan dipengaruhi yang dinyatakan dalam bentuk kata, kalimat, dan gambar 2.
Data kuantitatif yaitu skor jawaban kuesioner dari responden yang dinyatakan dalam bentuk angka dan dapat diukur dengan satuan hitung
3.5.Sumber Data
25
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang bersumber dari jawaban responden atas beberapa jumlah pertanyaan tentang anggaran partisipatif, decision influencing, job relevant information, informasi asimetri. 3.6 Identifikasi Variabel
Dalam penelitian ini dapat diidentifikasi variable-variabel sebagai berikut a.Partisipasi anggaran b.Job relevant information c.Informasi asimetri d.Decision influencing
3.7
Klasifikasi Variabel
Berdasarkan hipotesis yang telah dirumuskan, maka variabel-variabel yang dianalisis dalam penelitian ini adalah: 1.
Variabel
bebas
(independent
variabel )
merupakan
variabel
yang
memepengaruhi atau yang menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2010:4). Dalam penelitian ini variabel bebasnya adalah anggaran partisipatif, decision influencing, job relevant information, dan informasi asimetri
26
2.
Variabel terikat (dependent variabel ) merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas (Sugiono, 2010:4). Dalam penelitian ini yang menjadi variabel terikat adalah Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah Provinsi NTB.
3.8
Definisi opresional variabel 1.
Anggaran partisipatif merupakan pendekatan anggaran yang berfokus
pada upaya untuk meningkatkan motivasi karyawan untuk mencapai tujuan organisasi. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variable ini diadopsi dari Fitri (2004) yang banyak digunakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Instrument penelitian ini menggunakan skala likert 1-5 dengan skor 1; sangat sedikit, 2; sedikit , 3 : netral , 4 : banyak, 5: sangat banyak. 2.
Job relevant information merupakan salah satu informasi yang
membantu atasan untuk memperbaiki pemilihan tindakannya melalui upaya yang diinformasikan dengan baik, baik yang bersumber dari lingkungan eksternal maupun internal perusahaan. Instrumen yang digunakan untuk mengukur variable ini diadopsi dari Kren (1992) yang banyak digunakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Instrument penelitian ini menggunakan skala likert 1-5 dengan skor 1; sangat sedikit, 2; sedikit , 3 : netral , 4 : banyak, 5: sangat banyak. 3.
Informasi asimetri adalah keadaan yang terjadi jika bawahan memiliki
informasi
yang
lebih
banyak
mengenai
aktivitas
organisasinya
dibandingkan dengan atasannya. Instrumen yang digunakan
untuk
27
mengukur variable ini diadopsi dari Dunk (1993) yang banyak digunakan oleh peneliti-peneliti sebelumnya. Instrument penelitian ini menggunakan skala likert 1-5 dengan skor 1; sangat sedikit, 2; sedikit , 3 : netral , 4 : banyak, 5: sangat banyak
3.8
PROSEDUR DAN ANALISIS DATA
Setelah kuesioner disebarkan dan terkumpul kembali, tahap selanjutnya adalah mengolah data yang diperoleh dan dianalisis dengan menggunakan beberapa metode berikut ini : i.
Uji Non Response Bias
Pengujian non respon bias dilakukan dengan melihat apakah ada perbedaan karakteristik sampel antara responden yang menjawab dan yang tidak memberikan jawaban (Indriantoro dan Supomo, 1999). Metode yang diterapkan penelitian ini adalah dengan mengelompokkan jawaban yang diterima ke dalam dua kelompok, yaitu : (1) kelompok awal (early response), dan (2) kelompok akhir (last response). Kelompok awal (early response) untuk kuesioner yang diterima kembali sejak awal hingga satu minggu setelah batas pengembalian. Sedangkan kelompok akhir (last response) untuk kuesioner yang diterima lebih dari satu minggu setelah batas pengembalian. Batas waktu (cut off ) pengembalian kuesioner yang ditentukan oleh peneliti adalah satu minggu. Pengujian respon bias ini menggunakan t-test, dengan Pvalue > 0.05 yang artinya sampel penelitian ini memenuhi syarat representasi populasi.
28
ii.
Uji Validitas
Uji validitas digunakan untuk mengukur sah atau valid tidaknya suatu kuesioner. Suatu kuesioner dikatakan valid jika pertanyaan pada kuesioner mampu untuk mengungkapkan sesuatu yang akan diukur oleh kuesioner tersebut (Ghozali, 2005: 45). Teknik pengujiannya menggunakan korelasi Product Moment dan Pearson dengan menggunakan tingkat signifikansi 5%, untuk mengetahui keeratan pengaruh antara variabel bebas dengan veriabel terikat. Caranya dengan mengkorelasikan antara skor item pertanyaan dengan skor total dengan menggunakan bantuan melalui program SPSS. Dengan kriteria apabila probabilitas kurang dari 0.05 atau apabila nilai total pearson correlation > 0.6 maka item tersebut valid.
iii.
Uji Reliabilitas
Menurut Ghozali (2005: 41) reliabilitas sebenarnya adalah alat ukur untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan indicator dari variabel atau konstruk. Suatu kuesioner dikatakan reliable atau handal jika jawaban seseorang terhadap pertanyaan adalah konsisten dari waktu ke waktu. Jawaban responden terhadap pertanyaan ini dikatakan reliable jika masing-masing pertanyaan hendak mengukur hal yang sama. Teknik pengujiannya menggunakan koefisien alpha cronbach, dengan taraf nyata 5%, hal ini perhitungannya juga menggunakan bantuan program SPSS.
29
Dengan kriteria jika koefisien korelasi lebih besar dari nilai kritis atau apabila nilai alpha cronbach > 0.6 maka item tersebut dinyatakan reliabel.
iv.
Uji Asumsi Klasik
Uji Asumsi Klasik dilakukan untuk mengetahui apakah model regresi yang dibuat dapat digunakan sebagai alat prediksi yang baik. Uji asumsi klasik yang akan dilakukan adalah :
a.
Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi, variabel terikat, variabel bebas, atau keduanya mempunyai distribusi normal atau tidak. Model regresi yang baik adalah memiliki distribusi data normal atau mendekati normal. Menurut Ghozali (2005: 110), uji normalitas dapat dilakukan dengan uji statistik Kolmogrof-Sminov. Kriteria pengujiannya adalah apabila angka signifikansi (SIG) > 0,05 maka data berdistribusi normal, sebaliknya apabila angka signifikansi (SIG) < 0,05 maka data tidak berdistribusi normal.
b.
Uji Heteroskedastisitas