BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi Anemia Aplastik Aplastik
Anemia aplastik adalah suatu sindroma kegagalan sumsum tulang yang ditandai dengan pansitopenia perifer dan hipoplasia sumsum tulang. 4 Pada anemia aplast aplastik ik terjadi terjadi penuru penurunan nan produk produksi si sel darah darah dari dari sumsum sumsum tulang tulang sehing sehingga ga menyebabka menyebabkan n retikulosito retikulositopenia, penia, anemia, anemia, granulosito granulositopenia, penia, monositop monositopenia enia dan trombositopenia.9 Istilah anemia aplastik sering juga digunakan untuk menjelaskan anemia refrakter atau bahkan pansitopenia oleh sebab apapun. Sinonim lain yang serin sering g digu diguna naka kan n anta antara ra lain lain hipo hiposi sitem temia ia prog progres ressif sif,, anem anemia ia arege aregene nera rati tif, f, aleuki aleukiahem ahemorag oragika ika,, panmy panmyelo elopti ptisis, sis, anemia anemia hipopl hipoplasti astik k dan anemi anemiaa parali paralitik tik toksik.1
2.2 Epidemiologi Anemia Aplastik
Ditemukan lebih dari !" anak#anak menderita anemia aplastik derajat berat pada saat didiagnosis. $idak ada perbedaan se%ara se%ar a bermakna antara laki dan perempuan, namun dalam beberapa penelitian insidens pada laki#laki lebih banyak banyak dibanding &anita. 1 Penya Penyakit kit ini termas termasuk uk penya penyakit kit yang yang jarang jarang dijump dijumpai ai di negara negara barat barat dengan dengan insiden 1#' per 1 juta pertahun. Insiden terjadinya terjadinya anemia aplastik atau hipo hipobl blast astik ik di (rop (ropaa dan dan Israe Israell adala adalah h dua dua kasu kasuss per per 1 juta juta popu popula lasi si seti setiap ap tahunnya. tahunnya. Distribusi Distribusi umur biasanya biphasik, biphasik, yang berarti pun%ak kejadianny kejadiannyaa pada remaja dan pun%ak kedua pada orang lanjut usia. usia. ',4 Anemia aplastik lebih sering terjadi di $imur )auh, dimana insiden kira# kira kasus persejuta penduduk di *ina, 4 kasus persejuta penduduk di $hailand dan + kasus persejuta penduduk di alaysia. Peningkatan insiden ini diperkirakan berhubungan dengan faktor lingkungan lingkungan seperti peningkatan paparan dengan bahan kimia toksik, dibandingkan dengan faktor genetik. -al ini terbukti dengan tidak ditemukan peningkatan insiden pada orang Asia yang tinggal di Amerika. aktor lingkungan mungkin infeksi /irus antara lain /irus hepatitis diduga memegang peranan penting4,+
'
2.3 Klasifikasi Anemia Aplastik
Anemia aplastik umumnya diklasifikasikan sebagai berikut0 A.lasifikasi menurut kausa20 1. Idiopatik 0 bila kausanya tidak diketahui3 ditemukan pada kira#kira +!" kasus. 2.Sekunder 0 bila kausanya diketahui. '.onstitusional 0 adanya kelainan DA yang dapat diturunkan, misalnya anemia an%oni 5.lasifikasi berdasarkan tingkat keparahan atau prognosis 6lihat tabel 17.
Tael 1. Klasifikasi anemia aplastik e!dasa!kan tingkat kepa!a"an. 3#$#1%
Anemia aplastik berat
# Seluraritas sumsum tulang 82+" atau 2+#+!" dengan 8'!" sel hematopoietik residu, dan # Dua dari tiga kriteria berikut 0
Anemia aplastik sangat berat
netrofil 8 !,+1!9:l
trombosit 82!1! 9 :l
retikulosit 8 2!1! 9 :l
Sama seperti anemia aplastik berat ke%uali netrofil 8!,21!9:l Pasien yang tidak memenuhi kriteria anemia
Anemia aplastik bukan berat
aplastik berat atau sangat berat3 dengan sumsum tulang yang hiposelular dan memenuhi dua dari tiga kriteria berikut 0 # netrofil 8 1,+1!9:l # trombosit 8 1!!1!9:l # hemoglobin 81! g:dl
2.& Etiologi Anemia Aplastik
Anemia aplastik sering diakibatkan oleh radiasi dan paparan bahan kimia.Akan tetapi, kebanyakan pasien penyebabnya adalah idiopatik, yang
4
berarti penyebabnya tidak diketahui.4,11 Anemia aplastik dapat juga terkait dengan infeksi /irus dan dengan penyakit lain 6$abel 27. Tael 2. Klasifikasi Etiologi Anemia aplastik. '#12
Anemia Aplastik yang Didapat 6A%;uired Aplasti% Anemia7 Anemia aplastik sekunder
5en=ene
loramfenikol
SAID Anti epileptik
(mas 5ahan#bahan kimia dan obat#obat lainya
>irus >irus (pstein#5arr 6mononukleosis infeksiosa7 >irus -epatitis 6hepatitis non#A, non#5, non#*, non#?7 Par/o/irus 6krisis aplastik sementara, pure red %ell aplasia7 -uman immunodefi%ien%y /irus 6sindroma immunodefisiensi yang didapat7 Penyakit#penyakit Imun (osinofilik fas%iitis
-ipoimunoglobulinemia $imoma dan %ar%inoma timus Penyakit graft#/ersus#host pada imunodefisiensi Paroksismal nokturnal hemoglobinuria
ehamilan Idiopathic aplastic anemia Anemia Aplatik yang diturunkan 6Inherited Aplasti% Anemia7 Anemia an%oni Diskeratosis kongenita +
Sindrom Sh&a%hman#Diamond Disgenesis reti%ular Amegakariositik trombositopenia Anemia aplastik familial Preleukemia 6monosomi , dan lain#lain.7 Sindroma nonhematologi 6Do&n, Dubo&it=, Se%kel7 2.( Patogenesis Anemia Aplastik
Pansitopeni dalam anemia aplasik atau hipoplastik menggambarkan kegagalan proses hematopoitik yang ditunjukkan dengan penurunan jumlah sel primitif hematopoetik. Dua mekanisme dijelaskan pada kegagalan sumsum tulang. ekanisme pertama adalah %edera hematopoetik langsung karena bahan kimia seperti benzen, obat, atau radiasi untuk proses proliferasi dan sel hematopoetik yang tidak bergerak. ekanisme kedua didukung oleh obser/asi klinik dan studi laboratorium , yaitu kegagalan sumsum tulang setelah graft versus host disease, eosinophilic fascitis, dan hepatitis. ekanisme idiopatik, asosiasi dengan kehamilan, dan beberapa kasus obat yang berasosiasi dengan anemia aplastik masih belum jelas tetapi dengan terperin%i melibatkan proses imunologik. Sel sitokin $ diperkirakan dapat bertindak sebagai faktor penghambat dalam sel hematopoetik dalam menyelesaikan produksi hematopoesis inhibiting cytokinasis seperti interferon @ dan tumor nekrosis factor α. Ada ' teori yang dapat m%nerangkan patofisiologi penyakit ini yaitu0 erusakan sel induk hematopoitik, erusakan lingkungan mikro sumsum tulang, Proses imunologik yang
menekan
hematopoisis.
eberadaan sel
induk
hematopoitik dapat diketahui le&at petanda sel yaitu *D '4, atau dengan biakan sel. Dalam biakan sel padanan sel induk hematopoitik dikenal sebagai longterm culture initiating cell 6B$*#I*7, long-term marrow culture 6B$*7, jumlah sel induk sangat menurun hingga 1#1! " dari normal. Demikian juga pengamatan pada cobble stone area forming cells jumlah sel induk sangat menurun. 5ukti klinis yang menyokong teori gangguan sel induk ini adalah keberhasilan transplantasi sumsum tulang pada !#C!" kasus. -al ini membuktikan bah&a dengan pemberian sel induk dari luar akan terjadi rekontruksi sumsum tulang pada pasien anemia aplastik.1
emampuan hidup dan daya proliferasi serta diferensiasi sel induk hematopoitik tergantung pada lingkungan mikro sumsum tulang yang terdiri dari sel stroma yang menghasilakan berbagai sitokin. Pada berbagi penelitian dijumpai bah&a sel sel stroma sumsum tulang pasien anemia aplastik tidak menunjukkan kelainan dan menghasilkan sitokin perangsang seprti ?#*S, ?#*S, %lan IB# dalam jumlah normal sedangkan sitokin penghambat seperti interferon γ, tumor necrosis factor α, protein macrophage inflammatory 1 dan transforming growth factor ! akan meningkat.sel stroma pasien anemia aplastik dapat menunjang pertumbuhan sel induk, tapi sel stroma normal tidak dapat menumbuhkan sel induk yang berasal dari pasien. 5erdasarkan temuan tersebut, teori kerusakan lingkingan mikro sumsum tulang sebagai penyebab mendasar anemia makin banyak ditinggalkan. 1 $erapi imunosupresif memberikan kesembuhan pada sebagian besar pasien anemia aplastik merupakan bukti meyakinkan tentang peran mekanisme imunologik dalam patofisiologi penyakit ini. Pemakaian gangguan sel induk dengan siklosporin atau metilprednisolon memberikan kesembuhan sekitar +" dengan ketahanan hidup jangka panjang menyamai hasil transplantasi sumsum tulang. eberhasilan imunosupesi ini sangat mendukung teori proses imunologik. $ransplantasi
sumsum
tulang
singeneik
oleh
karena
tiadanya
masalah
histokomptabilitas seharusnya tidak menimbulkan masalah rejeksi miskipun tanpa pemberian terapi conditioning menghasilkan remisi jangka panjang pada semua kasus. enyataan ini menunjukan bah&a pada anemia aplastik bukan saja terjadi kerusakan sel induk tetapi juga terjadi imunosupresi terhadap sel induk yang dapat dihilangkan dengan terapi conditioning.1
2.' )e*ala dan Peme!iksaan +isik Anemia Aplastik
Pada anemia aplastik terdapat pansitopenia sehingga keluhan dan gejala yang timbul adalah akibat dari pansitopenia tersebut. -ipoplasia eritropoietik akan menimbulkan anemia dimana timbul gejala#gejala anemia antara lain lemah, dyspnoe dEeffort, palpitasi %ordis, takikardi, pu%at dan lain#lain. Pengurangan elemen lekopoisis menyebabkan granulositopenia yang akan menyebabkan penderita menjadi peka terhadap infeksi sehingga mengakibatkan keluhan dan
gejala infeksi baik bersifat lokal maupun bersifat sistemik. $rombositopenia tentu dapat mengakibatkan pendarahan di kulit, selaput lendir atau pendarahan di organ# organ. Pada kebanyakan pasien, gejala a&al dari anemia aplastik yang sering dikeluhkan adalah anemia atau pendarahan, &alaupun demam atau infeksi kadang#kadang juga dikeluhkan. 1 Anemia aplastik mungkin asimtomatik dan ditemukan pada pemeriksaan rutin eluhan yang dapat ditemukan sangat ber/ariasi 6$abel '7. Pada tabel ' terlihat bah&a pendarahan, lemah badan dan pusing merupakan keluhan yang paling sering dikemukakan.
Tael 3. Kel,"an Pasien Anemia Apalastik 2
)enis eluhan Pendarahan
" C'
Bemah badan
C!
Pusing
9
)antung berdebar
'
Demam
''
afsu makan berkurang 29 Pu%at
2
Sesak nafas
2'
Penglihatan kabur
19
$elinga berdengung
1'
Pemeriksaan fisis pada pasien anemia aplastik pun sangat ber/ariasi. Pada tabel 4 terlihat bah&a pu%at ditemukan pada semua pasien yang diteliti sedangkan pendarahan ditemukan pada lebih dari setengah jumlah pasien. -epatomegali, yang sebabnya berma%am#ma%am ditemukan pada sebagian ke%il pasien sedangkan splenomegali tidak ditemukan pada satu kasus pun. Adanya splenomegali dan limfadenopati justru meragukan diagnosis. 2
Tael &. Peme!iksaan +isis pada Pasien Anemia Aplastik 2
)enis Pemeriksaan isik Pu%at
" 1!!
C
Pendarahan
'
ulit
'4
?usi
2
2!
-idung
Saluran %erna
2.- Diagnosa
>agina
'
Demam
1
-epatomegali
Splenomegali
!
3#$#1%
Diagnosa pasti ditegakkan berdasarkan pemeriksaan darah dan dan pemeriksaan sumsum tulang. Pada anemia aplastik ditemukan pansitopenia disertai sumsum tulang yang miskin selularitas dan kaya akan sel lemak sebagaimana yang telah dijelaskan sebelumnya. Pansitopenia dan hiposelularitas sumsum tulang tersebut dapat ber/ariasi sehingga membuat derajat anemia aplastik.
2. Peme!iksaan Pen,n*ang 2..1 Peme!iksaan lao!ato!i,m a. Peme!iksaan Da!a"
Pada stadium a&al penyakit, pansitopenia tidak selalu ditemukan. Anemia yang terjadi bersifat normokrom normositer, tidak disertai dengan tanda#tanda regenerasi. Adanya eritrosit muda atau leukosit muda dalam darah tepi menandakan bukan anemia aplastik. adang#kadang pula dapat ditemukan makrositosis, anisositosis, dan poikilositosis. 2 )umlah granulosit ditemukan rendah. Pemeriksaan hitung jenis sel darah putih menunjukkan penurunan jumlah neutrofil dan monosit. Bimfositosis relatif terdapat pada lebih dari +" kasus. )umlah neutrofil kurang dari +!!:mm ' dan trombosit kurang dari 2!.!!!:mm ' menandakan anemia aplastik berat. )umlah neutrofil kurang dari 2!!:mm ' menandakan anemia aplastik sangat berat. 2,9 )umlah trombosit berkurang se%ara kuantitias sedang se%ara kualitas normal. Perubahan kualitatif morfologi yang signifikan dari eritrosit, leukosit atau 9
trombosit bukan merupakan gambaran klasik anemia aplastik yang didapat 6ac"uired aplastic anemia7. Pada beberapa keadaan, pada mulanya hanya produksi satu jenis sel yang berkurang sehingga diagnosisnya menjadi red sel aplasia atau amegakariositik trombositopenia. Pada pasien seperti ini, lini produksi sel darah lain juga akan berkurang dalam beberapa hari sampai beberapa minggu sehingga diagnosis anemia aplastik dapat ditegakkan. 9 Baju endap darah biasanya meningkat. Faktu pendarahan biasanya memanjang
dan
begitu juga dengan &aktu
pembekuan
akibat adanya
trombositopenia. -emoglobin meningkat pada anemia aplastik anak dan mungkin ditemukan pada anemia aplastik konstitusional.2 Plasma darah biasanya mengandung
growth factor hematopoiesis,
termasuk erittropoietin, trombopoietin, dan faktor yang menstimulasi koloni myeloid. adar e serum biasanya meningkat dan klirens e memanjang dengan penurunan inkorporasi e ke eritrosit yang bersirkulasi. 9 . Peme!iksaan s,ms,m t,lang
Aspirasi sumsum tulang biasanya mengandung sejumlah spikula dengan daerah yang kosong, dipenuhi lemak dan relatif sedikit sel hematopoiesis. Bimfosit, sel plasma, makrofag dan sel mast mungkin menyolok dan hal ini lebih menunjukkan kekurangan sel#sel yang lain daripada menunjukkan peningkatan elemen#elemen ini. Pada kebanyakan kasus gambaran partikel yang ditemukan se&aktu aspirasi adalah hiposelular. Pada beberapa keadaan, beberapa spikula dapat ditemukan normoseluler atau bahkan hiperseluler, akan tetapi megakariosit rendah.9 5iopsi sumsum tulang dilakukan untuk penilaian selularitas baik se%ara kualitatif maupun kuantitatif. Semua spesimen anemia aplastik ditemukan gambaran hiposelular. Aspirasi dapat memberikan kesan hiposelular akibat kesalahan teknis 6misalnya terdilusi dengan darah perifer7, atau dapat terlihat hiperseluler karena area fokal residual hematopoiesis sehingga aspirasi sumsum tulang ulangan dan biopsi dianjurkan untuk mengklarifikasi diagnosis. 9,12 Suatu spesimen biopsi dianggap hiposeluler jika ditemukan kurang dari '!" sel pada indi/idu berumur kurang dari ! tahun atau jika kurang dari 2!" pada indi/idu yang berumur lebih dari ! tahun. C 1!
International Aplastic #tudy $roup mendefinisikan anemia aplastik berat bila selularitas sumsum tulang kurang dari 2+" atau kurang dari +!" dengan kurang dari '!" sel hematopoiesis terlihat pada sumsum tulang. 9
2..2 Peme!iksaan /adiologi
Pemeriksaan radiologis umumnya tidak dibutuhkan untuk menegakkan diagnosa anemia aplastik. Sur/ei skletelal khusunya berguna untuk sindrom kegagalan
sumsum tulang yang
diturunkan,
karena banyak diantaranya
memperlihatkan abnormalitas skeletal. Pada pemeriksaan
2.$ Diagnosa Banding
Diagnosis banding anemia yaitu dengan setiap kelainan yang ditandai dengan pansitopenia perifer. elainan yang paling sering mirip dengan anemia aplastik berat yaitu sindrom myelodisplastik dimana kurang lebih + sampai 1! persen kasus sindroma myelodisplasia tampak hipoplasia sumsum tulang. 5eberapa
%iri
dapat
membedakan
anemia
aplastik
dengan
sindrom
myelodisplastik yaitu pada myelodisplasia terdapat morfologi film darah yang abnormal 6misalnya poikilositosis, granulosit dengan anomali pseudo#Pelger# -Get7, prekursor eritroid sumsum tulang pada myelodisplasia menunjukkan gambaran disformik serta sideroblast yang patologis lebih sering ditemukan pada myelodisplasia daripada anemia aplastik. Selain itu, prekursor granulosit dapat berkurang atau terlihat granulasi abnormal dan megakariosit dapat menunjukkan lobulasi nukleus abnormal 6misalnya mikromegakariosit unilobuler7. 9,1' elainan seperti leukemia akut dapat dibedakan dengan anemia aplastik yaitu dengan adanya morfologi abnormal atau peningkatan dari sel blast atau dengan adanya sitogenetik abnormal pada sel sumsum tulang. Beukemia akut juga biasanya disertai limfadenopati, hepatosplenomegali, dan hipertrofi gusi.,14 -airy %ell leukemia sering salah diagnosa dengan anemia aplastik. -airy %ell leukemia dapat dibedakan dengan anemia aplastik dengan adanya splenomegali dan sel limfoid abnormal pada biopsi sumsum tulang. 14 Pansitopenia dengan normoselular
11
sumsum tulang biasanya disebabkan oleh sistemik lupus eritematosus 6SB(7, infeksi atau hipersplenisme. Selularitas sumsum tulang yang normoselular jelas membedakannya dengan anemia aplastik. 2.1% Te!api
anajemen a&al anemia aplastik berat yang terjadi pendarahan akibat trombositopenia
dan
infeksi
akibat
granulositopenia
dan
monositopenia
memerlukan tatalaksana untuk menghilangkan kondisi yang potensial mengan%am nya&a ini dan untuk memperbaiki keadaan pasien. Haitu menghentikan semua obat#obatan atau penggunaaan agen kimia yang diduga menjadi penyebab anemi aplastik. )ika Anemia dilakukan transfuse P<* bila terdapat anemia berat sesuai yang dibutuhkan. )ika terjadi pendarahan hebat hebat akibat trombositopenia diberikan tranfusi trombosit sesuai yang dibutuhkan. $indakan pen%egahan infeksi biala terdapat neutropenia berat. )ika ada infeksi lakukan kultur mikroorganisme, antibioti% spe%trum luas bila organism spesifik tidak dapat diidentifikasikan. 4 Se%ara gari besar terapi anemia apalstik : hipoplastik dibagi menjadi 4 yaitu terapi kausal, terapi suportif dan terapi untuk memperbaiki fungsi sumsum tulang, serta terapi definiti/e yang terdiri atas pemakaiaan anti-lymphocyte globulin, transplatasi sumsum tulang.
2.1%.1 Te!api Ka,sal
Adalah untuk menghilangkan agen penyebab. -indarkan pemaparan lebih lanjut terhadap agen penyebab yang diketahui, tetapi sering hal ini sulit dilakukan karena etiologinya yang tidak jelas atau penyebabnya tidak dapat dokoreksi 2
2.1%.2 Te!api s,po!tif
$erapi ini diberikan untuk mengatasi akibat pansitopenia engatasi Infeksi, untuk mengatasi infeksi anatara lain, menjaga hygiene mulut, identifikasi sumber infeksi, menghindarkan anak dari infeksi, sebaiknya anak diisolasikan dalam ruangan khusus yang su%i hamaJ
serta pemberian antibiotik yang tepat dan
adekuat. Sebelum ada hasil, biarkan pemberian antibiotik berspektrum luas yang dapat mengatasi kuman gram positif dan negatif. 5iasanya dipakai deri/at peni%illin semisintetik 6ampisilin7 dan gentamisin. Sekarang lebih sering dipakai 12
sefalosforin generasi ketiga. )ika hasil biakan sudah ada sesuaikan hasil dengan tes sensitifitas antibiotika. )ika dalam +# hari panas tidak turun maka pikirkan pada infeksi jamur. Disarankan untuk memberikan ampoteri%in 5 atau flukonasol parenteral. Pemberian obat antibiotik hendaknya yang tidak menyebabkan depresi sumsum tulang. 2,',1+ $ranfusi granulosit konsentrat. $erapi ini diberikan pada sepsis berat kuman gram negatif, dengan nitropenia berat yang tidak memberikan respon pada antibiotika adekuat. ?ranulosit konsentrat sangat sulit dibuat dan masa efektifnya sangat pendek.2 Ksaha untuk mengatasi anemia. 5erikan tranfusi pa%ked red %ell atau 6P<*7 jika hemoglobin 8 g:dl atau ada tanda payah jantung atau anemia yang sangat simtomatik. oreksi sampai -b 9"#1!" tidak perlu sampai -b normal, karena akan menekan eritropoesis internal. Pada penderita yang akan dipersiapkan untuk transplantasi sumsum tulang pemberian tranfusi harus lebih berhati#hati.2,',1 Ksaha untuk mengatasi pendarahan. 5erikan transfuse konsentrat trombosit jika terdapat pendarahan mayor atau jika trombosit kurang dari 2!.!!!:mm '. Pemberian trombosit berulang dapat menurunkan efektifitas trombosit karena timbulnya antibody anti#trombosit. ortikosteroid dapat mengurangi pendarahan kulit.2,'
2.1%.3 Te!api ,nt,k mempe!aiki s,ms,m t,lang.
5eberapa tindakan diba&ah ini diharapkan dapat merangsang pertumbuhan sumsum tulang. iskipun penelitian menunjukkan hasil yang tidak memuaskan. Anabolik steroid dapat diberikan oksimetolon atau stano=ol. Lksimetolon diberikan dalam dosis 2#' mg:kg 55:hari. (fek terapi tampak setelah #12 minggu. A&asi efek samping berupa firilisasi dan gangguan fungsi hati 2 ortikosteroid dosis rendah menengah. ungsi steroid dosis dosis rendah belum jelas. Ada yang memberikan prednisone !#1!! mg:hari. )ika dalam 4 minggu tidak ada respon sebaiknya dihentikan karena memberikan efek samping yang serius.2 ?ranulo%yte a%rophage M *olony Stimulating aktor 6?#*S7 atau ?ranulo%yte#*olony Stimulating a%tor ?#*S. $erapi ini dapat diberikan untuk meningkatkan jumlah neutrofil, tetapi harus diberikan terus menerus.
1'
(ritropoetin juga dapat diberikan untuk mengurangi kebutuhan tranfusi sel darah merah. akan tetapi neutropenia berat akibat anemia aplastik biasanya refrakter. Peningkatan neutrofil oleh stimulating faktor ini juga tidak bertahan lama. aktor#faktor pertumbuhan hematopoietik tidak boleh dipakai sebagai satu# satunya modalitas terapi anemia aplastik. ombinasi ?#*S dengan terapi imunosupresif telah digunakan untuk terapi penyelamatan pada kasus#kasus yang refrakter dan pemberiannya yang lama telah dikaitkan dengan pemulihan hitung darah pada beberapa pasien.2,4
2.1%.& Te!afi Definitif
$erapi yang dapat memberikan kesembuhan jangka panjang. $erapi definiti/e untuk anemia aplastik terdiridari 2 jenis yaitu terapi imunosupresif dan transplantasi sumsum tulang.1 $erapi imunosupresif. $erapi imunosufresif merupakan lini pertama dalam pilihan terapi definiti/e pada pasien tua dan pasien muda yang tidak menemukan donor yang %o%ok. $erdiri dari 6a7. pemberian anti lympho%yte globulin 0 Anti lymphocyte globulin 'A($) atau anti tympho%yte globulin 6A$?7 dapat menekan prosen imunologi. Al? mungkin juga bekerja melalui peningkatan pelepasan haemopoetic growth faktor sekitar 4!"#!" kasus member respon pada Al?, miskipun sebagai respon bersifat tidak komplit 6ada defek kualitatif dan kuantitatif7. Pemberian AB? merupakan pilihan utama untuk penderita anemia aplastik yang berumur diatas 4! tahun. 6b7. terapi imunosupresif lain 0 pemberian metilprednisolon dosis tinggi dengan atau siklosforin# A dilaporkan memberikan hasil pada beberapa kasus, tetapi masih memerlukan konfirmasi lebih lanjut. Indikasi pemberian terapi A$? dan AB? adalah0 Anemia aplastik bukan berat, pasien tidak mempunyai donor sumsum tulang yang %o%ok, Anemia aplastik berat yang berumur lebih dari 2! tahun dan pada saat pengobatan tidak terdapat infeksi atau pendarahan atau dengan granulosit dari 2!!:mm. ekanisme kerja A$? atau Al? belum diketahui se%ara pasti dan mungkin melalui koraksi terhadap destruksi $#cell immunomediated pada sel asal dan stimulasi langsung atau tidak langsung terhadap hemopoiesis. arena merupakan produk biologis, pada terapi A$? dapat terjadi reaksi ringan sampai berat sehingga selalu diberikan bersama#sama dengan
14
kortikosteroid. Siklosporin juga diberikan dan proses bekerjanya dengan menghambat akti/asi dan proliferasi preurosir limfosit sitotoksik.
2.'.4
$ransplantasi sumsum tulang. $ransplantasi sumsum tulang merupakan terapi definiti/e yang memberikan harapan kesembuhan, tetapi biayanya sangat mahal, memerlukan peralatan %anggih, serta adanya kesulitan men%ari donor yang %ompatible sehingga pilihan terapi terapi ini pada kasus anemia aplastik berat. $ransplantasi sumsum tulang merupakan pilihan untuk kasus yang berumur diba&ah 4! tahun, diberikan sikloforin#A untuk mengatsi graf versus host disease 6?/-D7, transplantasi sumsum tulang memberikan kesembuhan jangka panjang pada !"#!" kasus, dengan kesembuhan koplit. eningkatnya jumlah penderita yang tidak %o%okdengan pendonor terjadi pada kasus transplantasi sumsum tulang pada pasien yang lebih muda dari 4! tahun yang tidak mendafatkan donor yang %o%ok dari saudaranya. 1C
2.11 P!ognosis
Prognosis berhubungan dengan jumlah absolut netrofil dan trombosit. )umlah absolut netrofil lebih bernilai prognostik daripada yang lain. )umlah netrofil kurang dari +!!:l 6!,+1! 9:liter7 dipertimbangkan sebagai anemia aplastik berat dan jumlah netrofil kurang dari 2!!:l 6!,21! 9:liter7
dikaitkan dengan
respon buruk terhadap imunoterapi dan prognosis yang jelek bila transplantasi sumsum tulang allogenik tidak tersedia. Anak#anak memiliki respon yang lebih baik daripada orang de&asa. Anemia aplastik konstitusional merespon sementara terhadap androgen dan glukokortikoid akan tetapi biasanya fatal ke%uali pasien mendapatkan transplantasi sumsum tulang.9
1+