COUP DAN CONTRECOUP Pada cedera kepala (trauma kapitis), kerusakan otak dapat terjadi dalam dua tahap yaitu cedera primer dan cedera sekunder. Cedera primer merupakan cedera pada kepala sebagai akibat langsung dari suatu ruda paksa, dapat disebabkan oleh benturan langsung kepala dengan suatu benda keras maupun oleh proses akselerasi-deselerasi gerakan kepala (Gennarelli, 1996 dalam Israr dkk, 2009). Pada trauma kapitis, dapat timbul suatu lesi yang bisa berupa perdarahan pada permukaan otak yang berbentuk titik-titik besar dan kecil, tanpa kerusakan pada duramater, dan dinamakan lesi kontusio. Lesi kontusio di bawah area benturan disebut lesi kontusio “ coup”, di seberang area benturan tidak terdapat gaya kompresi, sehingga tidak terdapat lesi. Jika terdapat lesi, maka lesi tersebut dinamakan lesi kontusio “ countercoup” . Kepala tidak selalu mengalami akselerasi linear, bahkan akselerasi yang sering dialami oleh kepala akibat trauma kapitis adalah akselerasi rotatorik. Bagaimana caranya terjadi lesi pada akselerasi rotatorik adalah sukar untuk dijelaskan secara terinci. Tetapi faktanya ialah, bahwa akibat akselerasi linear dan rotatorik terdapat lesi kontusio coup, countercoup dan intermediate. Yang disebut lesi kontusio intermediate adalah lesi yang berada di antara lesi kontusio coup dan countrecoup ( Mardjono
dan Sidharta, 2008 ).
Akselerasi-deselerasi terjadi karena kepala bergerak dan berhenti secara mendadak dan kasar saat terjadi trauma. Perbedaan densitas antara tulang tengkorak (substansi solid) dan otak (substansi semi solid) menyebabkan tengkorak bergerak lebih cepat dari muatan intra kranialnya. Bergeraknya isi dalam tengkorak memaksa otak membentur permukaan dalam tengkorak pada tempat yang berlawanan dari benturan ( countrecoup ) (Hickey, 2003 dalam Israr dkk,2009). Kerusakan sekunder terhadap otak disebabkan oleh siklus pembengkakan dan iskemia otak yang menyebabkan timbulnya efek kaskade, yang efeknya merusak otak. Cedera sekunder terjadi dari beberapa menit hingga beberapa jam setelah cedera awal. Setiap kali jaringan saraf mengalami cedera, jaringan ini berespon dalam pola tertentu yang dapat diperkirakan, menyebabkan berubahnya kompartemen intrasel dan ekstrasel. Beberapa perubahan ini adalah dilepaskannya glutamin secara berlebihan, kelainan aliran kalsium, produksi laktat, dan perubahan pompa natrium pada dinding sel yang berperan dalam terjadinya kerusakan tambahan dan pembengkakan jaringan otak.
MEKANISME FRAKTUR LINIER Dasar biomekanika trauma adalah hukum Newton sebagai berikut: 1.
Hukum
Newton
I
(Insersia,
hukum
kelembaban):
suatu
benda
mempunyai
sifat
mempertahankan keadaannya, apabila benda itu sedang bergerak maka benda itu akan bergerak terus. 2. Hukum Newton II: apabila ada benda yang bekerja pada suatu benda, maka benda akan mengalami suatu percepatan yang arahnya sama dengan arah gaya. Fraktur linier merupakan retak biasa pada hubungan tulang dan tidak merubah hubungan dari kedua fragmen. Fraktur linier terjadi akibat adanya kontak-bentur pada kepala, sedangkan sedangkan peranan gerakan kepala dalam hal ini tidak ada peranan dari proses akselerasi dan guncangan lanjut. Fraktur jenis ini disebabkan oleh benturan suatu objek yang keras, di mana sebagian besar energi benturan tidak digunakan untuk menggerakkan kepala, namun cukup mampu untuk menimbulkan deformitas lokal pada kepala. Objek pembenturnya berukuran sedang, yakni dalam arti bahwa harus cukup luas (lima besar dari lima sentimeter persegi) sehingga tidak menembus tengkorak, tetapi juga tidak terlalu besar sehingga fenomena kontak yang terjadi tidak disebarkan secara luas di permukaan kepala. Biasanya mekanisme kejadiannya dapat
juga dibarengi dengan cedera akselerasi bila dilanjutkan dengan terjadinya pergerakan kepala setelah benturan.
PERDARAHAN PADA KEPALA Subgaleal Hematom Perdarahan subgaleal merupakan komplikasi serius pada neonatus akibat ekstraksi vakum. Perdarahan subgaleal terjadi karena ruptur vena-vena emisaria yaitu vena-venayang melewati foramen tengkorak dan mengalirkan
darah dari
sinus serebral ke pembuluh di
luar
tengkorak.Perdarahan subgaleal sering dikaitkan dengan perdarahanintrakranial dan atau sefalhematom. Perdarahan subgaleal sedang sampai berat terkaitdengan anemia, asidosis metabolik, kejang, syok, dan kematian.Komplikasi ini terjadikurang dari 1,0 – 3,8% pada ekstraksi vakum
Epidural Hematom Epidural hematom terletak di luar dura tetapi di dalam rongga tengkorak dan gambarannya berbentuk bikonveks atau menyerupai lensa cembung. Sering terletak di area temporal atau
temporo parietal yang biasanya disebabkan oleh robeknya arteri meningea media akibat fraktur tulang tengkorak.
Subdural Hematom Perdarahan subdural lebih sering terjadi daripada perdarahan epidural. Perdarahan ini terjadi akibat robeknya vena-vena kecil di permukaan korteks serebri. Perdarahan subdural biasanya menutupi seluruh permukaan hemisfer otak. Biasanya kerusakan otak lebih berat dan prognosisnya jauh lebih buruk dibandingkan perdarahan epidural.
Subarachnoid Hematom Biasanya berasal dari fokus kontusio/laserasi jaringan otak. Perdarahan ini juga bisa terjadi spontan pada sengatan matahari ( heat stroke), leukemia, tumor, keracunan CO, dan penyakit infeksi tertentu.
Intraserebral Hematom Perdarahan pada parenkim otak yang biasa terjadi akibat cedera langsung pada jaringan lunak otak. Sering ditemukan pada lobus frontal atau temporal.