BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang
Pemanfaatan sumber daya air untuk berbagai keperluan di satu pihak meningkat dari tahun ke tahun, sebagai dampak pertumbuhan penduduk dan pengembangan aktivitasnya. Dilain pihak ketersediaan sumber air semakin terbatas dan cenderung semakin langka terutama akibat penurunan kualitas lingkungan dan penurunan kualitas air akibat pencemaran. Apabila hal seperti ini tidak diantisipasi maka dikhawatirkan dapat menimbulkan ketegangan dan konflik akibat benturan kepentingan, manakala permintaan (demand ( demand ) tidak lagi seimbang dengan ketersediaan sumber daya air untuk pemenuhannya (supply ). ). Oleh karena itu perlu upaya secara proporsional dan seimbang antara pengembangan, pelestarian, dan pemanfaatan sumber daya air baik dilihat dari aspek teknis maupun aspek legal. Untuk memenuhi kebutuhan air yang terus meningkat diberbagai sektor maka diperlukan suatu perencanaan terpadu guna menentukan langkah dan tindakan yang harus harus dilakukan.
Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sumber Daya Air. Sesuai tingkat kewenangannya, pola pengelolaan sumber daya air untuk Wialayah Sungai Walanae - Cenranae ditetapkan oleh Menteri Pekerjaan Umum. Wilayah Sungai Walanae - Cenranae (WS Walanae - Cenranae) terletak di 9 (sembilan) Kabupaten yang tersebar di Provinsi Sulawesi Selatan, yaitu Kabupaten Bone, Kabupaten Soppeng, Kabupaten Wajo, Kabupaten Sidenreng Rappang (Sidrap), Kabupaten Luwu, Kabupaten Enrekang, Kabupaten Maros, Kabupaten Pinrang, dan Kabupaten Tana Toraja. Berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012 tentang Penetapan Wilayah Sungai, WS Walanae - Cenranae merupakan Wilayah Sungai Strategis Nasional yang pengelolaannya berada di bawah kewenangan Pemerintah Pusat melalui Balai Besar Wilayah Sungai Pompengan Jeneberang. Terdapat 39 (tiga puluh sembilan) Daerah Aliran Sungai (DAS) yang terdiri dari DAS utama adalah DAS Bila Walanae (65,22%), DAS Paremang (7,09%), DAS Siwa (5,54%), DAS Gilirang (4,31%), DAS Bajo (3,17%), selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 1.1. Selanjutnya pada Gambar 1.1 ditampilkan Peta WS Walanae - Cenranae.
Kode
Nama DAS
Luas (Km²)
(%)
Kode
Nama DAS
018
Bonepute
2.10
0.02
038
BilaWalanae
019
Batulappa
10.73
0.09
039
Matuju
020
Baubau
1.22
0.01
Total
Luas (Km²) 7777.00 138.27 11923.65
(%) 65.22 1.16 100.00
Sumber : Keputusan Presiden Republik Indonesia No mor 12 Tahun 2012, Tentang Penetapan Wilayah Sungai dan Hasil Analisis, Tahun 2013
Sumber: Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2012, Tentang Penetapan Wilayah Sungai
Gambar 1.1 Peta WS Walanae - Cenranae 4
1.2
Maksud, Tujuan Dan Sasaran dan Sasaran Penyusunan Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS Walanae - Cenranae
1.2.1 Maksud Maksud disusunnya Pola Pengelolaan Sumber Daya Air di WS Walanae - Cenranae adalah untuk menyusun kerangka dasar dalam pengelolaan sumber daya air di WS Walanae - Cenranae, yang memberikan arah pengelolaan dengan prinsip keterpaduan antara air permukaan dan air tanah, serta keseimbangan antara konservasi dan pendayagunaan sumber daya air, sehingga dapat menjamin terselenggaranya pengelolaan sumber daya air secara terpadu, terkoordinasi dan berkesinambungan dalam kurun waktu 20 tahun kedepan (2033). 1.2.2 Tujuan Tujuan disusunnya Pola Pengelolaan Sumber Daya Air WS Walanae - Cenranae secara umum adalah untuk menjamin terselenggaranya pengelolaan sumber daya air yang dapat memberikan manfaat sebesar-besarnya bagi kepentingan masyarakat dalam segala
2)
3) 4) 5)
Pendayagunaan sumber daya air di WS Walanae - Cenranae dengan memperhatikan kebijakan daerah, termasuk dalam penataan ruang wilayah. Pengendalian daya rusak air di WS Walanae - Cenranae. Pelaksanaan sistem informasi sumber daya air di WS Walanae Cenranae. Pemberdayaan dan peningkatan peran masyarakat, swasta dalam pengelolaan sumber daya air di WS Walanae - Cenranae.
Visi dan Misi Visi : Pengelolaan Sumber Daya Air di WS Walanae - Cenranae ini adalah ”Mampu Mengelola Sumber Daya Air Menuju Masyarakat Sejahtera di WS Walanae - Cenranae ”. Dalam visi tersebut termuat pengertian bahwa sumber daya air di WS Walanae – Cenranae merupakan faktor dasar yang bila dikelola dengan baik akan memberikan jaminan keberlanjutan bagi pertumbuhan ekonomi, sosial dan budaya masyarakat. Misi: dalam pola pengelolaan sumber daya air WS Walanae - Cenranae adalah: 1) Melakukan konservasi sumber daya air yang berkelanjutan di WS
850.000 penduduk atau rata-rata baru mencapai 45% dari total penduduk. Untuk waktu 20 tahun kedepannya penduduk WS Walanae - Cenranae diperkirakan mencapai 2,2 juta jiwa dengan kebutuhan air bersih 2,2 m3/dt. b.
Ketahanan Pangan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1996 tentang Pangan mendefinisikan keamanan pangan sebagai kondisi pemenuhan kebutuhan pokok pangan untuk setiap rumah tangga yang dicerminkan oleh ketersediaan pangan yang cukup dalam jumlah, mutu, aman, merata, dan terjangkau. Produksi beras di Provinsi Sulawesi Selatan pada Tahun 2012 ± 4,94 juta ton, atau sekitar 20% dari total produksi beras nasional. Sedangkan produksi beras dari WS Walanae – Cenranae pada Tahun 2012 ± 1,99 juta ton, atau sekitar 40,44% dari total produksi beras di Provinsi Sulawesi Selatan. Ini berarti, produksi beras di WS Walanae – Cenranae setara dengan ±8,09% dari total produksi beras nasional. Produksi tersebut didukung oleh jaringan irigasi fungsional ± 142.000 ha dari potensial 172.000 ha, dan sawah tadah hujan 53.000 ha. Karena itu produksi beras dari wilayah sungai ini masih berpotensi meningkat sampai dengan 1,5 juta ton beras bila didukung oleh peningkatan jaringan
tersebut baru sekitar 6% yang telah dikembangkan. Berdasarkan Masterplan P3EI, penambahan kebutuhan energi listrik di Indonesia hingga tahun 2025 diproyeksikan mencapai sekitar 90.000 MW (dalam kondisi beban puncak). Hal tersebut membuktikan bahwa kebutuhan energi listrik dari tahun ketahun semakin meningkat. Berdasarkan data Tahun 2008-2012, ketersediaan daya listrik Provinsi Sulawesi Selatan untuk kapasitas terpasang (eksisting) Tahun 2008 sebesar 479 MW dan Tahun 2012 sebesar 442 MW, dimana kapasitas yang dibutuhkan dari 960 MW Tahun 2008 menjadi 1.251 MW. Kebutuhan listrik masih didominasi di tingkat rumah tangga yang setiap tahunnya juga mengalami peningkatan dari 1.441 GWH Tahun 2008 menjadi 1.803 GWH. Total kebutuhan listrik di Provinsi Sulawesi Selatan pada Tahun 2012 mencapai 3.758 GWH. Tentu pada kondisi tersebut ikut menghambat pertumbuhan ekonomi. Kekurangan energi listrik berdampak juga pada sektor industri dalam mengembangkan kapasitas produksinya. Potensi Listrik Tenaga Air dalam WS. Walannae Cenranae relatif terbatas. Potensi yang dapat diandalkan di wilayah sungai ini hanya berasal dari pembangunan Waduk Walimpong dan Waduk Passeloreng sebesar kira-kira 20-30 MW. Jumlah tersebut sangat
misalnya ikan bungo, ikan biawang, dan ikan bete-bete serta burung lawase. Sungai-sungai yang masuk ke Danau Tempe juga digunakan sebagai tempat pembuangan limbah padat dan sampah baku. Karena itu danau dan sungai-sungai tersebut menjadi sangat tinggi kandungan bahan organiknya, sehingga proses pembusukan yang menghabiskan kandunga noksigen dalam air menyebabkan bahaya pada kehidupan di air yang rendah di danau. 3) Banjir dan Kekeringan Bencana banjir yang terjadi di WS Walanae – Cenranae merupakan kejadian rutin yang selalu dialami terutama di Kabupaten Wajo (sekitar danau Tempe), Kabupaten Bone (luapan sungai Cenranae), Kabupaten Sidenreng Rappang (luapan sungai Bila). Bencana banjir yang selalu terjadi di sepanjang aliran sungai mulai dari Danau Tempe hingga sungai Cenranae di bagian hilir seperti tersebut di atas merupakan permasalahan yang kompleks dan saling terkait (erosi – sedimentasi). 4) Ketersediaan, Kualitas, dan Pencemaran Permasalahan penyediaan air bersih yang terjadi saat ini lebih banyak disebabkan oleh masalah distribusi, efisiensi, kapasitas instalasi dan kualitas. Permasalahan utama pemanfaatan sumber
1. MDG’S untuk Penyediaan Air Minum a. Target pelayanan air perpipaan sebesar 69% (perkotaan) dan 54% (pedesaan) belum terpenuhi b. Dalam tahun 2012 tercapai 63% (perkotaan) 34% (pedesaan)
3. Ketahanan Pangan Beras Provinsi Sulawesi Selatan mencapai 3,5 jt ton (termasuk lk 40% dari WS. Walanae – Cenranae), 2 jt ton diantaranya untuk mendukung cadangan beras nasional
2. Perubahan Iklim a. Danau Tempe salah satu dari 5 Danau penanganan prioritas nasional b. Kenaikan muka air laut menimbulkan ancaman banjir pada sebagian Kws. dataran rendah seperti Danau Tempe dan sekitarnya, pusat permukiman (Kab. Wajo dan dan Bone)
4. Ketahanan Energi Kebutuhan energi listrik di Provinsi Sulsel tahun 2010, ketersediaan 541 MW, kebutuhan 728 MW. Awal 2013 mulai baik: PLTG Sengkang 180, Poso 200 MW. Tetapi pertumbuhan ekonomi 8% menjadi tantangan
Gambar 1.2 Peta Isu Strategis Nasional WS Walanae - Cenranae
10
1. Banjir dan Kekeringan a. Luas daerah rawan banjir sebesar 50-100 Km2 dengan kerugian besar. Banjir 2002 Rp. 130 Milyar. b. Luas Danau Tempe pada elevasi +5,5 sebesar 151 Km2 dan di musim kemarau dengan elevasi +3,5 luasnya menjadi 22 Km2 dgn kedalaman 30-50 cm
2. Irigasi Pompa Pengendalian tinggi muka air Danau Tempe dan pengembangan areal bantaran seluas 20.000 ha dengan irigasi pompa
3. Air Baku Pedesaan Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan mencanangkan 1.000 kantong air untuk membantu penyediaan air baku di pedesaan termasuk di WS Walanae - Cenranae
4. Pengembangan Perikanan Air Tawar Danau Tempe Produksi ikan air tawar yang pernah dicapai 30.000 ton/th. Produksi th 2006 hanya sebesar 11.000 ton
5. Intrusi Air Laut 15 Km dari muara Sungai Cenranae
Gambar 1.3 Peta Isu Strategis Lokal WS Walanae - Cenranae
11