BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah. Asfi Asfiks ksia ia neon neonat ator orum um meru merupa paka kan n masa masala lah h pada pada bay bayi baru baru lahi lahirr yang ang
menyebabkan meningkatnya angka mortalitas dan morbiditas pada bayi baru lahir (neonatus). Dari tahun 1990-2012, angka kematian neonatal dunia turun dari dari per per 1000 1000 kela kelahir hiran an,, men!a men!adi di 21 per per 1000 1000 kela kelahi hira ran n atau atau ter!a ter!adi di penurunan kematian neonatal dari ",# !uta di tahun 1990 men!adi 2,9 !uta pada tahu tahun n 2012 2012.. $enu $enuru rutt data data %&' %&'* * ter!a ter!adi di penu penuru runa nan n angk angkaa kema kemati tian an neonata neonatall di Asia +elata +elatan n yaitu yaitu dari dari 1 per 1000 1000 kelahi kelahiran ran ditahu ditahun n 1990 1990 men!adi men!adi 2 per 1000 1000 kelahi kelahiran ran ditahu ditahun n 2012, 2012, atau mengal mengalami ami penuru penurunan nan sekitar 9.1 erdasarkan riskesdas tahun 200/ angka kematian bayi baru lahir terbanyak terbanyak disebabkan disebabkan oleh gangguan gangguan pernapasan pernapasanrespiratory respiratory disorders (,9), prematuritas (2,") dan sepsis neonatorum (12.0). 2 'ndone 'nd onesia sia tel telah ah mela melakuk kukan an upay upayaa yan yang g lebi lebih h bai baik k dal dalam am men menuru urunka nkan n angka ang ka kem kematia atian n pad padaa neo neonat natus, us, $enurut +urei esehatan dan Demografi 'ndonesia (+D') tahun 1991 angka kematian neonatus sebanyak 2 per 1000 kelahir kelahiran, an, tahun tahun 199
0 per 1000 kelahir kelahiran, an, tahun tahun 1999 2# per 1000 1000
kelahiran, tahun 200 200 sebanyak 20 per 1000 kelahiran, tahun 200/ sebanyak 19 per 1000 kelahiran dan tahun 2012 sebanyak 19 per 1000 kelahiran. 3ahun 1990-an menun!ukkan perkembangan tetap dalam penurunan angka kematian bayi baru lahir. Akan tetapi, dalam beberapa tahun terakhir, penurunan angka
1
kematian kematia n neona neonatal tal tampa tampaknya knya terhenti. 4ika keadaa keadaan n ini berlan berlan!ut, !ut, 'ndonesia mungkin tidak dapat men5apai target $D6s yaitu penurunan angka kematian neonatus (A&) men!adi 1" per 1000 kelahiran hidup yang harus di5apai pada tahun 201. 7ada tahun 2012 Angka kematian neonatus tertinggi di 'ndonesia diduduki oleh $aluku $aluku %tara dan 7apua arat dengan !umlah kematian kematian / dan neonatus per 1000 kelahiran. Angka Angka ke!adi ke!adian an asfiksia asfiksia di &egara &egara ma!u ma!u berkis berkisar ar antara antara 1-1, 1-1, dan berhubungan dengan masa gestasi dan berat lahir. +edangkan di &egara berkembang angka ke!adian asfiksia lebih tinggi dibandingkan di &egara ma!u, karena pelayanan antenatal yang masih kurang memadai. " Di 'ndonesia angka ke!adian asfiksia di 8umah +akit propinsi 4aa arat ialah 2,2, dan angka angka kematia kematian n karena karena asfiksi asfiksiaa di rumah rumah sakit sakit pusat pusat ru!uka ru!ukan n propin propinsi si di 'ndonesia sebesar "1,9". $elihat kenyataan dalam beberapa tahun belakangan ini, maka hal ini men!adi men!adi dasar bagi penulis penulis untuk menuangka menuangkannya nnya dalam karya tulis ilmiah yang ber!udul :arakteristik :arakteristik asfiksia neonatorum di 8uang 7eraatan 7eraatan ayi aru aru ;ahir ;ahir 8umah 8umah +akit +akit %mum %mum Daerah Daerah 4ayapu 4ayapura ra period periodee 4anuari 4anuari 201201Desember 201<.
1.1 Rumusan Rumusan Masalah Masalah erdasarkan uraian diatas maka rumusan masalah penelitian adalah sebagai
berikut = agaimana agaimana karakteristik karakteristik asfiksia asfiksia neonatorum neonatorum di 8uang 7eraatan 7eraatan ayi aru aru ;ahir ;ahir 8umah 8umah +akit +akit %mum %mum Daerah Daerah 4ayapu 4ayapura ra period periodee 4anuar 4anuarii 201201Desember 201>
2
1.2 Tu Tujuan juan Penelitian. 1.2.1 3u!ua !uan %m %mum. %ntuk mengetahui karakteristik asfiksia neonatorum di 8uang 7eraatan ayi
aru aru ;ahir ;ahir 8umah 8umah +akit +akit %mum %mum Daerah Daerah 4ayapu 4ayapura ra period periodee 4anuar 4anuarii 201201Desember 201. 1.2 1.2.2 3u!uan !uan husu husus. s. 1. %ntuk %ntuk mengetahu mengetahuii karakt karakteri eristik stik asfiksia asfiksia neonat neonatoru orum m berdas berdasark arkan an bayi bayi yang mengalami kematian. 2. %ntuk %ntuk menget mengetahu ahuii karakt karakteris eristik tik asfiksia asfiksia neonat neonatoru orum m berdas berdasark arkan an !enis !enis kelamin. . %ntuk %ntuk mengeta mengetahui hui karakteri karakteristik stik asfiksia asfiksia neonat neonatoru orum m berdasa berdasarka rkan n faktor faktor risiko bayi. ". %ntuk %ntuk mengeta mengetahui hui karakteri karakteristik stik asfiksia asfiksia neonat neonatoru orum m berdasa berdasarka rkan n faktor faktor risiko ibu. . %ntuk %ntuk mengeta mengetahui hui karakteri karakteristik stik asfiksia asfiksia neonat neonatoru orum m berdasa berdasarka rkan n faktor faktor risiko pada saat persalinan. 1. Man!aat Man!aat Penelitian. Penelitian. 1. agi instansi instansi atau atau lembaga lembaga pemerintah pemerintah,, diharapkan diharapkan dapat dapat di!adikan di!adikan sebagai sebagai masuka masukan n dan bahan bahan pertim pertimban bangan gan dalam dalam upaya upaya penyu penyuluh luhan an sehing sehingga ga dapat mengurangi faktor resiko ter!adinya asfiksia neonatorum. 2. agi agi masy masyar arak akat at,, diha dihara rapk pkan an dapa dapatt di!a di!adi dika kan n tamb tambah ahan an info inform rmas asii khususnya bagi ibu guna menurunkan angka kematian bayi akibat asfiksia neonatorum. . agi agi instit institusi usi pendidi pendidikan kan,, sebagai sebagai tambaha tambahan n referen referensi si ilmu ilmu pendid pendidika ikan n di fakultas kedokteran %niersitas enderaasih. ". agi agi penuli penulis, s, sebagai sebagai tambaha tambahan n ilmu ilmu penget pengetahu ahuan an tentan tentang g karakte karakterist ristik ik beserta faktor risiko penyebab ter!adinya asfiksia neonatorum serta men!adikan penulis memiliki kemampuan untuk meneliti.
3
BAB II TIN"AUAN PU#TA$A
2.1 De!in De!inisi isi.. Asfiksia berasal dari istilah yunani sphy?ein yang berarti :penghentian denyut
nadi< kondisi ini disebabkan oleh kurangnya oksigen, hingga menyebabkan hipoks hipoksia ia dan hiperk hiperkapn apnia. ia.# 4ika 4ika kead keadaa aan n ini ini teru teruss berl berlan an!u !utt maka maka akan akan menyebabkan menyebabkan hipoksemia hipoksemia yang progresif dan hiperkapni hiperkapniaa dengan dengan asidosis asidosis metabolik ./ Asfiksia perinatal adalah suatu stres pada !anin atau bayi bayi baru lahir karena kurang tersedianya oksigen dan atau kurangnya perfusi ke berbagai organ. +e5ara +e5ara klinis klinis tampak tampak baha baha bayi bayi tidak tidak dapat dapat bernaf bernafas as se5ara se5ara sponta spontan n dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir. Dampak dari asfiksia
4
tersebut adalah hipoksia, hiperkarbia dan asidemia yang selan!utnya akan meningkatkan pemakaian sumber energi dan mengganggu sirkulasi bayi. " $enurut American Academic of pediatricians (AA7) dan American College of Obstetricians and Gynaecologist (A@6) tahun 200" asfiksia perinatal pada seorang bayi menun!ukan karakteristik sebagai berikut =, 1. Asidosis metabolik atau 5ampuran (metabolik dan respiratorik) yang !elas yaitu pB C/, pada sampel darah yang diambil dari umbilikal. 2. &ilai Apgar 0- pada menit ke . . $anifestasi neorologi yang ter!adi segera seperti ke!ang, hipotonia, koma atau hipoksis iskemik enselopatia (B'). ". 3er!adi disfungsi sistim multiorgan. 2.2 %akt&r Risik&. 7aru-paru bayi baru lahir mengalami pengembangan pada menit-menit pertama
kelahiran dan kemudian disusul dengan pernafasan yang teratur, ada banyak rangsangan untuk menimbulkan pernafasan pada menit-menit pertama sesudah kelahiran seperti penurunan 7@ 2 dan pB, serta peningkatan 7@ 2 akibat adanya gangguan pada sirkulasi plasenta, redistribusi 5urah !antung setelah tali pusat di klem, penurunan suhu tubuh dan berbagai rangsangan taktil. &amun !ika ter!adi gangguan pertukaran gas atau perfusi oksigen dari ibu ke !anin maka akan memi5u ter!adinya asfiksia !anin atau neonatus. 6angguan tersebut dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan, atau segera setelah persalinan. egagalan pernafasan pada bayi yang menyebabkan kekurangan oksigen yang menyeluruh (hipoksia) disebabkan oleh beberapa faktor yaitu = 1. @ksigenasi yang tidak men5ukupi akibat hipoentilasi selama anastesi saat persalinan, penyakit !antung sianosis, gagal pernafasan atau kera5unan karbon monoksida.
5
2. 3ekanan darah ibu yang rendah akibat hipotensi, yang dapat merupakan komplikasi anastesi spinal atau akibat kompresi ena 5aa, dan aorta pada uterus graida. . 8elaksasi uterus tidak 5ukup memberikan pengisian plasenta akibat adanya tetani uterus, yang disebabkan oleh pemberian oksitosin yang berlebihan. ". 7emisahan plasenta prematur. . +irkulasi darah melalui tali pusat terhalang akibat adanya kompresi atau pembentukan simpul pada tali pusat. #. 'nsufisiensi plasenta karena beberapa sebab seperti toksemia. /. asokonstriksi pembuluh darah uterus oleh kokain. Bipoksia yang ter!adi sesudah lahir, dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut= 1. Anemia yang 5ukup berat, hingga menurunkan kandungan oksigen darah ke tingkat kritis akibat perdarahan berat atau penyakit hemolitik. 2. +yok 5ukup berat, hingga mengganggu pengangkutan oksigen ke sel-sel ital, akibat perdarahan intraentrikular, infeksi yang berlebihan atau kehilangan darah masif. . urangnya saturasi oksigen arteri disebabkan gagal ter!adinya pernafasan yanng adekuat pas5a-lahir, akibat 5a5at dan !e!as pada otak. ". egagalan oksigenasi se!umlah darah yang adekuat akibat adanya bentuk penyakit !antung konginetal sianosis atau defisiensi fungsi paru yang berat.
6
$enilai faktor risiko ter!adi asfiksia sangatlah penting agar persiapan resusitasi dapat dipersiapkan sebelumnya. *aktor risiko ter!adinya asfiksia terbagi men!adi faktor risiko antepartum dan faktor risiko intrapartum. 1. *aktor risiko antepartum = Diabetes pada ibu, hipertensi dalam kehamilan, hipertensi kronik, anemia !anin, riayat kematian !anin, perdarahan pada trimester ke-2 dan ke-, infeksi ibu, ibu dengan penyakit (!antung, paru, gin!al, tiroid, atau kelainan neurologi), polihidroamnion, oligohidroamnion, ketuban pe5ah dini, kehamilan leat aktu, kehamilan ganda, berat !anin tidak sesuai masa kehamilan, ibu penguna obat bius, malformasi atau anomali !anin, tanpa pemeriksaan antenatal, usia ibu C20 atau Etahun. a. 7re-eklamsia. 7re-eklamsia yaitu sindrom khusus kehamilan yang dapat mengenai setiap sistem organ. 7re-eklamsia dengan tekanan darah 1"0mmBg (sistole) dan 90mmBg (diastole) di sertai dengan proteinuria E00mg dalam 2"!am, kreatinin urin F0, atau terdapatnya protein sebanyak mgdl dalam sampel a5ak urin se5ara menetap.9 erbagai penyebab ter!adinya preeklamsia merupakan gabungan dari berbagai faktor seperti faktor ibu, plasenta maupun !anin seperti inasi trofoblast yang abnormal, gangguan keseimbangan adaptasi imunologis antara ibu, ayah dan !anin, serta faktor genetik !uga memperngaruhi ke!adian pre-eklamsia. eberapa penyebab
7
tersebut
menyebabkan
menimbulkan
tidak
!e!as
endotel
seimbangnya
kadar
yang
kemudian
asokonstriktor
(endotelin, tromboksan, angiotensin, dll), kadar asodilator (nitrikoksida, prostaksiklin, dll) dan faktor pembekuan darah, yang dapat menyebabkan asospasme arteriol. asospasme menyebabkan berbagai ma5am perubahan dalam berbagai organ seperti kardiaskuler (hipertensi), nekrosis plasenta yang menyebabkan hambatan pertumbuhan !anin, gaat !anin dan solutio plasenta. $enurut &ess dan 8oberts (199#) ada 2 tahap untuk men!elaskan ter!adinya pre-eklamsia yaitu pada tahap-1 (tahap pre-klinik) kegagalan inasi trofoblas sehingga ter!adi kegagalan remodeling arteri spiralis atau arteri uterina yang menyebabkan asospasme dan hipoksia. 3ahap-2 disebut dengan tahap klinik yang disebabkan oleh stres oksidatif dan pelepasan faktor plasenta kedalam sirkulasi darah ibu yang menyebabkan respon sistemik dan aktiasi endotel. 12 b. etuban pe5ah dini. etuban pe5ah dini adalah pe5ahnya selaput ketuban sebelum aktunya tanpa disertai tanda inpartu dan setelah satu !am tetap tidak diikuti dengan proses inpartu sebagaimana mestinya. ketuban pe5ah dini selain dapat menyebabkan infeksi !uga dapat mempengaruhi ter!adinya asfiksia akibat ter!adinya prolapsus funi5ulli yaitu tali pusat tertekan diantara kepala bayi dan panggul sehingga ter!adi kompresi yang
8
menyebabkan an5aman penghentian perfusi fetoplasenta. 'nfeksi, atonia uteri, perdarahan post partum, asfiksia dan 'ntra %terine *etal Dead ('%*D) merupakan an5aman apabila ketuban pe5ah dini tidak segera ditangani.
7ernafasan
spontan ; tergantung pada kondisi !anin pada masa kehamilan dan persalinan. ila terdapat gangguan pertukaran gas atau pengangkutan @2 selama kehamilan atau persalinan akan ter!adi asfiksia yang lebih berat. eadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian.11 5. erat !anin tidak sesuai dengan masa kehamilan. erat badan lahir kurang dari berat badan seharusnya untuk masa kehamilan dapat disebabkan oleh ter!adinya retardasi intrauterin 'ntrauterine 6roth 8etardation '%68). '%68 dihubungkan dengan keadaan medis yang menggagu seperti sirkulasi
dan
efisiensi
plasenta,
perkembangan
atau
pertumbuhan !anin, kesehatan umum dan nutrisi ibu. '%68 !uga merupakan respon !anin normal terhadap hilangnya nutrisi atau oksigenasi yang kurang adekuat. ayi '%68 dapat mengalami
berbagai
masalah
seperti
kematian
!anin
intrauterin, asfiksia perinatal, dan hipoglikemi. d. ehamilan ganda. ehamilan ganda dapat didiagnosa dengan ukuran uterus yang lebih besar dari usia kehamilan, terdengar dua !antung !anin, dan kenaikan kadar G-feto-protein serum ibu atau kadar
9
B6,
serta
dapat
di
pastikan
dengan
pemeriksaan
ultrasonografi. +ebagian besar kembar dilahirkan prematur, dan komplikasi pada ibu akibat kehamilan ini lebih sering dari pada
kehamilan
tunggal,
pada
kembar
monoamniotik
memiliki kemungkinan lebih tinggi ter!erat tali pusat yang dapat menyebabkan asfiksia. +e5ara teoritis kembaran yang kedua lebih sering mengalami hipoksia dari pada yang pertama dikarenakan plasenta dapat terlepas sesudah kelahiran pertama dan sebelum kelahiran kedua, kemudian kelahiran bayi kedua bisa sangat sukar dikarenakan presentasi yang abnormal, tonus uterus yang menurun, atau seriks mulai menutup pas5a kelahiran kembar pertama. e. %sia ibu C20tahun atau Etahun. %sia ibu C20 tahun atau E tahun merupakan usia ibu dengan faktor resiko tinggi berperan dalam meningkatnya angka ke!adian asfiksia neonatorum dikarenakan, ibu yang baru melahirkan pertama kalinya dengan usia C20tahun
lebih
sering ditemukan mengalami komplikasi selama kehamilan seperti toksemia graidarum yang nantinya akan berefek kepada kondisi bayi saat dilahirkan. +edangkan ibu dengan usia Etahun berkemungkinan mengalami penyulit seperti his lemah, persalinan yang berlangsung lama, dan penurunan kondisi uterus
yang menyebabkan timbulnya
10
kelainan
plasenta, semua ini !uga nantinya akan berpengaruh kepada keadaan bayi yang dilahirkan. 12 f. 7aritas. 7aritas adalah !umlah anak yang pernah dilahrkan oleh seorang anita baik hidup maupun meninggal. 7aritas yang tinggi memungkinkan ter!adinya penyulit kehamilan dan persalinan yang dapat menyebabkan terganggunya transport @2 dari ibu ke !anin yang akan menyebabkan asfiksia pada bayi baru lahir.1 2. *aktor risiko intrapartum = seksio sesaria darurat, kelainan dengan ektrasi for5ep atau fakum, presentasi abnormal, kelahiran kurang bulan, partus presipitatus, khorioamnionitis, ketuban pe5ah lama, partus lama, kala dua lama E2!am, makrosomia, frekuansi !antung !anin tidak beraturan, penggunaan anastesi umum, hiperstimulasi uterus, air ketuban ber5ampur mekonium, prolaps tali pusat, solutio plasenta, plasenta preia dan perdarahan intrapartum. a. 7resentasi !anin abnormal. 7resentasi ialah apa yang men!adi bagian terendah anak yang dapat diraba melalui pemeriksaan dalam. 7resentasi abnormal terdiri dari letak lintang, letak bokong (sungsang), dan letak muka. 7ada letak sungsang setelah pusat lahir kepala anak mulai masuk ke dalam rongga panggul sehingga tali pusat tertekan antara kepala dan dinding panggul, pada saat ini kepala (after coming head) harus lahir dalam menit karena akan menyebabkan hipoksia !anin. +edangkan pada letak
11
lintang faktor-faktor yang menyebabkan ter!adinya asfiksia adalah sering ter!adinya tali pusat menumbung serta trauma akibat ersi dan ekstrasi saat persalinan.10 b. elahiran kurang bulan. elahiran kurang bulan atau kelahiran prematur yaitu bayi lahir hidup yang dilahirkan sebelum / minggu dari hari pertama haid terakhir. elahiran prematur yang memiliki berat badan sesuai masa kehamilan bisa disebabkan karena adanya
ketidakmampuan uterus untuk
kehamilan,
pelepasan plasenta
mempertahankan
prematur,
dan
berbagai
rangsangan yang menyebabkan timbulnya kontraksi uterus sebelum men5apai umur 5ukup bulan. +edangkan kelahiran prematur dengan berat badan lebih rendah dari masa kehamilan dapat disebabkan oleh '%68. kadang kala bayi prematur sulit untuk beradaptasi ketika lahir, bila ter!adi kegagalan adaptasi pada kehidupan ekstra uterin maka akan ter!adi gaat neonatus yang dapat berdampak kematian atau ke5a5atan. ayi prematur mempunyai banyak risiko atau masalah akibat kurang matangnya fungsi organ antara lain 7enyakit membran hialin, asfiksia, perdarahan intrakranial, gangguan neurologik, hipotermia, gangguan metabolik dan ke5enderungan untuk ter!adinya infeksi neonatal. 1" 5. elainan plasenta. 7lasenta sangat penting bagi pertumbuhan dan kehidupan !anin. 7lasenta berfungsi sebagai transport makanan, transport
12
@2 dan @2, pengeluraran ?at-?at ra5un seperti ureum yang dihasilkan oleh plasenta dan merupakan organ penghasil en?im dan hormon yang digunakan selama proses kehamilan. 4ika ter!adi insufisiensi plasenta atau gangguan pada plasenta (kelainan
bentuk
atau
implantasi
plasenta)
dapat
menyebabkan gangguan pertumbuhan pada !anin, hipoksia dan asidosis pada !anin serta berkurangnya hormon yang disekresikan oleh plasenta.12 d. +indrom Aspirasi $ekoneum (+A$). airan amnion yang terarnai mekonium dapat ditemukan pada bayi 5ukup bulan maupun leat bulan. Didalam uterus atau lebih sering pada pernafasan pertama, mekoneum yang kental teraspirasi kedalam paru, mengakibatkan obstruksi !alan nafas ke5il yang dapat menimbulkan kegaatan pernafasan dalam beberapa !am pertama dengan ge!ala takipneu, retraksi, mendengkur, dan sianosis pada bayi yang terkena. 2. Pat&!isi&l&gi. 2..1 Peru'ahan !isi&l&gik (a)a transisi janin*ne&natal. +ebelum lahir paru terisi oleh 5airan dan oksigen yang di pasok oleh
plasenta, sehingga paru !anin tidak berfungsi sebagai sumber oksigen atau !alan untuk mengeluarkan karbondioksida seperti fungsi paru deasa pada umunya.1 7embuluh darah yang mengaliri paru mengalami kontriksi (resistensi askular pulmonal tinggi) sehingga menyebabkan tekanan oksigen parsial rendah, sehingga sebagian besar darah dari sisi !antung kanan tidak dapat melalui paru karena
13
konstriksi pembuluh darah !anin, sehingga darah dialirkan melalui pembuluh yang bertekanan lebih rendah yaitu duktus arteriosus kemudian masuk ke aorta. 2 +esaat sebelum lahir dan selama persalinan, produksi 5airan paru berkurang. +elama menuruni !alan lahir kompresi intermiten thoraks mempermudah pengeluaran 5airan dari paru-paru dan se!umlah 5airan akan kelaur dari trakea.1 +urfaktan dalam 5airan memperbesar pengisian udara (aerasi) pada paru yang bebas gas dengan mengurangi tegangan permukaan, sehingga dapat menurunkan tekanan yang diperlukan untuk membuka aleolus. $eskipun demikian tekanan yang digunakan untuk mengambangkan paru yang tidak mengandung udara lebih tinggi dari pada tekanan yang diperlukan pada setiap masa kehidupan yang lain, tekanan ini berkisar dari 10-05m B 2@ selama interal 0,-1,0 detik dibandingkan dengan sekitar "5m untuk pernafasan normal bayi 5ukup bulan dan orang deasa. ebanyakan bayi memerlukan kisaran tekanan pembukaan yang lebih rendah. 3ekanan yang lebih tinggi diperlukan untuk memulai pernafasan dalam mengatasi gaya perlaanan tegangan permukaan (terutama pada !alan nafas ke5il) serta iskositas 5airan yang tetap berada dalam !alan nafas, guna memasukan sekitaln 0ml udara kedalam paru dimana, 20-0ml dari olume tersebut menetap sesudah pernafasan pertama dan men!adi Functional Residual Capacity (*8). +ebagian besar 5airan di dalam paru diambil oleh sirkulasi paru, yang bertambah berapa kali lipat pada saat lahir karena semua 5urah
14
entrikel kanan menyebar ke bantalan askular paru. +isa 5airan dikeluarkan melalui saluran limfe paru, dihembuskan oleh bayi, ditelan atau diaspirasi dari orofaring. 7engeluaran 5airan paru ini dapat terganggu pada keadaan pas5a-se5tio 5essarea. Ada banyak rangsangan untuk menimbulkan pernafasan pertama seperti penurunan 7@2 dan pB, serta peningkatan 7@ 2 akibat adanya gangguan pada sirkulasi plasenta, redistribusi 5urah !antung setelah tali pusat di klem, penurunan suhu tubuh dan berbagai rangsangan taktil. emudian kadar kortisol, Antidiuretic Hormone (ADB), Thyroidstimulating Hormone (3+B) dan katekolamin serum meningkat dengan 5epat. 3arikan nafas pertama biasanya ter!adi dalam beberapa detik setelah lahir. 7engisian udara kedalam paru disertai dengan peningkatan tegangan oksigen arterial, aliran darah arteri pulmonalis meningkat dan resistensi askuler pulmonal menurun. 7en!epitan tali pusat menghilangkan sirkulasi plasenta yang memiliki resistensi rendah, keadaan ini menyebabkan peningkatan resistensi askuler di perier dan peningkatan tekanan darah sitemik. 3erdapat penutupan se5ara fungsional du5tus arteriosus, akibat penurunan resistensi askular pulmonal dan peningkam,tan resistensi askular sistemik.1 erikut adalah tabel ringkasan ter!adinya peristia fisiologis saat kelahiran.1# 3abel 2..1 7eristia fisiologis saat kelahiran.
+tres kelahiran
%en&mena pelepasan katekolamin dan
airan
E!ek paru menurun
dan
pelepasan surfaktan meningkat.
steroid
15
ontraksi uterus
penurunan aliran darah
plasenta ompresi pada thoraks pada !alan lahir Daya rekoil paru setelah melalui !alan lahir
6as darah !anin memburuk. ksplusi 5airan paru +aluran pernafasan
dipenuhi
udara 7en!epitan pada tali pusat hipoksia $ulai bernafas 7eningkatan rangsangan sensoris (dingin) $ulai bernafas %dara memasuki paru meningkatkan 8esistensi pembuluh
menurun
oksigen pada !aringan paru.
darah 8esistensi
yang
rendah
pada
paru,
darah
peningkatan aliran 7@2
arteri
pengisian atrium kiri. sirkulasi 8esistensi pembuluh
dan darah
plasenta yang terhenti. 7erbedaan tekanan arteri
sistemik meningkat. *oramen oale menutup se5ara
7erfusi darah yang kaya oksigen pada duktus
fungsional Duktus arteriosus menutup
arteriosus 2..2
+umber =8oy $,+imon &. 1# Transisi a'n&rmal )ari kehi)u(an janin*ne&natal. 3ransisi abnormal dari !anin ke neonatal, dapat terganggu oleh beberapa peristia pada saat antepartum atau pun intrapartum yang menyebabkan depresi kardiorespirasi, asfiksia ataupun keduanya.1# 3anda klinis aal dapat berupa deselerasi frekuensi !antung !anin. $asalah yang dihadapi setelah persalinan lebih banyak berkaitan dengan !alan nafas dan atau paru-paru, misalnya sulit menyingkirkan 5airan atau benda asing seperti mekonium dari aleolus, sehingga akan menghambat udara masuk ke dalam paru mengakibatkan hipoksia. radikardia akibat hipoksia dan iskemia akan menghambat peningkatan tekanan darah (hipotensi sistemik). +elain itu kekurangan oksigen atau kegagalan peningkatan tekanan udara di paru-paru akan mengakibatkan arteriol di paru-paru tetap konstriksi sehingga ter!adi
16
penurunan aliran darah ke paru-paru dan pasokan oksigen ke !aringan. 7ada beberapa kasus, arteriol di paru-paru gagal untuk berelaksasi alaupun paru-paru sudah terisi dengan udara atau oksigen yang
2..
disebut dengan hipertensi pulmonal persisten. 1/ Reaksi 'a+i terha)a( kesulitan selama masa transisi. 7ernafasan pertama pada bayi menyebabkan udara masuk kedalam paru-paru dan 5airan paru keluar dari aleoli ke !aringan intertistitial di paru sehingga sehingga oksigen dapat dihantarkan ke arteriol pulmonal dan menyebabkan arteriol berelaksasi. 4ika keadaan ini terganggu maka arteriol pulmonal akan tetap kontriksi, aleoli tetap terisi 5airan dan pembuluh darah arteri sistemik tidak mendapat oksigen. 7ada saat ter!adi hipoksia, hipotensi, 5urah !antung menurun dan asidosis metabolik serta respiratorik pada !anin, respon aal sirkulasi !anin adalah menambah aliran melalui duktus enosus, duktus arteriosus, dan foramen oale dengan mengutamakan perfusi ke otak, !antung, dan adrenal dari pada paru, hati, gin!al, dan usus karena ter!adi kontriksi arterol pada organ tersebut. 7enyesuaian distribusi aliran darah akan menolong kelangsungan fungsi organ-organ ital. Halaupun demikian !ika kekurangan oksigen berlangsung terus maka ter!adi kegagalan fungsi miokardium dan kegagalan peningkatan 5urah !antung, penurunan tekanan darah, yang mengkibatkan aliran darah ke seluruh organ akan berkurang. +ebagai akibat dari kekurangan
perfusi
oksigen
dan
oksigenasi
!aringan,
akan
menimbulkan kerusakan !aringan otak yang irre!ersible" kerusakan
17
organ tubuh lain, atau kematian. eadaan bayi yang membahayakan akan memperlihatkan satu atau lebih tanda-tanda klinis seperti tonus otot buruk karena kekurangan oksigen pada otak, otot dan organ lain seperti
depresi
pernapasan
karena
otak
kekurangan
oksigen,
bradikardia (penurunan frekuensi !antung) karena kekurangan oksigen pada otot !antung atau sel otak, tekanan darah rendah karena kekurangan oksigen pada otot !antung, kehilangan darah atau kekurangan aliran darah yang kembali ke plasenta sebelum dan selama
proses
persalinan,
takipnu
(pernapasan 5epat)
karena
kegagalan absorbsi 5airan paru-paru, dan sianosis karena kekurangan oksigen di dalam darah. 1/ ayi dengan asfiksia yang menetap dan berat akan meningkatkan usaha pernafasan (pernafasan 5epat) dan kemudian di ikuti oleh periode apnea primer. +elama apnea primer denyut !antung menurun namun tekanan darah tetap dapat ter!aga.1 8angsangan seperti mengeringkan atau menepuk telapak kaki akan menimbulkan pernapasan namun !ika kekurangan oksigen terus berlan!ut, bayi akan mulai sesak dan denyut !antung menurun. +etelah beberapa menit dan setelah sesak terakhir ter!adilah apnea sekunder. ayi dapat berada pada fase antara apnu primer dan apnu dan seringkali keadaan yang membahayakan
ini
dimulai
sebelum
atau
selama
persalinan.
Akibatnya saat lahir, sulit untuk menilai berapa lama bayi telah berada dalam keadaan membahayakan. 7emeriksaan fisik tidak dapat membedakan antara apnu primer dan sekunder, namun respon
18
pernapasan yang ditun!ukkan akan dapat memperkirakan kapan mulai ter!adi keadaan yang membahayakan itu. %ntuk mengembalikan keadaan semula rangsangan sa!a tidak 5ukup namun memerlukan entilasi tekanan positif .1/
6ambar 2.. 7erubahan frekuensi !antung dan tekanan darah selama apnea. +umber= Departemen kesehatan 8epublik 'ndonesia .1/ 2., Diagn&sis. 1. Anamnesa. Anamnesa diarahkan untuk men5ari faktor risiko terhadap ter!adinya asfiksia neonatorum 2. 7emeriksaan fisik. ayi tidak bernafas atau menangis, denyut !antung kurang dari 100Imenit, tonus otot menurun, bisa didapatkan 5airan ketuban ibu ber5ampur mekonium, atau sisa mekonium pada tubuh bayi.
. 7emeriksaan penun!ang. ;aboratorium= Basil analisis gas darah tali pusat menun!ukkan hasil asidosis pada darah tali pusat 7a@2 C0 mm B 2@, 7a@2 E mmBg dan pB C/,0. ila bayi sudah tidak membutuhkan bantuan resusitasi aktif, pemeriksaan penun!ang diarahkan pada ke5urigaan atas komplikasi. 1/ 3anda hipoksia pada !anin biasanya ditemukan beberapa menit sampai beberapa hari sebelum persalinan. #ntra $terine Gro%th Restriction ('%68)
19
dengan kenaikan tahanan askuler merupakan petun!uk pertama hipoksia !anin. *rekuensi denyut !antung !anin yang melambat dan ariabilitasnya dari denyut ke denyut menurun, maka dari itu perekaman denyut !antung se5ara terusmenerus dapat menun!ukan pola perlambatan yang berariasi, dan analisis darah kulit kepala !anin dapat menun!ukan pB E /,2. Asidosis terdiri dari dua komponen yaitu asidosis metabolik dan asidosis respiratorik. 3erutama pada bayi yang mendekati usia 5ukup bulan, tanda-tanda ini akan mengakibatkan pemberian oksigen kadar tinggi pada ibu dan harus dilakukan persalinan segera untuk menghindari kematian !anin atau 5edera sistem saraf pusat. 7ada saat persalinan, adanya mekoneum pada 5airan amnion dan berarna kuning, merupakan tanda baha telah ter!adi kegaatan !anin. 7ada saat lahir bayi ini seringkali mengalami deppresi, dan gagal bernafas se5ara spontan, selang beberapa !am berikutnya bisa ter!adi hipotonia bahkan dari hipotonia bisa men!adi hipotonia eItrim atau tonus bisa tampak normal. erikut adalah tabel tanda-tanda adanya hipoksia.
1#
3abel 2." = 3anda-tanda Bipoksia 3anda-tanda Bipoksia Anterpartum 8etardasi pertumbuhan intrauterin 7ergerakan !anin berkurang • Aliran darah !anin abnormal (Doppler) • 'ntrapartum •
Amnion ber5ampur mekonium. Detak !antung !anin abnormal (kardiotokograft) • Asidosis metabolik (sampel darah !anin) • 7ostpartum •
•
radikardi apneu
20
+kor apgar rendah @nset pernafasan yang lambat • +umber = 8oy $, +imon &. 1# •
2.- Penilaian APAR score. $etode yang sering digunakan untuk mengka!i penyesuaian segera bayi baru
lahir terhadap kehidupan eItrauterin adalah sistem skoring Apgar. &ilai Apgar dipakai untuk melihat keadaan bayi pada usia 1 menit dan menit, tetapi tidak untuk menentukan apakah bayi baru lahir memerlukan resusitasi atau tidak. &ilai apgar pada menit ke dapat digunakan untuk menilai prognosis. 1 &ilai ini disebut nilai Apgar sesuai dengan nama orang yang pertama kali menemukan sistem penilaian ini yaitu dr.irginia Apgar. 7ada tahun 192 dr.irginia Apgar mendesain sebuah penilaian 5epat untuk menilai keadaan klinis bayi baru lahir pada usia 1 menit, yang dinilai terdiri atas komponen yaitu frekuensi !antung, usaha nafas, tonus otot, refleks pada rangsang dan arna kulit, setiap item diberi skor 0,1 atau 2. ,1 &ilai Apgar !uga memiliki kekurangan. &ilai Apgar merupakan suatu ekspresi keadaan fisiologis bayi baru lahir dan dibatasi oleh aktu. anyak faktor yang dapat mempengaruhi nilai Apgar antara lain pengaruh obat-obatan, trauma lahir, kelainan baaan, infeksi, hipoksia, hipoolemia, dan kelahiran prematur. omponen nilai seperti tonus otot, arna kulit, refleks pada perangsangan, sebagian bergantung pada kematangan bayi. ayi prematur tanpa asfiksia bisa sa!a mendapat nilai Apgar yang rendah. 3abel 2. = Apgar +5ore Tan)a Denyut 4antung %saha ernafas 3onus @tot
/ 3idak ada 3idak ada ;umpuh
1
C100 ;ambat ktremitas
21
2
F100 $enangis kuat sedikit 6erakan aktif
8efleks
3idak
Harna ulit
respon iru7u5at
ada
fleksi 6erakan sedikit
8eaksi melaan
3ubuh kemerahan, +eluruh
seluruh tubuh eItremitas biru +umber = 8oy $, +imon &. 1#
tubuh
kemerahan
+eperti yang telah disampaikan di atas baha nilai Apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan dimulainya resusitasi atau untuk keputusan mengenai !alannya resusitasi namun, penilaian untuk dilakukannya resusitasi segera semata-mata ditentukan oleh tanda yang penting yaitu pernafasan, denyut !antung, dan arna bayi.19 2.0 Tatalaksana. 8esusitasi bayi baru lahir ialah prosedur yang diaplikasikan pada bayi baru
lahir yang tidak dapat bernafas spontan dan teratur pada saat lahir atau beberapa saat sesuadah lahir. 3u!uan resusitasi pada neonatus adalah men5egah morbiditas dan mortalitas yang berkaitan dengan !e!as !aringan hipoksia-iskemik (otak, !antung, dan gin!al) dan guna mengembalikan pernafasan yang spontan dan 5urah !antung yang adekuat. eadaan resiko tinggi harus diantisipasi dengan riayat kehamilan, kelahiran, dan persalinan, serta dengan mengidentifikasi tanda-tanda adanya kegaatan !anin. Halaupun skor Apgar pada menit pertama membantu dalam mengealuasi bayi yang membutuhkan resusitasi, namun resusitasi harus segera dilakukan sebelum 1menit penilaian menggunakan Apgar. %paya resusitasi yang 5epat dan tepat dapat meningkatkan usaha pen5egahan 5edera otak dan mendapatkan hasil yang memuaskan.
22
+egera sesudah lahir bayi dengan asfiksia diletakan dibaah pemanas radian untuk menghindari ter!adinya hipotermi, kemudian langkah selan!utnya mengikuti prinsip A resusitasi. A ( Air%ay) mengantisipasi dan men!aga !alan nafas agar tetap terbuka dengan penghisapan dan bila perlu lakukan intubasi endotra5hea. ( &reathing) dengan rangsangan taktil atau entilasi tekanan positif dengan kantong dan masker atau melalui pipa endotra5hea. (circulation) mempertahankan entilasi dengan kompresi dada dan obat-obatan !ika diperlukan.
4ika tidak ada pernafasan atau !ika frekuensi !antung
C100Imenit , entilasi positif dengan oksigen 100 diberikan selama 1-0 detik. Halaupun pernafasan pertama memerlukan tekanan serendah 1-20 5m B2@ tekanan setinggi 0-"0 5m B 2@ bisa diperlukan. 7ernafasan selan!utnya diberikan dengan frekuensi "0-#0Imenit, dan tekanan 1-20 5m B 2@. 7aru paru yang kaku dan tidak lentur pada penyakit seperti penyakit membran hialin dan adanya aspirasi mekonium memerlukan tekanan yang lebih tinggi yaitu 20"0 5m B 2@. entilasi yang berhasil ditentukan oleh pengembangan dada yang baik, suara nafas simetris, arna tubuh merah muda, frekuensi !antung meningkat E100Imenit, pernafasan spontan dan tonus membaik. ompresi dada dimulai !ika frekuensi !antung kurang dari #0Imenit setelah dilakukan entilasi tekanan positif selama 0 detik. 3indakan kompresi dada (cardiac massage) terdiri dari kompresi yang teratur pada tulang dada, yaitu menekan !antung ke arah tulang belakang, meningkatkan tekanan intratorakal, dan memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh organ ital tubuh. 'ntubasi endotrakeal dilakukan pada setiap bayi yang tidak memberikan respon terhadap entilasi kantong dan masker atau yang dilahirkan dengan
23
apnea, nadi tidak teraba, sianosis, dan lemah dengan tanda-tanda adanya kegaatan !anin. @bat-obatan diberikan !ika frekuensi !antung kurang dari 0Imenit pas5akombinasi entilasi dan kompresi dada selama 0 detik. iasanya ena umbilikalis dapat dengan mudah dikanulasi utuk memberikan obat-obatan, glukosa dan olume eIpander (salin normal, ringger laktat). pineprin 0,1-0, mlkg larutan 1=10.000 intraena atau intratrakea diberikan selama asistol atau saat gagal memberikan respon terhadap resusitasi kombinasi 0 detik dosis dapat diulang setiap menit. 4ika tidak ada respon beberapa pakar mengan!urkan untuk menggunakan -10I dosis epineprin baku 10-20 mlkg olume eIpander harus diberikan pada bayi yang hipoolemi, pu5at, nadi lemah dengan frekuensi !antung normal, kehilangan darah,di 5urigai sepsis,hipotensi dan memberikan respon yang buruk terhadap resusitasi. &atrium bikarbonat 1-2 mJml larutan ",2 harus diberikan perlahan-lahan !ika di!umpai adanya asidosis metabolik dan dan resusitasinya lama. &atrium bikarbonat harus diberikan sesudah entilasi efektif di5apai karena terapi demikian dapat meningkatkan @2 darah, dan menimbulkan asidosis respiratorik.
24
agan 2.# =6ambar Alur 8esusitasi &eonatus +umber = &ani D.
25
Haktu untuk setiap langkah adalah sekitar 0 detik, lalu nilai kembali, dan putuskan untuk melan!utkan ke langkah berikutnya. eputusan untuk melan!utkan dari satu kategori ke kategori berikutnya ditentukan dengan penilaian tanda ital se5ara simultan (pernapasan, frekuensi !antung dan arna kulit)= 1. 7ernapasan 8esusitasi berhasil bila terlihat gerakan dada yang adekuat, frekuensi dan
dalamnya
pernapasan
bertambah
setelah
rangsang taktil.
7ernapasan yang megap-megap adalah pernapasan yang tidak efektif dan memerlukan interensi lan!utan. 2. *rekuensi !antung. *rekuensi !antung harus diatas 100Imenit. . Harna kulit ayi seharusnya tampak kemerahan pada bibir dan seluruh tubuh. +etelah frekuensi !antung normal dan entilasi baik, tidak boleh ada sianosis sentral yang menandakan hipoksemia. Harna kulit bayi yang berubah dari biru men!adi kemerahan adalah petanda yang paling 5epat akan adanya pernapasan dan sirkulasi yang adekuat. +ianosis akral tanpa sianosis sentral belum tentu menandakan kadar oksigen rendah sehingga tidak perlu diberikan terapi oksigen. Banya sianosis sentral yang memerlukan interensi.
2. $&m(likasi. 6ambaran klinis komplikasi yang terlihat pada berbagai organ tubuh sangat
berariasi tergantung pada beratnya hipoksia, aktu hipoksia akut ter!adi, masa gestasi bayi, riayat peraatan perinatal, serta faktor lingkungan penderita termasuk faktor sosial ekonomi. eberapa penelitian melaporkan, organ yang
26
paling sering mengalami gangguan adalah susunan saraf pusat. 7ada asfiksia neonatus, gangguan fungsi susunan saraf pusat hampir selalu disertai dengan gangguan fungsi beberapa organ lain ( multiorgan failure). elainan susunan saraf pusat yang tidak disertai gangguan fungsi organ lain, hampir pasti penyebabnya bukan asfiksia perinatal. erikut adalah tabel gambaran klinis komplikasi yang terlihat pada berbagai organ tubuh= 3abel 2./ tabel organ-organ yang dapat mengalami komplikasi #istem +istem saraf pusat
Pengaruh perdarahan intrakranial, ke!ang,
B', infrak,
ardioaskuler
edema otak, hipotonia, hipertonia 'skemia miokardium, kontraktilitas !elek, bising
7ulmonal
!antung, insufiensi trikuspidalis dan hipotensi +irkulasi !anin persistens, perdarahan paru,
6in!al Adrenal +aluran 5erna $etabolik
sindrom kegaatan nafas. &ekrosis tubular akut atau korteks 7erdarahan adrenal 7erforasi, ulserasi, nekrosis +ekresi ADB yang tidak sesuai, hiponatremia,
hipoglikemia, hipokalsemia, dan mioglobulinemia. ulit &ekrosis lemak subkutan. Bematologi oagulasi intraaskuler tersebar. +umber = 8i5hard , 8obert $, Ann $A 2./.1 +istem susunan saraf pusat. Hypoci' ischemic enshefalophaty (B') adalah terminologi yang digunakan untuk menggambarkan kelainan neuropatologis dan klinis yang diperkirakan ter!adi pada bayi baru lahir akibat asfiksia. Hypoci' ischemic enshefalophaty (B') merupakan kelainan neuropatologis yang paling sering ditemukan pada bayi yang mengalami asfiksia. " Asfiksia yang ter!adi pada saat kelahiran merupakan konsekuensi dari hipoksia intrapartum dimana bayi membutuhkan resusitasi yang
27
lebih lan!ut dan berlan!ut pada keadaan B'. B' mun5ul pada 1-2 kasus pada setiap 1000 kelahiran. ayi yang dilahirkan setelah hipoksia intrapartum memiliki gambaran yang khas. ayi men!adi bradikardi, pu5at, lemas, dan apneu, dan mengalami asidosis metabolik yang parah, yang telah terakumulasi selama periode glikolisis anaerob. eadaan ini memerlukan tindakan resusitasi segera. erdasarkan berat ringannya B' dibedakan men!adi = 3abel 2./.1 penentuan stadium B' menurut sarnat.
3ingkat kesadaran 3onus otot
Derajat1 Ringan Haspada berlebih &ormalhipertoni
Derajat2 se)ang ;etargi Bipotonia
Derajat 'erat oma *la5id
8efleks tendon
a $eningkat
$eningkat
3ertekantidak
Ada 3idak ada
Ada +ering
ada 3idak ada +ering
Aktif
;emah
3idak ada
erlebih
3idak komplet
3idak ada
&ormal-berlebih
erlebihan
3idak ada
&ormal
+angat aktif
erkurangtida
$ioklonus e!ang 8efleks kompleks -
$enghisap $oro $enggenggam @kulosefalik
k ada *ungsi otonom -
7upil 7ernafasan Denyut !antung 6
7rognosis
Dialatasi,reaktif
onstriksireaktif
erariasiterfi
3eratur
7eriodik
ksasi
&ormaltakikardi
radikardi
Ataksik,apneik
&ormal
7eriodik
aik
28
oltase
radikardi
rendahparoksismal
7riodikisoelekt
erariasi
rik $ortalitas dan
disabilitas neurologik tinggi 2./.2
+umber = 8i5hard , 8obert $, Ann $A +istem kardioaskular. ayi yang mengalami hipoksia berat dapat menderita disfungsi miokardium yang dapat berakhir dengan payah !antung. Disfungsi miokarduim ter!adi karena menurunnya perfusi yang disertai dengan kerusakan sel miokardium terutama di daerah sub-endokardial dan
2./.
otot papilaris di kedua bilik !antung. 20 6in!al. Asfiksia berat dapat menyebabkan perfusi gin!al menurun, hipoksia yang berlangsung lama akan menyebabkan iskemia gin!al dan dapat
berlan!ut men!adi 6agal 6in!al Akut instrinsik (66A).20 2./." 7ulmonal. Dampak asfiksia terhadap paru adalah hipertensi pulmonal persiten ini ter!adi karena aliran dari kiri ke kanan melalui duktus arteriosus paten dan foramen oale setelah lahir disebabkan oleh tahanan askuler pulmonal yang sangat tinggi. 3ahanan askuler pulmonal !anin biasanya meningkat relatif terhadap tekanan sistemik atau pulmonal setelah !alan lahir. eadaan !anin ini memungkinkan aliran darah ena umbilikalis yang teroksigenasi ke atrium kiri dan otak melalui oramen oale dan langsung menu!u paru melalui duktus art eriosus ke aorta desendens. +esudah lahir tahanan askuler pulmonal se5ara normal menurun dengan 5epat sebagai akibat ,asodilatasi karena udara mengisi paru, kenaikan pada 7a@ 2 , kenaikan pB dan pelepasan
29
bahan-bahan asoaktif. enaikan tahanan askuler pulmonal pada neonatus dapat berupa= 1. $aladaptie karena !e!as akut misalnya K tidak memperlihatkan asodilatasi yang normal pada respons terhadap kenaikan oksigen dan perubahan lain sesudah lahir. 2. Akibat dari bertambah tebalnya otot tunika media arteri pulmonalis dan perluasan lapisan otot polos kedalam lapisan yang biasanya nonmuskular, arteri pulmonalis yang lebih perifer dalam responnya terhadap hipoksia !anin yang kronis. . arena hipoplasia pulmonal. ". @bstruktif karena polisitemia atau anomali total muara ena pulmonalis. 2. Pr&gn&sis. Basil akhir asfiksia neonatal berganrung pada apakah komplikasi metabolik
dan kardiopulmonalnya (hipoksia, syok, dan hipoglikemia) dapat diobati. 7ada umur kehamilan bayi prognosis paling !elek yaitu !ika bayi preaterm. Dilihat dari beratnya dampak pada sistem saraf B' ringan hingga sedang memiliki prognosis yang baik sedangkan B' berat memiliki prognosis yang buruk. 4ika ter!adi iskemia miokardium, prognosisnya baik fungsi !antung akan kembali normal dalam tiga minggu.
30
BAB III MET3DE PENELITIAN .1 "enis Penelitian
4enis penelitian yang di lakukan adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan retrospektif .2 Tem(at )an 4aktu Penelitian. .2.1 3empat 7enelitian. 7enelitian ini dilakukan di 8uang 7eraatan ayi aru ;ahir
8+%D D@ '' 4ayapura. Haktu 7enelitian. .2.2 7enelitian ini di laksanakan mulai dari bulan 4uni-Agustus 201" . P&(ulasi )an #am(el Penelitian. ..1 7opulasi 7enelitian. 7opulasi penelitian adalah bayi baru lahir dengan asfiksia yang lahir di 8umah +akit %mum Daerah 4ayapura 7eriode 4anuari
..2
201- Desember 201, yang ber!umlah 2 bayi. +ampel 7enelitian. +ampel penelitian adalah bayi dengan asfiksia yang memiliki data rekam medik lengkap, di 8umah +akit %mum Daerah 4ayapura 7eriode 4anuari 201- Desember 201, yang ber!umlah 22 bayi.
., 5aria'el. ariabel yang diambil dalam penelitian ini adalah = 1. ematian. 2. 4enis kelamin. . *aktor risiko bayi. ". *aktor risiko ibu . *aktor risiko persalinan. .- De!inisi 3(erasi&nal. ..1 ematian.
31
ematian adalah keadaan yang ditandai dengan tidak adanya tandatanda kehidupan seperti tidak bernafas, tidak bergerak, dan tanpa
..2
adanya bunyi !antung, yang ter5atat dalam rekam medis. 4enis kelamin. 4enis kelamin adalah !enis kelamin bayi yang dilahirkan yang ter5atat
pada rekam medis. 4enis kelamin dibagi men!adi 2 kelompok yaitu = 1. ;aki-laki. 2. 7erempuan. .-. *aktor risiko bayi. *aktor risiko bayi adalah berbagai kondisi bayi (t ermasuk plasenta dan tali pusat) yang dapat mempengaruhi keadaan bayi saat dilahirkan. *aktor risiko pada bayi meliputi = 1. erat badan lahir bayi ( ;8 C200gr, berat bayi normal
.-.,
200-"000gr, dan berat bayi lahir lebih E"000gr). 2. elainan plasenta (plasenta preia dan solutio plasenta). . ;ilitan tali pusat. *aktor risiko ibu. *aktor risiko pada ibu adalah berbagai kondisi atau keadaan ibu yang dapat mempengaruhi bayi pada saat dilahirkan. *aktor risiko pada ibu di kelompokan men!adi = 1. %sia ibu ('bu risiko tinggi C20th L Eth, ibu risiko rendah 2-
.-.-
th). 2. 7enyakit penyerta pada ibu (7re-eklamsia, Anemia,dll) . %sia gestasi (aterm F/ minggu dan pre-aterm C/ minggu). ,. 7aritas ( primipara, multipara, dan grande multipara). -. etuban pe5ah dini. *aktor risiko persalinan. *aktor risiko persalinan adalah berbagai keadaan saat proses mengeluarkan bayi dari rahim ibu yang dapat mempengaruhi kondisi bayi saat dilahirkan. *aktor resiko persalinan meliputi = 1. ara persalinan (+pontan, sectio cessarea, akum for5eps). 2. ;etak abnormal ( letak lintang, letak sungsang, dll). . Aspirasi me5oneal.
32
.0 Instrumen Penelitian. 'nstrumen penelitian adalah rekam medik pasien asfiksia neonatorum yang
diraat di 8umah +akit %mum Daerah 4ayapura 7eriode 4anuari 201Desember 201. . #um'er Data. +umber data yang digunakan yaitu data sekunder yang diambil dari data
rekam medik bayi dengan asfiksia neonatorum di 8umah +akit %mum Daerah 4ayapura 7eriode 4anuari 201- Desember 201. . 6ara Pengam'ilan Data Data yang dikumpulkan adalah data sekunder yang diambil dari buku 5atatan
rekam medik bayi dengan asfiksia neonatorum di 8umah +akit %mum Daerah 4ayapura 7eriode 4anuari 201- Desember 201. .7 6ara Peng&lahan Data. 3eknik pengolahan data dilakukan se5ara deskriptif dimana data ditampilkan
dalam bentuk tabel distribusi frekuensi dan prosentasi.
BAB I5 HA#IL DAN PEMBAHA#AN
33
,.1 Hasil 7opulasi penelitian adalah semua bayi baru lahir dengan asfiksia di 8umah
+akit %mum Daerah 4ayapura 7eriode 4anuari-Desember 201 yang ber!umlah 2 bayi. &amun analisa hanya dilakukan pada 22 kasus yang memiliki data rekam medik yang lengkap. arakteristik 22 pasien dengan asfiksia neonatorum dalam tabel di baah ini = ,.1.1
$arakteristik
as!iksia
ne&nat&rum
'er)asarkan
'a+i
+ang
mengalami kematian. 3abel ".1 arakteristik berdasarkan bayi yang mengalami kematian.
N& 1 2
$ea)aan Ba+i %rekuensi Presentase Bidup 12 " $ati 10 "# 4umlah 22 100 erdasarkan tabel ".1 didapatkan dari 22 bayi 12 bayi lahir hidup dengan
persentase " dan 10 bayi dengan persentase "# mengalami kematian.
,.1.2
$arakteristik 'a+i 'aru lahir )engan as!iksia 'er)asarkan jenis kelamin.
3abel ".2 karakteristik berdasarkan !enis kelamin. N& 1 2
"enis $elamin 7erempuan ;aki-laki "umlah
%rekuensi 1 9 22
34
Presentase 9 "1 1//8
Dalam penelitian ini bayi yang lahir dengan !enis kelamin perempuan sebanyak 1 bayi dengan persentase 9 dan bayi dengan !enis kelamin laki-laki sebanyak 9 bayi dengan persentase "1. ,.1.
$arakteristik 'a+i 'aru lahir )engan as!iksia 'er)asarkan !akt&r risik& 'a+i. *aktor risiko penyerta pada bayi dibagi men!adi " yaitu erat lahir
bayi, air ketuban yang ber5ampur mekoneal, adanya kelainan plasenta seperti plasenta preia dan adanya lilitan tali pusat. 3abel ". arakteristik berdasarkan faktor risiko bayi. &o 1
2
*aktor 8isiko ayi Berat Lahir C200 gr 200-"000 gr "umlah Tan(a kelainan (lasenta $elainan Plasenta 9Plasenta (re:ia; "umlah
*rekuensi
7resentase
1" 22 1/ 22
# #" 1//8 / 2 1//8
Tan(a lilitan tali (usat Lilitan Tali Pusat "umlah
21 1 22
9# " 1//8
Dari hasil penelitian diatas didapatkan baha bayi berat lahir C200gr sebanyak bayi dengan persentase #, !umlah terbanyak yaitu bayi dengan berat 200-"000gr sebanyak 1" bayi dengan persentase #", dan tidak ada bayi dengan berat E"000gr. elainan plasenta (plasenta preia) dan lilitan tali pusat !uga men!adi faktor risiko ter!adinya asfiksia. 7ada penelitian ini bayi dengan kelainan
35
plasenta ber!umlah bayi dengan persentase 2, sedangkan bayi dengan lilitan tali pusat hanya 1 bayi dari 22 bayi yaitu dengan persentase ". ,.1.,
$arakteristik 'a+i 'aru lahir )engan as!iksia 'er)asarkan !akt&r risik& i'u.
3abel "." lasifikasi berdasarkan faktor risiko ibu &o 1
2
"
*aktor 'bu Usia I'u 8esiko 8endah (20-th) 8esiko 3inggi (C20 L Eth) "umlah Pen+akit Pen+erta Pa)a I'u 'bu +ehat 3anpa 7enyakit 7enyerta 'bu dengan 7enyakit 7enyerta - 7re-eklamsiklamsi "umlah Usia estasi ayi ukup ulan "umlah Paritas 7rimipara $ultipara 6rande multipara "umlah etuban 7e5ah Dini
*rekuensi
7ersentase
1# # 22
/ 2/ 1//8
19
/
22
1" 1//8
22 22
100 1//8
1 " 22 2
2 9 1 1//8 9
erdasarkan hasil penelitian didapatkan ibu dengan usia C 20 tahun dan usia E tahun (faktor risiko tinggi) !umlahnya lebih sedikit yaitu # ibu dengan persentase 2/ dibandingkan dengan ibu yang berusia 20- tahun (faktor risiko rendah) yang ber!umlah 1# ibu dengan persentase /. Dari hasil penelitian didapatkan baha ibu yang menderita penyakit penyerta dalam kehamilan sebanyak ibu dari 22 ibu dengan
36
persentase 1", dan ibu sehat tanpa penyakit penyerta sebanyak 19 ibu dengan presentase #. Dari hasil penelitian didapatkan ibu primipara ber!umlah ibu dengan persentase 2, ibu multipara ber!umlah 1 ibu dengan presentase 9, dan ibu grandemultipara sebanyak " ibu dengan presentase 1. Dalam penelitian ini semua bayi dengan asfiksia lahir dengan usia 5ukup bulan. *aktor risiko saat persalinan lainnya yang dapat meningkatnya angka ke!adian asfiksia yaitu ketuban pe5ah dini (7D), pada penelitian ini di dapatkan 2 ibu mengalami 7D dengan persentase 9.
,.1.-
$arakteristik 'a+i 'aru lahir )engan as!iksia 'er)asarkan !akt&r risik& (ersalinan. *aktor risiko saat persalinan terdiri dari 5ara persalinan, ketuban
pe5ah dini, dan presentasi abnormal bayi. 3abel ". arakteristik berdasarkan faktor risiko persalinan. &o 1
2
*aktor persalinan 6ara Persalinan +pontan (ectio cessarea "umlah 7resentasi Abnormal &ormal ;etak +ungsang ;etak ;intang Tan(a mek&neal #in)r&m as(irasi mek&neum "umlah 4umlah
37
frekuensi
7ersentase
11 11 22
0 0 1//8
19 1 2 19 22
/ " 9 # 1" 1//8
22
100
erdasarkan
hasil
penelitian
didapatkan
baha
ibu
yang
melahirkan spontan dan melahirkan dengan tindakan yaitu sectio cessarea memiliki !umlah yang sama yaitu masing-masing 11 orang dengan persentase 0. Dalam penelitian ini presentasi !anin abnormal !uga merupakan faktor risiko persalinan, terdapat 1 bayi dengan letak sungsang dengan persentase " dan 2 bayi dengan letak lintang dengan persentase 9. *aktor lain pada bayi yang dapat menyebabkan asfiksia adalah sindrom aspirasi mekoneum, dari hasil penelitian ini didapatkan bayi dari 22 bayi dengan persentase 1". ,.2 Pem'ahasan. ,.2.1 $arakteristik as!iksia ne&nat&rum 'er)asarkan
'a+i +ang
mengalami kematian. Dari hasil penelitian didapatkan dari 22 bayi 12 bayi lahir hidup dengan
persentasi " dan 10 bayi dengan persentasi "# mengalami kematian. arakteristik 10 bayi yang mengalami kematian akibat asfiksia disebabkan karena adanya faktor risiko penyakit pernyerta pada ibu (pre-eklamsia berat) pada bayi, adanya sindrom aspirasi mekoneum pada bayi, adanya kelainan plasenta (plasenta preia) pada 2 bayi serta 2 bayi dengan ibu usia 2 tahun dan "1 tahun (usia resiko tinggi) . ayi yang hidup tergolong banyak ini disebabkan resusitasi yang baik oleh penolong persalinan, semakin baiknya sarana dan prasarana serta pelayanan 8+ guna penanganan khusus bayi baru lahir yang mengalami masalah. &amun kematian bayi karena asfiksia dapat dikarenakan oleh
38
keterlambatan akses untuk memperoleh tindakan preentif pada ibu yang memiliki resiko tinggi.21 ,.2.2 $arakteristik 'a+i 'aru lahir )engan as!iksia 'er)asarkan jenis kelamin. Asfiksia merupakan kasus yang dapat ter!adi pada semua bayi,
baik perempuan maupun laki-laki. Dalam penelitian ini bayi yang lahir dengan !enis kelamin perempuan sebanyak 1 bayi dengan persentase 9 dan bayi dengan !enis kelamin laki-laki sebanyak 9 bayi dengan persentase "1. Basil yang didapatkan berbeda dengan penelitian yang dilakukan di 8+%7 7rof. Dr. 8.D. andou $anado periode !uli 2010 M !uli 2012 didapatkan terdapat !umlah bayi laki-laki lebih ban yak daripada bayi perempuan yaitu ## bayi laki-laki (#2,9) dan 9 perempuan (/,1). 7enelitian sebelumnya di 8umah +akit Dr. Basan +adikin, andung dimana dari #2 bayi ber!enis kelamin laki-laki (#) lebih banyak dibandingkan dengan perempuan (""). erdasarkan teori yang ada asfiksia neonatorum lebih banyak ter!adi pada bayi laki-laki diduga terkait dengan perbedaan steroid gonad in utero sehingga kemampuan fetus laki-laki menghadapi stres lebih rendah.22 +edangkan pada penelitian ini terbanyak adalah bayi perempuan yang mengalami asfiksia dikarenakan rata-rata bayi perempuan pada penelitian ini disertai dengan penyerta yang berat seperti plasenta preia, ibu 7, presentasi abnormal, dan 7D. urangnya !umlah sampel akibat pen5atatan rekam medik yang kurang baik !uga men!adi penyebab bayi perempuan yang paling banyak terdata.
39
,.2.
$arakteristik 'a+i 'aru lahir )engan as!iksia 'er)asarkan !akt&r risik& 'a+i. a. erat lahir. erat lahir bayi berkaitan dengan masa gestasi makin rendah masa
gestasi dan makin ke5il bayi makin tinggi morbiditas dan mortalitasnya. $akin rendah berat lahir bayi kemungkinan ter!adinya asfiksia dan gangguan pernafasan lebih besar. Dari hasil penelitian didapatkan baha berat lahir bayi C200gr sebanyak bayi dengan persentase #, !umlah terbanyak yaitu bayi dengan berat 200"000gr sebanyak 1" bayi dengan persentase #", dan tidak ada bayi dengan berat E"000gr. Basil yang diperoleh dari penelitian ini sama dengan hasil penelitian yang dilakukan di 8umah +akit %mum abupaten 7urore!o pada tahun 200 yaitu terbanyak pada bayi dengan berat lahir E200 sebanyak 1,#, dan bayi dengan berat lahir C200gr sebanyak 1,". 2 Basil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang ada karena didapatkan bayi dengan berat 200"000gr (resiko rendah) terbanyak
disebabkan seiring ber!alannya
aktu semakin meningkatnya kualitas hidup seseorang sehingga semakin banyak bayi yang lahir dengan berat lahir normal, namun pada penelitian ini ada faktor risiko lain yang menyertai bayi dengan berat 200-"000gr seperti adanya mekoneum dalam air ketuban, kala '' lama, 7 pada ibu, presentasi !anin abnormal, dan ketuban pe5ah dini. +edangkan pada bayi dengan berat C200gr rata-rata ditemukan
40
pada bayi dengan ibu usia C2tahun dan Etahun (usia risiko tinggi), bayi dengan kelainan plasenta dan bayi kembar. b. elainan plasenta dan lilitan tali pusat. elainan plasenta (plasenta preia) dan lilitan tali pusat !uga men!adi faktor risiko ter!adinya asfiksia. 7ada penelitian ini bayi dengan kelainan plasenta ber!umlah bayi dengan persentase 2, sedangkan bayi dengan lilitan tali pusat hanya 1 bayi dari 22 bayi yaitu dengan persentase ". 7ada penelitian ini bayi dengan plasenta preia rata-rata ter!adi pada ibu multipara, grandemultipara dan ibu yang menderita pre-eklamsia berat dikarenakan pada multipara dan grandemultipara askularisasi endometrium kurang baik sehingga mendesak plasenta harus tumbuh meluas untuk men5ukupi kebutuhan !anin. 7lasenta yang tumbuh meluas nantinya akan mendekati atau menutupi osteum uteri interna (plasenta preia).10 +edangkan lilitan tali pusat menyebabkan sirkulasi darah melalui tali pusat terhalang dan nantinya menyebabkan hipoksia !anin. ,.2.,
$arakteristik 'a+i 'aru lahir )engan as!iksia 'er)asarkan !akt&r risik& i'u. a. %sia ibu. erdasarkan hasil penelitian didapatkan ibu dengan usia C20 tahun
dan usia E tahun (risiko tinggi) !umlahnya lebih sedikit yaitu # ibu dengan persentase 2/ dibandingkan dengan ibu yang berusia 20- tahun (risiko rendah) yang ber!umlah 1# ibu dengan persentase /. +ama halnya dengan penelitian yang dilakukan di 8umah +akit
41
%mum abupaten 7urore!o 3ahun 200 yaitu ibu dengan resiko tinggi !umlahnya 20,9 lebih ke5il !ika dibandingkan dengan ibu dengan resiko rendah yaitu /9,1.2 %sia ibu terbanyak
pada
penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang menyatakan baha ibu usia C20tahun dan Etahun merupakan usia
risiko tinggi, pada
penelitian ini ibu terbanyak dengan usia 20-
tahun karena
kelompok usia ini adalah usia yang subur untuk hamil dan melahirkan, pada usia ini pula ibu 5enderung mengalami penyakit penyerta 7, ibu multipara, plasenta preia, ;8, dan bayi gemelly. b. 7enyakit penyerta ibu Dari hasil penelitian didapatkan baha ibu yang menderita penyakit penyerta dalam kehamilan sebanyak dari 22 ibu dengan persentase 1". 7ada penelitian di 8umah +akit %mum abupaten 7urore!o 3ahun 200 menun!ukan ibu yang menderita penyakit pen yerta dalam kehamilan hanya 1 dari /9 ibu dengan persentasi 1,.2 Dalam penelitian ini !enis penyakit penyerta pada ibu yang paling sering menyertai adalah 7re-eklamsia berat. 7re-eklamsia menyebabkan asfiksia karena ter!adi gangguan sirkulasi retroplasenta yang menyebabkan spasme arteriol, !ika spasme arteriol ter!adi se5ara berkepan!angan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan !anin. 2" 3eori ini sesuai dengan hasil yang diperoleh baha bayi dengan ibu 7 rata-rata mengalami asfiksia dan memiliki berat lahir rendah. 5. %sia gestasi.
42
%sia gestasi pre-aterm dan serotinus lebih berpeluang melahirkan bayi asfiksia sebesar 2,9 kali dibandingkan dengan yang yang tidak berisiko (aterm) ini dikarenakan fungsi organ yang belum sempurna pada bayi pre-aterm dan penuaan plasenta pada bayi serotinus. 2 Dalam penelitian ini semua bayi dengan asfiksia lahir dengan usia 5ukup bulan. erbeda dengan penelitian di 8umah +akit %mum abupaten 7urore!o 3ahun 200 menun!ukan baha bayi dengan usia kehamilan aterm F /minggu memiliki persentasi terbanyak yaitu /, dan bayi dengan usia C / sebanyak 2. 2 Basil penelitian ini tidak sesuai dengan teori yang ada dikarenakan adanya faktor risiko lain yang lebih dominan menyebabkan asfiksia !anin seperti adanya penyakit penyerta pada ibu, kelainan plasenta, air ketuban ber5ampur mekoneal, dan !umlah paritas yang tinggi. d. 7aritas. Dari hasil penelitian didapatkan terbanyak berturut-turut ibu multipara ber!umlah 1 ibu dengan presentase 9, ibu primipara ber!umlah ibu dengan persentase 2, dan ibu grandemultipara sebanyak " ibu dengan presentase 1. erbeda dengan penelitian yang dilakukan di 8umah +akit 'slam +urakarta yaitu terbanyak ibu primipara
,, multipara
0,dan grandemultipara
1#,/.
$enurut teori yang ada baha paritas yang tingi seperti pada multipara atau grandemultipara memungkinkan ter!adinya penyulit kehamilan dan persalinan yang dapat menyebabkan terganggunya transport @2 dari ibu ke !anin yang akan menyebabkan asfiksia pada
43
bayi baru lahir. &amun pada ibu primipara !uga berisiko karena persalinan akan berlangsung lama karena otot-otot rahim belum pernah diregangkan sebelumnya, dan kemungkinan besar akan menyebabkan hipoksia !anin. 1 e. etuban pe5ah dini. *aktor risiko saat persalinan lainnya yang dapat meningkatnya angka ke!adian asfiksia yaitu ketuban pe5ah dini (7D), pada penelitian ini didapatkan 2 ibu mengalami 7D dengan persentase 9. 7ada penelitian
yang
dilakukan
di
8umah
+akit
%mum
Daerah
+eirigading tahun 2012, 7D hanya ter!adi pada sebagian ke5il ibu yaitu /,9. 2/ Halaupun hanya ter!adi pada sebagian ke5il ibu namun 7D menyebabkan prolapsus funi5ulli yang beru!ung pada asfiksia. 'bu yang mengalami 7D 0-/ akan mengalami persalinan se5ara spontan dalam aktu " !am. akan mengalami sindrom gaat nafas, dan 1-2 kemungkinan mengalami kematian !anin. +emakin lama 7D ter!adi semakin besar kemungkinan komplikasi ter!adi, sehingga meningkatkan risiko asfiksia.2/ 7enelitian ini sesuai dengan teori yang ada baha 2 ibu yang mengalami 7D melahirkan se5ara spontan dan ter!adi komplikasi pada bayi yaitu asfiksia.
,.2.-
$arakteristik 'a+i 'aru lahir )engan as!iksia 'er)asarkan !akt&r risik& (ersalinan. a. ara persalinan. erdasarkan hasil penelitian didapatkan baha ibu yang melahirkan
spontan dan melahirkan dengan tindakan yaitu sectio cessarea
44
memiliki !umlah yang sama yaitu masing-masing 11 orang dengan persentase 0. Dalam penelitian ini ibu yang melahirkan dengan 5ara sectio cessarea memang memiliki penyulit yang diindikasikan untuk persalinan se5ara sectio cessarea yaitu
2 ibu dengan pre-
eklamsia berat, ibu dengan plasenta preia, 1 ibu dengan bayi gemelly (letak lintang), 1 ibu dengan bayi besar "000gr, 2 ibu primipara yang kemungkinan memiliki panggul sempit yang tidak memungkinkan untuk kelahiran normal. 7ada penelitian di 8umah +akit 'slam +urakarta menun!ukan baha persalinan dengan se5tion 5essarea /, kemudian diikuti dengan persalinan spontan , dan dengan akum atau for5eps 10. 1 erbeda dengan penelitian di 8umah +akit %mum abupaten 7urore!o 3ahun 200 terbanyak yaitu persalinan spontan #",# dan sectio cessarea ,".2 4adi 5ara persalinan tergantung dari indikasi yang menyertai ibu, serta ke5epatan pengambilan keputusan untuk melakukan tindakan sectio dan lamanya operasi !uga akan mempengaruhi keadaan bayi.
b. 7resentasi !anin abnormal. Dalam penelitian ini presentasi !anin abnormal !uga merupakan faktor risiko persalinan, terdapat 1 bayi dengan letak sungsang dengan persentase " dan 2 bayi dengan letak lintang dengan persentase 9. edua bayi dengan letak lintang merupakan bayi gemelly. Halaupun bayi dengan letak lintang dan sungsang sangat sedikit namun hasil penelitian ini tidak !auh berbeda dengan penelitian yang dilakukan di
45
8umah +akit %mum abupaten 7urore!o tahun 200 yaitu bayi dengan letak lintang atau sungsang sebanyak 10,.2 7ada letak sungsang bahaya asfiksia ter!adi apabila kepala tidak lahir lebih dari delapan menit, maupun karena manipulasi berlebihan oleh penolong persalinan (pada letak lintang) sehingga menyebabkan trauma dan hipoksia !anin. 5. +indrom aspirasi me5oneum (+A$). *aktor lain pada bayi yang dapat menyebabkan asfiksia adalah sindrom aspirasi mekoneum, dari hasil penelitian ini didapatkan bayi dari 22 bayi dengan persentase 1". Air ketuban 5ampur mekoneal (air ketuban keruh) ter!adi pada -1# dari seluruh persalinan, yang men!adi petun!uk adanya gaat !anin, namun tidak semua air ketuban keruh dapat berkembang men!adi sindrom aspirasi mekoneum hanya 11 sa!a yang dapat berkembang men!adi +A$. 2 Dalam penelitian ini bayi dengan +A$ semuanya mengalami kematian. BAB 5 PENUTUP
-.1 $esim(ulan.
esimpulan yang dapat diambil dari penelitian 22 bayi dengan asfiksia adalah.
46
1. +elama periode 4anuari-Desember 201 sebanyak 10 ("#) kasus bayi meninggal karena asfiksia. 2. Asfiksia terbanyak pada bayi dengan !enis kelamin perempuan yaitu sebanyak 1 (9). . *aktor risiko pada bayi = a. ayi dengan asfiksia terbanyak lahir dengan berat badan 200-"000gr yaitu 1" (#"). b. elainan plasenta (plasenta preia) didapatkan pada ( 2) kasus. 5. ;ilitan tali pusat didapatkan pada 1 bayi dengan persentasi ". ". *aktor risiko pada ibu = a. elompok usia ibu terbanyak adalah usia 2-tahun yaitu 12 (") ibu. b. 'bu dengan penyakit penyerta yaitu 7 sebanyak (1") ibu. 5. %sia kehamilan pada penelitian ini yaitu semua bayi 5ukup bulan 100. d. 7aritas terbanyak yaitu ibu multipara sebanyak 1 (9). e. 'bu dengan 7D sebanyak 2 ibu dengan presentasi 9. . *aktor risiko persalinan = a. 'bu melahirkan dengan 5ara spontan dan se5tion 5essarea !umlahnya sama yaitu 11 ( 0) ibu. b. 7resentasi bayi abnormal terbanyak yaitu pada bayi letak lintang 2 (9) bayi. 5. Air ketuban ber5ampur me5oneal didapatkan pada (1") kasus. -.2 #aran. erdasarkan hasil penelitian ini, maka saran yang dapat penulis berikan yaitu = 1. agi dinas kesehatan, untuk mengadakan onseling 'nformasi dukasi
(') se5ara rutin terhadap ibu hamil di fasilitas kesehatan primer untuk mengetahui faktor risiko se5ara dini. 2. 7uskesmas dan rumah sakit perlu lebih aktif melakukan skrining pada ibu dengan kehamilan berisiko tinggi, agar tindakan preentif dan penanganan dapat dilakukan se5ara dini.
47