LAPORAN PRAKTIKUM KELOMPOK 3 TEKNIK ANALISIS TANAH DAN TANAMAN ANALISIS TANAH DAN TANAMAN KAKAO (T heobr heobrom oma cacao L) DI SUSUN OLEH : YULIUS KUNANG
C1011131190
W. FANDIUS AGATO
C1011131180
FRANSISKUS JEPRI
C1011131188
ARDIANTO
C10111311
MONIKA
C1011131170
IQBAL MUHARRAHMAN MUHARRAHMAN
C1011131196
MASDIANTO
C10111311
IMBRAN
C1011131187
AGROTEKNOLOGI FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2015
UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK FAKULTAS PERTANIAN AGROTEKNOLOGI D 2015
LEMBAR PENGESAHAN Laporan Praktikum Teknik Analisis Tanah dan Tanaman
Disusun Oleh :
Yulius Kunang, W. Fandius Agato, Fransiskus Jepri, Ardianto, Imbran, Monika, Iqbal Muharrahman, Muharrahman, masdianto Disetujui Oleh :
Dosen Pengempuh Mata Kuliah
Dr. Sulakhudin, SP, MP
Pengarah Pratikum
Jamli, SP ????
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, kerena atas berkah dan rahmat-Nya kami dapat menyelesaikan laporan praktikum Teknik Analisis Tanah dan Tanaman. Laporan ini di susun sebagai tugas laporan praktikum mata kuliah Teknik Analisis Tanah dan Tanaman program studi Agroterknologi. Laporan ini membahas tentang hasil yang telah dilakukan dalam proses praktikum. Kami menyadari dalam penyusunan laporan ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu saran dan kritikan yang sifatnya membangun sangat diperlukan kami demi kesempurnaan penulisan laporan ini pada masa yang akan mendatang. Akhir kata dengan segala kerendahan hari kami mengucapkan mohon maaf dan terima kasih, semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi kita semua,
Pontianak, Desember 2015
DAFTAR ISI
Halaman Pengesahan ................................................................................................. Kata Pengantar ........................................................................................................... Daftar Isi .................................................................................................................... BAB I. PENDAHULUAN ......................................................................................... A. Kata Pengantar............................................................................................... B. Rumusan Masalah.......................................................................................... C. Tujuan ............................................................................................................ BAB II. TINJAUAN PUSTAKA .............................................................................. A. Tanah Aluvial................................................................................................. B. Tanaman Kakao ............................................................................................. C. Unsur Nitrogen............................................................................................... D. Unsur Fosfor .................................................................................................. E. Unsur Kalium ................................................................................................. F. Analisis Tanah dan Jaringan Tanaman .......................................................... BAB III. METODE PRAKTIKUM ........................................................................... A. Tempat dan Waktu Praktikum ....................................................................... B. Bahan dan Alat Praktikum ............................................................................. C. Prosedur Kerja ............................................................................................... BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................. A. Hasil Analisis Tanah dan Tanaman ............................................................... B. Pembahasan.................................................................................................... C. Penentuan Dosis Pupuk.................................................................................. BAB V. PENUTUP A. Kesimpulan .................................................................................................... B. Saran .............................................................................................................. DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ LAMPIRAN...............................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Analisis tanah atau pengujian tanah adalah aktivitas menganalisa sampel tanah untuk mengetahui kondisi dan karakteristik tanah, seperti nutrien, kontaminasi, komposisi, keasaman, dan sebagainya. Analisis tanah menentukan tingkat kecocokan tanah terhadap aktivitas pertanian dan jenis tanaman yang ditanam. Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur kadar hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan. Namun, hasil uji tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal yang dimintakan rekomendasinya dan tidak dengan cara benar. Oleh karena itu pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah. Teknik Analisis Tanaman adalah analisis yang dilakukan terhadap jaringan untuk mengetahui status / unsur hara
tanaman sehingga dapat diketahui tingkat
kecukupan atau kekurangan hara bagi tanaman. Analisisi tanaman untuk mendiagnosa dan memantau status hara tanaman sangat di tentukan oleh pengumpulan, penanganan, dan analisis bagian tanaman tanaman. cara serta langkah yang tepat dalam melakukan dalam melakukan hal-hal di atas akan menghindarkan dari hasil serta interpretasi yang salah dan tidak dapat dipercaya. Analisis tanaman didasarkan atas anggapan bahwa jumlah unsur hara dalam tanaman merupakan indikasi suplai unsur hara tertentu dan dengan demikian secara langsung berhubungan dengan kuantitas dalam tanah. Karena kekurangan unsur hara akan membatasi pertumbuhan tanaman, maka unsur hara lainnya dapat terakumulasi dalam cairan sel dan menunjukkan nilai uji yang tinggi, tanpa memperhatikan suplainya.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara mengetahui kandungan unsur NPK yang ada pada tanah aluvial dan pada tanaman kakao ?
Bagaimana cara menganalisis kandungan unsur NPK yang terkandung pada tanah aluvial dan pada tanaman kakao ?
Berapa kandungan unsur NPK yang ada pada tanah aluvial dan pada tanaman kakao ?
C. Tujuan
Adapun tujuan dari praktikum Analisis Tanan dan Tanaman ini adalah untuk mengetahui berapa kandungan unsur Nitrogen, Fosfor, dan Kalium pada tanah aluvial dan pada tanaman kakao .
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tanah Aluvial
Tanah aluvial disebut juga tanah endapan dengan warna keabu-abuan atau coklat, tanah ini belum memiliki perkembangan profil yang baik. Tekstur tanah aluvial liat atau liat berpasir dengan kandungan pasirnya kurang dari 60%. Struktur tanah aluvial adalah pejal atau tanpa stuktur, sedangkan konsistensinya sangat keras pada saat kering dan teguh pada saat basah atau lembab (Antonius, 2007). Tanah Alluvial pada proses pembentukannya sangat tergantung dari bahan induk asal tanah dan topografi, punya tingkat kesuburan yang bervariasi dari rendah sampai tinggi, tekstur dari sedang hingga kasar, serta kandungan bahan organik dari rendah sampai tinggi dan pH tanah berkisar masam, netral, sampai alkalin, kejenuhan basa dan kapasitas tukar kation juga bervariasi karena tergantung dari bahan induk ( Anonim, 2012). Menurut Sarief (dalam Atonius, 2007) untuk daerah penyebaran tanah aluvial terdapat pada berbagai keadaan iklim dengan ketinggian yang beraneka ragam, tapi pada umumnya terdapat pada dataran rendah yang bentuk wilayahnya datar sampai bergelombang. Status kesuburan Alluvial amat tergantung dengan bahan induk dan iklim. Suatu kecenderungan memperlihatkan bahwa di daerah beriklim basa P dan K relatif rendah dan pH lebih rendah dari 6,5. daerah-daerah dengan curah hujan rendah di dapat kandungan P dan K lebih tinggi dan netral. B. Tanaman Kakao
Kakao (Theobroma cacao L) merupakan tanaman kecil di bagian bawah hutan hujan tropis di Amerika Selatan, tumbuhnya selalu terlindung pohon besar lain. Selanjutnya menyebarkan dengan penyebaran geografis antara 20 LU – 20 LS, dengan batas penyebaran yang memberikan keuntungan antara 10 LS dan 10 LU. Daerah hutan hujan tropis merupakan daerah dengan sifat ekologi yang paling cocok untuk tanaman kakao. Tanaman kakao tersebut merupakan salah satu anggota genus Theobrama dari familia Sterculaieeae yang banyak dibudidayakan, yang secara sistematika mempunyai urutan taksa sebagai berikut :
Klasifikasi Tanaman Kakao : Divisio
: Spermatophyta
Subdivisio
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledoneae
Ordo
: Malvales
Familia
: Sterculiaceae
Genus
: Theobroma
Spesies
: Theobroma cacao L.
Tinggi tanaman kakao apabila dibudidayakan dikebun, tinggi tanaman umur tiga tahun mencapai 1,8 – 3,0 meter dan pada umur 12 tahun dapat mencapai 4,5 – 7,0 meter (Hall, 1932). Tanaman kakao bersifat dimorfisme, artinya mempunyai dua bentuk tunas vegetatif. Tunas yang arah pertumbuhannya ke atas disebut dengan tunas ortotrop atau tunas air (wiwilan atau chupan), sedangkan tunas yang arah pertumbuhannya ke samping disebut dengan plagiotrop (cabang kipas atau fan).Tinggi tanaman tersebut beragam, dipengaruhi oleh intensitas naungan serta faktor-faktor tumbuh yang tersedia (Joehari, 2013). Tanaman kakao asal biji, setelah mencapai tinggi 0,9 – 1,5 meter akan berhenti tumbuh dan membentuk jorket(jorquette). Jorket adalah tempat percabangan dari pola percabangan ortotrop ke plagiotrop dan khas hanya pada tanaman kakao (Joehari, 2013). Daun kakao bersifat dimorfisme, dimana pada tunas ortotrop, tangkai daunnya panjang, yaitu 7,5-10 cm sedangkan pada tunas plagiotrop panjang tangkai daunnya hanya sekitar 2,5 cm. Tangkai daun bentuknya silinder dan bersisik halus, bergantung pada tipenya (Hall (1932) dalam petani hebat, 2013). Bunga kakao, sebagaimana anggota Sterculiaceae lainnya, tumbuh langsung dari batang ( cauliflorous). Bunga sempurna berukuran kecil (diameter maksimum 3 cm), tunggal, namun nampak terangkai karena sering sejumlah bunga muncul dari satu titik tunas. Warna buah kakao sangat beragam, tetapi pada dasarnya hanya ada dua macam warna. Buah yang ketika muda berwarna hijau atau hijau agak putih jika sudah masak akan berwarna kuning. Sementara itu, buah yang ketika muda berwarna merah, setelah masak berwarna jingga (oranye).
Biji terangkai pada plasenta yang tumbuh dari pangkal buah, di bagian dalam. Biji dilindungi oleh salut biji (aril) lunak berwarna putih. Dalam istilah pertanian disebut pulp. Endospermia biji mengandung lemak dengan kadar yang cukup tinggi. Syarat Pertumbuhan sebagai berikut : a. Iklim
Curah hujan
Curah hujan pertanaman kakao di Indonesia berkisar antara 1800 – 3000 mm pertahun dan merata sepajang tahun.
Tanaman kakao masih bisa hidup pada musim kering yang berlangsung 2 bulan.
b. Kelembapan udara Kelembapan udara relatif yang dikehendaki tanaman kakao adalah 80 % – 90 % c. Angin Angin kencang dapat mengakibatkan kerusakan mekanis pada tanaman kakao serta menurunkan kelembapan relatif udara. Pengaruh angin kering pada pertanaman kakao di dekat pantai mengakibatkan matinya jaringan sel daun pada bagian tepi. d. Intensitas cahaya Intensitas cahaya matahari diatur dengan adanya pohon pelindung. Intensitas cahaya matahari akan mengatur perbungaan tanaman kakao. e. Suhu Suhu yang dikehendaki berkisar antara 24 0 C dan 280 C tiap harinya. Suhu di atas 300 C dibawah naungan sering menimbulkan terlalu banyak pertumbuhan vegetatif. C. Unsur Nitrogen
Unsur Nitogen (N) merupakan unsur yang sangat penting bagi tanaman. Unsur ini diserap oleh sebagian besar tanaman dalam bentuk ion nitrat (NO 3 ¯) dan amonium (NH4+). Amonium (NH4+) adalah bentuk N jika terdapat pada tanah berdrainase jelek atau tergenang. Pada tanah sawah, N kurang dapat diserap dengan baik dalam bentuk NO3 ¯ (Subroto dalam Elan, 2007 : 5). Sedangkan NO3¯ diserap oleh tanaman dengan baik pada tanah yang tidak tergenang. Lingga dan Suparyono (Elan, 2007 : 17) menyatakan peranan utama unsur N adalah untuk merangsang pertumbuhan tanaman secara keseluruhan, khususnya
cabang, batang, dan daun. Selain itu N juga berperan penting dalam hal pembentukan hijauan daun yang berguna sekali dalam proses fotosintesis serta berfungsi juga dalam pembentukan protein, lemak dan berbagai persenyawaan organik lainnya. Di samping sebagai penyususn protein, N merupakan bagian integral kloroplas. Secara fungsional senyawa protein yang bersifat vital adalah asam deoksiribonukleat (DNA). DNA memiliki peranan yang sangat penting dalam hal keturunan, sedangkan klorofil adalah penyerap sumber energi utama (sinar matahari) dalam proses fotosintesis. Gejala akibat kekurangan unsur nitrogen ditandai dengan warna daun berubah menjadi hijau muda kemudian menjadi kuning sempurna, jaringan daun mati dan mengering berwarna kecoklatan. Jika berbuah, maka bentuk buahnya tidak sempurna, kecil, kekuningan dan masak sebelum waktunya. Sedangkan apabila kelebihan unsur ini maka pertumbuhan vegetatif tanaman akan memanjang sehingga memperlambat waktu panen, tanaman akan mudah rebah dan mudah terserang hama dan penyakit. D. Unsur Fosfor
Unsur fosfor (P) merupakan unsur terpenting kedua bagi tanaman setelah N, karena unsur tersebut terlibat langsung hampir dalam setiap aktivitas pertumbuahan tanaman. Fosfor diserap oleh tanaman dalam bentuk ortofosfor primer H 2PO4 ¯ dan ortofosfor sekunder HPO 42-.
berdasarkan pada tingkat kemasaman tanah bentuk
H2PO4 ¯ lebih dominan dijumpai pada tanah sangat masam dan agak masam dan HPO 42dijumpai pada tanah yang agak basa. Betuk H 2PO4 ¯ pada umumnya lebih tersedia bagi tanaman (Nyakpa, 1988 : 145 dalam Liten, 2001 : 12-13). Kandungan P total beragam dari tanah yang satu ke tanah yang lain, hal tersebut tergantung dari sifat dan ciri tanah serta sistem pengolahannya. Unsur P dalam tanah hilang melalui air perlokasi dan terangkut oleh tanaman. Jumlah P total lebih besar dari pada jumlah P yang tersedia. Sumber P berasal dari batuan Fosfat dan endapan guano. Fosfor merupakan komponen penyusun beberapa enzim, protein, ATP, RNA, dan DNA. ATP penting untuk proses transfer energi, sedangkan RNA dan DNA menentukan sifat genetik tanaman. Unsur P juga berperan pada pertumbuhan benih, akar, bunga, dan buah. Dengan membaiknya struktur perakaran sehingga daya serap nutrisi pun lebih baik. Bersama denga kalium, fosfor dipakai untuk merangsang pembungaan. Kekurangan unsur fosfat pada tanaman ditandai dengan munculnya warna merah keunguan pada bagian bawah daun, terutama tulang daun. Daun terpelintir, tepi
daun, cabang dan batang juga berwarna ungu sebagai akibat dari pembentukan antosianin. Kekurangan unsur fosfat juga mengakibatkan terhambatnya sistem perakaran dan pembuahan pada tanaman. sedangakan Kelebihan unsur fosfat menyebabkan penyerapan unsur lain terutama unsur mikro seperti besi (Fe) , tembaga(Cu) , dan seng(Zn) terganggu. Namun gejalanya tidak terlihat secara fisik pada tanaman. E. Unsur Kalium
Kalium (K) merupakan unsur hara yang kadarnya bisa mencapai 2,6% dari berat total tanah. Secara umum K tanah berasal dari batuan dan mineral. Berdasakan ketersediannya maka K dapat dipergolongkan menjadi K-relatif tidak tersedia, Klambat tersedia dan K-segera tersedia (Nyakpa dkk, 1988 : 177 dalam Hendra, 2000 : 7). K-relatif tidak tersedia sebesar 90-98%, K-lambat tersedia sebesar 1-10%, dan Kmudah tersedia 1-2%. Unsur K siserap oleh tanaman dalam bentuk K +. Kalium berperan sebagai pengatur proses fisiologi tanaman seperti fotosintetis, akumulasi, translokasi, transportasi karbohidrat, membuka menutupnya stomata, atau mengatur distribusi air dalam jaringan dan sel, mencegah bunga dan buah agar tidak mudah gugur. Indranada (Hendra, 2000 : 8) menyatakan bahwa unsur kalium bersifat sangat mobil dan diserap tanaman lebih awal dari N dan P, oleh karena itu gejala defesiensi K pertama kali pada daun-daun tua, karena akumulasi K diperiode pertumbuhan setelah itu ditranslokasikan ke bagian tanaman lain. Tanaman yang kekurangan unsur kalium akan menunjukkan gejala berupa mengerutnya daun, terutama daun tua meskipun tidak merata. Tepi dan ujung daun menguning, kemudian menjadi bercak coklat. Bercak daun ini akhirnya gugur, sehingga daun tampak bergerigi dan akhirnya mati. Jika tanaman berbuah, maka buah yang terbentuk tidak sempurna, kecil, kualitasnya jelek, tidak tahan simpan. Sedangkan tanaman yang kelebihan K menyebabkan penyerapan Ca dan Mg terganggu. Pertumbuhan tanaman terhambat sehingga tanaman mengalami defisiensi. F. Analisis Tanah dan Jaringan Tanaman
Analisis tanah atau pengujian tanah adalah aktivitas menganalisa sampel tanah untuk mengetahui kondisi dan karakteristik tanah, seperti nutrisi, kontaminasi, komposisi, keasaman, dan sebagainya (Wikipedia). Pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah. Analisis kimia dari contoh tanah yang diambil diperlukan untuk mengukur kadar
hara, menetapkan status hara tanah dan dapat digunakan sebagai petunjuk penggunaan pupuk dan kapur secara efisien, rasional dan menguntungkan. Namun, hasil uji tanah tidak berarti apabila contoh tanah yang diambil tidak mewakili areal yang dimintakan rekomendasinya dan tidak dengan cara benar. Oleh karena itu pengambilan contoh tanah merupakan tahapan terpenting di dalam program uji tanah. Contoh tanah dapat diambil setiap saat, tidak perlu menunggu saat sebelum tanam namun tidak boleh dilakukan beberapa hari setelah pemupukan. Keadaan tanah saat pengambilan contoh tanah pada lahan kering sebaiknya pada kondisi kapasitas lapang (kelembaban tanah sedang yaitu keadaan tanah kira-kira cukup untuk pengolahan tanah). Sedang pengambilan pada lahan sawah sebaiknya diambil pada kondisi basah. Secara umum, contoh diambil sekali dalam 4 tahun untuk sistem pertanaman dilapangan. Untuk tanah yang digunakan secara intensif, contoh tanah diambil paling sedikit sekali dalam 1 tahun. Pada tanah-tanah dengan nilai uji tanah tinggi, contoh tanah disarankan diambil setiap 5 tahun sekali. Analisis tanaman untuk mendiagnosa dan memantau status hara tanaman sangat di tentukan oleh pengumpulan, penanganan, dan analisis bagian tanaman. cara serta langkah yang tepat dalam melakukan dalam melakukan hal-hal di atas akan menghindarkan dari hasil serta interpretasi yang salah dan tidak dapat dipercaya. Analisis tanaman didasarkan pad a premise bahwa: “ Jumlah unsur hara tertentu dalam tanaman merupakan indikasi dari ketersediaan un sur hara tersebut dalam tanah”. Karena kekurangan unsur hara tertentu akan membatasi pertumbuhan tanaman, maka P, kemungkinan unsur hara lain dalam tanaman menunjukkan konsentrasi tinggi.
BAB III METODE PRAKTIKUM A. Tempat dan Waktu Praktikum
Praktikum dilakukan di Laboratarium Kesuburan Tanah Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura Pontianak, hari senin pukul 12.40 WIB. B. Bahan dan Alat Praktikum
1. Analisis tanah
Data hasil analisis tanah dari laboratarium
2. Analisis jaringan tanaman
4 helai daun kakao
Staplest
Larutan H2SO4
Gelas erlenmeyer
Larutan HCL
Labu kjedbal
Larutan NaOH 40%
Timbangan analitik
Larutan H3BO3 1%
Pipet tetes
Larutan amonium molibdat
Tabung reaksi
Larutan amonium vanadat
Rak tabung reaksi
Indikator conway
Labu ukur
Gunting
Kertas label
Kertas dilubangi
Botol
Oven
Nampan
Grinder
Corong
Cawan porselen
Kertas saring
Aquadest
Spektrometer
Batu apung / didih
Flame photometer
Tanur
kupet
Hotplat
3. Prosedur Kerja
Mengambil sampel daun dilapangan (kelompok 3, daun kakao 4 helai yaitu daun no 2 dan 3 dengan ketentauan pengembilan contoh daun dimana ranting bawah daun berwarna coklat dan ranting atas berwarna hijau serta tangkai sisi atas berbintik coklat dan bawah berwarna hijau).
Daun yang telah diambil dibersihkan dari debu kemudian di potong menjadi beberapa bagian. Setelah di potong dimasukkan ke dalam bungkus kertas yang telah dilobangi.
Sampel daun tersebut di oven salama 1 x 24 jam dengan suhu 70 0 C.
Setelah di oven, timbang berat kering daun kakao tersebut, setelah itu haluskan daun dengan menggunakan grinder.
Daun yang telah dihaluskan di timbang kembali, dan masukkan pada cawan porselan sebanyak 1 gr dan pada labu sebanyak 0,25 gr.
Kemudian sampel dalam cawan porselen dimasukkan ke dalam tanur dengan suhu 5000 C selama 10 jam dan sampel pada labu diberi larutan H 2SO4 sebanyak 5 ml lalu disimpan di hotplat dimulai dari suhu O O dan dinaikan sampai 100, 200, atau sampai 300 sampai larutan berubah menjadi bening.
Sampel dalam cawan porselen yang berada dalam tanur jika setelah 10 jam dan menjadi abu dikeluarkan, lalu diberi larutan HCL sebanyak 10 ml, kemudian panaskan ± 1 menit menggunakan hotplat dengan suhu 330 0 C sampai cawan terasa panas, lalu tambahkan aquadest sebanyak 100 ml, kocok hingga homogen dan masukkan kedalam botol sampel. Di cawan porselen digunakan untuk analisis P dan K. Maka botol diberi label analisis P dan K.
Sampel pada labu diberi aquadest sebanyak 50 ml kemudian di kocok hingga tercampur merata / homogen lalu masukkan ke dalam botol. sampel di labu digunakan untuk analisis unsur N. Maka botol diberi label analisis N.
Diamkan sampel selama 1 malam.
a. Analisis Unsur Nitrogen
Sampel di pipet sebanyak 10 ml, masukkan ke dalam labu kjedhal, tambahkan aquadest 100 ml, sebelum itu tambahkan larutan NaOH 40%. Lalu tetrasi dengan indikator conway sebanyak 2 tetes di dalam labu kjedhal. Kocok larutan hingga homogen hingga berwarna pink, kemudian ditambahkan batu apung pada labu.
Kemudian siapkan erlenmeyer 50 ml yang sudah diberi asam borat 5 ml, kemudian tetesi dengan indikator conway sebanyak 3 tetes. Erlenmeyer 50 ml ini yang nantinya akan digunakan sebagai penampung. Kemudian hubungkan kedua larutan tadi dengan alat destilasi, panaskan hingga larutan pada labu kjedhal penampung mencapai 50 ml dan pada erlenmeyer berwarna hijau.
Langkah selanjutnya larutan di titrasi.
b. Analisis Kalium
Sampel analisis K di pipet sebanyak 1 ml, tambahkan 9 ml aquadest.
Kemudian langsung dibakar / dipanaskan denga menggunakan flame photometer. Maka akan terbaca kandungan K nya.
Sample larutan K mengandung 0,61 absorban dan constanta yang dihasilkan adalah 14,6422.
c. Analisis Fosfor
Sampel analisis P di pipet sebanyak 1 ml, masukkan ke dalam tabung reaksi lalu tambahkan aquadest 4 ml, kemudian tambahkan 5 ml amonium molibdat dan amonium vanadat dengan perbandingn 1 : 1. Diamlan selama 15 menit hingga larutan berwarna kuning atau agak kekuningan.
Setelah 15 menit, ambil sampel larutan P, pindahkan ke dalam kupet. Kemudian masukkanlarutan ke dalam spoktrometer, maka spoktrometer akan membaca kandungan P pada larutan sampel, dengan panjang gelombang 470 nm.
Pada larutan analisis P terjadi sebuah kesalahan, larutan sampel tidak dapat terbaca oleh spoktrometer, maka percobaan diulang kembali dengan mengambil kembali larutan sebanyak 1 ml, kemudian ditambahkan 5 ml amonium molibdat dan 5 ml amonium vanadat, dikocok hingga homogen dan berwarna kuning. Kemudian masukkan kembali kedalam spoktrometer.
Berdasarkan hasil maka larutan P mengandung 0,085 absorban dan constanta yang dihasilkan adalah 46,6625.
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil Analisis Tanah dan Tanaman 1. Hasil Analisis Tanah HASIL ANALISIS TANAH PARAMETER ANALISIS
NILAI
HARKAT
pH H2O
-
4,08
Sangat Masam
pH KCL
-
3,91
Sangat Masam
C-Organik
(%)
6,33
Sangat Tinggi
Nitrogen Total
(%)
0,59
Tinggi
(ppm)
43,66
Sangat Tinggi
Ekstraksi Bray I
- P2O5
Ekstraksi NH4OAC 1N pH : 7
- Kalium
(cmol (+) kg-1)
0,25
Rendah
- Natrium
(cmol (+) kg-1)
0,36
Rendah
- Kalsium
(cmol (+) kg-1)
3,66
Rendah
- Magnesium
(cmol (+) kg -1)
1,69
Sedang
- KTK
(cmol (+) kg -1)
27,82
Tinggi
Kejenuhan Basa
(%)
21,42
Rendah
- Hidrogen
(cmol (+) kg -1)
0,38
- Aluminium
(cmol (+) kg-1)
1,20
- Pasir
(%)
3,49
- Debu
(%)
43,68
- Liat
(%)
52,83
Bobot Isi
(gr/cm 3)
1,14
Kedalaman
(cm)
20
Ekstraksi KCL 1N
Sangat Rendah
Tekstur
Liat Berdebu
Perhitungan pupuk NPK :
1. Berat 1 Ha Tanah : Kedalaman tanah : 20 cm Bobot isi : 1,14 gr/cm3 Berat tanah 1 Ha adalah 1 Ha = 100 m x 100 m = 104 cm x 104 cm x 20 cm x 1,14 gr/cm3 = 22,8 x 108 gram = 22,8 x 105 kg 2. N Total Dalam Tanah (0,59%) N ? = 0,59/100 x 22,8 . 105 kg/ha = 13452 kg/ha Efisiensi pada tanah = 0,12% Maka N yang tersedia di dalam tanah = 0,12/100 x 13452 kg/ha = 16,1424 kg/ha 3. P ( Bray I ) = 43,66 ppm Maka P tersedia dalam tanah = 43,66 . 10 -6 x 22,8 . 10 5 kg/ha = 99,5448 kg/ha ( Ba P = 31 dan O = 16 ) = 142/62 x 99,5448 = 227,9897 kg P2O5/ha 4. K-dd = 0,25 Cmol (+) kg -1 = 0,25 me/100gr tanah (ppm) Maka K tersedia dalam tanah = 0,25 ppm x 22,8 . 10 5 kg/ha = 0,25 . 10 -6 x 22,8 . 105 kg/ha = 5,7 x 10 -1 kg/ha = 0,57 kg/ha (Ba K= 39, valensi= 1) = 39/1 x 0,57 kg/ha = 22,23 kg/ha 2. Hasil Analisis Tanaman a. Hasil Perhitungan Nitrogen N
= (Vc – Vb) x N H2SO4 x 14 x 100/mg contoh x FP x FK = .......... x 0,0821 x 14 x 100/250 x 50/10 x 1 = 2,5 x 0,0821 x 14 x 100/250 x 50/10 x 1 = 2,5 x 0,0821 x 14 x 0,4 x 5 x 1 = 5,747 %
b. Hasil Perhitungan Fosfor
Pppm = Constanta x Vek/w x FP x FK = 46, 6625 x 50/1 x 1 x 1 = 2333,125 ppm P%
= Pppm / 10.000 = 2333,125 / 10.000 = 0,2333125 %
c. Hasil Perhitungan Kalium Kppm = Constanta x Vek/w x FP x FK = 14,6422 x 50/1 x 10 x 1 = 7321,1 ppm K%
= Kppm / 10.000 = 7321,1 / 10.000 = 0,73211 %
B. Pembahasan
Dari hasil interprestasi data di dapat bahwa unsur nitrogen pada analisis tanah aluvial tingggi... C. Penentuan Dosis Pupuk
Dari hasil analisis maka penentuan jumlah pupuk yang harus diberikan pada tanah dan tanaman adalah : 1. Rekomendasi Pupuk Nitrogen Untuk Tanah Aluvial Pada tanah aluvial karena unsur nitrogen yang terkandung di dalam tanah telah tinggi maka pemupukan sebaiknya diberi hanya untuk mempertahankan kandungan unsur nitrogen di dalam tanah saja dan jangan berlebihan. 2. Rekomendasi Pupuk Fosfor Untuk Tanah Aluvial Pada tanah aluvial karena unsur fosfor yang terkandung di dalam tanah telah sangat tinggi maka pemupukan sebaiknya diberi hanya untuk mempertahankan kandungan unsur fosfor di dalam tanah saja dan jangan berlebihan. 3. Rekomendasi Pupuk Kalium Untuk Tanah Aluvial Hasil analisis
K-tanah
= 0,25 cmol (+) kg -1 (Rendah)
K-standar
= 0,30 cmol (+) kg -1 (Sedang)
Perlu ditingkatkan
= 0,30 – 0,25 = 0,05 cmol (+) kg -1
Maka kebutuhan pupuk 1 Ha untuk berat tanah 22,8 x 10 5 (kedalaman 20 dan bobot isi 1,14 gr/cm3) adalah : = 0,05 cmol (+) kg -1 (Ba K= 39, valensi 1)
= 0,05 x 39/1 mg /100 g = 1,95 mg/100 g = 19,5 mg/kg = 19,5 ppm = 19,5 . 10-6 x 22,8 . 105 = 444,6 x 10 -1 kg/ha = 44,46 kg/ha 4. Rekomendasi untuk menaikkan pH tanah aluvial Karena tanah tersebut sangat masam maka pH harus dinaikkan menjadi sedang. Untuk pH sedang yaitu 5,5, maka jumlah kapur yang ditambahkan apabila menggunakan CaCO3 adalah
Untuk menaikkan pH menjadi 5,5 dari pH awal maka 1.5 x Al -dd (1.5 t CaCO3/ha)
Maka kapur yang diperlukan adalah = 1,5 x 1,20 AL -dd = 1,8 ton CaCO 3/ha
Apabila kapur yang digunakan daya netralisasinya 109 % maka kapur yang digunakan = 100/109 x 1,8 ton/ha = 1,65 ton/ha
5. Rekomendasi pupuk N pada tanaman kakao 6. BAB V PENUTUP
A. Kesimpulan B. Saran
DAFTAR PUSTAKA
Elan, E., 2007. Pengaruh Campuran POC NASA+HORMONIK dan PHONSKA Terhadap Serapan N, P, dan Pertumbuhan Tanaman Padi di Lahan Pasang Surut. Rancangan Penelitian. Fakultas Pertanian. UNTAN. Tidak Dipublikasikan. Minarni, S., 2004. Pengaruh Abu Serbuk Gergaji dan Pupuk Fosfor Terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Waluh pada Lahan Gambut. Skripsi. Fakultas Pertanian. UNTAN. Tidak Dipublikasikan.
Liten. 2001. Pengaruh Pemberian Bokashi Sampah Kota dan Pemupukan SP-36 Terhadap Hasil Tanaman Sawi Putih pada Tanah Podsolik Merah Kuning. Rancangan Penelitian. Fakultas Pertanian. UNTAN. Tidak Dipublikasikan.
LAMPIRAN