BAB 13 EKUITAS MODAL DISETOR
Oleh:
1. ASBY BAHZAR
4. NURUL HAYATI
14.11.106.401201.1689
14.11.106.401201.1740
2. ENY ERAWATI
5. SURIYANI
14.11.106.401201.1749
14.11.106.401201.1720
3. HARRY PERDANA W
6. YUSMIKHA DEASY LIMBONG
14.11.106.401201.1723
154022092
A1-Akuntansi
FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STUDI S1- AKUNTANSI UNIVERSITAS BALIKPAPAN 2016
PERSEROAN TERBATAS Stuktur Organisasi Perusahaan
Berdasarkan bentuk kepemilihan,stuktur organisasi perusahaan dapat di bedakan menjadi tiga kelompok besar,yaitu: 1. Perusahaan perseorangan Adalah perusahaan yang di miliki oleh perseorangan 2. Perusahaan persekutuan Adalah perusahaan yang dimiliki oleh dua orang atau lebih yang membentuk persekutuan 3. Perusahaan perseorangan terbatas Adalah perusahaan yang dimiliki oleh lebih dari dua orang atau badan hukum,melalui penerbitan surat saham
Karakteristik PT
Ada dua macam PT, yaitu PT tetutup dan PT
terbuka. PT Tertutup
selanjutnya dikenal sebagai PT saja. adalah perseorangan yang tidak menerbitkan saham untuk publik. Sementara PT terbuka, dikenal sebagai PT,TBK, adalah perseorangan yang menerbitkan saham di pasar modal sehingga publik dapat membelinya. Keunggulan PT lainnya adalah sebagai berikut: 1. Berbentuk badan hukum terpisah dari pemilik dan merupakan para pihak dalam kasus hukum 2. Dilindungin oleh undang-undang dan Negara 3. Keberlangsungan usaha tidak terpengaruh oleh kondisi pemilik,seperti meninggal dunia 4. Reputasi yang lebih kuat dan diakui oleh sejumlah pihak penyedia fasilitas pendanaan,seperti perbankan atau pasar modal 5. Kekayaan PT terpisah dari kekayaan pemilik(investor)
Proses Pembentukan PT
Berdasarkan UU No.40 Tahun 2007 tentang Persereoan Terbatas,syarat formal pembentukan PT yang harus di penuhi adalah sebagai berikut. 1. Pendiri minimal terdiri atas 2(dua) orang atau lebih 2. Akta notaris yang berbahasa Indonesia 3. Setiap pendiri harus mengambil bagian atas saham,kecuali dalam rangka peleburan 4. Akta pendirian harus disahkan oleh menteri HUKUM dan HAM,dan di umumkan dalam berita Negara Republik Indonesia(BNRI). 5. Modal dasar minimal Rp.50.000.000 dan modal di setor minimal 25% dari modal dasar. 6. Minimal harus memiliki 1(satu) orang komisaris. 7. Pemegang saham harus WNI atau badan hukum yang di dirikan menurut hukum Indonesia,kecuali yang merupakan Penanaman Modal Asing. Adapun tahapan-tahapan yang di lakukan intuk memenuhi persyaratan ketentuan di atas adalah seabagai berikut. 1. Pengajuan nama PT melalui sistem administrasi badan hukum (SABH) dalam kementerian hukum dan HAM. 2. Pembuatan akta pendirian yang disahkan didepan notaris. 3. Pengajuan surat keterangan domisili perusahaan (SKDP) di kantor kelurahan setempat. 4. Permohonan nomor pokok (NPWP) ke kantor pelayanan pajak (KPP) setempat. 5. Pengajuan
pengesahan
anggaran
dasar
(AD)
perusahaan
di
kementarian hukum dan HAM. 6. Pengajuan tanda daftar perusahaan (TDP) di kantor dinas perindustrian dan perdagangan setempat. 7. Pengajuan pengumuman di Berita Negara Republic Indonesia (BNRI)
EKUITAS PT
Salah satu bagian akun yang penting bagi perusahaan adalah struktur permodalan atau ekuitas, untuk perseroan terbatas, komponen ekuitas terdiri atas : 1. Modal disetor 2. Saldo laba
Modal Disetor
Untuk perusahaan dengan bentuk PT, kepemilikan terbagi dalam lembar saham. Secara umum pemilik setiap lembar saham memiliki hak sebagai berikut. 1. Pembagian keuntungan (dan kerugian) perusahaan secara proposional
sesuai dengan persentase kepemilikan. 2. Partisipasi dalam manajemen, seperti hak suara untuk menunjuk direksi
dan komisaris secara proporsional sesuai dengan persentase kepemili kan. 3. Pembagian aset perusahaa pada saat likuidasi secara proporsional sesuai
dengan persentase kepemilikan. 4. Hak prioritas untuk membeli saham yang baru diterbitkan secara
proporsional sesuai dengan persentase kepemilikan , yang dikenal sebagai hak memesan terlebih dahulu atau preemptive right.
Terdapat dua jenis saham yg bias diterbitkan oleh PT, yaitu sebagai berikut .: 1. Saham biasa (ordinary share), yang merupakan kepemilikan perusahaan residual karena: a. Menanggung seluruh risiko kerugian. b. Menerima manfaat terbesar atas sukses perusahaan c. Tidak ada jaminan untuk memperoleh dividen atau pada saat likuidasi , hasil penjualan aset. 2. Saham prefen ( preferred share ), yang timbul karena kontrak dengan pemegang saham , yang bersedia mengorbankan beberapa hak tertentu untuk mendapatkan kepastian hak atau privilege lainnya, seperti prioritas pembagian saham.
Saldo Laba
Saldo laba atau retained earning
merupakan bagian dari ekuitas
pemegang saham yang berasal dari akumulasi laba bersih perusahaan yang tidak di kembalikan atau dibandingkan kepada pemilik atau pemegang saham. Laba bersih perusahaan yang diperoleh dalam satu periode adalah hak pemegang saham. Dan apabila dibagikan kepada pemgang saham, dikenal dengan deviden. Bagian laba yang diakumulasikan sebagai saldo laba biasanya akan menambah atau memperkuat permodalan ekuitas perusahaan.
Penghasilan Komprehensif
Penghasilan komprehensif (comprehensif income) dalah akun – akun yang mempengaruhi nilai ekuitas perusahaan, yang tidak terkait
langsung dengan
pemegang saham. Biasanya penghasilan komprehensif dibagi menjadi laba bersih dan penghasilan komprehensif lainnya ( other comprehensif income). Contoh saldo keuntungan/kerugian akibat translasi laporan. Saham Biasa
Setiap saham yang diterbitkan merupakan representasi dari modal yang disetor dan ditempatkan. Jumlah dari modal disetor ( paid-in capital ) ini tidal selalu sama dengan jumlah modal dasar (authorized capital ). Modal dasar adalah jumah modal maksimal yang diterbitkan oleh suatu perusahaan, yang tercantum dalam akta perusahaan atau anggaran dasar. Umumnya modal saham disetor lebih kecil dari modal dasar. Terdapat dua jenis saham biasaya yang dapat diterbitkan perusahaan yaitu saham biasa dengan nominal dan saham biasa tanpa nilai nominal.
Penerbitan Dengan Nilai Nominal
Saham dapat diterbitkan dengan nilai nominal ( par value) tertentu untuk setiap lembaranya penentuan besar kecilnya nilai nominal ini bergantung pada masing – masing umumnya.
Contoh: 13.1 Penerbitan Saham Biasa Degan Nilai Nominal,
PT. Obat jaya menerbitkan 1.000.000 lembar saham biasa bernilai nominal Rp. 100, dengan harga Rp.500 per lembar yang dibayar tunai oleh sejumlah investor yang membelinya. Perusahaan mencatat perbitan saham tersebut dengan jurnal sebagai berikut: Kas
500.000.0000 Modal saham biasa
100.000.000
Agio saham biasa
400.000.000
Penerbitan Tanpa Nilai Nominal
Di beberpa negara, saham daat diterbitkan tanpa nilai nominal, dengan alasan agar: 1. Perusahaan terhindar dari liabilitas kontijensi 2. Perusahaan maupun investor terhindar dari kebingungan antara mencatat nilai nominal atau nilai wajar. Memang biasanya terdapat kerugian, yaitu adanya pajak yang tinggi di beberapa negara untuk penerbitan saham tanpa nilai.
Contoh 13.2 Penerbitan Saham Biasa Tanpa Nilai Nominal
Misalkan dalam kasus PT Obat Jaya pada contoh 13.1 yang menerbitkan 1.000.000 lembar saham, namun tanpa nilai nominal. Harga penerbitan saham Rp.500 per lembar dibayar tunai oleh sejumlah investor yang membelinya. Perusahaan mencatat penerbitan saham tersebut dengan jurnal sebagai berikut. Kas
500.000.0000 Modal saham biasa
500.000.000
Dibeberapa negara, saham tanpa nominal tetap harus memiliki nilai yng ditetapkan ( stated value), yang berfungsi seperti nilai nominal. Perbedaan utamnya adalah yang ditetapkan ini sepenuhnya merupakan keputusan manajemn dan tidak terkait dengan anggaran dasar perusahaan.
Contoh 13.3 Penerbitan Saham Biasa Tanpa Nilai Nominal Tetapi Memiliki Nilai Ynga Ditetapkan.
. Melanjutkan contoh 13.2 jika PT Obat Jaya menerbitkan 1.000.000 lembar saham, namun tanpa nilai nominal. Harga penerbitan saham Rp.500 per lembar dibayar tunai oleh sejumlah investor yang membelinya manajemn memutuskan nilai ditetapkan saham adalah Rp. 100 per lembar. Perusahaan mencatatn penerbita saham tersebut dengan jurnal sebagai berikut. Kas
500.000.0000 Modal saham biasa
100.000.000
Agio saham biasa
400.000.000
Penerbitan dengan Sekuritas Lain
Ada kalanya perusahaan menerbitkan saham bersama dengan surat berharga atau sekuritas lain. Penerbitan seperti ini dilakukan untuk meningkatkan daya tarik saham perusahaan. Sehingga semakin banyak investor yang bersedia untuk menanamkan dana di perusahaan atau dengan harga yang relative tinggi. Dari segi pencatatan akuntansi, terdapat dua cara untuk mengakui dana yang diterima, yaitu: 1. Metode Proporsional 2. Metode Inkremental
Contoh 13.4 Penerbitan dengan Sekuritas Lain
PT. Obat Makmur menerbitkan 3.000.000 lembar saham biasa bernilai nominal Rp.100 dan 1.000.000 lembar saham preferen bernilai nominal Rp.500. Total dana yang diperoleh secara total adalah Rp. 1.350.000.000. saham biasa memiliki nilai pasar sebesar Rp.200 dan saham preferen memiliki nilai pasar Rp.900 per lembar. Apabila dicatat dengan metode proporsional, maka perhitungan alokasinya adalah sebagai berikut:
Saham
Jumlah
Nilai
Total
Persentase
3.000.000
Rp.200
Rp.600.000.000
40%
1.000.000
Rp.900
Rp.900.000.000
60%
Rp.
100%
Biasa Saham Preferen Nilai Pasar Wajar
1.500.000.000 Alokasi: Saham Biasa
Harga
Saham Preferen
Rp.1.350.000.000 Rp.1.350.000.000
Penerbitan %Alokasi
40%
60%
Jumlah
Rp.540.000.000
Rp.810.000.000
Adapun jurnal yang dicatat adalah seperti berikut: Kas
1.350.000.000 Saham Preferen (1.000.000 x Rp.500)
500.000.000
Agio Saham Preferen (Rp.810.000.000 – Rp.500.000.000)
310.000.000
Saham Biasa (3.000.000 x Rp.100)
300.000.000
Agio Saham Biasa (Rp.540.000.000 – Rp. 300.000.000)
240.000.000
Sementara
apabila
dicatat
dengan
metode
inkremental,
maka
perhitungannya adalah sebagai berikut:
Tabel 13.4 Alokasi dengan Metode Inkremental Jumlah
Nilai
Total
Saham Biasa
3.000.000
Rp.200
Rp. 600.000.000
Saham Preferen
1.000.000 Nilai Pasar Wajar
Rp. 600.000.000
Alokasi: Saham Biasa
Saham Preferen
Harga Penerbitan
Rp. 1.350.000.000
Alokasi
(Rp. 600.000.000)
Jumlah
Rp.600.000.000
Rp. 750.000.000
Adapun Jurnal yang dicatat adalah seperti berikut: Kas
1.350.000.000 Saham Preferen (1.000.000 x Rp.500)
500.000.000
Agio Saham Preferen (Rp.750.000.000 – Rp.500.000.000)
250.000.000
Saham Biasa (3.000.000 x Rp.100)
300.000.000
Agio Saham Biasa (Rp.600.000.000 – Rp. 300.000.000)
300.000.000
Penerbitan Secara Non-Tunai
Penerbitan saham juga dapat dilakukan ketika perusahaan melakukan transaksi untuk membeli aset atau property, ataupun memperoleh layanan atau service dalam bentuk selain kas tunai. Secara umum dalam transaksi seperti ini, perusahaan perlu mencatat saham yang diterbitkan sebesar: 1. Nilai wajar barang atau jasa yang diterima; atau 2. Jika nilai wajar barang atau jasa tidak dapat diukur secara modal, maka besar nilai wajar saham yang diterbitkan.
Contoh 13.5 Saham yang Diterbitkan dalam Transaksi Non-tunai
1 Desember 2014 PT Obat Sejahtera merek dagang flu “flukena” dari salah satu perusahaan farmasi dari Malaysia. Untuk pembelian ini, PT Obat Sejahtera tidak melakukan pembayaran tunai, melainkan menerbitkan 100.000 lembar saham dengan nilai nominal Rp1.000. Kondisi 1
PT Obat Sejahtera tidak dapat menentukan nilai wajar merek dagang tersebut, namun berdasarkan harga penutupan perdagangan, harga saham per lembar PT Obat Sejahtera diketahui sebesar Rp1.600 perlembar. Jurnal yang dicatat adalah sebagai berikut ini.
Merek Dagang
160.000.000
Saham Biasa
100.000.000
Agio Saham Biasa
60.000.000
Kondisi 2
PT Obat Jaya tidak dapat menentukan nilai wajar saham, namun nilai wajar merek dagang diperkirakan sebesar Rp175.000.000. Jurnal yang dicatat adalah sebagai berikut. Merek Dagang
175.000.000
Saham Biasa
100.000.000
Agio Saham Biasa
75.000.000
Kondisi 3
PT Obat Jaya tidak dapat menentukan nilai wajar saham maupun merek dagang. Dalam kondisi seperti ini, perusahaan dapat meminta bantuan dari konsultan penilai independen. Dari analisis model arus kas terdiskonto, misalkan nilai merek dagang diestimasi sebesar Rp130.000.000. Jurnal yang dicatat adalah sebagai berikut. Merek Dagang
130.000.000
Saham Biasa
100.000.000
Agio Saham Biasa
30.000.000
Biaya Penerbitan Saham
Berdasarkan ketentuan PSAK 21, Akuntansi Ekuitas biaya yang dikeluarkan selama proses penerbitan saham dikategorikan sebagai biaya langsung, seperti biaya penjaminan emisi efek, biaya jasa audit dan penasihat hukum, biaya percetakan dokumen, dan pajak, dikurangkan langsung dari penerimaan uang yang diperoleh melalui penerbitan saham tersebut. Apabila pengeluaran tersebut dikeluarkan secara terpisah, maka dicatat sebagai pengurang terhadap agio saham yang diterbitkan.
SAHAM PREFEREN
Karakteristik
Saham preferen ( preferred stock ) merupakan jenis saham yang diterbitkan oleh perusahaan dengan karakteristik atau fitur tertentu, seperti: 1. Preferensi saat pembagian dividen 2. Preferensi saat pembagian aset, dalam proses likuidasi perusahaan 3. Dapat dikonversikan (convertible) menjadi saham biasa atau sekuritas lainnya. 4. Dapat ditarik kembali (callable), sebagai eksekusi hak opsi bagi perusahaan 5. Tidak memiliki hak suara 6. Sifat dividen dapat kumulatif, artinya dividen yang tidak dibagikan dapat diakumulasikan ke periode berikutnya 7. Partisipatif, yaitu kemungkinan mendapatkan dividen tambahan setelah pengalokasian dividen untuk pemegang saham biasa 8. Dapat dijual kepada pihak perusahaan yang menerbitkan saham (redeemable) Dari sekian banyaknya preferensi ini, perusahaan dapat menentukan salah satu atau beberapa bahkan seluruhnya atas saham preferensi yang ditawarkan, selama tidak melanggar aturan hukum yang berlaku. Meski demikian, karena saham preferen tidak memilikihak suara, maka banyak calon investor yang memandang saham preferen sebagai instrument yang kurang strategis. Sebagai contoh, saham preferen yang diperdagangkan di Bursa Efek Indonesia hanya berasal dari tiga perusahaan public yaitu PT Mas Murni Indonesia, Tbk. (MAMIP), PT Centex, Tbk. (CNTX), dan PT Taisho Pharmaceutical (SQBI). Itu pun saham preferen ini tidak terlalu aktif diperdagangkan seperti halnyasaham biasa emiten lainnya.
Penerbitan Saham Contoh 13.6 Penerbitan Saham Preferen
PT Obat Manjur menerbitkan 100.000 lembar saham preferen dengan nilai nominal Rp100 per lembar. Saham ini dibeli tunai para investor dengan harga perdana sebesar Rp150 per lembar. Jurnal yang dicatat perusahaan adalah:
Kas
15.000.000
Saham Preferen
10.000.000
Agio Saham – Preferen
5.000.000
Untuk saham preferen yang memiliki fitur konvertibel, pada saat dilakukan konversi, misalkan terhadap saham biasa, maka menggunakan nilai wajar aset atau saham yang diperoleh.
Pembagian Dividen
Fitur preferensi pembagian dividen untuk saham preferen bergantung pada jenis dan karakteristik umum dividen saham preferen 1. Dividen kumulatif 2. Dividen partisipatif
dividen kumulatif adalah pembagian dividen suatu periode mendahulukan dividen periode sebelumnya yang tidak dibagikan ( dividend in arrears). Dividen partisipatif adalah kebijakan dividen suatu periode yang memberikan tambahan dividen kepada pemegang saham preferen jika masih terdapat kelebihan dividen setelah pemegang saham biasa memperoleh alokasi dividen dalam presentase yang sama terlebih dahulu.
Contoh 13.7 Pembagian Dividen Pada 1 November 2015 PT Obat Manjur melakukan pembagian deviden tunai sebesar Rp kepada para pemegang saham. Komposisi pemegang saham sebagai berikut
Saham Preferen 6% dengan total nilai nominal Rp 100.000.000 Saham Biasa dengan total nilai nominal Rp 400.000.000 Saham tahun 2014 dan 2013, PT Obat Manjur tidak membagikan dividen karena kebutuhan dana investasi yang sangat besar. Diasumsikan komposisi pemegang saham tidak beruah selama 2013-2015. 1. Dividen Saham Preferen Bersifat Non kumulatif dan Non partisipatif Tabel 13.5 Perhitungan Non kumulatif dan Non partisipatif Perhitungan
Saham
Saham Biasa
Total
Preferen
6% x Rp
Rp 6.000.000
Rp 4.000.000
100.000.000 Sisa Jumlah
Rp 6.000.000
Rp 44.000.000
Rp44.000.000
Rp 44.000.000
Rp50.000.000
Pada kasus ini, pemegang saham preferen menerima dividen sebesar 6% dari nilai nominal (yaitu Rp 6.000.000) dan sisanya (yaitu Rp 44.000.000) dialokasikan untuk pemegang saham biasa. 2. Dividen Saham Preferen Bersifat Kumulatif dan Non partisipatif Tabel 13.6 Perhitungan Non kumulatif dan Non partisipatif Perhitungan
Saham
Saham Biasa
Total
Preferen
Dividen in arears 2 tahun:
Rp 12.000.000
Rp 12.000.000
Rp 6.000.000
Rp 6.000.000
2 x 6% x Rp 100.000.000 6% x Rp 100.000.000 Sisa Jumlah
Rp 18.000.000
Rp 32.000.000
Rp32.000.000
Rp32.000.000
Rp50.000.000
Pada kasus ini, pemegang sahamm preferen menerima dividen sebesar Rp 18.000.000 terdiri atas ividen 2 tahun sebelumnya yang belum dibagikan (masing-masing
Rp 6.000.000, total Rp 12.000.000) dan
dividen tahun berjalan sebesar 6 % dari nilai nominal (yaitu Rp 6.000.000) sisanya Rp32.000.000 dialokasikan untuk pemegang saham biasa.
3. Dividen Saham Preferen Bersifat Non kumulatif dan Partisipatif Penuh Tabel 13.5 Perhitungan Non kumulatif dan Non partisipatif Perhitungan
Saham
Saham Biasa
Total
Rp 6.000.000
Rp 24.000.000
Rp 30.000.000
Rp 4.000.000
Rp 16.000.000
Rp 20.000.000
Rp 10.000.000
Rp 40.000.000
Rp 50.000.000
Preferen
Dividen tahun berjalan: 6% Dividen Partisipatif: 4% Jumlah
Pada kasus ini, pemegang saham preferen dan saham biasa mendapatkan dividen tahun berjalan dengan persentase yang sama sebesar 6% dari nilai nominal, sisanya akan dibagikan sebagai deviden partisipatif dengan perhitungan sebagai berikut: Tabel 13.7 Perhitungan Non kumulatif dan Partisipatif Penuh (Lanjutan)
Total Dividen Tahun Berjalan
Rp 30.000.000
Dividen tersedia untuk partisipatif
Rp 20.000.000 (Rp 50.000.000 – Rp 30.000.000)
Nilai nominal saham preferen dan
Rp 500.000.000 (Rp 100.000.000 +
biasa
Rp 400.000.000)
Tingkat Partisipatif 4% (Rp 20.0000.000/ Rp 500.000.000) Besarnya dividen partipatif saham preferen = 4% x Rp 100.000.000 = Rp 4.000.000 Besarnya divien partisipatif saham biasa = 4% x Rp 400.000.000 = Rp 16.000.000
Dengan demikian, pemegang saham preferen menerima total dividen sebesar Rp 10.000.000 dan pemegang saham biasa sebesar Rp 40.000.000
4. Dividen Saham Preferen Bersifat Kumulatif dan Partisipatif Penuh Perhitungan
Saham
Saham Biasa
Total
Preferen
Dividen in arrears
Rp 12.000.000
Rp 12.000.000
2 tahun: 2 x 6% x Rp 100.000.000 6% x Rp
Rp 6.000.000
Rp 24.000.000
Rp 30.000.000
Rp 1.600.000
Rp 6.400.000
Rp 8.000.000
Rp 19.000.000
Rp 30.400.000
Rp 50.000.000
100.000.000 Dividen Partispatif 4% Jumlah
Tingkat partisipatif 1,6% (Rp 8.000.000 / Rp 500.000.000) Besarnya dividen partisipatif saham preferen = 1,6% x Rp 100.000.000 = Rp 1.600.000 Besarnya dividen partisipatif saham biasa = 1,6% x Rp 400.000.000 = Rp 6.400.000
Dengan demikian, pemegang saham preferen menerima total dividen sebesar Rp 19.600.000 dan pemegang saham sebesar Rp 30.400.000.
ANALISIS LAPORAN KEUANGAN
Adapun rasio keuangan yang menyangkut akuitas dan umum digunakan dalam analisis laporan keuangan sebagai berikut: 1. Pengembalian atas ekuitas (return of equity-ROE) ROE =
Laba bersih – Dividen Preferen Rata-Rata Jumlah Saham Biasa yang Beredar
2. Rasio pembagian saham (dividend payout ratio) Divident payout ratio =
Dividen Tunai Laba Bersih – Dividen Preferen