BAB 1 PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Derajat kesehatan masyarakat di Indonesia masih rendah. Salah satu penyebabnya adalah belum dimanfaatkannya saranah layanan kesehatan secara optimal oleh masyarakat,termasuk posyandu. Sampai dengan tahun 2009 diperkirahkan ada 240.000 posyandu yang tersebar di seluruh wilayah Indonesia. Sejak 1997 dengan adanya krisis krisis ekonomi, kegiatan posyandu mulai menurun. Jumlah kunjungan balita di posyandu yang semula diperkirahkan mencapai 6070% menurun menjadi 30-40% ( Adisasmito,2007 ).
Upaya yang di tempuh oleh pemerintah untuk mewujudkan kesehatan bagi semua orang di tahun 2000 health for all sesuai kesepakatan dalam Konferensi Alma Ata ditempuh melalui perawatan kesehatan primer. Perawatan kesehatan primer adalah adal ah suatu konsep rumit yang menuntut penggunaan seefisien mungkin m ungkin berbagai sumber daya dengan melakukan pilihan dan menentukan prioritas yang memerlukan pengambilan keputusan oleh masyarakat. Dalam meningkatkan jangkauan pelayanan kesehatan, sampai dengan tahun 2000, telah dibangun sarana kesehatan berupa puskesmas sebanyak 7.277 unit, dan 1.818 dilengkapi
dengan unit rawat inap serta puskesmas pembantu sebanyak 21.587 unit (Ferizal dkk, 2007) .
Posyandu adalah unit pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk masyarakat, dengan dukungan teknis puskesmas.Kegiatan posyandu dikatakan meningkat apabila peran serta masyarakat semakin tinggi yang terwujud dalam cakupan program kesehatan seperti imunisasi ,pemantauan timbangan balita, pemeriksaan ibu hamil, dan keluarga berencana meningkat (Depkes, 1990 ), salah satu indikasi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah keaktifan kedatangan masyarakat ke pusat pelayanan kesehatan yang dalam hal ini
khususnya
pemanfaatan
posyandu.Kehadiran
ibu
diposyandu
dengan
membawa balitanya sangat mendukung tercapainya salah satu tujuan posyandu yaitu meningkatakan kesehatan ibu dan balita (Adisasmito,2007).
Pelayanan petugas kesehatan memegang peranan penting terhadap kunjungan ibu ke Posyandu. Dengan pelayanan yang menyenangkan, ramah dan memberikan informasi serta penyuluhan yang jelas dan mudah dimengerti dari petugas kesehatan, sehingga orangtua sadar untuk datang ke Posyandu (Mardiarti, 2001).
Tingkat pengetahuan ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi orang tua untuk melakukan kunjungan balita ke Posyandu, karena tingkat pengetahuan yang baik dengan sendirinya akan mempengaruhi ibu untuk memanfaatkan Posyandu (BKKBN, 2002).
dengan unit rawat inap serta puskesmas pembantu sebanyak 21.587 unit (Ferizal dkk, 2007) .
Posyandu adalah unit pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh masyarakat untuk masyarakat, dengan dukungan teknis puskesmas.Kegiatan posyandu dikatakan meningkat apabila peran serta masyarakat semakin tinggi yang terwujud dalam cakupan program kesehatan seperti imunisasi ,pemantauan timbangan balita, pemeriksaan ibu hamil, dan keluarga berencana meningkat (Depkes, 1990 ), salah satu indikasi pemanfaatan pelayanan kesehatan adalah keaktifan kedatangan masyarakat ke pusat pelayanan kesehatan yang dalam hal ini
khususnya
pemanfaatan
posyandu.Kehadiran
ibu
diposyandu
dengan
membawa balitanya sangat mendukung tercapainya salah satu tujuan posyandu yaitu meningkatakan kesehatan ibu dan balita (Adisasmito,2007).
Pelayanan petugas kesehatan memegang peranan penting terhadap kunjungan ibu ke Posyandu. Dengan pelayanan yang menyenangkan, ramah dan memberikan informasi serta penyuluhan yang jelas dan mudah dimengerti dari petugas kesehatan, sehingga orangtua sadar untuk datang ke Posyandu (Mardiarti, 2001).
Tingkat pengetahuan ibu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi orang tua untuk melakukan kunjungan balita ke Posyandu, karena tingkat pengetahuan yang baik dengan sendirinya akan mempengaruhi ibu untuk memanfaatkan Posyandu (BKKBN, 2002).
Dari hasil data PODES di Indonesia Tahun 2000 terlihat bahwa 40% balita dilaporkan di bawa ke posyandu dalam satu bulan, 32% tidak teratur dibawa ke posyandu dan 28% balita tidak pernah dibawa ke posyandu. Menurut umur balita menunjukkan bahwa bayi 0 sampai 11 bulan yang dibawa ke posyandu 53,9%, kelompok usia 12 sampai 23 bulan 32% dan umur 24 sampai 59 bulan 14,1% (Profil Kesehatan Indonesia, 2005).
Masalah gizi di Indonesia masih merupakan masalah yang cukup berat. Gambaran tentang perkembangan status gizi balita di Indonesia pada tahun 2003 adalah gizi kurang sebesar 19,19% dan gizi buruk sebesar 8,13% (SUSENAS, 2003). Pemantauan status gizi yang dilakukan pada 10.800 balita oleh Dinas Kesehatan Propinsi Bengkulu yang dilaksanakan pada tahun 2004 didapatkan data sebanyak 9,96% balita gizi kurang dan 1,64% balita gizi buruk, sementara pada tahun 2005 keadaan status gizi buruk meningkat menjadi 4,1%.
Pada semua anak sampai usia 5 tahun seharusnya dibawa keposyandu setiap bulan. Pelayanan posyandu yang diberikan secara cuma-cuma harus dimanfaatkan oleh ibu-ibu khususnya yang mempunyai balita dengan sebaik-baiknya, program ini sangat di dukung oleh pemerintah dengan menambah anggaran fungsi kesehatan yang digunakan untuk menggulirkan pelayanan kesehatan yang salah satu nya Posyandu (Pidato Kepresidenan ,2008 ).
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi perilaku masyarakat menurut Green yaitu 1) factor predisposisi meliputi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai, umur,dan jenis kelamin. 2) factor pendukung meliputi sumber daya kesehatan, keterjangkaunan, komitmen. 3) factor penguat meliputi
sikap dan
perilaku. Faktor tersebut berhubungan dengan ibu-ibu membawa balita ke posyandu secara teratur.Sangat penting untuk mendapatkan pelayanan gizi dan kesehatan.
Dari data Dinas Kesehatan Kota Bengkulu Tahun 2011 terdapat 9 Kecamatan dengan 20 Puskesmas, di dapatkan untuk kecamatan singgaranpati di Puskesmas Jembatan Kecil jumlah kunjungan balitanya hanya mencapai 15,2 %. Puskesmas Jembatan Kecil dibagi menjadi 3 Kelurahan yaitu Kelurahan Jembatan Kecil, Panorama, dan Dusun Besar.
Berdasarkan latar belakang diatas, perilaku kunjungan ibu ke Posyandu yang masih rendah banyak terdapat pada balitadi puskesmas Jembatan Kecil, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita dengan Perilaku Kunjungan ke Posyandu di wilayah kerja puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu tahun 2013”.
Rendahnya perilaku kunjungan ibu ke Posyandu di pengaruhi oleh bnyak faktor, berdasarkan survey awal dari 9 orang warga yang diwawancarai tentang peran dan fungsi Posyandu, didapatkan 6 diantaranya tidak mengetahui program
kerja yang dimiliki Posyandu serta jenis pelayanan kesehatan yang dapat diberikan oleh Posyandu tetapi sikap warga dengan adanya Posyandu sebagai besar yaitu positif. Kurangnya pengetahuan warga tentang pelayanan kesehatan di Posyandu dapat mempengaruhi perilaku kunjungan ibu ke Posyandu karena pengetahuan merupakan salah satu faktor predisposisi dari perilaku sseorang. Pada balita di puskesmas jembatan kecil, pada tahun 2011 balita yang ada berjumlah 1.605 orang dan yang melakukan kunjungan ke Posyandu berjumlah 244 orang atau 15,2%. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti “Hubungan Pengetahuan dan Sikap Ibu Balita dengan Perilaku Kunjungan ke Posyandu di wilayah kerja puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu”.
B.Rumusan Masalah
Dari latar belakang
di atas
masalah pada penelitian adalah rendahnya
perilaku kunjungan ibu balita ke Posyandu, maka untuk itu rumusan masalah pada penelitian ini adalah “A pakah ada hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu balita dengan perilaku kunjungan ke Posyandu diwilayah kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu”?
C.Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan dan sikap ibu balita dengan perilaku kunjungan ke Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu.
2. Tujuan Khusus
a).Untuk mengetahui gambaran ditribusi frekuensi pengetahuan ibu balita tentang Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecik Kota Bengkulu.
b.) Untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi sikap ibu balita tentang Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu.
c.) Untuk mengetahui gambaran distribusi frekuensi kunjungan ibu balita ke Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu.
d).Untuk mengetahui hubungan pengetahuan ibu balita dengan perilaku kunjungan ke Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu.
e).Utuk mengetahui hubungan sikap ibu balitadengan perilaku kunjungan ke Posyandu di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Bagi Puskesmas
Sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan cakupan kunjungan ibu dan balita ke Posyandu.
2. Manfaat Bagi Akademik
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memeberi informasi ilmiah dan bermanfaat bagi mahasiswa Politeknik Kesehatan dan juga sebagai bahan referensi di Politeknik Kesehatan Bengkulu.
3. Manfaat Bagi Peneliti
Dengan adanya penelitian ini peneliti memperoleh yang lebih mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kunjungan rendah
ke Posyandu
sehingga peneliti dapat berbagi manfaatnya untuk diri sendiri,keluarga dan masyarakat.
4. Manfaat Bagi Peneliti Lain
Hasil penelitian dapat memberikan informasi kepada peneliti lain.
E. Keaslian Peneleitian
Adapun penelitian sebelumnya yang hampir serupa dengan penelitian ini adalah :
-
Ahmad Gafuri (2010) tentang Gambaran pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu yang mempunyai balita usia 12-59 bulan tentang posyandu di wilayah kerja puskesmas Pirsus II Paringin kecamatan Juai kab.Balangan tahun 2010.
-
Nurul Dini (2012) tentang Hubungan pengetahuan kader tentang posyandu terhadap kunjungan ibu balita ke posyandu di kelurahan Sirnagalih Kecamatan Indihiang Kota Tasikmalaya.
-
Perbedaannya dengan penelitian diatas adalah variabel, objek, tempat penelitian dan waktu penelitian.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A.Bawah Lima Tahun (Balita)
Anak balita adalah anak yang berusia dibawah lima tahun atau berusia dibawah 60 bulan. Anak balita mempunyai kemampuan luar biasa untuk menyerap kepandaian dan informasi baru dibandingkan anak yang berusia lebih tua. Penelitian menunjukan, mengenalkan pada kegiatan membaca, bahasa, dan matematika sejak usia balita, akan membuat mereka lebih mudah menangkap pelajaran tersebut nantinya.
Pada masa balita, otak berkembang sangat pesat. Sampai pada usia 2 tahun berat otak akan mencapai 75% otak dewasa. Faktor yang paling penting untuk pembentukan otak adalah factor nutrisi untuk mendukung pembentukan sel-sel otak.
Hal yang penting pada proses pertumbuhan seorang anak adalah proses tumbuh kembang. Makna pertumbuhan berkaitan dengan perubahan dalam besar, jumlah, ukuran, atau dimensi dalam tingkat sel, organ atau individu. Sedangkan perkembangan lebih menitikberatkan pada aspek perubahan bentuk atau fungsi pematangan organ ataupun individu, termasuk perubahan aspek social atau emosional akibat pengaruh lingkungan.
Sangat penting untuk memantau tumbuh kembang seorang anak, dengan memantau tumbuh kembang dapat diketahui apakah anak sudah tumbuh sesuai dengan yang harusnya dan berkembang sesuai kemampuannya. Proses tumbuh kembang ini dapat dilakukan di posyandu yaitu dengan membawa anak balita ke posyandu.
B.Pengetahuan
1. Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan adalah hasil dari “tahu”, dan ini terjadi setelah seorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Penginderaan
terjadi melalui panca indra manusia, yakni indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo,S, 2010)
2. Jenjang Pengetahuan
Kategori Pengetahuan menurut Arikunto (2006), pengetahuan dibagi dalam 3 kategori, yaitu :
a. Baik : Bila subyek mampu menjawab pertanyaan dengan enar 76%-100% dari seluruh pertanyaan b. Cukup : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 56%-75% dari seluruh pertanyaan c. Kurang : Bila subyek mampu menjawab dengan benar 40%-55% dari seluruh pertanyaan
Menurut Notoatmodjo (2007) pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu :
a. Tahu (know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat
(recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima.
b. Memahami (comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang obyek yang
diteliti, dan dapat menginterpretasikan materi
tersebut secara benar.
c. Aplikasi (application)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakn berbagai abstraksi pemahaman / materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi konkrit/kondisi riil (sebenarnya).
d. Analisis (analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan menguraikan atau menjabarkan suatu inetgritas atau suatu obyek menjadi unsur-unsur atau bagian-bagian sehingga susunannya dapat dimengerti. Untuk dapat melakukan analisis ini harus dilandasi oleh kemampuan ibu pada tiga tingkatan sebelumnya. Sebab, kemampuan analisis ini menyangkut pemahaman yng komprehensif untuk dapat memilah menjadi bagian-bagian yang terpadu.
e. Sintesis ( synthesis)
Sintesis adalah kemampuan untuk menyatukan kembali unsure-unsur atau bagian kedalam bentuk menyeluruh. Atau dengan istilah lain, sintesis ini menunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.
f.
Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu obyek atau materi. Penilaian ini mengacu pada tujuan, gagasan, metode, cara kerja ataupun teknik pemecahannya. Untuk dapat melakukan peniilaian ini harus dilandasi oleh pemahaman yang mendalam (Notoatmodjo,S, 2010)
C. Sikap
1. Pengertian Sikap
Sikap manusia, atau untuk singkatnya kita sebut sikap, telah didefinisikan oleh beberapa ahli, anatara lain (Azwar, 2002)
a. Rensis Likert, Louis Thurstone dan Charles Osgood
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi reaksi GL, perasaan. Sikap seorang terhadap suatu obyek adalah perasaan mendukung atau memihak (favorable) maupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak (unfavorable) pada objek tersebut.
b. Louis Thurstone
Sikap adalah derajat efek positif atau efek negative terhadap suatu objek psikologis
c. Gordon Alport, et al
Sikap merupakan semacam kesiapan untuk bereaksi terhadap suau objek dengan
cara-cara
tertentu.
Kesiapan
yabg
dimaksud
merupakan
kecendrungan potensial untuk bereaksi apabila individu dihadapkan pada suatu stimulus yang menghendaki adanya respon.
2. Struktur Sikap
Struktur sikap terdiri atas 3 (tiga) komponen yang saling menunjang, yaitu :
a. Komponen Kognitif (cognitive)
Komponen kognitif merupakan representasi dari apa yang dipercaya individu yang dinyatakan dalam sikap. Mann (1969) dalam Azwar (2002) menjelaskan bahwa komponen kognitif berisi persepsi kepercayaan dan stereotype yang dimiliki individu mengenai sesuatu. Seringkali komponen kognitif
ini
disamakan
dengan
pendapat
(opini),
terutama
apabila
menyangkut masalah isu atau problem controversial.
b. Komponen Afektif (affective)
Komponen afektif menyangkut aspek emosional subjektif. Mann (1969) dalam Azwar (2002) mengatakan bahwa, komponen afektif merupakan perasaan individu terhadap objek sikap dan menyangkut masalah emosi. Aspek emosional inilah yang biasanya berakar paling dalam sebagai komponen sikap dan merupakan aspek yang paling bertahan terhadap pengaruh-pengaruh yang mungkin akan mengubah sikap seseorang.
c. Komponen Konatif (Conatife)
Komponen konatif merupakan aspek kecendrungan untuk berprilaku tertentu sesuai dengan sikap yang dimiliki oleh seseorang. Mann (1969) dalam Azwar (2002) menyatakan bahwa komponen perilaku berisi tendensi atau kecendrungan untuk bertindak atau untuk bereaksi terhadap sesuatu dengan cara-cara tertentu.
3. Faktor-Faktor yang mempengaruhi sikap
Dalam interaksi sosialnya, individu bereaksi membentuk pola sikap terhadap berbagai objek psikologis yang dihadapinya, antara lain adalah (Azwar,S, 2002) :
a. Pengalaman pribadi
Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk apabila pengalaman pribadi tersebut terjadi dalam situasi yang melibatkan factor emosional.
b. Pengaruh orang lain yang dianggap penting
Pada umumnya, individu cenderung untuk memiliki sikap yang konformis atau searah dengan sikap orang yang dianggap penting . Kecenderungan ini antara lain dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan orang yang dianggap penting tersebut.
c. Pengaruh kebudayaan
Tanpa disadari kebudayaan telah menanamkan garis pengaruh sikap kita terhadap berbagai masalah. Kebudayaan telah mewarnai sikap anggota masyarakat, karena kebudayaanlah yang member corak pengalaman individuindividu masyarakat asuhannya.
d. Media Massa
Dalam pemberitaan surat kabar maupun radio atau media komunikasi lainnya, berita yang seharusnya factual disampaikan secara obyektif cenderung dipengaruhi oleh sikap penuliisnya, akibatnya berpengaruh terhadap sikap konsumennya.
e. Lembaga Pendidikan dan Lembaga Agama
Konsep moral dan ajaran dari lembaga pendidikan dan lembaga agama sangat menentukan system kepercayaan tidaklah mengherankan jika kalau pada gilirannya konsep tersebut mempengaruhi sikap.
f.
Faktor Emosional
Kadang-kadang, suatu benttuk sikap merupakan pernyataan yang didasari emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi atau pengalihan bentuk mekanisme tersebut mempengaruhi sikap.
4. Sikap terdiri atas 4 tingkatan (Notoatmodjo,S, 2010) yaitu : a. Menerima
( Receiving),
artinya
bahwa
orang
(subjek)
mau
dan
memperhatikan stimulus yang diberikan (obyek) b. Merespon
( Respoding ),
memberikan
jawaban
apabila
ditanya,
mengerjakan dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan c. Menghargai (Valuing ), artinya mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah d. Bertanggung Jawab ( Responsible), artinya bertanggung jawab atas segala Sesutu yang dipilihnya dengan segala resiko D. Posyandu
1. Pengertian Posyandu
Posyandu merupakan upaya kesehatan bersumberdaya masyarakat (UKBM) yang paling memasyarakat. Kegiatannya meliputi 5 program prioritas, yakni KB, KIA,perbaikan gizi, imunisasi dan penanggulangan diare (Ferizal dkk, 2007).
Secara sederhana yang dimaksud dengan posyandu adalah pusat kegiatan dimana masyarakt dapat sekaligus memperoleh pelayanan kesehatan. Dari aspek prosesnya, maka pengertiannya yaitu merupakan salah satu wujud
peran serta masyarakat dalam pembangunan, khususnya kesehatan dengan mencipkan kemampuan untuk hidup sehat bagi setiap penduduk dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal. Posyandu apabila dipandang dari hierarki sistem upaya pelayanan kesehatan, yaitu forum yang menjebatani ahli teknologi dan ahli kelola untuk upaya-upaya kesehatan yang professional kepada
masyarakat
sebagai
upaya
untuk
meningkatkan
kemampuan masyarakat agar dapat hidup sehat (Zulkifli, 2003).
Posyandu (Pos Pelayanan Terpadu) adalah kegiatan yang dilaksanakan oleh, dari dan untuk masyarakat yang bertujuan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat pada umumnya serta kesehatan ibu dan anak pada khususnya. Posyandu merupakan bagian dari pembangunan untuk mencapai keluarga kecil, bahagia dan sejahtera, dilaksanakan oleh keluarga bersama dengan masyarakat di bawah bimbingan petugas kesehatan dari Puskesmas setempat (Aldito, 2008).
2. Tujuan Posyandu
Tujuan dari kegiatan Posyandu adalah meningkatkan dan membina keadaan gizi seluruh anggota masyarakat melalui partisipasi dan pemerataan kegiatan, perubahan tingkah laku yang mendukung tercapainya perbaikan gizi, termasuk gizi anak balita (Suharjo, 2005:51)
3. Sasaran Utama Posyandu
Sasaran utama posyandu adalah balita dan orang tuanya, ibu hamil, ibu menyusui dan bayinya dan perempuan usia subur (Aldito, 2008)
4. Kegiatan Posyandu
Pelaksanaan kegiatan di posyandu dikenal dengan nama “system 5 meja”, dimana kegiatan di masing-masing meja mempunyai kekhususan sendirisendiri. Sistem 5 meja tersebut tidak berarti bahwa Posyandu harus memiliki 5 pokok kegiatan, yakni :
a. Meja 1 : Pendaftaran balita, ibu hamil, ibu menyusui. b. Meja 2 : Penimbangan balita c. Meja 3 : Pencatatan hasil penimbangan dengan mengisi KMS. d. Meja 4 : Penyuluhan dan pelayanan gizi bagi ibu balita, ibu hamil dan ibu menyusuii. e. Meja 5 : Pelayanan kesehatan, KB, imunisasi dan pokok oralit.
Kelengkapan kegiatan posyandu terdiri dari Sembilan kegiatan, meliputi penimbangan bayi dan anak, pembberian makanan tambahan, pemberian oralit, pelayanan imunisasi, pemeriksaan ibu hamil, pemberian pil zat gizi,
pengolahan pasien, tumbuh kembang anak, kesehatan ibu dan anak (Ferizal dkk, 2007).
5. Manfaat Posyandu a. Pertumbahan anak balita terpantau sehingga tidak menderita gizi kurang/gizi buruk. b. Bayi dan anak balita mendapat Kapsul Vitamin A setiap bulan Februari dan Agustus. c.
Bayi memperoleh imunisasi lengkap.
d.
Ibu hamil terpantau berat badannya dan memperoleh Tablet Tambah Darah serja imunisasi Tetanus Toxoid.
e.
Ibu nifas memperoleh Kapsul Vitamin A dan Tablet Tambah Darah.
f.
Stimulasi tumbuh kembang balita dengan fasilitas alat permainan edukatif di posyandu, dan mendeteksi dini tumbuh kembang
g. Anak belajar bersosialisasi dengan sesama balita dan orang tua. h.
Memperoleh penyuluhan kesehatan tentang kesehatan ibu dan anak.
i.
Apabila terdapat kelainan pada anak balita, ibu hamil, ibu nifas dan ibu menyusui akan dirujuk ke Puskesmas
j.
Dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman tentang kesehatan ibu dan anak balita.
6. Klasifikasi Posyandu
Posyandu dikasifikasika menjadi empat tingkatan, yaitu :
a. Posyandu Pratama ( Warna Merah)
Pelaksanaan masih belum mantap, kegitan belum bias rutin tiap bulan dan kader aktif nya terbatas. Frekuensi penimbangan masih kurang dari delapan kali dalam satu tahun.Posyandu Pratama dinilai gawat.
b. Posyandu Madya (Warna Kuning)
Dapat melaksanakan kegiatan lebih dari delapan kali setiap tahun, jumlah kader kurang lebih 5 orang, cakupan program utama yaitu KB, KIA,Gizi, imunisasi masih rendah yaitu kurang dari 50 %.
c. Posyandu Purnama (Warna Hijau)
Dapat melaksanakan kegiatan lebih dari delapan kali setiap tahun, jumlah kader 5 oarang atau lebih, cakupan lima program utamanya lebih dari 50%. Sudah ada program tambahan, bahkan mungkin sudah ada dana sehat yang masih sederhana.
d. Posyandu Mandiri (Warna Biru)
Kegiatan teratur, cakupan lima program utama sudah baik, ada program tambahan, dan dana sehat telah menjangkau lebih dari 50% KK. Dana sehat menggunakan prinsip Jaminan Pemeliharaan Kesehatan Masyarakat (JPKM) serta mampu berswasembada(Depkes RI, 1997:53-54).
E. Kunjungan Ibu Balita ke Posyandu
Kunjungan Ibu Balita di Posyandu adalah keteraturan kegiatan atau proses yang terjadi beberapa kali atau lebih. Peran serta ibu dalam menimbangkan balitanya ke Posyandu dilihat berdasarkan frekuensi kehadiran balita dalam kegiatan posyandu, dimana dikatakan teratur jika frekuensi penimbangan minimal 8 (delapan) kali dalam waktu satu tahun dan dikatakan tidak teratur jika frekuensi penimbangan kurang dari 8 (delapan) kali dalam satu tahun (Depkes RI, 2004).
Sehingga dapat disimpulakan bahwa ibu balita dapat dikatakan berperan serta baik dalam kegiatan posyandu yaitu jika dalam frekuensi minimal 8 kali pertahun atau lebih, dan sebaliknya ibu balita dikatakan berperan serta buruk atau kurang baik yaitu jikan kunjunngannya ke posyandu kurang dari 8 kali pertahun.
F. Kerangka Teori
Faktor-faktor yang berhubungan dengan kunjungan ibu balita dalam kegiatan Posyandu dibagi menjadi predisposing factors, enabling factors, dan reinforcing factors. Predisposing factors( factor-faktor predisposisi ) meliputi umur ibu,pendidikan ibu, pengetahuan ibu, sikap ibu, dan jumlah anak.
Enabling
factors (
factor-faktor
pendukung
)
yang
meliputi
keterjangkauan fasilitas ,jarak posyandu, dan perilaku masyarakat ,yang mana dilatarbelakangi oleh factor social dan budaya yang juga ikut berperan dalam pelaksanaan kegiatan posyandu, serta reinforcing factors (factor penguat) yaitu kader. Peran kader turut serta mempengaruhi partisipasi ibu balita dalam kegiatan posyandu.
Kerangka teori secara lebih lanjut dapat dilihat pada bagan 1berikut :
Faktor Predisposisi (Predisposing Factor) : -Umur Anak -Tingkat Pendidikan -Tingkat Pengetahuan -Sikap ibu
-Jumlah Anak
Faktor Pemungkin (Enabling Factors) : -Keterjangkauan Fasilitas
Perilaku
ibu
membawa
-Jarak Posyandu dari rumah
balita
balitanya
ke Posyandu
Faktor Penguat ( Reinforcing Factors): -Kader Sumber : Lawrence Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) yang dimodifikasi
G. Hipotesis Penelitian
Ho : Tidak ada hubungan Posyandu.
pengetahuan
terhadap perilaku kunjungan ke
Ha : Ada hubungan pengetahuan terhadap perilaku kunjungan ke Posyandu.
Ho : Tidak ada hubungan sikap terhadap perilaku kunjungan ke Posyandu.
Ha : Ada hubungan sikap terhadap perilaku kunjungan ke Posyandu.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
Jenis penelitian yang akan digunakan adalah deskriftif analitik yang dirancang dengan metode Cross Sectional yaitu penelitian
dari semua
variabel independen dan dependent yang diambil secara bersamaan pada satu waktu (Notoadmojo, 2005). Bagan 2 : Desain Cross Sectional
Aktif Bai
Tidak Aktif
Pengetahu
Cuk Tidak
Aktif Kur
Ibu
Tidak
Aktif Posi Tidak Sikap Aktif Neg Tidak
B. Variabel Penelitian
a. Variabel Independen : Pengetahuan dan sikap ibu balita b. Variabel Dependent : Perilaku kunjungan ke posyandu C. Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori diatas dikemukakan kerangka konsep sebagai berikut :
Bagan 2 : Kerangka Konsep
pengetahuan
Perilaku
ibu
membawa balitanya sikap
ke
Posyandu
D. Definisi Operasional
Definisi Operasional adalah uraian tentang batasan variabel yang dimaksud, atau tentang apa yang diukur oleh variabel yang bersangkutan (Notoatmodjo,S, 2010)
Tabel 1
Definisi Operasional Variabel
Vari abel
Definisi
Cara Ukur
Alat Ukur
Operasional Peng etah uan ibu tenta ng posy andu
Suatu proses untuk mengetahui dan mengingat kembali apakah ibu balita mengetahui atau mengerti tentang Posyandu. Tingkat pengetahuan ini meliputi pengertian, manfaat, jenis kegiatan posyandu
Hasil
Skala
Ukur Waw ancar a pengi sian kuesi oner
Kuesi oner, denga n 15 perta nyaan denga n piliha n jawab an benar atau salah.
Dikate gorika n (Ariku nto, 2006)
Ordin al
1.Baik (76100%) 2. Cukup (5675%) 3.Kura ng (4055%)
Sika p Ibu
Sikap adalah suatu bentuk evaluasi atau reaksi perasaan mendukung atau memihak ataupun perasaan tidak mendukung atau tidak memihak tentang
Waw ancar a pengi sian kuesi oner
Kuesi oner, denga n meng gunak an 15 perny ataan denga n piliha n
1.Posit if jika nilai > mean 2. Negati f jika nilai < mean
Nomi nal
Posyandu
Kunj unga n ke Posy andu
Frekwensi ibu yang memiliki balita ke Posyandu selama waktu 1 tahun dengan melihat KMS milik ibu balita. Kemudian di cros chek dibuku system informasi Posyandu (SIP) milik kader Posyandu dan terakhir di cros chek dengan buku kohort milik bidan desa
Waw ancar a
jawab an sanga t setuju ,setuj u,tida k setuju ,sang at tidak setuju . Kuesi oner
1.Tida k aktif, bila hadir dan ditimb ang <8 kali dalam 1 tahun 2.Aktif , bila hadir dan ditimb ang >8 kali dalam 1 tahun
E. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan dari subjek peneliti (Arikunto, 2002). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu yang memiliki balita dengan
Nomi nal
usia 1-5 tahun tinggal di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu berjumlah 1.605 orang.
2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Non Probability Sampling khususnya dengan cara Proposive Sampling. Adapun ketentuan sampel dengan persyaratan atau kriteria yaitu : a. Kriteria inklusi Kriteria inklusi adalah karakteristik umum yang harus dipenuhi oleh subyek sehingga dapat diikutsertakan dalam penelitian ( Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini kriteriann inklusinya adalah : 1. Anak balita yang berumur 1-5 tahun 2. Ibu yang memiliki balita bersedia menjadi responden.
b. Kriteria Eksklusi Kriteria eksklusi adalah hal-hal yang menyebabkan sampel yang memenuhi kriteria tidak diikutsertakan dalam penelitian (Nursalam, 2003). Dalam penelitian ini criteria eksklusinya adalah : 1.
Anak balita yang berumur lebih dari 5 tahun
2.
Ibu yang memiliki balita tidak mau mengisi lembar ku esioner
3.
Ibu yang tidak bersedia menjadi responden.
Jumlah sampel yang diambil dalam penelitian berdasarkan rumus sebagai berikut :
N n= N (d)2 + 1
Keterangan:
n = Jumlah sampel yang dicari
N = Jumlah populasi
d = nilai presisi (0,1) (Notoatmodjo, 2005)
Perhitungan sampel:
Jumlah Populasi: 1.605 orang
Nilai Presisi : 0,1
N n= N (d)2 + 1
1.605
n= 1.605(0,1)2 + 1
n = 94 orang, jadi sampel dalam penelitian ini yaitu 94 orang. F. Tempat dan Waktu Penelitian
Waktu penelitian ini akan berlangsung pada bulan Januari 2012 dilaksanakan di Wilayah Kerja Puskesmas Jembatan Kecil Kota Bengkulu. G. Teknik Pengumpulan Data
1. Jenis Data a. Data Primer
Data primer dikumpukan dengan mengisi kuesioner untuk mengetahui pengetahuan dan sikap ibu balita terhadap perilaku kunjungan ke Posyandu .
b. Data Sekunder
Data sekunder diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Bengkulu dan daftar hadir balita ke Posyandu yang didapatkan dari kader Posyandu, untuk mengetahui frekuensi kunjungan balita ke Posyandu.
2. Teknik Pengumpulan Data
Data
pengetahuan
dan
sikap
ibu
balita
diperoleh
dengan
cara
mengumpulkan kuesioner yang telah di isi oleh responden dan perilaku
kunjungan ibu balita ke Posyandu di peroleh dari daftar hadir balita oleh kader Posyandu.
H. Pengolahan Data
Pengolahan data dengan memberikan penilaian melalui kuesioner yang diberikan kepada responden. Adapun tahapan pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan melalui : (Arikunto, 2002) a. Editing
Editing
adalah
pengecekan
jumlah
kuesioner,
kelengkapan
data,
diantaranya kelengkapan identitas, lembar kuesioner dan kelengkapan isian kuesioner, sehingga apabila terdapat ketidaksesuaian dapat dilengkapi segera oleh peneliti.
b. Coding
Coding adalah melakukan pemberian kode berupa angka untuk memudahkan pengolahan data.
c. Entry
Entry adalah memasukan data yang diperoleh menggunakan fasilitas computer dengan menggunakan system atau program SPSS for Windows SPSS for Windows versi 13.0.
d. Tabulating
Kegiatan tabulating meliputi memasukan data-data hasil penelitian ke dalam table-tabel sesuai kriteria yang telah ditentukan berdasarkan kuesioner yang telah ditentukan skornya.
I.
Analisa Data
Proses pengolahan data dilakukan dengan perangkat lunak computer, teknik analisa data menggunakan analisis univariat dan bivariat.
1. Analisa univariat
Analisa univariat bertujuan untuk melihat gambaran distribusi frekuensi, dan proporsi variabel yang diteliti ,baik variabel independent (pengetahuan dan sikap ibu) maupun variable dependen (perilaku kunjungan ibu ke Posyandu).
a. Pengetahuan Cara pengukuran pengetahuan pada penelitian ini menggunakan skala Guttman yaitu akan mendapatkan nilai 1 apabila menjawab pertanyaan dengan
benar dan akan mendapatkan 0 apabila menjawab pertanyaan dengan salah (Hidayat,A,A, 2007). Data pengetahuan kemudian ditetapkan dengan klasifikasi (kriteria nilai) dengan menggunakan Rumus persentase menurut (Budiarto, E 2001) yaitu :
f P=
X 100 % n
Keterangan : P = Persentase f = Jumlah pertanyaan dijawab benar n = Jumlah seluruh pertanyaan b. Sikap Setelah dikumpulkan, data dihitung dengan cara menjumlahkan hasil skor pernyataan positif dan skor pernyataan negative kemudian data dianalisa secara deskriptif. Pengukuran sikap (Hidayat,A,A, 2007), diukur dengan menggunakan Skala Likert sebagai berikut :
Tabel 2 Kategori Skla Likert Pernyataan Positif
Kategori jawaban SS
Skor 4
Negatif
S TS STS SS S TS STS
3 2 1 1 2 3 4
Untuk menentukan sikap responden, akan dikategorikan dalam bentuk sikap positif dan negative sebagai berikut : -
Sikap positif jika nilai ≥ Mean
-
Sikap negative jika nilai ≤ Mean
2. Analisa Bivariat
Analisa bivariat dilakukan untuk mengetahui hubungan anatara variabel independen (pengetahuan dan sikap ibu) dan variabel dependen (perilaku kunjungan ke Posyandu) dengan menggunakan uji statistic yaitu chi-square dengan tingkat signifikan 95% α = 0,05 yang diolah menggunakan komputerisasi. Bila p value < α, maka Ho ditolak yang berarti ada hubungan antara variabel indevenden dan variabel dependen, bila p value > α, maka Ho diterima yang bearti tidak ada hubungan antara variabel independen dan variabel dependen (Hastono, 2003)
DAFTAR PUSTAKA
Adisasmito, 2007. Sistem Kesehatan. PT.Raja Grafindo Persada: Jakarta Ahmad Gafuri , 2010. Gambaran pendidikan, pengetahuan dan sikap ibu yang mempunyai balita usia 12-59 bulan tentang posyandu di wilayah kerja puskesmas Pirsus II Paringin kecamatan Juai kab.Balangan tahun 2010. Skripsi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehaan Husada Borneo: Banjarbaru Arikunto.S, 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Rineka Cipta: Jakarta Azwar.S. 2002. Sikap Manusia. Pustaka Belajar: Yogyakarta Depkes RI, 2001. Pedoman Manajemen Peran Serta Masyarakat . Depkes: Jakarta , 2004. Pedoman Umum Pengelolaan Posyandu. Depkes: Jakarta
………….
,2006. Pedoman Pemantauan Wilayah Setempat (PWS). Depkes:
………….
Jakarta Dinas Kesehatan Bengkulu, 2011. Profil Dinas Kesehatan Bengkulu. Dinas Kesehatan Bengkulu: Bengkulu Hidayat A.A, 2007. Metode Penelitian Kebidanan dan Tekhnik Analisis Data. Salemba Medika: Jakarta Lawrence, G .1980. Prinsip-prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat . Gadjah Mada University Press: Yogyakarta