BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang
Gangguan gizi kehamilan dapat mengakibatkan bayi prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan intrauterinegrowth retardation (IUGR). Terdapat empat faktoryang memengaruhi
keberhasilan
kehamilan
meliputigenetik,
lingkungan
maternal,
imunobiologi, dan status gizi. Status gizi ibu hamil merupakan faktor yang dapat dimodifikasi.Pada tahun 2007, presentase
wanita
usia
subur(WUS)
yang berisiko mengalami
kurang energi
kronis(KEK) di Jawa Timur adalah sekitar 15,9% atau lebihtinggi 2,3% dari angka nasional. Kasus kematian perinatal atau kematian pada bayi berusia 0 – 6 hari juga dilaporkan tinggi (217 kasus), sekitar 34,6% di antaranyamerupakan proporsi lahir mati.4 Di Jawa Timur, presentasebalita yang mempunyai status gizi sangat pendekmencapai 20,9% dan melebihi angka nasional (8,5%). Hal yang sama ditemukan pada proporsi balita sangatkurus yang mencapai 7,3% yang lebih tinggi daripadaangka nasional (6%). Pada periode 2007 – 2010, 2010, balitapendek dan kurus memperlihatkan kecenderungan yangmeningkat.Beberapa penelitian di dunia menemukan bahwa ibuhamil merupakan kelompok risiko tinggi kekurangan gizikarena tabu makanan ( food taboo). taboo). Di beberapa wilayah di Indonesia, ibu hamil pantang mengonsumsi udang,ikan pari, cumi, dan kepiting karena dianggap dapatmenyebabkan kaki anak mencengkeram rahim ibu dansulit untuk dilahirkan. Tabu makanan dapat meningkatkanrisiko defisiensi protein hewani, lemak, vitamin A, kalsium, dan zat besi ibu hamil. Selain itu, risikokekurangan zat gizi diperparah oleh peningkatan kebutuhanzat gizi kehamilan. Tabu makanan umumnyaberkembang dalam tatanan sosial politik yang masih sederhana. Meskipun saat ini arus informasi berkembangsangat cepat dan luas, tabu makanan masih banyak dijumpai pada masyarakat Indonesia. Tabu makanandapat mengakibatkan konsep ‘dapat’ (eatable ( eatable)) atau‘tidak’ suatu makanan dimakan oleh kelompok masyarakat.Pada kondisi kelaparan pun, masyarakat cenderungmemilih tidak makan daripada harus mengonsumsi makanan tersedia yang menjadi pantangan.Pada tahun2010, data jumlah ibu hamil Indonesia yang mengonsumsikebutuhan energi di bawah minimal tergolongtinggi sekitar 44,2%.5 44,2%.5
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tradisi dan budaya. Salah satu suku yang mempunyaikebudayaan khas adalah suku Tengger yang mendiamikawasan pegunungan Tengger yang membujur padaempat kabupaten di Jawa Timur meliputi Malang,Lumajang, Pasuruan, dan Probolinggo. Dari keempatwilayah tersebut, hanya di kabupaten Probolinggo pernahdilakukan penelitian terkait tabu makanan. Secaraumum, tidak semua masyarakat Tengger masih menjalankanadat Tengger secara kuat. Hanya ada beberapa desayang masih memegang budaya adat leluhurnya, salahsatunya yaitu Desa Ngadas, Malang. Dibandingkan desa Jetak Probolinggo, yang dominanberagama Hindu, Ngadas lebih didominasi
oleh
agamaBudha.
Selain
itu,
desa
Probolinggo
lebih
terbuka
jikadibandingkan dengan desa Ngadas yang letaknya agakterisolir. Perbedaan agama dan aksesibilitas di dua kabupatentersebut memungkinkan adanya perbedaan tabumakanan. Hal inilah yang menjadikan kami tertarikuntuk menggali lebih dalam mengenai tabu makananpada ibu hamil di Desa Ngadas Kabupaten Malang. Penelitianini merupakan penelitian deskriptif yang bertujuanuntuk mengetahui makanan apa saja yang ditabukan ibuhamil suku Tengger di Ngadas, Malang dan alasan menabukannya.
1.2 Rumusan masalah
1. Apa saja jenis makananan yang termasuk dalam food taboo bagi ibu hamil di indonesia ? 2. Apa jenis makanan yang dianggap tabu bagi ibu hamil oleh masyarakat tengger ? 3. Mengapa makanan tersebut termasuk dalam makanaan tabu bagi ibu hamil di masyarakat Tengger? 4.Bagaimana untuk mengatasi makanan yang ditabukan tersebut dalam hal upaya pemenuhan gizi bagi ibu hamil ? 1.3 Manfaat
1. Mengetahui jenis makananan yang termasuk makanan tabu bagi ibi hamil di Indonesia 2. Mengetahui jenis makanan yang ditabukan bagi ibu hamil di masyarakat Tengger 3. Mengetahui alasan kenapa makanan tersebut di tabukan bagi ibu hamil 4. Mengetahui cara untuk mengatasi makanan yang ditabukan tersebut agar kebutuhan gizi yang diperlukan ibu hamil dari makanan yang ditabukan tersebut terpenuhi
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Makanan Taboo Di Indonesia
Makanan taboo di Indonesia masih menjadi masalah karena masih banyak makanan yang seharusnya dikonsumsi tapi masih ditabukan. Akibat tabu makanan tersebut ibu hamil, ibu menyusui, bayi dan anak – anak tidak berani mengkonsumsi makanan tertentu sehingga dapat menurangi asupan makanan yang pada akhirnya akan menurunkan status gizi mereka. Pada kehidupan modern, ada hal-hal yang secara tradisi belum tentu usang atau kuno. Bahkan hal yang tradisi mengalami perubahan makna menjadi makna eksotis, yaitu ciri khas yang bernilai ekonomi, sosial, dan budaya. Banyak kalangan merindukan masa lalu untuk hadir kembali ke masa ini dalam balutan modern. Hal ini disebut transformasi budaya. Secara global pun terdapat pergeseran nilai untuk kembali kepada alam (back to nature), seperti pada upaya mempopulerkan kembali pada minuman air putih , pemanfaatan tanam-tanaman obat secara alamiah untuk penyembuhan penyakit, osmetika dan stamina kesehatan. Hal ini sangat relevan
karena
dalam
perspetif
posmodern,
konsep-konsep “the
past
in
the
present” merupakan fenomena budaya yang berimplikasi pada peningkatan kehidupan sosial, ekonomi, dan budaya. Hal ini pada akhirnya bermuara pada konsep penguatan identitas budaya sebagai bagian dari sistem ketahanan sosial budaya masyarakat yang dalam aplikasinya memberi signifikansi positif terhadap ekonomi, seperti tumbuhnya rumah makan yang menyajikan menu tradisional dankuliner maupun obat-obatan yang mampu memperkuat identitas budaya yang dapat dijadikan kekuatan ekonomi dan ketahanan nasional (Effendi, 1993). `Beberapa
penelitian di dunia menemukan bahwa ibu hamil merupakan kelompok
risiko tinggi kekurangan gizi karena tabu makanan ( food taboo). Di beberapa wilayah di Indonesia, ibu hamil pantang mengonsumsi udang, ikan pari, cumi, dan kepiting karena dianggap dapat menyebabkan kaki anak mencengkeram rahim ibu dan sulit untuk dilahirkan. Tabu makanan dapat meningkatkan risiko defisiensi protein hewani, lemak, vitamin A, kalsium, dan zat besi ibu hamil. Selain itu, risiko kekurangan zat gizi diperparah oleh peningkatan kebutuhan zat gizi kehamilan. Tabu makanan umumnya berkembang dalam tatanan sosial politik yang masih sederhana. Meskipun saat ini arus informasi berkembang sangat cepat dan luas, tabu makanan masih banyak dijumpai pada masyarakat Indonesia.
Tabu makanan dapat mengakibatkan konsep ‘dapat’ ( eatable) atau ‘tidak’ suatu makanan dimakan oleh kelompok masyarakat. Pada kondisi kelaparan pun, masyarakat cenderung memilih tidak makan daripada harus mengonsumsi makanan tersedia yang menjadi pantangan. Pada tahun 2010, data jumlah ibu hamil Indonesia yang mengonsumsi kebutuhan ene energi di bawah minimal tergolong tinggi sekitar 44,2%.
2.2 Makanan Taboo Ibu Hamil Masyarakat Tengger
Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan tradisi dan budaya. Salah satu suku yang mempunyai kebudayaan khas adalah suku Tengger yang mendiami kawasan pegunungan Tengger yang membujur pada empat kabupaten di Jawa Timur meliputi Malang, Lumajang, Pasuruan, dan Probolinggo. Dari keempat wilayah tersebut, hanya di kabupaten Probolinggo pernah dilakukan penelitian terkait tabu makanan. Secara umum, tidak semua masyarakat Tengger masih menjalankan adat Tengger secara kuat. Hanya ada beberapa desa yang masih memegang budaya adat leluhurnya, salah satunya yaitu Desa Ngadas, Malang.
2.3 Upaya Pemenuhan Gizi Ibu Hamil
BAB III PEMBAHASAN A. Identitas Jurnal
Judul : Makanan Tabu pada Ibu Hamil Suku Tengger Penulis : Lini Alifatus Sholihah, Ratu Ayu Dewi Sartika Tahun : 2014 Jenis penelitian : KUALITATIF DESKRIPTIF B. Tujuan Penelitian Untuk mengetahui makanan tabu dan alasannya pada ibu hamil suku Tengger di Ngadas, Malang. C. Informasi Ilmiah 1. Gangguan gizi kehamilan dapat menyebabkan prematur, berat badan lahir rendah (BBLR) dan intrauterine growth retardation(IUGR). Terdapat empat faktor yang memengaruhi keberhasilan kehamilan meliputi genetik, lingkungan maternal, imunobiologi, dan status gizi. Status gizi 2. Pada tahun 2007, presentase wanita usia subur(WUS) yang berisiko mengalami kurang energi kronis (KEK) di Jawa Timur adalah sekitar 15,9% atau lebih tinggi 2,3% dari angka nasional. Kasus kematian perinatal
3. proporsi balita sangatkurus yang mencapai 7,3% yang lebih tinggi daripadaangka nasional (6%). Pada periode 2007 – 2010, balitapendek dan kurus memperlihatkan kecenderungan yang meningkat.Beberapa penelitian di dunia menemukan bahwa ibuhamil merupakan kelompok risiko tinggi kekurangan gizikarena tabu makanan ( food taboo).
4. Tabu makanan umumnyaberkembang dalam tatanan sosial politik yang masih sederhana. Meskipun saat ini arus informasi berkembangsangat cepat dan luas, tabu makanan masih banyak dijumpai pada masyarakat Indonesia. Tabu makanan dapat mengakibatkan konsep
‘dapat’
(eatable)
atau‘tidak’
suatu
makanan
dimakan
oleh
kelompok
masyarakat.Pada kondisi kelaparan pun, masyarakat cenderungmemilih tidak makan daripada harus mengonsumsi makanan tersedia yang menjadi pantangan.
5. Pada tahun 2010, data jumlah ibu hamil Indonesia yang mengonsumsi kebutuhan energi di bawah minimal tergolong tinggi sekitar 44,2%.
D. Alur Informasi
E. Metode dan Subjek Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain deskriptif kualitatif dan dilakukan di Desa Ngadas, Kabupaten Malang, Jawa Timur, pada April 2013. Jenis data yang digunakan adalah data primer. Data dikumpulkan dari lima ibu hamil melalui diskusi kelompok dan tujuh orang meliputi tetua masyarakat, bidan, kader kesehatan, dan keluarga ibu hamil melalui wawancarai mendalam
F. Grand Theory
G. Hasil Penelitian
Ngadas terletak di atas Taman Nasional Gunung Tengger-Bromo-Semeru, Kecamatan Poncokusumo. Luasnya 195 hektar, terdiri dari 181 hektar ladang dan sisanya berupa pemukiman. Sebagian besar penduduknya beragama Budha dan bekerja sebagai petani, buruh tani, dan peternak. Penelitian ini melibatkan dua belas informan, meliputi lima ibu hamil, seorang bidan dan kader kesehatan, seorang dukun adat, dua orang dukun bayi, serta seorang bapak dan suami ibu hamil. Berdasarkan hasil wawancara mendalam dengan dukun bayi, keluarga, serta diskusi kelompok ibu hamil, makanan yang dipantangkan untuk kehamilan antara lain meliputi buah melodi, mangga kweni, pisang rajamala, salak, nanas, bandeng, merica, cabai, nangka, buahbuahan dalam jumlah banyak, durian, tape, es, makanan asam, ikan lele, kol, dan kubis. Ibu hamil beragama Budha dan menganut pola makan vegetarian pantang makan ikan, daging, dan bawang putih, sedangkan ibu hamil beragama Islam
dipantangkan
H. Kesimpulan
makan
daging
babi
Makanan yang dipantang ibu hamil suku Tengger terdiri dari kelompok buah-buahan, kelompok lauk, kelompok sayuran, kelompok makanan yang dianggap panas, dan kelompok makanan yang dianggap tidak lazim seperti makanan dempet atau kembar. Alasan tabu makanan di Tengger Ngadas terjadi karena pendekatan secara simbolis, fungsional, dan nilai atau keagamaan. SaranDiperlukan penyuluhan terkait gizi kehamilan