Tugas KMB
ASUHAN KEPERAWATAN DENGAN SISTEM PERSEPSI SENSORI ( RETINOPATI DIABETIK dan RETINOBLASTOMA )
OLEH : KELOMPOK 2 AHMAD KADIR FADILLAH AMNUR NURSIN MARASABESSY HASLINDA MAYASARI MELINDA OLIVIA JOSEPH
(C051171707) (C051171709) (C051171716) (C051171726) (C051171727)
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN JALUR KERJASAMA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2017
ASUHAN KEPERAWATAN PADA RETINOPATI DIABETIK A. PENGERTIAN
Retinopati merupakan kelompok penyakit pada retina mata ( selaput jala ) yang di tandai dengan gejala penurunan tajam penglihatan tanpa disertai proses inflamasi. Sering merupakan manifestasi ocular ( gejala pada mata ) dari suatu penyakit sistemik.( Emirza Nur Wicaksono : 2013 ). Retinopati diabetic merupakan gangguan vascular yang menyerang kapiler retina. Kapiler tersebut manjadi sklerotik dan kehilangan kemampuan untuk menghantarkan cukup oksigen dan zat gizi keretina. Risiko mengalami retinopati diabetik berkaitan dengan durasi diabetic dan derajat kendali glikemik. Hipertensi juga merupakan factor risiko (Fauci et al., 2008). Retinopati terjadi pada diabetes type 1 dan tipe 2.diAmerika Serikat retonopati diabetik merupakan penyebab utama kebutaan baru pada individu berusia 20 sampai 74 tahun. Individu penyandang diabetic 25 kali lebih cenderung menjadi buta dibandingkan individu yang tidak terkena diabetic ( Fauci et al., 2008). Retinopati diabetik merupakan kelainan retina akibat dari komplikasi diabetes yang menyebabkan kebutaan. Retinopati ini dapat dibagi dalam dua kelompok berdasarkan klinis yaitu retinopati diabetik non proliferatif dan retinopati diabetik proliferatif, dimana retinopati diabetik non proliferatif merupakan gejala klinik yang paling dini didapatkan pada penyakit retinopati diabetic.
B. ETIOLOGI
Meskipun penyebab retinopati diabetik sampai saat ini belum diketahui secara pasti, namun keadaan hiperglikemik lama dianggap sebagai faktor resiko utama.Laman ya terpapar hiperglikemik menyebabkan perubahan fisiologi dan biokimia yang akhinya menyebabkan perubahan kerusakan endotel pembuluh darah. Perubahan abnormalitas sebagian besar hematologi dan biokimia telah dihubungkan dengan prevalensi dan beratnya retinopati antara lain : 1. Adhesi platelet yang meningkat, 2. Agregasi eritrosit yang meningkat, 3. Abnormalitas lipid serum,
4. Fibrinolisis yang tidak sempurna, 5. Abnormalitas serum dan viskositas darah.
C. PATOFISIOLOGI
Retinopati diabetikberkembang melalui empat tahap : 1. Retinopati nonproliferatif ringan atau retinopati latar belakang 2. Retinopati nonproliferatif sedang 3. Retinopati nonproliferatif berat 4. Retinopati poliferatif Retinopati nonproliperatif merupakan bentuk yang pertama kalinya terlihat. Kapiler rena mata dilatasi dan membentuk mikroaneurisme yang dapat bocor, menyebabkan edema ringan atau dapat rupture menyebabkan hemoragi kecil dalam retina. Pada pemeriksaan octal muskopi, eksudat wol-kapas kuning mengindikasikan iskemia retina dan hemoragi titik merah terobservasi. Saat retina perifer terkena pasien dapat mengalami gejala baru, salain kilasan cahaya. Edema macula atau perdarahan hebat dapat mengakibatkan kehilangan penglihatan. Retinopati diabetic dapat berkembang menjadi bentuk proliferative. Penyakit tersebut ditandai dengan area luas iskemia retina dan pembentukan pembuluh darah baru (nonvskularisasi) tersebut keseluruh permukaan dalam retina dan kedalam badan vireus. D. MANIFESTASI KLINIK
Retinopati diabetik sering asimtomatis, terutama pada tahap awal penyakit. Seiring dengan bertambah beratnya penyakit, penglihatan pasien dapat memburuk atau bierubahubah. Retinopati tahap lanjut dapat berakibat kebutaan total. Non-proliferative diabetic retinopathy dikarakteristikan pada tahap awal dengan ditemukannya bilateral dot/bintik perdaraan intraretina, eksudat baik keras maupun tidak, mikroaneurisma, dan cotton wool spots. Dengan bertambah beratnya retinopati, dapat terlihat rangkaian vena dan abnormalitas pembuluh darah kecil intraretina. Kehilangan penglihatan berhubungan dengan iskemia dan edema makula, digolongkan CSME apabila terdapat salah satu dari:
1. Penebalan retina <500 μm dari tengah fovea 2. Hard exudatei <500 μm dari tengah fovea dengan pene balan disekitarnya 3. Penebalan retina >1 diskus pada daerah <1 diskus diameter dari tengah fovea pada titiktitik kebocoran. E. PENATALAKSANAAN
Terapi utama untuk retinopati diabetik yang mengancam penglihatan adalah laser. Angiogram fluoresein dapat dilakukan pada beberapa pasien untuk menilai derajat iskemia retina dan mendapatkan area kebocoran baik dari mikroaneurisma maupun dari pembuluh darah baru. Makulopati diabetik diterapi dengan mengarahkan laser pada titik-titik kebocoran.
F. PEMERIKSAAN DAN TERAPI
Pemeriksaan dan terapi yang dapat dilakukan penderita Retinopati Diabetika antara lain:
1. Indirect of Thalamoskop Diperiksa seluruh permukaan fundus
sampai belakang
penggantung lensa dapat dilihat dengan alat indirect oftalmoskop, yang sebelumnya mata pasien ditetes dengan midirasil.
2. Foto fundus
dilakukan
foto fundus dengan foto-polaroid, sehingga akan nampak
optikus, retina dan pembuluh darah diretina, sebelumnya penderitaditetesi medriasil.
3. Foto Fluorescein Angiografi
dilakukan
pemotretan fundus, seperti diatas tetapi
sebelumnya penderita selain ditetes medriasil, akan diinjeksi intravena dengan zat kontrassehingga gambaran detail halus epitel pigmen retina, aliran sirkulasi darah retina, gambaran pembuluh darah dan integritas fungsinya. Selain itu FFA juga berfungsi untuk memonitor terapi fotokoagulasi pada penyakit Retina dan Khoroid.
4. Foto Koagulasi Laser
adalah
teknik terapi menggunakan sumber sinar kuat untuk
mengkoagulasikan jaringan, tujuannya merusak jaringan retina yang tidak normal, antara lain menghilangkan adanya pembuluh darah, melekatkan jaringan chorioretina yang terlepas maupun robek dan lainnya.
5. Operasi Vitreoretina, Vitrektomi enderita Diabetes Retinopati yang telah lanjut, didapatkan Vitreus/badan kaca keruh akibat pendarahan retina masuk kebadan kaca, dan juga berakibat adanya jaringan ikat dibadan kaca yang akan mengakibatkan tarikan retina, sehingga akan berakibat terlepasnya retina atau ablasioretina. Operasi Vitrektomi digunakan untuk menjernihkan badan kaca dan juga mengupas jaringan ikat yang ada, sehingga lokasi asal perdarahan dapat dilakukan photokoagulasi laser, dan adanya tarikan retina dapat dihindarkan.
G. DETEKSI DINI
Sekurang-kurangnya 50% kebutaan akibat diabetes melitus dapat dicegah dengan penatalaksanaan laser pada retina; penatalaksanaan seperti ini memberi hasil yang paling efektif. Bila dimulai sebelum penderita mengalami penurunan tajam penglihatan serta sebelum timbulnya perdaerahan vitreum dan ablasio retina akibat tarian. Dengan demikian, selama perawatan penderita diabetes, diharapkan dokter puskesmas melakukan pemeriksaan tajam penglihatan dan mempertimbangkan pe-meriksaan fundoskopi pada setiap perawatan lanjutan. Perlu diingat bahwa retinopati diabetik st adium yang paling mudah diobati dapat terjadi tanpa disertai dengan gejala klimis. Untuk mempermudah dan menegaskan peranan dokter puskesmas dalam pencegahan kebutaan pada penderita diabetes melitus, perlu diperhatikan garis pedoman sistem rujukan yang dikeluarkan oleh American Academy of Ophthalmology berikut ini : a) Penderita diabetes melitus tipe I sebaiknya periksa oleh ahli mata setiap tahun dimulai dalam waktu awal tahun setelah diagnosis diabetes melitus ditegakkan, karena retinopati tidak timbul hingga lima tahun setelah diagnosis. b) Penderita diabetes melitus tipe II perlu mendapatkan pemeriksaan ahli mata setiap tahun dalam waktu beberapa bulan setelah diagnosis, sebab retinopati yang dapat diobati mungkin terjadi pada saat diagnosis. c) Penderita yang tidak mendapatkan kontrol diabetes, tekanan darah tinggi atau proteinuri secara memadai sebaiknya menjalani pemeriksaan yang lebih sering, karena penderita tersebut mempunyai risiko yang sangat tinggi untuk mengalami retinopati yang timbul cepat. d) Penderita dengan retinopati pra-proliferatif perlu diperiksa oleh ahli mata seti ap tiga sampai empat bulan, karena terdapat risiko menderita retinopati proliferatif.
e) Penderita yang telah menjalani perawatan bedah laser atau vitrektomi sebaiknya menepati jadwal perawatan lanjutan yang ditetapkan oleh ahli mata yang merawatnya. f)
Wanita hamil dengan diabetes tipe I sebaiknya menjalani pemeriksaan ahli mata selama trimester pertama dan selanjutnya setiap tiga bulan hingga melahirkan.
H. PROSES KEPERAWATAN 1.
PENGKAJIAN a.
Anamnesis
b.
Riwayat penyakit saat ini, penyakit dahulu dan penyakit keluarga
c.
Pengkajian psoko-sosio-spritual
d.
Pemeriksaan fisik : 1. Pengkajian ketajaman mata 2. Kesimetrisan kelopak mata 3. Reaksi mata terhadap gerakan cahaya 4. Warna mata 5. Kemampuan membuka dan menutup mata 6. Pengkajian lapang pandang 7. Menginspeksi struktur luar mata dan inspeksi kele njar untuk mengetahui adanya pembengkakan dan inflamasi.
2.
Penyimpangan KDM ( Terlampir )
3.
Diagnosa keperawatan 1. Gangguan persepsi sensori berhubungan dengan penurunan fungsi penglihatan 2. Risiko cedera berhubungan dengan gangguan sensori persepsi 3. Gannguan Citra tubuh berhubungan dengan biofisik ( penyakit mata ) 4. Nyeri berhubungan dengan adanya edema di sekitar retina