32
ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GANGGUAN SISTEM GENITOURINENARIA : INKONTINENSIA URINE
Latar Belakang
Inkontinensia urine merupakan pengeluaran urine secara tidak sadar, sering pada orang tua dan menyebabkan meningkatnya resiko infeksi saluran kemih, masalah psikologis, dan isolasi sosial. Inkontinensia cenderung tidak dilaporkan, karena penderita merasa malu dan juga menganggap tidak ada yang dapat menolong nya dari penelitian pada populasi lanjut usia dari masyarakat, didapatkan 75% dari pria dan 12% dari wanita diatas 70 tahun mengalami inkontinensia urine. Sedangkan mereka yang dirawat di psikogeriatri 15-50% menderita inkontinensia urine. Inkontinensia dibagi menjadi inkontinensia akut, dan inkontinensia kronik.
Inkontinensia akut atau transien bersifat tiba-tiba, biasanya berhubungan dengan kondisi pengobatan atau pembedahan. Penyebab inkontinensia akut antara lain mobilitas terbatas, pecal impaction, delirium, infeksi saluran kemih, DM tak terkontrol, hiperkalsemia pengobatan anti kolinergik/beta adrenergik/alpha loker, diuretic, psikotropic, narkotik atau alkohol.
Inkontinensia kronik atau persisten dibagi menjadi stress inkontinensia, urge inkontinensia, overflow inkontinensia dan fungsional dan fungsional inkontinensia. Stress inkontinensia biasa terjadi pada lansia wanita. Terjadi akibat peningkatan yang tiba-tiba pada tekanan intraabdmomen akibat adanya kelemahan otot-otot disekitar uretra karena kehamilan. Kelahiran pervagina, trauma pembedahan, obesitas dan batuk kronik. Pada pria stress inkontinensia tidak biasa terjadi tetapi dapat terjadi apabila ada pembedahan prostate dan terapi radiasi. Urgeinkontinensia pada lansia biasanya dihubungkan dengan ketidakseimbangan otot detrusor/hiperrefleksia akibat dari cystitis, urethritis, tumor, batu, juga stroke, dementia dan penyakit parkinson digubungkan dengan nocturia. Overflow inkontinensia ditandai dengan keluhan sering miksi dengan volume urine sedikit, sulit memulai miksi dan merasa tidak puas. Biasanya terjadi pada neuropati diabetic injury tulang belakang, hipertropi prostat dan multiple sklerosis.
Dari data-data tersebut, maka kami kelompok pada kesempatan kali ini membahas tentang masalah pada lansia dengan inkontinensia urin
Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan dari asuhan keperawatan ini adalah :
Tujuan Umum
Memberikan gambaran tentang Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Gangguan Sistem Perkemihan : Inkontinensia Urin
Tujuan Khusus
Memberikan gambaran tentang Konsep Dasar Medis dalam Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Asuhan Keperawatan Gerontik dengan Gangguan Sistem Perkemihan : Inkontinensia Urin
Memberikan gambaran tentang Konsep Dasar Keperawatan meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan.
Asuhan Keperawatan kepada Ny. M dengan Gangguan Sistem Perkemihan : Inkontinensia Urin
Metode Penulisan
Metode penulisan yang digunakan dalam asuhan keperawatan ini menggunakan metode deskriptif yaitu berdasarkan :
Studi Kepustakaan, dilakukan dalam mempelajari dan mengutip dari buku-buku sumber bacaan yang berkaitan dengan Labiopalatoskisis.
Studi Internet, dilakukan untuk mengambil gambar-gambar dan mengutip materi dari sumber internet yang terpercaya, yang berkaitan dengan Asuhan Keperawatan Pada Anak dengan Labiopalatoskisis.
Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan pada penulisan asuhan keperawatan ini terdiri dari 5 bab yang berdasarkan sistematika sebagai berikut : Bab I pendahuluan, meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, dan sistematika penulisan. Bab II, tinjauan teoritis, meliputi konsep dasar medik, yang terdiri dari definisi, klasifikasi, anatomi fisiologi, etiologi, patofisiologi, tanda dan gejala,pemeriksaan diagnositk, penatalaksanaan medik, dan komplikasi. Kemudian konsep dasar keperawatan, yang terdiri dari, pengkajian, diagnosa, intervensi keperawatan, implementasi dan evaluasi. Bab III berisi pembahasan kasus, yang terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana keperawatan, implementasi keperawatan, dan evaluasi. Kemudian Bab IV penutup, meliputi kesimpulan dan saran.
BAB II
LANDASAN TEORI
KONSEP DASAR MEDIK
Definisi
Inkontinensia urine adalah berkemih diluar kesadaran, pada waktu dan tempat yang tidak tepat, dan menyebabkan masalah kebersihan atau sosial. Aspek sosial yang akan dialami oleh lansia antara lain kehilangan harga diri, merasa terisolasi dan depresi.
Inkontinensia urine adalah sering berkemih/ngompol yang tanpa disadari merupakan salah satu keluhan orang lanjut usia.
Inkontinensia urine adalah pengeluaran urine dalam jumlah dan frekuensi yang cukup banyak, sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan sosial (Kane, dkk, 1989).
Klasifikasi
Inkontinensia Stress
Akibat adanya tekanan didalam abdomen, seperti bersin, atau selama latihan, menyebabkan kebocoran urine dari kandung kemih. Tidak terdapat aktivitas kandung kemih. Tipe inkontinensia urine ini sering diderita wanita yang mempunyai banyak anak.
Inkontinensia Mendesak (urge incontinence)
Berkemih dapat dilakukan, tetapi orang biasanya berkemih sebelum sampai ke toilet. Mereka tidak merasakan adanya tanda untuk berkemih. Kondisi ini terjadi karena kandung kemih seseorang berkontraksi tanpa didahului oleh keinginan untuk berkemih.
Kehilangan sensasi untuk berkemih ini disebabkan oleh adanya penurunan fungsi persarafan yang mengatur perkemihan.
Inkontinensia Overflow
Seseorang yang menderita inkontinensia overflow akan mengeluh bahwa urinenya mengalir terus menerus. Hal ini disebabkan karena obstruksi saluran kemih seperti pada pembesaran prostat atau konstipasi. Untuk pembesaran prostat yang menyebabkan inkontinensia dibutuhkan tindakan pembedahan. Dan untuk konstipasinya relatif mudah diatasi.
Inkontinensia Refleks
Ini terjadi karena kondisi sistem saraf pusat yang terganggu, seperti demensia. Dalam hal ini, pengosongan kandung kemih dipengaruhi refleks yang dirangsangoleh pengisian. Kemampuan rasa ingin berkemih dan berhenti berkemih tidak ada. Penatalaksanaannya dengan permintaan untuk miksi secara teratur setiap jam atau dengan menggunakan diapers ukuran dewasa.
Inkontinensia fungsional
Pada klien ini mempunyai kandung kemih dan saluran urine yang utuh dan tidak mengalami kerusakan persarafan yang secara langsung mempengaruhi sistem perkemihan tersebut. Kondisi ini muncul akibat ketidakmampuan lain yang mengurangi kemampuannya untuk mempertahankan kontinensia.
Etiologi
Etiologi inkontinensia urine menurut (Soeparman & Waspadji Sarwono, 2001) :
Poliuria, noktoria
Gagal jantung
Faktor usia : lebih banyak ditemukan pada usia > 50 tahun.
Lebih banyak terjadi pada lansia wanita dari pada pria hal ini disebabkan oleh:
Penurunan produksi esterogen menyebabkan atropi jaringan uretra dan efek akibat dilahirkan dapat mengakibatkan penurunan otot-otot dasar panggul.
Perokok, minum alkohol.
Obesitas.
Infeksi saluran kemih (ISK)
Anatomi Fisiologi
Ureter
Terdiri dari 2 saluran pipa untuk mengalirkan urine dari ginjal ke kandung kemih (vesika urinaria), panjangnya sekitar 25 cm dengan penampang 0,5 cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam rongga pelvis.
Lapisan dinding ureter terdiri dari 3 lapisan :
Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
Lapisan tengah otot polos (smooth muscle)
Lapisan sebelah dalam (lapisan mukosa)
Vesika urinaria (kandung kemih)
Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet, terletak dibelakang simfisis pubis didalam rongga panggul. Bentuk kandung kemih seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat dan berhubungan dengan ligamentum vesika umbikalis medius.
Uretra
Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang berfungsi menyalurkan air kemih keluar dari tubuh. Pada laki-laki uretra berjalan berkelok-kelok melalui tengah-tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa ke bangian penis. Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubis, berjalan mirirng sedikit kearah atas, panjangnya sekitar 3-4 cm.
Patofisiologi
Inkontinensia urine dapat terjadi dengan berbagai manifestasi, antara lain:
Perubahan yang terkait dengan usia pada sistem perkemihan vesika urinaria (kandung kemih). Kapasitas kandung kemih yang normal sekitar 300-600 ml. Dengan sensasi keinginan untuk berkemih diantara 150-350 ml. Berkemih dapat ditundas 1-2 jam sejak keinginan berkemih dirasakan. Ketika keinginan berkemih atau miksi terjadi pada otot detrusor kontrasi dan sfingter internal dan sfingter ekternal relaksasi, yang yang membuka uretra. Pada orang dewasa muda hampir semua urine dikeluarkan dengan proses ini. Pada lansia tidak semua urine dikeluarkan, tetapi residu urine 50 ml atau kurang dianggap adekuat. Jumlah yang lebih dari 100 ml mengidentifikasi adanya retensi urine. Perubahan yang lainnya pada proses penuaan adalah terjadinya kontraksi kandung kemih tanpa disadari. Wanita lansia, terjadi penurunan produksi estrogen menyebabkan atrofi jaringan uretra dan efek akibat melahirkan mengakibatkan penurunan pada otot-otot dasar ( Stanley M & Beare G Patricia, 2006 ).
Fungsi otot besar yang terganggu dan mengakibatkan kontraksi kandung kemih. Terjadi hambatan pengeluaran urine dengan pelebaran kandung kemih, urine banyak dalam kandung kemih sampai kapasitas berlebihan. Fungsi sfingter yang terganggu menyebabkan kandung kemih bocor bila batuk atau bersin .
Tanda dan Gejala
Melaporkan merasa desakan berkemih, disertai ketidakmampuan mencapai kamar mandi karena telah mulai berkemih.
Desakan, frekuensi, dan nokturia.
Inkontinensia stres, dicirikan dengan keluarnya sejumlah kecil urine ketika tertawa, bersin, melompat, batuk, atau membungkuk.
Inkontinensia overflow, dicirikan dengan aliran urine buruk atau lambat dan merasa menunda atau mengejan.
Inkontinensia fungsional, dicirikan dengan volume dan aliran urine yang adekuat.
Higiene atau tanda-tanda infeksi.
Kandung kemih terletak diatas simfisis pubis.
Pemeriksaan Diagnostik
Urinalisis digunakan untuk melihat apakah ada bakteri, darah dan glukosa dalam urine.
Uroflowmetry digunakan untuk mengevaluasi pola berkemih dan menunjukkan obstruksi pintu bawah kandung kemih dengan mengukur laju aliran ketika pasien berkemih.
Cysometry digunakan untuk mengkaji fungsi neuromuskular kandung kemih dengan mengukur efisiensi refleks otot detrusor, tekanan dan kapasitas intravesikal, dan reaksi kandung kemih terhadap rangsangan panas.
Urografi eksretorik, disebut juga pielografi intravena, digunakan untuk mengevaluasi struktur dan fungsi ginjal, ureter, dan kandung kemih.
Voiding cystourethrography digunakan untuk mendeteksi ketidaknormalan kandung kemih dan uretra serta mengkaji hipertrofi lobus prostat, struktur uretra, dan tahap gangguan uretra prostatik stenosis (pada pria).
Urterografi retrograde, digunakan hampir secara eksklusif pada pria, membantu diagnosis struktur dan obstruksi orifisium uretra.
Elektromiografi sfingter eksternal mengukur aktivitas listrik sfingter urinarus eksternal.
Pemeriksaan rektum pada pasien pria dapat menunjukkan pembesaran prostat atau nyeri, kemungkinan menandakan hipertfrofi prostat jinak atau infeksi. Pemeriksaan tersebut juga dapat menunjukkan impaksi yang mungkin dapat mentebabkan inkontinensia.
Kateterisasi residu pascakemih digunakan untuk menentukan luasnya pengosongan kandung kemih dan jumlah urine yang tersisa dalam kandung kemih.
Penatalaksanaan Medik
Terapi obat disesuaikan dengan penyebab inkontinensia. Antibiotik diresepkan jika inkontinensia akibat dari inflamasi yang disebabkan oleh infeksi bakteri. Obat antikolinergik digunakan untuk memperbaiki fungsi kandung kemih dan mengobati spasme kandung kemih jika dicurigai ada ketidakstabilan pada otot destrusor. Obat antispasmodik diresepkan untuk hiperrefleksia detrusor aktivitas otot polos kandung kemih. Estrogen baik dalam bentuk oral, topikal, maupun supositoria, digunakan jika ada vaginitis atrofik. Inkontinensia stress kadang dapat diterapi dengan obat antidepresan.
Terapi perilaku meliputi latihan berkemih, latihan kebiasaan dan waktu berkemih, penyegeraan berkemih, dan latihan otot panggul (latihan kegel). Pendekatan yang dipilih disesuaikan dengan masalah pasien yang mendasari. Latihan kebiasaan dan latihan berkemih sangat sesuai untuk pasien yang mengalami inkontinensia urgensi. Latihan otot panggul sangat baik digunakan oleh pasien dengan fungsi kognitif yang utuh yang mengalami inkontinensia stress. Intervensi perilaku umumnya tidak dipilih untuk pasien yang mengalami inkontinensia sekunder akibat overflow. Teknik tambahan, seperti umpan biologis dan rangsangan listrik, berfungsi sebagai tambahan pada terapi perilaku.Latihan kebiasaan, bermanfaat bagi pasien yang mengalami demensia atau kerusakan kognitif, mencakup menjaga jadwal berkemih yang tetap, biasanya setiap 2 sampai 4 jam.
Spiral dapat diresepkan bagi pasien wanita yang mengalami kelainan anatomi seperti prolaps uterus berat atau relaksasi pelvik. Spiral tersebut dapat dipakai secara internal, seperti diafragma kontrasepsi, dan menstabilkan dasar kandung kemih serta uretra, yang mencegah inkontinensia selama ketegangan fisik.
Toileting terjadwal
Penggunaan pads
Indwelling kateter, jika retensi urine tidak dapat dikoreksi secara medis/pembedahan dan untuk kenyamanan klien terakhir.
Komplikasi
Infeksi saluran kemih.
Konsep Dasar Medik
Pengkajian
Adapun data-data yang akan di kumpulkan dikaji pada asuhan keperawatan klien dengan diagnosa medis inkontinensia urine :
Identitas klien
Meliputi nama, jenis kelamin, umur, agama/kepercayaan, status perkawinan, pendidikan, pekerjaan, suku bangsa, alamat, diagnosa medis
Keluhan utama
Pada kelayan inkontinensia urine keluhan-keluhan yang ada adalah nokturia, urgence, disuria, poliuria, oliguri, dan strategi
Riwayat penyakit sekarang
Memuat tentang perjalanan penyakit sekarang sejak timbul keluhan, usaha yang telah dilakukan untuk mengatasi keluhan
Riwayat penyakit dahulu
Adanya penyakit yang berhubungan dengan ISK ( infeksi saluran kemih ) yang berulang, penyakit kronis yang pernah di derita
Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada penyakit keturunan dari salah satu anggota keluarga yang menderita penyakit inkontinensia urine, adakah anggota keluarga yang menderita DM, hipertensi
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan fisik yang digunakan adalah B1-B6 :
B1 (breathing)
Kaji adanya pernafasan adanya gangguan pada palo nafas, sianosis karena suplai oksigen menurun. Kaji ekspansi dada, adakah kelainan pada perkusi
B2 (blood)
Terjadi peningkatan tekanan darah, biasanya pasien bingung dan gelisah
B3 (brain)
Kesadaran biasanya sadar penuh
B4 (bladder)
Inspeksi : periksa warna, bau, banyaknya urine biasanya bau menyengat karena adanya aktifitas mikroorganisme (bakteri) dalam kandung kemih serta disertai keluhan keluarnya darah apabila ada lesi pada bladder, pembesaran daerah supra pubik lesi pada neatus uretra, banyak kencing dan nyeri saat berkemih mendadah disurea akibat dari infeksi, apakah klien terpasang kateter sebelumnya.
Palpasi : rasa nyeri disapat pada daerah supra pubik atau pelvis, seperti rasa terbakar di uretra luar sewaktu kencing atau dapat juga diluar waktu kencing.
B5 (bowel)
Bising usus adalah peningkatan atau penurunan, adanya nyeri tekan abdomen, adanya ketidaknormalan perkusi, adanya ketidaknormalan palpasi pada ginjal.
B6 (bone)
Pemeriksaan kekuatan otot dan membandingkan dengan ekstremitas yang lain, adakah nyeri pada persendian.
Diagnosa Keperawatan
Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan tidak adanya sensasi untuk berkemih dan kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kantung kemih.
Resiko infeksi berhubungan dengan pemasangan kateter dalam waktu yang lama.
Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan irigasi kontras oleh urine
Resiko kekurangan volume tubuh berhubungan dengan intake yang adekuat
Intervensi Keperawatan
Gangguan eliminasi urine berhubungan dengan tidak adanya sensasi untuk berkemih dan kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kandung kemih.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien akan bisa melaporkan suatu pengurangan / penghilangan inkontinesia.
Kriteria Hasil :
Klien dapat menjelaskan penyebab inkontinesia dan rasional penatalaksaan.
Intervensi :
Kaji kebiasaan pola berkemih dan gunakan catatan berkemih sehari.
Rasional : Berkemih yang sering dapat mengurangi dorongan beri distensi kandung kemih
Ajarkan untuk membatasi masukan cairan selama malam hari
Rasional : Pembatasan cairan pada malam hari dapat mencegah terjadinya enurasis
Bila masih terjadi inkontinesia kurangi waktu antara berkemih yang telah direncanakan
Rasional : Kapasitas kandung kemih mungkin tidak cukup untuk menampung volume urine sehingga diperlukan untuk lebih sering berkemih.
Instruksikan klien batuk dalam posisi litotomi, jika tidak ada kebocoran, ulangi dengan posisi klien membentuk sudut 45, lanjutkan dengan klien berdiri jika tidak ada kebocoran yang lebih dulu.
Rasional : Untuk membantu dan melatih pengosongan kandung kemih.
Pantau pemasukan dan pengeluaran, pastikan klien mendapat masukan cairan 2000 ml, kecuali harus dibatasi.
Rasional : Dehidrasi optimal diperlukan untuk mencegah ISK dan batu ginjal
Kolaborasi dengan dokter dalam mengkaji efek medikasi dan tentukan kemungkinan perubahan obat, dosis/ jadwal pemberian obat untuk menurunkan frekuensi inkontinensia.
Resiko infeksi berhubungan dengan inkontinesia, imobilitas dalam waktu yang lama.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien dapat berkemih dengan nyaman.
Kriteria Hasil :
Urine jernih, urinalisis dalam batas normal, kultur urine menunjukan tidak adanya bakteri.
Intervensi :
Berikan perawatan perineal dengan air sabun setiap shift. Jika pasien inkontinensia, cuci daerah perineal segera mungkin.
Rasional : Untuk mencegah kontaminasi uretra .
Jika dipasang kateter indwelling, berikan perawatan kateter 2x sehari (Merupakan bagian dari waktu mandi pagi dan pada waktu akan tidur) dan setelah buang air besar.
Rasional : Kateter memberikan jalan pada bakteri untuk memasuki kandung kemih dan naik ke saluran perkemihan.
Ikuti kewaspadaan umum (Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak langsung, pemakaian sarung tangan), bila kontak dengan cairan tubuh atau darah yang terjadi (Memberikan perawatan perineal, pengosongan kantung drainase urine, penampungan spesimen urine). Pertahankan teknik aseptik bila melakukan kateterisasi, bila mengambil contoh urine dari kateter Indwelling.
Rasional : Untuk mencegah kontaminasi silang
Kecuali dikontra indikasikan, ubah posisi pasien setiap 2 jam dan anjurkan masukan sekurang-kurangnya 2400ml / hari. Bantu melakukan ambulasi sesuai dengan kebutuhan .
Rasional : Untuk mencegah stasis urine.
Lakukan tindakan untuk memelihara asam urine.
Tingkatkan masukan sari buah berri .
Berikan obat-obat, untuk meningkatkan asam urine.
R : Asam urine menghalangi tumbuhnya kuman . Karena jumlah sari buah berri diperlukan untuk mencapai dan memelihara keasaman urine. Peningkatan masukan cairan sari buah dapat berpengaruh dalam pengobatan infeksi saluran kemih.
Resiko kerusakan integritas kulit berhubungan dengan irigasi kontras oleh urine
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kerusakan integritas kulit teratasi.
Kriteria hasil:
Jumlah bakteri <100.000/ml
Kulit periostomal penuh
Suhu 37c
Urine jernih dengan sendimen minimal.
Intervensi
Pantau penampilan kulit periostomal setiap 8 jam
Rasional : untuk mengindetifikasi kemajuan atau penyimpanan dari hasil yang diharapkan
Ganti wafer stomehesif setiap minggu atau bila bocor terdefekasi. Yakinkan kulit bersih dan kering sebelum memasang wafer yang baru. Potong lubang wafer kira-kira setengah inci lebih besar dan diameter stoma untuk menjamin ketepatan ukuran kantung yang benar-benar menutupi kulit periastomal. Kosongkan kantung urostomi bila telah seperempat sampai setengah penuh.
Rasional : peningkatan berat urine dapat merusak segel periostomal,memungkinkan kebocoran urin. Pemajanan menetap pada kulit periostomal terhadap asam urin dapat menyebabkan kerusakan kulit dan peningkatan resiko infeksi.
Resiko kekurangan volume tubuh berhubungan dengan intake yang adekuat
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan volume cairan seimbang
Kriteria hasil : pengeluaran urine tepat, berat badan 50 kg
Intervensi
Awasi tanda-tanda vital
Rasional : pengawasan invasive diperlukan untuk mengkaji volume intravaskular, khususnya pada pasien dengan fungsi jantung buruk.
Catat pemasukan dan pengeluaran
Rasional : untuk menentukan fungsi ginjal, kebutuhan penggantian cairan dan penurunan resiko kelebihan cairan.
Awasi berat jenis urine
Rasional : untuk mengukur kemampuan ginjal dalam mengkonsestrasikan urine
Berikan minuman yang disukai sepanjang 24 jam
Rasional : membantu periode tanpa cairan meminimalkan kebosanan pilihan yang terbatas dan menurunkan rasa haus
Timbang BB setiap hari
Rasional : untuk mengawasi status cairan
Implementasi
Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan radiasi daripada rencana tindakan keperawatan yang telah diterapkan. Meliputi tindakan independent, dependent, dan interpendent. Pada pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan, validasi, rencana keperawatan, mendokumentasikan rencana keperawatan memberikan asuhan keperawatan dan pengumpulan data. (Susan Martin, 1998).
Evaluasi
Evaluasi adalah hasil akhir dari proses keperawatan dilakukan untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan tindakan yang diberikan sehingga dapat menemukan intervensi yang akan dilanjutkan. (Susan Martin, 1998)
Patoflowdiagram
BAB III
PAPARAN KASUS
Karakteristik Demografi
Identitas Diri
Nama : Ny. M
Tempat/tanggal Lahir : Ngabang, 17 Juli 1956
Jenis Kelamin : Perempuan
Status perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Suku/Bangsa : Jawa/Indonesia
Pendidikan Terakhir : Sekolah Rakyat
Diagnosa Medik : Inkontinensia Urine
Alamat : Jln. Merdeka No.5
Keluarga atau Orang lain yang penitng/dekat yang dapat dihubungi:
Nama : Tn.P
Alamat : Jln. Merdeka No.5
No. Telpon : 082153532121
Hubugan Dengan Klien : Anak Kandung
Riwayat pekerjaan dan Status Ekonomi
Pekerjaan Saat Ini : Guru Mengaji
Pekerjaan Sebelumnya : -
Sumber Pendapatan : Uang dari anak-anaknya
Kecukupan pendapatan : Cukup
Aktivitas Rekreasi
Hobi : Tidak Ada
Berpergian/wisata : Tidak Pernah
Keanggotaan organisasi : Tidak tergabung
Lain-lain : -
Riwayat Keluarga
Saudara Kandung
No
Nama
Keadaan Saat Ini
Keterangan
1
Tn. E
Sehat, tinggal bersama anak sulungnya
2
Tn. I
Sehat, tinggal bersama anak bungsunya
Riwayat kematian dalam keluarga (1 tahun terakhir)
Nama : -
Umur : -
Penyebab Kematian : -
Kunjungan Keluarga : Anaknya Tn.P dan istri tampak mengunjungi
ibunya Ny.M di panti
Pola kebiasaan sehari-hari
Nutrisi
Frekuensi makan : 3 kali sehari
Nafsu makan : ada
Jenis makanan : nasi, sayur-sayuran dan lauk pauk
Kebiasaan sebelum makan : berdoa terlebih dahulu
Maknan yang tidak disukai : ada, masakan yang berbau laut
Alergi terhadap makanan : tidak ada
Pantang makan : tidak ada
Keluhan yang berhubungan : tidak ada
dengan makan
Eliminasi
BAK
Frekuensi dan waktu : 15-18x sehari
Kebiasaan BAK dalam : ya, ada
malam hari
Keluhan yag berhubungan : tidak bisa menahan keluarnya urine jika terasa dengan BAK ingin BAK
BAB
Frekuensi dan waktu : 2x sehari
Konsistensi : lembek, berwarna kuning
Keluhan yang berhubu- : tidak ada
ngan dengan BAB
Pengalaman memakai : tidak pernah
Laxantif/Pencahar
Personal Higiene
Mandi
Frekuensi dan waktu : 2x/sehari, pagi dan sore hari
mandi
Pemakaian sabun : ya
(Ya/Tidak)
Oral Higiene
Frekuensi dan waktu : 2x sehari, sehabis mandi dan sebelum tidur
gosok gigi
Menggunakan pasta gigi : ya
Cuci Rambut
Frekuensi : 3x seminggu
Penggunaan shampo : ya
(Ya/Tidak)
Kuku dan Tangan
Frekuensi gunting kuku : 2x dalam sebulan
Kebiasaan mencuci : ya.
tangan pakai sabun
Istirahat dan tidur
Lama tidur malam : 5 jam sehari
Tidur siang : 1 jam sehari
Keluhan yang berhubungan : tidur terganggu sering ke WC karna mau
Dengan tidur kencing
Kebiasaan mnegisi waktu luang
Klien mengatakan mengisi waktu luangnya dengan membaca al-quran dan berdoa
Kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan
(jenis/frekuensi/ljumlah/lama pakai)
Merokok (Ya/Tidak) : tidak
Minuman keras (Ya/Tidak) : tidak
Ketergantungan terhadap : ya
Obat (Ya/Tidak)
Uraian kronologis kegiatan sehari-hari
No
Jenis Kegiatan
Lama Waktu untuk Setiap kegiatan
1
Merapikan tempat tidur
3 menit
2
Sholat subuh
10 menit
3
Mandi pagi
20 menit
4
Sarapan
10 menit
5
Berkebun
1 jam
6
Istirahat
5 menit
7
Mandi
20 menit
8
Menonotn tv
30 menit
9
Tidur siang
2 jam
10
Bersih-bersih panti
30 menit
11
Istirahat
5 menit
12
Mandi
20 menit
13
Mengajar ngaji
1 jam
14
Berkumpul bersama teman panti
1 jam
15
Makan malam
10 menit
16
Menonton tv
30 menit
17
Tidur malam
5 jam
Status kesehatan
Status kesehatan saat ini
Keluhan utama selama 1 tahun terakhir
Ny.M mengatakan 1 tahun terakhir sering mengeluh nyeri saat berkemih, kalau bersin atau batuk kencing keluar secara tiba-tiba, nokturia.
Gejala yang dirasakan
Kencing dalam sehari 1-18x/hari
Faktor pencetus
Dimensia, ISK
Timbulnya keluhan
( ) Mendadak (V) Bertahap
Waktu mulai timbulnya keluhan
Satu tahun
Upaya mengatasi
Pergi ke RS/klinik pengobatan/dokter praktik
Riwayat kesehatan Masa Lalu
Penyakit yang pernah di derita
Klien mengatakan dua tahun lalau terkena hipertensi dan rutin mengonsumsi obat diuretik
Riwayat alergi (obat,makanan, binatang, debu dan lain-lain)
Tidak ada alergi
Riwayat kecelakaan
Tidak pernah mengalami kecelakaan
Riwayat dirawat di rumah sakit
Klien mengatakan tidak pernah dirawat dirumah sakit karna sering berobat ke dokter klinik
Riwayat pemakaian obat
Klien mnegatakan rutin mnegonsumsi obat diuretik
Pengkajian/pemeriksaan Fisik
(Observasi, pengukuran, auskultasi, perkusi dan palpasi)
Keadaan umum (TTV) : TD 180/140 mmHg, Nadi 80x/menit
Pernapasan 18x/menit, Suhu 36oC
BB/TB : 45 Kg, 150 cm
Rambut : bersih, berwarna putih, tidak ada ketombe
Mata : simetris, konjungtiva anemis, palpebrae
gelap, sclera anikterik
Telinga : bersih, tidak ada benda asing
Mulut, gigi dan bibir : bersih, tidak berbau, gusi tidak ada
peradangan, tidak ada karies, tidak ada gigi
palsu, lidah bersih, mampu untuk mnegunyah
keras
Dada : bentuk dada simetris, getaran dinding kiri dan
kanan sama, tidak ada suara tambahan,
payudara mneyusut, tidak teraba massa, tidak
ada suara tambahan
Abdomen : datar, tidak ada bendungan vena pada
abdomen, tidaka da striae, kendung kemih
teraba keras, tidak ada mengalami usus buntu,
tidak ada pembesaran limfe
Kulit : tekstur kulit terhilat kendur, keriput, tugor
kulit jelek, terdapat ruam dan kemerahan
disekitar genetalia
Ekstremitas atas : tonus otot baik, kekuatan otot tangan
kiri kanan sama yaitu pada skala 5
Ekstremitas bawah : kekuatan otot kaki kiri dan kanan sama yaitu
pada skala 5, tidak ada nyeri persendian, tidak terjadi osteoporosis, dan tidak ada kelainan
tulang
Hasil Pengkajian Khusus (Format Terlampir)
Masalah kesehatan Kronis : 6
Fungsi kognitif : 6
Status fungsional : 13
Status psikologis (skala depresi) : 3
Dukungan keluarga :
Lingkungan Tempat Tinggal
Kebersihan dan kerapian ruangan : Bersih
Penerangan : listrik, Sangat terang
Sirkulasi udara : ada, baik
Keadaan kamar mandi dan WC : ada, toilet duduk
Pembuangan air kotor : ada
Sumber air minum : ada, sumber dari PAM
Pembuangan sampah : ada, tertutup, diambil petugas di depan panti
Sumber pencemaran : tidak ada
Penataan halaman (kalau ada) : rapi, bersih
Privasi : Aman
Risiko jatuh : tinggi
Resume
Ny.M datang ke RS. B diantar keluarga. Keluarga mengatakan Ny.M sering kencing tanpa disadari (ngompol). Klien sendiri mengatakan tidak bisa menahan jika sudah terasa ingin BAK. Frekuensi berkemih tiap hari 15-18x/hari. Klien juga mengatakan saat dia bersin, membungkuk, batuk tiba-tiba keluar sedikit air kencing. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan data TB dan BB Ny.M adalah 150cm, 45 kg, TD 180/140 mmHg, Nadi 80x/menit, repirasi 18x/menit dan suhu 36,5oC, output 2100cc. Terdapat Terdapat distendi kandung kemih. Kegiatan sehari-hari Ny.M adalah menjadi guru mnegaji, akan tteapi semenjak ia sering mengompol kegiatan menjadi terganggu.
Masalah Kesehatan Kronis
No
Keluhan kesehatan atau gejala yang dirasakan klien dalam waktu 3 bulan terakhir berkaitan dengan fungsi-fungsi
Selalu
(3)
Sering
(2)
Jarang
(1)
T.Pernah
(0)
A
Fungsi Penglihatan
Penglihatan Kabur
0
Mata berair
0
Nyeri pada mata
0
B
Fungsi pendengaran
Pendengaran berkurang
0
Telinga berdenging
0
C
Fungsi Paru (Pernapasan)
Batuk lama disertai keringat malam
0
Sesak napas
0
Berdahak/sputum
0
D
Fungsi Jantung
Jantung berdebar-debar
0
Cepat lelah
0
Nyeri dada
0
E
Fungsi pencernaan
Mual muntah
0
Nyeri ulu hati
0
Makan dan minum banyak (berlebihan)
0
Perubahan kebiasaan buang air besar (mencret atau sembelit)
0
F
Fungsi pergerakan
Nyeri kaki saat berjalan
0
Nyeri pinggang atau tulang belakang
0
Nyeri persendian/bengkak
0
G
Fungsi persyarafan
Lumpuh/kelemahan pada kaki atau tangan
0
Kehilangan rasa
0
Gemetar atau tremor
0
Nyeri/pegal pada daerah tekuk
0
H
Fungsi saluran perkemihan
Buang air kecil banyak
2
Sering buang air kecil pada malam hari
2
Tidak mamapu mengontrol pengeluaran urine kemih (mengompol)
2
Jumlah
6
Analisa hasil : Skor < 25 : tidak ada masalah kesehatan kronis sampai dengan masalah kesetahan kronis ringan
FUNGSI KOGNITIF
No
Item pertanyaan
Benar
Salah
1
Jam berapa sekarang ?
Jawab :
2
Tahun berapa sekarang ?
Jawab :
3
Kapan Bapak/Ibu lahir?
Jawab :
4
Berapa umur Bapak/Ibu sekarang?
Jawab :
5
Dimana alamatt Bapak/Ibu sekarang ?
Jawab :
6
Berapa jumlah anggota keluara yang tinggal bersama Bapak/Ibu?
Jawab :
7
Siapa nama anggota keluarga yang tinggal bersama Bapak/Ibu?
Jawab :
8
Tahun berapa Hari Kemerdekaan Indonesia?
Jawab :
9
Siapa nama presiden Republik Indonesia ?
Jawab :
10
Coba hitung terbalik dari angka 20 ke 1 !
Jawab :
Jumlah benar
6
Analisa hasil :
Jumlah skor = 6 berarti ada ganggguan
STATUS FUNGSIONAL
No
Aktivitas
Mandiri
(Nilai 1)
Tergantung
(0)
1
Mandi dikamar mandi (menggosok, membersihkan, dan mengeringkan badan).
1
2
Menyiapkan pakaian, membuka, dan mengenakannya.
1
3
Memakan makanan yang telah disiapkan
1
4
Memelihara kebersihan diri unruk penampilan diri (menyisir rambut, menggosok gigi, mencukur kumis).
1
5
Bunag air besar di WC (membersihakan dan mnegeringkan daerah bokong).
1
6
Dapat mnegontrol pengeluaran feses (tinja).
1
7
Buang air kecil di kaamr mandi (membersihkan dan mnegeringkan daerah kemaluan)
1
8
Dapat mengontrol pengeluaran air kemih.
0
9
Berjalan dilingkungan tempat tinggal atau keluar ruangan tanpa alat bantu, seperti tongkat.
1
10
Menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan yang dianut.
1
11
Melakukan pekerjaan rumah, seperti : merapikan tempat tidur, mencuci pakaian, memasak, dan membersihkan ruangan.
1
12
Berbelanja untuk kebutuhan sendiri atau kebutuhan keluarga.
1
13
Mengelola keuangan (menyimpan dan menggunakan uang sendiri).
0
14
Menggunakan sarana transportasi umum untuk berpergian.
0
15
Menyiapkan obat dan minum obat sesuai dengan aturan (takaran obat dan waktu minum obat tepat)
1
16
Merencanakan danmengambil keputusan unutk kepeentingan keluarga dalam hal penggunaan uang, aktivitas sosial yang dilakukan dan kebutuhan akan pelayanan kesehatan.
0
17
Melakukan aktivitas diwaktu luang (kegiatan keagamaan, sosial, rekreasi, olahraga dan menyalurkan hobi)
1
Jumlah Poin Mandiri
13
Analisa hasil :
Jumlah skor 13, disimpulkan bahwa klien dapat mandiri
STATUS PSIKOLOGIS
No
Apakah Bapak/Ibu dalma satu minggu terakhir ?
Ya
Tidak
1
Merasa puas dengan kehidupan yang dijalani?
ya
2
Banyak meninggalkan kesenangan/minat dan aktivitas anda?
tidak
3
Merasa bahwa kehidupan anda hampa?
tidak
4
Sering merasa bosan?
tidak
5
Penuh pengharapan akan masa depan?
ya
6
Mempunyai semangat yang baik setiap waktu?
ya
7
Diganggu oleh pikiran-pikiran yang tidak tepat diungkapkan?
tidak
8
Merasa bahagia disebagian besar waktu?
tidak
9
Merasa takut sesuatu yang terjadi pada Anda?
tidak
10
Sering kali merasa tidak berdaya?
tidak
11
Sering merasa gelisah dan gugup?
tidak
12
Memilih tinggal dirumah daripada pergi melakukan sesuatu yang bermanfaat?
ya
13
Sering kali merasa khawatir akan masa depan?
tidak
14
Merasa mempunyai lebih banyak masalah dengan daya ingat dibandingkan orang lain?
ya
15
Berfikir bahwa hidup ini sangat menyenangkan sekarang?
ya
16
Sering kali merasa merana?
tidak
17
Merasa kurang bahagia?
tidak
18
Sangat khawatir terhadap masa lalu?
tidak
19
Merasakan bahwa hidup ini sangat menggairahkan?
ya
20
Merasa berat untuk memulai sesuatu hal yang baru?
tidak
21
Merasa dalam keadaan penuh semangat?
ya
22
Berfikir bahwa keadaan penuh semangat?
tidak
23
Berfikir abhwa banyak orang yang lebih baik daripada anda?
tidak
24
Sering kali menjadi kesal dengan hal yang sepele?
tidak
25
Sering kali merasa ingin menangis?
Tidak
26
Merasa sulit untuk berkonsentrasi?
ya
27
Menikmati tidur?
tidak
No
Apakah Bapak/Ibu dalam satu minggu terakhir:
28
Memilih menghindar dari perkumpulan sosial?
tidak
29
Mudah mengambil keputusan?
tidak
30
Mempunyai pikiran yang jernih?
Ya
Jumlah item yang terganggu
Analisa Hasil :
Jumlah terganggu sebanyak 3. Jadi kesimpulannya Status psikologis dalam rentang normal.
ANALISA DATA
NO
DATA
ETIOLOGI
PROBLEM
1
DS: keluarga mengatakan Ny.M seing kencing tanpa disadari (ngompol). Klien juga mengatakan saat dia bersin, membungkuk, batuk tiba-tiba keluar sedikit kencing. Sebelumnya Ny.M ada riwayat hipertensi 2 tahun lalu dan mengonsumsi obat diuretik.
DO : Terdapat distensi kandung kemih.
Kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kandung kemih
Gangguan Eliminasi Urine
2
DS: klien mengatakan tidak mengingat umurnya, kapan dia lahir, dan tidak tahau tahun berapa dia lahir
DO: analisis hasil fungsi kognitif berjumlah 6, dikategorikan bahwa fungsi kognitifnya ada gangguan
Proses degenerasi
Gangguan fungsi kognitif
3
DS : Klien sendiri mengatakan tidak bisa menahan jika sudah terasa ingin BAK. Klien juga mengatakan frekuensi berkemih tiap ahri 15-18x/hari. Klien juga mengatakan, sring bolak-nalik WC.
DO : Skor status fungsional hasil analisisnya berjumlah 13 dikategorikan bahwa pasien mandiri. WC terpisah dari kamar, jaraknya sekitar 10 meter.
Modifikasi lingkungan
Resiko Jatuh
4
DS : Klien mengatakan tidurnya tergaggu karna sering kencing pada malam hari
DO : conjungtiva anemis, palpebrae gelap, sering menguap
Nokturia pada malam hari
Gangguan Pola Tidur
DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO
DP
Tanggal/waktu
Diganosa Keperawatan
Paraf
I
Gangguan Eliminasi Urine b.d kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kandung kemih ditandai oleh :
DS: keluarga mengatakan NY.M seing kencing tanpa disadari (ngompol). Sebelumnya Ny.M ada riwayat hipertensi 2 tahun lalu dan mengonsumsi obat diuretik. Klien juga mengatakan saat dia bersin, membungkuk, batuk tiba-tiba keluar sedikit kencing.
DO : Hasil observasi : TD 180/140 mmHg, Nadi 80x/menit, repirasi 18x/menit dan suhu 36,5oC
II
Gangguan fungsi kognitif berhubungan dengan Proses degenerasi ditandai oleh :
DS: klien mengatakan tidak mengingat umurnya, kapan dia lahir, dan tidak tahau tahun berapa dia lahir
DO: analisis hasil fungsi kognitif berjumlah 6, dikategorikan bahwa fungsi kognitifnya ada gangguan
III
Resiko Jatuh berhubungan dengan Modifikasi lingkungan, yang ditandai oleh :
DS : Klien sendiri mengatakan tidak bisa menahan jika sudah terasa ingin BAK. Klien juga mengatakan frekuensi berkemih tiap ahri 15-18x/hari. Klien juga mengatakan, sring bolak-nalik WC.
DO : Skor status fungsional hasil analisisnya berjumlah 13 dikategorikan bahwa pasien mandiri. WC terpisah dari kamar, jaraknya sekitar 10 meter.
IV
Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Nokturia pada malam hari
DS : Klien mengatakan tidurnya tergaggu karna sering kencing pada malam hari
DO : conjungtiva anemis, palpebrae gelap, sering menguap
RENCANA KEPERAWATAN
NO DP
Diagnosa keperawatan
Tujuan
Kriteria Hasil
Rencana Keperawatan
Rasional
Paraf
1
Gangguan Eliminasi Urine b.d kehilangan kemampuan untuk menghambat kontraksi kandung kemih ditandai oleh :
DS: keluarga mengatakan NY.M seing kencing tanpa disadari (ngompol). Klien sendiri mengatakan tidak bisa menahan jika sudah terasa ingin BAK. klien juga mengatakan frekuensi berkemih tiap ahri 15-18x/hari. Sebelumnya Ny.M ada riwayat hipertensi 2 tahun lalu dan mengonsumsi obat diuretik. Klien juga mengatakan saat dia bersin, membungkuk, batuk tiba-tiba keluar sedikit kencing.
DO : Klien tampak terpasang kateter indweling, terdapat distensi kandung kemih.
Setelah dilakukan tindakan keperwatan selama 3x24 jam, klien mampu mengontrol eliminasi urine
Kandung kemih kosong secara penuh
Intake cairan dalam rentang normal
Balance cairan seimbang
Keluhan tidak bisa menahan kencing berkurang
Keluhan nyeri di daerah perut hilang
Kaji kebiasaan pola berkemih dan gunakan catatatn berkemih sehari
Ajarkan unutk membatasi masukan cairan pada malam hari
Ajarkan teknik unutk mencetuskan refleks berkemih (ransangan pacantus dengan penepukan supra pubik)
Berikan penjelasan tentang penitngnya hidrasi optimal, sedikitnya 2000cc/hari bila tidak ada kontra indikasi
Bila masih terjadi inkontinensia kurangi waktu antara berkemih yang telah direncaakan
Kolaborasi dengan dokter dalam mengkaji efek medikasi dan tentukan kemungkinan perubahan obat, dosis/jadwal pemberian obat
Berkemih yang sering dapat mengurangi dorongan dan beri distensi kandung kemih
Pembatasan cairan pada malam hari dapat mencegah terjadniya enurasis
Unutk membantu dan melatih pengosongan kandung kemih
Hidrasi optimal diperlukan unutk menegah ISK dan batu ginjal
Kapasitas kandung kemih mungkin tidak cukup untuk menumpang volume urine sehingga diperlukan untuk lebih sering berkemih
Menurunkan frekuensi inkontinensia
2
Gangguan fungsi kognitif berhubungan dengan Proses degenerasi ditandai oleh :
DS: klien mengatakan tidak mengingat umurnya, kapan dia lahir, dan tidak tahau tahun berapa dia lahir
DO: analisis hasil fungsi kognitif berjumlah 6, dikategorikan bahwa fungsi kognitifnya ada gangguan
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, fungsi kognitif tidak mengalami gangguan
Fungsi kognitif bernilai 10
Klien bisa mengingat tanggal lahirm umurnya, tahun kemerdekaan dan menghitung.
Ingatkan kembali hal-hal yang lupa, seperti bak, bab, tempat
Ingatkan hari, tanggal, bulan dan tahun, serta ingatkan untuk mencoret kalender
Buat catatan unutk nomor telepon penting
Meltih mengingat dan memperlihatkan album pada orang-oran yang dikenal
Memperkenalkan keluarga kembali di ajak berkomunikasi
Mencatat seriap pesan, siapkan obat pada tempat yang sudah ada lebelnya\
3
Resiko Jatuh berhubungan dengan Modifikasi lingkungan, yang ditandai oleh :
DS : Klien sendiri mengatakan tidak bisa menahan jika sudah terasa ingin BAK. Klien juga mengatakan frekuensi berkemih tiap ahri 15-18x/hari. Klien juga mengatakan, sring bolak-balik WC.
DO : Skor status fungsional hasil analisisnya berjumlah 13 dikategorikan bahwa pasien mandiri. WC terpisah dari kamar, jaraknya sekitar 10 meter.
Setalah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, resiko jatuh teratasi
Jatuh tidak terjadi
Modifikasi lingkungan yang baik
Kaji tingkat kemampuan pasien dalam melakukan aktivitas sehari-hari
Kaji kemampuan pasien dalam melihat
Pasang pagar pengaman tempat tidur
Jaga lantai jangan sampai basah
WC, dibuat ada pegangan
Temani pasien kalau berjalan
Tempat tidur lebih rendah, sehingga klien bisa mencapai lantai
Berikan penerangan yang cukup
Mengetahui tingkat kemampuan pasien dalam beraktivitas
Penglihatan merupakan salah satu indikator dalam terjadinya jatuh
Mencegah terjadinya resiko jatuh
Mencegah terjadinya jatuh dan fraktur
Mencegah terjadinya terpeleset
Meminimalisir terjadinya jatuh dan menghindari lantai yang licin
Memudahkan klien untuk mencapai lantai.
Meminimalisir terjadinya jatuh
4
Gangguan Pola Tidur berhubungan dengan Nokturia pada malam hari
DS : Klien mengatakan tidurnya tergaggu karna sering kencing pada malam hari
DO : conjungtiva anemis, palpebrae gelap, sering menguap
Setelah dilakukan tindakankan keperawatan selama 3x24 ja, kebutuhan tidur pasien dalam rentang normal
Frekuensi tidur pasien malam hari meningkat
Pasien tampak tidak menguap, ocnjungtiva anemis, palpebrae gelap
Ciptakan suasana dan penerangan yang cukup bagi lansia tidur
Hindari penyebab keributan yang akan mengganggu tidur pasien seperti kebisingan musik
Kurangi intake cairan yang berlebihan pada saat menjelang tidur
Jika perlu tingkatkan aktivitas lansia pada siang hari seperti berkebun
Beritahu lansia tentang manfaat istirahat
Meningkatkan kualitas tidur lansia
Memberikan suasana yang tenang bagi lansia untuk istirahat
Meminimalkan keadaan sering berkemih pada malam hari
Untuk meningkatkan frekuensi tidur, karena dengan aktivitas maka akan membuat pasien tidur lebih nyenyak
Menambah pengetahuan lansia tentang pentingnya tidur
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
Tanggal/Waktu
No DP
Implementasi
Evaluasi
11 oktober 2016
I
I
II
II
II
II
IV
IV
I&IV
III
III
IV
I
I
I&IV
IV
I
IV
08.00
08.05
08.10
08.15
08.20
08.25
08.30
08.35
08.40
08.45
08.50
08.55
11.00
11.05
11.10
11.15
11.20
11.25
Mengkaji TTV : TD : 120/70 mmHg, Suhu 35,4oC, pernapasan 18x/menit, nadi 88x/menit
Mengkaji kebiasaan pola berkemih : pasien mengatakan sudah 3 kali buang air besar dari jam 4 sampai dengan sekarang, warna urine putih kekuningan, jumlah + 200 ml, keluarnya seperti air mancur, biasanya keluar sebelum klien samapi ke wc.
Menanyakan hari, tanggal dan waktu. Klien mengatakan hari ini adalah hari rabu, tanggal 12 september, sekarang jam 08.05
Mengingatkan kembali hari, tanggal dan waktu. Hari ini hari selasa 11 oktober 2016
Mengingatkan pasien unutk mencoret kalender. Klien mengatakan iya akan mencoretkalender agar ingat kembali tentang tangggal.
Melatih klien untuk menuliskan angka 1-20 di kertas, pasien belum dapat menulis angka dengan urutan yang benar.
Mengkaji frekuensi tidur tadi malam. Klien mengatakan hanya 5 jam tidur tadi malam, sering terbangun untuk kencing.
Mengkaji frekuensi minum pasien, pasien mengatakan minum sebelum tidur sebanyak ½ gelas
Menganjurkan klien unruk membatasi masukan cairan pasa malam hari, pasien tampak mengerti dan akan melakukannya
Mengkaji aktivitas pasien sehari-hari. Pasien mengatakan tadi pagi bangun, sholat, membereskan tempat tidur, berkebun, kemudian mandi dan berkumpul dengan teman-teman.
Mengkaji penerangan dikamar pasien dan wc, pasien mengatakan lampu kamar saya cukup terang, kalau tidur saya lebih senang lampunya dihidupkan, di wc lampunya kurang terang, lantainya agak licin
Menciptaka suasana yang tenang bagi lansia untuk istirahat. Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
Mengkaji frekuensi kencing. Pasien mengatakan sudah 6 kali kencing bolak-balik WC, tadi hampir jatuh d wc karena lantai licin.
,memberitahu lansia tentang manfaat istirahat. Pasien tampak mngerti.
Menganjurkan klien untuk meningkatkan aktivitas pasien disiang hari. Pasien tampak mengerti.
Menganjurkan pasien untuk membatasi minum pada malam hari, pasien tampak mengerti.
Menganjurkan pasien unutk memakai popok pada malam hari unutk mengurangi resiko jatuh. Pasien tampak mengerti.
Menganjurkan pasien unutk sena kegel jika kendingnya sering. Pasien tampak mengerti
Menciptakan lingkungan yang tenang untuk lansia. Pasien tampak bisa beristirahat dengan nyaman.
S :
Klien mengatakan hari ini adalah hari rabu, tanggal 12 september, sekarang jam 08.05
Hari ini hari selasa 11 oktober 2016
Klien mengatakan iya akan mencoret kalender agar ingat kembali tentang tangggal.
Klien mengatakan hanya 5 jam tidur tadi malam, sering terbangun untuk kencing
pasien mengatakan minum sebelum tidur sebanyak ½ gelas
Pasien mengatakan tadi pagi bangun, sholat, membereskan tempat tidur, berkebun, kemudian mandi dan berkumpul dengan teman-teman.
pasien mengatakan lampu - kamar saya cukup terang, kalau tidur saya lebih senang lampunya dihidupkan, di wc lampunya kurang terang, lantainya agak licin
Pasien dapat beristirahat dengan nyaman
Pasien mengatakan sudah 6 kali kencing bolak-balik WC, tadi hampir jatuh d wc karena lantai licin.
O :
warna urine putih kekuningan, jumlah + 200ml, keluarnya seperti air mancur, biasanya keluar sebelum klien samapi ke wc.
wc karena lantai licin.
pasien belum dapat menulis angka dengan urutan yang benar.
A :
Diagnosa I,II,III,IV belum teratasi
P : melanjutkan ke intervensi selanjutnya
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Inkontinensia urine adalah pengeluaran urine dalam jumlah dan frekuensi yang cukup banyak, sehingga mengakibatkan masalah gangguan kesehatan dan sosial (Kane, dkk, 1989). Inkontinensia urine banyak terjadi pada lansia perempuan, karena sistem anatomis dan oersonal higiene.
Pengkajian untuk lansia difokuskan pada poin-poin yang didalamnya berisi data yang abnormal. Diagnosa yang diangkat mendekati KMB namun lebih spesifiknya karena proses degeneratif, maka dari itu intervensi yang diberikan adalah intervensi yang lebih mengarah ke lansia. Seperti senam kegel. Senam kegel berfungsi untuk mempertahankan status berkemih.
Saran
Sumber buku diharapkan lebih banyak referensi lagi. Format pengkajian referensinya harus sesuai. Kelompok menyadari bahwa makalah kami tidak sempurna masih banyak kekurangan, maka kelompok membutuhkan kritik dan saran untuk memperbaiki makalah kami kedepannya.
DAFTAR PUSTAKA
Fatimah, 2010. Meraat Lanjut Usia Suatu Pendekatan Proses Keperawatan Gerontik. Cetakan Pertama. Jakarta : TIM
www.scrib.com ( di unduh, 16 Oktober 2016)