ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU DENGAN PLASENTA PREVIA
LAPORAN PENDAHULUAN
Untuk memenuhi tugas matakuliah
Keperawatan Maternitas
Yang dibina oleh Ibu Dra. Goretti Maria Sindarti, M.Kes
Oleh
Vivian Yessica
1601460015
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
PROGRAM STUDI DIV KEPERAWATAN MALANG
November, 2017
LAPORAN PENDAHULUAN
Definisi Plasenta Previa
Plasenta previa adalah komplikasi kehamilan di mana plasenta terletak dibagian bawah rahim, sebagian atau seluruhnya menutupi leher rahim. Hal ini menyebabkan perdarahan vagina tanpa rasa sakit dan beberapa mengarah ke perdarahan. Plasenta previa telah diklasifikasikan oleh tingkat perambahan pada os. servikal internal. Dalam plasenta previa, perdarahan lebih mungkin terjadi selama trimester ketiga, sebagai konsekuensi dari perkembangan segmen bawah rahim dan pelebaran leher rahim yang disebabkan oleh kontraksi uterus, pemeriksaan vagina juga dapat menyebabkan perdarahan antepartum. Faktor risiko untuk pengembangan plasenta previa termasuk pengiriman sebelum seksio sesarea, terminasi kehamilan, operasi intrauterine, merokok, kehamilan multifetal, peningkatan paritas, usia ibu dan peningkatan tingkat seksio caesar. Plasenta previa berhubungan dengan konsekuensi yang merugikan bagi ibu dan anak, seperti Intra-Uterine Growth Restriction (IUGR), kelahiran prematur, antenatal dan intra-partum perdarahan, transfusi darah ibu dan histerektomi darurat.
Etiologi Plasenta Previa
Faktor-faktor predisposisi meliputi:
Multiparitas (80% klien yang menderita adalah multipara)
Usia ibu lanjut (lebih dari 35 tahun pada 33% kasus)
Kehamilan multipel
Riwayat kelahiran sesar sebelumnya
Insisi uterus
Riwayat plasenta previa sebelumnya (insidennya adalah 12 kali lebih besar pada wanita dengan riwayat plasenta previa sebelumnya)
Penyebab dari plasenta previa belum diketahui secara pasti, namun ada beberapa faktor yang diduga kuat menimbulkan kelainan ini. Salah satu penyebab plasenta previa yaitu vaskularisasi desidua yang tidak memadai, sebagai akibat dari proses radang atau atrofi. Multiparitas dan cacat rahim juga berhubungan dengan kejadian plasenta previa. Hal ini berkaitan dengan proses peradangan dan atrofi di endometrium, misalnya bekas bedah caesar, kuretase, dan miomektomi. Cacat bekas bedah caesar bahkan dapat menaikkan insiden dua sampai tiga kali lebih besar.
Usia lanjut juga meningkatkan angka kejadian plasenta previa. Penelitian yang dilakukan di Parkland Hospital, Dallas, Amerika Serikat terhadap 169.000 kelahiran yang terjadi pada tahun 1988-1999 menyimpulkan bahwa insiden 1 : 1.500 pada ibu berusia 19 tahun atau lebih muda, dan 1 : 100 untuk ibu berusia 35 tahun atau lebih tua.
Insidensi plasenta previa meningkat hingga dua kali lipat pada wanita perokok. Hipoksemia akibat zat karbon monoksida hasil pembakaran rokok menyebabkan hipertrofi plasenta sebagai upaya kompensasi. Penyebab lainnya antara lain plasenta yang terlalu besar, misalnya pada kehamilan ganda dan kasus erotroblastosis fetalis. Kelainan tersebut menyebabkan pertumbuhan plasenta melebar ke segmen bawah rahim, sehingga dapat menutupi seluruh atau sebagian ostium uteri internum.
Patofisiologi Plasenta Previa
Letak plasenta biasanya umumnya di depan atau di belakang dinding uterus, agak ke atas ke arah fundus uteri. Hal ini adalah fisiologis karena permukaan bagian atas korpus uteri lebih luas, sehingga lebihbanyak tempat untuk berimplantasi. Di tempat-tempat tertentu pada implantasi plasenta terdapat vena-vena yang lebar (sinus) untuk menampung darah kembali. Pada pinggir plasenta di beberapa tempat terdapat suatu ruang vena yang luas untuk menampung darah yang berasal dari ruang interviller di atas.
Darah ibu yang mengalir di seluruh plasenta diperkirakan naik dari 300 ml tiap menit pada kehamilan 20 minggu sampai 600 ml tiap menit pada kehamilan 40 minggu. Perubahan-perubahan terjadi pula pada jonjot-jonjot selama kehamilan berlangsung. Pada kehamilan 24 minggu lapisan sinsitium dari vili tidak berubah akan tetapi dari lapisan sitotropoblast sel-sel berkurang dan hanya ditemukan sebagai kelompok-kelompok sel-sel; stroma jonjot menjadi lebih padat, mengandung fagosit-fagosit, dan pembuluh-pembuluh darahnya lebih besar dan lebih mendekati lapisan tropoblast (Kay, 2003).
Menurut Manuaba (2008) Implantasi plasenta di segmen bawah rahim dapat disebabkan:
Endometrium di fundus uteri belum siap menerima implantasi
Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk mampu memberikan nutrisi janin
Villi korealis pada korion leave yang persisten
Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus, pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saai itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya berwarna merah segar berlainan dengan darah yang disebabkan solusio plasenta yang berwarna kehitam-hitaman. Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahannnya tak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal. Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini daripada plasenta letak rendah yang mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai (Oxorn, 2003).
Terjadinya plasenta previa biasa terjadi pada tahap pertama setengah dari kehamilan, dan persistensinya terhadap istilah akan tergantung padausia kehamilan dan definisi yang digunakan untukhubungan yang tepat dari os serviks interna ke plasenta di TVS. Dalam panduan ini, terminologi berikut dianjurkan untuk menggambarkan hubungan ini: kapan tepi plasenta tidak mencapai os internal, jaraknya dilaporkan dalam milimeter dari os internal; ketika tepi plasenta tumpang tindih os internal dengan jumlah apapun, jarak digambarkan sebagai milimeter tumpang tindih.
Sebuah tepi plasentayang persis mencapai os internal digambarkan oleh pengukuran 0 mm.Untuk tepi plasenta mencapai atau tumpang tindih os internal,Mustafa et al. menemukan dalam sebuah studi longitudinal sebuah kejadian42% antara 11 dan 14 minggu, 3,9% antara 20 dan 24 minggu, dan 1,9% pada saat. Dengan tumpang tindih antara 23 mm11 dan 14 minggu, mereka memperkirakan bahwa probabilitas plasenta previa pada saat itu adalah 8%. Demikian pula Hill et al. Melaporkan kejadian 6,2% untuk plasenta yang membentang di atasOs internal antara 9 dan 13 minggu. Dalam seri mereka 1252pasien, 20 (1,6%) memiliki tumpang tindih tepi plasenta16 mm atau lebih, dan hanya 4 yang memiliki plasenta previa bertahan sampai term (0,3%). Dua studi tambahan yang ada memeriksa berbagai jarak tumpang tindih antara 9 dan16 minggu23,24 sepakat bahwa persistensi plasenta previa adalahsangat tidak mungkin jika tingkat tumpang tindih plasenta tidak lebih dari 10 mm.
Dua penelitian meneliti nilai cut-off di18 sampai 23 minggu gestasi.25,26 Ini menemukan kejadian serupa dari plasenta mencapai atau tumpang tindih internalOs hingga 2%, dan keseluruhan kurang dari 20% ini bertahan sebagai plasenta previa Kemungkinan plasenta persisten previa efektif nol saat tepi plasenta tercapainamun tidak tumpang tindih os (0 mm) dan meningkat secara signifikan melebihi 15 mm tumpang tindih sehingga jarak> 25 mm, tumpang tindih memiliki kemungkinan adanya plasenta previa saat melahirkan antara 40% dan 100%.
Manifestasi Klinis Plasenta Previa
Kay (2003) menyebautkan bahwa gejala plasenta previa mencakup satu atau kedua hal berikut:
Tiba-tiba, tanpa rasa sakit pendarahan vagina yang berkisar dari ringan sampai berat. Darah sering berwarna merah terang. Pendarahan dapat terjadi pada awal minggu ke-20 kehamilan tetapi yang paling umum selama trimester ketiga.
Gejala persalinan prematur. Satu dari 5 wanita dengan tanda-tanda plasenta previa juga memiliki kontraksi rahim.
Perdarahan plasenta previa mungkin taper off dan bahkan berhenti untuk sementara. Tapi itu hampir selalu dimulai lagi hari atau minggu kemudian. Beberapa wanita dengan plasenta previa tidak memiliki gejala apapun. Dalam kasus ini, plasenta previa hanya dapat didiagnosis oleh USG dilakukan untuk alasan lain (Kay, 2003).
Apabila janin dalam presentasi kepala, kepalanya akan di dapatkan belum masuk ke dalam pintu-atas panggul yang mungkin karena plasenta previa sentralis; mengolak ke samping karena plasenta previa posterior; atau bagian terbawah janin sukar ditentukan karena plasenta previa anterior. Tidak jarang terjadi kelainan letak, seperti letak lintang atau letak sungsang (Scearce, 2007).
Gejala klinis yang muncul :
Pendarahan tanpa sebab tanpa rasa nyeri
Perdarahan ini biasanya terjadi pada trimester ketiga, darah biasanya berwarna merah segar. Dapat juga dipicu oleh trauma, coitus (penetrasi penis), maupun pemeriksaan bimanual/spekulum. Pendarahan pertama (first bleeding) biasanya tidak banyak dan tidak fatal, kecuali bila dilakukan periksa dalam sebelumnya, sehingga pasien sempat dikirim ke rumah sakit. Tetapi perdarahan berikutnya (reccurent bleeding) biasanya lebih banyak.Perdarahan ini umumnya akan berhenti tanpa penanganan khusus sebelum kembali terjadi pada beberapa hari atau beberapa minggu kemudian
Bagian terdepan janin tinggi (floating). sering dijumpai kelainan letak janin.
Janin biasanya masih baik
Penatalaksanaan Plasenta Previa
Penatalaksanaan plasenta previa dibagi dua, yaitu ekspektatif (konservatif) dan aktif.
Konservatif : Dilakukan bila perdarahan sedikit, keadaan ibu dan janin baik, berat janin < 2500 gram atau usia gestasi < 36 minggu. Bila terjadi perdarahan banyak atau gawat janin, dilakukan tindakan aktif. Pemberian tokolitik hanya pada kasus terpilih.
Aktif : Dilakukan bila TBJ ³ 2500 gram atau usia gestasi ³ 36 minggu. Bila terjadi perdarahan banyak lakukan resusitasi cairan, atasi anemia (transfusi), dan PDMO. Plasenta yang terletak dua sentimeter dari OUI merupakan indikasi kontra persalinan per vaginam (RCOG Evidence Base Level III). Cara persalinan harus berdasarkan keputusan klinik disesuaikan dengan fasilitas yang ada. Pada kasus sulit dengan kemungkinan terjadi plasenta akreta, sebaiknya didampingi spesialis obstetri dan ginekologi senior.
Penatalaksanaan/Terapi Spesifik
Terapi ekspektatif
Tujuan terapi ekspektatif adalah supaya janin tidak terlahir prematur, pasien dirawat tanpa melakukan pemeriksaan dalam melaui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non invasif. Pemantauan klinis dilaksanakan secara ketat dan baik.Syarat pemberian terapi ekspektatif :
Kehamilan preterm dengan perdarahan sedikit yang kemudian berhenti.
Belum ada tanda-tanda in partu.
Keadaan umum ibu cukup baik (kadar hemoglobin dalam batas normal)
Janin masih hidup.
Penatalaksanaan yang dilakukan antara lain :
Rawat inap, tirah baring, dan berikan antibiotik profilaksis.
Lakukan pemeriksaan USG untuk mengetahui implantasi placenta, usia kehamilan, profil biofisik, letak, dan presentasi janin.
Berikan tokolitik bila ada kontriksi :
MgSO4 4 gr IV dosis awal dilanjutkan 4 gr tiap 6 jam
Nifedipin 3 x 20 mg/hari
Betamethason 24 mg IV dosis tunggal untuk pematangan paru janin
Uji pematangan paru janin dengan Tes Kocok (Bubble Test) dari test amniosentesis.
Bila setelah usia kehamilan di atas 34 minggu placenta masih berada di sekitar ostinum uteri internum, maka dugaan plasenta previa menjadi jelas sehingga perlu dilakukan observasi dan konseling untuk menghadapi kemungkinan keadaan gawat darurat.
Bila perdarahan berhenti dan waktu untuk mencapai 37 mingu masih lama, pasien dapat dipulangkan untuk rawat jalan (kecuali apabila rumah pasien di luar kota dan jarak untuk mencapai RS lebih dari 2 jam) dengan pesan segera kembali ke RS apabila terjadi perdarahan ulang.
Terapi aktif (tindakan segera)
Wanita hamil di atas 22 minggu dengan perdarahan pervaginam yang aktif dan banyak harus segera ditatalaksana secara aktif tanpa memandang maturitas janin.Untuk diagnosis placenta previa dan menentukan cara menyelesaikan persalinan, setelah semua persyaratan dipenuhi, lakukan PDOM jika :
Infus / tranfusi telah terpasang, kamar dan tim operasi telah siap
Kehamilan 37 minggu (BB 2500 gram) dan in partu
Janin telah meninggal atau terdapat anomali kongenital mayor (misal : anensefali)
Perdarahan dengan bagian terbawah jsnin telah jauh melewati PAP (2/5 atau 3/5 pada palpasi luar)
Cara menyelesaikan persalinan dengan placenta previa adalah :
Seksio Cesaria (SC)
Prinsip utama dalam melakukan SC adalah untuk menyelamatkan ibu, sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan hidup tindakan ini tetap dilakukan.Tujuan SC antara lain :
Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan menghentikan perdarahan
Menghindarkan kemungkinan terjadinya robekan pada cervik uteri, jika janin dilahirkan pervaginam
Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi sehingga cervik uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek. Selain itu, bekas tempat implantasi placenta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya perbedaan vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri. Pada saat melakukan SC siapkan darah pengganti untuk stabilisasi dan pemulihan kondisi ibu dan lakukan perawatan lanjut pascabedah termasuk pemantauan perdarahan, infeksi, dan keseimbangan cairan dan elektrolit.
Melahirkan pervaginam
Perdarahan akan berhenti jika ada penekanan pada placenta. Penekanan tersebut dapat dilakukan dengan cara-cara sebagai berikut :
Amniotomi dan akselerasi
Umumnya dilakukan pada placenta previa lateralis / marginalis dengan pembukaan > 3cm serta presentasi kepala. Dengan memecah ketuban, placent akan mengikuti segmen bawah rahim dan ditekan oleh kepala janin. Jika kontraksi uterus belum ada atau masih lemah akselerasi dengan infus oksitosin.
Versi Braxton Hicks
Tujuan melakukan versi Braxton Hicks adalah mengadakan tamponade placenta dengan bokong (dan kaki) janin. Versi Braxton Hicks tidak dilakukan pada janin yang masih hidup.
Traksi dengan Cunam Willet
Kulit kepala janin dijepit dengan Cunam Willet, kemudian diberi beban secukupnya sampai perdarahan berhenti. Tindakan ini kurang efektif untuk menekan placentadan seringkali menyebabkan perdarahan pada kulit kepala. Tindakan ini biasanya dikerjakan pada janin yang telah meninggal dan perdarahan yang tidak aktif.
Pathway Plasenta Previa
Konsep Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Pemeriksaan Fisik
Umum
Pemeriksaan fisik umum meliputi pemeriksaan pada ibu hamil :
Rambut dan kulit
Terjadi peningkatan pigmentasi pada areola, putting susu dan linea nigra. Striae atau tanda guratan bisa terjadi di daerah abdomen dan paha. Laju pertumbuhan rambut berkurang.
Wajah
Mata : pucat, anemis, Hidung, Gigi dan mulut
Leher
Buah dada / payudara
Peningkatan pigmentasi areola putting susu
Bertambahnya ukuran dan noduler
Jantung dan paru
Volume darah meningkat, Peningkatan frekuensi nadi, Penurunan resistensi pembuluh darah sistemik dan pembuluh darah pulmonal, Terjadi hiperventilasi selama kehamilan, Peningkatan volume tidal, penurunan resistensi jalan nafas, Diafragma meningkat, Perubahan pernapasan abdomen menjadi pernapasan dada.
Abdomen
Menentukan letak janin, Menentukan tinggi fundus uteri
Vagina
Peningkatan vaskularisasi yang menimbulkan warna kebiruan ( tanda Chandwick), Hipertropi epithelium
Sistem musculoskeletal
Persendian tulang pinggul yang mengendur, Gaya berjalan yang canggung, Terjadi pemisahan otot rectum abdominalis dinamakan dengan diastasis rectal
Khusus
Tinggi fundus uteri
Posisi dan persentasi janin
Panggul dan janin lahir
Denyut jantung janin
Pemeriksaan Penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan USG, Hb, dan Hematokrit
Dengan USG dapat ditentukan implantasi plasenta atau jarak tepi plasenta terhadap ostium. Bila jarak tepi kurang dari 5 cm disebut plasenta letak rendah. Bila tidak dijumpai plasenta previa, dilakukan pemeriksaan inspekulo untuk melihat sumber perdarahan lain (Oyelese, 2006).
Pemeriksaan inspekulo
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui apakah perdarahan berasal dari ostium uetri eksternum atau dari kelainan serviks dan vagina. Apabila perdarahan berasal dari ostium uteri eksternum, adanya plasenta previa harus dicurigai (Johnson, 2003).
Transvaginal sonography (TVS)
TVS digunakan untuk menyelidiki lokasi plasenta kapan saja saat hamil dan saat lokasi plasenta berada dianggap rendah. Sonographers didorong untuk melaporkan jarak sebenarnya dari tepi plasenta ke os serviks internal di TVS.
Diagnosa
Penurunan cardiac output berhubungan dengan perdarahan dalam jumlah yang besar.
Ansietas yang berhubungan dengan perdarahan kurangnya pengetahuan mengenai efek perdarahan dan menejemennya.
Resiko tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah abnormal, kerusakan system imun.
Intervensi
No. DX
Tujuan/ Kriteria Hasil
Intervensi
Rasional
Setelah dilakukanya
Tindakan keperawatan 2 X 24
jam diharapkan penurunan
kardiak output tidak terjadi atau teratasi dengan kriteria
hasil: Volume darah
intravaskuler dan kardiak
output dapat diperbaiki
sampai nadi, tekanan darah,
nilai hemodinamik, serta
nilai laboratorium
menunjukkan tanda normal.
Kaji dan catat TTV, TD serta jumlah perdarahan.
Bantu pemberian pelayanan kesehatan atau mulai sarankan terapi cairan IV atau terapi transfuse darah sesuai kebutuhan.
Pengkajian yang akurat mengenai status hemodinamik merupakan dasar untuk perencanaan, intervensi, evaluasi.
Memperbaiki volume vaskuler membutuhkan terapi IV dan intervensi farmakologi. Kehilangan volume darah harus diperbaiki untuk mencegah komplikasi seperti infeksi, gangguan janin dan gangguan vital ibu nnnhamil
2.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 diharapkan ansietas dapat berkurang dengan kriteria hasil:
Pasangan dapat mengungkapkan harapannya dengan kata-kata tentang manajemen yang sudah
direncanakan, sehingga
dapat mengurangi
kecemasan pasangan.
Terapi bersama pasangan dan menyatakan perasaan.
Menentukan tingkat pemahaman pasangan tentang situasi dan manajemen yang sudah direncanakan.
Berikan pasangan informasi tentang manajemen yang sudah direncanakan.
Kehadiran perawat dan pemahaman secara empati merupakan alat terapi yang potensial untuk mempersiapkan pasangan untuk menanggulangi situasi yang tidak diharapkan. Hal yang diberikan perawat akan memperkuat penjelasan dokter dan untuk memberitahu dokter jika ada penjelasan yang penting.
Pendidikan pasien yang diberikan merupakancara yang efektif mencegah dan menurunkan rasa cemas.
Pengetahuan akan mengurangi ketakutan akan hal-hal yang tidak diketahui.
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 diharapkan resiko tinggi cedera (janin) b/d Hipoksia jaringan / organ, profil darah abnormal, kerusakan system imun dapat berkurang dengan kriteria hasil:
Menunjukkan profil darah dengan hitung SDP, Hb, dan pemeriksaan koagulasi DBN normal.
Kaji jumlah darah
Catat suhu, hitung SDP, dan bau serta warna rabas vagina, dapatkan kultur bila dibutuhkan
Catat masukan/ keluaran urin. Catat berat jenis urin.
Berikan heparin, bila diindikasikan
Berikan antibiotic secara parenteral
Hemoragi berlebihan dan menetap dapat mengancam hidup klien atau mengakibatkan infeksi pasca partum, anemia pasca partum, KID, gagal ginjal, atau nekrosis hipofisis yang disebabkan oleh hipoksia jaringan dan malnutrisi.
Kehilangan darah berlebihan dengan penurunan Hb meningkatkan risiko klien untuk terkena infeksi.
Penurunan perfusi ginjal mengakibatkan penurunan haluaran urin.
Heparin dapat digunakan pada KID di kasus kematian janin, atau kematian satu janin pada kehamilan multiple, atau untuk memblok siklus pembekuan dengan melindungi factor-faktor pembekuan dan menurunkan hemoragi sampai terjadi perbaikan pembedahan
Mungkin diindikasikan untuk mencegah atau meminimalkan infeksi.
ASUHAN KEPERAWATAN PLASENTA PREVIA
Pengkajian
Identitas
Pasien
Nama Pasien : Ny. "S"
Umur Pasien : 27 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jetisharjo, Cokrodiningratan, Jetis, DIY
Status Perkawinan : Menikah
Agama : Islam
Pendidikan : SMU
Pekerjaan : Swasta
Tanggal Masuk : 15 November 2014
Diagnosa medis : Plasenta previa totalis primigravida 32 minggu dengan ISK
Penanggung jawab
Nama : Tn. "S"
Alamat : Jetisharjo, Cokrodiningratan, Jetis, DIY
Hubungan dengan pasien : Ayah
Riwayat Kesehatan
Alasan masuk RS
Pasien adalah rujukan dari RS Sakina Idaman dengan diagnosa medis plasenta previa totalis. Pasien pernah rawat inap di RS Sakina Idaman dari tanggal 7-11 November 2014 dengan keluhan perdarahan dari jalan lahir. Pasien telah diberikan terapi dexamethasone 2x8mg dalam 2 hari. Pasien kemudian dirujuk ke RSS. Pasien merasa hamil 8 bulan, mengeluhkan perdarahan dari jalan lahir ±100 cc. Perdarahan sudah sejak 1 bulan sebelum masuk RS. Pasien pernah memeriksakan diri ke dokter spesialis obsgyn dengan diagnosa plasenta previa totalis.
Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri pada perut bagian bawah, nyeri bertambah saat bayi dalam kandungan bergerak aktif, nyeri seperti tertekan, skala nyeri 3 dari 0-10, nyeri terasa hilang timbul.
Riwayat kesehatan sekarang
Selain nyeri, pasien mengeluh mual, demam hingga menggigil, sempat muntah 1x pada tanggal 16 November 2014 dan perdarahan pada jalan lahir, berwarna merah segar.
Riwayat kehamilan
Primigravida G1P0A0
HPMT : 30 Maret 2014
HPL : 7 Januari 2015
Usia Kehamilan : 32 minggu
Keluhan yang muncul selama kehamilan ini
Trimester I : Pasien mengatakan tidak ada keluhan
Trimester II : Pasien mengatakan pada usia kandungan 6 bulan merasakan nyeri perut, mual, muntah, pusing, lemas dan terjadi perdarahan pada jalan lahir.
Trimester III : Pasien mengatakan terjadi perdarahan, merasa demam hingga menggigil, mual, muntah dan lemas.
Riwayat imunisasi
Pasien mengatakan mendapatkan imunisasi TT calon pengantin sudah sekitar 1 tahun yang lalu
Riwayat Kesehatan Dahulu
Riwayat penyakit
Pasien menyatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung maupun alergi. Pada usia kehamilan 6 bulan pasien memeriksakan diri ke RS Sakinah sebanyak 3 kali karena perdarahan pada jalan lahir.
Riwayat reproduksi
Menstruasi
Menarche 12 tahun, siklus menstruasi 28 hari, lamanya 3-6 hari, tidak dismenhore, sifat darah khas darah menstruasi, tidak ada keputihan.
Menikah
Pasien mengatakan sudah menikah satu kali yaitu sudah selama 1 tahun yang lalu.
Kehamilan yang dulu
Pasien menyatakan ini adalah anak pertama, belum pernah keguguran.
Keluarga Berencana
Pasien mengatakan belum menggunakan program keluarga berencana, namun pasien ingin menggunakan KB suntik.
Riwayat kesehatan keluarga
Genogram
Pasien
Keterangan :
: laki-laki :garis keturunan
: perempuan :tinggal serumah.
: garis perkawinan
Penyakit keluarga
Pasien menyatakan tidak mempunyai riwayat penyakit keturunan seperti hipertensi, diabetes mellitus, penyakit jantung maupun alergi.
Kebutuhan Dasar
Nutrisi
Sebelum sakit
Pasien mengatakan makan 2-3 kali sehari sebanyak 1 porsi tiap kali makan, pasien mengatakan lebih banyak makan cemilan. Sedangkan pola minum pasien yaitu pasien minum air putih sebanyak 3000 cc tiap hari. Pasien menyatakan tidak mempunyai alergi terhadap makanan tertentu.
Selama sakit
Pasien menyatakan makan 3x sehari hanya beberapa sendok tiap kali makan. Pola minum pasien, pasien lebih banyak minum air putih yaitu 3100 cc, dan susu ibu hamil sebanyak 2 gelas setiap hari. Pasien menyatakan nafsu makan menurun karena setiap kali makan pasien merasakan mual. Pasien mengatakan merasakan mual apabila mencium bau makanan yang menyengat.
Eliminasi
Buang air kecil
Sebelum sakit
Pasien menyatakan BAK sebanyak 4 kali sehari dengan jumlah yang banyak setiap berkemih ±250 cc. Tidak ada keluhan saat berkemih.
Selama sakit
Pasien terpasang kateter dengan jumlah urin 600cc warna kuning jernih.
Buang air besar
Sebelum sakit
Pasien menyatakan BAB rutin 1x sehari dengan konsistensi lunak.
Selama sakit
Pasien menyatakan belum BAB selama 3 hari semenjak dirawat di RSS.
Aktivitas dan Latihan
Sebelum sakit
Pasien menyatakan sebelum sakit dalam melakukan kegiatan sehari-hari meliputi mandi, makan, BAB/BAK, dan berpakaian pasien melakukannya secara mandiri dan tidak menggunakan alat bantu.
Selama sakit
Pasien menyatakan kegiatannya sehari-hari di RSS hanya berbaring saja, pasien tidak dianjurkan untuk turun dari tempat tidur.
Kemampuan perawatan diri
0
1
2
3
4
Makan/minum
Toileting
Berpakaian
Mobilitas di tempat tidur
Ambulasi/ROM
Ket: 0:mandiri, 1:alat bantu, 2:dibantu orang lain, 3:dibantu orang lain dan alat, 4:tergantung total
Istirahat dan Tidur
Sebelum sakit
Pasien menyatakan sedikit sulit tidur, dalam sehari pasien tidur selama ±4-5 jam. Pasien tidak pernah tidur siang.
Selama sakit
Pasien menyatakan makin sulit untuk tidur, sering terbangun, tidur mulai pukul 19.00 WIB, 1 jam tidur kemudian bangun, begitu seterusnya. Pasien menyatakan sulit tidur karena nyeri dan demam yang dirasakan tidak nyaman bagi pasien.
Persepsi dan Kognitif
Status mental : baik
Sensasi : tidak ada gangguan pengecapan
Pendengaran : tidak ada gangguan pendengaran.
Berbicara : tidak ada gangguan berbicara.
Penciuman : pasien dapat membedakan bau-bauan.
Perabaan : pasien dapat membedakan dingin, panas, kasar
Kejang : pasien menyatakan tidak ada riwayat kejang
Nyeri : pasien menyatakan nyeri pada perut bagian bawah,
nyeri bertambah saat bayi dalam kandungan bergerak aktif, nyeri seperti tertekan, skala nyeri 3 dari 0-10, nyeri terasa hilang timbul.
Kognitif : Pasien menyatakan mengerti mengenai plasenta
previa, yaitu plasenta yang turun hingga menutupi jalan lahir.
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmentis
Tanda-tanda Vital
Tekanan darah : 100/60 mmHg
Nadi : 90 x/menit
Temperatur : 38,5oC
Respirasi : 22 x/menit
DJJ : 153 x/menit
Status Gizi
Berat badan sebelum hamil : 45 kg
Berat badan terakhir : 55 kg
Tinggi badan : 161 cm
IMT : 55/(1,61)2= 21,21 kg/m2 (Normal)
Kulit, rambut, dan kuku
Kulit : kulit lembab tidak kering.
Kuku dan rambut : kuku pendek dan bersih, rambut hitam.
Kepala dan leher
Wajah : tidak oedem, tidak pucat, pasien terlihat meringis
kesakitan, pasien terlihat melindungi area nyeri
Mata : sklera putih, konjungtiva tidak anemis, terdapat
lingkaran hitam di sekitar mata, terlihat sayu.
Telinga : simetris, tidak ada cairan yang keluar dari telinga.
Leher : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak
ada peningkatan JVP.
Mulut, dan hidung
Mulut : Membran mukosa lembab, bibir tidak kering.
Hidung : Tidak ada lesi, tidak ada cairan keluar dari hidung.
Thoraks
Inspeksi : simetris kanan dan kiri, tidak ada lesi
Palpasi : tidak ada massa, tidak ada nyeri tekan.
Perkusi : suara sonor.
Auskultasi : terdengar suara vesikuler, tidak ada suara tambahan.
Payudara
Payudara simetris. Areola terlihat hiperpigmentasi. Puting menonjol.
Jantung
Inspeksi : iktus cordis tidak terlihat.
Palpasi : iktus cordis teraba.
Perkusi : suara redup.
Auskultasi : suara jantung S1 dan S2 reguler.
Abdomen
Inspeksi : Perut tampak membuncit, tidak terdapat striae gravidarum terlihat linea alba.
Palpasi : Teraba gerakan janin aktif. Janin tunggal, memanjang,
presentasi kepala 5/5 bagian, TFU 22cm, teraba HIS 1x selama 15 detik dalam 10 menit dengan kekuatan sedang
Auskultasi : Terdengar bising usus 6 kali/menit, terdengar DJJ 153
x/menit
Ekstremitas
Ekstremitas lengkap, tidak terlihat oedem maupun lesi. Akral teraba hangat. CRT <2 detik.
Genetalia
Terpasang kateter sejak tanggal 15 November 2014. Pasien menggunakan pembalut, terlihat darah berwarna merah segar di pembalut.
Terapi (Senin, 17 November 2014)
Nifedipin 10 mg/8 jam per oral
Sulfas ferosus 600 mg/24 jam per oral
Injeksi cefotaxim 500 mg/12 jam per IV
Paracetamol tablet 500 mg per oral jika perlu
VIP Albumin 500 mg/24 jam per oral
Injeksi cefotaxim 500 mg/12 jam per IV
Pemeriksaan Penunjang
Hasil pemeriksaan urin dan darah tanggal 16 November 2014
Pemeriksaan
Hasil
Satuan
Nilai Normal
HEMATOLOGI
BUN
7
mg/dL
7-20
Creatinin
0,50
mg/dL
Lk: 0,9 – 1,3 Pr: 0,6 – 1,1
Natrium
137
mmol/L
136-145
Kalium
4,2
mmol/L
3,5-5,1
Klorida
102
mmol/L
98-107
HBsAg
Non reaktif
Non reaktif
Leukosit
23,67
103/μL
4,5-11
Eritrosit
3,55
106/μL
4,5-5,2
Hemoglobin
10,6
g/dL
M : 14-18 F : 12-16
Hematokrit
31,3
%
Lk: 40 – 50 Pr: 37 - 43
MCV
88,2
fL
79-99
MCH
30
pg
27-31
MCHC
34
g/dL
33-37
CHCM
35,7
g/dL
33-37
CH
31,3
pg
RDW
14,4
%
11,5-15,5
HDW
2,6
%
2,2-3,2
Trombosit
224
x103/μL
150-450
MPV
7,3
fL
7,2-11,1
NEUT#
21,1
103/μL
1,8-8
LYMPH#
1,03
103/μL
0,9-5,2
MONO#
1,25
103/μL
0,16-1
EO#
0,07
103/μL
0,045-0,44
BASO#
0,01
103/μL
0-0,2
LUC #
0,21
103/μL
0-0,1
NEUT%
89,1
%
50-70
LYMPH%
4,4
%
25-40
MONO%
5,3
%
2-8
EO%
0,3
%
2-4
BASO%
0.0
%
0-1
LUC%
0,21
%
0-0,1
PPT
13,6
detik
12,3-15,3
INR
0,98
0,9-1,1
Control PPT
13,9
APTT
27,3
detik
27,9-37
Control APTT
32,2
KIMIAWI
Glukosa
0
Protein
10 (+)
mg/dL
Bilirubin
0
mg/dL
Urobilirubin
Normal
mg/dL
pH
6.5
Berat jenis
1.010
Blood/darah
0.2(2+)
mg/dL
Keton
0.0
mg/dL
Nitrit
1+
mg/dL
Leukosit esterase
500.0
LEU/U
Warna
Tidak berwarna
Lekosit pucat
++
Glitter cell
0
Lekosit gelap
+++
Eritrosit
++
Epitel tubuli
0
Epitel vesica urinaria
3-4
Vagina
0
Uretra
0
Silinder hialin
0
Granuler
0
Epitel
0
Eritrosit
0
Leukosit
0
Kristal ca oksalat
0
Kristal triple fosfat
0
Bakteri
++
Hasil pemeriksaan USG tanggal 16 November 2014
Janin tunggal, presentasi kepala, DJJ +, gerak +, plasenta berada di corpus depan menutupi jalan lahir, gr II, Ak cukup, EFN 1105 gr.
Analisis Data
No
DATA
PENYEBAB
MASALAH
1.
DS : Pasien menyatakan
Nyeri
P : Saat bayi dalam kandungan bergerak aktif
Q : Seperti tertekan
R : Perut bagian bawah
S : 3 dari 0-10
T : Hilang timbul
Sulit tidur karena nyeri yang dirasakan tidak nyaman bagi pasien
DO :
Pasien terlihat meringis kesakitan saat nyeri
Pasien terlihat sayu, terlihat lingkaran hitam di sekitar mata
Pasien terlihat melindungi area nyeri
Tanda-tanda vital :
TD : 100/60 mmHg
N : 90 x/menit
R : 22 x/menit
Agen cedera biologis
Nyeri akut
2.
DS : Pasien menyatakan
Nafsu makan menurun
Makan 3x sehari hanya beberapa sendok tiap kali makan karena mual
Muntah 1x pada tanggal 16 November 2014
Merasakan mual apabila mencium bau makanan yang menyengat
DO :
Pasien terlihat lemas
Kehamilan
Mual
3.
DS : Pasien mengatakan
Demam hingga menggigil
Perdarahan pada jalan lahir berwarna merah segar
DO :
Hasil pemeriksaan darah :
Leukosit 23,67 103/μL
Hemoglobin 10,6 g/dL
Temperatur : 38,5oC
Terpasang kateter tinggal sejak tanggal 10 November 2014
Hasil pemeriksaan USG : plasenta berada di corpus depan menutupi jalan lahir grade II
Ketidakadekuatan pertahanan sekunder
Risiko penyebaran infeksi
4.
DS : Pasien mengatakan perdarahan pada jalan lahir, berwarna merah segar
DO :
Hasil pemeriksaan darah :
Leukosit 23,67 103/μL
Hemoglobin 10,6 g/dL
APTT 27,3 detik
Hematokrit 31,3%
Eritrosit 3,55 106/μL
Hasil pemeriksaan USG : plasenta berada di corpus depan menutupi jalan lahir grade II
Pasien menggunakan pembalut, terlihat darah berwarna merah segar di pembalut
Tanda-tanda vital :
TD : 100/60 mmHg
N : 90 x/menit
R : 22 x/menit
DJJ 153 x/menit
Ketidakadekuatan perfusi plasenta
Risiko tinggi cedera (janin)
DIAGNOSA KEPERAWATAN BESERTA PRIORITAS
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis ditandai dengan:
DS : Pasien menyatakan
Nyeri
P : Saat bayi dalam kandungan bergerak aktif
Q : Seperti tertekan
R : Perut bagian bawah
S : 3 dari 0-10
T : Hilang timbul
Sulit tidur karena nyeri yang dirasakan tidak nyaman bagi pasien
DO :
Pasien terlihat meringis kesakitan saat nyeri
Pasien terlihat sayu, terlihat lingkaran hitam di sekitar mata
Pasien terlihat melindungi area nyeri
Tanda-tanda vital :
TD : 100/60 mmHg
N : 90 x/menit
R : 22 x/menit
Mual berhubungan dengan kehamilan ditandai dengan:
DS : Pasien menyatakan
Nafsu makan menurun
Makan 3x sehari hanya beberapa sendok tiap kali makan karena mual
Muntah 1x pada tanggal 16 November 2014
Merasakan mual apabila mencium bau makanan yang menyengat
DO :
Pasien terlihat lemas
Risiko penyebaran infeksi berhubungan dengan ketidakadekuatan pertahanan sekunder ditandai dengan:
DS : Pasien mengatakan
Demam hingga menggigil
Perdarahan pada jalan lahir berwarna merah segar
DO :
Hasil pemeriksaan darah :
Leukosit 23,67 103/μL
Hemoglobin 10,6 g/dL
Temperatur : 38,5oC
Terpasang kateter tinggal sejak tanggal 10 November 2014
Hasil pemeriksaan USG : plasenta berada di corpus depan menutupi jalan lahir grade II
Risiko tinggi cedera (janin) berhubungan dengan ketidakadekuatan perfusi plasenta ditandai dengan:
DS : Pasien mengatakan perdarahan pada jalan lahir, berwarna merah segar
DO :
Hasil pemeriksaan darah :
Leukosit 23,67 103/μL
Hemoglobin 10,6 g/dL
APTT 27,3 detik
Hematokrit 31,3%
Eritrosit 3,55 106/μL
Hasil pemeriksaan USG : plasenta berada di corpus depan menutupi jalan lahir grade II
Pasien menggunakan pembalut, terlihat darah berwarna merah segar di pembalut
Tanda-tanda vital :
TD : 100/60 mmHg
N : 90 x/menit
R : 22 x/menit
DJJ 153 x/menit
PERENCANAAN KEPERAWATAN
NO. DX
RENCANA KEPERAWATAN
TUJUAN
INTERVENSI
RASIONAL
1.
17 November 2014
12.00 WIB
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien tidak merasakan nyeri dengan kriteria hasil :
Skala nyeri berkurang dari 3 menjadi 1 dalam skala 0-10
Pasien mengatakan nyeri berkurang.
Ekpresi wajah tampak rileks.
Pasien dapat melakukan nafas dalam secara mandiri
17 November 2014
12.00 WIB
Kaji ulang lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi dan skala nyeri.
Monitor tanda-tanda vital (TD, N, RR)
Atur posisi senyaman mungkin
Ajarkan teknik manajemen nyeri nonfarmakologi : nafas dalam
Jelaskan penyebab nyeri yang dialami pasien
Kelola pemberian parasetamol 500 mg per oral jika perlu
17 November 2014
12.00 WIB
Mengidentifikasi kondisi dan dasar intervensi selanjutnya
Mengidentifikasi kondisi dan dasar intervensi selanjutnya
Posisi yang nyaman dapat menurunkan rasa nyeri.
Nafas dalam meningkatkan suplai oksigen dan merilekskan ketegangan otot
Memberikan informasi kepada pasien tentang nyeri yang dialaminya, mengurangi ansietas
Analgetik memblok pusat rasa nyeri
2.
Senin, 17 November 2014
12.00 WIB
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 2x24 jam diharapkan pasien tidak mual dengan kriteria hasil :
Pasien tidak muntah
Nutrisi pasien terpenuhi
Senin, 17 November 2014
12.00 WIB
Kaji penyebab mual pasien
Observasi mual dan muntah
Ciptakan suasana yang nyaman dan bersih
Beri makanan dalam porsi kecil tapi sering
Berikan pilihan makanan yang disukai pasien dan makanan yang tidak berbau menyengat, modifikasi diet
Anjurkan pasien untuk menjaga kebersihan mulut
Anjurkan kepada pasien untuk memakan makanan yang lunak
Kelola pemberian suplemen dan vitamin : sulfas ferosus 600 mg/24 jam , albumin 500 mg/24 jam per oral
Kolaborasi dengan dokter pemberian obat antiemetik
Senin, 17 November 2014
12.00 WIB
Menentukan intervensi selanjutnya
Mengetahui kondisi pasien dan dasar intervensi selanjutnya
Suasana yang bersih dan nyaman membebaskan pasien dari bau-bau yang menyebabkan mual.
Memberi kesempatan lambung untuk mencerna makanan, mencegah refluks
Untuk meningkatkan nafsu makan pasien dan mencegah timbulnya mual
Kebersihan mulut dapat mengurangi mual, meningkatkan kenyamanan
Membantu mengurangi keletihan pasien mengunyah makanan dan meningkatkan asupan nutrisi pasien
Memenuhi kebutuhan asupan nutrisi pada masa kehamilan
Antiemetik mencegah refluks lambung
3.
Senin, 17 November 2014
12.00 WIB
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan pasien tidak mengalami infeksi dengan kriteria hasil :
Suhu rentang 36,5-37,5oC
Tidak terlihat tanda gejala infeksi (tumor, rubor, kalor dolor, fungsio laesa)
Senin, 17 November 2014
12.00 WIB
Observasi suhu aksila dan tanda gejala infeksi
Lakukan vulva hygiene
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak, batasi pengunjung
Anjurkan pasien banyak minum : 2 liter per hari
Ajarkan keluarga dan pasien mengenai tanda dan gejala infeksi dan cara mencegahnya
Kelola pemberian antibiotik injeksi cefotaxim 500 mg/12 jam per IV
Senin, 17 November 2014
12.00 WIB
Mengetahui kondisi pasien dan dasar intervensi selanjutnya
Mengurangi risiko infeksi dan meningkatkan rasa nyaman
Mencegah kontaminasi silang dan risiko infeksi nosokomial
Mengurangi iritasi pada mukosa kandung kemih
Keikutsertaan keluarga dalam memonitor infeksi dan mencegahnya
Antibiotik membunuh mikroorganisme penyebab infeksi
4.
Senin, 17 November 2014
12.00 WIB
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam diharapkan janin tidak mengalami cedera dengan kriteria hasil :
Perdarahan minimal
DJJ rentang 120-160 x/menit
Senin, 17 November 2014
12.00 WIB
Monitor perdarahan pervaginam
Kaji jumlah darah yang hilang. Pantau tanda dan gejala syok hipovolemi
Monitor bunyi jantung janin
Istirahatkan pasien, anjurkan bedrest
Anjurkan pasien agar miring ke kiri
Anjurkan pasien untuk membatasi pergerakan
Kelola pemberian tokolitik Nifedipin 10 mg/8 jam per oral
Kolaborasi dengan dokter tentang pemberian oksigen
Senin, 17 November 2014
12.00 WIB
Mengetahui kondisi pasien dan dasar intervensi selanjutnya
Hemoragi berlebihan dan menetap dapat mengancam hidup pasien atau mengakibatkan infeksi pascapartum, anemia pascapartum, KID, gagal ginjal, atau nekrosis hipofisis yang disebabkan oleh hipoksia jaringan.
Denyut jantung lebih >160 serta <100 dapat menunjukkan gawat janin kemungkinan terjadi gangguan perfusi pada plasenta
Melalui istirahat kemungkinan terjadinya pelepasan plasenta dapat dicegah
Posisi miring kiri menurunkan oklusi vena cava inferior oleh uterus dan meningkatkan aliran balik vena ke jantung
Pergerakan yang banyak dapat mempermudah pelepasan plasenta sehingga dapat terjadi perdarahan
Tokolitik menekan kontraksi uterus mengurangi perdarahan
Dengan pemberian O2 dapat meningkatkan konsumsi O2 sehingga konsumsi pada janin meningkat
IMPLEMENTASI DAN EVALUASI
DX. 1
TANGGAL, JAM
IMPLEMENTASI
EVALUASI
17 November 2014, 10.00 WIB
Mengkaji ulang lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi dan skala nyeri..
Mengatur posisi senyaman mungkin.
Mengajarkan teknik manajemen nyeri nonfarmakologi : nafas dalam
Menjelaskan penyebab nyeri yang dialami pasien
S : Pasien megatakan nyeri masih terasa, pasien mengatakan merasa lebih nyaman ketika posisi berbaring, pasien mengatakan sudah menerapkan nafas dalam ketika nyeri, pasien mengatakan penyebab nyeri adalah gerakan janin
O: Wajah pasien terlihat tegang karena menahan nyeri, pasien terlihat sudah bisa nafas dalam dengan benar, posisi pasien supinasi, teraba janin aktif di abdomen
A: Masalah nyeri akut teratasi sebagian
P : Monitor TTV
19 November 2014, 18.00 WIB
Mengkaji ulang lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi dan skala nyeri.
Memonitor tanda-tanda vital (TD, N, RR)
Mengatur posisi senyaman mungkin
S : Pasien mengatakan nyeri perut berkurang, skala 1 (1-10)
O : TD : 110/80 mmHg, nadi 80 x/menit, respirasi 20 x/menit, terlihat nafas dalam secara mandiri, pasien terlihat rileks, pasien posisi supinasi
A : Masalah nyeri aku teratasi
P : Monitor TTV
DX. 2
TANGGAL, JAM
IMPLEMENTASI
EVALUASI
18 November 2014 , 10.00 WIB
Mengkaji penyebab mual pasien
Mengobservasi mual dan muntah
Menganjurkan makan dalam porsi kecil tapi sering
Menganjurkan kepada pasien untuk memakan makanan yang lunak
S : Pasien mengatakan merasakan mual apabila mencium bau yang menyengat seperti ikan, pasien mengatakan mal berkurang dan tidak muntah, akan makan makanan yang lunak dalam porsi kecil tapi sering, mengatakan makan diet RS habis ½ porsi
O : Terlihat sedang makan camilan
A : Masalah mual teratasi
P : Observasi mual dan muntah
19 November 2014, 08.30 WIB
Mengkaji mual dan muntah
Menganjurkan pasien makan sedikit-sedikit tapi sering
Menganjurkan pasien memakan makanan yang disukai
Mengelola pemberian suplemen dan vitamin : sulfas ferosus 600 mg/oral , albumin 500 mg/oral
S : Pasien mengatakan masih sedikit mual, tidak muntah, dan menyatakan mengerti untuk makan makanan yang disukai sedikit-sedikit tapi sering
O : obat dan dosis : sulfas ferosus 600 mg, albumin 500 mg, rute: oral, pada Ny. S, pukul 08.30 WIB
A : Mual teratasi sebagian
P : Monitor mual dan muntah
DX. 3
TANGGAL, JAM
IMPLEMENTASI
EVALUASI
17 November 2014, 11.00 WIB
Mengobservasi suhu aksila dan tanda gejala infeksi
Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak, batasi pengunjung
S : Keluarga pasien mengatakan suhu tubuh pasien panas
O : Suhu 38,5oC
A : Masalah risiko infeksi teratasi
P : Kelola pemberian parasetamol tablet 500mg per oral
18 November 2014, 08.00 WIB
Mengobservasi suhu aksila dan tanda gejala infeksi
Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak, batasi pengunjung
Memberikan injeksi cefotaxim 1 gram per IV
S : Pasien mengatakan sudah tidak demam lagi
O : Suhu 36,6oC, pasien terpasang infus RL di tangan kanan sejak tanggal 17 November 2014 kondisi bersih tidak terlihat tanda flebitis dan infeksi, cefotaxim 1 gram masuk per IV
A : Masalah risiko infeksi teratasi
P : Kelola pemberian cefotaxim 1 gram/12 jam per IV
19 November 2014 , 09.00 WIB
Mengobservasi suhu aksila dan tanda gejala infeksi
Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak, batasi pengunjung
Menganjurkan pasien banyak minum : 2 liter per hari
Memberiahu keluarga dan pasien mengenai tanda dan gejala infeksi dan cara mencegahnya
Mengelola pemberian antibiotik inj cefotaxim 1gr/12 jam
S : Pasien mengatakan masih flek-flek, pasien mengatakan sudah banyak minum sehari kurang lebih 2 botol aqua, keluarga dan pasien mengatakan sudah paham mengenai tanda dan gejala infeksi.
O : S : 37oC, TD : 110/70 mmHg, N : 78 x/menit, RR : 22 x/menit, injeksi cefotaxim sudah masuk melalui IV
A : Risiko infeksi teratasi
P : Kelola pemberian cefotaxim 1gram/12jam per IV
19 November 2014, 20.00 WIB
Mengobservasi suhu aksila dan tanda gejala infeksi
Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak, batasi pengunjung
Memberikan injeksi cefotaxim 1 gram per IV
S : -
O : Suhu 36,2oC, pasien terpasang infus RL di tangan kanan sejak tanggal 17 November 2014 kondisi bersih tidak terlihat tanda flebitis dan infeksi, cefotaxim 1 gram masuk per IV
A : Masalah risiko infeksi teratasi
P : Kelola pemberian cefotaxim 1 gram/12 jam per IV
DX. 4
TANGGAL, JAM
IMPLEMENTASI
EVALUASI
17 November 2014, 14.30 WIB
Memonitor perdarahan pervaginam
Mengkaji jumlah darah yang hilang. Memantau tanda dan gejala syok hipovolemi
Memonitor bunyi jantung janin
Menganjurkan pasien istirahat dan bedrest
Menganjurkan pasien agar miring ke kiri
Menganjurkan pasien untuk membatasi pergerakan
S : Pasien mengatakan masih keluar darah dari jalan lahir, darah berwarna merah segar, pasien mengatakan akan sering miring ke kiri dan membatasi pergerakan
O : DJJ : 152 x/menit, pasien bedrest
A : Masalah risiko tinggi cedera (janin) teratasi
P : Monitor perdarahan pervaginam
19 November 2014, 20.15 WIB
Memonitor perdarahan pervaginam
Mengkaji jumlah darah yang hilang. Memantau tanda dan gejala syok hipovolemi
Memonitor bunyi jantung janin
Menganjurkan pasien istirahat dan bedrest
Menganjurkan pasien agar miring ke kiri
Menganjurkan pasien untuk membatasi pergerakan
S : Pasien mengatakan perdarahan berkurang, tinggal flek, pasien mengatakan akan sering miring ke kiri dan membatasi pergerakan
O : DJJ : 149 x/menit, pasien bedrest
A : Masalah risiko tinggi cedera (janin) teratasi
P : Monitor perdarahan pervaginam
DAFTAR RUJUKAN
Chalik, TMA. 2009. Perdarahan Pada Kehamilan Lanjut dan Persalinan dalam Buku Ilmu Kebidanan Sarwono Prawiroharjo Edisi Keempat. Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Herdman, T. Heather. 2012. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi 2012-2014. Jakarta: EGC
Manuaba, Ida Bagus Gede. 2005. Ilmu Kandungan Dan Penyakit Kandungan .Jakarta: EGC
Mochtar, Rustam, 2002. Sinopsis Obstetri. Jakarta: Penerbit EGC
Prawirohardjo, Sarwono. 2008. Ilmu Kebidanan Edisi Keempat. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo
Scearce J and Uzelac PS. 2007. Third-trimester vaginal bleeding. In: AH DeCherney et al. (eds). Current Diagnosis and Treatment Obstetrics and Gynecology.10th ed. New York: McGraw-Hill
Varney,Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4. Jakarta: EGC