Definisi Human immunodeficiency virus (HIV) adalah retrovirus yang
menginfeksi sel-sel sistem kekebalan tubuh, menghancur menghancurkan kan atau merusak fungsinya. Selama infeksi berlangsung, sistem kekebalan tubuh menjadi lemah, dan orang menjadi lebih rentan terhadap infeksi. AIDS
(Acquired
Immuno
Deficiency
Syndrome )
adalah
sindrom gejala penyakit infeksi oportunistik atau kanker tertentu akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh infeksi HIV (Human Immunodeficiency Virus ) (Fogel, 1996)
Kehamilan adalah keadaan mengandung embrio atau fetus didalam tubuh, setelah penyatuan sel telur dan spermatozoon Kehamilan merupakan usia yang rawan tertular HIV-AIDS. Penularan HIV-AIDS pada wanita hamil terjadi melalui hubungan seksual dengan suaminya yang sudah terinfeksi HIV. Pada negara berkembang isteri tidak berani mengatur kehidupan seksual suaminya di luar rumah. Kondisi ini dipengaruhi oleh sosial dan ekonomi wanita yang masih rendah, dan isteri sangat percaya bahwa suaminya setia, dan lagi pula masalah seksual masih dianggap tabu untuk dibicarakan
Epidemiologi Penyakit AIDS dewasa ini telah terjangkit dihampir setiap negara didunia (pandemi), termasuk diantaranya Indonesia. Epidemi HIV di Indonesia telah berlangsung 20 tahun.Sejak tahun 2000 epidemi tersebut sudah mencapai tahap terkonsentrasi pada beberapa sub-populasi berisiko tinggi (dengan prevalens > 5%), yaitu pengguna Napza suntik (penasun), wanita penjaja seks (WPS), dan waria.
Etiologi Penyebab AIDS adalah sejenis virus yang tergolong Retrovirus yang disebut Human Immunodeficiency Virus (HIV) sejenis Retrovirus RNA. Dalam bentuknya yang asli merupakan partikel yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit T, karena ia mempunyai reseptor untuk virus HIV yang disebut CD-4. Didalam sel Lymfosit T, virus dapat berkembang dan seperti retrovirus yang lain, dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap infectious yang setiap saat dapat aktif dan dapat ditularkan selama hidup penderita tersebut. Virus HIV hidup dalam darah, saliva, semen, air mata dan mudah mati diluar tubuh. HIV dapat juga ditemukan dalam sel monosit, makrotag dan sel glia jaringan otak
Patofisiologi HIV merupakan retrovirus yang ditransmisikan dalam darah, sperma, cairan vagina, dan ASI. Cara penularan telah dikenal sejak 1980-an dan tidak berubah yaitu secara; seksual hubungan seksual, kontak dengan darah atau produk darah, eksposur perinatal, dan menyusui. Banyak cara yang diduga menjadi cara penularan virus HIV, namun hingga kini cara penularan HIV yang diketahui adalah melalui : 1. Transmisi Seksual –
Homoseksual
–
Heteroseksual
2. Transmisi Non Seksual –
Transmisi Parenral
–
Transmisi Transplasental
PENULARAN HIV DARI WANITA KEPADA BAYINYA
•
Penularan dari ibu ke anak karena wanita yang menderita HIV atau AIDS sebagian besar (85%) berusia subur (15-44 tahun) sehingga terdapat resiko penularan infeksi yang bisa terjadi saat kehamilan (in utero)
•
Penularan juga terjadi pada proses persalinan melalui transfuse fetomaternal atau kontak antara kulit atau membrane mukosa bayi dan darah atau sekresi maternal saat melahirkan. Semakin lama proses persalinan semakin besar resiko, sehingga lama persalinan bisa dicegah dengan operasi section caesarea.
•
Transmisi lain terjadi selama periode post partum melalui ASI, resiko bayi tertular melalui ASI dari ibu yang positif
PERIODE PRENATAL Informasi
tentang
HIV
dan
ketersediaan
pemeriksaan HIV harus ditawarkan kepada wanita berisiko tinggi pada saat pertama kali mereka datang ke perawatan prenatal. Untuk menyokong sistem imun wanita hamil, konseling
diberikan,
mencakup
nutrisi
optimum, tidur, istirahat, latihan fisik, dan reduksi stress
PERIODE INTRAPARTUM •
Perawatan wanita bersalin tidak secara sustansial berubah karena infeksi asimptomatik HIV. Model kelahiran yang akan dilakukan didasarkan hanya pada pertimbangan obstetric karena virus menembus plasenta pada tahap awal kehamilan
•
Focus utama adalah mencegah persebaran nosokomial HIV dan melindungi tenaga keperawatan kesehatan. Risiko tranmisi HIV dianggap rendah selama proses kelahiran per vaginam terlepas dari kenyataan bahwa bayi terpapar pada darah, cairan amniotic, dan sekresi vagina ibunya
PERIODE PASCAPARTUM Bayi baru lahir dapat bersama ibunya, tetapi tidak boleh disusui. Tindakan kewaspadaan universal harus diterapkan, baik untuk ibu maupun bayinya, sebagaimana yang dilakukan pada semua pasien. Wanita dan bayinya dirujuk ke tenaga kesehatan yang berpengalaman dalam terapi AIDS dan kondisi terkait
Manifestasi Klinis Gejala dari infeksi akut HIV terjadi Adapun gejala infeksi HIV kronis sebagai sekitar 50% kepada seseorang yang berikut[6]: baru terinfeksi. Gejala yang Infeksi bakteri berulang ditimbulkan adalah : Candidiasis di saluran bronkus, Demam trachea, paru dan esophagus Malaise Herpes simpleks kronis Ruam Kaposi sarcoma (proliferasi Myalgia vaskuler neoplastik ganas yang multi sentrik dan ditandai dengan Sakit kepala nodul-nodul kutan berwarna merah Meningitis kebiruan, biasanya pada pada Kehilangan napsu makan ekstremitas bawah yang ukuran Berkeringat dan jumlahnya membesar dan menyebar ke daerah yang lebih proksimal) Pneumoncystis Wasting syndrome –
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
–
Cont. Gejala infeksi HIV pada wanita hamil, umumnya sama dengan wanita tidak hamil atau orang dewasa. Infeksi HIV memberikan gambaran klinis yang tidak spesifik dengan spectrum yang lebar, mulai dari infeksi tanpa gejala (asimtomatik) pada stadium awal sampai pada gejala – gejala yang berat pada stadium yang lebih lanjut. Perjalanan penyakit lambat dan gejala – gejala AIDS ratarata baru timbul 10 tahun sesudah infeksi, bahkan dapat lebih lama lagi
Pemeriksaan Diagnostik –
Tes serologis
–
Pemeriksaan histologis, histologis, sitologis urin ,darah, feces, cairan spina, luka, sputum, dan sekresi.
–
Tes neurologis: EEG, MRI, CT Scan otak, EMG.
–
Tes Antibodi •
Tes ELISA, untuk menunjukkan bahwa seseorang terinfeksi atau pernah terinfeksi HIV.
•
Western blot asay/ Indirect Fluorescent Antibody (IFA), untuk mengenali antibodi HIV dan memastikan seropositifitas seropositifitas HIV.
•
Indirect immunoflouresence, sebagai pengganti pemerikasaan western blot untuk memastikan seropositifitas.
•
—
Radio immuno precipitation assay, mendeteksi protein pada antibodi.
Pendeteksian HIV
Diagnosis Pada Bayi dan Anak •
Bayi yang tertular HIV dari ibu bisa saja tampak normal secara klinis selama periode neonatal. Penyakit penanda AIDS tersering yang ditemukan pada anak adalah pneumonia yang disebabkan Pneumocystis carinii
•
Gejala umum yang ditemukan pada bayi dengan ifeksi HIV adalah gangguan tumbuh kembang, kandidiasis oral, diare kronis, atau hepatosplenomegali (pembesaran hapar dan lien)[
Uji HIV pada Wanita Hamil •
Identifikasi dini pada wanita hamil memungkinkan untuk pemberian pengobatan terapi antiretroviral untuk mendukung kesehatan dan mengurangi risiko penularan bayinya. Tes HIV direkomendasikan Tes HIV direkomendasikan untuk semua wanita hamil pada kunjungan prenatal pertama. Tes HIV kedua, selama trimester ketiga sebelum 36 minggu kehamilan, juga dianjurkan bagi wanita yang berisiko, tinggal di daerah prevalensi HIV tinggi, atau memiliki tanda-tanda atau gejala yang konsisten dengan infeksi HIV akut
Pengobatan •
Pengobatan untuk ibu hamil dengan HIV salah satunya dapat menggunakan obat anti-HIV dimana menurut penelitian dapat mencegah terjadinya transmisi virus HIV kepada janin dengan cara penggunaan sebagai berikut –
Selama kehamilan setelah trimester pertama: dengan memberikan anti-HIV sedikitnya tiga anti-HIV yang berbeda yang dikombinasikan (atripla ). ).
–
Selamalabor dan persalinan: diberikan AZT ( zidovudine ) IV, kemudaian diberikan anti-HIV yang lain melalui mulut.
–
Setelah melahirkan: diberikan cairan AZT selama 6 minggu .
Pencegahan Penularan HIV dari ibu ke bayi bisa dicegah mulai saat hamil, saat melahirkan, melahirkan, dan setelah lahir yaitu –
Penggunaan antiretroviral selama kehamilan
–
Penggunaan antiretroviral antiretroviral saat perasalinan dan bayi bayi yang baru dilahirkan
–
Penatalaksanan selama menyusui
Tindakan-tindakan lain yang dianjurkan untuk mengurangi risiko penularan HIV ibu kepada anak antara lain : –
sectio sesaria sebelum tanda-tanda partus dan pecahnya ketuban (mengurangi angka penularan sebesar 50%);
–
pemberian zidovudin zidovudin intravena selama persalinan dan pelahiran;
–
pemberian sirup zidovudin kepada bayi setelah lahir;
–
tidak memberi ASI
Penatalaksanaan Belum ada penyembuhan untuk AIDS jadi yang dilakukan adalah pencegahan seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Tapi, apabila terinfeksi Human Immunodeficiency Virus (HIV) maka terapinya yaitu : –
Pengendalian infeksi oportunistik
–
Terapi AZT (Azidotimidin)
–
Terapi antiviral baru
–
Vaksin dan rekonstruksi virus, vaksin yang digunakan adalah interveron.
–
Menghindari infeksi lain, karena infeksi dapat mengaktifkan sel T dan mempercepat replikasi HIV.
–
Rehabilitasi
–
Pendidikan
Komplikasi 1.
Oral lesi
2.
Neurologik
3.
–
Enselopathi Enselopat hi akut, karena reaksi terapeutik, hipoksia, hipoglikemi, ketidakseimbangan ketidakseimbangan elektrolit.
–
Infark serebral kornea sifilis meningo vaskuler, hipotensi sistemik dan maranik endocarditis.
–
Neuropati karena inflamasi dimielinasi oleh serangan HIV.
Gastrointestinal –
Diare, karena bakteri dan virus.
–
Hepatitis, karena bakteri dan virus.
–
Penyakit anorektal, karena abses dan vistula.
4.
Respir Res pirasi asi,, inf infeks eksii kare karena na pne pneumo umocys cystik tik,, cyto cytomeg megalo alovir virus, us, vir virus us inf influe luenza nza..
5.
Dermatologik, karena virus.
6.
Sens Se nsor orik ik,, be bere refe fekk pad padaa ke kebu buta taan an,, ot otit itis is me medi diaa ak akut ut
Asuhan Keperawatan Pengkajian
Riwayat
: tes HIV positif, riwayat perilaku beresiko tinggi, menggunakan
obat-obat.
Penampilanumum
: pucat, kelaparan.
Gejala subyektif : demam kronik, kronik, dengan atau tanpa menggigil, keringat malam hari berulang kali, lemah, lelah, anoreksia, BB menurun, nyeri, sulit tidur.
Psikososial
: kehilangan
pekerjaan dan
penghasilan,
perubahan pola hidup,
ungkapkan perasaan takut, cemas, meringis.
Status mental
: marah atau
hilang interest pada lingkungan
pasrah, depresi, ide bunuh diri, apati, withdrawl, sekitar, gangguan
prooses piker,
hilang memori,
gangguan atensi dan konsentrasi, halusinasi halusinasi dan delusi. delusi.
HEENT
: nyeri periorbital, fotophobia, sakit kepala, edem muka, tinitus, ulser
pada bibir atau mulut, mulut kering, suara berubah, disfagia, epsitaksis. epsitaksis.
Cont.
Neurologis :gangguan
refleks
pupil, nystagmus, vertigo, ketidakseimbangan , kaku
kuduk, kejang, paraplegia.
Muskuloskletal : focal motor deifisit, lemah, tidak mampu melakukan ADL.
Kardiovaskuler : takikardi, sianosis, hipotensi, edem perifer, dizziness.
Pernapasan
: dyspnea,
takipnea, sianosis, SOB, menggunakan otot Bantu
pernapasan, batuk produktif atau non produktif.
GI
: intake
makan
dan minum menurun,
mual, muntah, BB menurun, diare,
inkontinensia, perut kram, hepatosplenomegali, kuning
Gu
: lesi atau eksudat pada genital,
Integument
: kering, gatal, rash atau lesi, turgor jelek, petekie positif.
Diagnosa Keperawatan 1.
Resi Re siko ko tin tingg ggii inf infek eksi si be berh rhub ubun unga gann de deng ngan an
imuno imu nosu supr pres esi, i, ma maln lnut utri risi si da dann po pola la hid hidup up
yang beresiko. 2.
Resikot Res ikoting inggi gi infe infeksi ksi (ko (konta ntakk pas pasien ien)) ber berhub hubung ungan an
dengan den gan inf infeks eksii HIV HIV,, ada adanya nya
infeksi nonopportunisitik yang dapat ditransmisikan. 3.
Intol In toler eran ansi si ak aktiv tivit itas as be berh rhub ubun unga gann
deng de ngan an
kele ke lema maha han, n, pe pertu rtuka karan ran oks oksige igen, n,
malnutrisi, kelelahan. 4.
Peruba Per ubahan han
nutris nut risii kur kurang ang dar darii keb kebutu utuhan han tub tubuh uh be berhub rhubung ungan an den dengan gan inta intake ke yan yangg
kurang, meningkatnya kebutuhan metabolic, dan menurunnya absorbsi zat gizi. 5.
Diar Di are e be berh rhub ubun unga gann de deng ngan an in inffek ekssi GI
6.
Tidak Tid ak ef efek ektif tif kop koping ing ke kelu luar arga ga be berh rhub ubun unga gann den denga gann cema cemass ten tentan tangg kead keadaa aann orang yang dicintai.
Intervensi No
1.
Diagnosa
Resikotinggi infeksi berhubungan dengan imunosupresi, malnutrisi dan pola hidup yang beresiko
Kriteria Hasil
Setelah dilakukan tindakan keperawatan, diperoleh kriteria hasilnya : -Tidak ada tandatanda infeksi baru -Lab tidak ada infeksi oportunis -Tanda vital dalam batas normal -Tidak ada luka atau eksudat
Intervensi
1.Monitor tandatanda infeksi baru. 2.Gunakan teknik aseptik pada setiap tindakan invasif. Cuci tangan sebelum meberikan tindakan. 3.Anjurkan pasien metoda mencegah terpapar terhadap lingkungan yang patogen. 4.Kumpulkan spesimen untuk tes lab sesuai order. 5.Atur pemberian antiinfeksi antiinfeksi sesuai
Rasional
1. Untu Untuk k pengobatan dini 2. Menceg Mencegah ah pasi pasien en terpapar oleh kuman patogen yang diperoleh di rumah sakit. 3. Menc Menceg egah ah bertambahnya infeksi 4. Meyaki Meyakink nkan an diagnosis akurat akurat dan pengobatan pengobatan 5. Memper Memperta tahan hanka kan n kadar darah yang terapeutik Pasien akan bebas infeksi oportunistik dan
No
Diagnosa
2.
Resiko tinggi
Kriteria Hasil
Setelah dilakukan
Intervensi
1.Anjurkanpasien
Rasional
1.Pasi 1. Pasien en dan
infeksi (kontak
tindakan keperawatan,
atau orang penting
keluarga mau dan
pasien)
diperoleh
lainnya metode
memerlukan
berhubungan
kriteriahasilnya kriteriahasilnya :
mencegah
informasikan informasikan ini
dengan infeksi HIV HI V, adanya infeksi nonopportuni
a. Infeksi HIV tidak ditransmisikan b.Tidak b. Tidak terinfeksi patogen patogen lain seperti TBC
transmisi HIV dan kuman patogen lainnya. 2.Gunakan darah
2.Mencegah
sitik yang
dan cairan tubuh
transimisi infeksi
dapat
precaution bial
HIV ke orang lain
ditransmisikan
merawat pasien.
No
3.
Diagnosa
Kriteria Hasil
Intervensi
Intoleransi aktivitas
Setelah dilakukan
berhubungan
tindakan keperawatan,
fisiologis terhadap
bervariasi dari
dengan
diperoleh kriteria hasil :
aktivitas
hari ke hari
kelemahan,
pertukaran oksigen, malnutrisi, kelelahan
a. Pasien berpartisipasi
1.Monitor respon
Rasional
2.Berikan bantuan
1.Respon
2.Mengurangi
dalam kegiatan
perawatan yang
kebutuhan
dengan kriteria bebas
pasien sendiri
energi
dyspnea dan takikardi
tidak mampu
selama aktivitas.
3.Jadwalkan
3.Ekstra istirahat perlu jika
perawatan pasien
karena
sehingga tidak
meningkatkan
mengganggu
kebutuhan
isitirahat.
metabolik
No
5.
Diagnosa
Kriteria Hasil
Diare
Setelah dilakukan
berhubungan
tindakan keperawatan,
Intervensi
1.
dengan infeksi GI Pasienmerasanyaman karena dapat mengontrol diare,
2.
a.
b.
c.
3.
1.
Mendeteksi
dan frekuensi
adanya darah
feses dan adanya
dalam feses
darah.
komplikasi minimal dengan kriteria hasil :
Kaji aji konsi onsist sten ensi si
Rasional
2.
Hipermotiliti
Ausk uskultas ltasii bunyi unyi
mumnya dengan
usus
diare
Atur agen
3.
Mengurangi
Perut lunak dan
antimotilitas dan
motilitas usus,
tidak tegang
psilium
yang
Feses lunak dan
(Metamucil)
emperburuk
warna normal
sesuai order
perforasi pada
Berik rikan ointm intme ent
intestinal
Kram perut hilang
4.
A dan D, vaselin atau zinc oside
4.
pelan,
Menghilangkan distensi
No
6.
Diagnosa
Kriteria Hasil
Intervensi
Tidak efektif
Setelah dilakukan
koping keluarga
tindakan keperawatan,
keluarga
hubungan dalam
berhubungan
Keluarga atau orang
terhadap sakit
bekerja secara
dengan cemas
penting lain
pasein dan
konstruktif dengan
tentang keadaan
mempertahankan
perawatannya
keluarga.
orang yang
suport sistem dan
2. Biarkan keluarga keluarga
dicintai
adaptasi terhadap
mengungkapkanp
menyadari bahwa
perubahan akan
erasaan secara
mereka berbicara
kebutuhannya dengan
verbal
secara bebas
kriteria hasil : a.
1.Kaji koping
Rasional
3.Ajarkan kepada
1.
2.
3.
Memulai suatu
Mereka tak
Menghilangkan
Pasie asien n dan dan kelua eluarrga
keluaraga tentang
kecemasan tentang
berinteraksi dengan
penyakit dan
transmisi melalui
cara yang konstrukt
transmisinya
kontak sederhana.
Evaluasi 1. Menunj Menunjukk ukkan an kem kemaju ajuan an pad padaa luk luka/p a/peny enyem embuha buhann les lesii dan tidak terdapat luka baru yang muncul. 2. Kel Keluha uhann hil hilang angnya nya/te /terko rkontr ntroln olnya ya ras rasaa sak sakit it 3. Men Menunj unjukk ukkan an pos posisi isi/ek /ekspr spresi esi waj wajah ah ril rileks eks 4. Da Dapa patt tid tidur ur/b /ber eris isti tira raha hatt adek adekua uatt 5. Membra Membrann mukos mukosaa pasie pasienn lemba lembab, b, turg turgor or kulit kulit bai baik, k, tanda tanda-tanda vital stabil, haluaran urine adekuat 6. Men Menunj unjukk ukkan an nila nilaii labo laborat ratori orium um dalam dalam bat batas as norm normal al 7. Me Menu nunj njuk ukan an peni pening ngka kata tann ener energi gi
Terimakasih....